Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir.
Menurut Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng., drainase adalah mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
Manajemen sampah yang tidak bagus dapat menyebabkan tersumbatnya sistem drainase, yang bisa menyebabkan meluapnya air akibat berkurangnya debit air yang dapat ditampung dan disalurkan oleh drainase.
Pertambahan jumlah penduduk juga menjadi masalah sendiri bagi daya tampung drainase. Meningkatnya jumlah penduduk berarti bertambahnya infrastruktur, yang diiringi oleh bertambahnya jumlah limbah yang dikeluarkan ke lingkungan.
Sistim Drainase Perkotaan adalah prasarana yang terdiri dari kumpulan sistem saluran didalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari banjir atau genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
Perencanaan Sistem Drainase Sub Das Karang Mumus Hilir Kota Samarinda Kalima...Alphariyan Sukmara
Abstrak-Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia serta salah satu kota terbesar di
pulau Kalimantan. Dipilihnya Sub Das Karang Mumus Hilir sendiri dikarenakan sering terjadinya genangan air pada saat
setelah hujan. Faktor penyebab genangan air tersebut kurang memadainya kapasitas saluran yang ada, terjadinya backwater
dari sungai karang mumus yang mempengaruhi saluran sekunder, dan terjadinya backwater dari sungai mahakam yang
mempengaruhi sungai karang mumus. Genangan banjir dapat dihindari dengan perencanaan sistem drainase sesuai dengan
kebutuhan daerah Sub Das Karang Mumus Hilir tersebut, sehingga dalam studi ini akan dibahas mengenai besarnya debit
banjir rencana pada Sub Das Karang Mumus hilir beserta perencanaan sistem drainase.
Perhitungan yang dipakai dalam perencanaan sistem drainase ini antara lain perhitungan curah hujan rencana
dengan menggunakan Pearson Tipe III, debit rencana banjir menggunakan metode hidrograf Nakayazu, analisa limpasan
bendungan benangan lempake menggunakan lengkung kapasitas, analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran primer
dengan metode manning, analisa profil muka air Sungai Karang Mumus sebelum backwater, Analisa profil muka air Sungai
Karang Mumus setelah backwater, Analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran sekunder Sungai Karang Mumus dengan
metode manning, Analisa profil muka air saluran sekunder dengan menggunakan metode tahapan langsung (direct step), lalu
dengan adanya kondisi backwater , kemiringan yang sangat curam dengan ΔH lebih dari 1,5 m, dan kemiringan rencana
lebih kecil daripada kemiringan eksisting maka dibutuhkannya perencanaan bangunan bantu
Dari hasil perencanaan sistem drainase sub Das Karang Mumus Hilir meliputi curah hujan periode ulang 10 tahun
untuk saluran sekunder 114,746 mm dan periode ulang 50 tahun untuk saluran primer 131,470 mm, sehingga didapatkan
debit banjir bervariasi yaitu antara 5,917 sampai dengan 52,405 m3/dt dan 983,23 m3/dt. Dari debit hidrolika bentuk dimensi
diperoleh dengan trapesium untuk saluran primer dengan dimensi maksimum b = 47,02 m, hair = 4,61 m , h saluran = 6 m dan
persegi untuk saluran sekunder dengan dimensi maksimum b = 7 m, hair = 2,6 m , h saluran = 3,5 m. serta bangunan bantu
yang diperlukan dalam saluran sekunder yang meliputi pintu air, bangunan terjun dan got miring.
Outlet channel Sungai Karang Anyar ini langsung bermuara ke laut yang dipengaruhi oleh pasang surut. Banjir sering terjadi pada saat hujan bersamaan dengan air laut pasang. Outlet channel ini memiliki kemiringan eksisting yang sangat landai, data awal menyebutkan panjang outlet channel ini kurang lebih 1.625 m
Terminal merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Sebagai tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian lalu lintas. Sebagai prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. Sebagai unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota
mekanika rekayasa 3 (perhitungan momen dengan metode cross)Juleha Usmad
PERHITUNGAN MOMEN DISTRIBUSI (CROSS)
perhitungan beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa pada gedung 5 lantai dengan menentukan dimensi balok dan kolom.
LARUTAN
(Sifat Larutan,
Konsentrasi Molar, Molal, % Konsentrasi, Fraksimol, Bpj,
Sifat Koligatif
Elektrolit, Sifat Koligatif Non Elektrolit, Cahaya Oleh Larutan)
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
1. REKAYASA DRAINASE
Dosen Pembimbing : Rismalinda, MT
SALURAN DRAINASE DI KAMPUNG PADANG
KABUPATEN ROKAN HULU
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
JULEHA (1213019)
NASRI (1213003)
MUTRIDI (1213005)
HERLAN TONI (1213000)
HASMAR (1213004)
2. A. LATAR BELAKANG
Sistem drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan,
sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di
permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk
secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam
Bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di
permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah.
Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air
demi pencegahan banjir.
3. Masalah inilah yang dihadapi oleh
masyarakat Kota Pasir Pengaraian
terkhususnya pada kawasan yang kami amati
yaitu pada ruas jalan Tuanku Tambusai
(Kampung Padang).
Pertambahan penduduk yang tidak
diimbangi dengan penyediaan prasarana dan
sarana perkotaan yang tidak memadai
mengakibatkan pemanfaatan lahan yang tidak
tertib.
4. B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui dan memahami sistem saluran drainase;
2. Mengetahui dan memahami ukuran drainase di
Kampung Padang;
3. Mengetahui dan memahami fungsi drainase;
4. Menganalisis debit/kecepatan arus drainase di
Kampung Padang;
5. Sebagai bahan perkuliahan mata kuliah Rekayasa
Drainase.
