Dokumen tersebut membahas persiapan pasien sebelum operasi, meliputi penilaian kesehatan umum, status nutrisi dan cairan, persiapan fisik seperti pencukuran daerah operasi, latihan pra-operasi, serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien sebelum operasi."
1. PRE – INTRA – POST
OPERATIF
Brivian Florentis Yustanta, SST, M.Kes
Program Studi D4 Kebidanan
STIKES KARYA HUSADA Kediri
2. Perawatan Pre-operatif
Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal
ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-
tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi px meliputi
fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan
suatu operasi.
3. Persiapan Px di Unit Perawatan
a. Konsultasi dengan dokter obstetri dan dokter
anestesi
b. Pramedikasi
Pramedikasi adalah obat yang diberikan sebelum operasi
dilakukan. Sebagai persiapan atau bagian dari anestesi.
Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk
sesuai kebutuhan, misalnya relaksan, analgesik dll.
c. Perawatan kandung kemih dan usus
Konstipasi dapat terjadi sebagai masalah pascabedah
setelah puasa dan imobilisasi, oleh karena itu lebih baik
bila dilakukan pengosongan usus sebelum operasi.
Kateter residu atau indweling dapat tetap dipasang untuk
mencegah terjadinya trauma pada kandung kemih
selama operasi.
4. d. Stocking kompresi
Stocking dengan ukuran yang tepat harus dipakai ibu
sebelum operasi dilakukan, terutama pada ibu yang
memiliki resiko tinggi, misal obesitas atau varises vena.
Kematian akibat emboli pulmoner merupakan resiko bagi
ibu yang melahirkan dengan operasi atau mengalami
imobilitas.
e. Mengidentifikasi dan melepas prostesis
Semua prostesis seperti lensa kontak, gigi palsu, kaki
palsu, perhiasan dll harus dilepas sebelum anastesi
karena adanya resiko terlepas dan tertelan. Pakai gelang
identitas, terutama pada ibu yang diperkirakan akan tidak
sadar dan disiapkan gelang identitas untuk bayi.
5. f. Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami
oleh px dibagi dalam 2 tahapan, yaitu
persiapan di unit perawatan dan persiapan
di ruang operasi
6. Persiapan Fisik px Sebelum Operasi
1) Status kesehatan fisik secara umum
Dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat
penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat
kesehatan keluarga, pemfis lengkap, antara
lain status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dll. Px harus istirahat cukup
agar tidak mengalami stres fisik, tubuh lebih
rileks sehingga bagi px yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan
bagi px wanita tidak akan memicu terjadinya
haid lebih awal.
7. 2) Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur
TB dan BB, LILA, kadaralbumin, dsb. Jika ada
defisiensi nutrisi diet TKTP untuk perbaikan
jaringan. Kondisi gizi buruk mengakibatkan px
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan px menjadi lebih lama
dirawat di RS. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi
(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang
lama. Pada kondisi yang serius px dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
8. 3) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan input = output cairan. Kadar
elektrolit yang biasanya dilakuakan pmx adalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar
kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmoll) dan kadar
kreatinin serum (0,70-1,50 mgdl). Keseimbangan
cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam
basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan
dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oligouria, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
9. 4) Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih
dahulu. Px dipuasakan, lamanya puasa antara 7
sampai 8 jam. Tujuan dari pengosongan
lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-
paru) dan menghindari kontaminasi feses ke
area pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan. Khusus
pada px yang menbutuhkan operasi CITO
(segera), seperti pada px kecelakaan lalu lintas.
Maka pengosongan lambung dapat dilakukan
dengan cara pemasangan NGT.
10. 5) Pencukuran daerah operasi (scheren)
Tujuannya untuk menghindari terjadinya infeksi
pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan dapat menghambat
proses penyembuhan dan perawatan luka. Ada
beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan
pencukuran sebelum operasi, misalnya pada px
luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran
harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai
menimbulkan luka pada daerah yang dicukur.
Sering kali px di berikan kesempatan untuk
mencukur sendiri agar px merasa lebih nyaman.
11. Daerah yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah
sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi
pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
operasi pemasangan plate pada fraktur
femur, hemmoroidektomi. Selain terkait
daerah pembedahan, pencukuran pada
lengan juga dilakukan pada pemasangan
infus sebelum pembedahan.
