SlideShare a Scribd company logo
Reaksi Alergi
1. Aprina Yolanda (D1A210057)
2. Ayu Wandira (D1A210168)
3. Maria Reftiza Mirantika (D1A210081)
4. Muhammad Farhan
5. Nadisa Nur Kholiza
(D1A210036)
(D1A210063)
6. Reski Khaerunnisa (D1A210102)
KELOMPOK 2
FARMAKOTERAPI II
Contents……
Pendahuluan
Definisi
Patofisiologi
Diagnosis
01
02
04
03
05
06
Anamnesa
Tatalaksana
Pendahuluan
01
Reaksi Alergi
Alergi sebagai bentuk reaksi menyimpang dari
tubuh ternyata bisa menimpa siapa saja termasuk anak-
anak. Kenyataannya, setiap orang memiliki risiko
mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat penyakit ini
dalam keluarga.
Dalam pengobatan penyakit alergi, penderita dapat
melakukan berbagai upaya mulai dari menghindari
pemicu alergi (alergen), mencari dan mendapatkan
informasi tentang alergi lewat kegiatan edukasi dan
penyuluhan, medapatkan pengobatan yang tepat atau
bahkan terapi kekebalan (immunoterapi).
Kesadaran masyarakat terhadap penyakit alergi
saat ini relatif masih rendah. Banyak yang menganggap
alergi hanyalah penyakit biasa, padahal alergi dapat
menimbulkan beban biaya serta acaman lebih besar bila
dibiarkan dan tidak ditangani dengan cepat. Alergi dapat
berpotensi memicu penyakit dari mulai yang kronis
seperti asma, hingga yang bersifat fatal dan mematikan
seperti anafilaksis syok atau Steven Johnson Syndrome.
Definisi
02
Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal
terhadap suatu bahan atau zat yang biasanyatidak
menyebabkan reaksi pada orang yang tidak memiliki
alergi terhadap zat tersebut. Reaksialergi dapat berkisar
dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan berbagai
gejalaseperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan,
sesaknapas, hinggaanafilaksisyang dapat mengancam
nyawa. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti
makanan, obat-obatan, serbuk sari, bulu binatang, atau
bahan kimia tertentu.
Patofisiologi
03
Saat pertama kali masuknya alergen ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika
mengkonsumsi makanan yang sama untuk kedua kalinya barulah tampak gejala-
gejala alergi. Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen
yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T, yang dimana sel T akan merangsang
sel B untuk mengaktifkan antibodi Ig E. proses ini mengakibatkan melekatnya
antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila mengalami paparan
untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama, maka akan terjadi 2 hal, yaitu :
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin akan memberikan
efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang, misalnya
netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi yang menyebabkan panas.
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi Ig E yang merangsang sel
mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian
histamin tersebut beredar melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai
kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal, angioderma, kemerahan pada
kulit dan dermatitis.
Patofisiologi berdasarkan Tipe reaksinya
1. Reaksi langsung atau Tipe I adalah reaksi alergi yang dimediasi oleh
antibodi IgE khusus untuk obat;
2. Reaksi tipe II adalah reaksi sitotoksik yang dimediasi oleh obat-spesifik
Antibodi IgG atau IgM;
3. Reaksi tipe III dihasilkan dari kompleks imun beredar di serum;
4. Reaksi tipe IV dimediasi oleh mekanisme seluler àReaksi tipe IV
selanjutnya dibagi lagi ke dalam Tipe IVa yang melibatkan perekrutan
monosit, Tipe IVb dengan sebagian besar eosinofil, Tipe IVc terdiri dari
CD4 + atau CD8 + Sel T, dan Tipe IVd menunjukkan neutrofil.
Diagnosis
04
1. Hal pertama yang dilakukan adalah memeriksakan keadaan tubuh yang dirasakan ke
Instansi Kesehatan guna mendapatkan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan utama yaitu
riwayat penyakit yang pernah dialami secara rinci, termasuk riwayat penyakit pada
keluarga terdekat.
2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda alergi pada
tubuh.
3. Pemeriksaan penunjang
