Dokumen tersebut membahas analisis penataan outlet channel Sungai Karang Anyar di Kota Tarakan. Outlet channel saat ini memiliki masalah banjir akibat kemiringan yang landai dan dipengaruhi pasang surut. Studi ini bertujuan menganalisis kondisi saat ini dan mengusulkan konsep penataan seperti melebarkan saluran, membangun tanggul, membuat kolam retensi dan pintu pasang surut untuk mengatasi masalah banjir.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan jaringan pipa penyaluran air buangan, mulai dari parameter-parameter yang mempengaruhi perhitungan debit air buangan, persamaan untuk menghitung debit rata-rata, puncak, dan desain, serta syarat-syarat pengaliran air buangan seperti kecepatan aliran minimum dan maksimum.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan ulang sistem drainase di Perumahan Bukit Cengkeh II Kota Depok untuk menangani masalah banjir.
2. Dilakukan analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rencana dengan menggunakan metode distribusi Log Pearson III.
3. Dilakukan analisis hidraulika menggunakan program HEC-RAS untuk menentukan dimensi saluran drainase primer dan sek
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Elma Puspaningtyas
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi normalisasi saluran drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya dan menemukan alternatif penanggulangan banjir. Beberapa alternatif yang diteliti meliputi pelebaran saluran sebagai tampungan memanjang dan penambahan kapasitas pompa. Metode yang digunakan meliputi analisis hidrologi, perhitungan debit banjir, evaluasi kapasitas saluran, serta analisis alternatif penanganan genangan.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyaliran tambang, termasuk curah hujan, periode ulang hujan, analisis intensitas curah hujan, daerah tangkapan hujan, koefisien limpasan, debit limpasan, paritan, sumuran, pompa julang, dan kolam pengendapan.
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbukazacky66
Dokumen ini membahas desain sistem penyaliran tambang untuk mencegah air masuk ke area tambang dan memompanya keluar. Sistem ini mempertimbangkan faktor curah hujan, air limpasan, saluran air, sumur pompa, dan kolam pengendapan. Tujuannya adalah meminimalkan air di area tambang serta memompanya keluar.
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Sistem jaringan drainase bertujuan untuk mengalirkan air limbah dan air berlebih secara cepat dan aman ke tempat pengolahan atau badan air; (2) Terdapat berbagai tipe drainase seperti drainase perkotaan, lahan, jalan raya, dan lapangan terbang; (3) Secara umum pola jaringan drainase diawali dari bagian hilir menuju bagian hulu.
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan jaringan pipa penyaluran air buangan, mulai dari parameter-parameter yang mempengaruhi perhitungan debit air buangan, persamaan untuk menghitung debit rata-rata, puncak, dan desain, serta syarat-syarat pengaliran air buangan seperti kecepatan aliran minimum dan maksimum.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan ulang sistem drainase di Perumahan Bukit Cengkeh II Kota Depok untuk menangani masalah banjir.
2. Dilakukan analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir rencana dengan menggunakan metode distribusi Log Pearson III.
3. Dilakukan analisis hidraulika menggunakan program HEC-RAS untuk menentukan dimensi saluran drainase primer dan sek
Studi evaluasi-normalisasi-saluran-drainase-tanjung-sadari-krembangan-surabay...Elma Puspaningtyas
Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi normalisasi saluran drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya dan menemukan alternatif penanggulangan banjir. Beberapa alternatif yang diteliti meliputi pelebaran saluran sebagai tampungan memanjang dan penambahan kapasitas pompa. Metode yang digunakan meliputi analisis hidrologi, perhitungan debit banjir, evaluasi kapasitas saluran, serta analisis alternatif penanganan genangan.
Dokumen tersebut membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyaliran tambang, termasuk curah hujan, periode ulang hujan, analisis intensitas curah hujan, daerah tangkapan hujan, koefisien limpasan, debit limpasan, paritan, sumuran, pompa julang, dan kolam pengendapan.
Mendesain rancangan penyaliran tambang terbukazacky66
Dokumen ini membahas desain sistem penyaliran tambang untuk mencegah air masuk ke area tambang dan memompanya keluar. Sistem ini mempertimbangkan faktor curah hujan, air limpasan, saluran air, sumur pompa, dan kolam pengendapan. Tujuannya adalah meminimalkan air di area tambang serta memompanya keluar.
PPT TKP M3KB3 - Sistem Jaringan DrainasePPGHybrid1
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Sistem jaringan drainase bertujuan untuk mengalirkan air limbah dan air berlebih secara cepat dan aman ke tempat pengolahan atau badan air; (2) Terdapat berbagai tipe drainase seperti drainase perkotaan, lahan, jalan raya, dan lapangan terbang; (3) Secara umum pola jaringan drainase diawali dari bagian hilir menuju bagian hulu.
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen sistem drainase perkotaan seperti saluran terbuka, saluran tertutup, waduk retensi, pintu air, pompa, bangunan persilangan, dan cara-cara penanganan masalah genangan di kawasan perkotaan melalui kolam retensi, pompa, dan polder.
Bab 10 membahas Hidrograf Satuan Sintetis Limantara, yaitu metode yang dikembangkan oleh Lily Montarcih Limantara pada 2006 untuk memperkirakan hidrograf banjir di sungai-sungai di Indonesia. Metode ini mempertimbangkan lima parameter fisik DAS yaitu luas, panjang sungai, jarak titik berat DAS ke outlet, kemiringan, dan koefisien kekasaran. Persamaan debit puncak, kurva naik, dan kurva turun men
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdiri dari pengertian drainase perkotaan, fungsi drainase perkotaan, prinsip dasar drainase perkotaan, sarana dan prasarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa. Juga membahas tata cara operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan.
1. Dokumen membahas tentang aliran permukaan, faktor yang mempengaruhinya, dan pengukuran debit sungai.
2. Aliran permukaan terjadi ketika curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah.
3. Sungai diklasifikasikan berdasarkan pola aliran, kestabilan air, arah jurus batuan, dan struktur geologi.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Dokumen tersebut membahas prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan, termasuk definisi istilah, fungsi, dan pengelolaan drainase perkotaan serta proses terjadinya banjir di perkotaan. Dibahas pula kronologi penanganan drainase dan perubahan paradigma dari mengalirkan air ke badan penerima menjadi mengendalikan air untuk dimanfaatkan.
Aspek praktis dan desain drainase besarinfosanitasi
Teks tersebut membahas empat alternatif utama dalam perancangan drainase yaitu meningkatkan kapasitas saluran yang ada, mengalihkan aliran, menahan aliran, dan memompa. Metode meningkatkan kapasitas meliputi pelurusan aliran, pembangunan tanggul, pengerukan, dan pelapisan saluran. Metode menahan aliran menyangkut penyediaan waduk banjir untuk meratakan puncak aliran.
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan yang meliputi fungsi, komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti intensitas hujan, daerah tangkapan, dan pertumbuhan kota."
