SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
PRE – INTRA – POST
OPERATIF
Brivian Florentis Yustanta, SST, M.Kes
Program Studi D4 Kebidanan
STIKES KARYA HUSADA Kediri
Perawatan Pre-operatif
 Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal
ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-
tahapan berikutnya.
 Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya.
 Pengakajian secara integral dari fungsi px meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
suatu operasi.
Persiapan Px di Unit Perawatan
a. Konsultasi dengan dokter obstetri dan dokter
anestesi
b. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi
dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi.
Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk
sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, analgesik dll.
c. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah
setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik
bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi.
Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk
mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih
selama operasi.
d. Stocking kompresi
Stocking dengan ukuran yang tepat harus dipakai ibu
sebelum operasi dilakukan, terutama pada ibu yang
memiliki resiko tinggi, misal obesitas atau varises vena.
Kematian akibat emboli pulmoner merupakan resiko bagi
ibu yang melahirkan dengan operasi atau mengalami
imobilitas.
e. Mengidentifikasi dan melepas prostesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki
palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum anastesi
karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang
identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak
sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
f. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami
oleh px dibagi dalam 2 tahapan, yaitu
persiapan di unit perawatan dan persiapan
di ruang operasi
Persiapan Fisik px Sebelum Operasi
1) Status kesehatan fisik secara umum
Dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemfis lengkap, antara
lain status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dll. Px harus istirahat cukup
agar tidak mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi px yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan
bagi px wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur
TB dan BB, LILA, kadaralbumin, dsb. Jika ada
defisiensi nutrisi  diet TKTP untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk mengakibatkan px
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan px menjadi lebih lama
dirawat di RS. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius px dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan  input = output cairan. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pmx adalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar
kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmoll) dan kadar
kreatinin serum (0,70-1,50 mgdl). Keseimbangan
cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oligouria, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih
dahulu. Px dipuasakan, lamanya puasa antara 7
sampai 8 jam. Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke
area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada px yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada px kecelakaan lalu lintas.
Maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT.
5) Pencukuran daerah operasi (scheren)
Tujuannya untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan dapat menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada px
luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali px di berikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar px merasa lebih nyaman.
 Daerah yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi
pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada
lengan juga dilakukan pada pemasangan
infus sebelum pembedahan.
6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh px sangat penting untuk
persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Px dg kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika px
tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka bidan akan
memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan
dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada px
sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan px dalam menghadapi
kondsi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada px
sebelum operasi antara lain latihan nafas
dalam, latiihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi.
Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Tujuan :
 Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru
akibat pembedahan
 Membantu paru-paru berkembang dan
mencegah terjadinya akumulasi sekresi yang
terjadi setelah anestesi
Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat
penting bagi px sehingga setelah operasi, px
dapat segera melakukan berbagai pergerakan
yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan px. Keluarga px seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan px setalah operasi. Banyak px yang
tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh.
 Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika
px selesai operasi dan segera bergerak maka px akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus)
sehingga px akan lebih cepat flatus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur
sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan
optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring
dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka px
diminta melakukan secara mandiri.
Faktor Resiko Terhadap Pembedahan
Usia
Px dengan usia yang terlalu muda dan usia
lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal
ini diakibatkan cadangan fisiologis pada
usia tua sudah sangat menurun . Pada bayi
dan anak-anak disebabkan oleh karena
belum matur-nya semua fungsi organ.
Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas lebih beresiko
