SlideShare a Scribd company logo
1 of 423
Download to read offline
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas karunia-Nya, kami
dapat menyusun Prosiding Seminar Internasional Pedagogis yang Ke-6
dengan tema “The Development of Pedagogical Education From the
Perspective of the 21st Century and Cooperation Asean Educator Community”.
Proseding ini memuat 148 artikel yang dibentangkan selama tiga hari
pelaksanaan seminar. Fokus kajian yang dibahas dalam proseding ini mencakup
isu-isu yang berkembang dalam bidang pedagogik umum, etnopedagogi,
pedagogik praktis, pedagogik kritis, pedagogik bahasa,dan pedagogik sosial.
Dalam penyusunan prosiding ini, tentu akan ditemukan beberapa
kelemahan atau kekurangan mendasar. Untuk itu kami mohon maaf dan
maklum dari sidang pembaca atas kekurangan kami ini. Mudah-mudahan
kritik dan saran yang membangun dapat siding pembaca sampaikan kepada
kami agar agar proseding ini dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga tujuan penyusunan proseding ini, yakni pertukaran informasi
pendidikan antarnegara serumpun, dapat mencapai sasarannya. Selain itu,
semoga saja temuan pemikiran yang terdapat di dalam proseding ini dapat
diimplementasikan secara praktis dalam setting kependidikan. Lebih jauh
lagi semoga hasil seminar antarbangsa ini berkontribusi bagi kejayaan negara
serumpun, khususnya dalam bidang pendidikan dan peradaban moderen.
Bandung, September 2015
Tim Editor
ii
Assalamualaikaum, Wr. Wb.
Syukur ke Hadirat Illahi karena perkenan-Nya kita dapat melaksanakna seminar
antarabangsa ini yang tentunya dapat membawa pencerahan dan kebaikan bagi kita semua,
khususnya bagi dunia pendidikan di kawasan serantau IMTGT (Indonesia, Malaysia,
Thailand, Growth Triangle). Selamat dan terima kasih kepada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Institut Pendidikan Guru Kampus Khas Kuala Lumpur, USAID-
Indonesia, para penyaji dan peserta dari dalam dan luar negeri yang telah menyukseskan
seminar antarabangsa ini.
Seminar ini sangat penting, mengingat pendidikan berkualitas dan bertaraf dunia
merupakan suatu keniscayaan dalam lanskap dunia yang telah mengglobal dan penuh
tantangan. Semoga hal ini menggugah kita semua untuk lebih peduli dan berkomitmen
pada pendidikan berkualitas untuk mempersiapkan generasi masa depan yang berakhlak
mulia, cerdas, mandiri, kreatif, inovatif, demokratis sehingga dapat bersaing di era global.
Saya berharap seminar internasional tiga negara serumpun ini dapat mencapai
tujuannya dan dapat memberikan informasi terkini tentang upaya dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dan hasrat merealisasikan pendidikan unggul bertaraf dunia di masing-
masing negara. Semoga lahir ide-ide bernas, komitmen tinggi untuk mengubah wajah
dunia pendidikan kita ke arah yang lebih baik dan bermakna. Di samping itu terbangunnya
jejaring akademik di peringkat nasional dan internasional yang berfokus pada pengajaran,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam rangka membangun komunitas serantau
dan masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang tangguh dan berjaya.
Sekian. Terima kasih.
Wassalam,
Bandung, 15 September 2015
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Ahman, M.Pd
KATA SAMBUTAN
DEKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
iii
iv
Assalamualaikaum, Wr. Wb.
Terlebih dulu saya sebagai ketua Departemen Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan-UPI
menyampaikan rasa syukur yang tidak terhingga karena izin-Nya saya diberi peluang
menyampaikan sepatah dua patah kata dalam proseding, “Seminar Serantau Pedagogik
ke-6” ini.
Atas nama Civitas Academica Departemen Pedagogik, kami mengucapkan terima
kasih dan selamat kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
berjaya menyelenggarakan seminar antarabangsa ini. Terima kasih dan apresiasi yang
setinggi-tingginya kepada para penyaji, para peserta baik dari dalam dan luar negeri atas
kontribusinya bagi terselenggaranya seminar ini.
Semoga kegiatan ini akan memperkokoh kerja sama para pendidik, peneliti dan
stakeholders di kawasan serantau secara lebih luas dan lebih mendalam dalam rangka
membangun pendidikan yang berkualitas dan bermanfaat bagi semua. Amin.
Sekian. Terima kasih.
Wassalam,
Bandung, 15 September 2015
Ketua Departemen PedagogikDr.
Babang Robandi, M.Pd.
KATA SAMBUTAN
KETUA DEPARTEMEN PEDAGOGIK-FIP
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
v
Assalamualaikaum, Wr. Wb.
Mewakili semua dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, kami
menyambut dengan senang hati atas terselenggaranya Seminar Internasional
Pedagogik ke-6 ini dengan tema, “Pengembangan Pedagogik dari Prespektif
Pendidikan Abad 21 dan Kerja Sama Komunitas Pendidik Serantau” yang disertai
dengan penerbitan proceeding-nya. Mudah-mudahan seminar ini dapat turut
mencerahi dunia pendidikan Indonesia juga mereka yang menjadi mitra seminar
internasional ini.
Seminar sebagai sebuah representasi dari kehidupan universitas harus
merupakan kegiatan rutin, baik yang sifat publish formally maupun yang sifatnya
berlangsungsecarainformaldiruang-ruangdiskusimaupundikelas.Seminaradalah
sebuah bagian dari aktivitas pencarian para ilmuan. Mudah-mudahan dengan terus
meneliti, menulis, menerbitkan dan seminar, suatu hari diperoleh temuan-temuan
saintifik yang bermanfaat untuk kita semua.
Sekian. Terima kasih.
Wassalam,
Bandung, 15 September 2015
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd.
KATA SAMBUTAN
KETUA PRODI PGSD-FIP
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
vi
Assalamualaikaum, Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, bahwa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia
dapat menyelenggarakan Seminar Internasional PGSD Ke-6 dengan tema, “Pengembangan
Pedagogik dari Perspektif Pendidikan Abad 21 dan Kerja Sama Komunitas Pendidik
Serantau” bekerja sama dengan Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas Kuala
Lumpur Malaysia.
Seminar Pedagogik Serantau ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan
di UPI Bandung dan Perguruan Tinggi di Malaysia; bertujuan membangun budaya
akademik di kalangan dosen/pensyarah, membangun jejaring kerja sama antarkomunitas
pendidik, memfasilitasi ke arah kecemerlangan pendidikan taraf antarabangsa, dan lebih
jauh berpartisifasi membangun tamadun yang lebih berjaya dan bermanfaat bagi semua
pihak di kawasan serantau.
Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
Bapak Rektor UPI, Dekan FIP UPI, Pengarah IPGIK-KL, USAID Indonesia, Kepala Dinas
Pendidikan Jawa Barat, jajaran panitia, para penyaji dan peserta seminar dari Indonesia,
Malaysia, dan Thailand; atas partisipasi, bantuan serta dukungan yang tak terhingga
sehingga seminar ini dapat terlaksana.
Akhir kata semoga seminar ini mencapai tujuannya, memberikan ruang serta jalan
menyelesaikan bagi masalah pendidikan serta memberikan sumbangan keilmuan yang
bermakna dan barokah bagi kemajuan pendidikan di Tanah Air dan Kawasan Serantau.
Amin.
Wassalam,
Ketua Panitia
Tatat Hartati, M.Ed, Ph.D.
KATA SAMBUTAN
KETUA PANITIA SEMINAR
vii
KATA PENGANTAR
Kata Pengantar Editor.....................................................................................................i
Kata Sambutan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.....................................................ii
Kata Sambutan Pengarah IPG Kuala Lumpur,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,iii
Kata Sambutan Ketua Departemen Pedagogik FIP...................................................iv
Kata Sambutan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar............................v
Kata Sambutan Ketua Panitia......................................................................................vi
DAFTAR ISI
JILID II
ETNO PEDAGOGIK
ETNOPEDAGOGI DALAM KONTEKS MANAJEMEN STRATEGIK ORGANISASI
KEPENDIDIKAN MODERN
Linda Setiawati (UPI Bandung)....... 425
PEDAGOGIK PRAKTIS
PENDIDIKAN ABAD KE 21: PENGINTEGRASIAN TERAPI MEDIA DALAM
MEMBINA KEMAHIRAN BERFIKIR ARAS TINGGI
Abd Razak bin Mohd Nawi (Institut Pendidikan Guru Malaysia,Cyberjaya).....431
KAEDAH PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN TOPIK FOTOGRAFI BAGI
KURSUSTEKNOLOGIDALAMPENGAJARANDANPEMBELAJARAN:TINJAUAN
DARI ASPEK MASALAH DAN CADANGAN PENAMBAHBAIKAN
Aliza Adnan, Rosseni Din & Zahiah Binti Haris (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu
Khas, Kuala Lumpur, Malaysia & Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 UKM Bangi)..
..... 439
PERANAN GURU DI SEKOLAH DASAR
Ani Hendriani (UPI Bandung)....... 449
PEDAGOGIK PROFETIK ISLAM: SEBUAH WACANA PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER
ANAK SHOLEH
Arie Rakhmat Riyadi dan Juntika Nurihsan (UPI Bandung)....... 458
KEBERKESANAN PENGGUNAAN MONTAJ ANIMASI PERISIAN SKETCHUP
TERHADAP PROSES PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PELAJAR DIPLOMA
viii
PERANCANGAN BANDAR DAN WILAYAH, POLITEKNIK SULTAN ABDUL
HALIM MU’ADZAM SHAH, JITRA, KEDAH, MALAYSIA.
AzzatunisabintiAhmadZubir(PoliteknikSultanAbdulHalimMu’adzamShah)...........468
PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT PERSPEKTIF PEDAGOGIK AL GHAZALI
DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN
Babang Robandi (UPI Bandung)....... 478
APLIKASI PETA PEMIKIRAN I-THINK DALAM PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN SEMASA PRAKTIKUM
Chanthirasekar a/l Karpan & Ruslin Bin Ekon (Institut Pendidikan Guru Kampus
Keningau, Sabah)....... 490
PENGARUH METODE LATIHAN DAN KOORDINASI TERHADAP
KETERAMPILAN LOMPAT JANGKIT
Ellen Bernadet Lomboan (Universitas Negeri Manado)....... 501
IDENTIFIKASI KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PROGRAM
PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA BUMI TERINTEGRASI DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR KOTA BENGKULU
Endang Widi Winarni & Feri Noperman (Universitas Bengkulu)....... 508
MENUMBUHKAN GREEN BEHAVIOR PADA ANAK USIA DINI MELALUI
PEMBELAJARAN PROYEK
Ernawulan Syaodih & Hany Handayani (UPI Bandung)...... 521
PENGEMBANGAN LKS PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TEMA
BERMAIN DENGAN BENDA-BENDA DI SEKITAR
Ghullam Hamdu & Friska Risdiani (UPI Tasikmalaya)....... 529
APLIKASI PETA PEMIKIRAN I-THINK DALAM PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN LITERASI NOMBOR
Haslina binti Jaafar & Khalidah binti Othman (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu
Khas, Kuala Lumpur)....... 541
KEBERKESANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM
KALANGAN PRA-SISWA PENDIDIK DI INSTITUT PENDIDIKAN GURU
KAMPUS PENDIDIKAN TEKNIK
Haslinah Abdullah (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik, Negeri
Sembilan)....... 547
IMPLEMENTASISCIENTIFICAPROACH DALAMRPP KELAS4SDPERCOBAAN
ix
DI KABUPATEN MAGETAN PADA KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK
2014/2015
Ibadullah Malawi, Dewi Tryanasari, & Edy Riyanto (IKIP PGRI Madiun)... 556
KEMAHIRAN MENAAKUL DALAM PENULISAN REFLEKSI PENGAJARAN
PELAJAR PRAKTIKUM
Idrus Saaidy bin Maarof & Badrul Hisham bin Mokhtar (Institut Pendidikan Guru Kampus
Tawau, Sabah)....... 564
PENGGUNAAN SOALAN HOTS DALAM KALANGAN PENSYARAH
Ismail Hj Raduan & Ramesh Rao (IPGKIK Kuala Lumpur)...... 571
INOVASI DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
Janain Burut & Ramlee Mustapha (Universiti Pendidikan Sultan Idris,Tanjung Malim,
Perak)....... 579
APLIKASITEORI‘WHOLEBRAIN’DALAMPENGAJARANDANPEMBELAJARAN
SAINS : SATU KAJIAN KES
Kartini Abdul Mutalib & Ahamad Shabudin Yahaya (Institut Pendidikan Guru Kampus
Pendidikan Teknik, Enstek Negeri Sembilan)....... 585
TEACHER TALK: INFUSING HUMOUR IN THE CLASSROOM
Kuruvilla C.K. Joseph1 & Ramesh Rao Ramanaidu (IPGKIK, Kuala Lumpur)....... 596
DARI TEORI KE PRAKTIKAL : SATU PENGENALAN KONSEPTUAL MODEL
REGGIO EMILIA DALAM PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK
Latifah Binti Monnas (Institut Pendidikan Guru Kampus Tawau, Sabah)..... 605
REKABENTUK PEMBELAJARAN AUTHENTIK MENGGUNAKAN OVT
(DESIGNING OF AUTHENTIC LEARNING USING OVT)
Mahamsiatus Kamaruddin, Faridah Hanim Yahya, Hafiza Abas, & Kamarudin Suib
(Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik Enstek, Negeri Sembilan)....... 612
INOVASI PENATARAN MAKLUMAT SECARA EMEL BERKUMPULAN: SATU
KAJIAN KES DI IPG KAMPUS PENDIDIKAN TEKNIK
Mohamed Nazul Ismail, Kamsiah binti Ab Rashid, Muaaz Muhammad, Normala Mohd,&
Sabariah Ismail (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 619
U-LEARNINGENABLEDNEARFIELDCOMMUNICATION(NFC)TECHNOLOGY
& TOUCHING LEARNING ENVIRONMENTS.
M.Nadarajan s/o Manickam A. Santha d/o Arumugam (Institut Pendidikan Guru Kampus
Keningau, Beg Berkunci No 11, 89009 Keningau, Sabah)....... 625
x
PENGARUH PEMBELAJARAN BERASASKAN INKUIRI TERHADAP
PENCAPAIAN TIMMS DALAM PERSEKITARAN PEMBELAJARAN ABAD
KE-21
Naquiah Binti Safian (SMK Engku Husain Lengkap)....... 631
TAHAP KEMAHIRAN INTERPERSONAL DAN KEMAHIRAN TEKNIKAL
DALAM KALANGAN GURU PEMBIMBING
Norlela bt. Ali, Firdaus bt.Abd Fatah,& Mohd Munaim bin Mahmud (IPGKIK Kuala
Lumpur & Sekolah Kebangsaan Taman Nirwana, Selangor)....... 639
LINKING THEORY TO PRACTICE: A PRELIMINARY EXPLORATION
Ramesh Rao Ramanaidu & Kuruvilla C.K. Joseph (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu
Khas, Kuala Lumpur)....... 647
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN ASAS GRAFIK MELALUI WEBLOGS
Rosnah binti Ahmad Zain (IPG Kampus Pendidikan Islam, Bangi Selangor)....... 655
AMALAN GURU-GURU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENGAJARAN AYAT
KEFAHAMAN
Rozita Md.Noh, Zaradi Sudin, Prof. Madya & Mohd. Aderi Che Noh (Institut Pendidikan
Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur, & Universiti Kebangsaan Malaysia)....... 663
KUNJUNGAN KELAS UNTUK PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Ruswandi Hermawan (UPI Bandung)....... 675
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TEMATIK DI
SEKOLAH DASAR
Sandi Budi Iriawan (UPI Bandung)....... 681
PEMIKIRAN REFLEKTIF DALAM KALANGAN SISWA PENDIDIK
Shamsiah Md Nasir & Nil Farakh Sulaiman (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan
Teknik, Negeri Sembilan).......697
LITERASI ICT DALAM KALANGAN GURU PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SEKOLAH-SEKOLAH RENDAH
Shukri bin Zain & Mohd Adli bin Abdullah (Universiti Malaysia Sabah)..... 707
EXPLORING ACADEMIC ACHIEVEMENT OF PRE-SERVICE TEACHERS
THROUGH BLENDED LEARNING
Suci Utami Putri (UPI Kampus Purwakarta)....... 719
AMALAN PEDAGOGI SISWA GURU SEMASA PRAKTIKUM FASA II, 2014
xi
Syed Ismail Syed Mustapa, Noor Fitriyati Abd. Samad, & Ahmad Subki Miskon (Institut
Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 726
BUILDING AUTHORITY IN LEARNING
Pupun Nuryani (UPI Bandung)....... 746
PERENCANAAN MUTU SEKOLAH DASAR (REKAYASA ULANG MANAJEMEN
BERBASIS SEKOLAH)
Zoya Febrina Sumampow (UNIMA Manado)....... 754
PEDAGOGIK KRITIS
PEDAGOGI PERSEKOLAHAN INDONESIA
Dharma Kesuma (UPI Bandung)....... 762
SOS! WHY DO WE NEED TO STUDY LITERATURE, MADAM?
Nil Farakh Sulaiman (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik, Kompleks
Pendidikan Nilai, 71760 Bandar Enstek, Negeri Sembilan)....... 766
ANALISIS TAKSONOMI BLOOM DALAM PENILAIAN VOKASIONAL:
CADANGAN SATU TAKSONOMI BARU
Norhazizi Lebai Long & Ramlee Mustapha (Fakulti Pendidikan Teknikal Dan Vokasional
Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjong Malim, Perak)...... 777
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMALAN KITAR SEMULA DALAM
KALANGAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH DI MAJLIS PERBANDARAN
AMPANG JAYA
Pn. Kalsom Binti Badrus, Pn. Chin Yoon Poh, En. Mohd. Aqsa Bin Hj. Hussin,& Pn.
Siti Salmiah Binti Mohd. Alias (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala
Lumpur)....... 785
ANALISIS KECURANGAN AKADEMIK DALAM KALANGAN GURU PELATIH
PERGURUAN DI MALAYSIA.
Ramlan Bin Mustapha, Che Lah Bin Che Mamat, & Fauzi Bin Hassan (IPG Kampus
Tengku Ampuan Afzan, Kuala Lipis Pahang)....... 800
REFORMASI PENGEMBANGAN GURU
Sri Aryani (STKIP PGRI Sukabumi)....... 815
BUKU TEKS SEBAGAI BAHAN AJAR YANG BERWAWASAN GENDER
Sri Astuti (UHAMKA Jakarta)....... 824
xii
REVITALISASI TRIPUSAT PENDIDIKAN DARI KI HADJAR DEWANTARA
DALAM RANGKA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
Tatang Syaripudin (UPI Bandung)
PETA KE ARAH KEJAYAAN DALAM PENGAJIAN PERNIAGAAN
Chiew Wye Mei & Lim Zek Chew .......829
425
ETNOPEDAGOGI DALAM KONTEKS MANAJEMEN STRATEGIK
ORGANISASI KEPENDIDIKAN MODERN
Linda Setiawati
Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: lindasetiawati_setiawati@yahoo.com.
Abstract
Ethnopedagogy is an education study and education practice that concerned with
natural superiority value which is played by human. But sometimes in its
implementation is often appeared contradictive with the existed phenomenon. For
example, in the implementation of natural role and the function of management
that is done by individual in an educational organization, recently it is still fueled by
engineer. Whereas all of organization with its strategic is surely try to rise even
develop self character each other that is surely want to join on the concrete of rank
level, factual, and natural, also not contain much of side engineer that inflict
achievement of vision and mission. Through this simple paper, the writer tried to
analyze based on character and ethnopedagogy in an educational organization
based on strategic management which is natural.
Keywords: Ethnopedagogy, Strategic management, Modern educational.
PENDAHULUAN
Berbicara etnopedagogi pada dasarnya tidak akan terlepas dari proses
bagaimana seorang pendidik mampu mengelola peran dirinya dalam mendidik
orang lain. Dengan demikian dalam analisis fungsi etnopedagogi diperlukan suatu
kemampuan individu pendidik yang melaksanakannya secara matang. Artinya
bahwa dalam mendidik diperlukan suatu kepribadian yang matang. Jadi
kematangan ini tidak bisa tumbuh dengan sendirinya melainkan harus dilatih dan
dibentuk. Sebagai contoh ketika seseorang ingin menjadi guru, maka ia tidak bisa
mengandalkan keturunan dari orang tuanya yang berprofesi sebagai guru,
demikian juga tidak bisa mengandalkan hanya dari hasil membaca buku
bagaimana menjadi guru yang baik. Namun untuk memperoleh nilai-nilai
kematangan yang dimaksud maka seseorang harus mengikuti tahapan pendidikan
yang mengedepankan fungsi naluri, alamiah, interaksi, penempaan dalam bentuk
lingkungan sekitar yang mendukung baik formal, informal, maupun nonformal.
Dari sejumlah fungsi-fungsi di atas maka ada nilai-nilai budaya yang sudah
biasa dan tumbuh berkembang di lingkungan alam dimana individu yang berusaha
menjadi pihak pendewasa, pendidik, guru, pamong, tutor akan merasakannya dan
membutuhkannya. Maka nilai-nilai tersebut cukup memberikan penyadaran bahwa
dalam menerapkan ilmu mendidik tidak bisa sederhana, namun banyak variabel
yang terikat di dalamnya. Dari analisis ini maka munculkan konsep “etno” yang
berarti kembali ke alam, dan disandingkan dengan ‘pedagogi” atau ilmu mendidik.
Maka makna dari etnopedagogi sebenarnya berusaha meneguhkan tentang
konsep yang dikemukakan oleh J. Longeveld (et.all), yang menyatakan bahwa
426
pedagogi berarti ilmu mendidik yang dikaji dan dianalisis serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berada di lingkungan tertentu
dengan karakter yang khas yang mampu diformulasikan oleh para pendidiknya
menjadi bahan untuk melaksanakan proses pendidikan itu sendiri, apakah transfer
knowledge, Sikap, keterampilan, karakter, kompetensi, maupun kepribadian
secara simultan dan terus menerus.
Jika dianalisis lebih jauh lagi dengan menggunakan perspektif manajemen,
maka terdapat suatu peluang dalam mengembangkan trend Etnopedagogi untuk
memenuhi pembentukan individu para pendidik yang mampu mengelola peluang
dan perannya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Sebagai contoh
ketika seseorang berprofesi sebagai pendidik, lantas ia juga memperoleh tugas
tambahan sebagai pejabat struktural, maka ia harus mampu menerapkan nilai-
nilai ke “etno” annya berdasarkan dukungan lingkungan alamiah yang ada
disekitarnya. Dimana lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan organisasi
ataupun lingkungan orang yang dipimpinnya.
Jika kemampuan dalam mengelola lingkungan organisasi dimana seorang
pendidik itu berada dan ternyata tidak mampu mengendalikannya, maka ia akan
tergelincir dalam ketidakberdayaan dan akhirnya ia tidak mampu untuk
melaksanakan prinsip etnopedagogi dalam konteks manajemen pendidikan.
Fenomena kegagalan dalam menegaskan konsep dan penerapan “Etnopedagogi”
jika dikaitkan dengan perspektif manajemen ini banyak sekali yang tidak berhasil.
Dari analisis ini maka penulis berupaya untuk menganalisisnya lebih mendalam,
sehingga mampu dihasilkan suatu pendekatan baru dan pendefinisian tentang
etnopedagogi dari perspektif manajemen pendidikan.
ANALISIS TERKINI ETNOPEDAGOGI
Aplikasi Etnopedagogi Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam kajian etnopedagogi sudah pasti ada suatu analisis terhadap budaya
lokal, namun demikian budaya lokal yang dimaksud bukan berarti budaya lokal
yang tradisional yang hanya hidup di masyarakat terpencil, dipedesaan, dan
bahkan hidup di alam bebas, namun budaya lokal yang menjadi pemicu konsep
Keetnoan ini bisa saja budaya organisasi. Budaya organisasi yang berkembang
dengan sendirinya namun dikontrol oleh individu yang memerankannya maka jika
dioptimalkan dalam kajian etnopedagogi akan lebih strategis. Kenapa demikian
mengingat dalam upaya pemberdayaan kemampuan alami itu diperlukan suatu
pengelolaan lingkungan atau mengelola organisasi dimana nilai-nilai keetnoannya
tumbuh dan berkembang. Namun dalam perkembangannya masih harus terus
memegang aspek moral yang berlaku , seperti yang dijelaskan oleh Juriah, Nurul
(2014), sebagai
Model Orientation (the rationale and development of a model) and
Component Model (syntax learning).
Jika seorang pemimpin ataupun yang dipimpin dalam sebuah organisasi
kelembagaan yang berkembang sesuai dengan kondisi kompetitif tertentu, maka
keaslian etno dalam memberlajarkan mereka untuk mampu tetap survive dalam
melaksanakan fungsi-fungsi keorganisasiannya. Terlebih jika organisasi tersebut
bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan demikian aspek manajemen
pendidikan akan menjadi sasaran etnopedagogi yang menantang.
427
Dari kondisi di atas jika kita mau bersinergis antara tugas sebagai pendidik
dengan tuntutan tugas keetno-an yang dewasa ini akan dipengaruhi oleh kondisi
alamiah organisasi dimana kita bertugas. Sebagaimana kita analisis bahwa ciri
kearfian lokal yang harus dijadikan landasan melakukan implementasi dari
etnografi dalam konteks Manajemen Pendidikan, diantaranya berbasis kepada
kearifan lokal dimana ciri kearifan local adalah: (1) berdasarkan pengalaman (2)
teruji setelah digunakan berabad-abad (3) dapat diadaptasi dengan kultur kini (4)
padu dalam praktik keseharian masyarakat dan lembaga (5) lazim dilakukan oleh
individu atau masyarakat secara keseluruhan (6) bersifat dinamis dan terus
berubah (7) sangat terkait dengan sistem kepercayaan (Alwasilah, A. Chaidar,
2006, Tujuh ayat etnopedagogi, htt://beta.pikran-rakyat.com, 21 Juli 2006
azwirdafrist , 2008).
Manajemen Strategis Untuk Etnopedaogi
Analisis sebaliknya dari fenomena di atas, menunjukkan bahwa manajemen
strategis pada dasaranya pasti ada dalam setiap individu pendidik, dimanapun ia
bertugas sebagai pendidik. Sebagaimana penulis kutip pendapat dari Alwasilah
(2012:13), bahwa dalam kajian etnopedagogi ada salah satu rekomendasi
mengenai aspek” Sinergi antara pemerintah daerah, PT dan pelaku kebudayaan
untuk mengembangkan potensi akademik dan pedagogik”. Dalam kajian
manajemen strategik yang dapat dilaksanakan oleh seorang pendidikan, maka
salah satu kunci keberhasilannya dapat kembali kepada
Dari penerapan manajemen strategik ini maka visi dari pendidikan masa
depan sebagaimana dikemukakan oleh Morin (1999), bahwa ada 7 materi yang
mendukung visi pendidikan masa depan, yaitu mencakup: (1) mendeteksi
kekeliruan ilusi; (2) prinsip keterkaitan pengetahuan; (3) mengajarkan kondisi
menusiawi; (4)Jati diri Bumi; (5) menghadapai ketidakpastian; (6) memahami satu
sama lain; (7) etika manusia. Dari analisis visi tersebut maka visi sebuah
organiasai yang bergerak dalam bidang pendidikan harus mampu mendefinisikan
peluang-peluang adanya nilai etno pada setiap kajiannya sebagaimana pada
kajian yang berhubungan dengan upaya mendeteksi kekeliruan yang terjadi dan
berusaha membawanya ke dalam kondisi yang alamiah. Berikut tinjauan masing-
masing analisis visi pendidikan masa depan berdasrkan perspektif manajemen
strategik etnopedagogi, yaitu:
1. Medeteksi kekeliruan;
Dalam sebuah organisasi pendidikan, maka kealamihan sebagai salah satu nilai
etnopedagogi biasanya banyak sekali ditemukan kekeliruan yang kurang bisa
diterima oleh pihak luar diri individu yang berada dalam organisasi yang
dimaksud.
2. Keterkaitan Pengetahuan;
Keterkaitaan pengetahuan, biasanya secara alamiah akan menjadi tantangan
tersendiri, dan menjadi target mutu organisasi pendidikan yang dimaksud.
Kealamiahan individu manusia selaku pemeran dalam organisasi pendidikan,
maka strategi yang tepat dalam menyebarluaskan pengetahuan yang ia miliki
akan berhadapan dengan budaya organisasi dan kebiasaan para anggota
organisasi yang berada di dalamnya. Dalam konteks ini sebuah manajemen yang
mampu memfungsikan dan mengoptimalkan kinerjanya secara alami, maka ia
428
akan menjadi lebih berhasil dalam implementasi keetnograpiannya yang sekaligus
akan sukses pula keetnopedagogikannya.
3. Mengajarkan kondisi manusiawi.
Dalam sebuah organisasi kependidikan, khususnya dalam upaya mengajak,
memberdayakan dan menghimbau agar semua sejawat ataupun atasan dan
bawahan merasa nyaman ketika melaksanakan tugasnya masing-masing.
Dengan kembali ke kondisi alamiah apa adanya yang dimiliki oleh sebuah
organisasi pendidikan maka nuansa Etnopedagogi dapat dengan mudah bisa
diwujudkan. Kondisi seperti inilah pada dasarnya dapat dipandang sebagai upaya
strategik dalam mengenalkan atau menyadarkan kembali kepada semua
pengelola orgnisasi untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemennya yang
lebih menghargai nilai-nilai kemanusiawiannya.
4. Jati diri Bumi;
Sebenarnya yang dimaksud dengan jati diri bumi, dapat dikategorikan menjadi jati
diri kepribadian bangsa Indonesia, dimana sudah pasti lembaga pendidikan
dengan penerapan manajemen strategisnya sudah pasti memiliki karakter “bumi
sendiri” dimana tempat berpijak dalam melaksanakan fungsi-fungsi
manajemennya selama ini. Bumi merupakan alamiah adanya, dan manusia serta
organisasi yang ada di dalamnya hanya dapat menikmati dan menempatkan
dirinya dalam setiap kegiatan manajemennya. Melalui analisis etnopedagogi ini,
maka semua pendekatan yang menuntut adanya upaya kembali ke alam dapat
dengan mudah akan terbentuk oleh individu yang bersangkutan.
5. Menghadapi ketidakpastian;
Dalam dunia organisasi kelembagaan pendidikan, maka sudah tidak bisa
menghindari kondisi kompetitif yang terjadi baik yang diciptakan maupun yang
memang menimpa secara alami kepada lingkungan organisasi yang dimaksud.
Sebagaimana penulis yang selama ini melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi
manajemen maka dapat menganalsis lebih dalam mengenai sejumlah kondisi
yang kurang menguntungkan. Jika dituntut untuk mampu memenuhi target fungsi
manajemen dari organisasi yang dipimpinnya maka tiada lagi kata kunci yang
harus diamalkannya, yaitu mampu memberikan solusi atas ketidakpastian yang
terjadi selama ini. Salah satu jawabannya atas ketidakpastian di lingkungan
organisasinya dapat diwujudkan dalam bentuk etnopedagogi manajemen
strategik.
6. Memahami satu sama lain;
Memahami satu sama lain merupakan kondisi alamiah yang dimiliki oleh semua
individu dalam suatu manajemen organisasi kependidikan. Antara pimpinan
dengan bawahan begitu juga sebaliknya, maka akan dihadapkan pada kondisi
dimana kedua belah pihak harus mampu seirama dalam melaksanakan tugas dan
harmonis dalam menempatkan dirinya dalam kurun waktu yang cukup lama. Maka
esensial dari etnopedagogi yang dapat dilakukan dalam organisasi dengan
penerapan manajemen strategis ini adalah berusaha semua pihak mengenal,
memahami, dan memberikan solusi dalam setiap tugas-tugas individunya agar
429
mereka mampu memperoleh kajian yang lebih mawas diri dan saling mendorong
satu sama lain sehingga bisa maju dan berkembang bersama.
7. Etika manusia
Manusia sebagai pimpinan mampu memimpin organisasi kependidikannya, maka
ia secara alamiah akan mampu juga menerapkan etika dan sekaligus norma
secara alami. Kondisi ini akan berbeda dengan mahluk lainnya, bahkan jika
individu manusia memiliki peran tertentu dalam organisasi kependidikan, maka ia
akan secara sadar ataupun tidak sadar terus berusaha untuk kembali kepada
kodratnya, yang terus berusaha untuk menunjukkan kemampuannya,
kompetensinya sehingga organisasinya bisa berkembang dengan baik. Inilah
karakter yang dapat dengan tegas ditunjukkan oleh individu yang dimaksud
sebagai perwujudan dari manajemen strategik dalam penerapan etnopedagogi.
Dari telaah ciri kealamiahan dari kajian filosofis tentang etnopedagogi dalam
konteks manajemen strategik, maka implementasinya tidak akan lepas dari nilai-
nilai kealamiahan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi
kependidikan itu sendiri. Adapun manajemen strategis yang diberlakukan oleh
semua unit, pimpinan dan bawahan akan banyak mempengaruhi perilaku-perilaku
kealamiahan (etno) sesuai dengan karakter organisasinya.
SIMPULAN
Etnopedagogi dalam konteks manajemen strategis untuk suatu organisasi
kependidikan yang modern akan terus dituntut dalam rangka mewujudkan
keajegan nilai-nilai dari kealamiahannya masing-masing. Artinya bahwa setiap
organisasi kependidikan yang menuntut penerapan dari etnograpi akan lebih
mudah dilihat, diraskan dan bahkan dikembangkan oleh individu sesuai perannya
dalam organisasi kependidikan melalui fungsi dan perannya secara alamiah.
Namun demikian ada suatu tantangan dari para pemeran fungsi manajerial
sebuah organisasi kependidikan, ketika harus secara utuh mampu menerapkan
nilai-nilai etnopedagogi sehingga organisasinya mampu berkembang secara
alami, yaitu mengenai upaya merefleksikan kembali makna dari etnopedagogi
yang mungkin akan bergeser menjadi etnografi, dan bahkan etnomanagerial.
Dimana ketiganya akan saling bersinggungan takkala diperankan oleh individu
anggota atau pemeran organisasi kependidikan yang dimaksud. Lebih lanjut jika
analisis dilakukan maka akan memberikan peluang kepada reposisi nilai-nilai
etnopedagogi diantara setiap fungsi manajemen secara strategik dan efesien
yang biasanya sama-sama mampu diperankan oleh semua fungsi manajemen
yang ada.
DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah, A. C. (2006). Tujuh ayat etnopedagogi. http://beta.pikran-rakyat.com.
(21 Juli 2006 azwirdafrist , 2008).
Malihah, E. tersedia di :
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/ETNOPEDAGOGI_%28Final_Version%29.pdf. (Diakses
tahun 2015).
Morin, E. (1999). Seven complex Elsson in Education for future. New York:
Unesco Publishing.
430
Zuriah, N. (2014). Analisis Teoritik tentang Etnopedagogi Pendidikan
Kewarganegaraan. (Sumber: http://sosiohumanika-jpssk.com/analisis-
teoritik-tentang-etnopedagogi-pendidikan-kewarganegaraan/).
431
PENDIDIKAN ABAD KE 21 : PENGINTEGRASIAN TERAPI MEDIA
DALAM MEMBINA KEMAHIRAN BERFIKIR ARAS TINGGI
Abd Razak bin Mohd Nawi
Institut Pendidikan Guru Malaysia,Cyberjaya
E-mail: abdrazak.nawi@ipgm.edu.my
Abstrak
Pendidikan adalah nadi pembangunan sesuatu bangsa dan negara. Tanpa sistem
pendidikan yang terancang dan berkembang sejajar dengan keperluan dan
perkembangan zaman, maka bolehlah dianggap bangsa atau negara tersebut
telah gagal dalam melaksanakan tanggungjawabnya memartabatkan sesuatu
bangsa atau negara. Peranan sistem pendidikan khusus di abad ke-21 adalah
sangat penting dalam pembangunan sesebuah negara. Pendidikan yang berkualiti
dan cemerlang merupakan wahana usaha membangunkan generasi alaf baru.
Sistem pendidikan negara memerlukan usaha-usaha yang strategik yang boleh
meningkatkan keupayaan dan kemampuan amalannya ke tahap kualiti yang
tingggi dan cemerlang agar dapat menangani cabaran-cabaran abad ke-21.
Selanjutnya dunia era globalisasi kini memperlihatkan perkembangan ilmu yang
sangat pantas. Kemajuan dalam teknologi maklumat memberi kesan secara
langsung atau tidak langsung dalam kehidupan dan sistem pendidikan. Perubahan
demi perubahan yang berlaku itu turut membawa bersama isu dan cabaran dalam
sistem pendidikan kita. Kemahiran berfikir aras tinggi merupakan satu elemen
yang penting terkandung dalam pendidikan abad ke 21. Setiap murid perlu
menguasainya dan faham dalam mengaplikasikannya mengikut masa dan
keperluan. Untuk memastikan setiap murid mampu menguasai sekurang-
