SlideShare a Scribd company logo
GANGGUAN INDERA
& FUNGSIONAL
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
UPAYA PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
GIF PADA PANDU PTM DI FKTP
dr As’ad Zainudin M.H M.Kes
Murnajati Lawang Malang 31-05-2023
2
Cv: Kepala puskesmas Sapeken 2008-2013
Kepala puskesmas guluk-guluk 2013-2018
Kepala Puskesmas Gili Genting 2018 (merangkap PKM Guluk-
Guluk )
Kepala puskesmas Gapura 2018-2021
KABID YANKES DINKES Sumenep 2021 - sekarang
pendamping akreditasi dinkes kabupaten 2015- sekarang
fasilitator PANDU PTM profinsi Jawa Timur
Organisasi : IDI : wakil ketua 1 IDI cabang sumenep
PDUI : sekretaris umum PDUI komisariat Sumenep
Pre test
Manakah pernyataan yg benar bawah ini
1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam
penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan
2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri
dari hypermetropia, miopi dan presbiopia
3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi
4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus
katarak
5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah
6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata ,
jika ada keluhan mata
7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya
8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU DI FASILITAS
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
Pencegahan dan pengendalian Terpadu PTM di FKTP
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
 Menjelaskan pengertian Gangguan Indra dan fungsional dan Faktor
resikonya
 Melakukan upaya promotif dan preventif Gangguan Indra dan fungsional
 Melakukan deteksi dini faktor risiko Gangguan Indra dan fungsional
 Melakukan pelayanan terpadu penyakit tidak menular (PANDU- PTM) terkait
program GIF di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP sesuai dengan
Pedoman, meliputi:
 Gangguan penglihatan & kebutaan: Katarak, kelainan
refraksi,glaukoma, dibetik retinopathy, Retinophaty of Prematurity, dan
Low vision.
 Gangguan pendengaran & ketulian: Sumbatan serumen, Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK),Gangguan Pendengaran Akibat Bising
(NIHL/GPAB),Tuli kongenital,Presbikusis
 Gangguan Fungsional akibat PTM termasuk Penyandang Disabilitas
fisik, intelektual, mental, dan sensorik
......mari kita mengenal Gangguan Indera dan
Fungsional
PREVALENSI KEBUTAAN DI 15 PROVINSI DI INDONESIA
RAAB 2014 - 2016
Year Provinces Blindness Prevalence No of Blind People % Cataract
2014 Sulawesi Selatan 2,6% 8.515 64,3%
2014 Jawa Barat 2,8% 180.663 71,7%
2014 Nusa Tenggara Barat 4,0% 27.000 78,1%
2015 Jakarta 1,9% 23.464 81,9%
2015 Jawa Tengah 2,7% 176.977 73,8%
2015 Jawa Timur 4,4% 371.599 81,1%
2015 Bali 2,0% 18.016 77,8%
2016 Sumatera Utara 1,7% 30.252 77,8%
2016 Sumatera Barat 1,7% 14.329 87,0%
2016 Sumatera Selatan 3,6% 37.310 85,6%
2016 Kalimatan Selatan 2,0% 9.748 87,9%
2016 Sulawesi Utara 1,7% 8.461 82,2%
2016 Maluku 2,9% 5.377 88,0%
2016 Nusa Tenggara Timur 2,0% 16.394 75,0%
2016 Papua Barat 2,4% 1.606 94,1%
Badan Litbangkes Kemenkes, 2016
INDIKATOR 2016 2017 2018 2019
Rencana Kerja Pemerintah/RKP :
Kabupaten /Kota yg 5 %
Puskesmasnya yang melakukan
penanggulangan gangguan Indera
dan atau Fungsional
5% 10% 20% 30%
Renstra :
Persentase Puskesmas yang
melakukan deteksi dini dan
rujukan kasus katarak
5% 10% 20% 30%
INDIKATOR GIF
Gangguan penglihatan yaitu kondisi yang ditandai dengan
PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN ataupun LUAS LAPANGAN
PANDANG, yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Beberapa gangguan penglihatan yang menjadi prioritas di
masyarakat yaitu :
 kelainan refraksi
 katarak
 glaukoma
 retinopati diabetikum
 retinopathy of prematurity
 low vision
GANGGUAN PENGLIHATAN
Syarat agar mata dapat
melihat dengan jelas :
– Media refraksi ke dalam mata jernih
– Retina, N II sampai dengan SSP baik
– Pembiasan sinar yang jatuh ke dalam mata tepat
di retina
Penampang mata
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN
WHO – ICD 10
KELAINAN REFRAKSI
• Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar
oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan
mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata,
sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di
daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.
Gangguan refraksi terdiri dari Hipermetropia, Miopi,
Astigmatisme dan Presbiopia.
Alur Pemeriksaan Refraksi
Tahapan Pemeriksaan :
Periksa
Refraksi
Baik Tidak Baik
Pin hole
Baik
Periksa
Refraksi lbh
lanjut
Tidak baik
Periksa
segmen
anterior
Px Segmen
posterior
KATARAK
• Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus).
Katarak merupakan penyebab terbesar kebutaan di
Indonesia dengan prevalensi 0.78 %
• Berdasarkan etiologinya katarak dibagi menjadi
katarak senilis, traumatika, komplikasi dan kongenital.
KATARAK
Definisi
Adalah kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi
(penambahan
cairan)lensa ,
denaturasi protein
lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya.
Kekeruhan lensa ini
mengakibatkan lensa
tidak transparan,
sehingga pupil akan
berwarna putih atau
abu-abu.
Anamnesa
Tanda-tanda Katarak :
• Penglihatan buram
• Seperti terhalang asap/kabut
• Penglihatan makin buram dalam
waktu lama secara perlahan-lahan
Siapa saja yang dapat terkena katarak?
Bayi
Anak-anak
Dewasa muda
Orang tua ( paling banyak)
Alat PEMERIKSAAN
sederhana
Peralatan :
• Loup
• Senter
TEKNIK PEMERIKSAAN
• Penlight disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45° dengan
dataran iris, dengan menggunakan loup dilihat bayangan iris pada
lensa yang keruh Penilaiannya :
1. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke
depan) ini terjadi pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow
test (+).
2. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil
lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior)
terdapat ada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test (-).
3. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil
serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada
lensa besar dan keadaan ini disebut pseudo positif
Gambaran mata normal
penanganan
• Indikasi bedah pada penderita katarak adalah :
① indikasi penglihatan, yang sangat bervariasi pada setiap
pasien. Tindakan bedah dapat dilakukan bila penderita merasa
mengalami gangguan pada aktivitas sehari-hari, atau
penderita dengan pekerjaan tertentu yang membutuhkan
penglihatan yang baik.
② indikasi lain adalah indikasi medis, seperti glaukoma fakolitik.
Atau penderita yang memerlukan monitoring kelainan fundus,
seperti diabetik retinopati, dan membutuhkan tindakan laser
fotokoagulasi.
Tindakan bedah dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Mata. Teknik operasi yang
saat ini sering dilakukan adalah ekstrasi katarak ekstrakapsular atau
fakoemulsifikasi disertai dengan pemasangan lensa tanam.
Kriteria rujukan
① Katarak matur
② Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang
signifikan
③ Jika telah timbul komplikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasca operasi oleh dokter umum adalah
kemungkinan komplikasi seperti :
Glaukoma,
Uveitis,
Dislokasi lensa intraokular,
Edema makula,
Ablasio retina,
Endoftalmitis.
Apabila dijumpai kompikasi tersebut harus segera dirujuk.
GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan kumpulan gejala berupa peningkatan
tekanan bola mata yang disertai kerusakan saraf
mata dan penyempitan lapang pandang.
GLAUKOMA AKUT
DEFINISI
Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi
aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut bilik
mata. Saat kondisi iris terdorong kedepan maka
outflow aquos humor akan terhambat. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
Anamnesis
• Pandangan buram
• Nyeri pada bagian mata yang dapat menjalar
hingga kepala
• Melihat pelangi (halo) sekitar lampu
• Timbul gejala gastrointestinal seperti; mual dan
muntah
Peralatan yang diperlukan
• Loup
• Penlight
• Tonometri Schiotz
PEMERIKSAAN TONOMETRI SHIOTZ
Bila tekanan bola
mata >21 mmHg
Suspect glaukoma
kronik
Jangan ditetesi
Midriatyl
Bila tekanan bola
mata <21 mmHg
Mata ditetesi
Midriatyl 1%
Pemeriksaan
Funduskopi (memakai
ophtalmoscop)
GAMBARAN GLAUKOMA AKUT
GLAUKOMA KRONIS
DEFINISI
kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai
dengan kerusakan saraf optik dan kehilangan
lapang pandang yang bersifat progresif serta
berhubungan dengan berbagai fakto risiko
terutama tekanan intraokuer (TIO) yang tinggi.
Peralatan yang diperlukan
• Snellen chart
• Tonometer Schiotz
• Oftalmoskop