terhadap pembedahan dibandingakan dengan
orang normal dengan gizi baik terutama pada
fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi
maka orang tersebut mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut
antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin
C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K,
Fe dan zinc (diperlukan untuk sintesis protein).
Penyakit Kronis
Pada px yang menderita penyakit
kardiovaskuler, DM dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan
pemakian energi kalori untuk
penyembuhan primer. Dan juga pada
penyakit ini banyak masalah sistemik yang
mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan
sangat tinggi.
Merokok
Px dengan riwayat merokok akan mengalami
gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis
pembuluh darah, yang akan meningkatkan TD nya.
Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali
menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus
kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh
pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat
perlu dilakukan pengosongan lambung untuk
menghindari aspirasi dengan pemasangan NGT.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik,
seperti :
 Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah
fraktur)
 USG (Ultra Sono Grafi)
 CT scan (Computerized Tomography Scan)
 MRI (Magnetic Resonance Imagine)
 BNO-IVP,
 Renogram
 Cystoscopy
 Mammografi
 CIL (Colon in Loop)
 EKGECG (Electro Cardio Grafi)
 EEG (Electro Enchephalo Grafi)
 dll.
Pemeriksaan Laboratorium, berupa
pemeriksan darah :
 Hemoglobin
 angka leukosit
 Limfosit
 LED (laju enap darah)
 jumlah trombosit
 protein total (albumin dan globulin)
 elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida)
 ureum kretinin
 BUN
 Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan
darah.
 Biopsi
Yaitu tindakan sebelum operasi berupa
pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit px sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganasjinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
 Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui
apakah kadar gula darah px dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam
dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga
dilakukan pemeriksaan KGD acak.
 Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan
pembiuasan dilakukan untuk keselamatan
selama pembedahan. Sebelum dilakukan
anastesi demi kepentingan pembedahan, px
akan mengalami pemeriksaan status fisik yang
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri px. Pemeriksaan yang
biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society
of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada
umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
 Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam
pemeriksaan penunjang terhadap px, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung
gugat, yaitu Informed Consent. Baik px
maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap px
yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan
anastesi).
Perawatan intraoperatif
 Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh
bidan di ruang operasi. Aktivitas di ruang
operasi oleh perawat difokuskan pada px yang
menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik yang mengganggu px.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan
akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri px. Untuk itu
perawatan intra operatif tidak hanya berfokus
pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh px
selama operasi, namun juga harus berfokus
pada masalah psikologis yang dihadapi oleh px.
 Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri px,
tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang
kompeten dan kerja sama yang sinergis antara
masing-masing anggota tim. Secara umum
anggota tim dalam prosedur pembedahan ada
tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli
anastesi dan perawat anastesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan
px dalam posisi yang tepat di meja operasi,
kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan
scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah
perawat / bidan intra operatif.
 Untuk menjamin perawatan px yang
optimal selama pembedahan, informasi
mengenai px harus dijelaskan pada ahli
anastesi dan perawat anastesi, serta
perawat bedah dan dokter bedahnya.
Selain itu segala macam perkembangan
yang berkaitan dengan perawatan px di
unit perawatan pasca anastesi (PACU)
seperti perdarahan, temuan yang tidak
diperkirakan, permasalahan cairan dan
elektrolit, syok, kesulitan pernafasan
harus dicatat, didokumentasikan dan
dikomunikasikan dengan staff PACU.
Prinsip-Prinsip Umum
1) Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk
agar dicapainya keadaan yang memungkinkan
terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat
dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi,
tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk
dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi,
semua implantat, alat-alat yang dipakai personel
operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan
lain-lainnya) dan juga cara membersihkan
desinfeksi dari kulit/tangan
2) Prinsip asepsis personel
 Meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan
steril), Gowning (teknik pengunaan baju
operasi), dan Gloving (teknik pemakaian
sarung tangan steril). Semua anggota tim
operasi harus memahami konsep tersebut diatas
untuk dapat memberikan penatalaksanaan
operasi secara asepsis d sehingga
menghilangkan atau meminimalkan angka
kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan
bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi
selama prosedur pembedahan (infeksi
nosokomial).
 Disamping sebagai cara pencegahan
terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik
tersebut juga digunakan untuk memberikan
perlindungan bagi tenaga kesehatan
terhadap bahaya yang didapatkan akibat
prosedur tindakan. Bahaya yang dapat