kurangnya aras analisis dan sintesis, strategi pengajaran dan pendekatan terapi
digunakan dalam membantu murid membina keyakinan diri dan melatih pemikiran
yang lebih rasional serta dapat melihat semua aspek penyelesaian secara total.
Kajian ini menggunakan kaedah Kuasi Eksperimental dan penyelidikan ini
bertujuan untuk mengenal pasti keberkesanan pendekatan Terapi Media bagi
meningkatkan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dikalangan murid sekolah
rendah tahun 4. Terapi Media yang dimaksudkan dalam penyelidikan ini adalah
kombinasi daripada tiga media utama, iaitu (1) pengunaan video (mengandungi
unsur kecindanan atau lawak jenaka) (2) penggunaan Grafik Statik yang menarik;
dan (3) penggunaan musik audio. Subjek kajian terdiri daripada 50 orang murid
sekolah rendah tahun 4 yang dibahagikan kepada dua kumpulan, iaitu (a)
kumpulan terapi dan (b) kumpulan kawalan. Instrumen pengumpulan data
mencakupi ujian pra dan pasca, soalselidik dan temu bual. Hasil dapatan kajian
menunjukkan bahawa terdapat peningkatan keputusan min skor yang signifikan
dalam menyelesaikan soalan KBAT setelah terapi media diperkenalkan kepada
kumpulan terapi berbanding pengajaran tanpa terapi media. Disamping itu hasil
soalselidik dan temu bual juga menunjukkan murid –murid di dalam kumpulan
terapi lebih seronok belajar dan aktif terlibat dalam aktiviti pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Mereka menunjukkan minat yang sangat positif dalam setiap
sesi pembelajaran. Rumusannya boleh dinyatakan bahawa melalui terapi media
432
murid – murid dapat menguasai KBAT secara semulajadi dan tanpa paksaan serta
yang lebih menarik, mereka seronok dalam proses pembelajaran.
Kata kunci: terapi, pendidikan abad ke 21, KBAT, globalisasi, cabaran abad
ke-21
PENDAHULUAN
Kekuatan dan kemajuan sesebuah negara adalah terletak kepada tahap ilmu
dan kemahiran yang dikuasai oleh rakyat negara tersebut. Oleh itu, sistem
pendidikan diberi mandat yang besar untuk menyampaikan ilmu dan kemahiran
kepada rakyatnya. Sehubungan dengan itu Malaysia telah mengalami tranformasi
dalam bidang pendidikan. Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025
menekankan kepada konsep kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) untuk
melahirkan murid yang dapat berdaya saing dalam abad ke 21.
Kemahiran Berfikir Aras Tinggi (KBAT) ialah keupayaan untuk
mengaplikasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai dalam membuat penaakulan
dan refleksi bagi menyelesaikan masalah, membuat keputusan, berinovasi dan
berupaya mencipta sesuatu (Lembaga Peperiksaan Malaysia 2013). Ini bermakna
KBAT memerlukan proses kemahiran berfikir secara intelek dengan pemikiran
yang meluas serta mendalam sama ada mencari makna dan pemahaman
terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau menyelesaikan
masalah.
Masyarakat berfikir ialah masyarakat yang berwibawa, produktif, optimistik
kepada perubahan, berfikiran jauh, bersifat futuristik, dapat mempengaruhi proses
membuat keputusan, mempunyai idealisme dan cita rasa yang tinggi, mempunyai
nilai intelektual dan moral yang unggul, bersifat demokratik dan dapat membina
dan mempertahankan nilai-nilai hidup yang menjamin kesejahteraan dan
kebajikan ahli masyarakat. Bagi mencapai hasrat Wawasan 2020 dan Wawasan
Pendidikan maka sistem pendidikan diharapkan memainkan peranan utama untuk
menghasilkan rakyat yang bukan sahaja berpengetahuan dan berketerampilan
tetapi juga boleh berfikir secara kritis dan kreatif, serta boleh membuat keputusan
dan menyelesaikan masalah dengan cekap dan bijak. Kebolehan berfikir dengan
berkesan sangat penting dalam dunia yang semakin kompleks dan canggih.
Menghadapi cabaran-cabaran kehidupan seharian tidak hanya memerlukan
pengetahuan yang cukup tetapi juga kemahiran mengaplikasikan pengetahuan itu
dalam pelbagai situasi. Perkembangan seimbang seorang murid penting bagi
melahirkan generasi yang dapat menyesuaikan diri dengan cabaran-cabaran
dunia yang kian kompleks.
Sehubungan itu, pelbagai dasar dan pembaharuan pendidikan dilaksanakan
kerajaan bertujuan memantapkan proses pembelajaran dan pengajaran di
sekolah. Matlamat akhirnya sudah tentu untuk menghasilkan anak didik yang
mampu memberi sumbangan kepada agama, bangsa dan negara. Antara cabaran
terbesar dihadapi oleh guru pada abad ke-21 ialah perkembangan teknologi
maklumat dan komunikasi. Tidak dinafikan perkembangan semasa memberi
kesan kepada proses sahsiah, terutama murid. Bagi melahirkan murid yang
433
memenuhi hasrat visi dan misi negara, maka para pendidik dan guru-guru pelatih
perlulah dilengkapkan dengan pelbagai ilmu pembelajaran abad ke-21. Antara ciri-
cirinya adalah guru tersebut perlu menguasai subjek (kandungan kurikulum),
mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran dan pembelajaran). Selain
itu, guru itu juga perlu memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi
mereka. Para guru juga perlu memahami psikologi pembelajaran (cognitive
psychology) serta memiliki kemahiran kaunseling.
Rajendran (2014) menyatakan KBAT merupakan aras yang paling tinggi
dalam hieraki proses kognitif. Ini berlaku apabila seseorang mendapat maklumat
baharu, menyimpan dan memeri, menyusun, serta mengaitkannya dengan
pengetahuan sedia ada dan akan memanjangkan maklumat itu untuk mencapai
sesuatu tujuan atau penyelesaian situasi yang rumit. Menurut Bereiter dan
Scardamalia (1987), murid perlu dilatih mengambil bahagian dalam menentukan
objektif, mewujudkan wacana, menentukan tindakan motivasi, analitik dan inferens
yang dinamakan ‘literasi tinggi’. Som dan Mohd Dahlan dalam Rajendran (2014)
menyatakan Kemahiran Berfikir Aras Rendah (KBAR) pula merujuk kepada
penggunaan pemikiran secara terhad. Hal ini dapat dilihat apabila murid hanya
disogokkan dengan jawapan-jawapan yang menjadikan mereka malas untuk
berfikir.
Selanjutnya dunia era globalisasi kini memperlihatkan perkembangan ilmu
yang sangat pantas. Kemajuan dalam teknologi maklumat memberi kesan secara
langsung atau tidak langsung dalam kehidupan dan sistem pendidikan. Perubahan
demi perubahan yang berlaku itu turut membawa bersama isu dan cabaran dalam
sistem pendidikan kita. Kemahiran berfikir aras tinggi merupakan satu elemen
yang penting terkandung dalam pendidikan abad ke 21. Setiap murid perlu
menguasainya dan faham dalam mengaplikasikannya mengikut masa dan
keperluan. Untuk memastikan setiap murid mampu menguasai sekurang-
kurangnya aras analisa dan sintesis, strategi pengajaran dan pendekatan terapi
digunakan dalam membantu murid membina keyakinan diri dan melatih pemikiran
yang lebih rasional serta dapat melihat semua aspek penyelesaian secara total.
Dalam Model Taksonomi Bloom (1956) , kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) merupakan empat aras yang tertinggi iaitu :
i. Aplikasi - Penggunaan maklumat di dalam situasi yang relevan.
ii. Analisis - Memecahkan maklumat kepada beberapa bahagian kecil supaya
boleh memahami sesuatu perkara dengan lebih jelas.
iii. Sintesis - Maklumat dikumpul dan membina struktur baru yang berbeza
daripada keadaan yang asal.
iv. Penilaian - Menilai kembali apa yang telah dilaksanakan .
Dalam model Taksonomi Bloom yang baru terdapat perubahan yang
dilakukan oleh Anderson, dimana aras kognitif analisis menjadi aras kognitif
menganalisis dan aras kognitif sintesis menjadi aras yang tertinggi iaitu aras
kognitif mencipta, menjadikan kajian ini lebih menarik dan menyeluruh.
434
OBJEKTIF KAJIAN
1. Mengenalpasti sama ada murid menguasai kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) melalui pembelajaran semasa.
2. Mengkaji keberkesanan aktivti terapi media dalam membantu peningkatan
penguasaan murid dalam KBAT
SOALAN KAJIAN
1. Apakah tahap penguasaan murid terhadap kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) melalui pembelajaran semasa?
2. Adakah terdapat peningkatan dalam penguasaan KBAT melalui aktiviti terapi
media?
METODOLOGI
Reka bentuk kajian yang digunakan adalah reka bentuk eksperimen kuasi. Jenis
reka bentuk eksperimen kuasi ini dipilih adalah reka bentuk ujian pra-ujian pasca-ujian
kumpulan kawalan tidak setara (Non-equivalent pretest-posttest controlled group design)
(lihat Jadual 1 ) dan dengan dua kali kitaran rawatan serta dua kali ujian pasca. Melalui
pemilihan reka bentuk ini, penyelidik ingin menentukan sejauh mana perbezaan pra dan
pasca dalam pencapaian aras kognitif dan penguasaan kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) oleh kumpulan terapi dan kumpulan kawalan. Penyelidik juga ingin mengenal
pasti aras kognitif yang dicapai oleh murid dalam kumpulan kawalan berdasarkan
pendidikan semasa. Perkiraan dibuat dengan melihat pencapaian dan kebolehan
menyelesaikan persoalan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dalam ujian pra.
Seterusnya bagi mengesahkan penguasaan murid dalam kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) bagi kumpulan terapi, pencapaian dalam ujian pasca dinilai perbezaannya.
Terapi Media yang dimaksudkan dalam penyelidikan ini adalah kombinasi daripada
tiga media utama, iaitu (1) pengunaan video (mengandungi unsur kecindanan atau
lawak jenaka)
(2) penggunaan Grafik Statik yang menarik; dan
(3) penggunaan musik audio.
Tempat Kajian
Lokasi kajian dijalankan di kawasan luar bandar di Hulu Langat, Selangor.
Tempoh eksperimen yang dijalankan adalah selama 6 minggu dan berfokus
kepada pengetahuan am dan pengetahuan sedia ada murid. Subjek kajian yang
terlibat dalam kumpulan terapi adalah seramai 26 orang murid dari Sekolah
Kebangsaan Sunway Semenyih, Selangor dan 24 orang bagi kumpulan kawalan
di sekolah yang sama. Kebolehan dan penguasaan kemahiran majoriti murid –
muridnya adalah pada aras kognitif dan band yang sama.
Sampel Kajian
Responden kajian terdiri daripada 24 orang murid kumpulan kawalan dan 26
orang murid kumpulan eksperimen. Mereka adalah murid tahun empat di sebuah
sekolah dalam daerah Hulu Langat, Selangor. Responden dipilih dengan
menggunakan kelas-kelas yang sedia ada, iaitu subjek kajian bagi kumpulan
eksperimen dan kawalan tidak boleh dipilih secara rawak kerana terikat dengan
435
peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah (Chua 2006; Lim 2007;
Wiersma 2000; Johnson dan Christensen 2000).
Analisis data
Data-data yang diperoleh, dianalisis untuk mengenal pasti tahap
penguasaan murid dalam kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT). Penyataan adalah
secara deskriptif dengan merujuk kepada perbandingan tahap pencapaian skor
min dan sisihan piawai berdasarkan ujian-t sampel berpasangan yang digunakan
untuk mencari perbezaan elemen terapi media diantara kumpulan kawalan dan
kumpulan eksperimen. Pencapaian skor min adalah merujuk kepada penskoran
markah yang diperoleh menerusi ujian pra dan ujian pos bagi kedua-dua
kumpulan.
Dapatan Kajian
1. Adakah terdapat penguasaan murid terhadap kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) melalui pembelajaran semasa?
Dapatan ujian-t berpasangan menunjukkan nilai signifikan (0.001) kurang
daripada nilai alpha (0.050), p < 0.050 dengan t(23) = 3.104. Maka kesimpulan
kajian juga membuktikan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara pra
dan pasca terhadap penguasaan KBAT bagi kumpulan kawalan dengan kaedah
pembelajaran semasa dengan peratus peningkatan sebanyak 30%. Ini bermakna
melalui pembelajaran semasa murid – murid juga dapat membina KBAT.
Walaubagaimanapun selepas 6 minggu dapat diukur kadar penguasaan KBAT
agak kurang jika dibandingkan dengan pencapaian murid di kumpulan terapi
media. Nilai perbezaan peratus ada 64 % - 30% = 34%.
Ujian
Pengetahua
am
Bilanga
Sampel
Min Sisihan Pia Nilai t
Darjah
Kebebasan
Signifikan
Pra 24 25.88 4.950 3.104 23 0.001
Pasca 24 33.63 6.559
Jadual 2: Nilai pencapaian bagi kumpulan kawalan
2. Adakah terdapat peningkatan dalam penguasaan KBAT melalui aktiviti
terapi media?
Dapatan kajian menunjukkan skor min ujian pasca penguasaan kemahiran
berfikir aras tinggi (KBAT) dengan rawatan terapi media melebihi skor min ujian
pra di mana peningkatan skor min pencapaian adalah sebanyak 64%. Dapatan
ujian-t berpasangan pula menunjukkan nilai signifikan (0.000) kurang daripada
nilai alpha (0.050), p < 0.050 dengan t(25) = 3.078. Ini dapat dilihat dalam Jadual
3. Maka kesimpulan kajian membuktikan bahawa terdapat perbezaan yang
signifikan antara ujian pra dan pasca penguasaan kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) dengan rawatan terapi media selama 6 minggu. Ini dapat dilihat dalam
jadual di bawah.
436
Ujian
Pengetahuan
am
Bilangan
Sampel
Min
Sisihan
Piawai
Nilai
t
Darjah
Kebebasan
Signifikan
Pra 26 26.31 4.915 3.078 25 0.001
Pasca 26 43.269 8.123
Jadual 3: Perbandingan pencapaian kumpulan terapi ataupun eksperimen
PERBINCANGAN
Keputusan kajian menunjukkan bahawa terdapat peningkatan dalam
penguasaan KBAT di kalangan murid tahun 4 sekolah rendah. Peningkatan
penguasaan KBAT bagi kumpulan terapi lebih menyerlah kerana mereka aktif dan
terlibat dalam semua aktiviti –aktiviti yang telah ditentukan oleh penyelidik . Bagi
kumpulan tradisional, walaupun tiada rawatan terapi media ke atas mereka,
pemerhatian yang dilakukan menunjukkan bahawa mereka akan aktif dalam
pembelajaran apabila diperhatikan oleh penyelidik.
Namun, peratusan peningkatan penguasaan KBAT yang diperoleh dalam
kajian ini, menunjukan peningkatan yang sangat ketara. Kajian mendapati bahawa
peningkatan skor min pencapaian dalam menjawab soalan KBAT bagi murid
tahun 4 di dalam kumpulan terapi adalah lebih tinggi iaitu 64 peratus, manakala
bagi murid tahun 4 di dalam kumpulan tradisional sebanyak 30 peratus. Ini
bermakna peningkatan pencapaian dalam menjawab soalan KBAT bagi kumpulan
terapi lebih tinggi sebanyak 34 peratus berbanding kumpulan kawalan.
Peningkatan peratusan pencapaiannya adalah agak baik, kerana faktor – faktor
persekitaran yang mempengaruhi. Disamping terapi media, semasa murid
menuntun video, minda murid tdiransang dengan aktiviti ketawa yang
menyebabkan perjalanan darah ke otak akan lebih lancar dan membantu murid
belajar dengan lebih baik. Setelah 6 minggu, kebolehan murid –murid dapat
ditingkatkan berbanding kumpulan kawalan yang belajar mengikut sistem yang
sedia ada.
SIMPULAN
Dalam kajian ini, pencapaian penguasaan KBAT amat ketara, penyelidik
berpendapat bahawa terdapatnya beberapa faktor yang menyokong pengajaran
berasakan terapi media yang mana dari segi teorinya memang menyeronokkan
dan mampu merangsangkan pembelajaran ini serta mampu memberikan kesan
yang positif ke atas penguasaan murid dalam KBAT. Dengan rawatan terapi
media murid dapat meningkatkan pencapaian sekali ganda daripada kaedah
pembelajaran semasa. Ini menunjukkan bahawa strategi dan pendekatan guru –
guru dengan sistem yang sedia perlu diperkayakan membantu murid menguasai
KBAT. Sepanjang eksperimen ini dijalankan, penyelidik berpendapat bahawa
terdapat beberapa gangguan yang perlu dibincangkan dan dikaji semula seperti
faktor – faktor persaingan yang wujud dikalangan murid – murid apabila mereka
mengetahui bahawa kajian penguasaan KBAT sedang dijalankan ke atas mereka,
faktor pendagogi yang lebih menjurus KBAT dan semua subjek ajar memfokuskan
KBAT sebagai agenda utama yang perlu dicapai diakhir sesi pembelajaran.
437
Disamping itu latih-tubi dan kerja rumah yang diberikan oleh guru – guru subjek
adalah berasaskan KBAT.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah Hassan & Ainon Mohd (2005). Kursus berfikir tinggi. Kuala Lumpur:
Utusan Publications and Distributor.
Akan, S. O. (2003). Teachers’ perception of constraints on improving students
thinking in high schools. Tesis Sarjana yang tidak diterbitkan. Middle East
Technical University.
Baysala, Z. N., Kader Arkanb, K. & Yildirim, A. (2010). Preservice elementary
teachers’perceptions of their self-efficacy in teaching thinking skills. Procedia
Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 4250–4254.
Bhg. Pembangunan Kurikulum Kementerian Pelajaran Malaysia 2012,Higher
Order Thinking Skills in Science & Mathemaics (HOTsSM) ,[ Accessed on 15
Mei 2015] Available from :
http://www.moe.gov.my/bpk/v2/download/HOTs/HOTs%20SAINS.pdfBook:
Art Therapy and Computer Technology: A Virtual Studio of Possibilities,
2000, Cathy Malchiodi, PhD.
B .Miri . BC David, Z Uni-Research in science education ,2007-Springer
Chua Yan Piau. (2006). Kaedah dan statistik pendidikan: Buku 1 kaedah
penyelidikan. Kuala Lumpur: McGraw Hill (M).
Dewey J (1910) ,How we Think ; Published on 1st Jan 2008 .pg 5 .
Helmi, (1994) Pelbagai Istilah berfikir [Accessed on 10 October 2013]
Available from : http://pts.com.my/index.php/berita/pelbagai-istilah berfikir
John K.Gilbert (2006).Children’s science and its consequences for
teaching :Science Education(Vol.66July 2006,623-633)
Kauchak & Eggen (1998) ,Effective Teaching: Preparation and Implementation.
European Journal of Engineering Education-Promoting higher order thinking skills
using inquiry-based learning(Vol.37,No.2,May 2012,117-123)
Keberkesanan Modul Linus Berbantukan Terapi Biofeedback Emwave Terhadap
Murid-murid, Di Zon Chenor, Pahang Oleh Muhammad Nubli, Abdul
Wahab And Maziah, Mohd Sapar And Mohd Firdaus, Mohd
Kamaruzaman (2012) , UMP.
Kemahiran pemikiran kritikal dan penyelesaiaan masalah dalam sains ,Siti
Rahayah
Ariffin , [Accessed on 10 Mei 2015]Available from
:http://www.ukm.my/p3k/images/sppb08/d/1.pdfKemahiran berfikir aras
tinggi (kbat) dalam salak didik dengan elemen nyanyian dan elemen.
Pantun, A.Rahman Haron , Jamaludin Badusah & Zamri Mahamod (2015) UKM.
Khalil Mohamed Nikah (2009). Approaches to teaching thinking: the perceptions of
inservice and preservice tesl teachers in institute of education, IIUM. Tesis
Sarjana yang tidak diterbitkan. Universiti Islam Antarabangsa.
Klorer, P. G. (2009). “The Effects Of Technological Overload On Children:an Art
Therapist’s Perspective.” Art Therapy: Journal Of The American Art Therapy
Association, 26(2), 80-82.
Johnson, B. & Christensen, L. (2000). Educational research quantitative and
qualitative approaches. Boston: Allyn and Bacon.
438
Lembaga Peperiksaan Malaysia. 2013. Elemen kemahiran berfikir aras tinggi
(KBAT) dalam instrumen pentaksiran. Putrajaya: Kementerian Pendidikan
Malaysia.
Lim Chong Hin. (2007). Penyelidikan pendidikan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Kuala Lumpur: Mc Graw-Hill Education (M).
Madhuri.G.V and Goteti.2011 ,Madrid,Spain-Imparting transferable skills and
creating awareness among students on non-conventional energy sources
using problem based learning .
Miller,R.Osbone,J.1998 .Beyond 2000 [Accessed on 8 Mei 2015] Available
from:http://www.kcl.ac.uk/content/1/b2000.pd.
MohdAzhar .Ab.Hamid (2001), Pengenalan Pemikiran Kritis dan Kreatif Skudai,
Penerbit UTM .h 91.
Nessel, D. D. & Graham, J. M. (2007). Thinking Strategies for student
achievement: improving learning a cross the curriculum, K-12. (2nd . Ed.).
Thousand oaks, Carlifonia: Corwin Press. A SAGE Publication Company.
Rajendran, N. (2008). Teaching & acquiring higher-order thinking skills: theory &
practice. Malaysia: Penerbit Universiti Pendidikan Sultan Idris.Robert
E.Slavin, Cooperative learning :Theory, research and Practise (Sept 1995).
Stein,M.K,& Lane, S.(1996).Instructional tasks and the development of student
capacity to think and reason:An analysis of the relationship between
teaching and learning in reform mathematics project .Educational Research
and Evaluation ,2(1),50-80.
Strategi meningkatan kemahiran berfikir aras tinggi Available from :
http://shamsina-urupendidikanislam.blogspot.com/2013/05/strategi
[Accessed on 20 Mei 2015]
Terapi Seni Dalam Kaunseling Pelajar Pintar Dan Berbakat Oleh Rafidah Kastawi
& Noriah Mohd Ishak, (2012) UKM.
Thinking tools, The Art and Science Thinking .[20 Mei 2015] Available from
:http://www.edwdebono.com/lateral.htm
Wiersma, W. (2000). Research methods in education: An introduction. 7th edition.
Boston: Allyn and Bacon.
439
KAEDAH PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN TOPIK FOTOGRAFI BAGI
KURSUS TEKNOLOGI DALAM PENGAJARAN DAN
PEMBELAJARAN:TINJAUAN DARI ASPEK MASALAH DAN CADANGAN
PENAMBAHBAIKAN
Aliza Adnan, Rosseni Din, & Zahiah Binti Haris
IPG Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur & Universiti Kebangsaan Malaysia
Email: Aliza_adnan@ipik.edu.my
Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk meninjau kaedah pengajaran dan pembelajaran (PdP)
topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di
Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas (IPGKIK) dari persepsi guru pelatih.
Kajian ini memfokuskan dua objektif iaitu masalah yang dihadapi guru pelatih
dalam mempelajari topik Fotografi dan cadangan penambahbaikan terhadap
kaedah pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik
Fotografi. Kajian ini penting kepada Institut Pendidikan Guru (IPG) kerana dapat
memberikan maklumat yang bermanfaat untuk meningkatkan kualiti proses PdP
bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran. Kajian ini melibatkan
temu bual seramai 9 orang guru pelatih yang terdiri daripada 4 orang lelaki dan 5
orang perempuan. Mereka merupakan guru pelatih Semester Empat, Ambilan
Januari 2013, Program Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PISMP). Data dianalisis
secara kualitatif. Dapatan kajian menunjukkan masalah utama ialah kekurangan
peralatan dan bahan sumber pembelajaran, masa interaksi tidak mencukupi dan
kurang bimbingan latihan amali. Antara cadangan penambahbaikan ialah
menggunakan kaedah pembelajaran hibrid, mempelbagaikan bahan sumber
pembelajaran dan menambahbaik kemudahan peralatan untuk kegunaan pelajar.
Kata Kunci: kaedah pembelajaran hibrid, Fotografi, Teknologi Dalam Pengajaran
Dan Pembelajaran, PISMP
PENGENALAN
Kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran (EDU 3053)
merupakan kursus teras yang diwajibkan kepada semua pelajar Program Ijazah
Sarjana Muda Perguruan (PISMP) di Institut Pendidikan Guru (IPG). Kursus ini
perlu dijalani oleh guru pelatih selama 60 jam bersamaan 3 jam kredit. Kursus ini
menfokuskan penggunaan teknologi dalam pengajaran, media, aplikasi TMK dan
internet. Dalam kursus ini, guru pelatih didedahkan kepada penggunaan dan
pengintegrasian media dan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran. Kursus
Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran (EDU 3053) dilaksanakan
menggunakan mod perbincangan, kuliah dan amali. Guru pelatih mendapat
pendedahan cara mengaplikasikan kemahiran pelbagai media seperti grafik,
Fotografi, video, Internet dan alat pengarangan (authoring tools) dalam
pengajaran dan pembelajaran. Antara hasil pembelajaran kursus ini ialah
menjelaskan konsep, teori, amalan dan perkembangan teknologi pendidikan,
menghasilkan pelbagai media pengajaran secara berkesan dan mengaplikasi
440
kemahiran teknikal dengan menggunakan pelbagai media dalam proses
pengajaran dan pembelajaran (Bahagian Pendidikan Guru, 2005).
1.1 Penyataan Masalah
Fotografi adalah media grafik yang diperlukan untuk menggambarkan
situasi sebenar dan juga untuk mendokumentasikan sesuatu peristiwa (Noriati
et.al 2009). Dalam aspek pendidikan, Fotografi merupakan media pembelajaran
yang berkesan untuk merakamkan objek sebenar mengikut situasi. Dalam konteks
latihan perguruan pula, kemahiran Fotografi bukan sahaja perlu dikuasai oleh guru
pelatih bagi menjawab soalan peperiksaan tetapi juga membantu guru bagi
menghasilkan foto yang boleh digunakan untuk tujuan pengajaran dan
pembelajaran. Terdapat beberapa kajian lepas mengenai penghasilan grafik
menggunakan Fotografi. Kajian oleh Mohd Farisulzamir (2009) mendapati
kemahiran fotografi dianggap sukar oleh pelajar, tidak banyak bahan dalam
Bahasa Melayu dan kebanyakan modul fotografi disediakan dalam Bahasa
Inggeris. Oleh kerana tidak mempunyai kemahiran mengambil gambar
menggunakan kamera, pelajar lebih gemar mengambil gambar atau grafik yang
diperlukan dari internet yang kadangkala tidak sesuai dengan keadaan sebenar
yang ingin digambarkan. Menurut Al Francis (2010, kursus fotografi menggunakan
persekitaran pembelajaran atas talian boleh meningkatkan kefahaman pelajar
tentang teknik fotografi melalui penggunaan modul. Kursus fotografi berasaskan
modul secara dalam talian menggunakan LMS ( Web CT atau Moodle) adalah
fleksibel di mana bahan pengajaran berbentuk objek pembelajaran boleh
dikemaskini. Selain daripada bersifat fleksibel penggunaan pembelajaran fotografi
secara digital juga dapat meningkatkan pencapaian pelajar. Kajian yang dibuat
oleh Sanif (2013) mendapati projek seni fotografi secara digital dapat
meningkatkan kreativiti pelajar yang berpencapaian rendah. Minat dan motivasi
pelajar meningkatkan melalui projek fotografi secara digital.
Antara semua komponen media pengajaran yang dipelajari dalam subjek
Teknologi Dalam Pengajaran dan Pembelajaran, topik Fotografi sering dianggap
rumit bagi pelajar kerana topik ini melibatkan kefahaman teori, latihan amali dan
penghasilan projek Fotografi mengikut teknik dan komposisi penggambaran yang
bersesuaian. Pelajar menghadapi masalah menjawab soalan peperiksaan yang
mempunyai aras aplikasi dan penilaian sekiranya kefahaman teori asas Fotografi
tidak kukuh. Kemahiran boleh pindah guru pelatih dapat dinilai melalui
penghasilan projek Fotografi. Menyedari hakikat ini, satu kajian untuk
mengenalpasti permasalahan yang dihadapi guru pelatih dalam mempelajari topik
Fotografi perlu dilaksanakan. Pengkaji berusaha untuk memperolehi persepsi
yang bernas daripada subjek kajian yang merupakan guru pelatih secara langsung
dalam kursus topik Fotografi Kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan
Pembelajaran ini. Melalui kajian ini juga, pengkaji akan memperolehi maklumat
daripada guru pelatih mengenai kaedah dalam proses PdP topik Fotografi Kursus
Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran dan masalah dalam proses PdP.
1.2 Objektif Kajian
Kajian ini dijalankan bertujuan untuk :
441
a. mengenal pasti masalah yang dihadapi guru pelatih dalam proses PdP
Topik Fotografi kursus teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran di
IPGKIK
b. mengenal pasti cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pengajaran
dan pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik
Fotografi di IPGKIK
METODOLOGI KAJIAN
Kajian ini merupakan kajian tinjauan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Kaedah pengumpulan maklumat adalah menggunakan sesi temubual
separa berstruktur. Temu bual merupakan salah satu kaedah mengumpul
maklumat yang utama dalam kajian tinjauan. Melalui temubual pengkaji dapat
mengetahui perasaan sebenar yang dialami subjek kajian (Chua Yan Piaw, 2006).
Sehubungan dengan itu, pemilihan kajian ini sebagai kajian tinjauan amat
bersesuaian untuk meneliti kaedah dan masalah dalam proses PdP Topik
Fotografi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran.
2.1 Sampel Kajian
Sampel kajian ini ialah sampel bertujuan (purposive sampling) yang
melibatkan 9 orang guru pelatih, iaitu empat orang lelaki dan lima orang
perempuan yang terlibat secara langsung dalam proses PdP Topik Fotografi
kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. Bilangan keseluruhan
guru pelatih semester satu, ambilan Januari 2013, PISMP yang wajib mengambil
kursus ini ialah seramai 112 orang. Sampel kajian dalam kajian kualitatif ini
dipanggil juga sebagai subjek kajian.
2.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen kajian ini menggunakan protokol temu bual separa berstruktur
berasaskan kepada objektif kajian ini. Satu set protokol telah disediakan untuk
mendapatkan maklumat. Kaedah pengumpulan data kajian ini adalah dengan
menemu bual sembilan orang guru pelatih tersebut. Temu bual dijalankan dengan
guru pelatih setelah mereka mengikuti proses PdP selama 50 kali daripada 60 kali
keseluruhan PdP untuk kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran
ini. Temu bual tersebut dicatat oleh pengkaji. Seterusnya pengkaji menganalisis
hasil temu bual untuk mendapatkan tema-tema yang berkaitan dengan kajian ini
2.3 Analisis Data
Data telah dianalisis secara kualitatif untuk mengenal pasti tema-tema yang
wujud daripada persoalan-persoalan kajian tersebut.
DAPATAN KAJIAN
Dapatan kajian di bawah ini akan dibincangkan satu persatu berdasarkan
objektif kajian yang telah dinyatakan sebelum ini.
3.1 Persepsi guru pelatih terhadap masalah yang dihadapi dalam proses PdP
topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di
IPGKIK
Jadual 1
Persepsi guru pelatih terhadap masalah yang dihadapi dalam proses PdP topik
Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di IPGKIK
442
Subjek
kajian
Penyataan
1 Saya tidak dapat menguasai sepenuhnya tajuk Fotografi kerana
tidak mempunyai kamera DSLR, saya hanya menggunakan
handphone untuk mengambil gambar
2 Saya tidak mampu untuk membeli kamera, jadi saya
menggunakan kamera kawan yang dipinjam. Saya tidak boleh
menguasai sepenuhnya bagaimana memilih komposisi gambar
dengan penyesuaian shutter speed dan aperture.
3 Tajuk Fotografi sangat mencabar, saya sukar menguasai
bahagian komposisi pengambaran seperti rule of third, white
balance dan sebagainya.
4 Tajuk Fotografi sangat mencabar tetapi menyeronokkan kerana
seseorang yang menguasai seni Fotografi boleh mengambil
gambar yang baik. Walaubagaimanapun saya sukar untuk
menguasai cara mengubah jenis lensa untuk mengambil
gambar yang baik.
5 “Saya sukar untuk faham term aperture dan shutter speed dan
bagaimana nak mengubah suai kedua ni untuk beri kombinasi
sesuai dan dapat ambil gambar yang baik”.
6 Semasa baca nota saya rasa faham tetapi dalam peperiksaan
saya tidak dapat menjawab dengan baik terutama sekali
bahagian komposisi pengambaran dan teknik shooting. Masa
yang diperuntukkan untuk amali agak terbatas.
7 Kamera SLR mahal, saya guna handphone saja untuk ambil
gambar jadi sukar la saya nak kuasai bahagian aperture dan
shutter speed tu
8 Saya tidak mempunyai kamera maupun kamera video. Kena
pinjam kawan..saya guna handphone..gambar kurang jelas.
Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang peruntukan masa
di dalam kelas untuk mengedit video.
9 teori kemahiran Fotografi boleh dirujuk dari internet..tapi amali
pengeditan video kena buat sendiri..saya perlu bimbingan
amali..
Sumber: Temu bual dengan subjek kajian
[DZ1]Dapatan kajian berdasarkan temu bual dengan subjek kajian
mendapati masalah yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi Kursus
Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran di IPG KIK ialah kekurangan
peralatan, pendekatan pengajaran, sumber pembelajaran dan masa. Masalah ini
443
jelas melalui kata-kata subjek kajian pertama iaitu “Saya tidak dapat menguasai
sepenuhnya tajuk Fotografi kerana tidak mempunyai kamera DSLR, saya hanya
menggunakan handphone untuk mengambil gambar” (SK1). Penyataan ini sama
dengan kata-kata subjek kajian ketujuh, “Kamera SLR mahal, saya guna
handphone saja untuk ambil gambar jadi sukar la saya nak kuasai bahagian
aperture dan shutter speed tu” (SK7). Seterusnya subjek kajian kedua pula
menyatakan, “Saya tidak mampu untuk membeli kamera, jadi saya menggunakan
kamera kawan yang dipinjam” (SK2). Begitu juga subjek kajian kelapan yang
mengatakan, “Saya tidak mempunyai kamera maupun kamera video. Kena pinjam
kawan..saya guna handphone..gambar kurang jelas” (SK8).
[DZ2]Masalah seterusnya ialah guru pelatih yang kurang memahami
kandungan kemahiran dan menganggap topik Fotografi adalah sukar. Masalah ini
jelas melalui kenyataan subjek kajian ke tiga iaitu “Tajuk Fotografi sangat
mencabar, saya sukar menguasai bahagian komposisi pengambaran seperti rule
of third, white balance dan sebagainya” (SK3). Masalah yang sama diakui oleh
subjek kajian ke lima yang mengatakan, “Saya sukar untuk faham term aperture
dan shutter speed dan bagaimana nak mengubah suai kedua ni untuk beri
kombinasi sesuai dan dapat ambil gambar yang baik” (SK5). Begitu juga subjek
kajian ke empat yang menyatakan,”Tajuk Fotografi sangat mencabar tetapi
menyeronokkan kerana seseorang yang menguasai seni Fotografi boleh
mengambil gambar yang baik. Walaubagaimanapun saya sukar untuk menguasai
cara mengubah jenis lensa untuk mengambil gambar yang baik” (SK4).
Seterusnya subjek kajian ke enam pula mengakui, “Semasa baca nota saya rasa
faham tapi bila periksa saya tak dapat menjawab dengan baik terutama sekali
bahagian komposisi pengambaran dan teknik shooting” (SK6).
[DZ3]Pelajar merasakan pendekatan pengajaran secara konvensional,
bimbingan amali yang tidak mantap menyebabkan kefahaman pelajar rendah
mengenai topik fotogafi. Pernyataan ini diperolehi melalui penjelasan subjek kajian
ke lapan yang menyatakan, “Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang
peruntukan masa di dalam kelas untuk mengedit video.”(SK8). Pengakuan yang
sama dinyatakan oleh subjek kajian ke sembilan iaitu, “teori kemahiran Fotografi
boleh dirujuk dari internet..tapi amali pengeditan video kena buat sendiri..saya
perlu bimbingan amali.” (SK9).
