SlideShare a Scribd company logo
PRO DAN KONTRA SEBUTAN PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU
PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SERTA
STRATEGI INOVATIF PENYEBARANNYA
Manik Sukoco*
Abdul Gafur**
*Prodi PPKn Program Pascasarjana UNY, E-mail: itsmanik@fastmail.net
**Dosen Pengampu Prodi PPKn Program Pascasarjana UNY,
Jalan Colombo No.1 Yogyakarta 55281, E-mail: agafur68@gmail.com
Diskusi tentang Pancasila mungkin dianggap membosankan bagi sebagian
besar kalangan masyarakat Indonesia. Sejak runtuhnya kekuasaan rezim otoriter pada
pertengahan Mei 1998, Pancasila tidak lagi populer dalam kehidupan masyarakat.
Istilah pilar kebangsaan muncul setelah pengesahan UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik. Pada akhir tahun 2011, dan sepanjang tahun 2012, sosialisasi mengenai
Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara mulai dilakukan. Pada bulan Maret 2013,
diskusi mengenai Pancasila semakin marak terdengar. Salah satu penyebabnya adalah
pengukuhan gelar kehormatan doctor honoris causa dari Universitas Trisakti kepada
Mantan Ketua MPR RI, Alm. Taufiq Kiemas atas jasanya telah melahirkan gagasan
sosialisasi 4 pilar kebangsaan Indonesia, yakni: 1) Pancasila, 2) Bhineka Tunggal Ika, 3)
UUD 1945, dan 4) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lebih lanjut, Taufiq
Kiemas berpendapat bahwa 4 pilar bangsa harus dijabarkan dan menjiwai semua
peraturan perundangan, institusi pendidikan, pertahanan serta semua sendi kehidupan
bernegara. Namun, jika ditelaah lebih lanjut, ternyata istilah empat pilar kebangsaan
dan kenegaraan tersebut kurang tepat jika ditinjau secara mandalam, baik dari sisi
historis, yuridis, maupun ilmiah.
A. Awal Kemunculan
Landasan hukum dipakainya istilah “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara”
adalah disahkannya UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Pada Pasal 34 ayat
(3b) dicantumkan bahwa Pancasila merupakan pilar berbangsa dan bernegara. Sebutan
itu berangkat dari makna harfiah pilar sebagai tiang penguat atau penyangga. Apabila
pilar ini tidak kokoh atau rapuh, maka akan berakibat robohnya bangunan yang
disangganya. Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan
pilar yang merupakan tiang penyangga yang kokoh, agar rakyat yang mendiami akan
merasa nyaman, aman, tenteram, dan sejahtera, terhindar dari segala macam
gangguan dan bencana. Jadi “Empat Pilar Kebangsaan” dimaknai MPR sebagai empat
tiang penguat atau penyangga untuk menjaga keutuhan berkehidupan kebangsaan
Indonesia. Gagasan ini lalu gencar disosialisasikan sejak tahun 2011 oleh MPR. MPR
menilai bahwa sosialisasi ini sangat efektif guna menanamkan kembali nilai-nilai luhur
yang perlu dijadikan acuan dan pedoman bagi setiap warga negara dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Namun dalam perjalanannya, sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar
berkehidupan, berbangsa, dan bernegara ternyata menuai pro dan kontra baik dari
masyarakat, maupun dari kalangan akademisi. Banyak pemberitaan di media cetak
maupun elektronik yang mengulas mengenai pendapat masyarakat dan akademisi
mengenai sosialisasi 4 pilar berbangsa dan bernegara yang dilakukan oleh MPR.
B. Pendapat Pro
MPR adalah pendukung terbesar dari kampanye “Empat Pilar Berbangsa dan
Bernegara”. Hal ini dikarenakan paska reformasi, Pancasila menjadi tidak populer
bahkan dilupakan urgensinya dalam kehidupan masyarakat. Terjadinya krisis multi-
dimensi di berbagai wilayah Indonesia juga menuntut dilakukannya revitalisasi nilai-
nilai Pancasila. MPR memandang perlunya kampanye dan pengenalan kembali
Pancasila kepada generasi muda, supaya mereka dapat mengetahui kedudukan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari aspek yuridis,
sosialisasi empat pilar kebangsaan ini merupakan tindak lanjut dari Ketetapan MPR
Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional dan
kondisi bangsa Indonesia pada saat itu, yaitu: a) Nilai-nilai agama dan nilai-nilai
budaya bangsa tidak lagi dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh
sebagian masyarakat. Hal itu kemudian melahirkan krisis akhlak dan moral yang
berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran HAM, b) Konflik sosial
budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan, dan agama yang tidak
dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat, c) Penegakan
hukum tidak berjalan dengan baik dan pelaksanaannya telah diselewengkan
sedemikian rupa, sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu persamaan hak
warga negara di hadapan hukum, d) Perilaku ekonomi yang berlangsung diwarnai
dengan praktek KKN (kolusi, korupsi, nepotisme), serta kurangnya keberpihakan pada
kelompok usaha kecil dan menengah, e) Sistem politik tidak berjalan dengan baik,
sehingga belum dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang amanah, mampu
memberikan teladan, dan memperjuangkan kepentingan masyarakat, f) Peralihan
kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah, dan dendam antara
kelompok masyarakat karena proses demokrasi yang tidak berjalan dengan baik, g)
Aparat pemerintah sering mengabaikan proses demokrasi sehingga rakyat tidak dapat
menyalurkan aspirasi politiknya. Hal ini menimbulkan gejolak politik lalu bermuara
pada gerakan masyarakat yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, h)
Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh
internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya pengawasan
oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah menjadikan transparansi
dan pertanggungjawaban pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang
bersih dan bertanggungjawab tidak terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat
kepada penyelenggara negara menjadi berkurang, i) Globalisasi dalam kehidupan
politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa
Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai, dapat memberi dampak negatif terhadap
kehidupan berbangsa, j) Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan
keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila dan keterkaitannya
satu sama lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
C. Pendapat Kontra
Pendapat Kontra akan sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan
berbangsa dan bernegara datang terutama dari kalangan akademisi. Prof. Sujito, yang
merupakan Kepala Pusat Studi Pancasila UGM menolak pendapat tersebut dengan 4
alasan yaitu: 1) Pancasila seharusnya dipandang sebagai way of life atau pandangan
hidup bangsa Indonesia bukan sebagai tiang penyangga negara. 2) Pancasila dimaknai
sebagai dasar negara yang kemudian oleh Bung Karno disebut sebagai philosofische
grondslag bagi Negara Indonesia, 3) Pancasila merupakan ideologi negara, bukan
merupakan pilar kebangsaan, dan 4) Pancasila dipandang sebagai paradigma ilmu.
Dalam berbagai kedudukan fungsi dan maknanya itu, Pancasila harus diamalkan
sebagai satu kesatuan secara simultan, tidak boleh dipecah-pecah, apalagi diganti
istilah dan kedudukan maknanya menjadi pilar. Prof. Sujito juga mengutip pendapat
pakar politik Edward Silen bahwa syarat pertama dan utama agar kehidupan bernegara
mantap, stabil, dan dinamis yaitu bila suatu bangsa sudah memiliki pemahaman dan
kesepakatan tentang sistem nilainya. Sistem nilai yang dianut Indonesia adalah
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila tidak bisa digoyang-goyang dengan berbagai
macam cara baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi, dan maknanya. Apabila
pemahaman Pancasila masih rancu, kacau, chaos, dasar negara disamakan dengan
pilar, dan penggunaan istilah pilar dikatakan tidak bermasalah, maka bangsa ini
berada di ambang kehancuran.
Guru Besar Filsafat UGM, Prof. Kaelan, menolak sebutan Pancasila sebagai
salah satu pilar berkehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan 4 alasan yaitu: 1)
Pada UU No. 2 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (1) ditegaskan Pancasila sebagai dasar negara,
adapun pada Pasal 34 ayat (3b), Pancasila dicantumkan sebagai pilar berbangsa dan
bernegara. Hal ini mengandung arti bahwa UU No. 22 Tahun 2011 tersebut cacat
secara hukum (memiliki ketidakonsistenan dan ketidakkoherenan). Jika Pancasila
diletakkan sebagai pilar negara, maka akan memiliki konsekuensi yaitu mengacaukan
sistem penormaan hukum di Indonesia, 2) Pasca reformasi, nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar filsafat negara dihilangkan dari kancah kehidupan kenegaraan dan
Kebangsaan sehingga bangsa Indonesia kehilangan ideologi dan pandangan filosofis
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, munculnya istilah
Pancasila sebagai pilar akan merusak sistem pengetahuan tentang Pancasila, 3)
ketidaktahuan tentang Pancasila sebagai dasar filsafat negara dengan kehadiran
terminologi Pancasila sebagai pilar kebangsaan akan mengacaukan pengetahuan
tentang Pancasila. 4) Program MPR tentang pemasyarakatan dan pembudayaan
Pancasila sangat mulia dan masyarakat harus mendukungnya. Namun, istilah
Pancasila sebagai pilar kebangsaan tidaklah tepat dan perlu dikoreksi.
Prof. Jawahir Thontowi, Guru Besar Sosiologi Hukum Universitas Islam
Indonesia juga menolak sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan
berbangsa dan bernegara berdasarkan 3 alasan yaitu: 1) Penggunaan empat pilar
kebangsaan yang saat ini sedang diupayakan untuk disosialisasikan dengan merujuk
pada Pasal 34 ayat (3b) UU No. 2 Tahun 2011 merupakan suatu keputusan politik yang
tidak memiliki sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik secara historis,
yuridis, maupun ilmiah. Sehingga, pro kontra yang timbul dalam masyarakat dan
bangsa Indonesia terkait dengan 4 pilar kebangsaan yang mensejajarkan atau
menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar kebangsaan tidak menemukan
kebenaran secara de facto dan de jure, 2) Secara kualitatif keberadaan Pasal 34 ayat
(3b) telah melanggar konstitusi, mengingat secara faktual pelanggaran yang terjadi
justru karena bertentangan dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Mengacu
pada argumentasi sejarah hukum perjanjian dan hukum kebiasaan internasional,
khususnya terkait dengan pacta sunt servanda dan asas good faith dalam hukum
kebiasaan, termasuk juga keberadaan UUD, menunjukkan bukti bahwa norma hukum
4 pilar kebangsaan tidak memiliki derajat dan kualitas sebanding. Jika ditinjau secara
filosofis, kedudukan Pancasila sebagai pilar kebangsaan sangat lemah untuk
dipertahankan dan jelas menimbulkan ketidakpastian hukum baik dalam arti kognitif,
afektif, dan juga psikomotorik bagi keberadaan Pancasila sebagai dasar negara di
Indonesia, 3) Ketidakpastian hukum sebagai akibat pertentangan serius antara Pasal
34 ayat (3b) dengan Pembukaan UUD 1945 khususnya alinea keempat, kerugian
konstitusional, potensial, dan material tanpa ada keraguan sedikit pun (beyond
reasonable doubt) telah terlihat gamblang dan jelas, sehingga dengan asas iktikad baik
Pemerintah, MPR, DPR, DPD, serta pihak-pihak pendukung tidak selayaknya
mempertahankan metode pendidikan politik melalui 4 pilar kebangsaan tanpa
dukungan dan kajian akademis mendalam dan komprehensif.
Selain maraknya pemberitaan di media cetak maupun elektronik, protes dan
unjuk rasa juga beberapa kali terjadi mengenai perlunya koreksi akan sebutan
Pancasila sebagai salah satu pilar berbangsa dan bernegara. Di berbagai daerah terjadi
gejolak protes terhadap MPR, salah satunya di Lampung pada November 2012, di