muncul diantranya penularan berbagai
penyakit yang ditularkan melalui cairan
tubuh px (darah, cairan peritoneum, dll)
seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.
3) Prinsip asepsis px
Px yang akan menjalani pembedahan harus
diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan
melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi
steril. Prosedur-prosedur itu antara lain
adalah kebersihan px, desinfeksi lapangan
operasi.
4) Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk
pembedahan px harus benar-benar berada
dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah perawatan
dan sterilisasi alat, mempertahankan
kesterilan alat pada saat pembedahan
dengan menggunakan teknik tanpa
singgung dan menjaga agar tidak
bersinggungan dengan benda-benda non
steril.
Pengaturan posisi px
Kesejajaran fungsional
Memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang
berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula.
Contoh :
a) Supine (dorsal recumbent) :
Hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi.
b) Pronasi
Operasi pada daerah punggung dan spinal.
c) Trendelenburg
Dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering
digunakan untuk operasi daerah abdomen bawah atau pelvis.
d) Lithotomy
Posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya
digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan
pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
e) Lateral
Digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a) Posisi px di meja operasi selama prosedur pembedahan
harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk
mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk
jaminan keselamatan px dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
b) Memasang alat ke px
c) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien
untuk menenagkan px selama operasi sehingga px
kooperatif.
d) Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan
telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah jarum dan
instrumen tepat.
Monitoring Fisiologis
Melakukan balance cairan. Penghitungan
balance cairan dilakuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan px. Pemenuhan balance
cairan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah cairan yang masuk dan yang keluar
(cek pada kantong kateter urine) kemudian
melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan
pemberian cairan infus.
Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah
kondisi px normal atau tidak. Pemantauan yang
dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan
tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan
dll.
Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan TTV penting dilakukan untuk
memastikan kondisi klien masih dalam batas
normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan
intervensi secepatnya.
Monitoring Psikologis
a) Memberikan dukungan emosional pada px
b) Berdiri di dekat klien dan memberikan
sentuhan selama prosedur induksi
c) Mengkaji status emosional klien
d) Mengkomunikasikan status emosional klien
kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)
Tim Operasi
Anggota tim operasi secara umum dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu anggota
tim steril dan anggota tim non steril.
a) Steril : Ahli bedah , Asisten bedah,
Perawat Instrumentator (Scub nurse)
b) Non Steril : Ahli anastesi, Perawat
anastesi, Circulating nurse, Teknisi
(operator alat, ahli patologi dll)
Komplikasi
1) Hipotensi
Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya
dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu.
Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan
tekanan darah px dengan tujuan untuk menurunkan
jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi,
sehingga menungkinkan operasi lebih cepat dilakukan
dengan jumlah perdarahan yang sedikit. Hipotensi
yang disengaja ini biasanya dilakukan melalui
suntikan medikasi yang mempengaruhi sistem saraf
simpatis dan otot polos perifer.
2) Hipotermi
suhu tubuh < 36,5 derajat C . Sebagai akibat suhu
rendah di kamar operasi (25-26,6 derajat C), infus
dengan cairan yang dingin, luka terbuka pada tubuh,
aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-
obatan yang digunakan (, anastetik umum, dll).
Pencegahan : atur suhu ruangan kamar operasi pada
suhu ideal, caiaran IV dibuat pada suhu 37 derajat C,
baju operasi px dan selimut yang basah harus segera
diganti dengan baju dan selimut yang kering.
Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan
Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan
tidak hanya pada saat periode intra operatif saja,
namun juga sampai saat pasca operatif
3) Hipertermi Malignan
Sering kali terjadi pada px yang dioperasi.
Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari
50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan
yang adekuat. Terjadi akibat gangguan otot
yang disebabkan oleh agen anastetik.
Untuk menghindari mortalitas, maka segera
diberikan oksigen 100%, natrium dantrolen,
natrium bikarbonat dan agen relaksan otot.
lakukan juga monitoring terhadap kondisi px
meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan
analisa gas darah
Pascaoperatif
 Dilakukan diruang pemulihan tempat adanya
akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan
resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan
staf terampil dalam jumlah dan jenis yang
memadai.
Asuhan pasca operatif meliputi :
 Meningkatkan proses penyembuhan luka serta
mengurangi rasa nyeri, pengkajian suhu tubuh,
pengkajian frekuensi jantung, mempertahankan
respirasi yang sempurna, mempertahankan sirkulasi,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan cara memonitor input serta outputnya,
empertahankan eliminasi, dengan cara
mempertahankan asupan dan output serta
mencegah terjadinya retensi urine, pengkajian
tingkat kesadaran, pemberian posisi yang tepat pada
ibu, mempertahanka aktivitas dengan cara latihan
memperkuat otot sebelum ambulatori, mengurangi
kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.

