3. Abstrak!
Menurut Diagnostik dan Statistik Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR), gangguan
cemas menyeluruh sebagai kecemasan yang
berlebihan dan khawatir tentang beberapa
acara atau kegiatan untuk sebagian besar hari
selama setidaknya periode 6 bulan.
4. Pendahuluan
Individu yang mengalami gangguan
kecemasan seperti ini bisa dikatakan mengalami
anxiety disorder (gangguan kecemasan) yaitu
ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak
rasional.
Serangan panik adalah suatu episode
ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang
berlangsung 15 sampai 30 menit, individu mengalami
ketakutan emosional yang besar juga
ketidaknyamanan fisiologis.
5. Selama serangan panik individu tersebut
sangat cemas dan memperlihatkan empat
atau lebih gejala berikut: palpitasi,
berkeringat, tremor, sesak napas, rasa
asfiksi, nyeri dada, mual, distress
abdomen, pusing, parastesia, meggigil,
atau hot flash
6. epidemiologi
18 – 45 th
Usiaproduktif
Wanita, terutama pada wanita
yang belum menikah serta
pada wanita post partum
Jeniskelamin
beresiko empat hingga
tujuh kali lebih besar
Genetik
8. Pada tanggal 18 Januari 2024, seorang
laki-laki usia 36 tahun datang ke
Puskesmas Junrejo sendirian. Pasien
datang dengan kesadaran Alert GCS 456.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien
mengeluh perutnya terasa sakit, dan
sering mual namun tidak muntah. Pasien
juga sering deg deg an tanpa sebab, dan
sering muncul keringat dingin di beberapa
kondisi tertentu.
9. Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri perutnya muncul tiap malam
saat pasien hendak tidur atau saat pasien sedang sendirian dan
nyeri akan berkurang atau bahkan hilang ketika pasien berkumpul
dengan teman temannya. Pasien juga mengatakan bahwa pasien
sering sulit tidur di malam hari sehingga pasien baru bisa tidur pada
jam 2 pagi. Pasien juga bercerita bahwa setiap kali pasien sendirian,
dia selalu merasa tertekan dan merasakan pikirannya sangat
berisik. Keluhan ini pasien rasakan sejak 3 tahun yang lalu karena
bercerai dengan istrinya. Keluhan semakin memberat dalam
seminggu yang lalu.
10. Dari status mental didapatkan kesadaran pasien komposmentis,
sikap pasien selama wawancara kooperatif. Selama wawancara
pasien cukup tenang dan melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup,
artikulasi jelas, kualitas cukup, kuantitas cukup. Mood pasien cemas
dengan afek terbatas dengan keserasian appropriate. Tidak
ditemukan adanya gangguan persepsi. Bentuk pikiran rasional dan
realistik, arus pikir koheran, produktivitas baik dengan kontinuitas
baik dan tidak didaptkan handaya berbahasa
11. Pada penilaian kesadaran dan kognisi didaptkan pengetahuan umum
dan kecerdasan sesuai dengan taraf pendidikan pasien, daya
konsentrasi baik, orientasi waktu, tempat dan orang baik. Daya ingat
baik. Pikiran abstrak baik. Daya nilai pasien buruk. Pasien menyangkal
penuh bahwa dirinya sakit. Taraf kepercayaan dapat dipercaya,
pasien menjawab secara konsisten setiap pertanyaan yang
diberikan. Dari hasil pemeriksaan fisik tidak didaptkan adanya
kelainan
12. Diagnosis dari dokter umum puskesmas adalah ansietas karena
pada pasien didapatkan adanya keluhan yang menggambarkan
tanda kecemasan yaitu berupa sulit konsentrasi, didapatkan pula
keluhan yang berhubungan dengan ketegangan motorik yaitu berupa
perasaan sakit kepala, dan adanya gangguan otonomik yang
dirasakan pada pasien yaitu nyeri lambung, perut kembung dan
terasa penuh. Pasien mengaku keluhan ini dapat muncul pada saat
apa saja, jika ada berita yang menjadi stressor, atau saat pasien
sedang mengkhawatirkan sesuatu, tidak terbatas pada satu jenis
berita tertentu
13. Diagnosis banding dari pasien ini antara lain depresi,gangguan
obsesif kompulsif. Dokter kemudian memberikan edukasi kepada
pasien untuk berobat ke rumah sakit dikarenakan keterbatasan obat
penenang di puskesmas. Dokter hanya memberikan terapi
simptomatik untuk meredakan nyeri perutnya, terapi berupa
antasida 3x1 tablet. Dokter juga memberikan edukasi kepada pasien
untuk lebih terbuka terhadap siapapun, sehingga saat ada masalah
pasien tidak harus memendam masalah itu sendirian yang
dampaknya akan menyebabkan timbulnya stress pada pasien di
kemudian hari
14.