Faktor masa juga menyumbang kepada masalah yang dihadapi oleh guru
pelatih. Kenyataan ini seperti yang dinyatakan oleh subjek kajian ke enam iaitu
”masa yang diperuntukkan untuk amali agak terbatas.” (SK6). Begitu juga dengan
pernyataan yang dibuat oleh subjek kajian ke lapan yang menyatakan bahawa,
”Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang peruntukan masa di dalam kelas
untuk mengedit video.” (SK8)
Berdasarkan dapatan objektif pertama yang telah dibincangkan di atas, jelas
menunjukkan masalah utama yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi
bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di IPGKIK, iaitu
peralatan, pendekatan pengajaran, kandungan sumber pembelajaran dan masa.
Secara keseluruhannya, masalah yang dihadapi ialah kekurangan peralatan
kerana kebanyakan guru pelatih tidak mempunyai kamera SLR. Sebagai alternatif,
guru pelatih menggunakan telefon bimbit atau ipad peribadi. Kualiti gambar yang
dihasilkan sudah pasti tidak setara dengan kamera SLR kerana menu dan
kefungsian dalam telefon bimbit adalah terbatas untuk kegunaan komunikasi.
444
[DZ4]Pendekatan pengajaran dan sumber pembelajaran yang tidak pelbagai juga
menjadi kekangan dalam proses pembelajaran.
3.2 Persepsi guru pelatih untuk cadangan penambahbaikan terhadap kaedah
pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi di
IPG Kampus Ilmu Khas (IPGKIK)
Jadual 2
Persepsi guru pelatih untuk cadangan penambahbaikan terhadap kaedah
pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi di
IPGKIK
Subjek
kajian
Penyataan
1 Kalau boleh kamera dipinjam kepada guru pelatih. Nota dan
edaran atau soalan lepas mungkin membantu. Maklumat dari
internet juga boleh membantu.
2 Gambar yang menunjukkan hasil kombinasi shutter speed dan
aperture perlu untuk mengesan perubahan berlaku. Saya perlu
lebih masa untuk menguasai setiap kemahiran menggunakan
kamera.
3 Kalau ada web site yang spesifik untuk menguasai tajuk
Fotografi lebih senang untuk dirujuk.
4 Saya perlu ada bimbingan amali dalam kumpulan dan bantuan
tutorial dari video sangat membantu saya menguasai teknik
penggambaran. Masa yang diperuntukan agak terhad.
5 Nota yang spesifik kepada kemahiran menggunakan kamera
perlu dimuatkan berserta gambar yang bertepatan dengan
penyesuaian aperture dan shutter speed.
6 Perbincangan mungkin boleh membantu menguasai tajuk ini.
Video dari youtube lebih mudah untuk bantu bahagian praktikal.
7 Kalau boleh pensyarah pinjamkan kamera kepada guru pelatih,
lagi baik. Amali, perbincangan, maklumat dari internet mungkin
boleh membantu.
8 Kalau ada Kamera dan kamera video sendiri lebih baik..nota
dari internet juga boleh membantu.
9 Bantuan modul yang mudah diikuti..lebihkan masa untuk akses
kendiri.
Sumber: Temu bual dengan subjek kajian
445
Dapatan kajian berdasarkan temubual dengan subjek kajian mendapati
penambahbaikan seperti yang dicadangkan oleh subjek kajian ialah penyediaan
peralatan secara pinjaman kepada pelajar. Pernyataan jelas seperti yang
dinyatakan oleh subjek kajian pertama iaitu, kalau boleh kamera dipinjam kepada
guru pelatih” (SK1). Pernyatan yang sama diberikan oleh subjek kajian kedua
iaitu, “Kalau boleh pensyarah pinjamkan kamera kepada guru pelatih, lagi baik.”
(SK7)[DZ5]
Subjek kajian mencadangkan penambahbaikan dibuat terhadap kaedah
pengajaran dan sumber pembelajaran berasaskan web dan penggunaan video.
Pernyataan ini dilihat dari kata-kata subjek kajian pertama iaitu, ” nota edaran atau
soalan lepas mungkin membantu. Maklumat dari internet juga boleh membantu.”
(SK1). Pendapat hampir sama diberikan oleh subjek kajian ke empat yang
menyatakan bahawa “bantuan tutorial dari video sangat membantu saya
menguasai teknik penggambaran”(SK4). Begitu juga dengan pernyataan dari
subjek kajian ke lima iaitu, “Nota yang spesifik kepada kemahiran menggunakan
kamera perlu dimuatkan berserta gambar yang bertepatan dengan penyesuaian
aperture dan shutter speed.” (SK5). Seterusnya subjek kajian ke tiga
mencadangkan penggunaan web site melalui pernyataan “Kalau ada web site
yang spesifik untuk menguasai tajuk Fotografi lebih senang untuk dirujuk” (SK3).
Subjek kajian ke enam mencadangkan perbincangan dan penggunaan video
melalui pernyataan berikut, “Perbincangan mungkin boleh membantu menguasai
tajuk ini. Video dari youtube lebih mudah untuk bantu bahagian praktikal.” (SK6).
Subjek kajian juga mencadangkan sokongan bimbingan amali diberikan
berdasarkan penyataan subjek kajian ke empat dan tujuh. Bimbingan amali dari
sumber internet dan video dirasakan dapat meningkatkan penguasaan teknik
penggambaran. Pernyataan ini jelas melalui kata-kata subjek kajian ke empat
iaitu, “Saya perlu ada bimbingan amali dalam kumpulan dan bantuan tutorial dari
video sangat membantu saya menguasai teknik penggambaran” (SK4).
Seterusnya kenyataan hampir sama diberikan oleh subjek kajian ke tujuh iaitu,
“Amali, perbincangan, maklumat dari internet mungkin boleh membantu.”(SK7)
Faktor masa menjadi kekangan kepada pelajar untuk menguasai
pembelajaran dan kemahiran. Terdapat tiga subjek kajian yang mencadangkan
penambahbaikan diberi kepada peruntukan masa amali. Subjek kajian ke dua
mencadangkan diberi lebih masa amali melalui pernyataan berikut, “Saya perlu
lebih masa untuk menguasai setiap kemahiran menggunakan kamera” (SK2).
Pernyataan ini sama dengan kata-kata subjek kajian ke empat iaitu, “Masa yang
diperuntukan agak terhad.”(SK4). Seterusnya subjek kajian ke sembilan
menjelaskan keperluan modul dan masa melalui pernyataan, ” Bantuan modul
yang mudah diikuti..lebihkan masa untuk akses kendiri.” (SK9).
Berdasarkan dapatan objektif kajian yang kedua yang telah dibincangkan di
atas, antara cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pengajaran dan
pembelajaran ialah penyediaan modul akses kendiri dan nota berasaskan web,
perbincangan dalam talian dan penggunaan video dari you tube. Bagi mengatasi
masalah kekurangan peralatan dan kamera, guru pelatih mencadangkan kamera
disediakan kepada pelajar.
446
PERBINCANGAN DAN IMPLIKASI
Jadual 3
Rumusan masalah dan cadangan penyelesaian kepada pembelajaran topik
Fotografi bagi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran.
Kategori Masalah Penyelesaian
Peralatan Kurang peralatan
Tiada kamera peribadi
Kerja dalam kumpulan
Penyediaan peralatan
kepada guru pelatih
Pendekatan
pengajaran
Pendekatan pengajaran
konvensional
Pensyarah kurang beri bimbingan
amali
Guru pelatih tidak dapat
menguasai kemahiran
Modul akses kendiri
Web e-Pembelajaran
Amali dalam kumpulan
Video dari youtube
Penguasaan
kemahiran
Kandungan sukar dikuasai
Kurang sumber rujukan
Tiada modul berstruktur
Modul akses kendiri
Web e-Pembelajaran
Video dari youtube
Masa Masa amali tidak mencukupi
Masa pengajaran atau interaksi
bersemuka tidak mencukupi
Amali dalam kumpulan
Forum dalam talian
Perbincangan antara guru
pelatih dan pensyarah
serta guru pelatih dan
guru pelatih
4.1 Perbincangan
[DZ6]Dapatan kajian mendapati masalah utama yang dihadapi pelajar dalam
topik fotografi bagi subjek Teknologi Dalam Pengajaran dan Pembelajaran ialah
masalah peralatan, pendekatan pengajaran, sumber pembelajaran dan masa.
Peralatan merujuk kepada perkakasan kamera dan aksesori kamera. Apabila guru
pelatih melaksanakan latihan amali mereka memerlukan akses kepada kamera.
Peralatan yang mencukupi membolehkan setiap pelajar dapat melakukan amali
dengan sempurna. Cadangan penyelesaian bagi masalah ini ialah mendapatkan
peruntukan peralatan dari pihak pengurusan. Gerak kerja amali dalam kumpulan
juga boleh membantu pelajar berkongsi peralatan semasa menjalankan latihan
amali. Di samping itu pelajar juga dapat mengaplikasikan pembelajaran secara
koperatif.
Masalah kedua yang dikenalpasti adalah pendekatan pengajaran secara
konvensional berbentuk kuliah syarahan yang kurang berkesan. Di samping itu,
pelajar juga kurang mendapat bimbingan amali dari pensyarah oleh kerana tidak
semua pensyarah mempunyai kepakaran dalam bidang fotografi. Disebabkan
oleh faktor tersebut, pelajar menerima pendedahan yang tidak menyeluruh dan
tidak mampu menguasai kemahiran fotografi sepenuhnya. Antara cadangan
penyelesaian yang disarankan oleh pelajar ialah pendekatan pembelajaran secara
hibrid (hibrid learning) atau juga dikenali sebagai blended learning. Pendekatan ini
menggabungkan kaedah bersemuka dengan web e-pembelajaran, modul akses
447
kendiri dan video dari youtube. Menurut Bachman&Scherer (2015) persekitaran
pembelajaran Web dan pembelajaran hibrid semakin popular digunakan dalam
institusi pendidikan tinggi. Banyak penyelidikan yang dilaksanakan mendapati
pembelajaran hibrid adalah amalan terbaik untuk mengintegrasikan teknologi,
teori pedagogi dan sumber dan dapat meningkatkan pencapaian pembelajaran.
Masalah ketiga yang dinyatakan oleh guru pelatih adalah topik fotografi agak
sukar berbanding topik lain dalam kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan
Pembelajaran. Sumber pembelajaran dan bahan rujukan tidak banyak disediakan
oleh pensyarah. Kaedah perbincangan, penyediaan modul berstruktur, kaedah
pengajaran berasaskan web dan video dirasakan pelajar dapat membantu mereka
untuk meningkatkan kemahiran mengambil gambar. Masalah seterusnya ialah
faktor masa di mana pelajar merasakan peruntukan masa amali dan kuliah bagi
topik fotografi tidak mencukupi. Kekangan masa adalah masalah yang selalu
dihadapi guru pelatih bukan sahaja peruntukan masa dalam proforma kursus
tetapi juga disebabkan oleh program rasmi yang melibatkan pelajar dan penyarah
yang dikendalikan di dalam dan di luar IPG. Cadangan penyelesaian ialah
penggunaan pembelajaran hibrid dengan mengunakan forum atau perbincangan
dalam talian, penggunaan modul akses kendiri dan gerak kerja amali dalam
kumpulan. Menurut Analisa et.al (2013) pembelajaran hibrid membantu pelajar
menguasai kandungan pembelajaran melalui kaedah akses kendiri dan
pembelajaran dalam talian. Di samping itu pelajar dapat belajar mengikut
kesesuaian masa dan gaya pembelajaran masing-masing.
4.2 Implikasi
Berdasarkan dapatan kajian ini terdapat beberapa implikasi yang perlu
diberikan perhatian iaitu:
4.1 Kemudahan peralatan dan perkakasan perlu disediakan kepada guru
pelatih bagi membolehkan aktiviti amali dilaksanakan dengan sempurna.
4.2 Modul pembelajaran berbentuk akses kendiri dan bahan pembacaan
terkini perlu disediakan di pusat sumber. Hal ini bertujuan untuk
memastikan proses PdP dapat dilakukan secara mudah dan berkesan.
4.3 Pendekatan pembelajaran perlu dipelbagaikan. Pembelajaran hibrid
(hybrid learning) yang menggabungkan pendekatan pengajaran
bersemuka dan pendekatan berbantukan teknologi perlu diaplikasikan
dalam proses PdP.
4.4 Penilaian terhadap keberkesanan kursus hendaklah dilaksanakan dengan
mendapatkan pandangan daripada guru pelatih tentang masalah dan
cadangan agar kursus ini dapat ditingkatkan dari semasa ke semasa
secara berterusan.
RUMUSAN
Secara keseluruhannya, pendekatan pengajaran bagi kursus Teknologi
Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran hendaklah diberikan perhatian yang
sewajarnya bagi menilai impak penggunaan terhadap guru pelatih. Hal ini penting
kerana kaedah yang digunakan dalam PdP dapat memberikan kesan ke atas
pencapaian hasil pembelajaran. Masalah-masalah yang dikemukakan oleh guru
pelatih hendaklah diberi perhatian agar kelemahan yang wujud dapat diatasi.
Kaedah pengajaran yang berpusatkan guru pelatih seperti modul akses kendiri,
pembelajaran berasaskan web dan pembelajaran secara dalam talian merupakan
448
kaedah perlu diaplikasikan dalam PdP di IPG. Ini selaras dengan tuntutan
perlaksanaan e-Pembelajaran hibrid di IPG atau (el@IPG) bagi mencapai ciri-ciri
persekitaran pembelajaran Learner-Centered University (Haili, 2011). Saranan ini
juga bertepatan dengan penggubalan Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia
(2013-2025) telah mensasarkan sebelas anjakan untuk mentransformasi sistem
pendidikan negara. Anjakan ke tujuh ialah memanfaatkan ICT dan akses
persekitaran pembelajaran maya bagi meningkatkan kualiti pembelajaran di
Malaysia. Justeru itu, kaedah pengajaran dan pembelajaran perlu dipelbagikan
agar menepati matlamat persekitaran pembelajaran Learner-Centered University
dan keperluan Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (2013-2025).
RUJUKAN
Al Francis, D. L. 2010. Implementing an Online Photography Course at the up
Open University: Converging Icts to Enhance Student Learning Outcomes
and Achievements. AAOU JOURNAL 103.
Analisa Hamdan, Rosseni Din, Aliza Adnan, Siti Zuraida Abdul Manaf, Nor
Mohamad Ismail, Nor Syazwani Mat Salleh, & Hafizi Shafiin (2013).
Penggunaan Teknologi Web 2.0 Dalam Pembelajaran Hibrid. Tempawan
Jilid xxx 2013.
Bachman, C. & Scherer, R. 2015. Promoting Student Autonomy and
Competence Using a Hybrid Model for Teaching Physical Activity.
International Journal of Instruction 8(1).
Bahagian Pendidikan Guru. (2005). Proforma Kursus Teknologi Dalam
Pengajaran Dan Pembelajaran. Putrajaya: Kementerian Guru pelatihan
Malaysia.
Chua Yan Piaw (2006). Kaedah Penyelidikan Buku 1. Kuala Lumpur: Mc Graw
Hill.
Creswell J.W.(2003). Research Design: Qualtative, Quantitative and Mixed
Methods Approach.Thousands Oaks, CA: Sage Publication.
Haili Dolhan 2011. Gagasan Baharu IPG. Retrieved 20 Mac, 2012 from
http://ipgm.info/blog/archives/tag/gagasan-baru. Retrieved.
Kementerian Pendidikan Malaysia. (2013). Pelan Pembangunan Pendidikan
Malaysia 2013-2025 (Pendidikan Prasekolah hingga Lepas Menengah).
Putrajaya: Kementerian Pendidikan Malaysia.
Meriam,S.B.(1998). Qualitative Research and Case Study: Application in
Educations, Revised and Expended from Case Study Research in
Education. San Francisco:Jossey-Bass.
Mohd Farisulzamir Bin Zakaria (2009). Modul Pembelajaran Kendiri Teknik
Fotografi Dan Penghasilan Kesan Khas Menggunakan Perisian Adobe
Photoshop. Tesis sarjana muda, UTM Skudai.
Sanif, S. N. a. M., Hussin, Z., Senom, F., Putih, S. S., Amp & Abu, T. 2013.
Nature Exquisiteness Based Digital Photography Arts Project for Creativity
Enhancement among Low Achievers Students. (Prosfdak). Procedia - Social
and Behavioral Sciences 103(0): 675-684.
Voisard, R., Champod, C., Furrer, J., Curchod, J., Vautier, A., Massonnet, G. &
Buzzini, P. 2007. Nicephor[E]: A Web-Based Solution for Teaching
Forensic and Scientific Photography. Forensic Science International 167(2–
3): 196-200.
449
PERANAN GURU DI SD
Ani Hendriani
Universitas Pendidikan Indonesia
email: anihendriani@yahoo.com
Abstract
Teachers are educators who become leaders, role models and identification for
the students, and the environment. Teachers have a very big role to the success
of education in schools. Teachers play a role in assisting the development of
learners to realize the goal of his life optimally. Educate, teach and train the
students is the teacher's job. Duties of teachers as educators, to continue and
develop the values of life to the students. Teacher's job as a teacher means to
continue and develop science and technology to students. The task of the teacher
as a coach means developing skills and implement in life for students future.
cognitive development of primary school age children are at the stage of concrete
operational. The term concrete operations reflects the approach that is bound or
limited to the real world. Elementary age children can form concepts, see
relationships, and solve problems, but only to the extent involving objects and
situations that they know. Characteristics of elementary school age children are
happy to play, happy to move, enjoy working in groups, as well as the happy
feeling or doing something directly. Therefore, teachers should develop games
that contain elements of learning, allowing students to move or move and work or
study in groups, as well as provide opportunities for students to be directly
involved in learning.
Keywords: the role of teachers, the characteristics of elementary school age
children
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi
seorang manusia. Pendidikan yang berhasil adalah yang menciptakan manusia
yang berkualitas, cerdas, trampil, sehat jasmani dan rohaninya. Dalam menempuh
perjalanan itu atau untuk mencapai tujuan tersebut, manusia memerlukan bantuan
karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, yang
dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain sejak lahir , sampai
meninggal. Dengan demikian peserta didik menaruh harapan besar terhadap
guru, agar dapat berkembang secara optimal. Menurut Thoifuri (2007)
menyatakan: guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, ingin
mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta
didiknya lebih baik dalam segala hal.
Pendidik atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsure
pembentuk utama anak agar menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang
diharapkan. Untuk itu seorang pendidik perlu memiliki seperangkat ilmu tentang
bagaimana ia harus mendidik. Anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang
sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional
450
maupun pertumbuhan badaniyah, dimana kecepatan pertumbuhan masing-
masing individu berbeda walaupun usia sama. Dengan karakteristik tersebut guru
dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengelolaan proses
pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik , baik dari materi
maupun pola pengajaran sehimgga peserta didik dapat mengikuti proses belajar
mengajar dengan menyenangkan dan dapat memahami ilmu pengetahuan secara
lebih kongkrit serta membentuk karakter anak.
Pendidik dalam hal ini guru di sekolah bukan hanya trampil dalam
menyampaikan bahan ajar namun harus mampu mengembangkan watak anak,
emosional dan seluruh kepribadian anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotornya,
bersusila, memiliki nilai-nilai keagamaan dalam hidupnya, yang menjadi tujuan
pendidikan. Hal ini sesuai dengan peran guru UU No 14 tahun 2005 yaitu
pendidik professional dengan tujuan utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi diri. Artinya dalam
melaksanakan suatu proses pendidikan terutama anak usia skolah dasar sangat
dibutuhkan peran pendidik untuk memberikan bimbingan arahan , petunjuk,
nasehat, penyuluhan dan motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam
menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam mengembangkan
kemampuannya, serta memberikan pengertian dan kasih sayangnya sebagai
dasar bagi pendidikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pendidik yang professional yang
memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi professional
dan kompetensi social.
PEMBAHASAN
Pengertian Guru dan karakteristiknya
Dalam UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 guru adalah pendidik yang
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih ,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini.
Menurut Noor jamaluddin (1978 : 1) guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab, memberi bimbingan atau bantuan kepada anak
didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai
kedewasaannya,mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Alloh khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk social dan individu yang
sanggup berdiri sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas pendidik dalam hal ini guru adalah
orang dewasa yang harus bertanggung jawab atas anak didik untuk mencapai
kedewasaannya, dalam arti mandiri, yaitu tidak tergantung kepada orang lain ,
bertanggung jawab dalam arti mampu menentukan keputusan atau tindakan atas
pilihannya sendiri dan mampu menerima segala konsekwensi atas keputusan atau
tindakannya, serta mampu menyerahkan diri dalam arti berani berkorban demi
nilai-nilai dan norma yang diakuinya, demi cita atau demi tujuan hidupnya,
pekerjaannya, orang lain atau masyarakat.
Selanjutnya, bahwa bagi seorang pendidik diperlukan motif Intrinsik yaitu
suatu motif yang didasari oleh rasa`kasih sayang, sehingga ia rela berkorban
melaksanakan pendidikan bagi anak didiknya. Kasih sayang merupakan motif
yang sangat penting dalam rangka pendidikan karena kasih sayang akan mampu
mendorong pendidik (guru) untuk mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang
451
baik dan bermanfaat , sehingga ada pepatah yang mengatakan guru adalah yang
harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. sehingga
sikap dasar, bicara, kebiasaan ,pakaian , gaya hidup dan lainnya sangat
berpengaruh terhadap prilaku peserta didik.
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan bagi peserta didik,
oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribad tertentu yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin, sehingga guru harus
mengetahui serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat
sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah
guru yang memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional moral
, social dan intelektual dalam pribadinya.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka ciri pendidik (guru) yang
professional itu harus memiliki kompetensi Kompetensi guru merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dikuasai dan diaktulisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2008
tentang guru, dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimilikioleh guru meliputi
kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan
kompetensi professional. Berikut akan dijelaskan keempat kompetensi:
1. Kompetensi pedagogic
Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan yang berkenaan dengan a.
pemahaman peserta didik b. perancangan dan pelaksanaan pembelajaran artinya
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran
berdasarkan karakteristik siswa, c. melaksanakan pembelajaran dengan menata
latar (setting ), d. evaluasi hasil belajar yaitumelaksanakan evaluasi proses dan
hasil belajar secara berkesinambungan e. pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang: a. mantap, stabil sesuai dengan norma
hukum,norma social dan memiliki konsistensi dalam bertindak. b. dewasa artinya
memiliki kemandirian dalam bertindak c. arif artinya menunjukkan keterbukaan
dalam berfikir dan bertindak d. berwibawa artinya memiliki prilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan disegani e. menjadi teladan bagi
peserta didik dan berakhlak mulia artinya bertindak sesuai dengan norma religius (
imtaq, jujur ikhlas ) dan memiliki prilaku yang diteladani peserta didik )
3. Kompetensi professional
Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut,
sertapenguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
452
4. Kompetensi social
Kompetensi social berkenaan dengan kemampuan pendidik (guru) sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan , orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat
PERANAN GURU
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Karena proses belajar
mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik dalam hal ini guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi educatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi timbal balik antara siswa dan guru
merupakan syarat utama dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Interaksi
ini tidak hanya terbatas pada penyampaian materi saja tetapi menanamkan sikap
dan nilai pada diri siswa , dalam hal ini guru tidak hanya tampil sebagai pengajar,
melainkan juga dapat bertindak antara lain sebagai pelatih, pembimbing , dan
manager.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran ,
memegang peranan penting dan tidak bisa digantikan dengan mesin, radio,
komputer ataupun elektronik lainnya, karena dari proses belajar akan
menghasilkan manusia yg berkepribadian yang memiliki sikap nilai, motivasi,
kebiasaan, perasaan dll. Hal itu tidak bisa dicapai melalui mesin atau teknologi
lain. Maka guru memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai sutradara dan
sekaligus aktor yaitu yang merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di
kelas.
Para pakar pendidikan di barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilaksanakan. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan
dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein
(1997). Adapun peran-peran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik dan lingkungannya, oleh karena itu guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai
dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah guru yang memiliki
kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual , emosional , moral ,social dan
intelektual dalam pribadinya, yang mandiri yang mampu mengambil keputusan
secara mandiri dan disiplin mematuhi aturan dan tata tertib secara konsisten.
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak sehingga tidak cukup tahu materi yang diajarkan tetapi
harus mencerminkan seseorang yang memiliki kepribadian guru dengan segala
cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik
atau guru seseorang harus berpribadi.
2. Guru sebagai pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dalam kegiatan belajar merupakan tugas
dan tanggung jawab yang pertama dan utama untuk membantu peserta didik yang
453
sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya dan
memahami materi yang dipelajari. Guru sebagai pengajar atau penyampai ilmu
pengetahuan masih cenderung menonjol. Hal ini berarti guru pada umumnya akan
memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang
diajarkan setiap harinya.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain, motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam
berkomunikasi. Sebagai pengajar guru harus mampu membina hubungan yang
baik dengan peserta didik dan keterampilan guru saat berkomunikasi di dalam
kelas pun merupakan seorang yang harus dimiliki seorang pengajar.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka sehingga dengan ketercapaian
itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif.
Peserta didik adalah individu yang unik sekalipun anak kembar tidak akan sama
baik bakat, minat dan kemampuan, peserta didik adalah makhluk yang sedang
berkembang, dengan kondisi itulah menuntut guru harus berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang
baik, sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan , ikut memecahkan persoalan-
persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak. Dengan demikian dapat
menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan
fisik maupun mental.
4. Guru sebagai penasehat
Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan
bagi peserta didiknya. Setiap peserta didik selalu dihadapkan masalah yang
berkaitan dengan kompetensi sehingga guru harus menjadi pendengar yang baik
(saondi dan suherman, 2010:150). Kesediaan untuk mendengar, akan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya,
artinya guru memiliki perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi
dan mempunyai alternatif atau solusi yang dibutuhkan siswa. Dengan demikian
siswa memiliki rasa aman dan nyaman karena menerima saran-saran yang
diberikan gurunya.
5. Guru sebagai pembaharu
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, trdapat jurang yang dalam dan luas
antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang
tua memiliki arti lebih banyak dari pada nenek kita. Seorang peserta didik yang
belajar sekarang , secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusiayang
harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah
menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah
atau bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan
454
antara generasi tua dan muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus
menjadi pribadi yang terdidik.
6. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu
guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman.
7. Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja apa yang
dilakukan guru akan menjadi sorotan baik dari peserta didik maupun masyarakat ,
sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu sikap dasar,
gaya bicara, pakaian, proses berfikir gaya hidup dan lain-lain karena prilaku
seorang guru akan mempengaruhi peserta didik.
8. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas
tersebut.kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan
cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan
oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat
dari fungsi itu, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin.
9. Guru sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang komplek,
karena melibatkan banyak melibatkan latar belakang dan hubungan serta variable
lain yang mempunyai arti apabila berhungan dengan kontek yang hampir tidak
mungkin dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tehnik apapun yang dipilih,
dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga
tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
KARAKTERISTIK ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Karakteristik anak usia sekolah dasa radalah senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok serta senang merasakan atau
melakukan sesuatu secara langsung oleh karena itu guru hendaknya
mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsure permainan,
memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja dalam kelompok serta
memberikan kepada anak didik untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
Nurhayati (2001) anak-anak usia sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran
egosentris ke desentris atau dari pemikiran subyektif ke pemikiran objektif.
Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat
memiliki persepsi berbeda dengan dari persepsi mereka. Hal ini juga sejalan
dengan yang dikatakan oleh Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah
anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual,
emosional maupun pertumbuhan badaniyah . dimana kecepatan pertumbuhan
455
anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, walaupun dalam usia yang
sama.
Dari pengertian tersebut bahwa karakteristik utama anak usia sekolah dasar
adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi
dan bidang, diantaranya dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan
bahasa,perkembangan fisik dan kepribadian, karena anak didik harus dipandang
sebagai subyek/pribadi yang memiliki kedirisendirian dan kebebasan untuk
mencapai kedewasaannya.
Karakteristik berikutnya anak usia sekolah dasar sedang berkembang,
sehingga dalam perkembangannya harus sesuai tahap perkembangannya dan
dituntut perlakuan tertentu, artinya prilaku yang harus sesuai dengan anak usia
sekolah dasar. Potensi yang dimiliki oleh anak menuntut orang dewasa dalam hal
ini guru untuk mengembangkannya, sehingga memiliki ketergantungan kepada
pendidik namun tidak memperlakukan semena-mena dan tidak dipandang
sebagai objek tapi sebagai subyek.
Sejalan dengan itu Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan
individu yang sedang berkembang, barangkali tidak perlu lagi diragukan
keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik
maupun mental mengarah yang lebih baik, tingkah laku mereka dalam
menghadapi lingkungan social dan non social meningkat.
Ericson juga mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik kepada
pencapaian hasil belajar. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap
kemampuandan pencapaian yang baikdan relevan
IMPLIKASI PERANAN GURU TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR
Sebagaimana diuraikan diatas , dapat disimpulkan bahwa anakn usia
sekolah dasar adalah individu yang sedang berkembang baik secara fisik maupun
mental, perkembangan intelektual, perkembangan rasa percaya diri serta adanya
perbedaan individual baik dari segi intelegensi , kemampuan dalam kognitif dan
bahasa, perkembangan kepribadian dan fisik serta mentalnya.
Menyikapi karakteristik tersebut maka peran guru menjadi sangat dominan
untuk menumbuh kembangkan, menyelaraskan dan meningkatkan potensi,
karakter dan motivasi yang dimiliki peserta didik dengan segala karakteristiknya
sebagaimana tersebut diatas
Sebagaimana pendapat dari Pullias dan Young tentang peranan guru
terdapat 14 peranan diantaranya sebagai pendidik, pengajar sampai sebgai
kulminator. Dalam kaitan dengan peran guru di tingkat Sekolah Dasar penulis
berpendapat ada beberapa peran guru yang sangat menonjol, yaitu:
1. Guru sebagai pendidik
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, sehingga guru harus mampu menyampaikan
materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak, yang dilandasi dengan
sikap dan tingkah laku serta menjadi seorang yang berkepribadian, yang menjadi
suri teladan bagi peserta didiknya.
Hal ini berkaitan dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar sebagai
individu yang sedang berkembang baik secara fisik dan mental kearah yang lebih
baik, sehingga dalam prosesnya mereka akan mencari figure yang dapat
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK
SEMINAR PEDAGOGIK