12. 6) Personal Hygine
Kebersihan tubuh px sangat penting untuk
persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi. Px dg kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika px
tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka bidan akan
memeberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
13. 7) Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan
dengan melakukan pemasangan kateter.
Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperluka untuk
mengobservasi balance cairan.
14. 8) Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada px
sebelum operasi, hal ini sangat penting
sebagai persiapan px dalam menghadapi
kondsi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada
tenggorokan. Latihan yang diberikan pada px
sebelum operasi antara lain latihan nafas
dalam, latiihan batuk efektif dan latihan
gerak sendi.
15. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Tujuan :
Mencegah terjadinya komplikasi paru-paru
akibat pembedahan
Membantu paru-paru berkembang dan
mencegah terjadinya akumulasi sekresi yang
terjadi setelah anestesi
16. Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat
penting bagi px sehingga setelah operasi, px
dapat segera melakukan berbagai pergerakan
yang diperlukan untuk mempercepat proses
penyembuhan px. Keluarga px seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang
pergerakan px setalah operasi. Banyak px yang
tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh.
17. Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika
px selesai operasi dan segera bergerak maka px akan
lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus)
sehingga px akan lebih cepat flatus. Keuntungan lain
adalah menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur
sendi dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya
adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah
stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan
optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan
perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya
dilakukan secara pasif namun kemudian seiring
dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka px
diminta melakukan secara mandiri.
18. Faktor Resiko Terhadap Pembedahan
Usia
Px dengan usia yang terlalu muda dan usia
lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal
ini diakibatkan cadangan fisiologis pada
usia tua sudah sangat menurun . Pada bayi
dan anak-anak disebabkan oleh karena
belum matur-nya semua fungsi organ.
19. Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas lebih beresiko
terhadap pembedahan dibandingakan dengan
orang normal dengan gizi baik terutama pada
fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi
maka orang tersebut mengalami defisiensi
nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses
penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut
antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin
C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K,
Fe dan zinc (diperlukan untuk sintesis protein).
20. Penyakit Kronis
Pada px yang menderita penyakit
kardiovaskuler, DM dan insufisiensi ginjal
menjadi lebih sukar terkait dengan
pemakian energi kalori untuk
penyembuhan primer. Dan juga pada
penyakit ini banyak masalah sistemik yang
mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan
sangat tinggi.
21. Merokok
Px dengan riwayat merokok akan mengalami
gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis
pembuluh darah, yang akan meningkatkan TD nya.
Alkohol dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic kronik seringkali
menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik,
sperti gangguan ginjal dan hepar yang akan
meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus
kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh
pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat
perlu dilakukan pengosongan lambung untuk
menghindari aspirasi dengan pemasangan NGT.
23. Pemeriksaan Laboratorium, berupa
pemeriksan darah :
Hemoglobin
angka leukosit
Limfosit
LED (laju enap darah)
jumlah trombosit
protein total (albumin dan globulin)
elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida)
ureum kretinin
BUN
Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkait dengan kelainan
darah.
24. Biopsi
Yaitu tindakan sebelum operasi berupa
pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit px sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganasjinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui
apakah kadar gula darah px dalan rentang
normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam
dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga
dilakukan pemeriksaan KGD acak.
25. Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan
pembiuasan dilakukan untuk keselamatan
selama pembedahan. Sebelum dilakukan
anastesi demi kepentingan pembedahan, px
akan mengalami pemeriksaan status fisik yang
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri px. Pemeriksaan yang
biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society
of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan
karena obat dan teknik anastesi pada
umumnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
26. Informed Consent
Selain dilakukannya berbagai macam
pemeriksaan penunjang terhadap px, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung
gugat, yaitu Informed Consent. Baik px
maupun keluarganya harus menyadari bahwa
tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap px
yang akan menjalani tindakan medis, wajib
menuliskan surat pernyataan persetujuan
dilakukan tindakan medis (pembedahan dan
anastesi).
27. Perawatan intraoperatif
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh
bidan di ruang operasi. Aktivitas di ruang
operasi oleh perawat difokuskan pada px yang
menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan
masalah-masalah fisik yang mengganggu px.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan
akan muncul permasalahan baik fisiologis
maupun psikologis pada diri px. Untuk itu
perawatan intra operatif tidak hanya berfokus
pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh px
selama operasi, namun juga harus berfokus
pada masalah psikologis yang dihadapi oleh px.