Kriteria rujukan
Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera
setelah penegakan diagnosis.
RETINOPATI DIABETIKUM
DEFINISI
Suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler
retina, kapiler dan venula, sehingga menyebabkan
oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler,
akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama.
ANAMNESIS
• Tidak ada keluhan penglihatan
• Penglihatan menurun bila kerusakan oleh RD sudah mencapai
makula, yang disebabkan oleh bengkak /edema makula,
terhentinya aliran darah ke makula, perdarahan pada rongga bola
mata, atau lepasnya retina / ablatio retina traksional
• Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema macula.
Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi
perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional
• Penglihatan mendadak terhalang akibat perdarahan dalam rongga
bola mata.
• Nyeri pada mata akibat peningkatan tekanan bola mata, bila
terjadi komplikasi glaukoma neovaskular.
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Alat alat:
kamar gelap
Tetes mata Midriatyl 0,5% aatau 1%
Oftalmoskop
Kursi
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)
1. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
2. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
3. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina dapat
ditemukan perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan
mikroaneurisma (pada NPDR), yang pada kondisi lebih lanjut disertai
neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada
PDR).
4. Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris
(rubeosis iridis).
5. Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas
dapat ditemukan RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), serta
penurunan refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung
normal.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS(1)
Diagnosis Klinis
• Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik, terutama
funduskopi.
Diagnosis banding
• 1. Oklusi vena retina (Branch retinal vein
occlusion/BRVO)
Eksudat lipid dan edema macula
Perdarahan vitreus dan pelepasan
retina
DIAGNOSIS BANDING(2)
2. Oklusi vena retina central (Central retinal vein
occlusion/CRVO)
CRVO awal menunjukkan
perdarahan banyak
Neovaskularisasi pada diskus
optikus dan panretinal
photocoagulation scars
Diagnosis banding (3)
3. Retinopati hipertensi
KOMPLIKASI
1. Perdarahan vitreus
2. Edema makula diabetik
3. Ablasio retina traksional
4. Glaukoma neovaskular
PENANGANAN
1. Setiap pasien yang terdiagnosis diabetes melitus
perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun
belum ada keluhan mata.
2. Apabila tidak didapatkan tanda-tanda retinopati,
pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun
(follow-up).
3. Apabila didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien
perlu dirujuk ke dokter spesialis mata.
EVALUASI
Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada
saat pertama kali datang, mencakup :
1. Anamnesis semua penderita diabetes mengenai keluhan
penglihatan.
2. Pemeriksaan visus dengan Snelen chart.
3. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer Schiozt.
4. Pemeriksaan refleks cahaya pada pupil baik langsung
maupun tak langsung.
5. Pemeriksaan funduskopi dengan menggunakan oftalmoskop
direk, apakah ada perdarahan, eksudat atau kekeruhan vitreus.
KRITERIA RUJUKAN
Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda
retinopati diabetikum sebaiknya dirujuk ke dokter
mata.
Suatu penyakit mata akibat pertumbuhan/perkembangan retina
yang tidak normal pada bayi prematur.
RETINOPATHY OF PREMATURITY
(ROP)
Latar Belakang
– Kemajuan teknologi &
SDM
– Bayi prematur dg BBLR
& usia gestasi muda,
dapat hidup
ROP meningkat
Faktor Risiko ROP
• Sepsis yg
disertai dg ggn
hemodinamik
• Penggunaan O2
>7 hri atau O2
konsentrasi
tinggi (misalnya
pengunaan
• Asfiksia
(APGAR menit
ke 5 <3)
• Kecil masa
kehamilan
• Displasia
Bronkopulmon
er
Siapa yang Harus diperiksa/ Skrining
• Bayi dengan berat Lahir < 1500
gram atau usia gestasi < 34
minggu
• Pemeriksaan pada bayi dengan
BBL > 1500 gram atau gestasi >
34 minggu dapat diminta oleh
neonatologis atau dr Sp anak,
yang bergantung pada
Kapan dilakukan Pemeriksaan
• Jika usia gestasi > 30 minggu,
diperiksa 2-4 minggu setelah
kelahiran
• Jika usia gestasi kurang atau
sama dg 30 minggu ,
diperksa 4 minggu setelah
kelahiran
• Setidaknya satu kali
Gangguan pendengaran adalah suatu masalah pada fungsi atau organ
pendengaran yang ditandai dengan penurunan ambang pendengaran sampai
dengan terjadinya ketulian.
Prioritas program gangguan pendengaran difokuskan pada 5 penyakit yang
dapat di cegah yaitu:
 Tuli kongenital
 Sumbatan serumen
 Otitis media supuratif kronik (OMSK)
 Noice inducet hearing loss (NIHL)/Gangguan Pendengaran Akibat Bising
(GPAB)
 Presbikusis
GANGGUAN
PENDENGARAN DAN KETULIAN
TULI KONGENITAL
Tuli Kongenital yaitu tuli yang terjadi sebelum persalinan
atau pada saat persalinan disebabkan oleh kelainan
secara genetik dan non genetik.
Dapat dilakukan deteksi dini dengan menggunakan
Otoacoustic Emission (OAE) adalah gelombang yg
dihasilkan oleh sel rambut halus bagian luar rumah siput
setelah diberi stimulus.
SUMBATAN SERUMEN
Serumen adalah produk kelenjar sebasea dan apokrin
yang terdapat pada kulit liang telinga. Jumlah dan
konsistensinya (lunak, keras) bervariasi pada setiap orang.
Keadaan penumpukan serumen yang keras dan
menyumbat lubang telinga dikenal sebagai Serumen Prop
Pengumpulan serumen baik keras maupun lunak yang
menyebabkan Gangguan Hantaran suara pada liang
telinga.
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Infeksi telinga tengah disertai lubang (perforasi)
gendang telinga dan keluarnya cairan ke liang telinga
terus menerus atau hilang timbul.
Infeksi telinga tengah dibagi menjadi 2 fase (otitis
media akut (OMA) dan fase kronis (OMSK). Bila
OMA didak diobati  OMSK
GPAB/NIHL adalah kurang pendengaran atau tuli akibat
terpajan bising yang cukup keras dalam jangka lama,
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja dan
tempat rekreasi
GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING (G P A B)
Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi, diduga
kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi,
bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.
Faktor Resiko
Usia Artherosklerosis, penyakit sistemik (diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi) riwayat terpajan bising, penggunan obat
ototoksik yang kurang tepat dan gaya hidup tidak sehat (konsumsi
alkohol, perokok)
Gejala utama berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-
lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga (bilateral)
PRESBIKUSIS
UPAYA PENANGGULANGAN
GANGGUAN INDERA & FUNGSIONAL
PENCEGAHAN
PROMOSI
KESEHATAN
LIHAT &
DENGAR
MEMBERIKAN KIE
KEPADA MASYARAKAT
AGAR PEDULI &
TERHINDAR DARI FR
GANGGUAN INDERA
PENGENDALIAN
DETEKSI DINI
melalui :
1.HITUNG JARI ATAU
E-TUMBLING ATAU E
CHART ATAU
SNELLEN CHART
2. TES SUARA ATAU
GARPU TALA
PENANGANAN
TATALAKSANA KASUS
SECARA
KOMPREHENSIF
ALAT BANTU
LIHAT/DENGAR
OPERASI
REHABILITASI
•Rehabilitasi medik
•Rehabilitasi psikososial
•Rehabilitasi
Bersumberdaya
Masyarakat
PROMOSI KESEHATAN
DILAKSANAKAN
SECARA
TERINTEGRASI
DETEKSI DINI GANGGUAN PENGLIHATAN &
KEBUTAAN SERTA GANGGUAN PENGLIHATAN &
KETULIAN
GANGGUAN PENGLIHATAN
& KEBUTAAN
Gangguan Refraksi
(Myop, Hipermetrop, astigmatisma,
dan Presbiopia)
GANGGUAN PENDENGARAN
& KETULIAN
Deteksi Dini
OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik)
NIHL (Noise Induce Hearing Loss)
Serumen Prop
Presbikusis
PANDU
POSBINDU
GANGGUAN REFRAKSI MENGGUNAKAN
SNELLEN CHART
• Pemeriksaan tajam
penglihatan menggunakan
Snellen chart (FKTP &
FKRTL)
 Pemeriksaan tajam penglihatan
dengan menggunakan hitung
jari dan e-tumbling
(POSBINDU)
DETEKSI DINI
TAJAM PENGLIHATAN & PENDENGARAN DI
POSBINDU
Tes menghitung jari
atau E-Tumbling
Tes Suara Jarak 6 m, 3 m
& 1 meter
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN
Pemeriksaan tajam pendengaran dengan
menggunakan garputala di fktp & fkrtl
Terdiri atas 3 (Tiga) pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan Rinne
2. Pemeriksaan Weber
3. Pemeriksaan dengan Schwabach
CARA PEMERIKSAAN RINNE
 3 macam penala (garputala) : 512 hz, 1024 hz dan 2048 hz.
 Jika hanya memakai satu penala, gunakan frekuensi 512 hz.
 Tujuan pemeriksaan ini adalah membandingkan konduksi tulang
(bone conduction) dengan konduksi udara (air conduction) pada
telinga yang sama.
 Bila pasien masih dapat mendengar di depan telinga