❏ Tes tempel (patch test). Tes ini dilakukan dengan meletakkan satu jenis alergen pada
sebuah plester yang ditempelkan pada permukaan kulit selama dua hari. Kemudian,
reaksi kulit yang timbul akan diamati.
❏ Tes tusuk kulit (skin prick test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui alergi pada makanan,
obat-obatan, udara, atau racun serangga. Permukaan kulit akan ditetesi cairan alergen,
kemudian ditusuk secara perlahan dengan jarum halus dan diamati reaksi yang timbul.
❏ Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah.
❏ Tes eliminasi makanan. Tes ini dilakukan dengan cara menghindari jenis makanan yang
diduga menjadi pemicu alergi, lalu akan diamati perbedaan reaksi dan gejala yang
dialami.
Anamnesis
You can enter a subtitle
it
05
Anamnesis
Gejala Reaksi Alergi Ringan :
● Ruam (bercak bintik-bintik
merah pada kulit yang terasa
gatal)
● Kulit lecet atau terkelupas
● Hidung gatal, tersumbat
atau berair
● Mata merah, bengkak, berair
atau gatal
● Berasa panas
Gejala ReaksiAlergi yang Parah :
● Kram perut
● Rasa sakit atau sesak di dada
● Diare
● Kesulitan menelan
● Pusing (vertigo)
● Ketakutan atau kecemasan
● Wajah memerah
● Mual atau muntah
● Pembengkakan wajah, mata, bibir atau lidah
● Palpitas jantung
● Lemas
● Sulit bernapas
● Ketidaksadaran
● Serangan asma
Anamnesis
Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas
IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum.
1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT)
Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen.
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat
seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1
minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone
<20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan
teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena
tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2
tahun.
Anamnesis
Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas
IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum.
1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT)
Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen.
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat
seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1
minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone
<20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan
teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena
tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2
tahun.
2. Pemeriksaan darah
Test ini dilakukan dengan memeriksa IgE total dan IgE spesifik
Radio Allergosorbent Test (RAST)
a. Pemeriksaan IgE total digunakan sebagai marker diagnosis
alergi, tetapi memiliki kelemahan karena kurang spesifik. Hal
tersebut disebabkan IgE meningkat pada penyakit alergi dan
juga nonalergi seperti infestasi parasit.
b. Pemeriksaan IgE spesifik dilakukan dengan mengukur IgE
spesifik alergen dalam serun pasien.
Selain itu, pemeriksaan lainnya untuk menegakkan diagnosis
penyakit alergi adalah skrining antibodi IgE multi-alergen, triptase sel
mast, dan Cellular antigen stimulation test (CAST).
Tatalaksana
You can enter a subtitle
it
06
Pengobatan
● Manifestasi klinis ringan umumnya tidak
memerlukan pengobatan khusus
● Menghindari penyebab alergi
● Untuk pruritus, urtikaria, atau edema
angioneurotik dapat diberikan antihistamin
● Bila kelainan tersebut cukup luas dapat
diberikan pula adrenalin
● Reaksi anafilaktik akut membutuhkan
epinefrin, antihistamin, dan kortikosteroid
Antihistamin
Kortikosteroid
Dekongestan
Penghambat
leukotrien
Terapi Farmakologi
Antihistamin bekerja
dengan menghambat
efek senyawa dalam
tubuh (histamin)
menimbulkan reaksi
alergi. Antihistamin
yang diberikan dapat
dalam bentuk tablet ,
krim, sirup, tetes
mata, atau semprot
hidung, tergantung
area yang terkena
alergi
Kortikosteroid
efektif untuk
menangani
peradangan akibat
alergi. Obat ini bisa
didapat dalam
bentuk semprot
hidung, tetes mata,
krim, inhaler, atau
tablet.
Dekongestan
digunakan untuk
melegakan hidung