More Related Content

Similar to Pre-Intra-Post Operatif

Konsep dasar keperawatan perioperatif
Konsep dasar keperawatan perioperatifKonsep dasar keperawatan perioperatif
Konsep dasar keperawatan perioperatifAgung Haryadi
 
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkk
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkkasuhan keperawatan pada Pre operasi okkk
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkkNabilah695583
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen pjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen pjj_kemenkes
 
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...aulia rahmah
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitisWarnet Raha
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitisWarnet Raha
 
Kb 1 asuhan pada pasien pre atau pos operasi
Kb 1 asuhan  pada pasien pre atau pos operasiKb 1 asuhan  pada pasien pre atau pos operasi
Kb 1 asuhan pada pasien pre atau pos operasipjj_kemenkes
 
Presentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptxPresentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptxMysteriousEgg
 
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdf
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdfKONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdf
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdfLaymad
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraSulistia Rini
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)conesti08com
 
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK V
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK VASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK V
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK Vkusmawati4
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasiUlfa Pradipta
 

Similar to Pre-Intra-Post Operatif (20)

Konsep dasar keperawatan perioperatif
Konsep dasar keperawatan perioperatifKonsep dasar keperawatan perioperatif
Konsep dasar keperawatan perioperatif
 
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkk
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkkasuhan keperawatan pada Pre operasi okkk
asuhan keperawatan pada Pre operasi okkk
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
 
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Akibat Trauma Abdomen
 
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...Jenis persiapan dan perawatan  pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
Jenis persiapan dan perawatan pre operasi, intra dan post operasi, dan luka ...
 
Benign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasiaBenign prostate hyperplasia
Benign prostate hyperplasia
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Askep apendisitis
Askep apendisitisAskep apendisitis
Askep apendisitis
 
Modul 3 kdk ii
Modul 3 kdk iiModul 3 kdk ii
Modul 3 kdk ii
 
Kb 1 asuhan pada pasien pre atau pos operasi
Kb 1 asuhan  pada pasien pre atau pos operasiKb 1 asuhan  pada pasien pre atau pos operasi
Kb 1 asuhan pada pasien pre atau pos operasi
 
Presentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptxPresentasi ERAS, MABI.pptx
Presentasi ERAS, MABI.pptx
 
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASIPERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
PERSIAPAN DAN PERAWATAN OPERASI
 
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdf
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdfKONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdf
KONSEP DASAR PEMBEDAHAN 2022.pdf
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1
 
Lapsus anes
Lapsus anesLapsus anes
Lapsus anes
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK V
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK VASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK V
ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERASI OLEH KELOMPOK V
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 