dibandingkan dengan suara garpu tala diletakkan di prosesus
mastoid pasien, maka tes Rinne positif (+)
 Bila tidak dapat mendengar diletakkan di depan liang telinga,
maka tes Rinne dikatakan negatif (-).
 Interpretasi
Bila Rinne (+) NORMAL
Bila Rinne (-) tuli konduktif
PEMERIKSAAN WEBBER
Tujuan membandingkan hantaran tulang telinga
kanan
Dan telinga kiri
a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian
pangkal (column handle)
b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan di
tengah kening, atau puncak kepala pasien
dengan perlahan
c. Minta pasien menyebutkan dimana telinga
mana yang lebih baik mendengar suara (kana
atau kiri)
 LATERALIS (-), suara terdengar di
tengah/sama kanan dan kiri pendengaran
NORMAL
PEMERIKSAAN SCHWABACH
Tujuan membandingkan hantaran tulang pasien dengan
hantaran tulang pemeriksa, dengan syarat hantaran tulang
pemeriksa harus normal
cara
Setelah garputala di getarkan, segera di tempelkan pada
planum mastoideum pasien. Jika bunyinya tidak terdengar
lagi pasien memberi tanda, dan garpu tala segera di
pindah ke planum mastoideum pemeriksa , kemudian di
nilai pemeriksa mendengar atau tidak, kemudian garputala
di getarkan kembali dan di letakkan di mastoid pemeriksa,
setelah pemeriksaan tidak mendengar lagi di pindahkan
ke mastoid pasien.
INTERPRETASI
HASIL PEMERIKSAAN
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwaba Diagnosis
+ Tidak ada lateralisasi
Sama dengan
pemeriksaan
Normal
-
Lateralisasi ke telinga
yang sakit
Memenjang Tuli kondukstif
+
Lateralisasi ke telinga
yang sehat
Memendek Tuli saraf
GANGGUAN FUNGSIONAL
 Gangguan fungsional menggambarkan suatu kelainan pada
fungsi fisiologis pada tingkat sistem tubuh, termasuk
fungsi mental, kognitif dan psikologis.
 Kemampuan fungsi seseorang akan menentukan derajat
kualitas hidupnya.
 Gangguan fungsi yang ada dapat menyebabkan terjadinya
gangguan emosional yang persisten, distres sosial dan
penurunan kualitas hidup. Pada perjalanannya, gangguan
fungsional yang tidak ditangani akan berujung pada kondisi
disabilitas.
FAKTA DISABILITAS
15 dari 100
orang
di dunia merupakan
penyandang disabilitas
± 2 – 4 dari 100 orang
tersebut termasuk dalam
kategori penyandang
disabilitas berat.
Meningkatnya usia harapan
hidup, maka semakin
bertambah kecenderungan
penyandang disabilitas
disebabkan karena proses
degeneratif.
Penyakit dan kondisi kesehatan
dapat berimplikasi menjadi
gangguan fungsional/disabilitas,
demikian juga kejadian bencana
alam, kecelakaan lalu lintas serta
konflik sosial, dll
Permasalahan aksesibilitas
terhadap pelayanan kesehatan
masih menjadi penghalang bagi
penyandang disabilitas
International Classification of Functioning,Disability and Health ( ICF/WHO,2001)
PROPORSI DISABILITAS ANAK 5-17
TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018
Disable anak 5-17 tahun apabila
terdapat kesulitan/hambatan
fungsi berat atau sangat berat
7
3.3
1.4
0.
3.
6.
9.
12.
Sulteng Kaltim INDONESIA Pabar
%
DATA DISABILITAS
MENURUT RISKESDAS 2018
PROPORSI DISABILITAS UMUR 18-59
TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018
40.6
22
13.8
0.
12.5
25.
37.5
50.
Sulteng Kaltara Sulbar Bali
%
Disable dewasa umur 18-59 tahun
apabila ada ketidakmampuan fisik dan
mental sedang/berat/sangat berat
PROPORSI DISABILITAS PADALANSIA(≥ 60 TAHUN), 2018
74.3
22.
1.1 1. 1.6
0.
25.
50.
75.
100.
Mandiri Ringan Sedang Berat Tergantung
total
%
8
1
• Disabilitas ringan: 22%
• Disabilitas sedang,
berat, dan tergantung
total: 3.7%
DATA DISABILITAS
MENURUT RISKESDAS 2018
TANTANGAN SAAT INI
Masyarakat Provider
Sarana prasarana dan
peralatan
Stigma dan diskriminasi
terhadap penyandang
disabilitas masih tinggi.
Jumlah dan kualitas tenaga
yang menangani disabilitas
masih kurang dan distribusi
tidak merata,
Peralatan untuk penanganan
di fasyankes masih kurang
Adanya eksploitasi para
penyandang disabilitas oleh
masyarakat
Jumlah penyandang
disabilitas cenderung
meningkat
Faktor risiko disabilitas :
• Gaya hidup tidak sehat
• Tindak kekerasan fisik,
mental, psikologis
Pengetahuan masyarakat
dan dukungan keluarga
pada penyandang
disabilitas masih rendah
Rasa percaya diri dari
penyandang disabilitas
cenderung rendah
Pemahaman dari pengambil
keputusan pada masalah
disabilitas masih belum
maksimal
Perlakuan diskriminasi provider
terhadap penyandang
disabilitas
Jumlah tenaga kesehatan yang
terlatih untuk pelayanan
disabilitas masih kurang
Jumlah tenaga pendidik masih
kurang
Aksesibilitas penyandang
pada pelayanan kesehatan
belum optimal (fisik bangunan
dan ruangan, audio visual)
RUANG LINGKUP PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL
Perjalanan
Penyakit
Diagnosa
Penyakit
Diagnosa
Disabilitas
Perjalanan Komplikasi
Penyakit :
- Impairment
- Functional limitation
Primary
Prevention
EARLY
DIAGNOSIS &
PROMPT
TREATMENT
HEALTH
PROMOTION
Secondary
Prevention
Tertiary
Prevention
Kematian
SPESIFIC
PROTECTION
REHABILITAT
ION
DISABILITY
LIMITATION
AKSESIBILITAS  kemudahan yang disediakan
untuk Penyandang Disabilitas guna mewujudkan
Kesamaan Kesempatan.
o Fasilitas, aksesibilitas, sarana dan prasarana,
contoh : ukuran dasar ruangan, jalur pejalan
kaki, jalur pemandu, area parkir, pintu, ram,
tangga, lif, toilet dan sebagainya
o Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang
dapat dipahami sesuai ragam disabilitas.
PERAN TENAGA KESEHATAN UMUM : Identifikasi Penyandang Disabilitas di
Keluarga
UPAYA PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL
1. Pencegahan/Pembatasan
Kedisabilitas
2. Rehabilitasi
3. Pelayanan Kesehatan bagi
Penyandang Disabilitas
• PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN
DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
Pencegahan Kedisabilitas
• Pencegahan disabilitas yang harus dilakukan sedini mungkin. Namun jika
disabilitas telah terjadi, tetap diupayakan tingkat kemandirian seoptimal mungkin
sesuai potensi yang dimiliki pasien.
Rehabilitasi
• Rehabilitasi medik
• Jenis pelayanan yang diberikan dalam rehabilitasi medik dasar berupa :
• Asesmen fungsi sederhana pada penyakit neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal
• Tatalaksana promotif dan preventif fungsi neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal
• Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
Pelayanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
• Promotif
• Preventif
• Kuratif
• Habilitatif - Rehabilitatif
SASARAN : ORANG YANG BELUM MENGALAMI DISABILITAS PENYANDANG DISABILITAS
• PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN
DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
• Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
• Dukungan regulasi
• Kerjasama LP/LS
PROMOTIF
• Pengendalian faktor risiko
• Tatalaksana dini penyakit
• Pencegaham komplikasi penyakit dasar dan
penyerta
PREVENTIF
• Pelayanan kesehatan dasar hingga rujukan
• Peningkatan kapasitas petugas
• Penguatan kader
• Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional
KURATIF
• Pelayanan rehabilitasi medik
• Penguatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
• Peningkatan partisipasi Penyandang Disabilitas
HABILITATIF -
REHABILITATIF
DRAF PERMENKES
PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL POSBINDU BAGI
DISABILITAS
AKSESIBILTAS
PELAYANAN KESEHATAN INKLUSIF BAGI
PENYANDANG DISABILITAS
INKLUSI
PROSES PELAYANAN
KESEHATAN YANG
SAMA
PENGHORMATAN
PERBEDAAN
KESETARAAN HAK ASASI,
PARTISIPASI PENUH DAN
AKSES PELAYANAN
KESEHATAN
MENGHILANGKAN
HAMBATAN
CARA BERINTERAKSI DENGAN
PENYANDANG DISABILITAS
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS
Sumber: www.google.co.id
YANG HARUS DILAKUKAN PUSKEMAS/FKTP
1. Memperhatikan aksesibilitas sarana
dan prasarana bagi penyandang
disabilitas
2. Membina UKBM Rehabilitasi
bersumber daya masyarakat (RBM)
3. Mengembangkan kapasitas Tenaga
kesehatan dalam penanggulangan
gangguan fungsional
PUSKESMAS BANDARAYA KOTA BANDA
ACEH PROV. ACEH
………..TERIMA KASIH
Pre test
Manakah pernyataan yg benar bawah ini
1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam
penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan
2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri
dari hypermetropia, miopi dan presbiopia
3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi
4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus
katarak
5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah
6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata ,
jika ada keluhan mata
7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya
8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik
AYO...PRAKTEK
DETEKSI DINI
GANGGUAN
PENGLIHATAN &
PENDENGARAN
DI FKTP