15.
16.
17. Perasaanterhadap kasus
saya merasa simpati terhadap
kondisi yang dialami pasien. Keluhan
pasien pasti sangat berat namun
pasien tidak bisa mengungkapkan
atau bahkan tidak bisa menceritakan
ke orang terdekat yang dia percaya.
18. Evaluasikasus
Seseorang dikatakan menderita
gangguan kecemasan apabila
kecemasan ini mengganggu aktivitas
dalam kehidupan dari diri individu
tersebut, salah satunya yakni gangguan
fungsi sosial. Misalnya kecemasan yang
berlebihan ini menghambat diri
seseorang untuk menjalin hubungan
akrab antar individu atau kelompoknya.
Penatalaksan gangguan cemas
menyeluruh terdiri dari non
medikamentosa dan medikamentosa.
Penatalaksanaan non medikamentosa
adalah dilakukan psikoterapi
21. EtikaKedokteran
menghormati hak-hak
pasien, terutama hak
otonomi pasien
Prinsip
Otonomi
mengutamakan tindakan
yang ditujukan ke kebaikan
pasien
Prinsip
beneficience
mementingkan fairness
dan keadilan dalam
mendistribusikan
sumberdaya
PrinsipJustice
melarang tindakan
yang memperburuk
keadaan pasien
Prinsipnon
maleficence
22. IntegrasiIslam
Al Anbiyaa’ayat35
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan hanya kepada Kami.
23. IntegrasiIslam
Al-Isra’ayat82
Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-
Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.
24. Kesimpulan
Ditinjau dari beberapa aspek diatas baik medikolegal
maupun keislaman, dokter diwajibkan untuk
memberikan terapi sesuai dengan keluhan yang
dirasakan pasien dengat tujuan untuk kebaikan
pasien dan tidak memperburuk kondisi pasien
25. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis jilid 1. Edisi ke-7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.
Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013.
American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients with
panic disorder second edition. New York: American Psychiatric Assosiation; 2010.
Barlow DH, Craske MG. Mastery of your anxiety and panic: patient workbook. USA:
Oxford University Press; 2006.
American Psyciatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorder.
Edisi ke-5. USA: American Psychiatric Publishing; 2013
26. CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
Thanks
Do you have any questions?
addyouremail@freepik.com | +91 620 421 838
yourwebsite.com
Please keep this slide for attribution
Editor's Notes
Kesulitan dalam menggontrol sikap cemas serta menyebabkan gangguanaktivitas kehidupan seseorang. Prevalensi gangguan panik pertahunnya adalah 1-2%.Onset tersering adalah pada usia remaja atau pada orang yang berusia pada pertengahan30 tahun, sedangkan onset setelah usia 45 tahun jarang terjadi
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan, orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian berlangsung. Kecemasan yang dimiliki seseorang yang seperti di atas adalah normal, dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya
Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) mendefinisikan gangguan cemas meyeluruh merupakan suatu kecemasan yang berlebihan tentang suatu kegitan yang berlangsung setidaknya selama 6 bulan
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu kondisi umum dengan prevalensi kejadian 3-8%. Lebih sering ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasi 2:1.5 Prevalensi gangguan panik pertahunnya adalah 1-2%, dengan prevalensi seumur hidup 1,5-3,5%. Onset tersering adalah pada usia remaja atau pada orang yang berusia pada pertengahan 30 tahun, sedangkan onset setelah usia 45 tahun jarang terjadi.