More Related Content

What's hot

Pedoman penilaian dan evaluasi GLN
Pedoman penilaian dan evaluasi GLNPedoman penilaian dan evaluasi GLN
Pedoman penilaian dan evaluasi GLNMushlihatun Syarifah
 
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian Infografis
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian InfografisGerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian Infografis
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian InfografisIWAN SUKMA NURICHT
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Fppi Unila
 
kata aluan
kata aluankata aluan
kata aluanmgbkulim
 
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)EVI PAULINA SIMAREMARE
 
Panduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMKPanduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMKWalid Umar
 
Desain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolahDesain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolahMushlihatun Syarifah
 
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116 Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116 MJUNAEDI1961
 
Buku panduan pengajaran psv tahun 5
Buku panduan pengajaran psv tahun 5Buku panduan pengajaran psv tahun 5
Buku panduan pengajaran psv tahun 5tunteja2008
 
Peningkatan mutu kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta
Peningkatan mutu kompetensi  pendidik dan tenaga kependidikan sertaPeningkatan mutu kompetensi  pendidik dan tenaga kependidikan serta
Peningkatan mutu kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan sertaKank Hari
 
Panduan gln 2
Panduan gln 2Panduan gln 2
Panduan gln 2Edi Doank
 
Percepatan peningkatan mutu pendidikan
Percepatan peningkatan mutu pendidikanPercepatan peningkatan mutu pendidikan
Percepatan peningkatan mutu pendidikanMumun Mulyana
 

What's hot (19)

Pedoman penilaian dan evaluasi GLN
Pedoman penilaian dan evaluasi GLNPedoman penilaian dan evaluasi GLN
Pedoman penilaian dan evaluasi GLN
 
Luar kelas1
Luar kelas1Luar kelas1
Luar kelas1
 
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian Infografis
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian InfografisGerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian Infografis
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dalam Kajian Infografis
 
Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011Prosiding semnas u_pgri_2011
Prosiding semnas u_pgri_2011
 
kata aluan
kata aluankata aluan
kata aluan
 
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR (SD)
 
Panduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMKPanduan Gerakan Literasi SMK
Panduan Gerakan Literasi SMK
 
Desain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolahDesain induk gerakan literasi sekolah
Desain induk gerakan literasi sekolah
 
Panduan GLS di SD
Panduan GLS di SDPanduan GLS di SD
Panduan GLS di SD
 
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116 Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
Layout panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar 260116
 
Panduan pkkmb-2021
Panduan pkkmb-2021Panduan pkkmb-2021
Panduan pkkmb-2021
 
Panduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMPPanduan GLS di SMP
Panduan GLS di SMP
 
Buku panduan pengajaran psv tahun 5
Buku panduan pengajaran psv tahun 5Buku panduan pengajaran psv tahun 5
Buku panduan pengajaran psv tahun 5
 
Peningkatan mutu kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta
Peningkatan mutu kompetensi  pendidik dan tenaga kependidikan sertaPeningkatan mutu kompetensi  pendidik dan tenaga kependidikan serta
Peningkatan mutu kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan serta
 