More Related Content

What's hot

Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
Viktor Iwan
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adjiAnjang Kusuma Netra
 
Katarak
KatarakKatarak
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
Cikungunya fever
Cikungunya feverCikungunya fever
Cikungunya fever
Ariyanto Harsono
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
Dendi Irawan
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
Rizal_mz
 
Katarak
KatarakKatarak
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Amirullah Latarissa
 
Program rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasProgram rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasJoni Iswanto
 
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptxV31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
ErnaYanti21
 
Contoh Full spo spill kit
Contoh Full spo spill kitContoh Full spo spill kit
Contoh Full spo spill kit
Andi Wijaya
 
5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx
ehda2
 
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdfTERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
Peter Prast
 
ppt retinopati diabet.pptx
ppt retinopati diabet.pptxppt retinopati diabet.pptx
ppt retinopati diabet.pptx
amalianurzahra
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
Brenda Panjaitan
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
dewi_putri
 

What's hot (20)

Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adjiEtika, disiplin & hukum kesehatan   dr. adji
Etika, disiplin & hukum kesehatan dr. adji
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Cikungunya fever
Cikungunya feverCikungunya fever
Cikungunya fever
 
Power point tbc
Power point tbcPower point tbc
Power point tbc
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
Program rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmasProgram rabies di puskesmas
Program rabies di puskesmas
 
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptxV31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
V31 Template Kompetensi Kader Posyandu.pptx
 