Pre-Intra-Post Operatif

  • 1. PRE – INTRA – POST OPERATIF Brivian Florentis Yustanta, SST, M.Kes Program Studi D4 Kebidanan STIKES KARYA HUSADA Kediri
  • 2. Perawatan Pre-operatif  Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan- tahapan berikutnya.  Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.  Pengakajian secara integral dari fungsi px meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
  • 3. Persiapan Px di Unit Perawatan a. Konsultasi dengan dokter obstetri dan dokter anestesi b. Pramedikasi Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, analgesik dll. c. Perawatan kandung kemih dan usus Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi. Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih selama operasi.
  • 4. d. Stocking kompresi Stocking dengan ukuran yang tepat harus dipakai ibu sebelum operasi dilakukan, terutama pada ibu yang memiliki resiko tinggi, misal obesitas atau varises vena. Kematian akibat emboli pulmoner merupakan resiko bagi ibu yang melahirkan dengan operasi atau mengalami imobilitas. e. Mengidentifikasi dan melepas prostesis Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum anastesi karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
  • 5. f. Persiapan Fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh px dibagi dalam 2 tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi
  • 6. Persiapan Fisik px Sebelum Operasi 1) Status kesehatan fisik secara umum Dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemfis lengkap, antara lain status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dll. Px harus istirahat cukup agar tidak mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi px yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi px wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
  • 7. 2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur TB dan BB, LILA, kadaralbumin, dsb. Jika ada defisiensi nutrisi  diet TKTP untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk mengakibatkan px mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan px menjadi lebih lama dirawat di RS. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius px dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
  • 8. 3) Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan  input = output cairan. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pmx adalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmoll) dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligouria, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
  • 9. 4) Kebersihan lambung dan kolon Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Px dipuasakan, lamanya puasa antara 7 sampai 8 jam. Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru- paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus pada px yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada px kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT.
  • 10. 5) Pencukuran daerah operasi (scheren) Tujuannya untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan dapat menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada px luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali px di berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar px merasa lebih nyaman.
  • 11.  Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
  • 12. 6) Personal Hygine Kebersihan tubuh px sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Px dg kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika px tidak mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka bidan akan memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
  • 13. 7) Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
  • 14. 8) Latihan Pra Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada px sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan px dalam menghadapi kondsi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada px sebelum operasi antara lain latihan nafas dalam, latiihan batuk efektif dan latihan gerak sendi.
  • 15. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif Tujuan :  Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru akibat pembedahan  Membantu paru-paru berkembang dan mencegah terjadinya akumulasi sekresi yang terjadi setelah anestesi
  • 16. Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi px sehingga setelah operasi, px dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan px. Keluarga px seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan px setalah operasi. Banyak px yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
  • 17.  Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika px selesai operasi dan segera bergerak maka px akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga px akan lebih cepat flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka px diminta melakukan secara mandiri.
  • 18. Faktor Resiko Terhadap Pembedahan Usia Px dengan usia yang terlalu muda dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . Pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
  • 19. Nutrisi Kondisi malnutrisi dan obesitas lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, Fe dan zinc (diperlukan untuk sintesis protein).
  • 20. Penyakit Kronis Pada px yang menderita penyakit kardiovaskuler, DM dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
  • 21. Merokok Px dengan riwayat merokok akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan TD nya. Alkohol dan obat-obatan Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari aspirasi dengan pemasangan NGT.
  • 22. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti :  Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur)  USG (Ultra Sono Grafi)  CT scan (Computerized Tomography Scan)  MRI (Magnetic Resonance Imagine)  BNO-IVP,  Renogram  Cystoscopy  Mammografi  CIL (Colon in Loop)  EKGECG (Electro Cardio Grafi)  EEG (Electro Enchephalo Grafi)  dll.
  • 23. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah :  Hemoglobin  angka leukosit  Limfosit  LED (laju enap darah)  jumlah trombosit  protein total (albumin dan globulin)  elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida)  ureum kretinin  BUN  Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkait dengan kelainan darah.
  • 24.  Biopsi Yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit px sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganasjinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.  Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD) Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah px dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD acak.
  • 25.  Pemeriksaan Status Anastesi Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, px akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri px. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