5. C. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan solusi atau cara mengatasi dari
penyebab tersendatnya saluran drainase di Desa
Kampung Padang ;
2. Tim surveyor menjadi lebih tahu kondisi saluran
drainase di Kampung Padang.
6. 1. Data Primer
Data primer di peroleh dari analisa, ini dilakukan untuk
peninjauan langsung di lapangan seperti: mengetahui
besarnya debit aliran pada kondisi saluran drainase di
Kampung Padang dengan datang langsung ke lokasi.
2. Data Sekuder
Data sekunder yaitu pemberitahuan dari warga sekitar,
dapat berupa wawancara
A. CARA PENGAMBILAN DATA
7. Adapun lokasi penelitian yang kami
teliti adalah di Desa Kampung Padang, Pasir
Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu.
B. LOKASI PENELITIAN
8. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
1. Curent Meter, yaitu alat pengukur
debit/kecepatan aliran drainase ;
2. Camera Digital ;
3. Meteran ;
4. Stopwatch ;
5. Alat tulis.
C. ALAT YANG DIGUNAKAN
9. D. UKURAN DRAINASE
Ukuran drainase di Desa Kampung Padang Pasir
Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu.
Saluran Drainase di Kampung Padang memiliki ukuran
sebagai berikut:
Saluran Drainase Primer (utama) Jln. Tuanku Tambusai,
Lebar bawah = 40 cm
Lebar atas = 70 cm
Kedalaman = 70 cm
Saluran drainase berbentuk travesium
Panjang saluran drainase primer = 675 meter (sisi kiri jalan)
675 meter (sisi kanan jalan)
10. Saluran Drainase Sekunder (Simp. Mesjid)
Lebar = 40 cm
Kedalaman = 20 cm
Saluran drainase berbentuk persegi
Panjang saluran drainase sekunder = 100 meter (sisi kiri jalan)
Saluran Drainase Sekunder (Simp. Pasar Modern),
Lebar bawah = 30 cm
Lebar atas = 40 cm
Kedalaman = 40 cm
Saluran drainase berbentuk travesium
Panjang saluran drainase sekunder = 52 meter (sisi kiri jalan)
11. Saluran Drainase Sekunder (Simp. Pasar Modern)
Lebar = 30 cm
Kedalaman = 20 cm
Saluran drainase berbentuk persegi
Panjang saluran drainase sekunder = 50 meter
Saluran Drainase Tersier (Simp. Pasar Modern)
Lebar = 20 cm
Kedalaman = 20 cm
Saluran drainase berbentuk persegi
Panjang saluran drainase tersier = 20 meter
Sebagian besar rumah yang ada di Kampung Padang
(saluran tersier) pembuangan air rumah tangga hanya di alirkan
ke septic tank masing-masing rumah tangga.
12. Untuk lebih jelas melihat saluran drainase berbentuk
travesium di Kampung Padang dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
40 cm
70 cm
2 cm
Gambar 1. Potongan melintang saluran drainase primer atau utama
(Jln. Tuanku Tambusai)
13. Gambar 2. Potongan
melintang saluran
drainase sekunder
(Simp. Mesjid)
40 cm
20 cm
2 cm
30 cm
40 cm
2 cm
Gambar 3. Potongan
melintang saluran drainase
sekunder
(Simp. Pasar Modern)
14. Gambar 4. Potongan melintang
saluran drainase sekunder
(Simp. Pasar Modern)
30 cm
20 cm
2 cm
Gambar 4. Potongan melintang
saluran drainase tersier
(Simp. Pasar Modern)
20 cm
20 cm
2 cm
15. Tabel 1. Debit aliran saluran drainase primer di desa
Kampung Padang, Kabupaten Rokan Hulu
Titik
Luas penampang
(m2
)
Kecepatan
(m/det)
Debit
(m3
/det)
Primer (travesium) 0,39 3 1,16
Sekunder (persegi) 0,08 3 0,24
Sekunder
(travesium)
0,14 3 0,42
Sekunder (persegi) 0,06 3 0,18
Tersier (persegi) 0,04 3 0,12
16. E. PERMASALAHAN DRAINASE
Berdasarkan hasil pengamatan, kami melihat
beberapa hal yang menjadi penyebab terjadi
permasalahan drainase, yaitu:
1. Saluran pembuangan air tersumbat karena
dipenuhi sampah
2. Kepadatan penduduk yang tinggi, dan
3. Tingkat kesadaran masyarakat yang masih
rendah.
23. BAB III.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat penulis
ambil dari hasil pengamatan atau survey ini
adalah : Masalah yang timbul pada ruas Jalan
Tuanku Tambusai adalah masalah peluapan air
pada saat hujan karena saluran drainase yang
ada tidak dapat menampung debit air pada saat
curah hujan sangat tinggi karena adanya
pendangkalan saluran oleh sampah maupun
endapan lumpur.
24. Sebaiknya pemerintah setempat memberlakukan
suatu program untuk membersihkan saluran drainase,
agar tidak lagi terjadi penyumbatan yang berakibat
timbulnya genangan air. Pemerintah juga perlu
mensosialisasikan kepada warga setempat untuk tidak
lagi membuang sampah pada saluran drainase.
B. SARAN
25.
26.
27. DAFTAR PUSTAKA
Departemen pekerjaan umum, 1991, Tata Cara Perencanaan
Drainase Permukaan Jalan.
Halim Hasmar, Ir. MT., 2002, Drainase Perkotaan, Ull Press,
Yogyakarta.
Suripin, Ir. Dr., 2004, Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan,
PT. Andi, Yogyakarta.