audit stunting Desa Bengkak Kecamatan wongsorejoReniAnjarwati
AUDIT STUNTING BADUTA DESA BENGKAK YANG MENGALAMI MALNUTRISI
DARI HASIL RECALL 24 JAM DIPEROLEH HASIL :1. ENERGI 53,8 % (DEFISIT TINGKAT BERAT)2. KARBOHIDRAT 60,74% (DEFISIT TINGKAT BERAT)3. PROTEIN 113,5% (NORMAL)4.LEMAK 86,8% (DEFISIT TINGKAT RINGAN)
0838-4800-7379Jual Obat Aborsi Cytotec Asli Subangjualobat34
Jual Obat Aborsi Cytotec | 083848007379 | Obat Aborsi Cytotec | Obat Telat Bulan | Obat Pelancar Haid | Obat Penggugur Kandungan | Cara Aborsi Aman | Cara Menggugurkan Kandungan | Apotek Cytotec | Klinik obataborsi7 | Jual Jamu Aborsi | Tempat Aborsi | Jual Obat Cytotec | Agen Cytotec | Alamat Penjual Cytotec | Tempat Penjual Cytotec | Harga Obat Aborsi | Harga Obat Cytotec | Obat Aborsi Wilayah.
Hp / WA :083848007379
APOTEK : Kami Jual Obat Aborsi Cytotec Hub :083848007379 | Jual Obat Aborsi Cytotec| Obat Penggugur Kandungan Cytotec |
Obat Pelancar Haid Tuntas. Dengan harga yang bisa Anda pilih sesuai usia kandungan Anda.
Tips menghindari penjual obat palsu:
(1) Hindari penawaran dengan harga yang murah / murahan hasil pasti (GAGAL).
(2) Layanan Setiap Waktu, bisa di TLP, dengan Respon yang baik & cepat.
(3) Mendapatkan No Resi Pengiriman supaya anda bisa cek melalui JNE/TIKI/POS terdekat untuk mengetahui / memastikan pesanan anda.
(4) Ada berbagai BUKTI nyata tanpa rekayasa & TERPERCAYA.
(5) Mintalah foto obat dengan mencantumkan alamat Anda di sekitarnya sebelum Anda mentransfer pembayaranya.
DAFTAR LENGKAP HARGA PAKET OBAT CYTOTEC AMAN DAN TERPERCAYA
Berikut daftar lengkap dari berbagai paket Obat Aborsi Cytotec — Obat Aborsi Tuntas — Obat Penggugur Kandungan ( Obat Telat Bulan — Dan Obat Aborsi Ampuh )
PAKET OBAT ABORSI HARGA STANDAR DAN HARGA TUNTAS
Paket Standar . 1 – 4 Minggu Rp. 800.000,
– Paket Tuntas 1 Bulan – Rp. 1.000.000,-
Paket Standar . 4 – 8 Minggu Rp. 1.200.000,
– Paket Tuntas – Rp. 1.500.000,-
Paket Standar . 8 – 12 Minggu Rp. 1.800.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.100.000,-
Paket Standar . 12 – 16 Minggu Rp. 2.400.000,
– Paket Tuntas – Rp. 2.800.000,
-16 – 24 Minggu Rp. 3.500.000,-
28 – 32 Minggu Rp. 4.500.000,-
Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Standar 90% Tingkat keberhasilan* Paket Obat Telat Bulan — Obat Aborsi Tuntas 99% Tingkat keberhasilan
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL, KARNA OBAT YANG ASLI MASIH BERKEMASAN TABLET UTUH, BENTUKNYA TABLET PUTIH SEGI ENAM BUKAN BULAT POLOS….!
TERIMAKASIH ATAS KEPERCAYAAN ANDA MENJADI PELANGGAN
KAMI
Pengiriman obat aborsi ampuh dilakukan melalui Tiki, Jne, pos indonesia untuk luar negri pos EMS EXPRESS 1–2 HARI SAMPAI. UNTUK LUAR NEGERI PAKET EMS 3–4 HARI DIJAMIN 100% SAMPAI DITEMPAT TUJUAN ALAMAT RUMAH ANDA,
INGAT … JANGAN TERGIUR HARGA MURAH … ANDA BISA MENYESAL
BUKTI PENGIRIMAN YANG DI KEMAS
Wa :083848007379
FORMAT PEMESANAN Pengiriman Via Paket JNE / TIKI / POS EMS INTERNASIONAL Untuk Luar Kota dan Luar Negeri.