tersumbat. Obat ini
hanya dianjurkan
untuk pemakaian
jangka pendek
(kurang dari 1
minggu). Selain
tablet dan kapsul,
obat ini juga tersedia
dalam bentuk obat
tetes atau semprot
hidung.
Leukotrien adalah
senyawa yang bisa
menyebabkan
pembengkakan pada
saluran pernapasan
saat terjadi reaksi
alergi. Obat
penghambat
leukotrien berfungsi
menghambat efek
leukotrien tersebut.
Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet
Antihistamin
● Antihistamin berguna untuk pengobatan simtomatik
berbagai penyakit alergi dan mencegah ataumengobati
mabuk perjalanan
● Antihistamin berguna untuk mengobati alergi tipe
eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria
● Pengobatan dengan antihistamin generasi I bersifat
sedatif. Untuk antihistamin generasi berikutnya yang
dari golongan Piperion tidak menimbulkan efek sedatif
Penggolongan Antihistamin
Antihistamin Generasi I
● Golongan Etanolamin
Contoh Obat :
➢Difenhidramin
Dosis 25-50 mg : 3-4x/hari
➢Dimenhidrinat
Dosis 50 mg setiap 4-6 jam
Golongan Piperazin
Contoh :
➢ Hidroksin
Dosis 25-100 mg : 3-4x /hari
Contoh :
➢ Prometazin
Dosis 10-25 mg : 3x / hari
Contoh :
➢ Klorfeniramin
Dosis 4-8 mg : 3-4x
/ hari
Golongan Alkilamin
Golongan Derivat
Fenotiazin
Antihistamin Generasi II
● Loratadine
Dosis 2-6 tahun : 5 mg 1x / hari
> 6 tahun : 10 mg 1x/ hari
● Cetirizin
Dosis 5-10 mg : 1-2x / hari
● Feksofenadin
Dosis 60 mg 2x/ hari
Gol. Adrenalin (Epinefrin)
❖ Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk
penyuntikan pembuluh darah dalam
pengobatan hipersensitivitas akut.
❖ Indikasi :
Digunakan untuk mengobati anaphylaxis dan
sepsis
❖ Dosis :
IM / SC : 0,01 mg/kg (0,01 ml/kg dari larutan
1/1000) hingga 0,1 mg/kg. Dapat diulang 3x
dengan interval 20 menit jika perlu.
Kortikosteroid umumnya
digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan,
gatal, dan reaksi alergi.
Seringkali digunakan untuk
mengobati sejumlah penyakit
yang berbeda, seperti alergi
parah, masalah klit, asma
dan artritis.
Gol. Kortikosteroid
Obat Golongan Kortikosteroid
Triamsinolon
Intraartikuler : 2,5 - 15 mg
IM : 0,05-0,2 mg/kg setiap 1-7 hari
Krim : 0,02%; 0,05% dipakai setiap 6-8 jam
Dexamethason Oral atau IV 0,1-0,25 mg/kg setiap 4x/hari
Hidrokortison Krim : 0,5%; 1% setiap 6-12 jam
Mometason
Furoat
Krim 0,1% dipakai 1x/hari
Berametason
Gel : 0,05%, krim, lotion, atau ointment 0,02%; 0,05%, 0,1%
dioleskan 1-3x/hari
A
Menghindari
pencetus
alergi
Menjaga
kebersihan
lingkungan
rumah
Non Farmakologi
Menghindari
hewan yang
berbulu
B C D E
Kesimpulan
Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal terhadap
suatu bahan atau zat yang biasanya tidak menyebabkan reaksi pada
orang yang tidak memiliki alergi terhadap zat tersebut. Reaksi alergi
dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan
berbagai gejala seperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, sesak
napas, hingga anafilaksis yang dapat mengancam nyawa. Alergi
dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti makanan, obat-obatan,
serbuk sari, bulu binatang, atau bahan kimia tertentu. Untuk
mendiagnosis alergi dan zat pemicunya (alergen), dokter akan
bertanya mengenai gejala yang muncul, aktivitas yang dilakukan
sebelum gejala muncul, dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu,
dokter akan m
e
l
a
k
u
k
a
—n p
S
e
o
m
m
e
r
i
k
e
s
a
o
a
n
ne
fi
s
i
F
k
.
a
S
m
e
t
e
o
l
a
h
u
i
s
t
u
,dokter dapat
melakukan beberapa tes alergi, seperti: tes tempel (patch test), tes
tusuk kulit, tes darah dan tes eliminasi. Dengan diberikan
pengobatan farmakologi diantaranya, antihistamin, dekongestan,
kortikosteroid, adrenergik, dan imunoterapi.
Daftar Pustaka
—Someone Famous
● Sembiring Uzi. 2015. Hipersensitivitas. Makalah Imunologi.
UniversitasSamRatulangi : Manado
● Tanjung A, Yunihastuti E. 2010. Prosedur Dianostik Penyakit
Alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta :
Interna Publishing. Hal. 377-81.
● Pertiwi Ayu Diah. 2014. Alergi Terhadap Suhu, Makanan, dan
Debu. PoltekkesKemenkes Semarang: J
awaTengah.
THANKS YOU