28. Untuk menghasilkan hasil terbaik bagi diri px,
tentunya diperlukan tenaga kesehatan yang
kompeten dan kerja sama yang sinergis antara
masing-masing anggota tim. Secara umum
anggota tim dalam prosedur pembedahan ada
tiga kelompok besar, meliputi pertama, ahli
anastesi dan perawat anastesi yang bertugas
memberikan agen analgetik dan membaringkan
px dalam posisi yang tepat di meja operasi,
kedua ahli bedah dan asisten yang melakukan
scrub dan pembedahan dan yang ketiga adalah
perawat / bidan intra operatif.
29. Untuk menjamin perawatan px yang
optimal selama pembedahan, informasi
mengenai px harus dijelaskan pada ahli
anastesi dan perawat anastesi, serta
perawat bedah dan dokter bedahnya.
Selain itu segala macam perkembangan
yang berkaitan dengan perawatan px di
unit perawatan pasca anastesi (PACU)
seperti perdarahan, temuan yang tidak
diperkirakan, permasalahan cairan dan
elektrolit, syok, kesulitan pernafasan
harus dicatat, didokumentasikan dan
dikomunikasikan dengan staff PACU.
30. Prinsip-Prinsip Umum
1) Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk
agar dicapainya keadaan yang memungkinkan
terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat
dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi,
tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk
dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain
alat-alat bedah, seluruh sarana kamar operasi,
semua implantat, alat-alat yang dipakai personel
operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan
lain-lainnya) dan juga cara membersihkan
desinfeksi dari kulit/tangan
31. 2) Prinsip asepsis personel
Meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci tangan
steril), Gowning (teknik pengunaan baju
operasi), dan Gloving (teknik pemakaian
sarung tangan steril). Semua anggota tim
operasi harus memahami konsep tersebut diatas
untuk dapat memberikan penatalaksanaan
operasi secara asepsis d sehingga
menghilangkan atau meminimalkan angka
kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan
bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi
selama prosedur pembedahan (infeksi
nosokomial).
32. Disamping sebagai cara pencegahan
terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik
tersebut juga digunakan untuk memberikan
perlindungan bagi tenaga kesehatan
terhadap bahaya yang didapatkan akibat
prosedur tindakan. Bahaya yang dapat
muncul diantranya penularan berbagai
penyakit yang ditularkan melalui cairan
tubuh px (darah, cairan peritoneum, dll)
seperti HIV/AIDS, Hepatitis dll.
33. 3) Prinsip asepsis px
Px yang akan menjalani pembedahan harus
diasepsiskan. Maksudnya adalah dengan
melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi
steril. Prosedur-prosedur itu antara lain
adalah kebersihan px, desinfeksi lapangan
operasi.
34. 4) Prinsip asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk
pembedahan px harus benar-benar berada
dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat
dilakukan diantaranya adalah perawatan
dan sterilisasi alat, mempertahankan
kesterilan alat pada saat pembedahan
dengan menggunakan teknik tanpa
singgung dan menjaga agar tidak
bersinggungan dengan benda-benda non
steril.
35. Pengaturan posisi px
Kesejajaran fungsional
Memberikan posisi yang tepat selama operasi. Operasi yang
berbeda akan membutuhkan posisi yang berbeda pula.
Contoh :
a) Supine (dorsal recumbent) :
Hernia, laparotomy, laparotomy eksplorasi, appendiktomi.
b) Pronasi
Operasi pada daerah punggung dan spinal.
c) Trendelenburg
Dengan menempatkan bagian usus diatas abdomen, sering
digunakan untuk operasi daerah abdomen bawah atau pelvis.
d) Lithotomy
Posisi ini mengekspose area perineal dan rectal dan biasanya
digunakan untuk operasi vagina. Dilatasi dan kuretase dan
pembedahan rectal seperti : Hemmoiroidektomy
e) Lateral
Digunakan untuk operasi ginjal, dada dan pinggul.
36. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
a) Posisi px di meja operasi selama prosedur pembedahan
harus dipertahankan sedemikian rupa. Hal ini selain untuk
mempermudah proses pembedahan juga sebagai bentuk
jaminan keselamatan px dengan memberikan posisi
fisiologis dan mencegah terjadinya injury.
b) Memasang alat ke px
c) Memberikan dukungan fisik dan psikologis pada klien
untuk menenagkan px selama operasi sehingga px
kooperatif.
d) Memastikan bahwa semua peralatan yang dibutuhkan
telah siap seperti : cairan infus, oksigen, jumlah jarum dan
instrumen tepat.