PBNU pusat pada bulan Agustus 2013, di Semarang oleh BEM IAIN Wali Songo, di
UNDIP Semarang. Lalu juga di Riau, Surakarta, Surabaya, Malang, Bali, dan
Yogyakarta. Beberapa seminar terkait juga diselenggarakan sebagai respon dari
sosialisasi MPR mengenai 4 pilar kebangsaan, diantaranya Kongres Pancasila IV, 1
Juni 2012, Kongres Pancasila V di UGM, 1 Juni 2013, dan Sarasehan Nasional dalam
rangka Dies Natalis ke-50 Fakultas Geografi UGM, 31 Agustus 2013 di Fakultas
Geografi UGM Yogyakarta. Lebih lanjut diajukanlah Perkara No. 100/PUU-XI/2013
Perihal Pengujian UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008
tentang Partai Politik terhadap UUD 1945 melalui MK.
D. Kelanjutan Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Berbangsa dan
Bernegara
Setelah masyarakat melakukan gugatan Perkara No. 100/PUU-XI/2013 Perihal
Pengujian UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang
Partai Politik terhadap UUD 1945 melalui MK, maka MK pada tanggal 3 April 2014,
mengeluarkan putusan untuk membatalkan istilah Empat Pilar Berbangsa dan
Bernegara. Namun dalam prakteknya, MPR ternyata tidak dapat meninggalkan
warisan dari pimpinan MPR sebelumnya, Taufik Kiemas, mengenai penggunaan istilah
“empat pilar”. Frase tersebut dianggap sudah cukup menjadi merk dalam rangka
sosialisasi Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Untuk itu, pada pertengahan Februari 2015, Pimpinan MPR melakukan
konsultasi dengan pimpinan MK untuk menegaskan kembali aspek legalitas dari
kegiatan sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan oleh MPR. Kemudian, MPR
menempuh jalan tengah. MPR akan tetap menghormati putusan MK mengenai
pelarangan penggunaan istilah "Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara". Sebagai
konsekuensinya, Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI tidak diperkenankan lagi
mempergunakan istilah "Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara", namun
menggantinya dengan istilah "Sosialisasi Empat Pilar MPR RI".
E. Pendapat Penulis
Dalam hal ini penulis tidak setuju mengenai sebutan Pancasila sebagai salah
satu pilar berbangsa dan bernegara. Jika ditinjau dari aspek yuridis, penulis sepakat
dengan teori yang ditulis oleh Maria Farida Indrati dalam Sistem Norma Hukum di
Indonesia dimana, “Keseluruhan sistem norma hukum Negara Republik Indonesia
merupakan suatu sistem yang berjenjang, dimulai dari staat fundamental norm
(Pancasila), kemudian disusul dengan verfassungsnorm (UUD 1945), lalu grundgesetz
norm (ketetapan MPR), serta gesetz norm (Undang-Undang). Konsekuensinya,
Pancasila merupakan sumber dan dasar bagi pembentukkan pasal-pasal dalam
verfassungsnorm. Sedangkan aturan yang ada dalam verfassungsnorm merupakan
sumber dan dasar bagi pembentukan aturan-aturan grundgesetz norm, dan juga
sekaligus merupakan sumber dan dasar bagi pembentukan gesetz norm. Dalam
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, pada
hakikatnya merupakan sumber dan asas kerohanian bagi sistem peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Apabila menganalisis UU No. 2 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (1),
disana disebutkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara. Namun pada Pasal 34
ayat (3b) disebutkan kedudukan Pancasila sebagai pilar berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan teori sistem norma hukum, bisa disimpulkan bahwa ada kekacauan
penormaan hukum di dalam UU No. 2 Tahun 2011 yaitu di antara staat fundamental
norm dengan gesetz norm. Manakala di dalam peraturan perundang-undangan
terdapat ketidakserasian atau ketidakkonsistenan, apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, maka hal ini akan menyebabkan inkonstitusionalitas dan ketidaklegalan.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika norma hukum tersebut batal demi hukum.
Adapun jika ditinjau dari sisi historis, konsensus mengenai Pancasila sebagai
staat fundamental norm terjadi tatkala Pancasila disepakati pada tanggal 22 Juni
1945. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara dan
juga tidak ditutup kemungkinan akan terjadi suatu chaos, perang sipil, atau bahkan
suatu revolusi. Hal ini pernah terjadi 1789 di Perancis, kemudian di Amerika 1776, di
Rusia pada tahun 1917, demikian pula di Uni Soviet, dan Yugoslavia.
Jika ditinjau dari segi filosofis, dalam rangka menjamin kebersamaan dalam
kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan,
cita-cita bersama yang terumuskan di dalam filsafat dasar negara, yaitu Pancasila.
Kedudukan Pancasila sebagai philosofische grondslag merupakan harga mati. Oleh
karena itu, perubahan Pancasila, baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi, dan
maknanya tidak diperbolehkan.
F. Strategi Inovatif Penyebarluasan Empat Pilar MPR RI
Ada beberapa pendekatan yang saat ini digunakan untuk menyebarluaskan
empat pilar MPR RI. Keempat pendekatan tersebut yaitu: 1) Pendekatan kultural,
dengan memperkenalkan tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda.
Hal ini dibutuhkan agar pembangunan oleh generasi muda di masa depan tetap
mengedepankan norma dan budaya bangsa. Pembangunan dilakukan dengan
memperhatikan potensi dan kekayaan budaya daerah tanpa menghilangkan adat
istiadat yang berlaku; 2) Pendekatan edukatif, dengan mendidik generasi muda melalui
wadah-wadah yang tepat seperti kegiatan Pramuka; 3) Pendekatan hukum, dengan
menindak tegas tindakan kekerasan atau pelanggaran norma; 4) Pendekatan
struktural, dengan mengajak berbagai lapisan struktur sekolah, masyarakat, dan
pemerintah untuk bekerjasama mengurai benang kusut budaya korupsi, kerusuhan
sosial dan konflik horizontal, lemahnya taraf hidup masyarakat, minimnya akses akan
pendidikan dan kesehatan, juga berbagai belitan persoalan lainnya.