1. Dokumen tersebut menjelaskan metode Snyder dan Alexeyev dalam menentukan debit maksimum dengan menggunakan konsep hidrograf satuan sintetik.
2. Metode Snyder memodelkan unsur-unsur hidrograf satuan berdasarkan karakteristik daerah pengaliran, seperti luasnya, panjang sungai, dan kemiringan.
3. Metode Alexeyev menggambarkan hubungan antara debit dan waktu dalam bentuk fungsi eksponensial berdasark
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdapat penjelasan mengenai operasi dan pemeliharaan berbagai komponen sistem drainase seperti saluran, bangunan perlintasan, pintu air, pompa, tanggul banjir, serta langkah-langkah pemeliharaan rutin, berkala, dan darurat.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan dari wilayah perkotaan agar tidak tergenang, mencakup jenis dan fungsi drainase lokal, utama, pengendalian banjir, serta permasalahan yang sering dihadapi seperti penyumbatan dan kapasitas yang kurang memadai."
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Dokumen tersebut membahas tentang drainase perkotaan. Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar lahan dapat difungsikan secara optimal. Dokumen tersebut juga membahas jenis, sistem jaringan, dan fungsi drainase perkotaan secara umum yang meliputi mengeringkan bagian kota dari genangan, mengalirkan air permukaan ke badan air terdekat, dan melindung
Perencanaan Sistem Drainase Sub Das Karang Mumus Hilir Kota Samarinda Kalima...Alphariyan Sukmara
Abstrak-Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia serta salah satu kota terbesar di
pulau Kalimantan. Dipilihnya Sub Das Karang Mumus Hilir sendiri dikarenakan sering terjadinya genangan air pada saat
setelah hujan. Faktor penyebab genangan air tersebut kurang memadainya kapasitas saluran yang ada, terjadinya backwater
dari sungai karang mumus yang mempengaruhi saluran sekunder, dan terjadinya backwater dari sungai mahakam yang
mempengaruhi sungai karang mumus. Genangan banjir dapat dihindari dengan perencanaan sistem drainase sesuai dengan
kebutuhan daerah Sub Das Karang Mumus Hilir tersebut, sehingga dalam studi ini akan dibahas mengenai besarnya debit
banjir rencana pada Sub Das Karang Mumus hilir beserta perencanaan sistem drainase.
Perhitungan yang dipakai dalam perencanaan sistem drainase ini antara lain perhitungan curah hujan rencana
dengan menggunakan Pearson Tipe III, debit rencana banjir menggunakan metode hidrograf Nakayazu, analisa limpasan
bendungan benangan lempake menggunakan lengkung kapasitas, analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran primer
dengan metode manning, analisa profil muka air Sungai Karang Mumus sebelum backwater, Analisa profil muka air Sungai
Karang Mumus setelah backwater, Analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran sekunder Sungai Karang Mumus dengan
metode manning, Analisa profil muka air saluran sekunder dengan menggunakan metode tahapan langsung (direct step), lalu
dengan adanya kondisi backwater , kemiringan yang sangat curam dengan ΔH lebih dari 1,5 m, dan kemiringan rencana
lebih kecil daripada kemiringan eksisting maka dibutuhkannya perencanaan bangunan bantu
Dari hasil perencanaan sistem drainase sub Das Karang Mumus Hilir meliputi curah hujan periode ulang 10 tahun
untuk saluran sekunder 114,746 mm dan periode ulang 50 tahun untuk saluran primer 131,470 mm, sehingga didapatkan
debit banjir bervariasi yaitu antara 5,917 sampai dengan 52,405 m3/dt dan 983,23 m3/dt. Dari debit hidrolika bentuk dimensi
diperoleh dengan trapesium untuk saluran primer dengan dimensi maksimum b = 47,02 m, hair = 4,61 m , h saluran = 6 m dan
persegi untuk saluran sekunder dengan dimensi maksimum b = 7 m, hair = 2,6 m , h saluran = 3,5 m. serta bangunan bantu
yang diperlukan dalam saluran sekunder yang meliputi pintu air, bangunan terjun dan got miring.
Makalah ini membahas tentang deep tunnel atau terowongan multifungsi untuk mengatasi masalah banjir. Deep tunnel merupakan sistem terowongan dan reservoir air bawah tanah yang terintegrasi untuk mengatasi masalah banjir, kelangkaan air baku dan penanganan limbah cair perkotaan. Makalah ini juga membahas negara-negara yang sudah memiliki deep tunnel seperti Chicago, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia. Faktor penyebab deep tunnel belum dibangun di Indonesia adal
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Bab 10 membahas Hidrograf Satuan Sintetis Limantara, yaitu metode yang dikembangkan oleh Lily Montarcih Limantara pada 2006 untuk memperkirakan hidrograf banjir di sungai-sungai di Indonesia. Metode ini mempertimbangkan lima parameter fisik DAS yaitu luas, panjang sungai, jarak titik berat DAS ke outlet, kemiringan, dan koefisien kekasaran. Persamaan debit puncak, kurva naik, dan kurva turun men
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 1Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdiri dari pengertian drainase perkotaan, fungsi drainase perkotaan, prinsip dasar drainase perkotaan, sarana dan prasarana drainase perkotaan seperti saluran, bangunan persilangan, kolam retensi, dan pompa. Juga membahas tata cara operasi dan pemeliharaan drainase perkotaan.
1. Dokumen membahas tentang aliran permukaan, faktor yang mempengaruhinya, dan pengukuran debit sungai.
2. Aliran permukaan terjadi ketika curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah.
3. Sungai diklasifikasikan berdasarkan pola aliran, kestabilan air, arah jurus batuan, dan struktur geologi.
Dokumen tersebut membahas perencanaan sistem drainase untuk beberapa jenis infrastruktur seperti jalan raya, lapangan terbang, pertanian, rel kereta api, rumah tinggal, dan lapangan golf. Ia menjelaskan langkah-langkah perencanaan drainase mulai dari menentukan daerah layanan, menghitung debit rencana, memilih material dan mendesain saluran drainase. Contoh perencanaan drainase jalan raya juga diberikan untuk mendemonstrasikan penerap
Dokumen tersebut membahas prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan, termasuk definisi istilah, fungsi, dan pengelolaan drainase perkotaan serta proses terjadinya banjir di perkotaan. Dibahas pula kronologi penanganan drainase dan perubahan paradigma dari mengalirkan air ke badan penerima menjadi mengendalikan air untuk dimanfaatkan.
Aspek praktis dan desain drainase besarinfosanitasi
Teks tersebut membahas empat alternatif utama dalam perancangan drainase yaitu meningkatkan kapasitas saluran yang ada, mengalihkan aliran, menahan aliran, dan memompa. Metode meningkatkan kapasitas meliputi pelurusan aliran, pembangunan tanggul, pengerukan, dan pelapisan saluran. Metode menahan aliran menyangkut penyediaan waduk banjir untuk meratakan puncak aliran.