Panduan gln 2
Panduan gln 2Panduan gln 2
Panduan gln 2
 
Percepatan peningkatan mutu pendidikan
Percepatan peningkatan mutu pendidikanPercepatan peningkatan mutu pendidikan
Percepatan peningkatan mutu pendidikan
 
DSKP SAINS TING 1
DSKP SAINS TING 1DSKP SAINS TING 1
DSKP SAINS TING 1
 
Hsp pseni kbsm1-5
Hsp pseni kbsm1-5Hsp pseni kbsm1-5
Hsp pseni kbsm1-5
 
Sicerdas konten
Sicerdas kontenSicerdas konten
Sicerdas konten
 

Viewers also liked

Social×tv 関連調査まとめ
Social×tv 関連調査まとめSocial×tv 関連調査まとめ
Social×tv 関連調査まとめuhuru_jp
 
ソーシャルエンタープライズの実現に向けて
ソーシャルエンタープライズの実現に向けてソーシャルエンタープライズの実現に向けて
ソーシャルエンタープライズの実現に向けてuhuru_jp
 
өндрийн харайлт
өндрийн харайлтөндрийн харайлт
өндрийн харайлтOyukaaa
 
Investors guide (fdi)
Investors guide (fdi)Investors guide (fdi)
Investors guide (fdi)vericau
 

Viewers also liked (9)

Week 3 de wijzer
Week 3  de wijzerWeek 3  de wijzer
Week 3 de wijzer
 
Ba cc week 4a
Ba cc week 4aBa cc week 4a
Ba cc week 4a
 
Social×tv 関連調査まとめ
Social×tv 関連調査まとめSocial×tv 関連調査まとめ
Social×tv 関連調査まとめ
 
ソーシャルエンタープライズの実現に向けて
ソーシャルエンタープライズの実現に向けてソーシャルエンタープライズの実現に向けて
ソーシャルエンタープライズの実現に向けて
 
өндрийн харайлт
өндрийн харайлтөндрийн харайлт
өндрийн харайлт
 
2.1
2.12.1
2.1
 
Ba cc week 3
Ba cc week 3Ba cc week 3
Ba cc week 3
 
Investors guide (fdi)
Investors guide (fdi)Investors guide (fdi)
Investors guide (fdi)
 
Week 4 de boer
Week 4  de boerWeek 4  de boer
Week 4 de boer
 

Similar to SEMINAR PEDAGOGIK

TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIA
TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIATEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIA
TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIAChon Seong Hoo
 
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017Teks perutusan kppm_hari_guru_2017
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017Anoi Edrieana
 
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019Puji Rahmawati
 
Prosiding FIXX SNP 19.pdf
Prosiding FIXX SNP 19.pdfProsiding FIXX SNP 19.pdf
Prosiding FIXX SNP 19.pdfAgungRosyadi1
 
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptx
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptxMateri Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptx
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptxNoviAyuLestariNingti
 
Format buku persediaan mengajar (1)
Format buku persediaan mengajar (1)Format buku persediaan mengajar (1)
Format buku persediaan mengajar (1)Azmeer Reemza
 
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...mustakinoffice365
 
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptx
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptxsosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptx
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptxDIGICOMMEDIASOLUTION
 
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdf
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdfPanduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdf
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdfFajar Baskoro
 
Panduan_Pengembangan_SMK.pdf
Panduan_Pengembangan_SMK.pdfPanduan_Pengembangan_SMK.pdf
Panduan_Pengembangan_SMK.pdfFajar Baskoro
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxreska7
 
MATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptxMATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptxagus75172
 
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdf
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdfProsiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdf
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdfputraangkasa1
 
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Bel...
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Bel...Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Bel...
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Bel...SMKN 2 KRAKSAAN
 
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Belajar Menuju Kom...
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Belajar  Menuju Kom...Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Belajar  Menuju Kom...
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Belajar Menuju Kom...RykhaAvadianWahyudi
 
merancang projek penguatan P3.pdf
merancang projek penguatan P3.pdfmerancang projek penguatan P3.pdf
merancang projek penguatan P3.pdfSumarniHadisek
 
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....RulisonMbolik
 
Guru penggerak.pptx
Guru penggerak.pptxGuru penggerak.pptx
Guru penggerak.pptxWidiya26
 
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 Paulus Robert Tuerah
 
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptxKetrosJumadi1
 

Similar to SEMINAR PEDAGOGIK (20)

TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIA
TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIATEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIA
TEKS PERUTUSAN HARI GURU TAHUN 2017 KETUA PENGARAH PELAJARAN MALAYSIA
 
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017Teks perutusan kppm_hari_guru_2017
Teks perutusan kppm_hari_guru_2017
 
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019
Prosiding SNP FKIP Universitas Tanjungpura Tahun 2019
 
Prosiding FIXX SNP 19.pdf
Prosiding FIXX SNP 19.pdfProsiding FIXX SNP 19.pdf
Prosiding FIXX SNP 19.pdf
 
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptx
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptxMateri Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptx
Materi Projek Penguatan Pelajar Pancasila dan Rahmatan Lil Alamin.pptx
 
Format buku persediaan mengajar (1)
Format buku persediaan mengajar (1)Format buku persediaan mengajar (1)
Format buku persediaan mengajar (1)
 
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...
5. Anitawati, M.Pd. Projek penguatan profil pelajar Pancasila_Puskurjar_16-19...
 
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptx
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptxsosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptx
sosialisasi SMA Plus Mutiara Insani.pptx
 
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdf
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdfPanduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdf
Panduan_Pengembangan_Projek_Penguatan_Profil_Pelajar_Pancasila.pdf
 
Panduan_Pengembangan_SMK.pdf
Panduan_Pengembangan_SMK.pdfPanduan_Pengembangan_SMK.pdf
Panduan_Pengembangan_SMK.pdf
 
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptxProjek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.pptx
 
MATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptxMATERI P5 Batusuki.pptx
MATERI P5 Batusuki.pptx
 
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdf
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdfProsiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdf
Prosiding-SNPFKIP-Untan-2021.pdf
 
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Bel...
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Bel...Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Bel...
Artikel Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Bel...
 
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Belajar Menuju Kom...
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Belajar  Menuju Kom...Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan  Merdeka Belajar  Menuju Kom...
Artikel Pengembangan Kurikulum berbasis KKNI dan Merdeka Belajar Menuju Kom...
 
merancang projek penguatan P3.pdf
merancang projek penguatan P3.pdfmerancang projek penguatan P3.pdf
merancang projek penguatan P3.pdf
 
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
Materi satu Persiapan Implementasi Projek penguatan profil pelajar Pancasila....
 
Guru penggerak.pptx
Guru penggerak.pptxGuru penggerak.pptx
Guru penggerak.pptx
 
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21 PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
PERAN GURU MENGHADAPI TUNTUTAN MORALITAS DI ABAD 21
 
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx
1_PPT_Projek (Rev 310522).pptx
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