More Related Content

What's hot

Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
avandiliakireina
 
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsiPPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
irfan baihaqi
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
WATI SRIWAHYUNINGSIH
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
masriani mahmud
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Muhammad Irwan
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Syaiful Ahdan
 
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baruPerbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
dionadya p
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaRiska Yuliatiningsih
 
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Tri Widodo W. UTOMO
 
Ppt melawan bullying
Ppt melawan bullyingPpt melawan bullying
Ppt melawan bullying
yulia isti damayanti
 
Demokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerikaDemokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerikaErlambang Raidianto
 
MAKALAH DI TII
MAKALAH DI TIIMAKALAH DI TII
MAKALAH DI TII
Muhammad Viddin
 
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
DheaFeralia
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
Dadang Solihin
 
Ppt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasilaPpt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasila
Sherly Anggraini
 
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia DiniPengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Dery Andrian Romadhon
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen
Nariaki Adachi
 

What's hot (20)

Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
Perbandingan Pelaksanaan Demokrasi Dan HAM Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Da...
 
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsiPPT peran mahasiswa mencegah korupsi
PPT peran mahasiswa mencegah korupsi
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.pptKEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
KEKERASAN TERHADAP ANAK.ppt
 
Makalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraanMakalah pendidikan kewarganegaraan
Makalah pendidikan kewarganegaraan
 
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
 
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baruPerbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
Perbedaan pelaksanaan demokrasi di orde lama dan orde baru
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
Akromegali
AkromegaliAkromegali
Akromegali
 
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia
 
Identitas Nasional Indonesia
Identitas Nasional IndonesiaIdentitas Nasional Indonesia
Identitas Nasional Indonesia
 
Ppt melawan bullying
Ppt melawan bullyingPpt melawan bullying
Ppt melawan bullying
 
Demokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerikaDemokrasi indonesia amerika
Demokrasi indonesia amerika
 
Pernikahan dini
Pernikahan diniPernikahan dini
Pernikahan dini
 
MAKALAH DI TII
MAKALAH DI TIIMAKALAH DI TII
MAKALAH DI TII
 
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA DALAM DEMOKRASI YANG BERSUM...
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
 
Ppt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasilaPpt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasila
 
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia DiniPengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen
 

Similar to Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara serta Strategi Inovatif Penyebarannya

MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGISMAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
 
SUMBER HISTORIS.pdf
SUMBER HISTORIS.pdfSUMBER HISTORIS.pdf
SUMBER HISTORIS.pdf
RiskaMaulaya
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
Nanda Rahayu
 
3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia
Yuhuu Febriani Fitria
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
WooSan4
 
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
RADwiCahyaFitria
 
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSADINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
friedskoa
 
Memahami nilai nilai pancasila
Memahami  nilai nilai   pancasilaMemahami  nilai nilai   pancasila
Memahami nilai nilai pancasila
Mandiri Sekuritas
 
16919924.ppt
16919924.ppt16919924.ppt
16919924.ppt
alwapascaselnofraamr
 
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negaraSumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
NovitaSari398
 
Artikel edited
Artikel editedArtikel edited
Artikel edited
natal kristiono
 
Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)
Saie Az-zannuky
 
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
Cloudys04
 
Makalah pancasila kahfi
Makalah pancasila kahfiMakalah pancasila kahfi
Makalah pancasila kahfianihdx
 
