Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan
dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat, terjadi silang molekul IgE,
sel mast manusia dirangsang untuk berdegranulasi dan melepaskan histamin,
leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari
hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam
alergi.4,18 Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen
atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik.19 Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan. Menurut
Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi dalam 4 tipe, yaitu tipe I, II, III,
dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi hipersensitivitas
anafilaktik atau reaksi alergi.4, 18-20
10
2.1.2 Etiologi
Eiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari agen, host,
dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana usia dini
semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu, musim. Agen
dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat paparan alergen pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan dan sangat
beragam.4 Diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda, zat
diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim,
hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin,
neomisin, tetrasiklin, sterptomisin, sulfonamid. Ekstrak alergen dapat berupa
rumput-rumputan atau jamur, serum ATS, ADS, dan anti bisa ular. Produk darah
seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat menyebabkan alergi. Makanan yang
dapat menjadi penyebab alergi diantaranya susu sapi, kerang, kacang-kacangan,
ikan, telur, dan udang.19
2.1.3 Epidemiologi Alergi
Prevalensi alergi di dunia meningkat secara dramatis di negara maju dan
negara berkembang. Peningkatan alergi terutama terjadi pada anak dari
meningkatnya tren yang telah terjadi selama dua dekade terakhir. Meskipun
begitu, pelayanan untuk pasien dengan penyakit alergi jauh dari ideal.
1 Prevalensi
alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai masalah kesehatan
utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diperkirakan 300 juta
11
orang memiliki asma, sekitar 50% diantaranya tinggal di negara-negara
berkembang dengan akses terbatas terhadap obat esensial. Oleh karena itu, asma
sering tidak terkontrol di daerah-daerah. Empat ratus juta orang di seluruh dunia
memiliki rhinitis,
1,2,3 serta 5-15% populasi anak di seluruh dunia menderita
alergi.
4
Dua studi internasional besar mengenai alergi, International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan European Community
Respiratory Health Survey (ECRHS), telah mempelajari prevalensi asma dan Reaksi abnormal dari dalam tubuh
manusia, dimana tubuh itu menjadi
sensitif terhadap
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi oleh
imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu yang berikatan
dengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat, terjadi silang molekul IgE,
sel mast manusia dirangsang untuk berdegranulasi dan melepaskan histamin,
leukotrein, kinin, Plateletes Activating Factor (PAF), dan mediator lain dari
hipersensitivitas, dimana histamin merupakan penyebab utama berbagai macam
alergi.4,18 Reaksi hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen
atau gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik.19 Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan. Menurut
Gell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi dalam 4 tipe, yaitu tipe I, II, III,
dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi hipersensitivitas
anafilaktik atau reaksi alergi.4, 18-20
10
2.1.2 Etiologi
Eiologi alergi multifaktorial. Diantaranya dapat berasal dari agen, host,
dan lingkungan. Host dapat berupa daya tahan tubuh dan usia dimana usia dini
semakin rentan terhadap alergi. Lingkungan dapat berupa suhu, musim. Agen
dapat berupa alergen. Reaksi alergi yang timbul akibat paparan alergen pada
umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan dan sangat
beragam.4 Diantaranya adalah antibiotik, ekstrak alergen, serum kuda, zat
diagnostik, bisa (venom), produk darah, anestetikum lokal, makanan, enzim,
hormon, dan lain-lain. Antibiotik dapat berupa penisilin dan derivatnya, basitrasin,
neomisin, tetrasiklin, sterptomisin, sulfonamid. Ekstrak alergen dapat berupa
rumput-rumputan atau jamur, serum ATS, ADS, dan anti bisa ular. Produk darah
seperti gamaglobulin dan kriopresipitat dapat menyebabkan alergi. Makanan yang
dapat menjadi penyebab alergi diantaranya susu sapi, kerang, kacang-kacangan,
ikan, telur, dan udang.19
2.1.3 Epidemiologi Alergi
Prevalensi alergi di dunia meningkat secara dramatis di negara maju dan
negara berkembang. Peningkatan alergi terutama terjadi pada anak dari
meningkatnya tren yang telah terjadi selama dua dekade terakhir. Meskipun
begitu, pelayanan untuk pasien dengan penyakit alergi jauh dari ideal.