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar sistem drainase perkotaan yang meliputi fungsi, komponen, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti intensitas hujan, daerah tangkapan, dan pertumbuhan kota."
1. Dokumen tersebut menjelaskan metode Snyder dan Alexeyev dalam menentukan debit maksimum dengan menggunakan konsep hidrograf satuan sintetik.
2. Metode Snyder memodelkan unsur-unsur hidrograf satuan berdasarkan karakteristik daerah pengaliran, seperti luasnya, panjang sungai, dan kemiringan.
3. Metode Alexeyev menggambarkan hubungan antara debit dan waktu dalam bentuk fungsi eksponensial berdasark
Tata Cara Operasional dan Pemeliharaan Drainase Perkotaan - bagian 2Joy Irman
Dokumen ini membahas tentang operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Terdapat penjelasan mengenai operasi dan pemeliharaan berbagai komponen sistem drainase seperti saluran, bangunan perlintasan, pintu air, pompa, tanggul banjir, serta langkah-langkah pemeliharaan rutin, berkala, dan darurat.
Dokumen tersebut membahas tentang sistem drainase perkotaan yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan dari wilayah perkotaan agar tidak tergenang, mencakup jenis dan fungsi drainase lokal, utama, pengendalian banjir, serta permasalahan yang sering dihadapi seperti penyumbatan dan kapasitas yang kurang memadai."
Analisa Koefisien Limpasan pada Persamaan Rasional untuk Menghitung Debit Ban...Dian Werokila
Dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek-proyek teknik sipil yang berkaitan dengan pengaturan dan pemanfaatan air, dibutuhkan suatu analisis hidrologi, sehingga dalam mendesain serta menganalisis faktor-faktor utama dalam pelaksanaan suatu proyek seperti keamanan dan nilai ekonomis, aspek hidrologi tidak dapat diabaikan.
Seorang perencana harus dapat merencanakan bangunan air yang secara optimal mampu untuk mempertahankan kekuatan dan umur bangunan itu sendiri, sehingga dalam periode penggunaannya, bangunan tersebut diharapkan dapat dilalui dengan aman oleh banjir yang terjadi sampai ketinggian debit maksimum tanpa adanya kerusakan pada bangunan tersebut. Permasalahan yang terjadi adalah berapa besar debit yang harus disalurkan melalui bangunan yang besarnya tidak tentu dan berubah-ubah karena adanya banjir. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu perhitungan hidrologi khususnya analisis banjir rancangan.
Analisis hidrologi digunakan untuk memperkirakan debit banjir rencana, ada beberapa metode yang digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir rencana mulai dari metode Rasional yang cukup sederhana sampai dengan metode yang sangat kompleks yang kemudian telah dikembangkan untuk disesuaikan dengan kondisi setempat, dikarenakan dari beberapa metode yang ada belum tentu sesuai dengan karakteristik daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Sehingga dalam memilih metode yang tepat untuk suatu DAS diperlukan kajian yang mendalam agar suatu proyek tersebut aman namun tetap bernilai ekonomis.
Persamaan Rasional merupakan salah satu cara untuk menganalisis debit banjir rencana, namun hasilnya seringkali menghasilkan penyimpangan yang cukup besar sehingga persamaan Rasional dibatasi untuk daerah dengan luas daerah aliran sungai yang kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al.,1986).
Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi dalam penerapannya bahwa koefisien limpasan (C) dianggap sama untuk berbagai frekuensi hujan dan hanya dapat dihitung nilai debit puncaknya saja, volume dan waktu lamanya hidrograf banjir naik dan turun tidak dapat ditentukan.
Salah satu variabel dalam persamaan Rasional adalah koefisien limpasan (C) , faktor ini merupakan variabel yang paling menentukan hasil perhitungan debit banjir. Koefisien limpasan (C) didefinisikan sebagai perbandingan antara debit puncak aktual dengan debit puncak yang mungkin terjadi. Harga C berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan pada faktor-faktor yang bersangkutan dengan aliran permukaan di dalam sungai, terutama kelembaban tanah, sehingga pemilihan harga koefisien limpasan (C) yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Dengan didasari latar belakang tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada suatu daerah aliran sungai agar pemilihan harga koefisien limpasan (C) pada persamaan Rasional terhadap hidrograf satuan terukur suatu daerah aliran sungai tepat sesuai dengan kondisi DAS, penelitian ini dalam bentuk tugas ak
Dokumen tersebut membahas tentang drainase perkotaan. Drainase merupakan serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang kelebihan air dari suatu kawasan agar lahan dapat difungsikan secara optimal. Dokumen tersebut juga membahas jenis, sistem jaringan, dan fungsi drainase perkotaan secara umum yang meliputi mengeringkan bagian kota dari genangan, mengalirkan air permukaan ke badan air terdekat, dan melindung
Perencanaan Sistem Drainase Sub Das Karang Mumus Hilir Kota Samarinda Kalima...Alphariyan Sukmara
Abstrak-Kota Samarinda merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia serta salah satu kota terbesar di
pulau Kalimantan. Dipilihnya Sub Das Karang Mumus Hilir sendiri dikarenakan sering terjadinya genangan air pada saat
setelah hujan. Faktor penyebab genangan air tersebut kurang memadainya kapasitas saluran yang ada, terjadinya backwater
dari sungai karang mumus yang mempengaruhi saluran sekunder, dan terjadinya backwater dari sungai mahakam yang
mempengaruhi sungai karang mumus. Genangan banjir dapat dihindari dengan perencanaan sistem drainase sesuai dengan
kebutuhan daerah Sub Das Karang Mumus Hilir tersebut, sehingga dalam studi ini akan dibahas mengenai besarnya debit
banjir rencana pada Sub Das Karang Mumus hilir beserta perencanaan sistem drainase.
Perhitungan yang dipakai dalam perencanaan sistem drainase ini antara lain perhitungan curah hujan rencana
dengan menggunakan Pearson Tipe III, debit rencana banjir menggunakan metode hidrograf Nakayazu, analisa limpasan
bendungan benangan lempake menggunakan lengkung kapasitas, analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran primer
dengan metode manning, analisa profil muka air Sungai Karang Mumus sebelum backwater, Analisa profil muka air Sungai
Karang Mumus setelah backwater, Analisa kapasitas eksisting dan rencana saluran sekunder Sungai Karang Mumus dengan
metode manning, Analisa profil muka air saluran sekunder dengan menggunakan metode tahapan langsung (direct step), lalu
dengan adanya kondisi backwater , kemiringan yang sangat curam dengan ΔH lebih dari 1,5 m, dan kemiringan rencana
lebih kecil daripada kemiringan eksisting maka dibutuhkannya perencanaan bangunan bantu
Dari hasil perencanaan sistem drainase sub Das Karang Mumus Hilir meliputi curah hujan periode ulang 10 tahun
untuk saluran sekunder 114,746 mm dan periode ulang 50 tahun untuk saluran primer 131,470 mm, sehingga didapatkan
debit banjir bervariasi yaitu antara 5,917 sampai dengan 52,405 m3/dt dan 983,23 m3/dt. Dari debit hidrolika bentuk dimensi
diperoleh dengan trapesium untuk saluran primer dengan dimensi maksimum b = 47,02 m, hair = 4,61 m , h saluran = 6 m dan
persegi untuk saluran sekunder dengan dimensi maksimum b = 7 m, hair = 2,6 m , h saluran = 3,5 m. serta bangunan bantu
yang diperlukan dalam saluran sekunder yang meliputi pintu air, bangunan terjun dan got miring.