Contoh Full spo spill kit
Contoh Full spo spill kitContoh Full spo spill kit
Contoh Full spo spill kit
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx5-PROGNAS Rev.pptx
5-PROGNAS Rev.pptx
 
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdfTERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
TERMINOLOGI_ANATOMI_TERMINOLOGI_ANATOMI.pdf
 
ppt retinopati diabet.pptx
ppt retinopati diabet.pptxppt retinopati diabet.pptx
ppt retinopati diabet.pptx
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 
Amblyopia DNP
Amblyopia DNP Amblyopia DNP
Amblyopia DNP
 
Kusta
KustaKusta
Kusta
 

Similar to PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx

tentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptxtentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptx
ssuser0378e7
 
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktrefleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
SriNaharindahNaharin
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
NURULMUMINAH
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retinamateri-x2
 
Neuritis Optik
Neuritis OptikNeuritis Optik
Neuritis Optik
nadyawulandari23
 
Bab i
Bab iBab i
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
Karin Survival
 
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
Desya5
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
Warnet Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
pjj_kemenkes
 

Similar to PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx (20)

tentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptxtentiran retinopati diabetikum.pptx
tentiran retinopati diabetikum.pptx
 
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedoktrefleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
refleksi kasus ilmu penyakit mata kedokt
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
Neuritis Optik
Neuritis OptikNeuritis Optik
Neuritis Optik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Kaspan katarak senilis imatur
Kaspan   katarak senilis imaturKaspan   katarak senilis imatur
Kaspan katarak senilis imatur
 
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 

Recently uploaded

Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
AFMLS
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
ReniAnjarwati
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
rrherningputriganisw
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
iskandar186656
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
rifdahatikah1
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
jualobat34
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
hannanbmq1
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
lansiapola
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
ResidenUrologiRSCM
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
YernimaDaeli1
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
HanifaYR
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
ssuser9f2868
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
pinkhocun
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
celli4
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdfPresentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
Presentasi Pleno Kelompok 5 Modul 4 Kejang.pdf
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoaudit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejo
 
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan txPRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
PRESKAS MALARIA dengan sdki slki siki asuhan keperawatan tx
 
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwaManajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
Manajemen Keperawatan pada pasien gangguan jiwa
 
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptxTM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
TM 2-4 Perubahan Fisiologis Kehamilan.pptx
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subang
 
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasiVolumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
Volumetri Redoks, Iodometri, Iodimetri, reduksi Oksidasi, titrasi
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptxBAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
BAHAN AJAR 25 KETRAMPILAN KADER POSYANDU.pptx
 
Fracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.pptFracture of os nasalis literature review.ppt
Fracture of os nasalis literature review.ppt
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
80533176-LAPORAN-KASUS-Asma-Bronkial.pptx
 
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppttiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
tiroid penyakit pada tubuh yang harus di.ppt
 
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptxPERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
PERHITUNGAN DOSIS MAKSIMUM OBAT BERDASARKAN UMUR-BERAT BADAN.pptx
 
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FKKelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
Kelainan Genitalia Pria Bedah Urologi FK
 
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdfPEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
PEMERIKSAAN KESEHATAN USIA DASAR DAN SEKOLAH.pdf
 

PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx

  • 1. GANGGUAN INDERA & FUNGSIONAL Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI
  • 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN UPAYA PENCEGAHAN & PENGENDALIAN GIF PADA PANDU PTM DI FKTP dr As’ad Zainudin M.H M.Kes Murnajati Lawang Malang 31-05-2023 2
  • 3. Cv: Kepala puskesmas Sapeken 2008-2013 Kepala puskesmas guluk-guluk 2013-2018 Kepala Puskesmas Gili Genting 2018 (merangkap PKM Guluk- Guluk ) Kepala puskesmas Gapura 2018-2021 KABID YANKES DINKES Sumenep 2021 - sekarang pendamping akreditasi dinkes kabupaten 2015- sekarang fasilitator PANDU PTM profinsi Jawa Timur Organisasi : IDI : wakil ketua 1 IDI cabang sumenep PDUI : sekretaris umum PDUI komisariat Sumenep
  • 4. Pre test Manakah pernyataan yg benar bawah ini 1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan 2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri dari hypermetropia, miopi dan presbiopia 3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi 4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus katarak 5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah 6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata , jika ada keluhan mata 7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya 8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik
  • 5. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP) TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan Pencegahan dan pengendalian Terpadu PTM di FKTP
  • 6. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:  Menjelaskan pengertian Gangguan Indra dan fungsional dan Faktor resikonya  Melakukan upaya promotif dan preventif Gangguan Indra dan fungsional  Melakukan deteksi dini faktor risiko Gangguan Indra dan fungsional  Melakukan pelayanan terpadu penyakit tidak menular (PANDU- PTM) terkait program GIF di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP sesuai dengan Pedoman, meliputi:  Gangguan penglihatan & kebutaan: Katarak, kelainan refraksi,glaukoma, dibetik retinopathy, Retinophaty of Prematurity, dan Low vision.  Gangguan pendengaran & ketulian: Sumbatan serumen, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK),Gangguan Pendengaran Akibat Bising (NIHL/GPAB),Tuli kongenital,Presbikusis  Gangguan Fungsional akibat PTM termasuk Penyandang Disabilitas fisik, intelektual, mental, dan sensorik
  • 7. ......mari kita mengenal Gangguan Indera dan Fungsional
  • 8. PREVALENSI KEBUTAAN DI 15 PROVINSI DI INDONESIA RAAB 2014 - 2016 Year Provinces Blindness Prevalence No of Blind People % Cataract 2014 Sulawesi Selatan 2,6% 8.515 64,3% 2014 Jawa Barat 2,8% 180.663 71,7% 2014 Nusa Tenggara Barat 4,0% 27.000 78,1% 2015 Jakarta 1,9% 23.464 81,9% 2015 Jawa Tengah 2,7% 176.977 73,8% 2015 Jawa Timur 4,4% 371.599 81,1% 2015 Bali 2,0% 18.016 77,8% 2016 Sumatera Utara 1,7% 30.252 77,8% 2016 Sumatera Barat 1,7% 14.329 87,0% 2016 Sumatera Selatan 3,6% 37.310 85,6% 2016 Kalimatan Selatan 2,0% 9.748 87,9% 2016 Sulawesi Utara 1,7% 8.461 82,2% 2016 Maluku 2,9% 5.377 88,0% 2016 Nusa Tenggara Timur 2,0% 16.394 75,0% 2016 Papua Barat 2,4% 1.606 94,1% Badan Litbangkes Kemenkes, 2016
  • 9. INDIKATOR 2016 2017 2018 2019 Rencana Kerja Pemerintah/RKP : Kabupaten /Kota yg 5 % Puskesmasnya yang melakukan penanggulangan gangguan Indera dan atau Fungsional 5% 10% 20% 30% Renstra : Persentase Puskesmas yang melakukan deteksi dini dan rujukan kasus katarak 5% 10% 20% 30% INDIKATOR GIF
  • 10. Gangguan penglihatan yaitu kondisi yang ditandai dengan PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN ataupun LUAS LAPANGAN PANDANG, yang dapat mengakibatkan kebutaan. Beberapa gangguan penglihatan yang menjadi prioritas di masyarakat yaitu :  kelainan refraksi  katarak  glaukoma  retinopati diabetikum  retinopathy of prematurity  low vision GANGGUAN PENGLIHATAN
  • 11.
  • 12. Syarat agar mata dapat melihat dengan jelas : – Media refraksi ke dalam mata jernih – Retina, N II sampai dengan SSP baik – Pembiasan sinar yang jatuh ke dalam mata tepat di retina
  • 14.
  • 15. GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN WHO – ICD 10
  • 16. KELAINAN REFRAKSI • Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi. Gangguan refraksi terdiri dari Hipermetropia, Miopi, Astigmatisme dan Presbiopia.
  • 18. Tahapan Pemeriksaan : Periksa Refraksi Baik Tidak Baik Pin hole Baik Periksa Refraksi lbh lanjut Tidak baik Periksa segmen anterior Px Segmen posterior
  • 19. KATARAK • Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus). Katarak merupakan penyebab terbesar kebutaan di Indonesia dengan prevalensi 0.78 % • Berdasarkan etiologinya katarak dibagi menjadi katarak senilis, traumatika, komplikasi dan kongenital.
  • 21. Definisi Adalah kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa , denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.
  • 22. Anamnesa Tanda-tanda Katarak : • Penglihatan buram • Seperti terhalang asap/kabut • Penglihatan makin buram dalam waktu lama secara perlahan-lahan
  • 23. Siapa saja yang dapat terkena katarak? Bayi Anak-anak Dewasa muda Orang tua ( paling banyak)
  • 25. TEKNIK PEMERIKSAAN • Penlight disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45° dengan dataran iris, dengan menggunakan loup dilihat bayangan iris pada lensa yang keruh Penilaiannya : 1. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke depan) ini terjadi pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test (+). 2. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior) terdapat ada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test (-). 3. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudo positif
  • 27. penanganan • Indikasi bedah pada penderita katarak adalah : ① indikasi penglihatan, yang sangat bervariasi pada setiap pasien. Tindakan bedah dapat dilakukan bila penderita merasa mengalami gangguan pada aktivitas sehari-hari, atau penderita dengan pekerjaan tertentu yang membutuhkan penglihatan yang baik. ② indikasi lain adalah indikasi medis, seperti glaukoma fakolitik. Atau penderita yang memerlukan monitoring kelainan fundus, seperti diabetik retinopati, dan membutuhkan tindakan laser fotokoagulasi. Tindakan bedah dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Mata. Teknik operasi yang saat ini sering dilakukan adalah ekstrasi katarak ekstrakapsular atau fakoemulsifikasi disertai dengan pemasangan lensa tanam.
  • 28. Kriteria rujukan ① Katarak matur ② Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang signifikan ③ Jika telah timbul komplikasi Hal-hal yang perlu diperhatikan pasca operasi oleh dokter umum adalah kemungkinan komplikasi seperti : Glaukoma, Uveitis, Dislokasi lensa intraokular, Edema makula, Ablasio retina, Endoftalmitis. Apabila dijumpai kompikasi tersebut harus segera dirujuk.
  • 29. GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kumpulan gejala berupa peningkatan tekanan bola mata yang disertai kerusakan saraf mata dan penyempitan lapang pandang.
  • 31. DEFINISI Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong kedepan maka outflow aquos humor akan terhambat. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
  • 32. Anamnesis • Pandangan buram • Nyeri pada bagian mata yang dapat menjalar hingga kepala • Melihat pelangi (halo) sekitar lampu • Timbul gejala gastrointestinal seperti; mual dan muntah
  • 33. Peralatan yang diperlukan • Loup • Penlight • Tonometri Schiotz
  • 35. Bila tekanan bola mata >21 mmHg Suspect glaukoma kronik Jangan ditetesi Midriatyl Bila tekanan bola mata <21 mmHg Mata ditetesi Midriatyl 1% Pemeriksaan Funduskopi (memakai ophtalmoscop)
  • 38. DEFINISI kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai dengan kerusakan saraf optik dan kehilangan lapang pandang yang bersifat progresif serta berhubungan dengan berbagai fakto risiko terutama tekanan intraokuer (TIO) yang tinggi.
  • 39. Peralatan yang diperlukan • Snellen chart • Tonometer Schiotz • Oftalmoskop
  • 40. Kriteria rujukan Pada glaukoma kronik, rujukan dilakukan segera setelah penegakan diagnosis.
  • 42. DEFINISI Suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler retina, kapiler dan venula, sehingga menyebabkan oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler, akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama.