1 Prevalensi
alergi telah meningkat, maka alergi harus dianggap sebagai masalah kesehatan
utama. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Diperkirakan 300 juta
11
orang memiliki asma, sekitar 50% diantaranya tinggal di negara-negara
berkembang dengan akses terbatas terhadap obat esensial. Oleh karena itu, asma
sering tidak terkontrol di daerah-daerah. Empat ratus juta orang di seluruh dunia
memiliki rhinitis,
1,2,3 serta 5-15% populasi anak di seluruh dunia menderita
alergi.
4
Dua studi internasional besar mengenai alergi, International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) dan European Community
Respiratory Health Survey (ECRHS), telah mempelajari prevalensi asma dan Reaksi abnormal dari dalam tubuh
manusia, dimana tubuh itu menjadi
sensitif terhadap
PT PLN (Persero) is an electrical service provider in Indonesia. With a vision to be a "recognized as a growing, superior, and trusted world class company which is relying on Potensi Insani", PT PLN (Persero) is committed to electrify the entire archipelago. We believe that human potential is the greatest asset and our future, so we are investing heavily to get the future leader candidates who will develop PT PLN (Persero) became a World-class company and face the future business challenges.
Career opportunities in PT PLN (Persero) is very large because our business ranges from upstream to downstream, ranging from power plant, transmission to distribution to the customer and other supported services. Please join us.
The 2015 PT PLN (Persero) Open Recruitment Level Bachelor Degree / Diploma IV / Diploma III
Educational Qualifications
Possess Bachelor degree / Diploma IV graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: S1 / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: S1 / ALE)
Mechanical Engineering (Code: S1 / MES)
Industrial Engineering (Code: S1 / IND)
Diploma III graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: D.III / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: D.III / ALE)
Mechanical Engineering (Code: D.III / MES)
Civil Engineering (Code: D.III / SIP) (Makassar Only)
Marketing Management, Trade Administration, Business Administration, Office Administration (Code: D.III / MAN)
Qualifications
Not married and willing to not get married during Diklat Prajabatan
Born in 1989 or thereafter for Bachelor degree / Diploma 4 graduate
Born in 1991 or thereafter for Diploma 3 graduate
Minimum GPA 2.75 for S1/ELE, S1/MES, S1/ALE, S1/IND, D.III/ELE, D.III/ALE, D.III/MES, D.III/SIP positions
Minimum GPA 3.00 for D.III/MAN position
Required Documents
Application letter, addressed to: PT PLN (Persero) c.q. Kepala Divisi Pengembangan SDM dan Talenta
Curriculum vitae
Copy of birth certificate (if doesnt have yet, can be submitted on Interview)
Legalized copy of education diploma / Surat Keterangan Lulus
Legalized copy of latest education transcript
Copy of National Identity Card (KTP)
2 pieces 3x4 size recent colour photograph (write your name on back side)
For cross majors program graduate (Diploma III graduate continued to Bachelor degree / Diploma IV) please also submitted: legalized copy of Diploma 3 diploma and transcript
For last semester student who are currently completing the final project / thesis, are encourage to apply with the terms:
Will be graduated no later than November 2015
Attach Surat Keterangan Sedang Mengerjakan Tugas Akhir / Skripsi when applying
During the selection process, if there is a data mismatch, the applicant will be knocked out
Selecti
PT PLN (Persero) is an electrical service provider in Indonesia. With a vision to be a "recognized as a growing, superior, and trusted world class company which is relying on Potensi Insani", PT PLN (Persero) is committed to electrify the entire archipelago. We believe that human potential is the greatest asset and our future, so we are investing heavily to get the future leader candidates who will develop PT PLN (Persero) became a World-class company and face the future business challenges.