Anda Bisa SMS kan Format Pemesanan Seperti Di Bawah Ini :
Nama Lengkap : __
Alamat Lengkap : __
No. Hp Aktif : __
Pesanan Barang : __
Bank Transfer : __
? Contoh Format Pemesanan
Nama Lengkap : Amelia Lestary
Alamat Lengkap : Jl. Pahlawan No.105
No. Hp Aktif : 08123456xxx
Pesanan Barang : Paket Obat Aborsi No.4, Rp xxxxxx
Transfer Bank : Via Bank BRI / BNI / MANDIRI / BCA
Lalu Anda Kirimkan SMS Ke Nomer Kami
.
1. GANGGUAN INDERA
& FUNGSIONAL
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
UPAYA PENCEGAHAN & PENGENDALIAN
GIF PADA PANDU PTM DI FKTP
dr As’ad Zainudin M.H M.Kes
Murnajati Lawang Malang 31-05-2023
2
3. Cv: Kepala puskesmas Sapeken 2008-2013
Kepala puskesmas guluk-guluk 2013-2018
Kepala Puskesmas Gili Genting 2018 (merangkap PKM Guluk-
Guluk )
Kepala puskesmas Gapura 2018-2021
KABID YANKES DINKES Sumenep 2021 - sekarang
pendamping akreditasi dinkes kabupaten 2015- sekarang
fasilitator PANDU PTM profinsi Jawa Timur
Organisasi : IDI : wakil ketua 1 IDI cabang sumenep
PDUI : sekretaris umum PDUI komisariat Sumenep
4. Pre test
Manakah pernyataan yg benar bawah ini
1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam
penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan
2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri
dari hypermetropia, miopi dan presbiopia
3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi
4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus
katarak
5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah
6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata ,
jika ada keluhan mata
7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya
8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik
5. UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR (PTM) TERPADU DI FASILITAS
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
Pencegahan dan pengendalian Terpadu PTM di FKTP
6. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
Menjelaskan pengertian Gangguan Indra dan fungsional dan Faktor
resikonya
Melakukan upaya promotif dan preventif Gangguan Indra dan fungsional
Melakukan deteksi dini faktor risiko Gangguan Indra dan fungsional
Melakukan pelayanan terpadu penyakit tidak menular (PANDU- PTM) terkait
program GIF di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP sesuai dengan
Pedoman, meliputi:
Gangguan penglihatan & kebutaan: Katarak, kelainan
refraksi,glaukoma, dibetik retinopathy, Retinophaty of Prematurity, dan
Low vision.
Gangguan pendengaran & ketulian: Sumbatan serumen, Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK),Gangguan Pendengaran Akibat Bising
(NIHL/GPAB),Tuli kongenital,Presbikusis
Gangguan Fungsional akibat PTM termasuk Penyandang Disabilitas
fisik, intelektual, mental, dan sensorik
8. PREVALENSI KEBUTAAN DI 15 PROVINSI DI INDONESIA
RAAB 2014 - 2016
Year Provinces Blindness Prevalence No of Blind People % Cataract
2014 Sulawesi Selatan 2,6% 8.515 64,3%
2014 Jawa Barat 2,8% 180.663 71,7%
2014 Nusa Tenggara Barat 4,0% 27.000 78,1%
2015 Jakarta 1,9% 23.464 81,9%
2015 Jawa Tengah 2,7% 176.977 73,8%
2015 Jawa Timur 4,4% 371.599 81,1%
2015 Bali 2,0% 18.016 77,8%
2016 Sumatera Utara 1,7% 30.252 77,8%
2016 Sumatera Barat 1,7% 14.329 87,0%
2016 Sumatera Selatan 3,6% 37.310 85,6%
2016 Kalimatan Selatan 2,0% 9.748 87,9%
2016 Sulawesi Utara 1,7% 8.461 82,2%
2016 Maluku 2,9% 5.377 88,0%
2016 Nusa Tenggara Timur 2,0% 16.394 75,0%
2016 Papua Barat 2,4% 1.606 94,1%
Badan Litbangkes Kemenkes, 2016
9. INDIKATOR 2016 2017 2018 2019
Rencana Kerja Pemerintah/RKP :
Kabupaten /Kota yg 5 %
Puskesmasnya yang melakukan
penanggulangan gangguan Indera
dan atau Fungsional
5% 10% 20% 30%
Renstra :
Persentase Puskesmas yang
melakukan deteksi dini dan
rujukan kasus katarak
5% 10% 20% 30%
INDIKATOR GIF
10. Gangguan penglihatan yaitu kondisi yang ditandai dengan
PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN ataupun LUAS LAPANGAN
PANDANG, yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Beberapa gangguan penglihatan yang menjadi prioritas di
masyarakat yaitu :
kelainan refraksi
katarak
glaukoma
retinopati diabetikum
retinopathy of prematurity
low vision
GANGGUAN PENGLIHATAN
11.