SEMINAR PEDAGOGIK

  • 1.
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas karunia-Nya, kami dapat menyusun Prosiding Seminar Internasional Pedagogis yang Ke-6 dengan tema “The Development of Pedagogical Education From the Perspective of the 21st Century and Cooperation Asean Educator Community”. Proseding ini memuat 148 artikel yang dibentangkan selama tiga hari pelaksanaan seminar. Fokus kajian yang dibahas dalam proseding ini mencakup isu-isu yang berkembang dalam bidang pedagogik umum, etnopedagogi, pedagogik praktis, pedagogik kritis, pedagogik bahasa,dan pedagogik sosial. Dalam penyusunan prosiding ini, tentu akan ditemukan beberapa kelemahan atau kekurangan mendasar. Untuk itu kami mohon maaf dan maklum dari sidang pembaca atas kekurangan kami ini. Mudah-mudahan kritik dan saran yang membangun dapat siding pembaca sampaikan kepada kami agar agar proseding ini dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak. Semoga tujuan penyusunan proseding ini, yakni pertukaran informasi pendidikan antarnegara serumpun, dapat mencapai sasarannya. Selain itu, semoga saja temuan pemikiran yang terdapat di dalam proseding ini dapat diimplementasikan secara praktis dalam setting kependidikan. Lebih jauh lagi semoga hasil seminar antarbangsa ini berkontribusi bagi kejayaan negara serumpun, khususnya dalam bidang pendidikan dan peradaban moderen. Bandung, September 2015 Tim Editor
  • 3. ii Assalamualaikaum, Wr. Wb. Syukur ke Hadirat Illahi karena perkenan-Nya kita dapat melaksanakna seminar antarabangsa ini yang tentunya dapat membawa pencerahan dan kebaikan bagi kita semua, khususnya bagi dunia pendidikan di kawasan serantau IMTGT (Indonesia, Malaysia, Thailand, Growth Triangle). Selamat dan terima kasih kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Institut Pendidikan Guru Kampus Khas Kuala Lumpur, USAID- Indonesia, para penyaji dan peserta dari dalam dan luar negeri yang telah menyukseskan seminar antarabangsa ini. Seminar ini sangat penting, mengingat pendidikan berkualitas dan bertaraf dunia merupakan suatu keniscayaan dalam lanskap dunia yang telah mengglobal dan penuh tantangan. Semoga hal ini menggugah kita semua untuk lebih peduli dan berkomitmen pada pendidikan berkualitas untuk mempersiapkan generasi masa depan yang berakhlak mulia, cerdas, mandiri, kreatif, inovatif, demokratis sehingga dapat bersaing di era global. Saya berharap seminar internasional tiga negara serumpun ini dapat mencapai tujuannya dan dapat memberikan informasi terkini tentang upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan hasrat merealisasikan pendidikan unggul bertaraf dunia di masing- masing negara. Semoga lahir ide-ide bernas, komitmen tinggi untuk mengubah wajah dunia pendidikan kita ke arah yang lebih baik dan bermakna. Di samping itu terbangunnya jejaring akademik di peringkat nasional dan internasional yang berfokus pada pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam rangka membangun komunitas serantau dan masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang tangguh dan berjaya. Sekian. Terima kasih. Wassalam, Bandung, 15 September 2015 Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Prof. Dr. Ahman, M.Pd KATA SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  • 4. iii
  • 5. iv Assalamualaikaum, Wr. Wb. Terlebih dulu saya sebagai ketua Departemen Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan-UPI menyampaikan rasa syukur yang tidak terhingga karena izin-Nya saya diberi peluang menyampaikan sepatah dua patah kata dalam proseding, “Seminar Serantau Pedagogik ke-6” ini. Atas nama Civitas Academica Departemen Pedagogik, kami mengucapkan terima kasih dan selamat kepada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah berjaya menyelenggarakan seminar antarabangsa ini. Terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para penyaji, para peserta baik dari dalam dan luar negeri atas kontribusinya bagi terselenggaranya seminar ini. Semoga kegiatan ini akan memperkokoh kerja sama para pendidik, peneliti dan stakeholders di kawasan serantau secara lebih luas dan lebih mendalam dalam rangka membangun pendidikan yang berkualitas dan bermanfaat bagi semua. Amin. Sekian. Terima kasih. Wassalam, Bandung, 15 September 2015 Ketua Departemen PedagogikDr. Babang Robandi, M.Pd. KATA SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN PEDAGOGIK-FIP UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  • 6. v Assalamualaikaum, Wr. Wb. Mewakili semua dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, kami menyambut dengan senang hati atas terselenggaranya Seminar Internasional Pedagogik ke-6 ini dengan tema, “Pengembangan Pedagogik dari Prespektif Pendidikan Abad 21 dan Kerja Sama Komunitas Pendidik Serantau” yang disertai dengan penerbitan proceeding-nya. Mudah-mudahan seminar ini dapat turut mencerahi dunia pendidikan Indonesia juga mereka yang menjadi mitra seminar internasional ini. Seminar sebagai sebuah representasi dari kehidupan universitas harus merupakan kegiatan rutin, baik yang sifat publish formally maupun yang sifatnya berlangsungsecarainformaldiruang-ruangdiskusimaupundikelas.Seminaradalah sebuah bagian dari aktivitas pencarian para ilmuan. Mudah-mudahan dengan terus meneliti, menulis, menerbitkan dan seminar, suatu hari diperoleh temuan-temuan saintifik yang bermanfaat untuk kita semua. Sekian. Terima kasih. Wassalam, Bandung, 15 September 2015 Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dr. Dharma Kesuma, M.Pd. KATA SAMBUTAN KETUA PRODI PGSD-FIP UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  • 7. vi Assalamualaikaum, Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah, bahwa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Departemen Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia dapat menyelenggarakan Seminar Internasional PGSD Ke-6 dengan tema, “Pengembangan Pedagogik dari Perspektif Pendidikan Abad 21 dan Kerja Sama Komunitas Pendidik Serantau” bekerja sama dengan Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas Kuala Lumpur Malaysia. Seminar Pedagogik Serantau ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakan di UPI Bandung dan Perguruan Tinggi di Malaysia; bertujuan membangun budaya akademik di kalangan dosen/pensyarah, membangun jejaring kerja sama antarkomunitas pendidik, memfasilitasi ke arah kecemerlangan pendidikan taraf antarabangsa, dan lebih jauh berpartisifasi membangun tamadun yang lebih berjaya dan bermanfaat bagi semua pihak di kawasan serantau. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: Bapak Rektor UPI, Dekan FIP UPI, Pengarah IPGIK-KL, USAID Indonesia, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, jajaran panitia, para penyaji dan peserta seminar dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand; atas partisipasi, bantuan serta dukungan yang tak terhingga sehingga seminar ini dapat terlaksana. Akhir kata semoga seminar ini mencapai tujuannya, memberikan ruang serta jalan menyelesaikan bagi masalah pendidikan serta memberikan sumbangan keilmuan yang bermakna dan barokah bagi kemajuan pendidikan di Tanah Air dan Kawasan Serantau. Amin. Wassalam, Ketua Panitia Tatat Hartati, M.Ed, Ph.D. KATA SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR
  • 8. vii KATA PENGANTAR Kata Pengantar Editor.....................................................................................................i Kata Sambutan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan.....................................................ii Kata Sambutan Pengarah IPG Kuala Lumpur,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,iii Kata Sambutan Ketua Departemen Pedagogik FIP...................................................iv Kata Sambutan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar............................v Kata Sambutan Ketua Panitia......................................................................................vi DAFTAR ISI JILID II ETNO PEDAGOGIK ETNOPEDAGOGI DALAM KONTEKS MANAJEMEN STRATEGIK ORGANISASI KEPENDIDIKAN MODERN Linda Setiawati (UPI Bandung)....... 425 PEDAGOGIK PRAKTIS PENDIDIKAN ABAD KE 21: PENGINTEGRASIAN TERAPI MEDIA DALAM MEMBINA KEMAHIRAN BERFIKIR ARAS TINGGI Abd Razak bin Mohd Nawi (Institut Pendidikan Guru Malaysia,Cyberjaya).....431 KAEDAH PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN TOPIK FOTOGRAFI BAGI KURSUSTEKNOLOGIDALAMPENGAJARANDANPEMBELAJARAN:TINJAUAN DARI ASPEK MASALAH DAN CADANGAN PENAMBAHBAIKAN Aliza Adnan, Rosseni Din & Zahiah Binti Haris (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur, Malaysia & Universiti Kebangsaan Malaysia 43600 UKM Bangi).. ..... 439 PERANAN GURU DI SEKOLAH DASAR Ani Hendriani (UPI Bandung)....... 449 PEDAGOGIK PROFETIK ISLAM: SEBUAH WACANA PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER ANAK SHOLEH Arie Rakhmat Riyadi dan Juntika Nurihsan (UPI Bandung)....... 458 KEBERKESANAN PENGGUNAAN MONTAJ ANIMASI PERISIAN SKETCHUP TERHADAP PROSES PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN PELAJAR DIPLOMA
  • 9. viii PERANCANGAN BANDAR DAN WILAYAH, POLITEKNIK SULTAN ABDUL HALIM MU’ADZAM SHAH, JITRA, KEDAH, MALAYSIA. AzzatunisabintiAhmadZubir(PoliteknikSultanAbdulHalimMu’adzamShah)...........468 PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT PERSPEKTIF PEDAGOGIK AL GHAZALI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Babang Robandi (UPI Bandung)....... 478 APLIKASI PETA PEMIKIRAN I-THINK DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SEMASA PRAKTIKUM Chanthirasekar a/l Karpan & Ruslin Bin Ekon (Institut Pendidikan Guru Kampus Keningau, Sabah)....... 490 PENGARUH METODE LATIHAN DAN KOORDINASI TERHADAP KETERAMPILAN LOMPAT JANGKIT Ellen Bernadet Lomboan (Universitas Negeri Manado)....... 501 IDENTIFIKASI KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA GEMPA BUMI TERINTEGRASI DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SEKOLAH DASAR KOTA BENGKULU Endang Widi Winarni & Feri Noperman (Universitas Bengkulu)....... 508 MENUMBUHKAN GREEN BEHAVIOR PADA ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN PROYEK Ernawulan Syaodih & Hany Handayani (UPI Bandung)...... 521 PENGEMBANGAN LKS PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TEMA BERMAIN DENGAN BENDA-BENDA DI SEKITAR Ghullam Hamdu & Friska Risdiani (UPI Tasikmalaya)....... 529 APLIKASI PETA PEMIKIRAN I-THINK DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN LITERASI NOMBOR Haslina binti Jaafar & Khalidah binti Othman (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 541 KEBERKESANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KOPERATIF DALAM KALANGAN PRA-SISWA PENDIDIK DI INSTITUT PENDIDIKAN GURU KAMPUS PENDIDIKAN TEKNIK Haslinah Abdullah (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik, Negeri Sembilan)....... 547 IMPLEMENTASISCIENTIFICAPROACH DALAMRPP KELAS4SDPERCOBAAN
  • 10. ix DI KABUPATEN MAGETAN PADA KURIKULUM 2013 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Ibadullah Malawi, Dewi Tryanasari, & Edy Riyanto (IKIP PGRI Madiun)... 556 KEMAHIRAN MENAAKUL DALAM PENULISAN REFLEKSI PENGAJARAN PELAJAR PRAKTIKUM Idrus Saaidy bin Maarof & Badrul Hisham bin Mokhtar (Institut Pendidikan Guru Kampus Tawau, Sabah)....... 564 PENGGUNAAN SOALAN HOTS DALAM KALANGAN PENSYARAH Ismail Hj Raduan & Ramesh Rao (IPGKIK Kuala Lumpur)...... 571 INOVASI DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN Janain Burut & Ramlee Mustapha (Universiti Pendidikan Sultan Idris,Tanjung Malim, Perak)....... 579 APLIKASITEORI‘WHOLEBRAIN’DALAMPENGAJARANDANPEMBELAJARAN SAINS : SATU KAJIAN KES Kartini Abdul Mutalib & Ahamad Shabudin Yahaya (Institut Pendidikan Guru Kampus Pendidikan Teknik, Enstek Negeri Sembilan)....... 585 TEACHER TALK: INFUSING HUMOUR IN THE CLASSROOM Kuruvilla C.K. Joseph1 & Ramesh Rao Ramanaidu (IPGKIK, Kuala Lumpur)....... 596 DARI TEORI KE PRAKTIKAL : SATU PENGENALAN KONSEPTUAL MODEL REGGIO EMILIA DALAM PENDIDIKAN AWAL KANAK-KANAK Latifah Binti Monnas (Institut Pendidikan Guru Kampus Tawau, Sabah)..... 605 REKABENTUK PEMBELAJARAN AUTHENTIK MENGGUNAKAN OVT (DESIGNING OF AUTHENTIC LEARNING USING OVT) Mahamsiatus Kamaruddin, Faridah Hanim Yahya, Hafiza Abas, & Kamarudin Suib (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik Enstek, Negeri Sembilan)....... 612 INOVASI PENATARAN MAKLUMAT SECARA EMEL BERKUMPULAN: SATU KAJIAN KES DI IPG KAMPUS PENDIDIKAN TEKNIK Mohamed Nazul Ismail, Kamsiah binti Ab Rashid, Muaaz Muhammad, Normala Mohd,& Sabariah Ismail (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 619 U-LEARNINGENABLEDNEARFIELDCOMMUNICATION(NFC)TECHNOLOGY & TOUCHING LEARNING ENVIRONMENTS. M.Nadarajan s/o Manickam A. Santha d/o Arumugam (Institut Pendidikan Guru Kampus Keningau, Beg Berkunci No 11, 89009 Keningau, Sabah)....... 625
  • 11. x PENGARUH PEMBELAJARAN BERASASKAN INKUIRI TERHADAP PENCAPAIAN TIMMS DALAM PERSEKITARAN PEMBELAJARAN ABAD KE-21 Naquiah Binti Safian (SMK Engku Husain Lengkap)....... 631 TAHAP KEMAHIRAN INTERPERSONAL DAN KEMAHIRAN TEKNIKAL DALAM KALANGAN GURU PEMBIMBING Norlela bt. Ali, Firdaus bt.Abd Fatah,& Mohd Munaim bin Mahmud (IPGKIK Kuala Lumpur & Sekolah Kebangsaan Taman Nirwana, Selangor)....... 639 LINKING THEORY TO PRACTICE: A PRELIMINARY EXPLORATION Ramesh Rao Ramanaidu & Kuruvilla C.K. Joseph (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 647 PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN ASAS GRAFIK MELALUI WEBLOGS Rosnah binti Ahmad Zain (IPG Kampus Pendidikan Islam, Bangi Selangor)....... 655 AMALAN GURU-GURU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENGAJARAN AYAT KEFAHAMAN Rozita Md.Noh, Zaradi Sudin, Prof. Madya & Mohd. Aderi Che Noh (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur, & Universiti Kebangsaan Malaysia)....... 663 KUNJUNGAN KELAS UNTUK PERBAIKAN PEMBELAJARAN Ruswandi Hermawan (UPI Bandung)....... 675 PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TEMATIK DI SEKOLAH DASAR Sandi Budi Iriawan (UPI Bandung)....... 681 PEMIKIRAN REFLEKTIF DALAM KALANGAN SISWA PENDIDIK Shamsiah Md Nasir & Nil Farakh Sulaiman (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik, Negeri Sembilan).......697 LITERASI ICT DALAM KALANGAN GURU PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN SEKOLAH-SEKOLAH RENDAH Shukri bin Zain & Mohd Adli bin Abdullah (Universiti Malaysia Sabah)..... 707 EXPLORING ACADEMIC ACHIEVEMENT OF PRE-SERVICE TEACHERS THROUGH BLENDED LEARNING Suci Utami Putri (UPI Kampus Purwakarta)....... 719 AMALAN PEDAGOGI SISWA GURU SEMASA PRAKTIKUM FASA II, 2014
  • 12. xi Syed Ismail Syed Mustapa, Noor Fitriyati Abd. Samad, & Ahmad Subki Miskon (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 726 BUILDING AUTHORITY IN LEARNING Pupun Nuryani (UPI Bandung)....... 746 PERENCANAAN MUTU SEKOLAH DASAR (REKAYASA ULANG MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH) Zoya Febrina Sumampow (UNIMA Manado)....... 754 PEDAGOGIK KRITIS PEDAGOGI PERSEKOLAHAN INDONESIA Dharma Kesuma (UPI Bandung)....... 762 SOS! WHY DO WE NEED TO STUDY LITERATURE, MADAM? Nil Farakh Sulaiman (Institut Pendidik Guru Kampus Pendidikan Teknik, Kompleks Pendidikan Nilai, 71760 Bandar Enstek, Negeri Sembilan)....... 766 ANALISIS TAKSONOMI BLOOM DALAM PENILAIAN VOKASIONAL: CADANGAN SATU TAKSONOMI BARU Norhazizi Lebai Long & Ramlee Mustapha (Fakulti Pendidikan Teknikal Dan Vokasional Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjong Malim, Perak)...... 777 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMALAN KITAR SEMULA DALAM KALANGAN PELAJAR SEKOLAH MENENGAH DI MAJLIS PERBANDARAN AMPANG JAYA Pn. Kalsom Binti Badrus, Pn. Chin Yoon Poh, En. Mohd. Aqsa Bin Hj. Hussin,& Pn. Siti Salmiah Binti Mohd. Alias (Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur)....... 785 ANALISIS KECURANGAN AKADEMIK DALAM KALANGAN GURU PELATIH PERGURUAN DI MALAYSIA. Ramlan Bin Mustapha, Che Lah Bin Che Mamat, & Fauzi Bin Hassan (IPG Kampus Tengku Ampuan Afzan, Kuala Lipis Pahang)....... 800 REFORMASI PENGEMBANGAN GURU Sri Aryani (STKIP PGRI Sukabumi)....... 815 BUKU TEKS SEBAGAI BAHAN AJAR YANG BERWAWASAN GENDER Sri Astuti (UHAMKA Jakarta)....... 824
  • 13. xii REVITALISASI TRIPUSAT PENDIDIKAN DARI KI HADJAR DEWANTARA DALAM RANGKA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Tatang Syaripudin (UPI Bandung) PETA KE ARAH KEJAYAAN DALAM PENGAJIAN PERNIAGAAN Chiew Wye Mei & Lim Zek Chew .......829
  • 14. 425 ETNOPEDAGOGI DALAM KONTEKS MANAJEMEN STRATEGIK ORGANISASI KEPENDIDIKAN MODERN Linda Setiawati Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: lindasetiawati_setiawati@yahoo.com. Abstract Ethnopedagogy is an education study and education practice that concerned with natural superiority value which is played by human. But sometimes in its implementation is often appeared contradictive with the existed phenomenon. For example, in the implementation of natural role and the function of management that is done by individual in an educational organization, recently it is still fueled by engineer. Whereas all of organization with its strategic is surely try to rise even develop self character each other that is surely want to join on the concrete of rank level, factual, and natural, also not contain much of side engineer that inflict achievement of vision and mission. Through this simple paper, the writer tried to analyze based on character and ethnopedagogy in an educational organization based on strategic management which is natural. Keywords: Ethnopedagogy, Strategic management, Modern educational. PENDAHULUAN Berbicara etnopedagogi pada dasarnya tidak akan terlepas dari proses bagaimana seorang pendidik mampu mengelola peran dirinya dalam mendidik orang lain. Dengan demikian dalam analisis fungsi etnopedagogi diperlukan suatu kemampuan individu pendidik yang melaksanakannya secara matang. Artinya bahwa dalam mendidik diperlukan suatu kepribadian yang matang. Jadi kematangan ini tidak bisa tumbuh dengan sendirinya melainkan harus dilatih dan dibentuk. Sebagai contoh ketika seseorang ingin menjadi guru, maka ia tidak bisa mengandalkan keturunan dari orang tuanya yang berprofesi sebagai guru, demikian juga tidak bisa mengandalkan hanya dari hasil membaca buku bagaimana menjadi guru yang baik. Namun untuk memperoleh nilai-nilai kematangan yang dimaksud maka seseorang harus mengikuti tahapan pendidikan yang mengedepankan fungsi naluri, alamiah, interaksi, penempaan dalam bentuk lingkungan sekitar yang mendukung baik formal, informal, maupun nonformal. Dari sejumlah fungsi-fungsi di atas maka ada nilai-nilai budaya yang sudah biasa dan tumbuh berkembang di lingkungan alam dimana individu yang berusaha menjadi pihak pendewasa, pendidik, guru, pamong, tutor akan merasakannya dan membutuhkannya. Maka nilai-nilai tersebut cukup memberikan penyadaran bahwa dalam menerapkan ilmu mendidik tidak bisa sederhana, namun banyak variabel yang terikat di dalamnya. Dari analisis ini maka munculkan konsep “etno” yang berarti kembali ke alam, dan disandingkan dengan ‘pedagogi” atau ilmu mendidik. Maka makna dari etnopedagogi sebenarnya berusaha meneguhkan tentang konsep yang dikemukakan oleh J. Longeveld (et.all), yang menyatakan bahwa
  • 15. 426 pedagogi berarti ilmu mendidik yang dikaji dan dianalisis serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berada di lingkungan tertentu dengan karakter yang khas yang mampu diformulasikan oleh para pendidiknya menjadi bahan untuk melaksanakan proses pendidikan itu sendiri, apakah transfer knowledge, Sikap, keterampilan, karakter, kompetensi, maupun kepribadian secara simultan dan terus menerus. Jika dianalisis lebih jauh lagi dengan menggunakan perspektif manajemen, maka terdapat suatu peluang dalam mengembangkan trend Etnopedagogi untuk memenuhi pembentukan individu para pendidik yang mampu mengelola peluang dan perannya dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik. Sebagai contoh ketika seseorang berprofesi sebagai pendidik, lantas ia juga memperoleh tugas tambahan sebagai pejabat struktural, maka ia harus mampu menerapkan nilai- nilai ke “etno” annya berdasarkan dukungan lingkungan alamiah yang ada disekitarnya. Dimana lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan organisasi ataupun lingkungan orang yang dipimpinnya. Jika kemampuan dalam mengelola lingkungan organisasi dimana seorang pendidik itu berada dan ternyata tidak mampu mengendalikannya, maka ia akan tergelincir dalam ketidakberdayaan dan akhirnya ia tidak mampu untuk melaksanakan prinsip etnopedagogi dalam konteks manajemen pendidikan. Fenomena kegagalan dalam menegaskan konsep dan penerapan “Etnopedagogi” jika dikaitkan dengan perspektif manajemen ini banyak sekali yang tidak berhasil. Dari analisis ini maka penulis berupaya untuk menganalisisnya lebih mendalam, sehingga mampu dihasilkan suatu pendekatan baru dan pendefinisian tentang etnopedagogi dari perspektif manajemen pendidikan. ANALISIS TERKINI ETNOPEDAGOGI Aplikasi Etnopedagogi Dalam Manajemen Pendidikan Dalam kajian etnopedagogi sudah pasti ada suatu analisis terhadap budaya lokal, namun demikian budaya lokal yang dimaksud bukan berarti budaya lokal yang tradisional yang hanya hidup di masyarakat terpencil, dipedesaan, dan bahkan hidup di alam bebas, namun budaya lokal yang menjadi pemicu konsep Keetnoan ini bisa saja budaya organisasi. Budaya organisasi yang berkembang dengan sendirinya namun dikontrol oleh individu yang memerankannya maka jika dioptimalkan dalam kajian etnopedagogi akan lebih strategis. Kenapa demikian mengingat dalam upaya pemberdayaan kemampuan alami itu diperlukan suatu pengelolaan lingkungan atau mengelola organisasi dimana nilai-nilai keetnoannya tumbuh dan berkembang. Namun dalam perkembangannya masih harus terus memegang aspek moral yang berlaku , seperti yang dijelaskan oleh Juriah, Nurul (2014), sebagai Model Orientation (the rationale and development of a model) and Component Model (syntax learning). Jika seorang pemimpin ataupun yang dipimpin dalam sebuah organisasi kelembagaan yang berkembang sesuai dengan kondisi kompetitif tertentu, maka keaslian etno dalam memberlajarkan mereka untuk mampu tetap survive dalam melaksanakan fungsi-fungsi keorganisasiannya. Terlebih jika organisasi tersebut bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan demikian aspek manajemen pendidikan akan menjadi sasaran etnopedagogi yang menantang.
  • 16. 427 Dari kondisi di atas jika kita mau bersinergis antara tugas sebagai pendidik dengan tuntutan tugas keetno-an yang dewasa ini akan dipengaruhi oleh kondisi alamiah organisasi dimana kita bertugas. Sebagaimana kita analisis bahwa ciri kearfian lokal yang harus dijadikan landasan melakukan implementasi dari etnografi dalam konteks Manajemen Pendidikan, diantaranya berbasis kepada kearifan lokal dimana ciri kearifan local adalah: (1) berdasarkan pengalaman (2) teruji setelah digunakan berabad-abad (3) dapat diadaptasi dengan kultur kini (4) padu dalam praktik keseharian masyarakat dan lembaga (5) lazim dilakukan oleh individu atau masyarakat secara keseluruhan (6) bersifat dinamis dan terus berubah (7) sangat terkait dengan sistem kepercayaan (Alwasilah, A. Chaidar, 2006, Tujuh ayat etnopedagogi, htt://beta.pikran-rakyat.com, 21 Juli 2006 azwirdafrist , 2008). Manajemen Strategis Untuk Etnopedaogi Analisis sebaliknya dari fenomena di atas, menunjukkan bahwa manajemen strategis pada dasaranya pasti ada dalam setiap individu pendidik, dimanapun ia bertugas sebagai pendidik. Sebagaimana penulis kutip pendapat dari Alwasilah (2012:13), bahwa dalam kajian etnopedagogi ada salah satu rekomendasi mengenai aspek” Sinergi antara pemerintah daerah, PT dan pelaku kebudayaan untuk mengembangkan potensi akademik dan pedagogik”. Dalam kajian manajemen strategik yang dapat dilaksanakan oleh seorang pendidikan, maka salah satu kunci keberhasilannya dapat kembali kepada Dari penerapan manajemen strategik ini maka visi dari pendidikan masa depan sebagaimana dikemukakan oleh Morin (1999), bahwa ada 7 materi yang mendukung visi pendidikan masa depan, yaitu mencakup: (1) mendeteksi kekeliruan ilusi; (2) prinsip keterkaitan pengetahuan; (3) mengajarkan kondisi menusiawi; (4)Jati diri Bumi; (5) menghadapai ketidakpastian; (6) memahami satu sama lain; (7) etika manusia. Dari analisis visi tersebut maka visi sebuah organiasai yang bergerak dalam bidang pendidikan harus mampu mendefinisikan peluang-peluang adanya nilai etno pada setiap kajiannya sebagaimana pada kajian yang berhubungan dengan upaya mendeteksi kekeliruan yang terjadi dan berusaha membawanya ke dalam kondisi yang alamiah. Berikut tinjauan masing- masing analisis visi pendidikan masa depan berdasrkan perspektif manajemen strategik etnopedagogi, yaitu: 1. Medeteksi kekeliruan; Dalam sebuah organisasi pendidikan, maka kealamihan sebagai salah satu nilai etnopedagogi biasanya banyak sekali ditemukan kekeliruan yang kurang bisa diterima oleh pihak luar diri individu yang berada dalam organisasi yang dimaksud. 2. Keterkaitan Pengetahuan; Keterkaitaan pengetahuan, biasanya secara alamiah akan menjadi tantangan tersendiri, dan menjadi target mutu organisasi pendidikan yang dimaksud. Kealamiahan individu manusia selaku pemeran dalam organisasi pendidikan, maka strategi yang tepat dalam menyebarluaskan pengetahuan yang ia miliki akan berhadapan dengan budaya organisasi dan kebiasaan para anggota organisasi yang berada di dalamnya. Dalam konteks ini sebuah manajemen yang mampu memfungsikan dan mengoptimalkan kinerjanya secara alami, maka ia
  • 17. 428 akan menjadi lebih berhasil dalam implementasi keetnograpiannya yang sekaligus akan sukses pula keetnopedagogikannya. 3. Mengajarkan kondisi manusiawi. Dalam sebuah organisasi kependidikan, khususnya dalam upaya mengajak, memberdayakan dan menghimbau agar semua sejawat ataupun atasan dan bawahan merasa nyaman ketika melaksanakan tugasnya masing-masing. Dengan kembali ke kondisi alamiah apa adanya yang dimiliki oleh sebuah organisasi pendidikan maka nuansa Etnopedagogi dapat dengan mudah bisa diwujudkan. Kondisi seperti inilah pada dasarnya dapat dipandang sebagai upaya strategik dalam mengenalkan atau menyadarkan kembali kepada semua pengelola orgnisasi untuk dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemennya yang lebih menghargai nilai-nilai kemanusiawiannya. 4. Jati diri Bumi; Sebenarnya yang dimaksud dengan jati diri bumi, dapat dikategorikan menjadi jati diri kepribadian bangsa Indonesia, dimana sudah pasti lembaga pendidikan dengan penerapan manajemen strategisnya sudah pasti memiliki karakter “bumi sendiri” dimana tempat berpijak dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemennya selama ini. Bumi merupakan alamiah adanya, dan manusia serta organisasi yang ada di dalamnya hanya dapat menikmati dan menempatkan dirinya dalam setiap kegiatan manajemennya. Melalui analisis etnopedagogi ini, maka semua pendekatan yang menuntut adanya upaya kembali ke alam dapat dengan mudah akan terbentuk oleh individu yang bersangkutan. 5. Menghadapi ketidakpastian; Dalam dunia organisasi kelembagaan pendidikan, maka sudah tidak bisa menghindari kondisi kompetitif yang terjadi baik yang diciptakan maupun yang memang menimpa secara alami kepada lingkungan organisasi yang dimaksud. Sebagaimana penulis yang selama ini melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi manajemen maka dapat menganalsis lebih dalam mengenai sejumlah kondisi yang kurang menguntungkan. Jika dituntut untuk mampu memenuhi target fungsi manajemen dari organisasi yang dipimpinnya maka tiada lagi kata kunci yang harus diamalkannya, yaitu mampu memberikan solusi atas ketidakpastian yang terjadi selama ini. Salah satu jawabannya atas ketidakpastian di lingkungan organisasinya dapat diwujudkan dalam bentuk etnopedagogi manajemen strategik. 6. Memahami satu sama lain; Memahami satu sama lain merupakan kondisi alamiah yang dimiliki oleh semua individu dalam suatu manajemen organisasi kependidikan. Antara pimpinan dengan bawahan begitu juga sebaliknya, maka akan dihadapkan pada kondisi dimana kedua belah pihak harus mampu seirama dalam melaksanakan tugas dan harmonis dalam menempatkan dirinya dalam kurun waktu yang cukup lama. Maka esensial dari etnopedagogi yang dapat dilakukan dalam organisasi dengan penerapan manajemen strategis ini adalah berusaha semua pihak mengenal, memahami, dan memberikan solusi dalam setiap tugas-tugas individunya agar
  • 18. 429 mereka mampu memperoleh kajian yang lebih mawas diri dan saling mendorong satu sama lain sehingga bisa maju dan berkembang bersama. 7. Etika manusia Manusia sebagai pimpinan mampu memimpin organisasi kependidikannya, maka ia secara alamiah akan mampu juga menerapkan etika dan sekaligus norma secara alami. Kondisi ini akan berbeda dengan mahluk lainnya, bahkan jika individu manusia memiliki peran tertentu dalam organisasi kependidikan, maka ia akan secara sadar ataupun tidak sadar terus berusaha untuk kembali kepada kodratnya, yang terus berusaha untuk menunjukkan kemampuannya, kompetensinya sehingga organisasinya bisa berkembang dengan baik. Inilah karakter yang dapat dengan tegas ditunjukkan oleh individu yang dimaksud sebagai perwujudan dari manajemen strategik dalam penerapan etnopedagogi. Dari telaah ciri kealamiahan dari kajian filosofis tentang etnopedagogi dalam konteks manajemen strategik, maka implementasinya tidak akan lepas dari nilai- nilai kealamiahan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan organisasi kependidikan itu sendiri. Adapun manajemen strategis yang diberlakukan oleh semua unit, pimpinan dan bawahan akan banyak mempengaruhi perilaku-perilaku kealamiahan (etno) sesuai dengan karakter organisasinya. SIMPULAN Etnopedagogi dalam konteks manajemen strategis untuk suatu organisasi kependidikan yang modern akan terus dituntut dalam rangka mewujudkan keajegan nilai-nilai dari kealamiahannya masing-masing. Artinya bahwa setiap organisasi kependidikan yang menuntut penerapan dari etnograpi akan lebih mudah dilihat, diraskan dan bahkan dikembangkan oleh individu sesuai perannya dalam organisasi kependidikan melalui fungsi dan perannya secara alamiah. Namun demikian ada suatu tantangan dari para pemeran fungsi manajerial sebuah organisasi kependidikan, ketika harus secara utuh mampu menerapkan nilai-nilai etnopedagogi sehingga organisasinya mampu berkembang secara alami, yaitu mengenai upaya merefleksikan kembali makna dari etnopedagogi yang mungkin akan bergeser menjadi etnografi, dan bahkan etnomanagerial. Dimana ketiganya akan saling bersinggungan takkala diperankan oleh individu anggota atau pemeran organisasi kependidikan yang dimaksud. Lebih lanjut jika analisis dilakukan maka akan memberikan peluang kepada reposisi nilai-nilai etnopedagogi diantara setiap fungsi manajemen secara strategik dan efesien yang biasanya sama-sama mampu diperankan oleh semua fungsi manajemen yang ada. DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. C. (2006). Tujuh ayat etnopedagogi. http://beta.pikran-rakyat.com. (21 Juli 2006 azwirdafrist , 2008). Malihah, E. tersedia di : http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032- ELLY_MALIHAH/ETNOPEDAGOGI_%28Final_Version%29.pdf. (Diakses tahun 2015). Morin, E. (1999). Seven complex Elsson in Education for future. New York: Unesco Publishing.
  • 19. 430 Zuriah, N. (2014). Analisis Teoritik tentang Etnopedagogi Pendidikan Kewarganegaraan. (Sumber: http://sosiohumanika-jpssk.com/analisis- teoritik-tentang-etnopedagogi-pendidikan-kewarganegaraan/).