Career opportunities in PT PLN (Persero) is very large because our business ranges from upstream to downstream, ranging from power plant, transmission to distribution to the customer and other supported services. Please join us.
The 2015 PT PLN (Persero) Open Recruitment Level Bachelor Degree / Diploma IV / Diploma III
Educational Qualifications
Possess Bachelor degree / Diploma IV graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: S1 / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: S1 / ALE)
Mechanical Engineering (Code: S1 / MES)
Industrial Engineering (Code: S1 / IND)
Diploma III graduate majoring in:
Electrical Engineering, Powerline, Electricity Power System (Code: D.III / ELE)
Power Low, Electronics, Instrument, Control (Code: D.III / ALE)
Mechanical Engineering (Code: D.III / MES)
Civil Engineering (Code: D.III / SIP) (Makassar Only)
Marketing Management, Trade Administration, Business Administration, Office Administration (Code: D.III / MAN)
Qualifications
Not married and willing to not get married during Diklat Prajabatan
Born in 1989 or thereafter for Bachelor degree / Diploma 4 graduate
Born in 1991 or thereafter for Diploma 3 graduate
Minimum GPA 2.75 for S1/ELE, S1/MES, S1/ALE, S1/IND, D.III/ELE, D.III/ALE, D.III/MES, D.III/SIP positions
Minimum GPA 3.00 for D.III/MAN position
Required Documents
Application letter, addressed to: PT PLN (Persero) c.q. Kepala Divisi Pengembangan SDM dan Talenta
Curriculum vitae
Copy of birth certificate (if doesnt have yet, can be submitted on Interview)
Legalized copy of education diploma / Surat Keterangan Lulus
Legalized copy of latest education transcript
Copy of National Identity Card (KTP)
2 pieces 3x4 size recent colour photograph (write your name on back side)
For cross majors program graduate (Diploma III graduate continued to Bachelor degree / Diploma IV) please also submitted: legalized copy of Diploma 3 diploma and transcript
For last semester student who are currently completing the final project / thesis, are encourage to apply with the terms:
Will be graduated no later than November 2015
Attach Surat Keterangan Sedang Mengerjakan Tugas Akhir / Skripsi when applying
During the selection process, if there is a data mismatch, the applicant will be knocked out
Selecti
4. Reaksi Alergi
Alergi sebagai bentuk reaksi menyimpang dari
tubuh ternyata bisa menimpa siapa saja termasuk anak-
anak. Kenyataannya, setiap orang memiliki risiko
mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat penyakit ini
dalam keluarga.
Dalam pengobatan penyakit alergi, penderita dapat
melakukan berbagai upaya mulai dari menghindari
pemicu alergi (alergen), mencari dan mendapatkan
informasi tentang alergi lewat kegiatan edukasi dan
penyuluhan, medapatkan pengobatan yang tepat atau
bahkan terapi kekebalan (immunoterapi).
Kesadaran masyarakat terhadap penyakit alergi
saat ini relatif masih rendah. Banyak yang menganggap
alergi hanyalah penyakit biasa, padahal alergi dapat
menimbulkan beban biaya serta acaman lebih besar bila
dibiarkan dan tidak ditangani dengan cepat. Alergi dapat
berpotensi memicu penyakit dari mulai yang kronis
seperti asma, hingga yang bersifat fatal dan mematikan
seperti anafilaksis syok atau Steven Johnson Syndrome.
6. Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal
terhadap suatu bahan atau zat yang biasanyatidak
menyebabkan reaksi pada orang yang tidak memiliki
alergi terhadap zat tersebut. Reaksialergi dapat berkisar
dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan berbagai
gejalaseperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan,
sesaknapas, hinggaanafilaksisyang dapat mengancam
nyawa. Alergi dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti
makanan, obat-obatan, serbuk sari, bulu binatang, atau
bahan kimia tertentu.