Pelayanan mediko legal adalah bentuk pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga medis dengan menggunakan ilmu dan teknologi kedokteran atas dasar kewenangan yang dimiliki untuk kepentingan hukum dan untuk melaksanakan peraturan yang berlaku
moral utama yang dijunjung tinggi dalam prakik kedokteran adalah:
Prinsip otonomi, yaitu menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien
(the rights to self determination)
Prinsip justice, yaitu mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
Prinsip beneficience, yaitu mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Prinsip Beneficence/Kebaikan memiliki arti mendatangkan kebaikan atau manfaat bagi orang lain. Prinsip ini tidak hanya berusaha untuk tidak membahayakan pasien tetapi juga berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Selain itu, Prinsip Beneficence mendukung aturan moral yang lebih spesifik antara lain:
Melindungi dan mempertahankan hak pasien/klien
Mencegah bahaya terjadi pada pasien/klien
Menghilangkan kondisi yang akan merugikan pasien/klien
Membantu para disabilitas
Menyelamatkan pasien/klien dalam bahaya
Prinsip non maleficence, yaitu melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”. Prinsip non-maleficence memiliki arti bahwa dalam melakukan pelayanan, seorang tenaga medis harus berusaha untuk tidak merugikan atau membahayakan pasien/ klien. Bahaya yang dimaksud adalah efek buruk yang ditimbulkan dari kepentingan seseorang (dalam hal ini tenaga medis) kepada pasiennya. Prinsip non- maleficence mendukung aturan moral yang lebih spesifik antara lain:
Tidak membunuh
Tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan
Tidak melumpuhkan
Tidak menyinggung perasaan
Tidak merampas kebahagiaan pasien/klien
Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini,
terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia
Dalam hukum islam, hubungan antara dokter dengan pasien diibaratkan seperti hubungan antara penjual jasa dan pemakai jasa sehinggaterjadi akad ijarah antara kedua belah pihak. Pasien dapat memanfaatkan ilmu dan keterampilan yang dimilikinoleh dokter, sedangkan dokter memperoleh imbalan atas profesinya berupa gaji atau upah jasa. Hal ini sesuai dengan asas keadilan hukum yang harus dijaga dan oleh islam, oleh karena itu hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak harus disesuaikan dengan porsinya masing- masing , makin besar tanggung jawabnya, makin besar pula hak dan kewajibannya
Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang). GAF tertinggi selama satu tahun terakhir adalah 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
Menurut PPDGJ-III kriteria diagnosis gangguan panik, harus ditemukan adanya beberapa kali seranganan ansietas berat dalam masa kira-kira satu bulan:2,8,91. Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictabl situation).3. Dengan keadaan yang relatif dari gejalagejala ansietas pada periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “ansietas antipsikotik” yaitu ansietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi
Menurut Guideline American Psychiatric Assosiation 2010 tentang panic disorder, kriteria rawat inap untuk pasien panik adalah terdapat kelainan yang disertai bunuh diri (melukai diri sendiri), pada kasus berat dimana terapi rawat jalan tidak efektif. Sehingga pada pasien ini tidak memenuhi kriteria rawat inap
Terapi yang dipilih pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh adalah pemberian obat antidepresan, yaitu fluoksetin. Penelitian menunjukkan bahwa obat-obatan dari golongan SSRi seperti fluoksetin merupakan obat yang baik pada gangguan cemas menyeluruh.Obat ini membutuhkan waktu selama mingguan sampai bulanan untuk memberikan efek. Obat ini diberikan pada pagi hari, dengan makanan. Dosis awalnnya 2.5-5 mg per hari, dinaikkan bertahap hingga 20 mg per hari. Dinaikkan sampai berespon dengan dosis maksimal adalah 80 mg per hari
Prognosis kondisi vitalnya baik, secara fungsi masih ke arah baik, namun terkait kekambuhan pasien adalah dubia ad malam karena pasien sangat mudah tersensitisasi untuk menimbulkan keluhan saat ada stressor