  • 20. 431 PENDIDIKAN ABAD KE 21 : PENGINTEGRASIAN TERAPI MEDIA DALAM MEMBINA KEMAHIRAN BERFIKIR ARAS TINGGI Abd Razak bin Mohd Nawi Institut Pendidikan Guru Malaysia,Cyberjaya E-mail: abdrazak.nawi@ipgm.edu.my Abstrak Pendidikan adalah nadi pembangunan sesuatu bangsa dan negara. Tanpa sistem pendidikan yang terancang dan berkembang sejajar dengan keperluan dan perkembangan zaman, maka bolehlah dianggap bangsa atau negara tersebut telah gagal dalam melaksanakan tanggungjawabnya memartabatkan sesuatu bangsa atau negara. Peranan sistem pendidikan khusus di abad ke-21 adalah sangat penting dalam pembangunan sesebuah negara. Pendidikan yang berkualiti dan cemerlang merupakan wahana usaha membangunkan generasi alaf baru. Sistem pendidikan negara memerlukan usaha-usaha yang strategik yang boleh meningkatkan keupayaan dan kemampuan amalannya ke tahap kualiti yang tingggi dan cemerlang agar dapat menangani cabaran-cabaran abad ke-21. Selanjutnya dunia era globalisasi kini memperlihatkan perkembangan ilmu yang sangat pantas. Kemajuan dalam teknologi maklumat memberi kesan secara langsung atau tidak langsung dalam kehidupan dan sistem pendidikan. Perubahan demi perubahan yang berlaku itu turut membawa bersama isu dan cabaran dalam sistem pendidikan kita. Kemahiran berfikir aras tinggi merupakan satu elemen yang penting terkandung dalam pendidikan abad ke 21. Setiap murid perlu menguasainya dan faham dalam mengaplikasikannya mengikut masa dan keperluan. Untuk memastikan setiap murid mampu menguasai sekurang- kurangnya aras analisis dan sintesis, strategi pengajaran dan pendekatan terapi digunakan dalam membantu murid membina keyakinan diri dan melatih pemikiran yang lebih rasional serta dapat melihat semua aspek penyelesaian secara total. Kajian ini menggunakan kaedah Kuasi Eksperimental dan penyelidikan ini bertujuan untuk mengenal pasti keberkesanan pendekatan Terapi Media bagi meningkatkan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dikalangan murid sekolah rendah tahun 4. Terapi Media yang dimaksudkan dalam penyelidikan ini adalah kombinasi daripada tiga media utama, iaitu (1) pengunaan video (mengandungi unsur kecindanan atau lawak jenaka) (2) penggunaan Grafik Statik yang menarik; dan (3) penggunaan musik audio. Subjek kajian terdiri daripada 50 orang murid sekolah rendah tahun 4 yang dibahagikan kepada dua kumpulan, iaitu (a) kumpulan terapi dan (b) kumpulan kawalan. Instrumen pengumpulan data mencakupi ujian pra dan pasca, soalselidik dan temu bual. Hasil dapatan kajian menunjukkan bahawa terdapat peningkatan keputusan min skor yang signifikan dalam menyelesaikan soalan KBAT setelah terapi media diperkenalkan kepada kumpulan terapi berbanding pengajaran tanpa terapi media. Disamping itu hasil soalselidik dan temu bual juga menunjukkan murid –murid di dalam kumpulan terapi lebih seronok belajar dan aktif terlibat dalam aktiviti pembelajaran yang dilaksanakan guru. Mereka menunjukkan minat yang sangat positif dalam setiap sesi pembelajaran. Rumusannya boleh dinyatakan bahawa melalui terapi media
  • 21. 432 murid – murid dapat menguasai KBAT secara semulajadi dan tanpa paksaan serta yang lebih menarik, mereka seronok dalam proses pembelajaran. Kata kunci: terapi, pendidikan abad ke 21, KBAT, globalisasi, cabaran abad ke-21 PENDAHULUAN Kekuatan dan kemajuan sesebuah negara adalah terletak kepada tahap ilmu dan kemahiran yang dikuasai oleh rakyat negara tersebut. Oleh itu, sistem pendidikan diberi mandat yang besar untuk menyampaikan ilmu dan kemahiran kepada rakyatnya. Sehubungan dengan itu Malaysia telah mengalami tranformasi dalam bidang pendidikan. Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 menekankan kepada konsep kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) untuk melahirkan murid yang dapat berdaya saing dalam abad ke 21. Kemahiran Berfikir Aras Tinggi (KBAT) ialah keupayaan untuk mengaplikasikan pengetahuan, kemahiran dan nilai dalam membuat penaakulan dan refleksi bagi menyelesaikan masalah, membuat keputusan, berinovasi dan berupaya mencipta sesuatu (Lembaga Peperiksaan Malaysia 2013). Ini bermakna KBAT memerlukan proses kemahiran berfikir secara intelek dengan pemikiran yang meluas serta mendalam sama ada mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau menyelesaikan masalah. Masyarakat berfikir ialah masyarakat yang berwibawa, produktif, optimistik kepada perubahan, berfikiran jauh, bersifat futuristik, dapat mempengaruhi proses membuat keputusan, mempunyai idealisme dan cita rasa yang tinggi, mempunyai nilai intelektual dan moral yang unggul, bersifat demokratik dan dapat membina dan mempertahankan nilai-nilai hidup yang menjamin kesejahteraan dan kebajikan ahli masyarakat. Bagi mencapai hasrat Wawasan 2020 dan Wawasan Pendidikan maka sistem pendidikan diharapkan memainkan peranan utama untuk menghasilkan rakyat yang bukan sahaja berpengetahuan dan berketerampilan tetapi juga boleh berfikir secara kritis dan kreatif, serta boleh membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan cekap dan bijak. Kebolehan berfikir dengan berkesan sangat penting dalam dunia yang semakin kompleks dan canggih. Menghadapi cabaran-cabaran kehidupan seharian tidak hanya memerlukan pengetahuan yang cukup tetapi juga kemahiran mengaplikasikan pengetahuan itu dalam pelbagai situasi. Perkembangan seimbang seorang murid penting bagi melahirkan generasi yang dapat menyesuaikan diri dengan cabaran-cabaran dunia yang kian kompleks. Sehubungan itu, pelbagai dasar dan pembaharuan pendidikan dilaksanakan kerajaan bertujuan memantapkan proses pembelajaran dan pengajaran di sekolah. Matlamat akhirnya sudah tentu untuk menghasilkan anak didik yang mampu memberi sumbangan kepada agama, bangsa dan negara. Antara cabaran terbesar dihadapi oleh guru pada abad ke-21 ialah perkembangan teknologi maklumat dan komunikasi. Tidak dinafikan perkembangan semasa memberi kesan kepada proses sahsiah, terutama murid. Bagi melahirkan murid yang
  • 22. 433 memenuhi hasrat visi dan misi negara, maka para pendidik dan guru-guru pelatih perlulah dilengkapkan dengan pelbagai ilmu pembelajaran abad ke-21. Antara ciri- cirinya adalah guru tersebut perlu menguasai subjek (kandungan kurikulum), mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran dan pembelajaran). Selain itu, guru itu juga perlu memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka. Para guru juga perlu memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology) serta memiliki kemahiran kaunseling. Rajendran (2014) menyatakan KBAT merupakan aras yang paling tinggi dalam hieraki proses kognitif. Ini berlaku apabila seseorang mendapat maklumat baharu, menyimpan dan memeri, menyusun, serta mengaitkannya dengan pengetahuan sedia ada dan akan memanjangkan maklumat itu untuk mencapai sesuatu tujuan atau penyelesaian situasi yang rumit. Menurut Bereiter dan Scardamalia (1987), murid perlu dilatih mengambil bahagian dalam menentukan objektif, mewujudkan wacana, menentukan tindakan motivasi, analitik dan inferens yang dinamakan ‘literasi tinggi’. Som dan Mohd Dahlan dalam Rajendran (2014) menyatakan Kemahiran Berfikir Aras Rendah (KBAR) pula merujuk kepada penggunaan pemikiran secara terhad. Hal ini dapat dilihat apabila murid hanya disogokkan dengan jawapan-jawapan yang menjadikan mereka malas untuk berfikir. Selanjutnya dunia era globalisasi kini memperlihatkan perkembangan ilmu yang sangat pantas. Kemajuan dalam teknologi maklumat memberi kesan secara langsung atau tidak langsung dalam kehidupan dan sistem pendidikan. Perubahan demi perubahan yang berlaku itu turut membawa bersama isu dan cabaran dalam sistem pendidikan kita. Kemahiran berfikir aras tinggi merupakan satu elemen yang penting terkandung dalam pendidikan abad ke 21. Setiap murid perlu menguasainya dan faham dalam mengaplikasikannya mengikut masa dan keperluan. Untuk memastikan setiap murid mampu menguasai sekurang- kurangnya aras analisa dan sintesis, strategi pengajaran dan pendekatan terapi digunakan dalam membantu murid membina keyakinan diri dan melatih pemikiran yang lebih rasional serta dapat melihat semua aspek penyelesaian secara total. Dalam Model Taksonomi Bloom (1956) , kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) merupakan empat aras yang tertinggi iaitu : i. Aplikasi - Penggunaan maklumat di dalam situasi yang relevan. ii. Analisis - Memecahkan maklumat kepada beberapa bahagian kecil supaya boleh memahami sesuatu perkara dengan lebih jelas. iii. Sintesis - Maklumat dikumpul dan membina struktur baru yang berbeza daripada keadaan yang asal. iv. Penilaian - Menilai kembali apa yang telah dilaksanakan . Dalam model Taksonomi Bloom yang baru terdapat perubahan yang dilakukan oleh Anderson, dimana aras kognitif analisis menjadi aras kognitif menganalisis dan aras kognitif sintesis menjadi aras yang tertinggi iaitu aras kognitif mencipta, menjadikan kajian ini lebih menarik dan menyeluruh.
  • 23. 434 OBJEKTIF KAJIAN 1. Mengenalpasti sama ada murid menguasai kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) melalui pembelajaran semasa. 2. Mengkaji keberkesanan aktivti terapi media dalam membantu peningkatan penguasaan murid dalam KBAT SOALAN KAJIAN 1. Apakah tahap penguasaan murid terhadap kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) melalui pembelajaran semasa? 2. Adakah terdapat peningkatan dalam penguasaan KBAT melalui aktiviti terapi media? METODOLOGI Reka bentuk kajian yang digunakan adalah reka bentuk eksperimen kuasi. Jenis reka bentuk eksperimen kuasi ini dipilih adalah reka bentuk ujian pra-ujian pasca-ujian kumpulan kawalan tidak setara (Non-equivalent pretest-posttest controlled group design) (lihat Jadual 1 ) dan dengan dua kali kitaran rawatan serta dua kali ujian pasca. Melalui pemilihan reka bentuk ini, penyelidik ingin menentukan sejauh mana perbezaan pra dan pasca dalam pencapaian aras kognitif dan penguasaan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) oleh kumpulan terapi dan kumpulan kawalan. Penyelidik juga ingin mengenal pasti aras kognitif yang dicapai oleh murid dalam kumpulan kawalan berdasarkan pendidikan semasa. Perkiraan dibuat dengan melihat pencapaian dan kebolehan menyelesaikan persoalan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dalam ujian pra. Seterusnya bagi mengesahkan penguasaan murid dalam kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) bagi kumpulan terapi, pencapaian dalam ujian pasca dinilai perbezaannya. Terapi Media yang dimaksudkan dalam penyelidikan ini adalah kombinasi daripada tiga media utama, iaitu (1) pengunaan video (mengandungi unsur kecindanan atau lawak jenaka) (2) penggunaan Grafik Statik yang menarik; dan (3) penggunaan musik audio. Tempat Kajian Lokasi kajian dijalankan di kawasan luar bandar di Hulu Langat, Selangor. Tempoh eksperimen yang dijalankan adalah selama 6 minggu dan berfokus kepada pengetahuan am dan pengetahuan sedia ada murid. Subjek kajian yang terlibat dalam kumpulan terapi adalah seramai 26 orang murid dari Sekolah Kebangsaan Sunway Semenyih, Selangor dan 24 orang bagi kumpulan kawalan di sekolah yang sama. Kebolehan dan penguasaan kemahiran majoriti murid – muridnya adalah pada aras kognitif dan band yang sama. Sampel Kajian Responden kajian terdiri daripada 24 orang murid kumpulan kawalan dan 26 orang murid kumpulan eksperimen. Mereka adalah murid tahun empat di sebuah sekolah dalam daerah Hulu Langat, Selangor. Responden dipilih dengan menggunakan kelas-kelas yang sedia ada, iaitu subjek kajian bagi kumpulan eksperimen dan kawalan tidak boleh dipilih secara rawak kerana terikat dengan
  • 24. 435 peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah (Chua 2006; Lim 2007; Wiersma 2000; Johnson dan Christensen 2000). Analisis data Data-data yang diperoleh, dianalisis untuk mengenal pasti tahap penguasaan murid dalam kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT). Penyataan adalah secara deskriptif dengan merujuk kepada perbandingan tahap pencapaian skor min dan sisihan piawai berdasarkan ujian-t sampel berpasangan yang digunakan untuk mencari perbezaan elemen terapi media diantara kumpulan kawalan dan kumpulan eksperimen. Pencapaian skor min adalah merujuk kepada penskoran markah yang diperoleh menerusi ujian pra dan ujian pos bagi kedua-dua kumpulan. Dapatan Kajian 1. Adakah terdapat penguasaan murid terhadap kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) melalui pembelajaran semasa? Dapatan ujian-t berpasangan menunjukkan nilai signifikan (0.001) kurang daripada nilai alpha (0.050), p < 0.050 dengan t(23) = 3.104. Maka kesimpulan kajian juga membuktikan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara pra dan pasca terhadap penguasaan KBAT bagi kumpulan kawalan dengan kaedah pembelajaran semasa dengan peratus peningkatan sebanyak 30%. Ini bermakna melalui pembelajaran semasa murid – murid juga dapat membina KBAT. Walaubagaimanapun selepas 6 minggu dapat diukur kadar penguasaan KBAT agak kurang jika dibandingkan dengan pencapaian murid di kumpulan terapi media. Nilai perbezaan peratus ada 64 % - 30% = 34%. Ujian Pengetahua am Bilanga Sampel Min Sisihan Pia Nilai t Darjah Kebebasan Signifikan Pra 24 25.88 4.950 3.104 23 0.001 Pasca 24 33.63 6.559 Jadual 2: Nilai pencapaian bagi kumpulan kawalan 2. Adakah terdapat peningkatan dalam penguasaan KBAT melalui aktiviti terapi media? Dapatan kajian menunjukkan skor min ujian pasca penguasaan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dengan rawatan terapi media melebihi skor min ujian pra di mana peningkatan skor min pencapaian adalah sebanyak 64%. Dapatan ujian-t berpasangan pula menunjukkan nilai signifikan (0.000) kurang daripada nilai alpha (0.050), p < 0.050 dengan t(25) = 3.078. Ini dapat dilihat dalam Jadual 3. Maka kesimpulan kajian membuktikan bahawa terdapat perbezaan yang signifikan antara ujian pra dan pasca penguasaan kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dengan rawatan terapi media selama 6 minggu. Ini dapat dilihat dalam jadual di bawah.
  • 25. 436 Ujian Pengetahuan am Bilangan Sampel Min Sisihan Piawai Nilai t Darjah Kebebasan Signifikan Pra 26 26.31 4.915 3.078 25 0.001 Pasca 26 43.269 8.123 Jadual 3: Perbandingan pencapaian kumpulan terapi ataupun eksperimen PERBINCANGAN Keputusan kajian menunjukkan bahawa terdapat peningkatan dalam penguasaan KBAT di kalangan murid tahun 4 sekolah rendah. Peningkatan penguasaan KBAT bagi kumpulan terapi lebih menyerlah kerana mereka aktif dan terlibat dalam semua aktiviti –aktiviti yang telah ditentukan oleh penyelidik . Bagi kumpulan tradisional, walaupun tiada rawatan terapi media ke atas mereka, pemerhatian yang dilakukan menunjukkan bahawa mereka akan aktif dalam pembelajaran apabila diperhatikan oleh penyelidik. Namun, peratusan peningkatan penguasaan KBAT yang diperoleh dalam kajian ini, menunjukan peningkatan yang sangat ketara. Kajian mendapati bahawa peningkatan skor min pencapaian dalam menjawab soalan KBAT bagi murid tahun 4 di dalam kumpulan terapi adalah lebih tinggi iaitu 64 peratus, manakala bagi murid tahun 4 di dalam kumpulan tradisional sebanyak 30 peratus. Ini bermakna peningkatan pencapaian dalam menjawab soalan KBAT bagi kumpulan terapi lebih tinggi sebanyak 34 peratus berbanding kumpulan kawalan. Peningkatan peratusan pencapaiannya adalah agak baik, kerana faktor – faktor persekitaran yang mempengaruhi. Disamping terapi media, semasa murid menuntun video, minda murid tdiransang dengan aktiviti ketawa yang menyebabkan perjalanan darah ke otak akan lebih lancar dan membantu murid belajar dengan lebih baik. Setelah 6 minggu, kebolehan murid –murid dapat ditingkatkan berbanding kumpulan kawalan yang belajar mengikut sistem yang sedia ada. SIMPULAN Dalam kajian ini, pencapaian penguasaan KBAT amat ketara, penyelidik berpendapat bahawa terdapatnya beberapa faktor yang menyokong pengajaran berasakan terapi media yang mana dari segi teorinya memang menyeronokkan dan mampu merangsangkan pembelajaran ini serta mampu memberikan kesan yang positif ke atas penguasaan murid dalam KBAT. Dengan rawatan terapi media murid dapat meningkatkan pencapaian sekali ganda daripada kaedah pembelajaran semasa. Ini menunjukkan bahawa strategi dan pendekatan guru – guru dengan sistem yang sedia perlu diperkayakan membantu murid menguasai KBAT. Sepanjang eksperimen ini dijalankan, penyelidik berpendapat bahawa terdapat beberapa gangguan yang perlu dibincangkan dan dikaji semula seperti faktor – faktor persaingan yang wujud dikalangan murid – murid apabila mereka mengetahui bahawa kajian penguasaan KBAT sedang dijalankan ke atas mereka, faktor pendagogi yang lebih menjurus KBAT dan semua subjek ajar memfokuskan KBAT sebagai agenda utama yang perlu dicapai diakhir sesi pembelajaran.
  • 26. 437 Disamping itu latih-tubi dan kerja rumah yang diberikan oleh guru – guru subjek adalah berasaskan KBAT. DAFTAR RUJUKAN Abdullah Hassan & Ainon Mohd (2005). Kursus berfikir tinggi. Kuala Lumpur: Utusan Publications and Distributor. Akan, S. O. (2003). Teachers’ perception of constraints on improving students thinking in high schools. Tesis Sarjana yang tidak diterbitkan. Middle East Technical University. Baysala, Z. N., Kader Arkanb, K. & Yildirim, A. (2010). Preservice elementary teachers’perceptions of their self-efficacy in teaching thinking skills. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 4250–4254. Bhg. Pembangunan Kurikulum Kementerian Pelajaran Malaysia 2012,Higher Order Thinking Skills in Science & Mathemaics (HOTsSM) ,[ Accessed on 15 Mei 2015] Available from : http://www.moe.gov.my/bpk/v2/download/HOTs/HOTs%20SAINS.pdfBook: Art Therapy and Computer Technology: A Virtual Studio of Possibilities, 2000, Cathy Malchiodi, PhD. B .Miri . BC David, Z Uni-Research in science education ,2007-Springer Chua Yan Piau. (2006). Kaedah dan statistik pendidikan: Buku 1 kaedah penyelidikan. Kuala Lumpur: McGraw Hill (M). Dewey J (1910) ,How we Think ; Published on 1st Jan 2008 .pg 5 . Helmi, (1994) Pelbagai Istilah berfikir [Accessed on 10 October 2013] Available from : http://pts.com.my/index.php/berita/pelbagai-istilah berfikir John K.Gilbert (2006).Children’s science and its consequences for teaching :Science Education(Vol.66July 2006,623-633) Kauchak & Eggen (1998) ,Effective Teaching: Preparation and Implementation. European Journal of Engineering Education-Promoting higher order thinking skills using inquiry-based learning(Vol.37,No.2,May 2012,117-123) Keberkesanan Modul Linus Berbantukan Terapi Biofeedback Emwave Terhadap Murid-murid, Di Zon Chenor, Pahang Oleh Muhammad Nubli, Abdul Wahab And Maziah, Mohd Sapar And Mohd Firdaus, Mohd Kamaruzaman (2012) , UMP. Kemahiran pemikiran kritikal dan penyelesaiaan masalah dalam sains ,Siti Rahayah Ariffin , [Accessed on 10 Mei 2015]Available from :http://www.ukm.my/p3k/images/sppb08/d/1.pdfKemahiran berfikir aras tinggi (kbat) dalam salak didik dengan elemen nyanyian dan elemen. Pantun, A.Rahman Haron , Jamaludin Badusah & Zamri Mahamod (2015) UKM. Khalil Mohamed Nikah (2009). Approaches to teaching thinking: the perceptions of inservice and preservice tesl teachers in institute of education, IIUM. Tesis Sarjana yang tidak diterbitkan. Universiti Islam Antarabangsa. Klorer, P. G. (2009). “The Effects Of Technological Overload On Children:an Art Therapist’s Perspective.” Art Therapy: Journal Of The American Art Therapy Association, 26(2), 80-82. Johnson, B. & Christensen, L. (2000). Educational research quantitative and qualitative approaches. Boston: Allyn and Bacon.
  • 27. 438 Lembaga Peperiksaan Malaysia. 2013. Elemen kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT) dalam instrumen pentaksiran. Putrajaya: Kementerian Pendidikan Malaysia. Lim Chong Hin. (2007). Penyelidikan pendidikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kuala Lumpur: Mc Graw-Hill Education (M). Madhuri.G.V and Goteti.2011 ,Madrid,Spain-Imparting transferable skills and creating awareness among students on non-conventional energy sources using problem based learning . Miller,R.Osbone,J.1998 .Beyond 2000 [Accessed on 8 Mei 2015] Available from:http://www.kcl.ac.uk/content/1/b2000.pd. MohdAzhar .Ab.Hamid (2001), Pengenalan Pemikiran Kritis dan Kreatif Skudai, Penerbit UTM .h 91. Nessel, D. D. & Graham, J. M. (2007). Thinking Strategies for student achievement: improving learning a cross the curriculum, K-12. (2nd . Ed.). Thousand oaks, Carlifonia: Corwin Press. A SAGE Publication Company. Rajendran, N. (2008). Teaching & acquiring higher-order thinking skills: theory & practice. Malaysia: Penerbit Universiti Pendidikan Sultan Idris.Robert E.Slavin, Cooperative learning :Theory, research and Practise (Sept 1995). Stein,M.K,& Lane, S.(1996).Instructional tasks and the development of student capacity to think and reason:An analysis of the relationship between teaching and learning in reform mathematics project .Educational Research and Evaluation ,2(1),50-80. Strategi meningkatan kemahiran berfikir aras tinggi Available from : http://shamsina-urupendidikanislam.blogspot.com/2013/05/strategi [Accessed on 20 Mei 2015] Terapi Seni Dalam Kaunseling Pelajar Pintar Dan Berbakat Oleh Rafidah Kastawi & Noriah Mohd Ishak, (2012) UKM. Thinking tools, The Art and Science Thinking .[20 Mei 2015] Available from :http://www.edwdebono.com/lateral.htm Wiersma, W. (2000). Research methods in education: An introduction. 7th edition. Boston: Allyn and Bacon.
  • 28. 439 KAEDAH PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN TOPIK FOTOGRAFI BAGI KURSUS TEKNOLOGI DALAM PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN:TINJAUAN DARI ASPEK MASALAH DAN CADANGAN PENAMBAHBAIKAN Aliza Adnan, Rosseni Din, & Zahiah Binti Haris IPG Kampus Ilmu Khas, Kuala Lumpur & Universiti Kebangsaan Malaysia Email: Aliza_adnan@ipik.edu.my Abstrak Kajian ini bertujuan untuk meninjau kaedah pengajaran dan pembelajaran (PdP) topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di Institut Pendidikan Guru Kampus Ilmu Khas (IPGKIK) dari persepsi guru pelatih. Kajian ini memfokuskan dua objektif iaitu masalah yang dihadapi guru pelatih dalam mempelajari topik Fotografi dan cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi. Kajian ini penting kepada Institut Pendidikan Guru (IPG) kerana dapat memberikan maklumat yang bermanfaat untuk meningkatkan kualiti proses PdP bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran. Kajian ini melibatkan temu bual seramai 9 orang guru pelatih yang terdiri daripada 4 orang lelaki dan 5 orang perempuan. Mereka merupakan guru pelatih Semester Empat, Ambilan Januari 2013, Program Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PISMP). Data dianalisis secara kualitatif. Dapatan kajian menunjukkan masalah utama ialah kekurangan peralatan dan bahan sumber pembelajaran, masa interaksi tidak mencukupi dan kurang bimbingan latihan amali. Antara cadangan penambahbaikan ialah menggunakan kaedah pembelajaran hibrid, mempelbagaikan bahan sumber pembelajaran dan menambahbaik kemudahan peralatan untuk kegunaan pelajar. Kata Kunci: kaedah pembelajaran hibrid, Fotografi, Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran, PISMP PENGENALAN Kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran (EDU 3053) merupakan kursus teras yang diwajibkan kepada semua pelajar Program Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PISMP) di Institut Pendidikan Guru (IPG). Kursus ini perlu dijalani oleh guru pelatih selama 60 jam bersamaan 3 jam kredit. Kursus ini menfokuskan penggunaan teknologi dalam pengajaran, media, aplikasi TMK dan internet. Dalam kursus ini, guru pelatih didedahkan kepada penggunaan dan pengintegrasian media dan teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran. Kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran (EDU 3053) dilaksanakan menggunakan mod perbincangan, kuliah dan amali. Guru pelatih mendapat pendedahan cara mengaplikasikan kemahiran pelbagai media seperti grafik, Fotografi, video, Internet dan alat pengarangan (authoring tools) dalam pengajaran dan pembelajaran. Antara hasil pembelajaran kursus ini ialah menjelaskan konsep, teori, amalan dan perkembangan teknologi pendidikan, menghasilkan pelbagai media pengajaran secara berkesan dan mengaplikasi
  • 29. 440 kemahiran teknikal dengan menggunakan pelbagai media dalam proses pengajaran dan pembelajaran (Bahagian Pendidikan Guru, 2005). 1.1 Penyataan Masalah Fotografi adalah media grafik yang diperlukan untuk menggambarkan situasi sebenar dan juga untuk mendokumentasikan sesuatu peristiwa (Noriati et.al 2009). Dalam aspek pendidikan, Fotografi merupakan media pembelajaran yang berkesan untuk merakamkan objek sebenar mengikut situasi. Dalam konteks latihan perguruan pula, kemahiran Fotografi bukan sahaja perlu dikuasai oleh guru pelatih bagi menjawab soalan peperiksaan tetapi juga membantu guru bagi menghasilkan foto yang boleh digunakan untuk tujuan pengajaran dan pembelajaran. Terdapat beberapa kajian lepas mengenai penghasilan grafik menggunakan Fotografi. Kajian oleh Mohd Farisulzamir (2009) mendapati kemahiran fotografi dianggap sukar oleh pelajar, tidak banyak bahan dalam Bahasa Melayu dan kebanyakan modul fotografi disediakan dalam Bahasa Inggeris. Oleh kerana tidak mempunyai kemahiran mengambil gambar menggunakan kamera, pelajar lebih gemar mengambil gambar atau grafik yang diperlukan dari internet yang kadangkala tidak sesuai dengan keadaan sebenar yang ingin digambarkan. Menurut Al Francis (2010, kursus fotografi menggunakan persekitaran pembelajaran atas talian boleh meningkatkan kefahaman pelajar tentang teknik fotografi melalui penggunaan modul. Kursus fotografi berasaskan modul secara dalam talian menggunakan LMS ( Web CT atau Moodle) adalah fleksibel di mana bahan pengajaran berbentuk objek pembelajaran boleh dikemaskini. Selain daripada bersifat fleksibel penggunaan pembelajaran fotografi secara digital juga dapat meningkatkan pencapaian pelajar. Kajian yang dibuat oleh Sanif (2013) mendapati projek seni fotografi secara digital dapat meningkatkan kreativiti pelajar yang berpencapaian rendah. Minat dan motivasi pelajar meningkatkan melalui projek fotografi secara digital. Antara semua komponen media pengajaran yang dipelajari dalam subjek Teknologi Dalam Pengajaran dan Pembelajaran, topik Fotografi sering dianggap rumit bagi pelajar kerana topik ini melibatkan kefahaman teori, latihan amali dan penghasilan projek Fotografi mengikut teknik dan komposisi penggambaran yang bersesuaian. Pelajar menghadapi masalah menjawab soalan peperiksaan yang mempunyai aras aplikasi dan penilaian sekiranya kefahaman teori asas Fotografi tidak kukuh. Kemahiran boleh pindah guru pelatih dapat dinilai melalui penghasilan projek Fotografi. Menyedari hakikat ini, satu kajian untuk mengenalpasti permasalahan yang dihadapi guru pelatih dalam mempelajari topik Fotografi perlu dilaksanakan. Pengkaji berusaha untuk memperolehi persepsi yang bernas daripada subjek kajian yang merupakan guru pelatih secara langsung dalam kursus topik Fotografi Kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran ini. Melalui kajian ini juga, pengkaji akan memperolehi maklumat daripada guru pelatih mengenai kaedah dalam proses PdP topik Fotografi Kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran dan masalah dalam proses PdP. 1.2 Objektif Kajian Kajian ini dijalankan bertujuan untuk :
  • 30. 441 a. mengenal pasti masalah yang dihadapi guru pelatih dalam proses PdP Topik Fotografi kursus teknologi dalam pengajaran dan pembelajaran di IPGKIK b. mengenal pasti cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pengajaran dan pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi di IPGKIK METODOLOGI KAJIAN Kajian ini merupakan kajian tinjauan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Kaedah pengumpulan maklumat adalah menggunakan sesi temubual separa berstruktur. Temu bual merupakan salah satu kaedah mengumpul maklumat yang utama dalam kajian tinjauan. Melalui temubual pengkaji dapat mengetahui perasaan sebenar yang dialami subjek kajian (Chua Yan Piaw, 2006). Sehubungan dengan itu, pemilihan kajian ini sebagai kajian tinjauan amat bersesuaian untuk meneliti kaedah dan masalah dalam proses PdP Topik Fotografi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. 2.1 Sampel Kajian Sampel kajian ini ialah sampel bertujuan (purposive sampling) yang melibatkan 9 orang guru pelatih, iaitu empat orang lelaki dan lima orang perempuan yang terlibat secara langsung dalam proses PdP Topik Fotografi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. Bilangan keseluruhan guru pelatih semester satu, ambilan Januari 2013, PISMP yang wajib mengambil kursus ini ialah seramai 112 orang. Sampel kajian dalam kajian kualitatif ini dipanggil juga sebagai subjek kajian. 2.2 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen kajian ini menggunakan protokol temu bual separa berstruktur berasaskan kepada objektif kajian ini. Satu set protokol telah disediakan untuk mendapatkan maklumat. Kaedah pengumpulan data kajian ini adalah dengan menemu bual sembilan orang guru pelatih tersebut. Temu bual dijalankan dengan guru pelatih setelah mereka mengikuti proses PdP selama 50 kali daripada 60 kali keseluruhan PdP untuk kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran ini. Temu bual tersebut dicatat oleh pengkaji. Seterusnya pengkaji menganalisis hasil temu bual untuk mendapatkan tema-tema yang berkaitan dengan kajian ini 2.3 Analisis Data Data telah dianalisis secara kualitatif untuk mengenal pasti tema-tema yang wujud daripada persoalan-persoalan kajian tersebut. DAPATAN KAJIAN Dapatan kajian di bawah ini akan dibincangkan satu persatu berdasarkan objektif kajian yang telah dinyatakan sebelum ini. 3.1 Persepsi guru pelatih terhadap masalah yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di IPGKIK Jadual 1 Persepsi guru pelatih terhadap masalah yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di IPGKIK
  • 31. 442 Subjek kajian Penyataan 1 Saya tidak dapat menguasai sepenuhnya tajuk Fotografi kerana tidak mempunyai kamera DSLR, saya hanya menggunakan handphone untuk mengambil gambar 2 Saya tidak mampu untuk membeli kamera, jadi saya menggunakan kamera kawan yang dipinjam. Saya tidak boleh menguasai sepenuhnya bagaimana memilih komposisi gambar dengan penyesuaian shutter speed dan aperture. 3 Tajuk Fotografi sangat mencabar, saya sukar menguasai bahagian komposisi pengambaran seperti rule of third, white balance dan sebagainya. 4 Tajuk Fotografi sangat mencabar tetapi menyeronokkan kerana seseorang yang menguasai seni Fotografi boleh mengambil gambar yang baik. Walaubagaimanapun saya sukar untuk menguasai cara mengubah jenis lensa untuk mengambil gambar yang baik. 5 “Saya sukar untuk faham term aperture dan shutter speed dan bagaimana nak mengubah suai kedua ni untuk beri kombinasi sesuai dan dapat ambil gambar yang baik”. 6 Semasa baca nota saya rasa faham tetapi dalam peperiksaan saya tidak dapat menjawab dengan baik terutama sekali bahagian komposisi pengambaran dan teknik shooting. Masa yang diperuntukkan untuk amali agak terbatas. 7 Kamera SLR mahal, saya guna handphone saja untuk ambil gambar jadi sukar la saya nak kuasai bahagian aperture dan shutter speed tu 8 Saya tidak mempunyai kamera maupun kamera video. Kena pinjam kawan..saya guna handphone..gambar kurang jelas. Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang peruntukan masa di dalam kelas untuk mengedit video. 9 teori kemahiran Fotografi boleh dirujuk dari internet..tapi amali pengeditan video kena buat sendiri..saya perlu bimbingan amali.. Sumber: Temu bual dengan subjek kajian [DZ1]Dapatan kajian berdasarkan temu bual dengan subjek kajian mendapati masalah yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi Kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran di IPG KIK ialah kekurangan peralatan, pendekatan pengajaran, sumber pembelajaran dan masa. Masalah ini