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptxPancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
DataWaruwu
 
tugas pancasila ok.docx
tugas pancasila ok.docxtugas pancasila ok.docx
tugas pancasila ok.docx
FerdyRahmatHidayat
 
Bab i pkn di pt
Bab i pkn di ptBab i pkn di pt
Bab i pkn di pt
Malik Serang
 
Pancasila ppt
Pancasila pptPancasila ppt
Pancasila ppt
Thedirty1
 

Similar to Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara serta Strategi Inovatif Penyebarannya (20)

MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGISMAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
MAKALAH PANCASILA DI TINJAU DARI ETIMOLOGIS, HISTORIS DAN TERMONOLOGIS
 
SUMBER HISTORIS.pdf
SUMBER HISTORIS.pdfSUMBER HISTORIS.pdf
SUMBER HISTORIS.pdf
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia3. pancasia dalam sejarah indonesia
3. pancasia dalam sejarah indonesia
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
 
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
 
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSADINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA
 
Memahami nilai nilai pancasila
Memahami  nilai nilai   pancasilaMemahami  nilai nilai   pancasila
Memahami nilai nilai pancasila
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
16919924.ppt
16919924.ppt16919924.ppt
16919924.ppt
 
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negaraSumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
 
Artikel edited
Artikel editedArtikel edited
Artikel edited
 
Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)Kisi2 udin 2012 (1)
Kisi2 udin 2012 (1)
 
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan
 
Makalah pancasila kahfi
Makalah pancasila kahfiMakalah pancasila kahfi
Makalah pancasila kahfi
 
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptxPancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.pptx
 
tugas pancasila ok.docx
tugas pancasila ok.docxtugas pancasila ok.docx
tugas pancasila ok.docx
 
Bab i pkn di pt
Bab i pkn di ptBab i pkn di pt
Bab i pkn di pt
 
Pancasila ppt
Pancasila pptPancasila ppt
Pancasila ppt
 
Paradigma Pancasila
Paradigma PancasilaParadigma Pancasila
Paradigma Pancasila
 

More from Yogyakarta State University

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
Yogyakarta State University
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Yogyakarta State University
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Yogyakarta State University
 
Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)
Yogyakarta State University
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Yogyakarta State University
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Yogyakarta State University
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Yogyakarta State University
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Yogyakarta State University
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Yogyakarta State University
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Yogyakarta State University
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Yogyakarta State University
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Yogyakarta State University
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Yogyakarta State University
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Yogyakarta State University
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Yogyakarta State University
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Yogyakarta State University
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Yogyakarta State University
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Yogyakarta State University
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Yogyakarta State University
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Yogyakarta State University
 

More from Yogyakarta State University (20)

The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing...
 
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp... Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
Contoh Analisis Data Statistika Menggunakan SPSS 16.0 (Mulai Entri Data samp...
 
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi KontemporerIsu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
Isu-Isu Hukum dan Konstitusi Kontemporer
 
Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)Literasi Politik (Political Literacy)
Literasi Politik (Political Literacy)
 
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
Penerapan Konstitusi Hijau, Penegakan Hukum Lingkungan, dan Pembentukan Masya...
 
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di IndonesiaPerkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Perkembangan Konsep Demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di AustraliaSebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
Sebuah Kajian Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan di Australia
 
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
Jalan Panjang Pendidikan Politik Indonesia (Sebuah Kajian Teoritis dan Prakti...
 
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute ResolutionJudirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
Judirical Aspect on the Islamic Banking Dispute Resolution
 
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di IndonesiaKajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
Kajian Sistem Politik dan Pemerintahan di Indonesia
 
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebij...
 
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
Pengaruh Lingkungan Eksternal dan Internal terhadap Motivasi dan Hasil Belaja...
 
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi PajakGlobalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak
 
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
Pemilihan Model Organisasi dalam Mewujudkan Prinsip-prinsip Good Corporate Go...
 
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan HukumBeberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
Beberapa Pendapat Mahfud MD tentang Konstitusi dan Hukum
 
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di KampusMenumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
Menumbuhkan Budaya Entrepreneurship di Kampus
 
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di IndonesiaBenang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
Benang Kusut Persoalan Buta Aksara di Indonesia
 
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir KreatifBertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
Bertanya Sebagai Salah Satu Kunci Berpikir Kreatif
 
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di SekolahDiskriminasi Pendidikan di Sekolah
Diskriminasi Pendidikan di Sekolah
 

Recently uploaded

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 

Recently uploaded (20)

SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 

Pro dan Kontra Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara serta Strategi Inovatif Penyebarannya