12. Syarat agar mata dapat
melihat dengan jelas :
– Media refraksi ke dalam mata jernih
– Retina, N II sampai dengan SSP baik
– Pembiasan sinar yang jatuh ke dalam mata tepat
di retina
16. KELAINAN REFRAKSI
• Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar
oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea, cairan
mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata,
sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di
daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.
Gangguan refraksi terdiri dari Hipermetropia, Miopi,
Astigmatisme dan Presbiopia.
19. KATARAK
• Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan (visus).
Katarak merupakan penyebab terbesar kebutaan di
Indonesia dengan prevalensi 0.78 %
• Berdasarkan etiologinya katarak dibagi menjadi
katarak senilis, traumatika, komplikasi dan kongenital.
21. Definisi
Adalah kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi
(penambahan
cairan)lensa ,
denaturasi protein
lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya.
Kekeruhan lensa ini
mengakibatkan lensa
tidak transparan,
sehingga pupil akan
berwarna putih atau
abu-abu.
22. Anamnesa
Tanda-tanda Katarak :
• Penglihatan buram
• Seperti terhalang asap/kabut
• Penglihatan makin buram dalam
waktu lama secara perlahan-lahan
23. Siapa saja yang dapat terkena katarak?
Bayi
Anak-anak
Dewasa muda
Orang tua ( paling banyak)
25. TEKNIK PEMERIKSAAN
• Penlight disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45° dengan
dataran iris, dengan menggunakan loup dilihat bayangan iris pada
lensa yang keruh Penilaiannya :
1. Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh
terhadap pupil lensa belum keruh seluruhnya (belum sampai ke
depan) ini terjadi pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow
test (+).
2. Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil
lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior)
terdapat ada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test (-).
3. Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil
serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada
lensa besar dan keadaan ini disebut pseudo positif
27. penanganan
• Indikasi bedah pada penderita katarak adalah :
① indikasi penglihatan, yang sangat bervariasi pada setiap
pasien. Tindakan bedah dapat dilakukan bila penderita merasa
mengalami gangguan pada aktivitas sehari-hari, atau
penderita dengan pekerjaan tertentu yang membutuhkan
penglihatan yang baik.
② indikasi lain adalah indikasi medis, seperti glaukoma fakolitik.
Atau penderita yang memerlukan monitoring kelainan fundus,
seperti diabetik retinopati, dan membutuhkan tindakan laser
fotokoagulasi.
Tindakan bedah dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Mata. Teknik operasi yang
saat ini sering dilakukan adalah ekstrasi katarak ekstrakapsular atau
fakoemulsifikasi disertai dengan pemasangan lensa tanam.
28. Kriteria rujukan
① Katarak matur
② Jika pasien telah mengalami gangguan penglihatan yang
signifikan
③ Jika telah timbul komplikasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasca operasi oleh dokter umum adalah
kemungkinan komplikasi seperti :
Glaukoma,
Uveitis,
Dislokasi lensa intraokular,
Edema makula,
Ablasio retina,
Endoftalmitis.
Apabila dijumpai kompikasi tersebut harus segera dirujuk.
29. GLAUKOMA
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan kumpulan gejala berupa peningkatan
tekanan bola mata yang disertai kerusakan saraf
mata dan penyempitan lapang pandang.