  • 32. 443 jelas melalui kata-kata subjek kajian pertama iaitu “Saya tidak dapat menguasai sepenuhnya tajuk Fotografi kerana tidak mempunyai kamera DSLR, saya hanya menggunakan handphone untuk mengambil gambar” (SK1). Penyataan ini sama dengan kata-kata subjek kajian ketujuh, “Kamera SLR mahal, saya guna handphone saja untuk ambil gambar jadi sukar la saya nak kuasai bahagian aperture dan shutter speed tu” (SK7). Seterusnya subjek kajian kedua pula menyatakan, “Saya tidak mampu untuk membeli kamera, jadi saya menggunakan kamera kawan yang dipinjam” (SK2). Begitu juga subjek kajian kelapan yang mengatakan, “Saya tidak mempunyai kamera maupun kamera video. Kena pinjam kawan..saya guna handphone..gambar kurang jelas” (SK8). [DZ2]Masalah seterusnya ialah guru pelatih yang kurang memahami kandungan kemahiran dan menganggap topik Fotografi adalah sukar. Masalah ini jelas melalui kenyataan subjek kajian ke tiga iaitu “Tajuk Fotografi sangat mencabar, saya sukar menguasai bahagian komposisi pengambaran seperti rule of third, white balance dan sebagainya” (SK3). Masalah yang sama diakui oleh subjek kajian ke lima yang mengatakan, “Saya sukar untuk faham term aperture dan shutter speed dan bagaimana nak mengubah suai kedua ni untuk beri kombinasi sesuai dan dapat ambil gambar yang baik” (SK5). Begitu juga subjek kajian ke empat yang menyatakan,”Tajuk Fotografi sangat mencabar tetapi menyeronokkan kerana seseorang yang menguasai seni Fotografi boleh mengambil gambar yang baik. Walaubagaimanapun saya sukar untuk menguasai cara mengubah jenis lensa untuk mengambil gambar yang baik” (SK4). Seterusnya subjek kajian ke enam pula mengakui, “Semasa baca nota saya rasa faham tapi bila periksa saya tak dapat menjawab dengan baik terutama sekali bahagian komposisi pengambaran dan teknik shooting” (SK6). [DZ3]Pelajar merasakan pendekatan pengajaran secara konvensional, bimbingan amali yang tidak mantap menyebabkan kefahaman pelajar rendah mengenai topik fotogafi. Pernyataan ini diperolehi melalui penjelasan subjek kajian ke lapan yang menyatakan, “Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang peruntukan masa di dalam kelas untuk mengedit video.”(SK8). Pengakuan yang sama dinyatakan oleh subjek kajian ke sembilan iaitu, “teori kemahiran Fotografi boleh dirujuk dari internet..tapi amali pengeditan video kena buat sendiri..saya perlu bimbingan amali.” (SK9). Faktor masa juga menyumbang kepada masalah yang dihadapi oleh guru pelatih. Kenyataan ini seperti yang dinyatakan oleh subjek kajian ke enam iaitu ”masa yang diperuntukkan untuk amali agak terbatas.” (SK6). Begitu juga dengan pernyataan yang dibuat oleh subjek kajian ke lapan yang menyatakan bahawa, ”Kurang bimbingan dari pensyarah dan kurang peruntukan masa di dalam kelas untuk mengedit video.” (SK8) Berdasarkan dapatan objektif pertama yang telah dibincangkan di atas, jelas menunjukkan masalah utama yang dihadapi dalam proses PdP topik Fotografi bagi kursus Teknologi dalam Pengajaran dan Pembelajaran di IPGKIK, iaitu peralatan, pendekatan pengajaran, kandungan sumber pembelajaran dan masa. Secara keseluruhannya, masalah yang dihadapi ialah kekurangan peralatan kerana kebanyakan guru pelatih tidak mempunyai kamera SLR. Sebagai alternatif, guru pelatih menggunakan telefon bimbit atau ipad peribadi. Kualiti gambar yang dihasilkan sudah pasti tidak setara dengan kamera SLR kerana menu dan kefungsian dalam telefon bimbit adalah terbatas untuk kegunaan komunikasi.
  • 33. 444 [DZ4]Pendekatan pengajaran dan sumber pembelajaran yang tidak pelbagai juga menjadi kekangan dalam proses pembelajaran. 3.2 Persepsi guru pelatih untuk cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi di IPG Kampus Ilmu Khas (IPGKIK) Jadual 2 Persepsi guru pelatih untuk cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pembelajaran yang dapat membantu guru pelatih menguasai topik Fotografi di IPGKIK Subjek kajian Penyataan 1 Kalau boleh kamera dipinjam kepada guru pelatih. Nota dan edaran atau soalan lepas mungkin membantu. Maklumat dari internet juga boleh membantu. 2 Gambar yang menunjukkan hasil kombinasi shutter speed dan aperture perlu untuk mengesan perubahan berlaku. Saya perlu lebih masa untuk menguasai setiap kemahiran menggunakan kamera. 3 Kalau ada web site yang spesifik untuk menguasai tajuk Fotografi lebih senang untuk dirujuk. 4 Saya perlu ada bimbingan amali dalam kumpulan dan bantuan tutorial dari video sangat membantu saya menguasai teknik penggambaran. Masa yang diperuntukan agak terhad. 5 Nota yang spesifik kepada kemahiran menggunakan kamera perlu dimuatkan berserta gambar yang bertepatan dengan penyesuaian aperture dan shutter speed. 6 Perbincangan mungkin boleh membantu menguasai tajuk ini. Video dari youtube lebih mudah untuk bantu bahagian praktikal. 7 Kalau boleh pensyarah pinjamkan kamera kepada guru pelatih, lagi baik. Amali, perbincangan, maklumat dari internet mungkin boleh membantu. 8 Kalau ada Kamera dan kamera video sendiri lebih baik..nota dari internet juga boleh membantu. 9 Bantuan modul yang mudah diikuti..lebihkan masa untuk akses kendiri. Sumber: Temu bual dengan subjek kajian
  • 34. 445 Dapatan kajian berdasarkan temubual dengan subjek kajian mendapati penambahbaikan seperti yang dicadangkan oleh subjek kajian ialah penyediaan peralatan secara pinjaman kepada pelajar. Pernyataan jelas seperti yang dinyatakan oleh subjek kajian pertama iaitu, kalau boleh kamera dipinjam kepada guru pelatih” (SK1). Pernyatan yang sama diberikan oleh subjek kajian kedua iaitu, “Kalau boleh pensyarah pinjamkan kamera kepada guru pelatih, lagi baik.” (SK7)[DZ5] Subjek kajian mencadangkan penambahbaikan dibuat terhadap kaedah pengajaran dan sumber pembelajaran berasaskan web dan penggunaan video. Pernyataan ini dilihat dari kata-kata subjek kajian pertama iaitu, ” nota edaran atau soalan lepas mungkin membantu. Maklumat dari internet juga boleh membantu.” (SK1). Pendapat hampir sama diberikan oleh subjek kajian ke empat yang menyatakan bahawa “bantuan tutorial dari video sangat membantu saya menguasai teknik penggambaran”(SK4). Begitu juga dengan pernyataan dari subjek kajian ke lima iaitu, “Nota yang spesifik kepada kemahiran menggunakan kamera perlu dimuatkan berserta gambar yang bertepatan dengan penyesuaian aperture dan shutter speed.” (SK5). Seterusnya subjek kajian ke tiga mencadangkan penggunaan web site melalui pernyataan “Kalau ada web site yang spesifik untuk menguasai tajuk Fotografi lebih senang untuk dirujuk” (SK3). Subjek kajian ke enam mencadangkan perbincangan dan penggunaan video melalui pernyataan berikut, “Perbincangan mungkin boleh membantu menguasai tajuk ini. Video dari youtube lebih mudah untuk bantu bahagian praktikal.” (SK6). Subjek kajian juga mencadangkan sokongan bimbingan amali diberikan berdasarkan penyataan subjek kajian ke empat dan tujuh. Bimbingan amali dari sumber internet dan video dirasakan dapat meningkatkan penguasaan teknik penggambaran. Pernyataan ini jelas melalui kata-kata subjek kajian ke empat iaitu, “Saya perlu ada bimbingan amali dalam kumpulan dan bantuan tutorial dari video sangat membantu saya menguasai teknik penggambaran” (SK4). Seterusnya kenyataan hampir sama diberikan oleh subjek kajian ke tujuh iaitu, “Amali, perbincangan, maklumat dari internet mungkin boleh membantu.”(SK7) Faktor masa menjadi kekangan kepada pelajar untuk menguasai pembelajaran dan kemahiran. Terdapat tiga subjek kajian yang mencadangkan penambahbaikan diberi kepada peruntukan masa amali. Subjek kajian ke dua mencadangkan diberi lebih masa amali melalui pernyataan berikut, “Saya perlu lebih masa untuk menguasai setiap kemahiran menggunakan kamera” (SK2). Pernyataan ini sama dengan kata-kata subjek kajian ke empat iaitu, “Masa yang diperuntukan agak terhad.”(SK4). Seterusnya subjek kajian ke sembilan menjelaskan keperluan modul dan masa melalui pernyataan, ” Bantuan modul yang mudah diikuti..lebihkan masa untuk akses kendiri.” (SK9). Berdasarkan dapatan objektif kajian yang kedua yang telah dibincangkan di atas, antara cadangan penambahbaikan terhadap kaedah pengajaran dan pembelajaran ialah penyediaan modul akses kendiri dan nota berasaskan web, perbincangan dalam talian dan penggunaan video dari you tube. Bagi mengatasi masalah kekurangan peralatan dan kamera, guru pelatih mencadangkan kamera disediakan kepada pelajar.
  • 35. 446 PERBINCANGAN DAN IMPLIKASI Jadual 3 Rumusan masalah dan cadangan penyelesaian kepada pembelajaran topik Fotografi bagi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. Kategori Masalah Penyelesaian Peralatan Kurang peralatan Tiada kamera peribadi Kerja dalam kumpulan Penyediaan peralatan kepada guru pelatih Pendekatan pengajaran Pendekatan pengajaran konvensional Pensyarah kurang beri bimbingan amali Guru pelatih tidak dapat menguasai kemahiran Modul akses kendiri Web e-Pembelajaran Amali dalam kumpulan Video dari youtube Penguasaan kemahiran Kandungan sukar dikuasai Kurang sumber rujukan Tiada modul berstruktur Modul akses kendiri Web e-Pembelajaran Video dari youtube Masa Masa amali tidak mencukupi Masa pengajaran atau interaksi bersemuka tidak mencukupi Amali dalam kumpulan Forum dalam talian Perbincangan antara guru pelatih dan pensyarah serta guru pelatih dan guru pelatih 4.1 Perbincangan [DZ6]Dapatan kajian mendapati masalah utama yang dihadapi pelajar dalam topik fotografi bagi subjek Teknologi Dalam Pengajaran dan Pembelajaran ialah masalah peralatan, pendekatan pengajaran, sumber pembelajaran dan masa. Peralatan merujuk kepada perkakasan kamera dan aksesori kamera. Apabila guru pelatih melaksanakan latihan amali mereka memerlukan akses kepada kamera. Peralatan yang mencukupi membolehkan setiap pelajar dapat melakukan amali dengan sempurna. Cadangan penyelesaian bagi masalah ini ialah mendapatkan peruntukan peralatan dari pihak pengurusan. Gerak kerja amali dalam kumpulan juga boleh membantu pelajar berkongsi peralatan semasa menjalankan latihan amali. Di samping itu pelajar juga dapat mengaplikasikan pembelajaran secara koperatif. Masalah kedua yang dikenalpasti adalah pendekatan pengajaran secara konvensional berbentuk kuliah syarahan yang kurang berkesan. Di samping itu, pelajar juga kurang mendapat bimbingan amali dari pensyarah oleh kerana tidak semua pensyarah mempunyai kepakaran dalam bidang fotografi. Disebabkan oleh faktor tersebut, pelajar menerima pendedahan yang tidak menyeluruh dan tidak mampu menguasai kemahiran fotografi sepenuhnya. Antara cadangan penyelesaian yang disarankan oleh pelajar ialah pendekatan pembelajaran secara hibrid (hibrid learning) atau juga dikenali sebagai blended learning. Pendekatan ini menggabungkan kaedah bersemuka dengan web e-pembelajaran, modul akses
  • 36. 447 kendiri dan video dari youtube. Menurut Bachman&Scherer (2015) persekitaran pembelajaran Web dan pembelajaran hibrid semakin popular digunakan dalam institusi pendidikan tinggi. Banyak penyelidikan yang dilaksanakan mendapati pembelajaran hibrid adalah amalan terbaik untuk mengintegrasikan teknologi, teori pedagogi dan sumber dan dapat meningkatkan pencapaian pembelajaran. Masalah ketiga yang dinyatakan oleh guru pelatih adalah topik fotografi agak sukar berbanding topik lain dalam kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. Sumber pembelajaran dan bahan rujukan tidak banyak disediakan oleh pensyarah. Kaedah perbincangan, penyediaan modul berstruktur, kaedah pengajaran berasaskan web dan video dirasakan pelajar dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemahiran mengambil gambar. Masalah seterusnya ialah faktor masa di mana pelajar merasakan peruntukan masa amali dan kuliah bagi topik fotografi tidak mencukupi. Kekangan masa adalah masalah yang selalu dihadapi guru pelatih bukan sahaja peruntukan masa dalam proforma kursus tetapi juga disebabkan oleh program rasmi yang melibatkan pelajar dan penyarah yang dikendalikan di dalam dan di luar IPG. Cadangan penyelesaian ialah penggunaan pembelajaran hibrid dengan mengunakan forum atau perbincangan dalam talian, penggunaan modul akses kendiri dan gerak kerja amali dalam kumpulan. Menurut Analisa et.al (2013) pembelajaran hibrid membantu pelajar menguasai kandungan pembelajaran melalui kaedah akses kendiri dan pembelajaran dalam talian. Di samping itu pelajar dapat belajar mengikut kesesuaian masa dan gaya pembelajaran masing-masing. 4.2 Implikasi Berdasarkan dapatan kajian ini terdapat beberapa implikasi yang perlu diberikan perhatian iaitu: 4.1 Kemudahan peralatan dan perkakasan perlu disediakan kepada guru pelatih bagi membolehkan aktiviti amali dilaksanakan dengan sempurna. 4.2 Modul pembelajaran berbentuk akses kendiri dan bahan pembacaan terkini perlu disediakan di pusat sumber. Hal ini bertujuan untuk memastikan proses PdP dapat dilakukan secara mudah dan berkesan. 4.3 Pendekatan pembelajaran perlu dipelbagaikan. Pembelajaran hibrid (hybrid learning) yang menggabungkan pendekatan pengajaran bersemuka dan pendekatan berbantukan teknologi perlu diaplikasikan dalam proses PdP. 4.4 Penilaian terhadap keberkesanan kursus hendaklah dilaksanakan dengan mendapatkan pandangan daripada guru pelatih tentang masalah dan cadangan agar kursus ini dapat ditingkatkan dari semasa ke semasa secara berterusan. RUMUSAN Secara keseluruhannya, pendekatan pengajaran bagi kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran hendaklah diberikan perhatian yang sewajarnya bagi menilai impak penggunaan terhadap guru pelatih. Hal ini penting kerana kaedah yang digunakan dalam PdP dapat memberikan kesan ke atas pencapaian hasil pembelajaran. Masalah-masalah yang dikemukakan oleh guru pelatih hendaklah diberi perhatian agar kelemahan yang wujud dapat diatasi. Kaedah pengajaran yang berpusatkan guru pelatih seperti modul akses kendiri, pembelajaran berasaskan web dan pembelajaran secara dalam talian merupakan
  • 37. 448 kaedah perlu diaplikasikan dalam PdP di IPG. Ini selaras dengan tuntutan perlaksanaan e-Pembelajaran hibrid di IPG atau (el@IPG) bagi mencapai ciri-ciri persekitaran pembelajaran Learner-Centered University (Haili, 2011). Saranan ini juga bertepatan dengan penggubalan Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (2013-2025) telah mensasarkan sebelas anjakan untuk mentransformasi sistem pendidikan negara. Anjakan ke tujuh ialah memanfaatkan ICT dan akses persekitaran pembelajaran maya bagi meningkatkan kualiti pembelajaran di Malaysia. Justeru itu, kaedah pengajaran dan pembelajaran perlu dipelbagikan agar menepati matlamat persekitaran pembelajaran Learner-Centered University dan keperluan Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia (2013-2025). RUJUKAN Al Francis, D. L. 2010. Implementing an Online Photography Course at the up Open University: Converging Icts to Enhance Student Learning Outcomes and Achievements. AAOU JOURNAL 103. Analisa Hamdan, Rosseni Din, Aliza Adnan, Siti Zuraida Abdul Manaf, Nor Mohamad Ismail, Nor Syazwani Mat Salleh, & Hafizi Shafiin (2013). Penggunaan Teknologi Web 2.0 Dalam Pembelajaran Hibrid. Tempawan Jilid xxx 2013. Bachman, C. & Scherer, R. 2015. Promoting Student Autonomy and Competence Using a Hybrid Model for Teaching Physical Activity. International Journal of Instruction 8(1). Bahagian Pendidikan Guru. (2005). Proforma Kursus Teknologi Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran. Putrajaya: Kementerian Guru pelatihan Malaysia. Chua Yan Piaw (2006). Kaedah Penyelidikan Buku 1. Kuala Lumpur: Mc Graw Hill. Creswell J.W.(2003). Research Design: Qualtative, Quantitative and Mixed Methods Approach.Thousands Oaks, CA: Sage Publication. Haili Dolhan 2011. Gagasan Baharu IPG. Retrieved 20 Mac, 2012 from http://ipgm.info/blog/archives/tag/gagasan-baru. Retrieved. Kementerian Pendidikan Malaysia. (2013). Pelan Pembangunan Pendidikan Malaysia 2013-2025 (Pendidikan Prasekolah hingga Lepas Menengah). Putrajaya: Kementerian Pendidikan Malaysia. Meriam,S.B.(1998). Qualitative Research and Case Study: Application in Educations, Revised and Expended from Case Study Research in Education. San Francisco:Jossey-Bass. Mohd Farisulzamir Bin Zakaria (2009). Modul Pembelajaran Kendiri Teknik Fotografi Dan Penghasilan Kesan Khas Menggunakan Perisian Adobe Photoshop. Tesis sarjana muda, UTM Skudai. Sanif, S. N. a. M., Hussin, Z., Senom, F., Putih, S. S., Amp & Abu, T. 2013. Nature Exquisiteness Based Digital Photography Arts Project for Creativity Enhancement among Low Achievers Students. (Prosfdak). Procedia - Social and Behavioral Sciences 103(0): 675-684. Voisard, R., Champod, C., Furrer, J., Curchod, J., Vautier, A., Massonnet, G. & Buzzini, P. 2007. Nicephor[E]: A Web-Based Solution for Teaching Forensic and Scientific Photography. Forensic Science International 167(2– 3): 196-200.
  • 38. 449 PERANAN GURU DI SD Ani Hendriani Universitas Pendidikan Indonesia email: anihendriani@yahoo.com Abstract Teachers are educators who become leaders, role models and identification for the students, and the environment. Teachers have a very big role to the success of education in schools. Teachers play a role in assisting the development of learners to realize the goal of his life optimally. Educate, teach and train the students is the teacher's job. Duties of teachers as educators, to continue and develop the values of life to the students. Teacher's job as a teacher means to continue and develop science and technology to students. The task of the teacher as a coach means developing skills and implement in life for students future. cognitive development of primary school age children are at the stage of concrete operational. The term concrete operations reflects the approach that is bound or limited to the real world. Elementary age children can form concepts, see relationships, and solve problems, but only to the extent involving objects and situations that they know. Characteristics of elementary school age children are happy to play, happy to move, enjoy working in groups, as well as the happy feeling or doing something directly. Therefore, teachers should develop games that contain elements of learning, allowing students to move or move and work or study in groups, as well as provide opportunities for students to be directly involved in learning. Keywords: the role of teachers, the characteristics of elementary school age children PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu bentuk investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil adalah yang menciptakan manusia yang berkualitas, cerdas, trampil, sehat jasmani dan rohaninya. Dalam menempuh perjalanan itu atau untuk mencapai tujuan tersebut, manusia memerlukan bantuan karena pada hakekatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain sejak lahir , sampai meninggal. Dengan demikian peserta didik menaruh harapan besar terhadap guru, agar dapat berkembang secara optimal. Menurut Thoifuri (2007) menyatakan: guru adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, ingin mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Pendidik atau guru merupakan satu diantara sekian banyak unsure pembentuk utama anak agar menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang diharapkan. Untuk itu seorang pendidik perlu memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik. Anak usia Sekolah Dasar (SD) adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional
  • 39. 450 maupun pertumbuhan badaniyah, dimana kecepatan pertumbuhan masing- masing individu berbeda walaupun usia sama. Dengan karakteristik tersebut guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengelolaan proses pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik , baik dari materi maupun pola pengajaran sehimgga peserta didik dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan menyenangkan dan dapat memahami ilmu pengetahuan secara lebih kongkrit serta membentuk karakter anak. Pendidik dalam hal ini guru di sekolah bukan hanya trampil dalam menyampaikan bahan ajar namun harus mampu mengembangkan watak anak, emosional dan seluruh kepribadian anak yaitu kognitif, afektif dan psikomotornya, bersusila, memiliki nilai-nilai keagamaan dalam hidupnya, yang menjadi tujuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan peran guru UU No 14 tahun 2005 yaitu pendidik professional dengan tujuan utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi diri. Artinya dalam melaksanakan suatu proses pendidikan terutama anak usia skolah dasar sangat dibutuhkan peran pendidik untuk memberikan bimbingan arahan , petunjuk, nasehat, penyuluhan dan motivasi yang diberikan kepada peserta didik dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul dalam mengembangkan kemampuannya, serta memberikan pengertian dan kasih sayangnya sebagai dasar bagi pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan pendidik yang professional yang memiliki kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogic, kompetensi professional dan kompetensi social. PEMBAHASAN Pengertian Guru dan karakteristiknya Dalam UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2005 guru adalah pendidik yang professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih , menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini. Menurut Noor jamaluddin (1978 : 1) guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab, memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohani agar mencapai kedewasaannya,mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Alloh khalifah dimuka bumi, sebagai makhluk social dan individu yang sanggup berdiri sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut diatas pendidik dalam hal ini guru adalah orang dewasa yang harus bertanggung jawab atas anak didik untuk mencapai kedewasaannya, dalam arti mandiri, yaitu tidak tergantung kepada orang lain , bertanggung jawab dalam arti mampu menentukan keputusan atau tindakan atas pilihannya sendiri dan mampu menerima segala konsekwensi atas keputusan atau tindakannya, serta mampu menyerahkan diri dalam arti berani berkorban demi nilai-nilai dan norma yang diakuinya, demi cita atau demi tujuan hidupnya, pekerjaannya, orang lain atau masyarakat. Selanjutnya, bahwa bagi seorang pendidik diperlukan motif Intrinsik yaitu suatu motif yang didasari oleh rasa`kasih sayang, sehingga ia rela berkorban melaksanakan pendidikan bagi anak didiknya. Kasih sayang merupakan motif yang sangat penting dalam rangka pendidikan karena kasih sayang akan mampu mendorong pendidik (guru) untuk mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang
  • 40. 451 baik dan bermanfaat , sehingga ada pepatah yang mengatakan guru adalah yang harus digugu dan ditiru oleh semua murid dan bahkan masyarakat. sehingga sikap dasar, bicara, kebiasaan ,pakaian , gaya hidup dan lainnya sangat berpengaruh terhadap prilaku peserta didik. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan bagi peserta didik, oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribad tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin, sehingga guru harus mengetahui serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah guru yang memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional moral , social dan intelektual dalam pribadinya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka ciri pendidik (guru) yang professional itu harus memiliki kompetensi Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktulisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dimilikioleh guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi professional. Berikut akan dijelaskan keempat kompetensi: 1. Kompetensi pedagogic Kompetensi pedagogic merupakan kemampuan yang berkenaan dengan a. pemahaman peserta didik b. perancangan dan pelaksanaan pembelajaran artinya menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik siswa, c. melaksanakan pembelajaran dengan menata latar (setting ), d. evaluasi hasil belajar yaitumelaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara berkesinambungan e. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang: a. mantap, stabil sesuai dengan norma hukum,norma social dan memiliki konsistensi dalam bertindak. b. dewasa artinya memiliki kemandirian dalam bertindak c. arif artinya menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak d. berwibawa artinya memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan disegani e. menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia artinya bertindak sesuai dengan norma religius ( imtaq, jujur ikhlas ) dan memiliki prilaku yang diteladani peserta didik ) 3. Kompetensi professional Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, sertapenguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
  • 41. 452 4. Kompetensi social Kompetensi social berkenaan dengan kemampuan pendidik (guru) sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan , orang tua/wali peserta didik dan masyarakat PERANAN GURU Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Karena proses belajar mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik dalam hal ini guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi educatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi timbal balik antara siswa dan guru merupakan syarat utama dalam kelangsungan proses belajar mengajar. Interaksi ini tidak hanya terbatas pada penyampaian materi saja tetapi menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa , dalam hal ini guru tidak hanya tampil sebagai pengajar, melainkan juga dapat bertindak antara lain sebagai pelatih, pembimbing , dan manager. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran , memegang peranan penting dan tidak bisa digantikan dengan mesin, radio, komputer ataupun elektronik lainnya, karena dari proses belajar akan menghasilkan manusia yg berkepribadian yang memiliki sikap nilai, motivasi, kebiasaan, perasaan dll. Hal itu tidak bisa dicapai melalui mesin atau teknologi lain. Maka guru memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai sutradara dan sekaligus aktor yaitu yang merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Para pakar pendidikan di barat telah melakukan penelitian tentang peran guru yang harus dilaksanakan. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh dan panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya, oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah guru yang memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual , emosional , moral ,social dan intelektual dalam pribadinya, yang mandiri yang mampu mengambil keputusan secara mandiri dan disiplin mematuhi aturan dan tata tertib secara konsisten. Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga tidak cukup tahu materi yang diajarkan tetapi harus mencerminkan seseorang yang memiliki kepribadian guru dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru seseorang harus berpribadi. 2. Guru sebagai pengajar Peranan guru sebagai pengajar dalam kegiatan belajar merupakan tugas dan tanggung jawab yang pertama dan utama untuk membantu peserta didik yang
  • 42. 453 sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya dan memahami materi yang dipelajari. Guru sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan masih cenderung menonjol. Hal ini berarti guru pada umumnya akan memberikan kriteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain, motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sebagai pengajar guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan peserta didik dan keterampilan guru saat berkomunikasi di dalam kelas pun merupakan seorang yang harus dimiliki seorang pengajar. 3. Guru sebagai pembimbing Guru berusaha membimbing peserta didik agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Peserta didik adalah individu yang unik sekalipun anak kembar tidak akan sama baik bakat, minat dan kemampuan, peserta didik adalah makhluk yang sedang berkembang, dengan kondisi itulah menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing dengan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik, sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan , ikut memecahkan persoalan- persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak. Dengan demikian dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental. 4. Guru sebagai penasehat Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan bagi peserta didiknya. Setiap peserta didik selalu dihadapkan masalah yang berkaitan dengan kompetensi sehingga guru harus menjadi pendengar yang baik (saondi dan suherman, 2010:150). Kesediaan untuk mendengar, akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya, artinya guru memiliki perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi dan mempunyai alternatif atau solusi yang dibutuhkan siswa. Dengan demikian siswa memiliki rasa aman dan nyaman karena menerima saran-saran yang diberikan gurunya. 5. Guru sebagai pembaharu Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, trdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak dari pada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang , secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusiayang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan
  • 43. 454 antara generasi tua dan muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik. 6. Guru sebagai pengelola pembelajaran Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak ketinggalan jaman. 7. Guru sebagai model dan teladan Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan tentu saja apa yang dilakukan guru akan menjadi sorotan baik dari peserta didik maupun masyarakat , sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru yaitu sikap dasar, gaya bicara, pakaian, proses berfikir gaya hidup dan lain-lain karena prilaku seorang guru akan mempengaruhi peserta didik. 8. Guru sebagai pendorong kreativitas Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas tersebut.kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi itu, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin. 9. Guru sebagai evaluator Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang komplek, karena melibatkan banyak melibatkan latar belakang dan hubungan serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhungan dengan kontek yang hampir tidak mungkin dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tehnik apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. KARAKTERISTIK ANAK USIA SEKOLAH DASAR Karakteristik anak usia sekolah dasa radalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok serta senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung oleh karena itu guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsure permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja dalam kelompok serta memberikan kepada anak didik untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Nurhayati (2001) anak-anak usia sekolah dasar sedang bergerak dari pemikiran egosentris ke desentris atau dari pemikiran subyektif ke pemikiran objektif. Pemikiran desentris memungkinkan anak-anak melihat bahwa orang lain dapat memiliki persepsi berbeda dengan dari persepsi mereka. Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah . dimana kecepatan pertumbuhan
  • 44. 455 anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, walaupun dalam usia yang sama. Dari pengertian tersebut bahwa karakteristik utama anak usia sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya dalam intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa,perkembangan fisik dan kepribadian, karena anak didik harus dipandang sebagai subyek/pribadi yang memiliki kedirisendirian dan kebebasan untuk mencapai kedewasaannya. Karakteristik berikutnya anak usia sekolah dasar sedang berkembang, sehingga dalam perkembangannya harus sesuai tahap perkembangannya dan dituntut perlakuan tertentu, artinya prilaku yang harus sesuai dengan anak usia sekolah dasar. Potensi yang dimiliki oleh anak menuntut orang dewasa dalam hal ini guru untuk mengembangkannya, sehingga memiliki ketergantungan kepada pendidik namun tidak memperlakukan semena-mena dan tidak dipandang sebagai objek tapi sebagai subyek. Sejalan dengan itu Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barangkali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik, tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan social dan non social meningkat. Ericson juga mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik kepada pencapaian hasil belajar. Mereka mengembangkan rasa percaya dirinya terhadap kemampuandan pencapaian yang baikdan relevan IMPLIKASI PERANAN GURU TERHADAP ANAK USIA SEKOLAH DASAR Sebagaimana diuraikan diatas , dapat disimpulkan bahwa anakn usia sekolah dasar adalah individu yang sedang berkembang baik secara fisik maupun mental, perkembangan intelektual, perkembangan rasa percaya diri serta adanya perbedaan individual baik dari segi intelegensi , kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan fisik serta mentalnya. Menyikapi karakteristik tersebut maka peran guru menjadi sangat dominan untuk menumbuh kembangkan, menyelaraskan dan meningkatkan potensi, karakter dan motivasi yang dimiliki peserta didik dengan segala karakteristiknya sebagaimana tersebut diatas Sebagaimana pendapat dari Pullias dan Young tentang peranan guru terdapat 14 peranan diantaranya sebagai pendidik, pengajar sampai sebgai kulminator. Dalam kaitan dengan peran guru di tingkat Sekolah Dasar penulis berpendapat ada beberapa peran guru yang sangat menonjol, yaitu: 1. Guru sebagai pendidik Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, sehingga guru harus mampu menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak, yang dilandasi dengan sikap dan tingkah laku serta menjadi seorang yang berkepribadian, yang menjadi suri teladan bagi peserta didiknya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar sebagai individu yang sedang berkembang baik secara fisik dan mental kearah yang lebih baik, sehingga dalam prosesnya mereka akan mencari figure yang dapat