  • 43. ANAMNESIS • Tidak ada keluhan penglihatan • Penglihatan menurun bila kerusakan oleh RD sudah mencapai makula, yang disebabkan oleh bengkak /edema makula, terhentinya aliran darah ke makula, perdarahan pada rongga bola mata, atau lepasnya retina / ablatio retina traksional • Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema macula. Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional • Penglihatan mendadak terhalang akibat perdarahan dalam rongga bola mata. • Nyeri pada mata akibat peningkatan tekanan bola mata, bila terjadi komplikasi glaukoma neovaskular.
  • 44. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI Alat alat: kamar gelap Tetes mata Midriatyl 0,5% aatau 1% Oftalmoskop Kursi
  • 45. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) 1. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II). 2. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus. 3. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina dapat ditemukan perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan mikroaneurisma (pada NPDR), yang pada kondisi lebih lanjut disertai neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada PDR). 4. Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris (rubeosis iridis). 5. Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas dapat ditemukan RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), serta penurunan refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung normal.
  • 46. PENEGAKKAN DIAGNOSIS(1) Diagnosis Klinis • Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, terutama funduskopi. Diagnosis banding • 1. Oklusi vena retina (Branch retinal vein occlusion/BRVO) Eksudat lipid dan edema macula Perdarahan vitreus dan pelepasan retina
  • 47. DIAGNOSIS BANDING(2) 2. Oklusi vena retina central (Central retinal vein occlusion/CRVO) CRVO awal menunjukkan perdarahan banyak Neovaskularisasi pada diskus optikus dan panretinal photocoagulation scars
  • 48. Diagnosis banding (3) 3. Retinopati hipertensi
  • 49. KOMPLIKASI 1. Perdarahan vitreus 2. Edema makula diabetik 3. Ablasio retina traksional 4. Glaukoma neovaskular
  • 50. PENANGANAN 1. Setiap pasien yang terdiagnosis diabetes melitus perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun belum ada keluhan mata. 2. Apabila tidak didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun (follow-up). 3. Apabila didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis mata.
  • 51. EVALUASI Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada saat pertama kali datang, mencakup : 1. Anamnesis semua penderita diabetes mengenai keluhan penglihatan. 2. Pemeriksaan visus dengan Snelen chart. 3. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer Schiozt. 4. Pemeriksaan refleks cahaya pada pupil baik langsung maupun tak langsung. 5. Pemeriksaan funduskopi dengan menggunakan oftalmoskop direk, apakah ada perdarahan, eksudat atau kekeruhan vitreus.
  • 52. KRITERIA RUJUKAN Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda retinopati diabetikum sebaiknya dirujuk ke dokter mata.
  • 53. Suatu penyakit mata akibat pertumbuhan/perkembangan retina yang tidak normal pada bayi prematur. RETINOPATHY OF PREMATURITY (ROP)
  • 54. Latar Belakang – Kemajuan teknologi & SDM – Bayi prematur dg BBLR & usia gestasi muda, dapat hidup ROP meningkat
  • 55.
  • 56. Faktor Risiko ROP • Sepsis yg disertai dg ggn hemodinamik • Penggunaan O2 >7 hri atau O2 konsentrasi tinggi (misalnya pengunaan • Asfiksia (APGAR menit ke 5 <3) • Kecil masa kehamilan • Displasia Bronkopulmon er
  • 57. Siapa yang Harus diperiksa/ Skrining • Bayi dengan berat Lahir < 1500 gram atau usia gestasi < 34 minggu • Pemeriksaan pada bayi dengan BBL > 1500 gram atau gestasi > 34 minggu dapat diminta oleh neonatologis atau dr Sp anak, yang bergantung pada
  • 58. Kapan dilakukan Pemeriksaan • Jika usia gestasi > 30 minggu, diperiksa 2-4 minggu setelah kelahiran • Jika usia gestasi kurang atau sama dg 30 minggu , diperksa 4 minggu setelah kelahiran • Setidaknya satu kali
  • 59. Gangguan pendengaran adalah suatu masalah pada fungsi atau organ pendengaran yang ditandai dengan penurunan ambang pendengaran sampai dengan terjadinya ketulian. Prioritas program gangguan pendengaran difokuskan pada 5 penyakit yang dapat di cegah yaitu:  Tuli kongenital  Sumbatan serumen  Otitis media supuratif kronik (OMSK)  Noice inducet hearing loss (NIHL)/Gangguan Pendengaran Akibat Bising (GPAB)  Presbikusis GANGGUAN PENDENGARAN DAN KETULIAN
  • 60. TULI KONGENITAL Tuli Kongenital yaitu tuli yang terjadi sebelum persalinan atau pada saat persalinan disebabkan oleh kelainan secara genetik dan non genetik. Dapat dilakukan deteksi dini dengan menggunakan Otoacoustic Emission (OAE) adalah gelombang yg dihasilkan oleh sel rambut halus bagian luar rumah siput setelah diberi stimulus.
  • 61. SUMBATAN SERUMEN Serumen adalah produk kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada kulit liang telinga. Jumlah dan konsistensinya (lunak, keras) bervariasi pada setiap orang. Keadaan penumpukan serumen yang keras dan menyumbat lubang telinga dikenal sebagai Serumen Prop Pengumpulan serumen baik keras maupun lunak yang menyebabkan Gangguan Hantaran suara pada liang telinga.
  • 62. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK) Infeksi telinga tengah disertai lubang (perforasi) gendang telinga dan keluarnya cairan ke liang telinga terus menerus atau hilang timbul. Infeksi telinga tengah dibagi menjadi 2 fase (otitis media akut (OMA) dan fase kronis (OMSK). Bila OMA didak diobati  OMSK
  • 63. GPAB/NIHL adalah kurang pendengaran atau tuli akibat terpajan bising yang cukup keras dalam jangka lama, biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja dan tempat rekreasi GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING (G P A B)
  • 64. Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi, diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Faktor Resiko Usia Artherosklerosis, penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi) riwayat terpajan bising, penggunan obat ototoksik yang kurang tepat dan gaya hidup tidak sehat (konsumsi alkohol, perokok) Gejala utama berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan- lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga (bilateral) PRESBIKUSIS
  • 65. UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA & FUNGSIONAL PENCEGAHAN PROMOSI KESEHATAN LIHAT & DENGAR MEMBERIKAN KIE KEPADA MASYARAKAT AGAR PEDULI & TERHINDAR DARI FR GANGGUAN INDERA PENGENDALIAN DETEKSI DINI melalui : 1.HITUNG JARI ATAU E-TUMBLING ATAU E CHART ATAU SNELLEN CHART 2. TES SUARA ATAU GARPU TALA PENANGANAN TATALAKSANA KASUS SECARA KOMPREHENSIF ALAT BANTU LIHAT/DENGAR OPERASI REHABILITASI •Rehabilitasi medik •Rehabilitasi psikososial •Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
  • 67. DILAKSANAKAN SECARA TERINTEGRASI DETEKSI DINI GANGGUAN PENGLIHATAN & KEBUTAAN SERTA GANGGUAN PENGLIHATAN & KETULIAN GANGGUAN PENGLIHATAN & KEBUTAAN Gangguan Refraksi (Myop, Hipermetrop, astigmatisma, dan Presbiopia) GANGGUAN PENDENGARAN & KETULIAN Deteksi Dini OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik) NIHL (Noise Induce Hearing Loss) Serumen Prop Presbikusis PANDU POSBINDU
  • 68. GANGGUAN REFRAKSI MENGGUNAKAN SNELLEN CHART • Pemeriksaan tajam penglihatan menggunakan Snellen chart (FKTP & FKRTL)  Pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan hitung jari dan e-tumbling (POSBINDU)
  • 69. DETEKSI DINI TAJAM PENGLIHATAN & PENDENGARAN DI POSBINDU Tes menghitung jari atau E-Tumbling Tes Suara Jarak 6 m, 3 m & 1 meter
  • 70. PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN (POSBINDU)
  • 71. PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN Pemeriksaan tajam pendengaran dengan menggunakan garputala di fktp & fkrtl Terdiri atas 3 (Tiga) pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan Rinne 2. Pemeriksaan Weber 3. Pemeriksaan dengan Schwabach
  • 72. CARA PEMERIKSAAN RINNE  3 macam penala (garputala) : 512 hz, 1024 hz dan 2048 hz.  Jika hanya memakai satu penala, gunakan frekuensi 512 hz.  Tujuan pemeriksaan ini adalah membandingkan konduksi tulang (bone conduction) dengan konduksi udara (air conduction) pada telinga yang sama.  Bila pasien masih dapat mendengar di depan telinga dibandingkan dengan suara garpu tala diletakkan di prosesus mastoid pasien, maka tes Rinne positif (+)  Bila tidak dapat mendengar diletakkan di depan liang telinga, maka tes Rinne dikatakan negatif (-).  Interpretasi Bila Rinne (+) NORMAL Bila Rinne (-) tuli konduktif