31. DEFINISI
Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi
aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut bilik
mata. Saat kondisi iris terdorong kedepan maka
outflow aquos humor akan terhambat. Hal ini dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
32. Anamnesis
• Pandangan buram
• Nyeri pada bagian mata yang dapat menjalar
hingga kepala
• Melihat pelangi (halo) sekitar lampu
• Timbul gejala gastrointestinal seperti; mual dan
muntah
35. Bila tekanan bola
mata >21 mmHg
Suspect glaukoma
kronik
Jangan ditetesi
Midriatyl
Bila tekanan bola
mata <21 mmHg
Mata ditetesi
Midriatyl 1%
Pemeriksaan
Funduskopi (memakai
ophtalmoscop)
38. DEFINISI
kelompok penyakit mata yang umumnya ditandai
dengan kerusakan saraf optik dan kehilangan
lapang pandang yang bersifat progresif serta
berhubungan dengan berbagai fakto risiko
terutama tekanan intraokuer (TIO) yang tinggi.
42. DEFINISI
Suatu mikroangiopati yang mengenai prekapiler
retina, kapiler dan venula, sehingga menyebabkan
oklusi mikrovaskuler dan kebocoran vaskuler,
akibat kadar gula darah yang tinggi dan lama.
43. ANAMNESIS
• Tidak ada keluhan penglihatan
• Penglihatan menurun bila kerusakan oleh RD sudah mencapai
makula, yang disebabkan oleh bengkak /edema makula,
terhentinya aliran darah ke makula, perdarahan pada rongga bola
mata, atau lepasnya retina / ablatio retina traksional
• Penglihatan buram terjadi terutama bila terjadi edema macula.
Floaters atau penglihatan mendadak terhalang akibat komplikasi
perdarahan vitreus dan / atau ablasio retina traksional
• Penglihatan mendadak terhalang akibat perdarahan dalam rongga
bola mata.
• Nyeri pada mata akibat peningkatan tekanan bola mata, bila
terjadi komplikasi glaukoma neovaskular.
45. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana
(Objective)
1. Riwayat diabetes mellitus (tipe I / tipe II).
2. Mata tenang dengan atau tanpa penurunan visus.
3. Pada pemeriksaan funduskopi pupil lebar pada retina dapat
ditemukan perdarahan retina, eksudat keras, pelebaran vena, dan
mikroaneurisma (pada NPDR), yang pada kondisi lebih lanjut disertai
neovaskularisasi di diskus optik atau di tempat lain di retina (pada
PDR).
4. Pada keadaan berat dapat ditemukan neovaskularisasi iris
(rubeosis iridis).
5. Refleks cahaya pada pupil normal, pada kerusakan retina yang luas
dapat ditemukan RAPD (Relative Aferent Pupilary Defect), serta
penurunan refleks pupil pada cahaya langsung dan tak langsung
normal.
46. PENEGAKKAN DIAGNOSIS(1)
Diagnosis Klinis
• Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis
dan pemeriksaan fisik, terutama
funduskopi.
Diagnosis banding
• 1. Oklusi vena retina (Branch retinal vein
occlusion/BRVO)
Eksudat lipid dan edema macula
Perdarahan vitreus dan pelepasan
retina
47. DIAGNOSIS BANDING(2)
2. Oklusi vena retina central (Central retinal vein
occlusion/CRVO)
CRVO awal menunjukkan
perdarahan banyak
Neovaskularisasi pada diskus
optikus dan panretinal
photocoagulation scars
50. PENANGANAN
1. Setiap pasien yang terdiagnosis diabetes melitus
perlu segera dilakukan pemeriksaan mata, sekalipun
belum ada keluhan mata.
2. Apabila tidak didapatkan tanda-tanda retinopati,
pasien harus diperiksa ulang dalam waktu 1 tahun
(follow-up).
3. Apabila didapatkan tanda-tanda retinopati, pasien
perlu dirujuk ke dokter spesialis mata.
51. EVALUASI
Pemeriksaan dilakukan pada semua penderita diabetes pada
saat pertama kali datang, mencakup :
1. Anamnesis semua penderita diabetes mengenai keluhan
penglihatan.
2. Pemeriksaan visus dengan Snelen chart.
3. Pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer Schiozt.
4. Pemeriksaan refleks cahaya pada pupil baik langsung
maupun tak langsung.
5. Pemeriksaan funduskopi dengan menggunakan oftalmoskop
direk, apakah ada perdarahan, eksudat atau kekeruhan vitreus.