8. Saat pertama kali masuknya alergen ke dalam tubuh seseorang yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. Namun ketika
mengkonsumsi makanan yang sama untuk kedua kalinya barulah tampak gejala-
gejala alergi. Setelah tanda-tanda itu muncul maka antigen akan mengenali alergen
yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T, yang dimana sel T akan merangsang
sel B untuk mengaktifkan antibodi Ig E. proses ini mengakibatkan melekatnya
antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila mengalami paparan
untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama, maka akan terjadi 2 hal, yaitu :
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin akan memberikan
efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel radang, misalnya
netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi yang menyebabkan panas.
2. Alergen tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi Ig E yang merangsang sel
mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian
histamin tersebut beredar melalui pembuluh darah. Saat mereka mencapai
kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya gatal, angioderma, kemerahan pada
kulit dan dermatitis.
9. Patofisiologi berdasarkan Tipe reaksinya
1. Reaksi langsung atau Tipe I adalah reaksi alergi yang dimediasi oleh
antibodi IgE khusus untuk obat;
2. Reaksi tipe II adalah reaksi sitotoksik yang dimediasi oleh obat-spesifik
Antibodi IgG atau IgM;
3. Reaksi tipe III dihasilkan dari kompleks imun beredar di serum;
4. Reaksi tipe IV dimediasi oleh mekanisme seluler àReaksi tipe IV
selanjutnya dibagi lagi ke dalam Tipe IVa yang melibatkan perekrutan
monosit, Tipe IVb dengan sebagian besar eosinofil, Tipe IVc terdiri dari
CD4 + atau CD8 + Sel T, dan Tipe IVd menunjukkan neutrofil.
11. 1. Hal pertama yang dilakukan adalah memeriksakan keadaan tubuh yang dirasakan ke
Instansi Kesehatan guna mendapatkan diagnosis yang akurat. Pemeriksaan utama yaitu
riwayat penyakit yang pernah dialami secara rinci, termasuk riwayat penyakit pada
keluarga terdekat.
2. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan tanda-tanda alergi pada
tubuh.
3. Pemeriksaan penunjang
❏ Tes tempel (patch test). Tes ini dilakukan dengan meletakkan satu jenis alergen pada
sebuah plester yang ditempelkan pada permukaan kulit selama dua hari. Kemudian,
reaksi kulit yang timbul akan diamati.
❏ Tes tusuk kulit (skin prick test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui alergi pada makanan,
obat-obatan, udara, atau racun serangga. Permukaan kulit akan ditetesi cairan alergen,
kemudian ditusuk secara perlahan dengan jarum halus dan diamati reaksi yang timbul.
❏ Pemeriksaan darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur kadar IgE dalam darah.
❏ Tes eliminasi makanan. Tes ini dilakukan dengan cara menghindari jenis makanan yang
diduga menjadi pemicu alergi, lalu akan diamati perbedaan reaksi dan gejala yang
dialami.
13. Anamnesis
Gejala Reaksi Alergi Ringan :
● Ruam (bercak bintik-bintik
merah pada kulit yang terasa
gatal)
● Kulit lecet atau terkelupas
● Hidung gatal, tersumbat
atau berair
● Mata merah, bengkak, berair
atau gatal
● Berasa panas
Gejala ReaksiAlergi yang Parah :
● Kram perut
● Rasa sakit atau sesak di dada
● Diare
● Kesulitan menelan
● Pusing (vertigo)
● Ketakutan atau kecemasan
● Wajah memerah
● Mual atau muntah
● Pembengkakan wajah, mata, bibir atau lidah
● Palpitas jantung
● Lemas
● Sulit bernapas
● Ketidaksadaran
● Serangan asma
14. Anamnesis
Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas
IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum.
1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT)
Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen.
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat
seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1
minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone
<20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan
teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena
tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2
tahun.