  • 1. PRO DAN KONTRA SEBUTAN PANCASILA SEBAGAI SALAH SATU PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SERTA STRATEGI INOVATIF PENYEBARANNYA Manik Sukoco* Abdul Gafur** *Prodi PPKn Program Pascasarjana UNY, E-mail: itsmanik@fastmail.net **Dosen Pengampu Prodi PPKn Program Pascasarjana UNY, Jalan Colombo No.1 Yogyakarta 55281, E-mail: agafur68@gmail.com Diskusi tentang Pancasila mungkin dianggap membosankan bagi sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia. Sejak runtuhnya kekuasaan rezim otoriter pada pertengahan Mei 1998, Pancasila tidak lagi populer dalam kehidupan masyarakat. Istilah pilar kebangsaan muncul setelah pengesahan UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Pada akhir tahun 2011, dan sepanjang tahun 2012, sosialisasi mengenai Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara mulai dilakukan. Pada bulan Maret 2013, diskusi mengenai Pancasila semakin marak terdengar. Salah satu penyebabnya adalah pengukuhan gelar kehormatan doctor honoris causa dari Universitas Trisakti kepada Mantan Ketua MPR RI, Alm. Taufiq Kiemas atas jasanya telah melahirkan gagasan sosialisasi 4 pilar kebangsaan Indonesia, yakni: 1) Pancasila, 2) Bhineka Tunggal Ika, 3) UUD 1945, dan 4) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lebih lanjut, Taufiq Kiemas berpendapat bahwa 4 pilar bangsa harus dijabarkan dan menjiwai semua peraturan perundangan, institusi pendidikan, pertahanan serta semua sendi kehidupan bernegara. Namun, jika ditelaah lebih lanjut, ternyata istilah empat pilar kebangsaan dan kenegaraan tersebut kurang tepat jika ditinjau secara mandalam, baik dari sisi historis, yuridis, maupun ilmiah. A. Awal Kemunculan Landasan hukum dipakainya istilah “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara” adalah disahkannya UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Pada Pasal 34 ayat (3b) dicantumkan bahwa Pancasila merupakan pilar berbangsa dan bernegara. Sebutan itu berangkat dari makna harfiah pilar sebagai tiang penguat atau penyangga. Apabila pilar ini tidak kokoh atau rapuh, maka akan berakibat robohnya bangunan yang disangganya. Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan pilar yang merupakan tiang penyangga yang kokoh, agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman, aman, tenteram, dan sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Jadi “Empat Pilar Kebangsaan” dimaknai MPR sebagai empat tiang penguat atau penyangga untuk menjaga keutuhan berkehidupan kebangsaan Indonesia. Gagasan ini lalu gencar disosialisasikan sejak tahun 2011 oleh MPR. MPR menilai bahwa sosialisasi ini sangat efektif guna menanamkan kembali nilai-nilai luhur yang perlu dijadikan acuan dan pedoman bagi setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun dalam perjalanannya, sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan, berbangsa, dan bernegara ternyata menuai pro dan kontra baik dari masyarakat, maupun dari kalangan akademisi. Banyak pemberitaan di media cetak maupun elektronik yang mengulas mengenai pendapat masyarakat dan akademisi mengenai sosialisasi 4 pilar berbangsa dan bernegara yang dilakukan oleh MPR.
  • 2. B. Pendapat Pro MPR adalah pendukung terbesar dari kampanye “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara”. Hal ini dikarenakan paska reformasi, Pancasila menjadi tidak populer bahkan dilupakan urgensinya dalam kehidupan masyarakat. Terjadinya krisis multi- dimensi di berbagai wilayah Indonesia juga menuntut dilakukannya revitalisasi nilai- nilai Pancasila. MPR memandang perlunya kampanye dan pengenalan kembali Pancasila kepada generasi muda, supaya mereka dapat mengetahui kedudukan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari aspek yuridis, sosialisasi empat pilar kebangsaan ini merupakan tindak lanjut dari Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional dan kondisi bangsa Indonesia pada saat itu, yaitu: a) Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak lagi dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran HAM, b) Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan, dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat, c) Penegakan hukum tidak berjalan dengan baik dan pelaksanaannya telah diselewengkan sedemikian rupa, sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu persamaan hak warga negara di hadapan hukum, d) Perilaku ekonomi yang berlangsung diwarnai dengan praktek KKN (kolusi, korupsi, nepotisme), serta kurangnya keberpihakan pada kelompok usaha kecil dan menengah, e) Sistem politik tidak berjalan dengan baik, sehingga belum dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang amanah, mampu memberikan teladan, dan memperjuangkan kepentingan masyarakat, f) Peralihan kekuasaan yang sering menimbulkan konflik, pertumpahan darah, dan dendam antara kelompok masyarakat karena proses demokrasi yang tidak berjalan dengan baik, g) Aparat pemerintah sering mengabaikan proses demokrasi sehingga rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya. Hal ini menimbulkan gejolak politik lalu bermuara pada gerakan masyarakat yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, h) Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah menjadikan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab tidak terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara menjadi berkurang, i) Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai, dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa, j) Kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila Pancasila dan keterkaitannya satu sama lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. C. Pendapat Kontra Pendapat Kontra akan sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan berbangsa dan bernegara datang terutama dari kalangan akademisi. Prof. Sujito, yang merupakan Kepala Pusat Studi Pancasila UGM menolak pendapat tersebut dengan 4 alasan yaitu: 1) Pancasila seharusnya dipandang sebagai way of life atau pandangan hidup bangsa Indonesia bukan sebagai tiang penyangga negara. 2) Pancasila dimaknai