More Related Content

Similar to Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx

KELOMPOK 2_PPT Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
KELOMPOK 2_PPT  Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptxKELOMPOK 2_PPT  Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
KELOMPOK 2_PPT Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
RadaDoloksaribu
 
askep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docxaskep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docx
widarma atmaja i komang
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
SiskaRahmawati10
 
EIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.pptEIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.ppt
IsmiFarah1
 
Obat antihistamin
Obat antihistaminObat antihistamin
Obat antihistamin
Operator Warnet Vast Raha
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
Abulkhair Abdullah
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
marodotodo
 
ANTIHISTAMINIK.pptx
ANTIHISTAMINIK.pptxANTIHISTAMINIK.pptx
ANTIHISTAMINIK.pptx
ElfaRahmi
 
Obat eksim salep
Obat eksim salepObat eksim salep
Obat eksim salep
wididenatur
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
Chloe678262
 
Reaksi alergi
Reaksi alergiReaksi alergi
Reaksi alergi
Zarah Dzulhijjah
 

Similar to Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx (20)

KELOMPOK 2_PPT Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
KELOMPOK 2_PPT  Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptxKELOMPOK 2_PPT  Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
KELOMPOK 2_PPT Imunologi (M)Reaksi Hipersensitif.pptx
 
askep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docxaskep_hipersensitivitas.docx
askep_hipersensitivitas.docx
 
1669 (1)
1669 (1)1669 (1)
1669 (1)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERSENSITIVITAS.pptx
 
EIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.pptEIPP_Imun_alergi.ppt
EIPP_Imun_alergi.ppt
 
Obat antihistamin
Obat antihistaminObat antihistamin
Obat antihistamin
 
Hipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe IHipersensitivitas Tipe I
Hipersensitivitas Tipe I
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
ANTIHISTAMINIK.pptx
ANTIHISTAMINIK.pptxANTIHISTAMINIK.pptx
ANTIHISTAMINIK.pptx
 
Obat eksim salep
Obat eksim salepObat eksim salep
Obat eksim salep
 
zkzkzkz
zkzkzkzzkzkzkz
zkzkzkz
 
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitisAskep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitis
 
Askep pada pasien ringitis
Askep pada pasien ringitisAskep pada pasien ringitis
Askep pada pasien ringitis
 
Askep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitisAskep pada paisen ringitis
Askep pada paisen ringitis
 
Askep pada pasien ringitis
Askep pada pasien ringitisAskep pada pasien ringitis
Askep pada pasien ringitis
 
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada paisen ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada paisen ringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep pada paisen ringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada paisen ringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARIDERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
DERMATITIS ATOPI PRESENTASI RINA PURNAMA SARI
 