  • 73. PEMERIKSAAN WEBBER Tujuan membandingkan hantaran tulang telinga kanan Dan telinga kiri a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian pangkal (column handle) b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan di tengah kening, atau puncak kepala pasien dengan perlahan c. Minta pasien menyebutkan dimana telinga mana yang lebih baik mendengar suara (kana atau kiri)  LATERALIS (-), suara terdengar di tengah/sama kanan dan kiri pendengaran NORMAL
  • 74. PEMERIKSAAN SCHWABACH Tujuan membandingkan hantaran tulang pasien dengan hantaran tulang pemeriksa, dengan syarat hantaran tulang pemeriksa harus normal cara Setelah garputala di getarkan, segera di tempelkan pada planum mastoideum pasien. Jika bunyinya tidak terdengar lagi pasien memberi tanda, dan garpu tala segera di pindah ke planum mastoideum pemeriksa , kemudian di nilai pemeriksa mendengar atau tidak, kemudian garputala di getarkan kembali dan di letakkan di mastoid pemeriksa, setelah pemeriksaan tidak mendengar lagi di pindahkan ke mastoid pasien.
  • 75. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN Tes Rinne Tes Weber Tes Schwaba Diagnosis + Tidak ada lateralisasi Sama dengan pemeriksaan Normal - Lateralisasi ke telinga yang sakit Memenjang Tuli kondukstif + Lateralisasi ke telinga yang sehat Memendek Tuli saraf
  • 76. GANGGUAN FUNGSIONAL  Gangguan fungsional menggambarkan suatu kelainan pada fungsi fisiologis pada tingkat sistem tubuh, termasuk fungsi mental, kognitif dan psikologis.  Kemampuan fungsi seseorang akan menentukan derajat kualitas hidupnya.  Gangguan fungsi yang ada dapat menyebabkan terjadinya gangguan emosional yang persisten, distres sosial dan penurunan kualitas hidup. Pada perjalanannya, gangguan fungsional yang tidak ditangani akan berujung pada kondisi disabilitas.
  • 77.
  • 78.
  • 79. FAKTA DISABILITAS 15 dari 100 orang di dunia merupakan penyandang disabilitas ± 2 – 4 dari 100 orang tersebut termasuk dalam kategori penyandang disabilitas berat. Meningkatnya usia harapan hidup, maka semakin bertambah kecenderungan penyandang disabilitas disebabkan karena proses degeneratif. Penyakit dan kondisi kesehatan dapat berimplikasi menjadi gangguan fungsional/disabilitas, demikian juga kejadian bencana alam, kecelakaan lalu lintas serta konflik sosial, dll Permasalahan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan masih menjadi penghalang bagi penyandang disabilitas International Classification of Functioning,Disability and Health ( ICF/WHO,2001)
  • 80. PROPORSI DISABILITAS ANAK 5-17 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018 Disable anak 5-17 tahun apabila terdapat kesulitan/hambatan fungsi berat atau sangat berat 7 3.3 1.4 0. 3. 6. 9. 12. Sulteng Kaltim INDONESIA Pabar % DATA DISABILITAS MENURUT RISKESDAS 2018 PROPORSI DISABILITAS UMUR 18-59 TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018 40.6 22 13.8 0. 12.5 25. 37.5 50. Sulteng Kaltara Sulbar Bali % Disable dewasa umur 18-59 tahun apabila ada ketidakmampuan fisik dan mental sedang/berat/sangat berat
  • 81. PROPORSI DISABILITAS PADALANSIA(≥ 60 TAHUN), 2018 74.3 22. 1.1 1. 1.6 0. 25. 50. 75. 100. Mandiri Ringan Sedang Berat Tergantung total % 8 1 • Disabilitas ringan: 22% • Disabilitas sedang, berat, dan tergantung total: 3.7% DATA DISABILITAS MENURUT RISKESDAS 2018
  • 82. TANTANGAN SAAT INI Masyarakat Provider Sarana prasarana dan peralatan Stigma dan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas masih tinggi. Jumlah dan kualitas tenaga yang menangani disabilitas masih kurang dan distribusi tidak merata, Peralatan untuk penanganan di fasyankes masih kurang Adanya eksploitasi para penyandang disabilitas oleh masyarakat Jumlah penyandang disabilitas cenderung meningkat Faktor risiko disabilitas : • Gaya hidup tidak sehat • Tindak kekerasan fisik, mental, psikologis Pengetahuan masyarakat dan dukungan keluarga pada penyandang disabilitas masih rendah Rasa percaya diri dari penyandang disabilitas cenderung rendah Pemahaman dari pengambil keputusan pada masalah disabilitas masih belum maksimal Perlakuan diskriminasi provider terhadap penyandang disabilitas Jumlah tenaga kesehatan yang terlatih untuk pelayanan disabilitas masih kurang Jumlah tenaga pendidik masih kurang Aksesibilitas penyandang pada pelayanan kesehatan belum optimal (fisik bangunan dan ruangan, audio visual)
  • 83. RUANG LINGKUP PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL Perjalanan Penyakit Diagnosa Penyakit Diagnosa Disabilitas Perjalanan Komplikasi Penyakit : - Impairment - Functional limitation Primary Prevention EARLY DIAGNOSIS & PROMPT TREATMENT HEALTH PROMOTION Secondary Prevention Tertiary Prevention Kematian SPESIFIC PROTECTION REHABILITAT ION DISABILITY LIMITATION
  • 84. AKSESIBILITAS  kemudahan yang disediakan untuk Penyandang Disabilitas guna mewujudkan Kesamaan Kesempatan. o Fasilitas, aksesibilitas, sarana dan prasarana, contoh : ukuran dasar ruangan, jalur pejalan kaki, jalur pemandu, area parkir, pintu, ram, tangga, lif, toilet dan sebagainya o Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang dapat dipahami sesuai ragam disabilitas. PERAN TENAGA KESEHATAN UMUM : Identifikasi Penyandang Disabilitas di Keluarga
  • 85. UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL 1. Pencegahan/Pembatasan Kedisabilitas 2. Rehabilitasi 3. Pelayanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
  • 86. • PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL Pencegahan Kedisabilitas • Pencegahan disabilitas yang harus dilakukan sedini mungkin. Namun jika disabilitas telah terjadi, tetap diupayakan tingkat kemandirian seoptimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki pasien. Rehabilitasi • Rehabilitasi medik • Jenis pelayanan yang diberikan dalam rehabilitasi medik dasar berupa : • Asesmen fungsi sederhana pada penyakit neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal • Tatalaksana promotif dan preventif fungsi neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal • Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat Pelayanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas • Promotif • Preventif • Kuratif • Habilitatif - Rehabilitatif SASARAN : ORANG YANG BELUM MENGALAMI DISABILITAS PENYANDANG DISABILITAS
  • 87. • PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL • Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi • Dukungan regulasi • Kerjasama LP/LS PROMOTIF • Pengendalian faktor risiko • Tatalaksana dini penyakit • Pencegaham komplikasi penyakit dasar dan penyerta PREVENTIF • Pelayanan kesehatan dasar hingga rujukan • Peningkatan kapasitas petugas • Penguatan kader • Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional KURATIF • Pelayanan rehabilitasi medik • Penguatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat • Peningkatan partisipasi Penyandang Disabilitas HABILITATIF - REHABILITATIF DRAF PERMENKES PENANGGULANGAN GANGGUAN FUNGSIONAL POSBINDU BAGI DISABILITAS AKSESIBILTAS
  • 88. PELAYANAN KESEHATAN INKLUSIF BAGI PENYANDANG DISABILITAS INKLUSI PROSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SAMA PENGHORMATAN PERBEDAAN KESETARAAN HAK ASASI, PARTISIPASI PENUH DAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN MENGHILANGKAN HAMBATAN
  • 89.
  • 91.
  • 92.
  • 93.
  • 94.
  • 95. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 96. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 97. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 98. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 99. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 100. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 101.
  • 102.
  • 103. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 104. KESALAHAN DALAM IMPLEMENTASI AKSESIBILITAS Sumber: www.google.co.id
  • 105. YANG HARUS DILAKUKAN PUSKEMAS/FKTP 1. Memperhatikan aksesibilitas sarana dan prasarana bagi penyandang disabilitas 2. Membina UKBM Rehabilitasi bersumber daya masyarakat (RBM) 3. Mengembangkan kapasitas Tenaga kesehatan dalam penanggulangan gangguan fungsional PUSKESMAS BANDARAYA KOTA BANDA ACEH PROV. ACEH
  • 107. Pre test Manakah pernyataan yg benar bawah ini 1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan 2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri dari hypermetropia, miopi dan presbiopia 3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi 4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus katarak 5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah 6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata , jika ada keluhan mata 7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya 8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik