Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas hasil penelitian tentang persepsi guru PPKn SMP terhadap implementasi Kurikulum 2013 di Bondowoso, (2) Penelitian menemukan bahwa sebagian besar guru merasa mudah menyiapkan perencanaan pembelajaran, menguasai materi, dan melaksanakan KBM, namun sulit menerapkan pembelajaran berbasis proyek dan penemuan, (3) Ditemukan pula h
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi pustaka dan pemungutan angket. Sasaran penelitiannya adalah siswa-siswi SMA yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013, salah satunya adalah SMAN 1 Majalengka.
Karya Tulis Ilmiah mengenai Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 terhadap Cara B...regiandira739
Penelitian ini dilaksanakan dengan cara studi pustaka dan pemungutan angket. Sasaran penelitiannya adalah siswa-siswi SMA yang sekolahnya menerapkan kurikulum 2013, salah satunya adalah SMAN 1 Majalengka.
Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...Fattia Rakhmalianni
This research aims to obtain empirical data regarding utilization of the means of education in State Senior High Schools 105 Jakarta. Research conducted at State Senior High Schools 105 Jakarta in April until August 2013. The methods used in this research is qualitative case study method that researchers do intensively. Data collection using the guidelines of the interview, observation and documentation study. Key informants in this study was a vice principal and infrastructure field with four other supporting informant. This research focuses on the utilization and maintenance of education means a more elaborated again on some sub focus such mechanism in the selection facilities of education, utilization and maintenance of the mechanism is a means of education, as well as forms the efforts made as a form of accountability for utilization of the means of education in State Senior High Schools 105 Jakarta. Results of this research found that the school has made the implementation of educational facilities maintenance installation interesting posters on the walls and along the corridors of the school in the form of words of encouragement to students to get an attention in exploiting and maintenance of education. The implications of this research showed that the utilization and maintenance of effective and efficient education can provide a positive impact within the school environment. In the selection of the appropriate means of bringing an influence on the utilization of economically as party 105 SMA Negeri Jakarta apply during this time. The utilization and maintenance is carried out on a regular basis, so that damage to building components are rare so repairs can be suppressed intensity as minimum as possible. The utilization and maintenance of the well, then the creation of an orderly and regular environment with all its efforts the utilization as embodying a sense of accountability.
Pemaparan dalam rangka press workshop dan sosialisasi kurikulum nasional 2013 oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Musliar Kasim
Jurnal Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana Pendidikan di SMA Negeri 105 Jak...Fattia Rakhmalianni
This research aims to obtain empirical data regarding utilization of the means of education in State Senior High Schools 105 Jakarta. Research conducted at State Senior High Schools 105 Jakarta in April until August 2013. The methods used in this research is qualitative case study method that researchers do intensively. Data collection using the guidelines of the interview, observation and documentation study. Key informants in this study was a vice principal and infrastructure field with four other supporting informant. This research focuses on the utilization and maintenance of education means a more elaborated again on some sub focus such mechanism in the selection facilities of education, utilization and maintenance of the mechanism is a means of education, as well as forms the efforts made as a form of accountability for utilization of the means of education in State Senior High Schools 105 Jakarta. Results of this research found that the school has made the implementation of educational facilities maintenance installation interesting posters on the walls and along the corridors of the school in the form of words of encouragement to students to get an attention in exploiting and maintenance of education. The implications of this research showed that the utilization and maintenance of effective and efficient education can provide a positive impact within the school environment. In the selection of the appropriate means of bringing an influence on the utilization of economically as party 105 SMA Negeri Jakarta apply during this time. The utilization and maintenance is carried out on a regular basis, so that damage to building components are rare so repairs can be suppressed intensity as minimum as possible. The utilization and maintenance of the well, then the creation of an orderly and regular environment with all its efforts the utilization as embodying a sense of accountability.
Pemaparan dalam rangka press workshop dan sosialisasi kurikulum nasional 2013 oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Musliar Kasim
Dataset ini merupakan jabaran atau contoh analisis data menggunakan program SPSS 16.0 pada Buku SPSS 16.0 Analisis Data Statistika dan Penelitian. Penulis Buku: Hartono. Tahun Terbit: 2014. Yogyakarta: Zanafa & Pustaka Pelajar
A review of SAGE Handbook of Education for Citizenship and Democracy Chapter 29. Contributors: James Arthur & Ian Davies & Carole Hahn Print Pub.
Date: 2008
Online Publication.
Date: October 01, 2010
Print ISBN: 9781412936217
Online ISBN: 9781849200486
DOI: 10.4135/9781849200486
Print pages: 377-388
Perubahan iklim, tantangan era global, dan terjadinya krisis lingkungan di berbagai belahan dunia, mendorong perlunya dilakukan pembentukan masyarakat sadar lingkungan. Isu-isu global tentang lingkungan sejalan dengan upaya dan tanggung jawab negara untuk melindungi dan mengelola lingkungan. Ada tiga tindakan pokok yang dapat dilakukan oleh negara yaitu: 1) tindakan represif, 2) tindakan preventif, dan 3) tindakan persuasif. Penegakan hukum lingkungan (enforcement of environmental law) diperlukan terkait dengan upaya represif pemerintah dalam merespon isu-isu akan polusi, kerusakan lahan budidaya, pengembangan kawasan perkotaan, kebakaran hutan, dan bahaya kepunahan. Penerapan konstitusi hijau (green constitution) merupakan salah satu upaya preventif pemerintah untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran hukum lingkungan. Konstitusi yang tegas dan jelas mengatur akan pemberdayaan lingkungan akan menjadi titik tolak dari terciptanya produk-produk hukum yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan lingkungan. Adapun sebagai upaya persuasif pemerintah, maka pembentukan masyarakat ekologi melalui PPKn di sekolah harapannya dapat menjadi solusi untuk mendorong nilai-nilai kesadaran akan lingkungan. Penerapan konstitusi hijau (green constitution), penegakan hukum lingkungan (enforcement of environmental law), dan pembentukan masyarakat ekologi (ecological citizenship) menjadi hal yang urgen jika pemerintah serius dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya terkait dengan pelestarian lingkungan hidup.
Melalui tulisan ini, penulis berusaha mengkaji hubungan demokrasi dengan HAM melalui beberapa poin. Pertama, mengulas mengenai demokrasi, hakikat dan pemaknaannya. Kedua, hubungan antara konsep HAM dan demokrasi. Ketiga, perkembangan demokrasi dan HAM. Keempat, kewajiban perlindungan HAM. Kelima, prospek demokratisasi dan pengembangan HAM di Indonesia.
Konflik berskala besar di Indonesia secara statistik bisa dikatakan telah berakhir. Namun, jika meninjau kekerasan yang terjadi di Indonesia selama 5 tahun terakhir, berbagai faktor yang memicu dan mendorong beragam konflik tersebut belum sepenuhnya ditangani dan persoalan konflik lama kerap memicu insiden kekerasan yang baru. Data statistik Conflict and Development Program yang dikembangkan oleh World Bank, mencatat munculnya tren kekerasan baru yang cukup mengkhawatirkan yaitu: 1) kekerasan terkait dengan ketidakpuasan rakyat terhadap demokratisasi dan penyelenggaraan Pemilukada serta, 2) kekerasan rutin baik berupa bentrokan antar kelompok geng (preman), pengeroyokan terhadap pencuri, atau pertikaian masalah lahan yang terjadi di beberapa kawasan di Indonesia. Tren ini berpotensi menciptakan budaya kekerasan, siklus balas dendam, dan menipiskan kepercayaan pada institusi negara.
Pada tulisan ini, penulis berusaha mengkaji pendidikan kewarganegaraan di Australia melalui enam pokok kajian, yaitu: a) tujuan kurikulum, organisasi, dan struktur, b) pendekatan pembelajaran, c) spesialisasi dan pelatihan guru, d) penggunaan buku teks, e) pengaturan penilaian, f) perkembangan pendidikan kewarganegaraan saat ini dan pengembangannya di masa mendatang.
Tulisan ini mengkaji pendidikan politik secara teoritis dan praktis termasuk pengertian dan tujuan pendidikan politik, instrumen pendidikan politik, serta praktik pendidikan politik di Indonesia sejak orde lama hingga berlangsungnya era reformasi.
Islamic banking dispute resolution pursuant to Article 55 paragraph (1) of the Constitution of Islamic Banking through the courts in religious courts (litigation). However, pursuant to Article 55 paragraph (2) and (3), there is another choice outside the court in religious courts, as long as the parties have portend that they agree in the contract and does not conflict with Islamic principles, ie, through the efforts of deliberation, mediation, arbitration sharia (non-litigation), and /or through the courts in the general court. On the one hand, this option refers to the principle of freedom of contract, but on the other hand, the provisions of the court in the judicial selection shall be considered a form of dualism and inconsistency that will create legal uncertainty and disputes over authority between the judiciary.
Mengulas tentang: 1) sistem politik di Indonesia, 2) tipe-tipe, fungsi sistem politik dan pemerintahan, 3) sistem pemerintahan di Indonesia, 4) tipe-tipe sistem pemerintahan, 5) kedudukan sistem politik dan pemerintahan di Indonesia
Pada awalnya fungsi APBD adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah untuk satu periode. Sebelum anggaran dijalankan harus mendapat persetujuan dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran juga sebagai alat pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap kebijakan publik. Realitasnya, peranan dewan ketika menyusun anggaran dimasa orde baru sangat kecil bahkan tidak ada, apalagi peran masyarakat. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan anggaran
dengan pengawasan keuangan daerah.
Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam mainstream globalisasi tersebut.
Ketidakmampuan penerapan prinsip good corporate governance (GSC) didemonstrasikan dalam survei dengan konstrain yang diklasifikasikan dalam 3 konstrain yaitu konstrain internal, konstrain eksternal dan konstrain yang berasal dari struktur pemilik. Konstrain internal meliputi komitmen pemimpin dan pekerja, tingkat pemahaman prinsip GCG oleh pemimpin dan pekerja, keefektifan sistem kontrol internal dan formality trap (implementasi CG hanya untuk memenuhi regulasi). Konstrain internal yang disebutkan berkaitan dengan fungsi internal perusahaan. Sebagai sebuah organisasi bisnis, korporasi tidak mampu mencapai tujuan menerapkan GCG dengan sukses bila tidak didukung elemen internal organisasi. Untuk membentuk fungsi internal diperlukan diagnosa korporasi dengan model organisasi. Dalam hal ini, penulis menggunakan beberapa kriteria untuk memilih model yang paling tepat dari 10 model yang ada. Dari beberapa kriteria dapat disimpulkan bahwa Adaptasi Pascal merupakan model yang paling tepat. Model ini dapat menggambarkan hubungan antara kondisi tiap elemen organisasi dengan kesuksesan implementasi prinsip GCG.
Secara periodik kampus dapat mengajak dunia industri masuk kampus dan sebaliknya mahasiswa masuk ke dunia industri (kreatif) dan bisnis. Jadi akan tercapai simbiosis mutualistis yang dibutuhkan kedua belah pihak. Dunia kerja memperkuat keyakinan bahwa pola kerja sama dengan dunia usaha industri suatu yang niscaya diwujudnyatakan. Membentuk karakter entrepeneurial itu membutuhkan medium pembelajaran efektif seperti kegiatan simulasi bisnis yang dilakukan mahasiswa di lingkungan kampus. Sejatinya jajaran pimpinan perguruan tinggi perlu memahami arti penting latihan/simulasi bisnis yang berlangsung dalam perkuliahan kewirausahaan sebagai bagian dari cara membentuk jiwa entrepreneurship mahasiswa.
Dengan memahami aksara, manusia mampu mengembangkan dirinya dan masyarakat melalui pendidikan, menuju taraf kehidupan yang lebih baik. Selain itu Tinggi rendahnya buta aksara akan menjadi penentu utama tinggi-rendahnya kualitas pembangunan manusia Indonesia atau human development index (HDI). Angka buta aksara menyumbang dua pertiga dalam penentuan HDI, sepertiga dalam pendidikan, dan lainnya ekonomi serta kesehatan.
Persekolahan kita masih diskriminatif. Tak ubahnya seperti sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif dan memihak elite. Pada zaman kolonial, sekolah hanya untuk kalangan bangsawan, ningrat, dan elite. Sebaliknya, orang-orang kecil (kawulo alit) termarginalkan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
The Perception of Junior High School Civics Education Teacher in Implementing Curriculum 2013 at Bondowoso Regency
1. THE PERCEPTION OF JUNIOR HIGH SCHOOL CIVICS EDUCATION
TEACHER IN IMPLEMENTING CURRICULUM 2013 AT BONDOWOSO
REGENCY
Manik Sukoco*
Arbaiyah Prantiasih**
Siti Awaliyah**
*Department of Law and Citizenship, State University of Malang,
E-mail: itsmanik@fastmail.net
**Lecture at Department of Law and Citizenship, State University of Malang,
Jalan Semarang 5 Malang 65145
ABSTRACT: The purpose of this study is to: 1) find a picture of the perception of
junior high school civics education teachers in implementing Curriculum 2013 in
Bondowoso Regency, 2) determine the obstacles and efforts of junior high school
civics education teachers to overcome obstacles in the implementation of
Curriculum 2013 in Bondowoso Regency. The study uses quantitative descriptive
method which is an analysis method of describing or depicting the collected data as
it is without making general conclusions. The population in this study is 156 civic
education teachers in Junior High School at Bondowoso regency. While the
number of samples in this study are 10 respondents. The sampling technique used
in this study is random sampling technique which is based on the geographical
location and focused on the teachers who have implemented the 2013 Curriculum
as the sample. The data analysis technique uses a percentage model while the
measurement uses a modified Likert scale. The data analysis results show: (1) the
perception of junior high school civics education teacher in Bondowoso Regency
in implementing Curriculum 2013; (2) the obstacles and the teachers’ efforts to
overcome the obstacles in implementing Curriculum 2013.
Keywords: Teacher Perception,Civics Education, Curriculum 2013
Pendidikan adalah proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya
untuk menjalankan kehidupan, memiliki rasa kebangsaan, dan cinta tanah air (Irianto,
2011:1). Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan
negara Indonesia sepanjang zaman. Azra dalam Sumarsono (2004) mengatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan tidak saja mendidik generasi muda menjadi warga negara
yang cerdas dan sabar akan hak dan kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, tetapi juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia. Dari
sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang
memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas
potensi peserta didik (Kemdikbud, 2013: 78). Persepsi guru besar pengaruhnya dalam
keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 karena pada Kurikulum 2013 guru bertindak
sebagai tutor, fasilitator, serta pengendali kegiatan belajar mengajar (Rochadi, 2013:24).
2. Persepsi seseorang tentang sesuatu akan mempengaruhi perilakunya terhadap objek atau
peristiwa yang dialaminya (Walgito, 2002: 73). Oleh karena itu, persepsi guru yang baik
tentu akan berpengaruh positif dalam menunjang keterlaksanaan Kurikulum 2013.
METODE
Rancangan penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono, 2010: 147). Untuk memperoleh data yang obyektif, maka peneliti
harus melakukan penelitian lapangan (field research), dengan menyebarkan angket kepada
10 responden di sekolah-sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Teknik yang
peneliti gunakan dalam memperoleh data adalah dengan menggunakan angket, observasi, dan
studi dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik random sampling yang didasarkan pada letak geografis dan difokuskan pada guru
yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Teknik analisis datanya menggunakan uji
persentase sedangkan pengukurannya menggunakan skala Likert yang sudah dimodifikasi.
Modifikasi terhadap Skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang terkandung
oleh skala lima tingkat (Hadi, 1991: 19-20)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah yang Diteliti
Sekolah yang diteliti yaitu: (a) SMP Negeri 1 Bondowoso, adalah sekolah
menengah pertama di Kota Bondowoso yang mendapatkan akreditasi A. Sarana prasarana
yang dimiliki SMPN 1 Bondowoso lengkap dan kondisinya baik. (b) SMP Negeri 1
Grujugan terletak di pinggir jalan utama yang menghubungkan Kabupaten Jember dan
Kabupaten Bondowoso. Sarana prasarana yang dimiliki SMPN 1 Bondowoso lengkap dan
kondisinya baik, juga lapangan yang cukup luas untuk dimanfaatkan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. (c) SMP Negeri 1 Sumber Wringin terletak di
kawasan pegunungan dengan suhu udara yang sangat dingin. Sarana prasana kurang
lengkap namun yang tersedia dapat dikelola dengan baik oleh pihak sekolah. (d) SMP
Negeri 1 Taman Krocok, terletak di Jalan Raya Taman yang merupakan daerah kaki
pegunungan. Taman Krocok merupakan daerah pemekaran wilayah baru di Kabupaten
Bondowoso dan dikategorikan sebagai daerah miskin dan tertinggal. (e) SMP Negeri 1
Tapen, terletak di jalan raya utama yang menghubungkan Kabupaten Bondowoso dengan
Kabupaten Situbondo. Transportasi dari dan menuju sekolah cukup baik, termasuk kondisi
sarana dan prasarana sekolah.
Deskripsi Data
Persepsi Guru Mengenai Perencanaan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Dari hasil angket yang diperoleh dapat dijelaskan mengenai persepsi guru dalam
menyusun perencanaan pembelajaran, yaitu: (1) responden setuju bahwa menganalisis
keterkaitan SKL, KI, dan KD dalam menyusun perencanaan pembelajaran sangat mudah.
(2) responden setuju bahwa penyusunan RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD mudah
dilakukan. (3) responden setuju bahwa menganalisis dan menenentukan tujuan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar mudah untuk dilakukan. (4) responden
3. beranggapan bahwa penyusunan RPP yang mengacu pada standar proses dan pendekatan
scientific mudah dilakukan. (5) setengah responden menyatakan bahwa penyusunan RPP
yang mengacu pada model pembelajaran project based learning, problem based learning,
dan discovery learning mudah untuk dilakukan. (6) setengah responden menganggap
bahwa penentuan metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam KBM sangat
mudah untuk dilakukan. (7) responden setuju bahwa menentukan media pembelajaran yang
sesuai untuk diterapkan dalam KBM mudah untuk dilakukan.
Persepsi Guru Mengenai Materi PPKn dalam Kurikulum 2013
Dari hasil angket dapat diketahui persepsi guru mengenai materi PPKn dalam
Kurikulum 2013, yaitu (1) responden setuju bahwa memahami materi, struktur, dan pola
pikir keilmuan yang terdapat pada buku guru maupun buku siswa mudah untuk dilakukan.
(2) responden sependapat bahwa penguasaan materi pada masing-masing bab serta materi
yang berkaitan dengan bidang keilmuan lain dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari, mudah dilakukan. (3) responden setuju bahwa penambahan informasi yang dipandang
relevan sebagai pelengkap materi pada buku siswa sangat mudah untuk dilakukan. (4)
responden setuju bahwa melatih kemampuan serta keterampilan peserta didik dalam
berbagi dan mengolah informasi untuk memperkaya materi PPKn yang ada di buku siswa
mudah untuk dilakukan.
Persepsi Guru Mengenai KBM dalam Kurikulum 2013
Dari hasil angket dapat dijabarkan persepsi guru mengenai kegiatan belajar
mengajar dalam Kurikulum 2013, yaitu: (1) responden berpendapat bahwa memaksimalkan
penggunaan sarana dan prasarana sekolah untuk mencapai keterlaksanaan tujuan
pembelajaran mudah untuk dilakukan. (2) responden setuju bahwa pemanfaatan TIK
sebagai sarana dalam pembelajaran PPKn mudah untuk dilakukan. (3) responden setuju
bahwa penggunaan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
sangat mudah dilakukan. (4) responden setuju bahwa meningkatkan kepekaan diri terhadap
potensi lingkungan yang nantinya dapat dipergunakan untuk mendukung proses
pembelajaran mudah dilakukan. (5) responden setuju bahwa peningkatan komunikasi guru
dengan masyarakat untuk membantu ketercapaian tujuan pembelajaran, mudah
dilaksanakan. (6) responden setuju bahwa penyelenggaraan KBM di lingkungan sekolah
dan masyarakat mudah dilakukan. (7) responden setuju bahwa penyajian mata pelajaran
PPKn melalui tindakan dan sikap keseharian mudah dilaksanakan. (8) responden setuju
bahwa penanaman nilai imtaq, akhlak mulia, estetika, dan kepercayaan diri pada peserta
didik mudah untuk dilakukan. (9) responden setuju bahwa penanaman sikap jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli di sekolah mudah untuk dilaksanakan. (10) responden setuju bahwa
penanaman nilai toleransi, gotong royong, kerjasama, dan musyawarah dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar PPKn mudah dilakukan. (11) responden setuju bahwa
memanfaatkan potensi keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender dalam
menunjang KBM, mudah untuk dilakukan. (12) responden setuju bahwa pemanfaatan buku
guru dan buku siswa secara optimal untuk ketercapaian tujuan pembelajaran, mudah untuk
dilakukan. (13) responden setuju bahwa mengolah informasi dari media massa untuk
memperkaya materi dalam buku siswa mudah untuk dilakukan. (14) responden setuju
bahwa pemanfaatan internet untuk memperluas cakupan materi PPKn dalam pembelajaran
mudah untuk dilakukan. (15) responden setuju bahwa pendekatan scientific pada model
pembelajaran project based learning, problem based learning, dan discovery learning
4. mudah untuk dilaksanakan dalam KBM. (16) responden setuju bahwa mendorong siswa
untuk dapat berpikir secara kritis, menumbuhkan inisiatif, dan mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok sulit untuk dilakukan. (17) responden setuju bahwa
pelaksanaan proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sulit untuk
dilakukan. (18) responden setuju bahwa menganalisis fenomena dan kejadian yang tampak
mata dalam kaitannya dengan pelaksanaan KBM mudah untuk dilakukan. (19) responden
setuju bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen (mencoba) mudah
untuk dilakukan. (20) responden setuju bahwa menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebuntuan
dalam proses pembelajaran adalah hal yang mudah untuk dilakukan. (21) responden setuju
bahwa penyediaan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik mudah untuk
dilakukan. (22) responden setuju bahwa penerapan project based learning (pembelajaran
berbasis proyek) pada mata pelajaran PPKn sulit untuk dilakukan. (23) responden setuju
bahwa memfasilitasi, melatih, menasihati, dan menjadi perantara dalam pembelajaran
berbasis proyek mudah untuk dilaksanakan. (24) responden setuju bahwa menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran berbasis proyek mudah untuk
dilaksanakan. (25) responden setuju bahwa mendesain perencanaan proyek, memberikan
pengalaman kepada peserta didik, mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu
secara kolaboratif dengan siswa sulit untuk dilakukan. (26) responden setuju bahwa
penerapan problem based learning dalam Mapel PPKn mudah untuk dilakukan. (27)
responden setuju bahwa mendorong peserta didik untuk dapat berperan secara aktif
memecahkan masalah dalam dunia nyata, mudah untuk dilakukan. (28) responden setuju
bahwa pemberian pengalaman belajar bagi siswa dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran melalui metode problem
based learning mudah untuk dilakukan. (29) responden setuju bahwa penerapan
pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) dalam mata pelajaran PPKn sulit
untuk dilakukan. (30) responden setuju bahwa mendorong potensi siswa untuk dapat
menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, membuat, dan mencipta produk baru
melalui pembelajaran discovery learning sulit untuk dilakukan. (31) responden setuju
bahwa bahwa mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented mudah
untuk dilakukan. (32) responden setuju bahwa mendorong siswa untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan melalui
pembelajaran discovery learning sulit untuk dilaksanakan. (33) responden setuju bahwa
pemberian kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya, adalah hal yang
mudah untuk dilakukan. (34) responden setuju bahwa mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri dalam kaitannya dengan pelaksanaan discovery learning
mudah untuk dilakukan. (35) responden setuju bahwa penerapan materi PPKn yang
terdapat dalam buku guru dan buku siswa dalam kehidupan sehari-hari, adalah hal yang
mudah untuk dilakukan.
5. Persepsi Guru Mengenai Evaluasi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Dari hasil angket dapat diketahui persepsi guru mengenai evaluasi pembelajaran
dalam Kurikulum 2013, yaitu (1) responden setuju bahwa perancangan penilaian autentik
pada proses dan hasil belajar mudah untuk dilakukan. (2) responden setuju bahwa
pelaksanaan penilaian autentik pada pembelajaran PPKn sulit untuk dilakukan. (3)
responden menganggap bahwa penskoran dan rekapitulasi penilaian autentik pada proses
dan hasil belajar sangat sulit untuk dilakukan. (4) responden setuju bahwa pelaporan
penilaian, baik penilaian kinerja, portofolio, maupun proyek, sulit untuk dilakukan.
Analisis Data
Persepsi Guru Mengenai Perencanaan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Dari hasil analisis data hasil angket dapat disimpulkan: (1) persepsi guru dalam
menganalisis keterkaitan antara SKL, KI, dan KD dikategorikan sangat baik. (2) persepsi
guru dalam penyusunan RPP yang sesuai dengan SKL, KI, dan KD dikategorikan sangat
baik. (3) persepsi guru dalam menganalisis dan menentukan tujuan pembelajaran sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dikategorikan sangat baik. (4) persepsi guru
dalam memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang terdapat pada buku guru
maupun buku siswa dikategorikan baik. (5) persepsi guru dalam penyusunan RPP yang
mengacu pada model pembelajaran project based learning, problem based learning, dan
discovery learning dikategorikan baik. (6) persepsi guru dalam menentukan metode
pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam KBM dikategorikan sangat baik. (7)
persepsi guru dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam
KBM dikategorikan sangat baik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa secara
umum persepsi guru mengenai perencanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sangat
baik. Namun dari hasil temuan peneliti, ternyata ada beberapa orang guru yang mengalami
kesulitan dalam penyusunan RPP, khususnya dalam menganalisis keterkaitan antara KI dan
KD serta menjabarkan langkah-langkah pembelajaran di dalam RPP. Merujuk pada UU No.
81A Tahun 2013, seharusnya guru mampu mengembangkan RPP berdasarkan prinsip-
prinsip dasar salah satunya keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan
pengalaman belajar juga menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi
di satuan pendidikan.
Persepsi Guru Mengenai Materi PPKn dalam Kurikulum 2013
Dari hasil analisis data hasil angket dapat disimpulkan: (1) persepsi guru dalam
memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan yang terdapat pada buku guru maupun
buku siswa dikategorikan sangat baik. (2) persepsi guru dalam penguasaan materi pada
masing-masing bab serta materi yang berkaitan dengan bidang keilmuan lain dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dikategorikan sangat baik. (3) persepsi guru
dalam memasukkan informasi yang dipandang relevan sebagai pelengkap materi pada buku
siswa dikategorikan sangat baik. (4) persepsi guru dalam melatih kemampuan serta
keterampilan peserta didik dalam berbagi dan mengolah informasi untuk memperkaya
materi PPKn yang ada di buku siswa dikategorikan baik. Hasil analisis data persepsi guru
mengenai materi Kurikulum 2013 secara umum sangat baik. Merujuk pada Permendikbud
No.81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Garuda, guru dituntut untuk dapat
mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan
6. mempertimbangkan: 1) potensi peserta didik; 2) relevansi dengan karakteristik daerah, 3)
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; 4)
kebermanfaatan bagi peserta didik; 5) struktur keilmuan; 6) aktualitas, kedalaman, dan
keluasan materi pembelajaran; 7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik, tuntutan
lingkungan; dan 8) alokasi waktu.
Persepsi Guru Mengenai KBM dalam Kurikulum 2013
Dari hasil analisis data hasil angket dapat disimpulkan: (1) persepsi guru dalam
memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana sekolah untuk mencapai keterlaksanaan
tujuan pembelajaran dikategorikan sangat baik. (2) persepsi guru dalam pemanfaatan TIK
sebagai sarana dalam pembelajaran PPKn dikategorikan baik. (3) persepsi guru dalam
penggunaan Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge
dikategorikan sangat baik. (4) persepsi guru dalam peningkatan kepekaan diri terhadap
potensi lingkungan yang nantinya dapat dipergunakan untuk mendukung proses
pembelajaran dikategorikan sangat baik. (5) persepsi guru dalam peningkatan komunikasi
guru dengan masyarakat untuk membantu ketercapaian tujuan pembelajaran dikategorikan
baik. (6) persepsi guru dalam penyelenggaraan KBM di lingkungan sekolah dan
masyarakat, bukan hanya di ruangan kelas dikategorikan baik. (7) persepsi guru dalam
penyajian mata pelajaran PPKn bukan hanya sebagai pengetahuan, tapi juga melalui
tindakan dan sikap keseharian dikategorikan sangat baik. (8) persepsi guru dalam
penanaman nilai imtaq, akhlak mulia, estetika, dan kepercayaan diri pada peserta didik
dikategorikan baik. (9) persepsi guru dalam penanaman sikap jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, dan santun melalui pembelajaran PPKn di sekolah dikategorikan baik. (10)
persepsi guru dalam penanaman nilai toleransi, gotong royong, kerjasama, dan musyawarah
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PPKn dikategorikan sangat baik. (11)
persepsi guru dalam pemanfaatan potensi keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan
gender untuk menunjang KBM dikategorikan sangat baik. (12) persepsi guru dalam
pemanfaatan buku guru dan buku siswa secara optimal untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran dikategorikan sangat baik. (13) persepsi guru dalam pengolahan informasi
dari media massa untuk memperkaya materi dalam buku siswa dikategorikan sangat baik.
(14) persepsi guru dalam pemanfaatan internet untuk memperluas cakupan materi PPKn
dalam pembelajaran dikategorikan baik. (15) persepsi guru dalam penerapan pendekatan
scientific pada model pembelajaran project based learning, problem based learning, dan
discovery learning dikategorikan baik. (16) persepsi guru dalam mendorong siswa untuk
dapat berpikir secara kritis, menumbuhkan inisiatif, dan mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok dikategorikan baik. (17) persepsi guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dikategorikan
baik. (18) persepsi guru dalam menganalisis fenomena dan kejadian yang tampak mata
dalam kaitannya dengan pelaksanaan KBM dikategorikan baik. (19) persepsi guru dalam
penerapan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen (mencoba) dikategorikan baik.
(20) persepsi guru dalam menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada
serta membantu peserta didik jika mereka mengalami kebuntuan dalam proses
pembelajaran dikategorikan baik (21) persepsi guru dalam memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik dikategorikan baik. (22) persepsi guru dalam penerapan
7. project based learning (pembelajaran berbasis proyek) dalam mata pelajaran PPKn
dikategorikan baik. (23) persepsi guru dalam memfasilitasi, melatih, menasihati, dan
menjadi perantara pembelajaran berbasis proyek dikategorikan baik. (24) persepsi guru
dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran berbasis
proyek dikategorikan baik. (25) persepsi guru dalam mendesain perencanaan proyek,
memberikan pengalaman kepada peserta didik, mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu secara kolaboratif dengan siswa dikategorikan baik. (26) persepsi guru dalam
penerapan problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) dalam mata pelajaran
PPKn dikategorikan baik. (27) persepsi guru dalam mendorong peserta didik untuk dapat
bekerja dalam tim dan berperan secara aktif untuk memecahkan masalah dalam dunia
nyata dikategorikan baik. (28) persepsi guru dalam pemberian pengalaman belajar dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi
pembelajaran melalui metode problem based learning dikategorikan baik. (29) persepsi
guru dalam penerapan discovery learning dalam mata pelajaran PPKn dikategorikan baik.
(30) persepsi guru dalam mendorong potensi siswa untuk dapat menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, membuat, dan mencipta produk baru melalui pembelajaran
discovery learning dikategorikan baik. (31) persepsi guru dalam mengubah pembelajaran
yang teacher oriented ke student oriented dikategorikan sangat baik. (32) persepsi guru
dalam mendorong siswa untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mengatur bahan serta
membuat kesimpulan melalui pembelajaran discovery learning dikategorikan baik. (33)
persepsi guru dalam pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
dikategorikan baik. (34) persepsi guru dalam mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri dikategorikan baik. (35) persepsi guru dalam penerapan
materi PPKn yang terdapat dalam buku guru dan buku siswa di kehidupan sehari-hari
dikategorikan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru
mengenai KBM dalam Kurikulum 2013 dikategorikan baik. Namun dari hasil temuan
peneliti ternyata dalam KBM PPKn, beberapa orang guru masih merasa kesulitan mengenai
penerapan model pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan
pembelajaran berbasis penemuan karena masih merupakan hal yang baru, sehingga perlu
waktu bagi guru untuk dapat memahami serta menguasai bagaimana cara menerapkan
model pembelajaran tersebut sesuai dengan yang diamanatkan oleh Kurikulum 2013.
