2. 2
• Operasi atau pembedahan adalah suatu penanganan medis secara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani dan dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit,
injuri, atau deformitas tubuh yang akan mencederai jaringan yang dapat
menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ
tubuh lainnya.
• Pembedahan merupakan suatu kondisi yang merupakan kombinasi dari
anestesi, medikasi, trauma jaringan, kehilangan darah, dan perubahan
temperatur.
Definisi
3. Epidemiologi
▫ Diperkiraan setidaknya 11% dari beban penyakit di dunia
berasal dari penyakit atau keadaan yang sebenarnya bisa
ditanggulangi dengan pembedahan.
▫ Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009, menjabarkan bahwa tindakan
bedah menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di
Indonesia dengan persentase 12,8%.
3
4. Tindakan pembedahan merupakan stresor yang memicu respons
metabolik sehingga berpengaruh terhadap luaran, termasuk status
nutrisi.
Dr. David cuthbershon 1932 membagi respon terhadap metabolic
terhadap pembedahan dalam 2 fase:
1. Ebb phase : ditandai dengan hypovolemia disusul oleh respon
simpatis dan adrenal
2. Flow phase : pasien mengalami kehilangan protein dalam
kecepatan berlebihan.
4
5. Proses pembedahan menyebabkan trauma pada tubuh,
pada phase ini pasien akan terlihat pucat, takikardi, dan
lembab sebagai akibat hypovolemia yang terjadi pada tubuh
dan hal ini akan terjadi sampai sirkulasi dalam darah kembali
pulih.
Eeb phase akan memanjang jika dalam proses pembedahan
kehilangan darah yang cukup berlebih namun jarang terjadi
bila kehilangan darah hanya sedikit.
Setelah normovolemia amakan akan masuk pada flow phase.
1. Eeb Phase
5
6. Flow pase ditandai oleh oksidasi protein otot untuk memasok
glukosa sebagai bahan bakar esensisal untuk otak dan
jaringan dalam proses penyembuhan. Kehilangan protein
yang dipacu ini disebabkan karena meningkatnya proteolisis
otot bukan karena berkurangnya sintesis.
2. Flow Phase
6
8. 8
Respon Fisiologis Pasca Pembedahan
• Pasca pembedahan, pasien tidak memiliki nafsu makan dan terasa mual serta
muntah. Keadaan ini disebabkan karena terjadi reaksi metabolisme dalam tubuh
dan membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi terhadap makanan.
• Respon metabolisme juga terjadi, karbohidrat dan lemak dimetabolisme untuk
memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan suplai asam
amino yang dipakai untuk membangun jaringan baru. Faktor ini menjurus pada
kehilangan berat badan setelah pembedahan besar. Intake protein yang tinggi
diperlukan untuk mengisi kebutuhan protein untuk 12 proses penyembuhan
luka dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang optimal (Long. C, 1996).
10. Berat Badan
Setelah operasi tanpa komplikasi berat badan turun 3 kg,
penurunan berat badan mencapai maksimum pada akhir minggu
ke 2 pasca operasi. Selanjutnya berat badan akan naik 3 bulan
pasca operasi. Namun pada pasein yang sebelum operasi
mengalami deficit makan kenaikan berat badan akan berangsur
dalam waktu 6 bulan sampai dengan 1 tahun.
Kelebihan berat badan ini disebabkan karena penimbunan lemak
dan diistilahkan post traumatic obesity.
10
12. Lemak & Protein
Penurunan berat badan pasca operasi diakibatkan oksidasi lemak
dan dan pemecahan protein intuk memasok energi dan asam
amino 2 minggu pertama pasca bedah.
Kebanyakan lemak yang hilang terjadi dalam beberapa hari pasca
bedah ketika defisit energi adalah maksimal paling sedikit satu kg
hilang dalam minggu pertama. Setelah 2 atau 3 bulan, ketika
pasien sudah sehat dan cadangan protein sudah terisi,
penambahan lemak mencapai maksimum.
12
14. 14
Air
Selama minggu pertama pasca bedah ketika dimana kadar
hormone anti diuretik tinggi terjadi retensi air. Pasien mengalami
hiponatremia karena penambahan air natrium yang berasal dari
substansi sel dan oksidasi protein dan lemak.
16. Perubahan berat badan, lemak, protein, dan air pasca pembedahan
dapat memicu keadaan malnutrisi jika tidak diatasi dengan baik.
Malnutrisi energi dan protein akan berdampak pada fungsi fisiologis
dan meningkatkan risiko pembedahan atau memperpanjang masa
pemulihan (Widjanarko & Toar, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyembuhan luka
pasca pembedahan berhubungan dengan status gizi pasien, yang
menyebutkan semakin baik statugizi pasien maka semakin cepat pula
proses penyembuhan luka, dan sebaliknya (Paridah, 2014).
16
17. Terapi diet yang diberikan pada pasien pasca bedah ialah diet TETP (Tinggi
Energi Tinggi Protein) dengan tahapan pemberian bentuk makanan disesuaikan
dengan kondisi pasien dan jenis penyakit. Diet yang disarankan adalah:
1) Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi;
2) Bentuk makanan dan porsi disesuaikan dengan kemampuan dan kebiasaan
makan penderita;
3) Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam);
4) Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin;
5) Syarat diet pasca-operasi adalah pasca-operasi adalah memberikan makanan
memberikan makanan secara bertahap secara bertahap mulai darimulai dari
bentuk cair, saring, lunak, dan biasa.
17