  • 3. sebagai dasar negara yang kemudian oleh Bung Karno disebut sebagai philosofische grondslag bagi Negara Indonesia, 3) Pancasila merupakan ideologi negara, bukan merupakan pilar kebangsaan, dan 4) Pancasila dipandang sebagai paradigma ilmu. Dalam berbagai kedudukan fungsi dan maknanya itu, Pancasila harus diamalkan sebagai satu kesatuan secara simultan, tidak boleh dipecah-pecah, apalagi diganti istilah dan kedudukan maknanya menjadi pilar. Prof. Sujito juga mengutip pendapat pakar politik Edward Silen bahwa syarat pertama dan utama agar kehidupan bernegara mantap, stabil, dan dinamis yaitu bila suatu bangsa sudah memiliki pemahaman dan kesepakatan tentang sistem nilainya. Sistem nilai yang dianut Indonesia adalah Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila tidak bisa digoyang-goyang dengan berbagai macam cara baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi, dan maknanya. Apabila pemahaman Pancasila masih rancu, kacau, chaos, dasar negara disamakan dengan pilar, dan penggunaan istilah pilar dikatakan tidak bermasalah, maka bangsa ini berada di ambang kehancuran. Guru Besar Filsafat UGM, Prof. Kaelan, menolak sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan 4 alasan yaitu: 1) Pada UU No. 2 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (1) ditegaskan Pancasila sebagai dasar negara, adapun pada Pasal 34 ayat (3b), Pancasila dicantumkan sebagai pilar berbangsa dan bernegara. Hal ini mengandung arti bahwa UU No. 22 Tahun 2011 tersebut cacat secara hukum (memiliki ketidakonsistenan dan ketidakkoherenan). Jika Pancasila diletakkan sebagai pilar negara, maka akan memiliki konsekuensi yaitu mengacaukan sistem penormaan hukum di Indonesia, 2) Pasca reformasi, nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara dihilangkan dari kancah kehidupan kenegaraan dan Kebangsaan sehingga bangsa Indonesia kehilangan ideologi dan pandangan filosofis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, munculnya istilah Pancasila sebagai pilar akan merusak sistem pengetahuan tentang Pancasila, 3) ketidaktahuan tentang Pancasila sebagai dasar filsafat negara dengan kehadiran terminologi Pancasila sebagai pilar kebangsaan akan mengacaukan pengetahuan tentang Pancasila. 4) Program MPR tentang pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila sangat mulia dan masyarakat harus mendukungnya. Namun, istilah Pancasila sebagai pilar kebangsaan tidaklah tepat dan perlu dikoreksi. Prof. Jawahir Thontowi, Guru Besar Sosiologi Hukum Universitas Islam Indonesia juga menolak sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berkehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan 3 alasan yaitu: 1) Penggunaan empat pilar kebangsaan yang saat ini sedang diupayakan untuk disosialisasikan dengan merujuk pada Pasal 34 ayat (3b) UU No. 2 Tahun 2011 merupakan suatu keputusan politik yang tidak memiliki sumber yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik secara historis, yuridis, maupun ilmiah. Sehingga, pro kontra yang timbul dalam masyarakat dan bangsa Indonesia terkait dengan 4 pilar kebangsaan yang mensejajarkan atau menempatkan Pancasila sebagai salah satu pilar kebangsaan tidak menemukan kebenaran secara de facto dan de jure, 2) Secara kualitatif keberadaan Pasal 34 ayat (3b) telah melanggar konstitusi, mengingat secara faktual pelanggaran yang terjadi justru karena bertentangan dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Mengacu pada argumentasi sejarah hukum perjanjian dan hukum kebiasaan internasional, khususnya terkait dengan pacta sunt servanda dan asas good faith dalam hukum kebiasaan, termasuk juga keberadaan UUD, menunjukkan bukti bahwa norma hukum
  • 4. 4 pilar kebangsaan tidak memiliki derajat dan kualitas sebanding. Jika ditinjau secara filosofis, kedudukan Pancasila sebagai pilar kebangsaan sangat lemah untuk dipertahankan dan jelas menimbulkan ketidakpastian hukum baik dalam arti kognitif, afektif, dan juga psikomotorik bagi keberadaan Pancasila sebagai dasar negara di Indonesia, 3) Ketidakpastian hukum sebagai akibat pertentangan serius antara Pasal 34 ayat (3b) dengan Pembukaan UUD 1945 khususnya alinea keempat, kerugian konstitusional, potensial, dan material tanpa ada keraguan sedikit pun (beyond reasonable doubt) telah terlihat gamblang dan jelas, sehingga dengan asas iktikad baik Pemerintah, MPR, DPR, DPD, serta pihak-pihak pendukung tidak selayaknya mempertahankan metode pendidikan politik melalui 4 pilar kebangsaan tanpa dukungan dan kajian akademis mendalam dan komprehensif. Selain maraknya pemberitaan di media cetak maupun elektronik, protes dan unjuk rasa juga beberapa kali terjadi mengenai perlunya koreksi akan sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berbangsa dan bernegara. Di berbagai daerah terjadi gejolak protes terhadap MPR, salah satunya di Lampung pada November 2012, di PBNU pusat pada bulan Agustus 2013, di Semarang oleh BEM IAIN Wali Songo, di UNDIP Semarang. Lalu juga di Riau, Surakarta, Surabaya, Malang, Bali, dan Yogyakarta. Beberapa seminar terkait juga diselenggarakan sebagai respon