  • 26.  Informed Consent Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap px, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik px maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap px yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
  • 27. Perawatan intraoperatif  Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang dilakukan oleh bidan di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat difokuskan pada px yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu px. Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun psikologis pada diri px. Untuk itu perawatan intra operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh px selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh px.
  • 28.  Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri px, tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli anastesi dan perawat anastesi yang bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan px dalam posisi yang tepat di meja operasi, kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah perawat / bidan intra operatif.
  • 29.  Untuk menjamin perawatan px yang optimal selama pembedahan, informasi mengenai px harus dijelaskan pada ahli anastesi dan perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala macam perkembangan yang berkaitan dengan perawatan px di unit perawatan pasca anastesi (PACU) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan, permasalahan cairan dan elektrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat, didokumentasikan dan dikomunikasikan dengan staff PACU.
  • 30. Prinsip-Prinsip Umum 1) Prinsip asepsis ruangan Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan desinfeksi dari kulit/tangan
  • 31. 2) Prinsip asepsis personel  Meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik pengunaan baju operasi), dan Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis d sehingga menghilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial).
  • 32.  Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh px (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.
  • 33. 3) Prinsip asepsis px Px yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalah kebersihan px, desinfeksi lapangan operasi.
  • 34. 4) Prinsip asepsis instrumen Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan px harus benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.
  • 35. Pengaturan posisi px Kesejajaran fungsional Memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula. Contoh : a) Supine (dorsal recumbent) : Hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi. b) Pronasi Operasi pada daerah punggung dan spinal. c) Trendelenburg Dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering digunakan untuk operasi daerah abdomen bawah atau pelvis. d) Lithotomy Posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy e) Lateral Digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
  • 36. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi a) Posisi px di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk jaminan keselamatan px dengan memberikan posisi fisiologis dan mencegah terjadinya injury. b) Memasang alat ke px c) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien untuk menenagkan px selama operasi sehingga px kooperatif. d) Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah jarum dan instrumen tepat.
  • 37. Monitoring Fisiologis Melakukan balance cairan. Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan cairan px. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan infus.
  • 38. Memantau kondisi cardiopulmonal Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah kondisi px normal atau tidak. Pemantauan yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan dll. Pemantauan terhadap perubahan vital sign Pemantauan TTV penting dilakukan untuk memastikan kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan intervensi secepatnya.
  • 39. Monitoring Psikologis a) Memberikan dukungan emosional pada px b) Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi c) Mengkaji status emosional klien d) Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)
  • 40. Tim Operasi Anggota tim operasi secara umum dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu anggota tim steril dan anggota tim non steril. a) Steril : Ahli bedah , Asisten bedah, Perawat Instrumentator (Scub nurse) b) Non Steril : Ahli anastesi, Perawat anastesi, Circulating nurse, Teknisi (operator alat, ahli patologi dll)
  • 41. Komplikasi 1) Hipotensi Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu. Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan tekanan darah px dengan tujuan untuk menurunkan jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi, sehingga menungkinkan operasi lebih cepat dilakukan dengan jumlah perdarahan yang sedikit. Hipotensi yang disengaja ini biasanya dilakukan melalui suntikan medikasi yang mempengaruhi sistem saraf simpatis dan otot polos perifer.
  • 42. 2) Hipotermi suhu tubuh < 36,5 derajat C . Sebagai akibat suhu rendah di kamar operasi (25-26,6 derajat C), infus dengan cairan yang dingin, luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat- obatan yang digunakan (, anastetik umum, dll). Pencegahan : atur suhu ruangan kamar operasi pada suhu ideal, caiaran IV dibuat pada suhu 37 derajat C, baju operasi px dan selimut yang basah harus segera diganti dengan baju dan selimut yang kering. Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan tidak hanya pada saat periode intra operatif saja, namun juga sampai saat pasca operatif
  • 43. 3) Hipertermi Malignan Sering kali terjadi pada px yang dioperasi. Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari 50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan yang adekuat. Terjadi akibat gangguan otot yang disebabkan oleh agen anastetik. Untuk menghindari mortalitas, maka segera diberikan oksigen 100%, natrium dantrolen, natrium bikarbonat dan agen relaksan otot. lakukan juga monitoring terhadap kondisi px meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan analisa gas darah
  • 44. Pascaoperatif  Dilakukan diruang pemulihan tempat adanya akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan staf terampil dalam jumlah dan jenis yang memadai.
  • 45. Asuhan pasca operatif meliputi :  Meningkatkan proses penyembuhan luka serta mengurangi rasa nyeri, pengkajian suhu tubuh, pengkajian frekuensi jantung, mempertahankan respirasi yang sempurna, mempertahankan sirkulasi, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memonitor input serta outputnya, empertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine, pengkajian tingkat kesadaran, pemberian posisi yang tepat pada ibu, mempertahanka aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum ambulatori, mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.