52. KRITERIA RUJUKAN
Setiap pasien diabetes yang ditemukan tanda-tanda
retinopati diabetikum sebaiknya dirujuk ke dokter
mata.
53. Suatu penyakit mata akibat pertumbuhan/perkembangan retina
yang tidak normal pada bayi prematur.
RETINOPATHY OF PREMATURITY
(ROP)
54. Latar Belakang
– Kemajuan teknologi &
SDM
– Bayi prematur dg BBLR
& usia gestasi muda,
dapat hidup
ROP meningkat
55.
56. Faktor Risiko ROP
• Sepsis yg
disertai dg ggn
hemodinamik
• Penggunaan O2
>7 hri atau O2
konsentrasi
tinggi (misalnya
pengunaan
• Asfiksia
(APGAR menit
ke 5 <3)
• Kecil masa
kehamilan
• Displasia
Bronkopulmon
er
57. Siapa yang Harus diperiksa/ Skrining
• Bayi dengan berat Lahir < 1500
gram atau usia gestasi < 34
minggu
• Pemeriksaan pada bayi dengan
BBL > 1500 gram atau gestasi >
34 minggu dapat diminta oleh
neonatologis atau dr Sp anak,
yang bergantung pada
58. Kapan dilakukan Pemeriksaan
• Jika usia gestasi > 30 minggu,
diperiksa 2-4 minggu setelah
kelahiran
• Jika usia gestasi kurang atau
sama dg 30 minggu ,
diperksa 4 minggu setelah
kelahiran
• Setidaknya satu kali
59. Gangguan pendengaran adalah suatu masalah pada fungsi atau organ
pendengaran yang ditandai dengan penurunan ambang pendengaran sampai
dengan terjadinya ketulian.
Prioritas program gangguan pendengaran difokuskan pada 5 penyakit yang
dapat di cegah yaitu:
Tuli kongenital
Sumbatan serumen
Otitis media supuratif kronik (OMSK)
Noice inducet hearing loss (NIHL)/Gangguan Pendengaran Akibat Bising
(GPAB)
Presbikusis
GANGGUAN
PENDENGARAN DAN KETULIAN
60. TULI KONGENITAL
Tuli Kongenital yaitu tuli yang terjadi sebelum persalinan
atau pada saat persalinan disebabkan oleh kelainan
secara genetik dan non genetik.
Dapat dilakukan deteksi dini dengan menggunakan
Otoacoustic Emission (OAE) adalah gelombang yg
dihasilkan oleh sel rambut halus bagian luar rumah siput
setelah diberi stimulus.
61. SUMBATAN SERUMEN
Serumen adalah produk kelenjar sebasea dan apokrin
yang terdapat pada kulit liang telinga. Jumlah dan
konsistensinya (lunak, keras) bervariasi pada setiap orang.
Keadaan penumpukan serumen yang keras dan
menyumbat lubang telinga dikenal sebagai Serumen Prop
Pengumpulan serumen baik keras maupun lunak yang
menyebabkan Gangguan Hantaran suara pada liang
telinga.
62. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)
Infeksi telinga tengah disertai lubang (perforasi)
gendang telinga dan keluarnya cairan ke liang telinga
terus menerus atau hilang timbul.
Infeksi telinga tengah dibagi menjadi 2 fase (otitis
media akut (OMA) dan fase kronis (OMSK). Bila
OMA didak diobati OMSK
63. GPAB/NIHL adalah kurang pendengaran atau tuli akibat
terpajan bising yang cukup keras dalam jangka lama,
biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja dan
tempat rekreasi
GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING (G P A B)
64. Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi, diduga
kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor
herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi,
bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor.