dari sosialisasi MPR mengenai 4 pilar kebangsaan, diantaranya Kongres Pancasila IV, 1 Juni 2012, Kongres Pancasila V di UGM, 1 Juni 2013, dan Sarasehan Nasional dalam rangka Dies Natalis ke-50 Fakultas Geografi UGM, 31 Agustus 2013 di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta. Lebih lanjut diajukanlah Perkara No. 100/PUU-XI/2013 Perihal Pengujian UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik terhadap UUD 1945 melalui MK. D. Kelanjutan Sebutan Pancasila sebagai Salah Satu Pilar Berbangsa dan Bernegara Setelah masyarakat melakukan gugatan Perkara No. 100/PUU-XI/2013 Perihal Pengujian UU No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik terhadap UUD 1945 melalui MK, maka MK pada tanggal 3 April 2014, mengeluarkan putusan untuk membatalkan istilah Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara. Namun dalam prakteknya, MPR ternyata tidak dapat meninggalkan warisan dari pimpinan MPR sebelumnya, Taufik Kiemas, mengenai penggunaan istilah “empat pilar”. Frase tersebut dianggap sudah cukup menjadi merk dalam rangka sosialisasi Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, pada pertengahan Februari 2015, Pimpinan MPR melakukan konsultasi dengan pimpinan MK untuk menegaskan kembali aspek legalitas dari kegiatan sosialisasi empat pilar yang diselenggarakan oleh MPR. Kemudian, MPR menempuh jalan tengah. MPR akan tetap menghormati putusan MK mengenai pelarangan penggunaan istilah "Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara". Sebagai konsekuensinya, Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI tidak diperkenankan lagi mempergunakan istilah "Sosialisasi Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara", namun menggantinya dengan istilah "Sosialisasi Empat Pilar MPR RI". E. Pendapat Penulis Dalam hal ini penulis tidak setuju mengenai sebutan Pancasila sebagai salah satu pilar berbangsa dan bernegara. Jika ditinjau dari aspek yuridis, penulis sepakat
  • 5. dengan teori yang ditulis oleh Maria Farida Indrati dalam Sistem Norma Hukum di Indonesia dimana, “Keseluruhan sistem norma hukum Negara Republik Indonesia merupakan suatu sistem yang berjenjang, dimulai dari staat fundamental norm (Pancasila), kemudian disusul dengan verfassungsnorm (UUD 1945), lalu grundgesetz norm (ketetapan MPR), serta gesetz norm (Undang-Undang). Konsekuensinya, Pancasila merupakan sumber dan dasar bagi pembentukkan pasal-pasal dalam verfassungsnorm. Sedangkan aturan yang ada dalam verfassungsnorm merupakan sumber dan dasar bagi pembentukan aturan-aturan grundgesetz norm, dan juga sekaligus merupakan sumber dan dasar bagi pembentukan gesetz norm. Dalam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, pada hakikatnya merupakan sumber dan asas kerohanian bagi sistem peraturan perundang- undangan di Indonesia. Apabila menganalisis UU No. 2 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (1), disana disebutkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara. Namun pada Pasal 34 ayat (3b) disebutkan kedudukan Pancasila sebagai pilar berbangsa dan bernegara. Berdasarkan teori sistem norma hukum, bisa disimpulkan bahwa ada kekacauan penormaan hukum di dalam UU No. 2 Tahun 2011 yaitu di antara staat fundamental norm dengan gesetz norm. Manakala di dalam peraturan perundang-undangan terdapat ketidakserasian atau ketidakkonsistenan, apalagi dengan Pancasila sebagai sumbernya, maka hal ini akan menyebabkan inkonstitusionalitas dan ketidaklegalan. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika norma hukum tersebut batal demi hukum. Adapun jika ditinjau dari sisi historis, konsensus mengenai Pancasila sebagai staat fundamental norm terjadi tatkala Pancasila disepakati pada tanggal 22 Juni 1945. Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara dan juga tidak ditutup kemungkinan akan terjadi suatu chaos, perang sipil, atau bahkan suatu revolusi. Hal ini pernah terjadi 1789 di Perancis, kemudian di Amerika 1776, di Rusia pada tahun 1917, demikian pula di Uni Soviet, dan Yugoslavia. Jika ditinjau dari segi filosofis, dalam rangka menjamin kebersamaan dalam kerangka kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan perumusan tentang tujuan, cita-cita bersama yang terumuskan di dalam filsafat dasar negara, yaitu Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai philosofische grondslag merupakan harga mati. Oleh karena itu, perubahan Pancasila, baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi, dan maknanya tidak diperbolehkan. F. Strategi Inovatif Penyebarluasan Empat Pilar MPR RI Ada beberapa pendekatan yang saat ini digunakan untuk menyebarluaskan empat pilar MPR RI. Keempat pendekatan tersebut yaitu: 1) Pendekatan kultural, dengan memperkenalkan tentang budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda. Hal ini dibutuhkan agar pembangunan oleh generasi muda di masa depan tetap mengedepankan norma dan budaya bangsa. Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan potensi dan kekayaan budaya daerah tanpa menghilangkan adat istiadat yang berlaku; 2) Pendekatan edukatif, dengan mendidik generasi muda melalui wadah-wadah yang tepat seperti kegiatan Pramuka; 3) Pendekatan hukum, dengan menindak tegas tindakan kekerasan atau pelanggaran norma; 4) Pendekatan struktural, dengan mengajak berbagai lapisan struktur sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk bekerjasama mengurai benang kusut budaya korupsi, kerusuhan sosial dan konflik horizontal, lemahnya taraf hidup masyarakat, minimnya akses akan pendidikan dan kesehatan, juga berbagai belitan persoalan lainnya.