Reaksi alergi
Reaksi alergiReaksi alergi
Reaksi alergi
 

Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx

  • 1. Reaksi Alergi 1. Aprina Yolanda (D1A210057) 2. Ayu Wandira (D1A210168) 3. Maria Reftiza Mirantika (D1A210081) 4. Muhammad Farhan 5. Nadisa Nur Kholiza (D1A210036) (D1A210063) 6. Reski Khaerunnisa (D1A210102) KELOMPOK 2 FARMAKOTERAPI II
  • 4. Reaksi Alergi Alergi sebagai bentuk reaksi menyimpang dari tubuh ternyata bisa menimpa siapa saja termasuk anak- anak. Kenyataannya, setiap orang memiliki risiko mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat penyakit ini dalam keluarga. Dalam pengobatan penyakit alergi, penderita dapat melakukan berbagai upaya mulai dari menghindari pemicu alergi (alergen), mencari dan mendapatkan informasi tentang alergi lewat kegiatan edukasi dan penyuluhan, medapatkan pengobatan yang tepat atau bahkan terapi kekebalan (immunoterapi). Kesadaran masyarakat terhadap penyakit alergi saat ini relatif masih rendah. Banyak yang menganggap alergi hanyalah penyakit biasa, padahal alergi dapat menimbulkan beban biaya serta acaman lebih besar bila dibiarkan dan tidak ditangani dengan cepat. Alergi dapat berpotensi memicu penyakit dari mulai yang kronis seperti asma, hingga yang bersifat fatal dan mematikan seperti anafilaksis syok atau Steven Johnson Syndrome.
  • 6. Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal terhadap suatu bahan atau zat yang biasanyatidak menyebabkan reaksi pada orang yang tidak memiliki alergi terhadap zat tersebut. Reaksialergi dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan berbagai gejalaseperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, sesaknapas, hinggaanafilaksisyang dapat mengancam nyawa. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti makanan, obat-obatan, serbuk sari, bulu binatang, atau bahan kimia tertentu.
  • 8. Saat pertama kali masuknya alergen ke dalam tubuh seseorang yang mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika mengkonsumsi makanan yang sama untuk kedua kalinya barulah tampak gejala- gejala alergi. Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T, yang dimana sel T akan merangsang sel B untuk mengaktifkan antibodi Ig E. proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama, maka akan terjadi 2 hal, yaitu : 1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin akan memberikan efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang, misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi yang menyebabkan panas. 2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi Ig E yang merangsang sel mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian histamin tersebut beredar melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal, angioderma, kemerahan pada kulit dan dermatitis.
  • 9. Patofisiologi berdasarkan Tipe reaksinya 1. Reaksi langsung atau Tipe I adalah reaksi alergi yang dimediasi oleh antibodi IgE khusus untuk obat; 2. Reaksi tipe II adalah reaksi sitotoksik yang dimediasi oleh obat-spesifik Antibodi IgG atau IgM; 3. Reaksi tipe III dihasilkan dari kompleks imun beredar di serum; 4. Reaksi tipe IV dimediasi oleh mekanisme seluler àReaksi tipe IV selanjutnya dibagi lagi ke dalam Tipe IVa yang melibatkan perekrutan monosit, Tipe IVb dengan sebagian besar eosinofil, Tipe IVc terdiri dari CD4 + atau CD8 + Sel T, dan Tipe IVd menunjukkan neutrofil.
  • 11. 1. Hal pertama yang dilakukan adalah memeriksakan keadaan tubuh yang dirasakan ke Instansi Kesehatan guna mendapatkan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan utama yaitu riwayat penyakit yang pernah dialami secara rinci, termasuk riwayat penyakit pada keluarga terdekat. 2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda alergi pada tubuh. 3. Pemeriksaan penunjang ❏ Tes tempel (patch test). Tes ini dilakukan dengan meletakkan satu jenis alergen pada sebuah plester yang ditempelkan pada permukaan kulit selama dua hari. Kemudian, reaksi kulit yang timbul akan diamati. ❏ Tes tusuk kulit (skin prick test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui alergi pada makanan, obat-obatan, udara, atau racun serangga. Permukaan kulit akan ditetesi cairan alergen, kemudian ditusuk secara perlahan dengan jarum halus dan diamati reaksi yang timbul. ❏ Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah. ❏ Tes eliminasi makanan. Tes ini dilakukan dengan cara menghindari jenis makanan yang diduga menjadi pemicu alergi, lalu akan diamati perbedaan reaksi dan gejala yang dialami.
  • 12. Anamnesis You can enter a subtitle it 05
  • 13. Anamnesis Gejala Reaksi Alergi Ringan : ● Ruam (bercak bintik-bintik merah pada kulit yang terasa gatal) ● Kulit lecet atau terkelupas ● Hidung gatal, tersumbat atau berair ● Mata merah, bengkak, berair atau gatal ● Berasa panas Gejala ReaksiAlergi yang Parah : ● Kram perut ● Rasa sakit atau sesak di dada ● Diare ● Kesulitan menelan ● Pusing (vertigo) ● Ketakutan atau kecemasan ● Wajah memerah ● Mual atau muntah ● Pembengkakan wajah, mata, bibir atau lidah ● Palpitas jantung ● Lemas ● Sulit bernapas ● Ketidaksadaran ● Serangan asma
  • 14. Anamnesis Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum. 1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT) Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen. Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1 minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone <20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2 tahun.
  • 15. Anamnesis Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum. 1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT) Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen. Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1 minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone <20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2 tahun.
  • 16. 2. Pemeriksaan darah Test ini dilakukan dengan memeriksa IgE total dan IgE spesifik Radio Allergosorbent Test (RAST) a. Pemeriksaan IgE total digunakan sebagai marker diagnosis alergi, tetapi memiliki kelemahan karena kurang spesifik. Hal tersebut disebabkan IgE meningkat pada penyakit alergi dan juga nonalergi seperti infestasi parasit. b. Pemeriksaan IgE spesifik dilakukan dengan mengukur IgE spesifik alergen dalam serun pasien. Selain itu, pemeriksaan lainnya untuk menegakkan diagnosis penyakit alergi adalah skrining antibodi IgE multi-alergen, triptase sel mast, dan Cellular antigen stimulation test (CAST).
  • 17. Tatalaksana You can enter a subtitle it 06
  • 18. Pengobatan ● Manifestasi klinis ringan umumnya tidak memerlukan pengobatan khusus ● Menghindari penyebab alergi ● Untuk pruritus, urtikaria, atau edema angioneurotik dapat diberikan antihistamin ● Bila kelainan tersebut cukup luas dapat diberikan pula adrenalin ● Reaksi anafilaktik akut membutuhkan epinefrin, antihistamin, dan kortikosteroid
  • 19. Antihistamin Kortikosteroid Dekongestan Penghambat leukotrien Terapi Farmakologi Antihistamin bekerja dengan menghambat efek senyawa dalam tubuh (histamin) menimbulkan reaksi alergi. Antihistamin yang diberikan dapat dalam bentuk tablet , krim, sirup, tetes mata, atau semprot hidung, tergantung area yang terkena alergi Kortikosteroid efektif untuk menangani peradangan akibat alergi. Obat ini bisa didapat dalam bentuk semprot hidung, tetes mata, krim, inhaler, atau tablet. Dekongestan digunakan untuk melegakan hidung tersumbat. Obat ini hanya dianjurkan untuk pemakaian jangka pendek (kurang dari 1 minggu). Selain tablet dan kapsul, obat ini juga tersedia dalam bentuk obat tetes atau semprot hidung. Leukotrien adalah senyawa yang bisa menyebabkan pembengkakan pada saluran pernapasan saat terjadi reaksi alergi. Obat penghambat leukotrien berfungsi menghambat efek leukotrien tersebut. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet
  • 20. Antihistamin ● Antihistamin berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah ataumengobati mabuk perjalanan ● Antihistamin berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria ● Pengobatan dengan antihistamin generasi I bersifat sedatif. Untuk antihistamin generasi berikutnya yang dari golongan Piperion tidak menimbulkan efek sedatif
  • 21. Penggolongan Antihistamin Antihistamin Generasi I ● Golongan Etanolamin Contoh Obat : ➢Difenhidramin Dosis 25-50 mg : 3-4x/hari ➢Dimenhidrinat Dosis 50 mg setiap 4-6 jam
  • 22. Golongan Piperazin Contoh : ➢ Hidroksin Dosis 25-100 mg : 3-4x /hari Contoh : ➢ Prometazin Dosis 10-25 mg : 3x / hari Contoh : ➢ Klorfeniramin Dosis 4-8 mg : 3-4x / hari Golongan Alkilamin Golongan Derivat Fenotiazin
  • 23. Antihistamin Generasi II ● Loratadine Dosis 2-6 tahun : 5 mg 1x / hari > 6 tahun : 10 mg 1x/ hari ● Cetirizin Dosis 5-10 mg : 1-2x / hari ● Feksofenadin Dosis 60 mg 2x/ hari
  • 24. Gol. Adrenalin (Epinefrin) ❖ Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk penyuntikan pembuluh darah dalam pengobatan hipersensitivitas akut. ❖ Indikasi : Digunakan untuk mengobati anaphylaxis dan sepsis ❖ Dosis : IM / SC : 0,01 mg/kg (0,01 ml/kg dari larutan 1/1000) hingga 0,1 mg/kg. Dapat diulang 3x dengan interval 20 menit jika perlu.
  • 25. Kortikosteroid umumnya digunakan untuk mengurangi pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Seringkali digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit yang berbeda, seperti alergi parah, masalah klit, asma dan artritis. Gol. Kortikosteroid
  • 26. Obat Golongan Kortikosteroid Triamsinolon Intraartikuler : 2,5 - 15 mg IM : 0,05-0,2 mg/kg setiap 1-7 hari Krim : 0,02%; 0,05% dipakai setiap 6-8 jam Dexamethason Oral atau IV 0,1-0,25 mg/kg setiap 4x/hari Hidrokortison Krim : 0,5%; 1% setiap 6-12 jam Mometason Furoat Krim 0,1% dipakai 1x/hari Berametason Gel : 0,05%, krim, lotion, atau ointment 0,02%; 0,05%, 0,1% dioleskan 1-3x/hari
  • 28. Kesimpulan Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal terhadap suatu bahan atau zat yang biasanya tidak menyebabkan reaksi pada orang yang tidak memiliki alergi terhadap zat tersebut. Reaksi alergi dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan berbagai gejala seperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, sesak napas, hingga anafilaksis yang dapat mengancam nyawa. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti makanan, obat-obatan, serbuk sari, bulu binatang, atau bahan kimia tertentu. Untuk mendiagnosis alergi dan zat pemicunya (alergen), dokter akan bertanya mengenai gejala yang muncul, aktivitas yang dilakukan sebelum gejala muncul, dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan m e l a k u k a —n p S e o m m e r i k e s a o a n ne fi s i F k . a S m e t e o l a h u i s t u ,dokter dapat melakukan beberapa tes alergi, seperti: tes tempel (patch test), tes tusuk kulit, tes darah dan tes eliminasi. Dengan diberikan pengobatan farmakologi diantaranya, antihistamin, dekongestan, kortikosteroid, adrenergik, dan imunoterapi.
  • 29. Daftar Pustaka —Someone Famous ● Sembiring Uzi. 2015. Hipersensitivitas. Makalah Imunologi. UniversitasSamRatulangi : Manado ● Tanjung A, Yunihastuti E. 2010. Prosedur Dianostik Penyakit Alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing. Hal. 377-81. ● Pertiwi Ayu Diah. 2014. Alergi Terhadap Suhu, Makanan, dan Debu. PoltekkesKemenkes Semarang: J awaTengah.