Faktor Resiko
Usia Artherosklerosis, penyakit sistemik (diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi) riwayat terpajan bising, penggunan obat
ototoksik yang kurang tepat dan gaya hidup tidak sehat (konsumsi
alkohol, perokok)
Gejala utama berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-
lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga (bilateral)
PRESBIKUSIS
65. UPAYA PENANGGULANGAN
GANGGUAN INDERA & FUNGSIONAL
PENCEGAHAN
PROMOSI
KESEHATAN
LIHAT &
DENGAR
MEMBERIKAN KIE
KEPADA MASYARAKAT
AGAR PEDULI &
TERHINDAR DARI FR
GANGGUAN INDERA
PENGENDALIAN
DETEKSI DINI
melalui :
1.HITUNG JARI ATAU
E-TUMBLING ATAU E
CHART ATAU
SNELLEN CHART
2. TES SUARA ATAU
GARPU TALA
PENANGANAN
TATALAKSANA KASUS
SECARA
KOMPREHENSIF
ALAT BANTU
LIHAT/DENGAR
OPERASI
REHABILITASI
•Rehabilitasi medik
•Rehabilitasi psikososial
•Rehabilitasi
Bersumberdaya
Masyarakat
67. DILAKSANAKAN
SECARA
TERINTEGRASI
DETEKSI DINI GANGGUAN PENGLIHATAN &
KEBUTAAN SERTA GANGGUAN PENGLIHATAN &
KETULIAN
GANGGUAN PENGLIHATAN
& KEBUTAAN
Gangguan Refraksi
(Myop, Hipermetrop, astigmatisma,
dan Presbiopia)
GANGGUAN PENDENGARAN
& KETULIAN
Deteksi Dini
OMSK (Otitis Media Supuratif Kronik)
NIHL (Noise Induce Hearing Loss)
Serumen Prop
Presbikusis
PANDU
POSBINDU
68. GANGGUAN REFRAKSI MENGGUNAKAN
SNELLEN CHART
• Pemeriksaan tajam
penglihatan menggunakan
Snellen chart (FKTP &
FKRTL)
Pemeriksaan tajam penglihatan
dengan menggunakan hitung
jari dan e-tumbling
(POSBINDU)
69. DETEKSI DINI
TAJAM PENGLIHATAN & PENDENGARAN DI
POSBINDU
Tes menghitung jari
atau E-Tumbling
Tes Suara Jarak 6 m, 3 m
& 1 meter
71. PEMERIKSAAN TAJAM PENDENGARAN
Pemeriksaan tajam pendengaran dengan
menggunakan garputala di fktp & fkrtl
Terdiri atas 3 (Tiga) pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan Rinne
2. Pemeriksaan Weber
3. Pemeriksaan dengan Schwabach
72. CARA PEMERIKSAAN RINNE
3 macam penala (garputala) : 512 hz, 1024 hz dan 2048 hz.
Jika hanya memakai satu penala, gunakan frekuensi 512 hz.
Tujuan pemeriksaan ini adalah membandingkan konduksi tulang
(bone conduction) dengan konduksi udara (air conduction) pada
telinga yang sama.
Bila pasien masih dapat mendengar di depan telinga
dibandingkan dengan suara garpu tala diletakkan di prosesus
mastoid pasien, maka tes Rinne positif (+)
Bila tidak dapat mendengar diletakkan di depan liang telinga,
maka tes Rinne dikatakan negatif (-).
Interpretasi
Bila Rinne (+) NORMAL
Bila Rinne (-) tuli konduktif
73. PEMERIKSAAN WEBBER
Tujuan membandingkan hantaran tulang telinga
kanan
Dan telinga kiri
a. Pemeriksa memegang garpu tala pada bagian
pangkal (column handle)
b. Getarkan garpu tala (512 Hz) dan letakkan di
tengah kening, atau puncak kepala pasien
dengan perlahan
c. Minta pasien menyebutkan dimana telinga
mana yang lebih baik mendengar suara (kana
atau kiri)
LATERALIS (-), suara terdengar di
tengah/sama kanan dan kiri pendengaran
NORMAL
74. PEMERIKSAAN SCHWABACH
Tujuan membandingkan hantaran tulang pasien dengan
hantaran tulang pemeriksa, dengan syarat hantaran tulang
pemeriksa harus normal
cara
Setelah garputala di getarkan, segera di tempelkan pada
planum mastoideum pasien. Jika bunyinya tidak terdengar
lagi pasien memberi tanda, dan garpu tala segera di
pindah ke planum mastoideum pemeriksa , kemudian di
nilai pemeriksa mendengar atau tidak, kemudian garputala
di getarkan kembali dan di letakkan di mastoid pemeriksa,
setelah pemeriksaan tidak mendengar lagi di pindahkan
ke mastoid pasien.