Makalah ini membahas tentang deep tunnel atau terowongan multifungsi untuk mengatasi masalah banjir. Deep tunnel merupakan sistem terowongan dan reservoir air bawah tanah yang terintegrasi untuk mengatasi masalah banjir, kelangkaan air baku dan penanganan limbah cair perkotaan. Makalah ini juga membahas negara-negara yang sudah memiliki deep tunnel seperti Chicago, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia. Faktor penyebab deep tunnel belum dibangun di Indonesia adal
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase PerkotaanDewangga Setiawan
[REFERENSI] Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase - Pengelolaan sampah merupakan tugas dan kewajiban dari Pemerintah Kota/Kabupaten untuk mewujudkan lingkungan permukiman yang bersih dan sehat; untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi masyarat di wilayahnya; dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Pusat memiliki kewenangan dalam pembinaan dan pengaturan, termasuk dalam pengembangan petunjuk teknis yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten. Buku ini merupakan salah satu petunjuk teknis yang diharapkan dapat membantu pengelola sampah Kota/Kabupaten dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan. Buku standar operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan ini masih memerlukan penyesuaian terutama dalam hal perhitungan biaya pengelolaan dan retribusi; yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan satuan biaya yang berlaku di Kota/Kabupaten. Harapan penyusun semoga buku ini bermanfaat.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan banjir dan metode penghitungan debit banjir rencana. Secara singkat, dibahas mengenai pengertian banjir rencana, notasi yang digunakan, fungsi dan tujuan perencanaan banjir, metode penghitungan debit banjir rencana seperti metode rasional dan hidrograf, serta contoh perhitungan menggunakan metode tersebut.
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
Dokumen tersebut membahas tentang rekayasa dan pengelolaan infrastruktur irigasi. Terdapat penjelasan mengenai langkah-langkah desain saluran irigasi, contoh perhitungan desain saluran, dan prinsip-prinsip dasar hidrolika pada saluran irigasi seperti travel time, dynamic storage, dan response time."
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan ulang bendung tetap Batang Kambang di Kabupaten Pesisir Selatan untuk meningkatkan produksi pangan. Dibahas mengenai latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metodologi penelitian, dan landasan teori yang terkait dengan perencanaan bendung seperti analisis hidrologi, perhitungan hidrolis dan stabilitas bendung. [/ringkasan]"
1. Dokumen tersebut membahas perencanaan bendung tetap, termasuk pendefinisian bendung dan jenis-jenisnya, data yang dibutuhkan, pemilihan lokasi, penentuan ketinggian air, perhitungan debit banjir, dan komponen-komponen penting bendung seperti pintu pengambilan dan lebar efektif.
2. Langkah-langkah perencanaan bendung tetap mencakup analisis data topografi, hidrologi, geologi, dan lingkungan
1. Dokumen menjelaskan tentang pengukuran debit sungai secara langsung dan tidak langsung serta pengambilan sampel sedimen terlarut. Pengukuran debit secara langsung menggunakan alat ukur arus sedangkan secara tidak langsung menggunakan rumus hidrolika.
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan bangunan talang untuk jaringan irigasi, termasuk parameter perencanaan seperti kehilangan energi, dimensi, kemiringan, dan penulangan beton."
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah Hidrologi yang meliputi pertemuan 6 sampai 10. Pertemuan 6 membahas tentang Hidrometri, pertemuan 7 tentang Statistik dan Probabilitas dalam Hidrologi, pertemuan 8 tentang Perhitungan Variabel Rencana Hidrologi, pertemuan 9 tentang Hidrograf, dan pertemuan 10 tentang Quiz. Dokumen ini juga membahas tentang teknik pengukuran variabel hidrologi seperti debit, kece
Kuliah lapangan ini melibatkan pengamatan terhadap beberapa objek rekayasa sungai dan keairan di wilayah Majalengka seperti Bendung Cipeles, Jembatan Cimanuk, dan Bendung Gerak Rentang Baru di Majalengka yang memiliki fitur-fitur unik seperti penggunaan pintu radial. Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap masalah-masalah yang terjadi di objek-objek tersebut seperti longsor, erosi, dan delta sungai.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Panduan untuk memilih mata pelajaran pilihan yang akan dilaksanakan di jenjang SMK, yang mana sebagian besar sudah melakasanakan kurikulum merdeka. mata pelajaran pilihan bisa dipilih dari konsentrasi yang ada di sekolah, atau bisa juga memilih matqa pelajaran diluar konsentrasi keahlian yang dimiliki, dengan catatan sarana dan prasarana tersedia untuk melaksanakan pembelajaran.
1. ANALISA PENATAAN OUTLET CHANNEL SUNGAI KARANG ANYAR DI
KOTA TARAKAN
OUTLET CHANNEL ARRANGEMENT ANALYSIS FOR KARANG ANYAR RIVER
IN TARAKAN CITY
Danang Bimo Irianto, Kota Tarakan, bimo9200@yahoo.com
Abstrak
Outlet channel Sungai Karang Anyar ini langsung bermuara ke laut yang dipengaruhi oleh pasang
surut. Banjir sering terjadi pada saat hujan bersamaan dengan air laut pasang. Outlet channel ini memiliki
kemiringan eksisting yang sangat landai, data awal menyebutkan panjang outlet channel ini kurang lebih
1.625 m dengan elevasi dasar di hulu = +4,40m dan +0,10 m di hilir , dengan kemiringan rata rata =0,003.
Elevasi tanggul hulu = +6,00 m dan hilir =+1,50 m. Sedangkan menurut data sekunder Q10th yang lewat
adalah 66,4 m3/dt dan Q25th yang lewat sebesar 75,16 m3/dt. Elevasi muka air laut pasang +1,5m dari
muka air laut rata-rata.
Dari berbagai pemodelan didapat konsep penataan yang bisa menghilangkan banjir yang terjadi
adalah dengan tindakan sebagai berikut: Rekayasa dimensi dengan melebarkan saluran dan pembuatan
tanggul di kanan kiri, Pembuatan tampungan lokal untuk tiap sub catchment dihilir , Pembuatan pintu
pembuang untuk tampungan lokal, Pembuatan pintu pasang surut untuk mencegah pasang masuk ke dalam
sistem, Pembuatan retarding basin untuk menampung air banjir dari hulu saat outlet tertutup karena pasang.
Kata kunci : Outlet channel, Penataan kawasan , Muara, Karang Anyar, Tarakan
Karang Anyar outlet channel has the outlet that directly influenced by the tides. Flooding often
occurs when rain along with high tides. The outlet channel has a very gentle existing slope, preliminary data
mentioned that outlet channel length is approximately 1625 m elevation in the upstream = +4.40 m and
+0.10 m downstream, with an average slope = 0.003. Elevation embankment upstream = +6.00 m and
downstream = +1.50 m. Meanwhile, according to secondary data Q10th passing is 66.4 m3/sec and Q25th
passing of 75.16 m3/sec. Tide water levels of +1.5 m sea level on average.
Obtained from a variety of modeling, the concepts that can eliminate the flooding are these
following action: widening the channel dimension build the embankment on channel side, making the local
storage for each sub-catchment in the downstream, making the gate for the local storage, making tidal gate
to prevent the tide come into the system, making the retarding basin to accommodate flood waters from
upstream when the outlet is closed due to high tide.
Key word: Outlet channel, Regional arrangement, Outlet, Karang Anyar, Tarakan
Pendahuluan
Kota Tarakan sebagai wilayah
yang sedang berkembang pesat dalam 10
tahun terakhir ini memiliki masalah yang
sangat umum dimiliki oleh sebagian
besar kota yang ada di Indonesia, yakni
banjir dan genangan saat terjadi hujan.
Kota Tarakan mempunyai intensitas
hujan yang cukup tinggi sehingga banjir
dan genangan yang sering timbul akibat
hujan tersebut cukup mengganggu
masyarakat dan pemerintah Kota Tarakan
dalam menjalankan aktifitasnya.
Sungai Karang Anyar sebagai
sistem utama saluran drainase di DAS
Karang anyar memililiki outlet atau titik
pengeluaran yang tidak jelas dan
menyebar masuk ke kawasan rawa dan
bekas rawa yang beralih fungsi menjadi
pemukiman dan tambak
dan salah
satunya berupa outlet channel yang
dipakai sebagai salah satu outlet banjir
DAS Karang Anyar. Outlet channel
adalah sebuah saluran yang dibuat untuk
mengumpulkan dan membawa debit
limpasan suatu kawasan ke titik
pembuangan akhir. Outlet channel Sungai
Karang Anyar ini dibuat dengan tujuan
untuk mempercepat proses pengurasan
dalam rangka membantu mengatasi banjir
di
kawasan
Mulawarman
yang
merupakan kawasan perkotaan dan pusat
1
2. perdagangan yang berada di DAS Karang
Anyar di Kota Tarakan.
Outlet channel Sungai Karang
Anyar ini langsung bermuara ke laut yang
dipengaruhi oleh pasang surut. Banjir
sering terjadi pada saat hujan bersamaan
dengan air laut pasang. Outlet channel ini
memiliki kemiringan eksisting yang
sangat landai, data awal menyebutkan
panjang outlet channel ini kurang lebih
1.625 m dengan elevasi Dasar di hulu =
+4,40m dan +0,10 m di hilir , dengan
kemiringan rata rata =0,003. Elevasi
tanggul hulu = +6,00 m dan hilir =+1,50
m. Sedangkan menurut data sekunder
Q10th yang lewat adalah 66,4 m3/dt dan
Q25th yang lewat sebesar 75,16 m3/dt.
Elevasi muka air laut pasang +1,5 m dari
muka air laut rata-rata.
Dalam menjalankan fungsinya
mengalirkan debit banjir, outlet channel
Sungai Karang Anyar ini
memiliki
banyak
kekurangan
dalam
karakteristiknya, yakni elevasi dasar yang
tidak terlalu berbeda dengan elevasi
daerah genangan, kemiringan dasar yang
cukup landai dan bagian hilir di
pengaruhi pasang yang cukup tinggi.
Karakterisitik yang dimiliki outlet
channel
ini
berakibat
pada
ketidakmampuan outlet channel ini
membuang debit banjir dengan cepat
sehingga Pemerintah Kota Tarakan
melalui dinas terkait merasa perlu
melakukan kajian dan tindakan teknis
dalam rangka meningkatkan kemampuan
outlet channel Sungai Karang Anyar
untuk mengalirkan debit banjir yang ada
sehingga adanya genangan dan banjir di
bagian hulu dapat di hilangkan dengan
lebih cepat.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari studi ini adalah
melakukan kajian terhadap kondisi outlet
channel Sungai Karang anyar saat ini
serta melakukan analisa hidrolis pada
outlet channel sungai Karang Anyar
dengan dengan 5 variasi kondisi yakni
kombinasi antara pelebaran, penaggulan
pembuatan retarding basin dan tidal gate
dengan memperhitungkan parameter
debit banjir yang lewat dari hulu,
parameter limpasan di wilayah sekitar
dan pengaruh pasang surut yang ada di
muara.
Tujuan dari studi ini adalah
menganalisa
kondisi
eksisting,
menghitung dimensi yang di butuhkan
untuk melewatkan banjir,serta alternatif
bangunan apa yang bisa di buat serta
membuat penataan yang ideal di outlet
channel Sungai Karang Anyar agar
memiliki kapasitas pengaliran yang
maksimal, mampu mengalirkan debit
baik di kondisi banjir maupun normal, di
kondisi pasang dengan tetap tetap
memperhitungkan aspek lingkungan &
sosial kemasyarakatan dalam rangka
mendukung kegiatan penanggulangan
banjir yang terjadi di kawasan hulu
sungai Karang Anyar.
Tinjauan Pustaka
1. Hidrologi
Dalam studi ini analisa hujan
rancangan dipakai metode Log Pearson
type III dengan menggunakan data curah
hujan harian dari Stasiun Juata dengan
rentang pengamatan selama 20 tahun
yakni antara tahun 1992 sampai 2012,
dengan tetap melakukan pengujian
kesesuain distribusi frekuensi.
Persamaan yang digunakan adalah:
Nilai rerata:
log x
Log x =
n
Standard Deviasi
n
Log X i - Log X
Sd =
2
i=l
n -1
Dengan:
X
= curah hujan (mm)
= rerata Log X
Log x
K
= faktor frekuensi
Uji kesesuain distribusi
yang
dilakukan adalah : Uji chi Square
digunakan untuk menguji simpangan
2
3. secara vertikal apakah distribusi frekuensi
pengamatan dapat diterima oleh distribusi
teoritis, dan Uji secara horisontal dengan
Smirnov kKolmogorof.
Tabel 1. Syarat pemilihan distribusi
No Distribusi Syarat
1.
2.
3.
Normal
Log
Normal
Gumbel
Type I
Cs
Keterangan
0
Cs /
Cv
3
Cs
1.1396
Ck
5.4002
Jika analisis
ekstrim tidak ada
yang Memenuhi
syarat tersebut,
maka Digunakan
Distribusi Log
Pearson Type
III dan jika ada
lebih dari satu
distribusi yang
memenuhi maka
di pilih distribusi
yang
memberikan
hasil terbesar
Periode ulang perencanaan biasanya
ditetapkan dari hasil analisis ekonomi
yaitu diambil dari skala yang paling
optimum. Untuk suatu proyek yang
bersifat mendesak atau merupakan
fasilitas pelayanan umum, penentuan
periode ulang perencanaan mengikuti
strategi nasional di bidang drainase dalam
perencanaan ini dipakai kala ulang 10
tahun mengingat luas Kota Tarakan
adalah 25,080 Ha dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 adalah
240.000 Jiwa
Pada studi ini,perhitungan aliran
permukaan dilakukan untuk menghitung
debit tambahan yang masuk ke outlet
chanel selain debit yang di bawa dari
hulu sungai Karang Anyar. Perhitungan
aliran permukaan dilakukan dengan
metode rasional dengan bantuan program
SWMM.
Metode Rasional
Metode Rasional pertama kali
diperkenalkan di Inggris pada tahun 1889
oleh Lloyd-Davis
dan mengalami
modifikasi untuk menyesuaikan dengan
karakter DAS. Metode ini akan
memberikan hasil yang memadai apabila
digunakan secara benar. Metode ini
biasanya dipakai untuk daerah perkotaan
dengan luas maksimum perbagian yang
dihitung 12 Km2 (1200 ha).
Debit puncak dapat di formulasi
sebagai berikut:
Q = 0,00278 Cs.C.I.A
dengan:
Q = debit puncak rencana ( m3/det)
C = koefisien pengaliran
I
= intensitas hujan (mm/Jam)
A = luas daerah aliran (ha)
Cs = koefisien Tampungan
Model Komputer SWMM
Storm Water Management Model
(SWMM) merupakan model simulasi
hujan aliran (rainfall-runoff) yang
digunakan untuk simulasi kuantitas
maupun kualitas limpasan permukaan
dari daerah perkotaan. Limpasan
permukaan dihasilkan dari daerah
tangkapan hujan yang menerima hujan.
Beban limpasan permukaan tersebut
kemudian dialirkan melalui sistem
drainase berupa pipa,saluran terbuka, dan
bisa dilengkapi dengan tampungan, dan
sistem pompa jika di perlukan.SWMM
menghitung kuantitas dan kualitas
limpasan permukaan dari setiap daerah
tangkapan hujan, dan debit aliran,
kedalaman aliran, dan kualitas air di
setiap titik outlet selama periode simulasi.
Program SWMM bersifat gratis
(public domain) dan versi terakhir yaitu
versi 5.0 yang telah beredar sejak Juli
2009. Program SWMM tersedia di
website
resmi
United
States
Environmental Protection Agency (US
EPA) dan dapat didownload di
http://www.epa.gov/nrmrl/wswrd/wq/mo
dels/swmm/swmm50022_setup.exe.
2. Pasang Surut
Pasang surut adalah gerakan naikturunnya muka air laut yang ditimbulkan
oleh gerak regular benda angkasa,
3
4. terutama bulan, bumi dan matahari.
Disamping itu, gerak muka air laut juga
dipengaruhi oleh adanya variasi tekanan
atmosfer dan angin.
Benda
angkasa
yang
mempengaruhi proses pembentukan
pasang surut air laut, bumi dan bulan
yang berpengaruh melalui tiga gerakan
utama, yaitu :
• Revolusi bulan terhadap bumi
• Revolusi bumi terhadap matahari
• Perputaran
bumi
terhadap
sumbunya sendiri (rotasi bumi)
Kota Tarakan terletak di pesisir
pantai barat Pulau Tarakan dan seluruh
sistem drainase Kota Tarakan mempunyai
oulet di pantai barat termasuk Sungai
Karang Anyar,dan di kondisi pasang
elevasi muka air hilir/muara sungai lebih
tinggi dari elevasi muka air banjir pada
kondisi normal. Hal ini tentu harus di
perhitungkan dalam rencana penataan
outlet channel Sungai Karang Anyar
3. Hidrolika Aliran Seragam
Untuk
aliran
seragam
dalam
menentukan
perencanaan
dimensi
saluran drainase digunakan rumus
umum dari Robert Manning dengan
persamaan sebagai berikut:
V
= (1/n) . R2/3 . S1/2
dengan:
V = kecepatan aliran (m/dt)
n = koefisien kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis = A/P (m)
A = luas basah (m2)
P = keliling basah (m)
S = kemiringan Dasar saluran
Untuk saluran Trapesium berlaku :
A
= B. H + Z . H2
P
= B + 2.H (1 + Z2)0.5
dengan:
B = lebar Dasar saluran (m)
H = kedalaman aliran (m)
Z = kemiringan talud
Q =A.V
dengan:
Q = debit (m3/dt)
A = luas basah (m2)
V = kecepatan aliran (m/dt)
4. Hidrolika Saluran Aliran Tidak
Seragam
Perhitungan hidrolika saluran pada studi
ini dilakukan dengan bantuan program
SWMM, yakni program terintegrasi yang
terdiri dari masukan perhitungan berbasis
grafik, analisa hidrolik yang terpisah dan
keluaran berupa grafik dan tabel.
Sistem
ini
mampu
menganalisa
komponen hidrolik dari tiga kondisi yaitu
perhitungan profil pada aliran seragam,
perhitungan aliran tidak seragam dan
perhitungan
dengan
menggunakan
batasan pasang di hilir. Untuk studi ini
kondisi yang dipakai adalah kondisi
aliran tidak seragam.
SWMM melakukan perhitungan
profil muka air untuk aliran seragam
berubah lambat laun pada saluran alam
maupun saluran buatan. Perhitungan yang
dilakukan pada kondisi aliran subkritis,
aliran super kritis dan gabungan
keduanya.
Profil muka air dihitung dari satu
potongan melintang ke potongan
melintang berikutnya menggunakan
persamaan energi dengan prosedur iterasi
yang disebut metode tahapan standart.
Persamaan energi dapat ditulis sebagai
berikut:
2
2
2V2
1V1
z 2 Y2
z1 Y1
he
2g
2g
E1 E 2 he
dengan:
E1 ,E2 = tinggi energi total di titik
kontrol ( m)
Z1,Z2 = ketinggian dasar saluran dari
garis referensi (m)
Y1,Y2 = kedalaman air dasar saluran (m)
V1,V2 = kecepatan rata-rata (m/det)
G
= percepatan gravitasi (m/det2)
he
= kehilangan energi (m)
1, 2 = koefisien kecepatan
4
5. 5. Hidrolika Pintu Klep Otomatis
Pintu klep otomatis direncanakan
dapat bekerja dengan memanfaatkan beda
tinggi muka air di hulir dan hulu pintu.