15. Anamnesis
Anamnesis dapat diperjelas dengan beberapa pemeriksaan fisik, tes sensitivitas
IgE, tes kulit atau alergen spesifik serum.
1. Pemeriksaan Skin-prick testing (SPT)
Test ini diujikan pada kulit, dilakukan dengan ekstrak alergen.
Sebelum melakukan tes ini, pasien harus menghentikan penggunaan obat
seperti antihistamin (generasi I minimal 72 jam dan generasi II minimal 1
minggu sebelum tes) dan kortikosteroid (dosis kecil seperti prednisone
<20 mg dihentikan 3 hari sedangkan dosis tinggi 1 minggu). Sedangkan
teofilin, obat simpatomimetik, dan nedocromil tidak perlu dilarang karena
tidak mempengaruhi hasil tes. Tes boleh dilakukan pada pasien berusia > 2
tahun.
16. 2. Pemeriksaan darah
Test ini dilakukan dengan memeriksa IgE total dan IgE spesifik
Radio Allergosorbent Test (RAST)
a. Pemeriksaan IgE total digunakan sebagai marker diagnosis
alergi, tetapi memiliki kelemahan karena kurang spesifik. Hal
tersebut disebabkan IgE meningkat pada penyakit alergi dan
juga nonalergi seperti infestasi parasit.
b. Pemeriksaan IgE spesifik dilakukan dengan mengukur IgE
spesifik alergen dalam serun pasien.
Selain itu, pemeriksaan lainnya untuk menegakkan diagnosis
penyakit alergi adalah skrining antibodi IgE multi-alergen, triptase sel
mast, dan Cellular antigen stimulation test (CAST).
18. Pengobatan
● Manifestasi klinis ringan umumnya tidak
memerlukan pengobatan khusus
● Menghindari penyebab alergi
● Untuk pruritus, urtikaria, atau edema
angioneurotik dapat diberikan antihistamin
● Bila kelainan tersebut cukup luas dapat
diberikan pula adrenalin
● Reaksi anafilaktik akut membutuhkan
epinefrin, antihistamin, dan kortikosteroid
19. Antihistamin
Kortikosteroid
Dekongestan
Penghambat
leukotrien
Terapi Farmakologi
Antihistamin bekerja
dengan menghambat
efek senyawa dalam
tubuh (histamin)
menimbulkan reaksi
alergi. Antihistamin
yang diberikan dapat
dalam bentuk tablet ,
krim, sirup, tetes
mata, atau semprot
hidung, tergantung
area yang terkena
alergi
Kortikosteroid
efektif untuk
menangani
peradangan akibat
alergi. Obat ini bisa
didapat dalam
bentuk semprot
hidung, tetes mata,
krim, inhaler, atau
tablet.
Dekongestan
digunakan untuk
melegakan hidung
tersumbat. Obat ini
hanya dianjurkan
untuk pemakaian
jangka pendek
(kurang dari 1
minggu). Selain
tablet dan kapsul,
obat ini juga tersedia
dalam bentuk obat
tetes atau semprot
hidung.
Leukotrien adalah
senyawa yang bisa
menyebabkan
pembengkakan pada
saluran pernapasan
saat terjadi reaksi
alergi. Obat
penghambat
leukotrien berfungsi
menghambat efek
leukotrien tersebut.