75. INTERPRETASI
HASIL PEMERIKSAAN
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwaba Diagnosis
+ Tidak ada lateralisasi
Sama dengan
pemeriksaan
Normal
-
Lateralisasi ke telinga
yang sakit
Memenjang Tuli kondukstif
+
Lateralisasi ke telinga
yang sehat
Memendek Tuli saraf
76. GANGGUAN FUNGSIONAL
Gangguan fungsional menggambarkan suatu kelainan pada
fungsi fisiologis pada tingkat sistem tubuh, termasuk
fungsi mental, kognitif dan psikologis.
Kemampuan fungsi seseorang akan menentukan derajat
kualitas hidupnya.
Gangguan fungsi yang ada dapat menyebabkan terjadinya
gangguan emosional yang persisten, distres sosial dan
penurunan kualitas hidup. Pada perjalanannya, gangguan
fungsional yang tidak ditangani akan berujung pada kondisi
disabilitas.
77.
78.
79. FAKTA DISABILITAS
15 dari 100
orang
di dunia merupakan
penyandang disabilitas
± 2 – 4 dari 100 orang
tersebut termasuk dalam
kategori penyandang
disabilitas berat.
Meningkatnya usia harapan
hidup, maka semakin
bertambah kecenderungan
penyandang disabilitas
disebabkan karena proses
degeneratif.
Penyakit dan kondisi kesehatan
dapat berimplikasi menjadi
gangguan fungsional/disabilitas,
demikian juga kejadian bencana
alam, kecelakaan lalu lintas serta
konflik sosial, dll
Permasalahan aksesibilitas
terhadap pelayanan kesehatan
masih menjadi penghalang bagi
penyandang disabilitas
International Classification of Functioning,Disability and Health ( ICF/WHO,2001)
80. PROPORSI DISABILITAS ANAK 5-17
TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018
Disable anak 5-17 tahun apabila
terdapat kesulitan/hambatan
fungsi berat atau sangat berat
7
3.3
1.4
0.
3.
6.
9.
12.
Sulteng Kaltim INDONESIA Pabar
%
DATA DISABILITAS
MENURUT RISKESDAS 2018
PROPORSI DISABILITAS UMUR 18-59
TAHUN MENURUT PROVINSI, 2018
40.6
22
13.8
0.
12.5
25.
37.5
50.
Sulteng Kaltara Sulbar Bali
%
Disable dewasa umur 18-59 tahun
apabila ada ketidakmampuan fisik dan
mental sedang/berat/sangat berat
81. PROPORSI DISABILITAS PADALANSIA(≥ 60 TAHUN), 2018
74.3
22.
1.1 1. 1.6
0.
25.
50.
75.
100.
Mandiri Ringan Sedang Berat Tergantung
total
%
8
1
• Disabilitas ringan: 22%
• Disabilitas sedang,
berat, dan tergantung
total: 3.7%
DATA DISABILITAS
MENURUT RISKESDAS 2018
82. TANTANGAN SAAT INI
Masyarakat Provider
Sarana prasarana dan
peralatan
Stigma dan diskriminasi
terhadap penyandang
disabilitas masih tinggi.
Jumlah dan kualitas tenaga
yang menangani disabilitas
masih kurang dan distribusi
tidak merata,
Peralatan untuk penanganan
di fasyankes masih kurang
Adanya eksploitasi para
penyandang disabilitas oleh
masyarakat
Jumlah penyandang
disabilitas cenderung
meningkat
Faktor risiko disabilitas :
• Gaya hidup tidak sehat
• Tindak kekerasan fisik,
mental, psikologis
Pengetahuan masyarakat
dan dukungan keluarga
pada penyandang
disabilitas masih rendah
Rasa percaya diri dari
penyandang disabilitas
cenderung rendah
Pemahaman dari pengambil
keputusan pada masalah
disabilitas masih belum
maksimal
Perlakuan diskriminasi provider
terhadap penyandang
disabilitas
Jumlah tenaga kesehatan yang
terlatih untuk pelayanan
disabilitas masih kurang
Jumlah tenaga pendidik masih
kurang
Aksesibilitas penyandang
pada pelayanan kesehatan
belum optimal (fisik bangunan
dan ruangan, audio visual)
83. RUANG LINGKUP PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL
Perjalanan
Penyakit
Diagnosa
Penyakit
Diagnosa
Disabilitas
Perjalanan Komplikasi
Penyakit :
- Impairment
- Functional limitation
Primary
Prevention
EARLY
DIAGNOSIS &
PROMPT
TREATMENT
HEALTH
PROMOTION
Secondary
Prevention
Tertiary
Prevention
Kematian
SPESIFIC
PROTECTION
REHABILITAT
ION
DISABILITY
LIMITATION
84. AKSESIBILITAS kemudahan yang disediakan
untuk Penyandang Disabilitas guna mewujudkan
Kesamaan Kesempatan.