Sebagai dasar dari perencanaan pintu
klep otomatis adalah:
- Hilir
:
fluktuasi
muka
air
akibat
pengaruh pasang surut
- Hulu :
a. Muka air terendah di saluran
b. Muka air tertinggi di saluran
Sistem gerakan pintu klep otomatis
berdasarkan gaya-gaya yang bekerja pada
pintu yang menyebabkan pintu membuka
dan menutup sesuai fluktuasi pasang
surut pada hilir pintu. Pada Gambar 1
(titik a) tinggi muka air di hilir dan di
hulu sama tinggi. Bila tinggi muka air di
hilir turun terus akan mengakibatkan
pintu klep otomatis secara lambat laun
akan terbuka dan air di saluran akan
mengalir, akibatnya tinggi muka air di
saluran turun.
Apabila tinggi muka air di hilir
naik sampai titik b maka pintu akan
segera tertutup dan air di saluran akan
tertahan sebagai genangan / tampungan
sementara pada saluran. Demikian
seterusnya sampai tinggi muka air di hulu
dan di hilir pintu akan bertemu di titik c
dan kembali pintu akan terbuka.
MAT
C
A
HSL
MAR
DSL
B
MART
Pengeluaran
Penampungan
Gambar 1. Sistim operasi pintu klep
otomatis
Keterangan :
MAT : muka air tertinggi di hilir pintu
MAR : muka air rata-rata di hilir pintu
MART : muka air terendah di hilir pintu
HSL : muka air tertinggi di saluran
DSL : muka air terendah di saluran
t
Wc
h (hulu)
F2
h1-a
h1
h ( hilir)
F1
h2-a
Wg
F3
h2
F4
a
Gaya gaya yang bekerja pada pintu
Pintu akan mulai terbuka saat :
F1+F2+Wc+F4-Wg-F3 =0
Gambar 2. Gaya gaya yang bekerja pada
pintu
Metode
Langkah-langkah dalam pengerjaan studi
ini secara garis besar adalah :
1. Menentukan luasan masing-masing
cathment di kawasan hilir.
2. Menghitung nilai C dari masingmasing
cathment
dengan
menggunakan peta tata guna lahan
yang ada.
3. Menghitung
besarnya
limpasan/
genangan yang terjadi di kawasan
outlet channel yang ditambahkan pada
debit yang sudah ada dari hulu
berdasarkan data DAS dan hujan
rancangan dari data sekunder dengan
bantuan program SWMM.
4. Menghitung profil aliran dan muka air
memakai metode tahapan standart
dengan bantuan program SWMM pada
outlet channel eksisting, dengan
memakai masukan berupa data
sekunder yang berbentuk data debit
dari kawasan hulu di tambah debit
limpasan di kawasan hilir dengan
boundari hilir berupa pasang surut.
5. Melakukan rekayasa dimensi dan
menghitung ulang profil muka air dan
aliran hingga di dapat dimensi yang
mampu melewatkan debit banjir.
6. Menganalisa hasil perhitungan jika
dikombinasi
dengan
pembuatan
konstruksi tidal gate dan retarding
basin.
7. Melakukan evaluasi dan penilaian
skenario
penataan yang paling
menguntungkan dengan pertimbangan
5
6. utama berupa turunnya debit banjir,
dan jika memungkinkan dipilih
skenario yang meminta pembebasan
lahan yang paling minimal
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Eksisting outlet channel saat ini
sudah
tidak
mencukupi
untuk
melewatkan debit banjir dengan kala
ulang 10 tahun pada kondisi muka air
normal di hilir. 7 ruas dari 16 ruas saluran
memiliki kapasitas terpakai diatas 80%.
dan pada kondisi muka air pasang di hilir.
10 ruas dari 16 ruas saluran memiliki
kapasitas terpakai diatas 80%.
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 2 dan Tabel 3, dan untuk
perletakannya dapat dilihat pada Gambar
3 sampai Gambar 6.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
(m3/det)
2.33
10.83
13.72
20.64
23.94
3.97
3.97
14.74
1.79
3.17
5.03
8.08
2.86
26.64
69.72
21.67
Cki1
Cki2
Cki3
Cki4
Cki5
Cki6
Cki7
Cki8
CKa1
CKa2
CKa3
CKa4
CKa5
CKa6
CKa7
Cx1
(%)
100%
86%
71%
69%
70%
88%
98%
100%
64%
69%
83%
98%
100%
91%
100%
73%
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 2. Debit dan kapasitas terpakai tiap
tuas saluran kondisi normal
Debit
lewat
No Ruas Saluran (m3/det)
2.33
1 Cki1
10.83
2 Cki2
13.72
3 Cki3
20.64
4 Cki4
23.94
5 Cki5
5.58
6 Cki6
5.57
7 Cki7
12.31
8 Cki8
1.79
9 CKa1
3.17
10 CKa2
5.03
11 CKa3
8.08
12 CKa4
7.41
13 CKa5
29.56
14 CKa6
31.24
15 CKa7
20.05
16 Cx1
kapasitas
terpakai
(%)
100%
86%
71%
69%
70%
78%
66%
52%
64%
69%
83%
98%
100%
87%
94%
70%
CKa1
1.79
CKa2
2.33
3.17
Cki1
CKa3
5.03
Link
Flow
Cki2
8.00
10.83
CKa4
16.00
8.08
24.00
Cki4
Cka5
32.00
CMS
Cki3
Cki5
20.64
Cx1
7.41
13.72
23.94
20.05
Cka6
29.56
5.58
Cki6
Cki7
Cka7
5.57
31.24
Cki8
12.31
Gambar 3. Debit pada ruas saluran
kondisi hilir tanpa pasang
07/21/2012 02:00:00
CKa1
0.64
CKa2
1.00
0.69
Cki1
CKa3
0.83
Cki2
CKa4
0.86
0.98
Cki4
Cka5
Cki3
Cki5
Cx1
0.69
1.00
0.71
0.70
Cka6
0.70
0.87
0.78
Cki6
Cki7
Link
Capacity
0.66
0.25
Cka7
0.94
0.50
Cki8
0.75
0.52
1.00
Gambar 4. Kapasitas pada ruas saluran
kondisi hilir tanpa pasang
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 3. Debit dan kapasitas terpakai tiap
tuas saluran kondisi pasang
No Ruas Saluran
Debit
lewat
kapasitas
terpakai
6
7. 07/21/2012 02:00:00
Jka1
CKa1
Jki1
1.79
Jka2
Node
Flooding
CKa2
2.33
Jka3
5.00
3.17
Cki1
24.00
CKa3
36.00
Jki2
48.00
5.03
Cki2
CKa4
Jka4
CMS
10.82
Jki4
Jka5
Jki5
8.08
Cki4
Cka5
Cki3
Jki3
Cki5
Jki6
Jka6
20.64 13.71
Cx1
2.86
23.94
21.67
Cka6
3.97
Jka7
Cki6
26.64
Jki7
Link
Flow
Cki7
Cka7
Jki8
25.00
3.97
O1
50.00
-69.72
Cki8
75.00
100.00
-14.74
CMS
O2
Gambar 5. Debit pada ruas saluran
kondisi hilir pasang
07/21/2012 02:00:00
CKa1
0.64
CKa2
1.00
0.69
Cki1
CKa3
0.83
Cki2
CKa4
0.86
0.98
Cki4
Cka5
Cki3
Cki5
Cx1
0.69
1.00
0.71
0.72
Cka6
0.73
0.91
0.88
Cki6
Cki7
Link
Capacity
0.98
Gambar 7 Lokasi titik lokasi banjir
Untuk menata kawasan outlet
channel dilakukan berbagai pemodelan
dengan tujuan akhir memnghilangkan
banjir yang terjadi di kawasan ini Rekap
pemodelan yang dilakukan serta besarnya
banjir yang masih terjadi dapat dilihat
pada Tabel 5.
0.25
Cka7
1.00
0.50
Cki8
0.75
1.00
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Pemodelan
1.00
Gambar 6 .Kapasitas pada ruas saluran
kondisi hilir pasang
Kawasan di sekitar outlet channel
menjadi kawasan yang rawan banjir
karena debit yang berasal dari kawasan
hulu sudah cukup besar dan tidak mampu
di lewatkan seluruhnya oleh outlet
channel yang ada. Besarnya debit yang
tidak bisa terlewatkan di saluran dapat
dilihat pada Tabel 4 dan lokasi titik banjir
dapat dilihat pada Gambar 7 Lokasi
Tabel 4 Lokasi dan besarnya debit banjir
No
1
2
3
4
5
Total
Node
Jki1
Jki2
Jki8
Jka5
Jka7
No
1
Kondisi
Eksisting
2
Pelebaran
Saluran
3
Pelebaran
dan
Tanggul
4
Pelebaran
dan
Tanggul
Pintu
Pasang
Surut
Debit Banjir
(m3/det)
7.18
56.06
27.54
6.80
103.01
200.59
Model
Sumber: Hasil Perhitungan
5
Pelebaran
dan
Tanggul
Pintu
Pasang
Surut
Banjir
Jki1 = 7.17
Jki2 = 56.06
Jki8 = 27.54
Jka5 = 6.80
Jka7 = 101.4
total =199.05
Jki8 = 24.42
Jka5 = 7.42
Jka7 =
268.02
total =299.86
Jki8 = 23.69
Jka7 =
154.43
total =178.12
Jki8 = 9.06
Jka7 = 77.55
total =86.61
tidak ada
Kebutuhan
konstruksi
butuh saluran
yang sangat
lebar
Pelebaran
saluran
Tanggul
Tampungan
lokal
Pelebaran
saluran
Tanggul
Tampungan
lokal
Pintu
regulator
Pelebaran
saluran
Tanggul
Tampungan
lokal
Pintu
7
8. Retarding
basin
regulator
Retarding
basin
total =0
Sumber: Hasil Perhitungan
Kesimpulan
Dari berbagai pemodelan didapat
konsep
penataan
yang
bisa
menghilangkan banjir yang terjadi adalah
dengan tindakan sebagai berikut:
Rekayasa
dimensi
dengan
melebarkan saluran dan pembuatan
tanggul di kanan kiri saluran dengan
dimensi sebagai berikut:
Tabel 7. Dimensi kebutuhan untuk
tampungan lokal banjir
Storage
Unit
Su8
Su9
Su10
Su11
Su13
Su14
Luas ( m2)
27.000
5500
14000
7500
8000
15000
Kedalaman
(m)
1
1
1
1
1
1
Sumber: Hasil Perhitungan
Pembuatan pintu pembuang untuk
tampungan lokal dengan dimensi
seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Dimensi rencana untuk saluran
Ruas
Cki1
Cki2
Cki3
Cki4
Cki5
Cki6
Cki7
Cki8
Cka1
Cka2
Cka3
Cka4
Cka5
Cka6
Cka7
Cx1
H
B
M
m
m
m
2.00 4.00 1.00
2.50 8.00 1.00
2.50 8.00 0.25
2.50 8.00 0.25
2.50 8.00 0.25
1.52 3.06 1.00
1.47 3.21 1.00
1.54 5.25 1.00
1.32 1.54 1.00
1.46 1.44 1.00
2.00 4.00 1.00
2.50 5.00 1.00
2.50 5.00 1.00
2.50 12.00 1.00
2.50 12.00 1.00
2.50 12.00 0.50
Keterangan
Tabel 8.Dimensi dan jumlah pintu
pembuang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Storage
Unit
Su8
Su9
Su10
Su11
Su13
Su14
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Desain ulang
Sumber: Hasil Perhitungan
Pembuatan tampungan lokal untuk
tiap sub catchmend dihilir dengan
dimensi sebagai berikut:
Volume
(m3)
26.812
5.129
13.113
7.105
7.716
14.975
Jumlah
pintu
3.00
1.00
2.00
1.00
1.00
2.00
b
(m)
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
0.75
h
(m )
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
1.0
Sumber: Hasil Perhitungan
Pembuatan tidal gate untuk menjegah
pasang masuk ke dalam sistim dengan
dimensi sebagai berikut:
Tabel 9. Dimensi tidal gate
Pintu
Otomatis
O1
O2
Lebar Pintu
Tinggi Pintu
3
3
2
2
Sumber: Hasil Perhitungan
Pembuatan retarding basin untuk
menampung air banjir dari hulu saat
outlet tertutup karena pasang dengan
dimensi sebagai berikut:
8
9. Tabel 10. Dimensi retarding basin
Retarding
Basin
Su16
Su 19
Luas
Genangan (
m2)
90.000
3.500
Kedalaman
(m)
3
1
Sumber: Hasil Perhitungan
DAFTAR PUSTAKA
J Kodoatie,Robert,(2001). Hidrolika
Terapan, Aliran Pada Saluran terbuka
dan Pipa, ANDI, Yogyakarta
Sosrodarsono,Suyono,(1994).Perbaikan
dan Pengaturan Sungai, PT Pradnya
Paramita,Jakarta
Standar Perencanaan Irigasi,(1986)KP-03
Sumarto, CD, (1987).Hidrologi Teknik,
Usaha Nasional, Surabaya
Suripin.(2003).
Sistem
Drainase
Perkotaan yang Berkelanjutan, ANDI,
Yogyakarta
National Risk Management Research
Laboratory (2009) Storm Water
Management
Model
Applications
Manual, US Environmental Protection
Agency
National Risk Management Research
Laboratory (2009) Storm Water
Management Model User Manual
Version 5, US Environmental Protection
Agency
9