Obat ini tersedia
dalam bentuk tablet
20. Antihistamin
● Antihistamin berguna untuk pengobatan simtomatik
berbagai penyakit alergi dan mencegah ataumengobati
mabuk perjalanan
● Antihistamin berguna untuk mengobati alergi tipe
eksudatif akut misalnya pada polinosis dan urtikaria
● Pengobatan dengan antihistamin generasi I bersifat
sedatif. Untuk antihistamin generasi berikutnya yang
dari golongan Piperion tidak menimbulkan efek sedatif
22. Golongan Piperazin
Contoh :
➢ Hidroksin
Dosis 25-100 mg : 3-4x /hari
Contoh :
➢ Prometazin
Dosis 10-25 mg : 3x / hari
Contoh :
➢ Klorfeniramin
Dosis 4-8 mg : 3-4x
/ hari
Golongan Alkilamin
Golongan Derivat
Fenotiazin
23. Antihistamin Generasi II
● Loratadine
Dosis 2-6 tahun : 5 mg 1x / hari
> 6 tahun : 10 mg 1x/ hari
● Cetirizin
Dosis 5-10 mg : 1-2x / hari
● Feksofenadin
Dosis 60 mg 2x/ hari
24. Gol. Adrenalin (Epinefrin)
❖ Epinephrine adalah obat yang digunakan untuk
penyuntikan pembuluh darah dalam
pengobatan hipersensitivitas akut.
❖ Indikasi :
Digunakan untuk mengobati anaphylaxis dan
sepsis
❖ Dosis :
IM / SC : 0,01 mg/kg (0,01 ml/kg dari larutan
1/1000) hingga 0,1 mg/kg. Dapat diulang 3x
dengan interval 20 menit jika perlu.
25. Kortikosteroid umumnya
digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, kemerahan,
gatal, dan reaksi alergi.
Seringkali digunakan untuk
mengobati sejumlah penyakit
yang berbeda, seperti alergi
parah, masalah klit, asma
dan artritis.
Gol. Kortikosteroid
26. Obat Golongan Kortikosteroid
Triamsinolon
Intraartikuler : 2,5 - 15 mg
IM : 0,05-0,2 mg/kg setiap 1-7 hari
Krim : 0,02%; 0,05% dipakai setiap 6-8 jam
Dexamethason Oral atau IV 0,1-0,25 mg/kg setiap 4x/hari
Hidrokortison Krim : 0,5%; 1% setiap 6-12 jam
Mometason
Furoat
Krim 0,1% dipakai 1x/hari
Berametason
Gel : 0,05%, krim, lotion, atau ointment 0,02%; 0,05%, 0,1%
dioleskan 1-3x/hari
28. Kesimpulan
Reaksi alergi adalah respons tubuh yang abnormal terhadap
suatu bahan atau zat yang biasanya tidak menyebabkan reaksi pada
orang yang tidak memiliki alergi terhadap zat tersebut. Reaksi alergi
dapat berkisar dari ringan hingga parah dan dapat melibatkan
berbagai gejala seperti ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, sesak
napas, hingga anafilaksis yang dapat mengancam nyawa. Alergi
dapat disebabkan oleh berbagai zat seperti makanan, obat-obatan,
serbuk sari, bulu binatang, atau bahan kimia tertentu. Untuk
mendiagnosis alergi dan zat pemicunya (alergen), dokter akan
bertanya mengenai gejala yang muncul, aktivitas yang dilakukan
sebelum gejala muncul, dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu,
dokter akan m
e
l
a
k
u
k
a
—n p
S
e
o
m
m
e
r
i
k
e
s
a
o
a
n
ne
fi
s
i
F
k
.
a
S
m
e
t
e
o
l
a
h
u
i
s
t
u
,dokter dapat
melakukan beberapa tes alergi, seperti: tes tempel (patch test), tes
tusuk kulit, tes darah dan tes eliminasi. Dengan diberikan
pengobatan farmakologi diantaranya, antihistamin, dekongestan,
kortikosteroid, adrenergik, dan imunoterapi.
29. Daftar Pustaka
—Someone Famous
● Sembiring Uzi. 2015. Hipersensitivitas. Makalah Imunologi.
UniversitasSamRatulangi : Manado
● Tanjung A, Yunihastuti E. 2010. Prosedur Dianostik Penyakit
Alergi. Dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 5. Jakarta :
Interna Publishing. Hal. 377-81.
● Pertiwi Ayu Diah. 2014. Alergi Terhadap Suhu, Makanan, dan
Debu. PoltekkesKemenkes Semarang: J
awaTengah.