o Fasilitas, aksesibilitas, sarana dan prasarana,
contoh : ukuran dasar ruangan, jalur pejalan
kaki, jalur pemandu, area parkir, pintu, ram,
tangga, lif, toilet dan sebagainya
o Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang
dapat dipahami sesuai ragam disabilitas.
PERAN TENAGA KESEHATAN UMUM : Identifikasi Penyandang Disabilitas di
Keluarga
86. • PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN
DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
Pencegahan Kedisabilitas
• Pencegahan disabilitas yang harus dilakukan sedini mungkin. Namun jika
disabilitas telah terjadi, tetap diupayakan tingkat kemandirian seoptimal mungkin
sesuai potensi yang dimiliki pasien.
Rehabilitasi
• Rehabilitasi medik
• Jenis pelayanan yang diberikan dalam rehabilitasi medik dasar berupa :
• Asesmen fungsi sederhana pada penyakit neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal
• Tatalaksana promotif dan preventif fungsi neuromuskuloskeletal dan kardiopulmonal
• Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
Pelayanan Kesehatan bagi Penyandang Disabilitas
• Promotif
• Preventif
• Kuratif
• Habilitatif - Rehabilitatif
SASARAN : ORANG YANG BELUM MENGALAMI DISABILITAS PENYANDANG DISABILITAS
87. • PEMENUHAN LAYANAN KESEHATAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS MERUPAKAN BAGIAN
DARI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN
FUNGSIONAL
• Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi
• Dukungan regulasi
• Kerjasama LP/LS
PROMOTIF
• Pengendalian faktor risiko
• Tatalaksana dini penyakit
• Pencegaham komplikasi penyakit dasar dan
penyerta
PREVENTIF
• Pelayanan kesehatan dasar hingga rujukan
• Peningkatan kapasitas petugas
• Penguatan kader
• Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional
KURATIF
• Pelayanan rehabilitasi medik
• Penguatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat
• Peningkatan partisipasi Penyandang Disabilitas
HABILITATIF -
REHABILITATIF
DRAF PERMENKES
PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL POSBINDU BAGI
DISABILITAS
AKSESIBILTAS
88. PELAYANAN KESEHATAN INKLUSIF BAGI
PENYANDANG DISABILITAS
INKLUSI
PROSES PELAYANAN
KESEHATAN YANG
SAMA
PENGHORMATAN
PERBEDAAN
KESETARAAN HAK ASASI,
PARTISIPASI PENUH DAN
AKSES PELAYANAN
KESEHATAN
MENGHILANGKAN
HAMBATAN
105. YANG HARUS DILAKUKAN PUSKEMAS/FKTP
1. Memperhatikan aksesibilitas sarana
dan prasarana bagi penyandang
disabilitas
2. Membina UKBM Rehabilitasi
bersumber daya masyarakat (RBM)
3. Mengembangkan kapasitas Tenaga
kesehatan dalam penanggulangan
gangguan fungsional
PUSKESMAS BANDARAYA KOTA BANDA
ACEH PROV. ACEH
107. Pre test
Manakah pernyataan yg benar bawah ini
1) Gangguan penglihatan di tandai dengan penurunan tajam
penglihatan, yang bisa mengakibatkan kebutaan
2) Gangguan refraksi adalah kelainan pembiasan, dan hanya terdiri
dari hypermetropia, miopi dan presbiopia
3) Katarak juga bisa mengenai pada bayi
4) Katarak matur adalah salah satu kriteria rujukan pada kasus
katarak
5) Pada Glaukoma akut bisa timbul mual dan muntah
6 ) pasien dg diabetes melitus, perlu di lakukan pemeriksaan mata ,
jika ada keluhan mata
7 ) untuk deteksi dini tuli kongenital sampai saat ini belum ada alatnya
8 ) salah satu factor resiko presbikusis adalah penyakit sistemik