37. Monitoring Fisiologis
Melakukan balance cairan. Penghitungan
balance cairan dilakuan untuk memenuhi
kebutuhan cairan px. Pemenuhan balance
cairan dilakukan dengan cara menghitung
jumlah cairan yang masuk dan yang keluar
(cek pada kantong kateter urine) kemudian
melakukan koreksi terhadap imbalance
cairan yang terjadi. Misalnya dengan
pemberian cairan infus.
38. Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat apakah
kondisi px normal atau tidak. Pemantauan yang
dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan
tekanan darah, saturasi oksigen, perdarahan
dll.
Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan TTV penting dilakukan untuk
memastikan kondisi klien masih dalam batas
normal. Jika terjadi gangguan harus dilakukan
intervensi secepatnya.
39. Monitoring Psikologis
a) Memberikan dukungan emosional pada px
b) Berdiri di dekat klien dan memberikan
sentuhan selama prosedur induksi
c) Mengkaji status emosional klien
d) Mengkomunikasikan status emosional klien
kepada tim kesehatan (jika ada perubahan)
40. Tim Operasi
Anggota tim operasi secara umum dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu anggota
tim steril dan anggota tim non steril.
a) Steril : Ahli bedah , Asisten bedah,
Perawat Instrumentator (Scub nurse)
b) Non Steril : Ahli anastesi, Perawat
anastesi, Circulating nurse, Teknisi
(operator alat, ahli patologi dll)
41. Komplikasi
1) Hipotensi
Hipotensi yeng terjadi selama pembedahan, biasanya
dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu.
Hipotensi ini memang diinginkan untuk menurunkan
tekanan darah px dengan tujuan untuk menurunkan
jumlah perdarahan pada bagian yang dioperasi,
sehingga menungkinkan operasi lebih cepat dilakukan
dengan jumlah perdarahan yang sedikit. Hipotensi
yang disengaja ini biasanya dilakukan melalui
suntikan medikasi yang mempengaruhi sistem saraf
simpatis dan otot polos perifer.
42. 2) Hipotermi
suhu tubuh < 36,5 derajat C . Sebagai akibat suhu
rendah di kamar operasi (25-26,6 derajat C), infus
dengan cairan yang dingin, luka terbuka pada tubuh,
aktivitas otot yang menurun, usia lanjut atau obat-
obatan yang digunakan (, anastetik umum, dll).
Pencegahan : atur suhu ruangan kamar operasi pada
suhu ideal, caiaran IV dibuat pada suhu 37 derajat C,
baju operasi px dan selimut yang basah harus segera
diganti dengan baju dan selimut yang kering.
Penggunaann topi operasi juga dapat dilakukan
Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini dilakukan
tidak hanya pada saat periode intra operatif saja,
namun juga sampai saat pasca operatif
43. 3) Hipertermi Malignan
Sering kali terjadi pada px yang dioperasi.
Angka mortalitasnya sangat tinggi lebih dari
50%. Sehingga diperlukan penatalaksanaan
yang adekuat. Terjadi akibat gangguan otot
yang disebabkan oleh agen anastetik.
Untuk menghindari mortalitas, maka segera
diberikan oksigen 100%, natrium dantrolen,
natrium bikarbonat dan agen relaksan otot.
lakukan juga monitoring terhadap kondisi px
meliputi tanda-tanda vital, EKG, elektrolit dan
analisa gas darah
44. Pascaoperatif
Dilakukan diruang pemulihan tempat adanya
akses yang cepat ke oksigen, pengisap, peralatan
resusitasi, monitor, bel panggil emergensi, dan
staf terampil dalam jumlah dan jenis yang
memadai.
45. Asuhan pasca operatif meliputi :
Meningkatkan proses penyembuhan luka serta
mengurangi rasa nyeri, pengkajian suhu tubuh,
pengkajian frekuensi jantung, mempertahankan
respirasi yang sempurna, mempertahankan sirkulasi,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan cara memonitor input serta outputnya,
empertahankan eliminasi, dengan cara
mempertahankan asupan dan output serta
mencegah terjadinya retensi urine, pengkajian
tingkat kesadaran, pemberian posisi yang tepat pada
ibu, mempertahanka aktivitas dengan cara latihan
memperkuat otot sebelum ambulatori, mengurangi
kecemasan dengan cara melakukan komunikasi
secara terapeutik.