Merujuk pada pendapat Sardiman (2005), dalam hal ini guru harus dapat memancing siswa
agar mampu belajar secara aktif. Penggunaan berbagai pendekatan, strategi dan metode
pembelajaran secara selektif dan bergantian diharapkan dapat memenuhi tuntutan prinsip
pembelajaran yang mendidik.
Persepsi Guru Mengenai Evaluasi Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Dari hasil analisis data hasil angket dapat disimpulkan: (1) persepsi guru dalam
perancangan penilaian autentik pada proses dan hasil belajar dikategorikan baik. (2)
persepsi guru dalam penerapan penilaian autentik pada pembelajaran PPKn dikategorikan
baik. (3) persepsi guru dalam penskoran dan rekapitulasi penilaian autentik pada proses dan
hasil belajar dikategorikan baik. (4) persepsi guru dalam pelaporan penilaian, baik penilaian
kinerja, portofolio, maupun proyek dikategorikan kurang baik. Dari hasil penelitian di
lapangan, penulis menemukan bahwa guru pada dasarnya telah memahami bagaimana cara
8. menilai dan mengevaluasi pembelajaran namun kendala yang dialami guru di lapangan
adalah aspek penilaian yang sangat banyak dan harus dilaksanakan setiap pembelajaran
berlangsung. Penilaian autentik dianggap guru sukar untuk direkapitulasi dan dilaporkan.
Merujuk pada pendapat Afdee (2007), kesulitan yang dialami guru dalam penilaian autentik
sebagian besar dikarenakan ketidakpahaman guru mengenai asesmen autentik. Penilaian
autentik seharusnya diterapkan secara kolaboratif antara siswa dan guru (Homepage
Pendidikan Network diakses pada tanggal 7 Juli 2014). Hambatan dalam proses
pembelajaran maupun penilaian juga dapat diatasi dengan turut berpartisipasi secara aktif
dalam forum KKG dan MGMP seperti diamanatkan oleh Kemdiknas (2008).
PENUTUP
Kesimpulan
Persepsi Guru dalam Melaksanakan Kurikulum 2013
Persepsi guru mengenai perencanaan pembelajaran dalam Kurikulum 2013
mencapai 75,71% dan dikategorikan sangat baik; persepsi guru mengenai materi PPKn
dalam Kurikulum 2013 mencapai 80,625%, dikategorikan sangat baik; persepsi guru
mengenai KBM dalam Kurikulum 2013 sebesar 71,07% dikategorikan baik; dan persepsi
guru mengenai evaluasi pembelajaran dalam Kurikulum 2013 mencapai 55%,
dikategorikan baik. Secara umum persepsi guru PPKn SMP di Kabupaten Bondowoso
dalam melaksanakan Kurikulum 2013 mencapai angka 71,2% sehingga dikategorikan baik.
Hambatan dan Upaya Guru dalam Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan
Kurikulum 2013
Hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan Kurikulum 2013 antara lain: (a)
indikator pada buku guru yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi dasar; (b) guru
merasa kesulitan untuk merancang RPP yang mengacu pada pembelajaran proyek dan
pembelajaran berbasis penemuan, (c) guru kesulitan dalam menentukan media yang sesuai
dengan KBM; (d) koneksi internet yang sulit dijangkau sehingga menghambat guru untuk
mendapatkan informasi serta materi tambahan; (e) kurangnya dukungan masyarakat dalam
penanaman sikap, tanggung jawab dan disiplin; (f) penerapan metode pembelajaran
berbasis proyek dan masalah, dan penemuan terkendala waktu dan biaya; (g) kurangnya
sarana dan prasarana yang mendukung KBM; (h) penilaian yang dilakukan setiap hari sulit
untuk direkapitulasi; (i) penilaian yang harus dibuat guru meliputi aspek yang sangat
banyak dan rumit. Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan
dalam pelaksanaan Kurikulum 2013, yaitu: (a) dengan melakukan diskusi/sharing antar
sesama guru PPKn di tingkat Kabupaten melalui forum MGMP PPKn; (b) bertanya pada
instruktur Kurikulum 2013, (c) memanfaatkan dana BOS untuk penyediaan alat dan bahan
yang diperlukan untuk pembelajaran, (d) bekerjasama dengan orangtua murid dalam hal
penanaman nilai imtaq, akhlaq mulia, disiplin, dan sopan santun; (e) lebih membuka diri
pada perubahan serta belajar dari pengalaman pribadi maupun orang lain, (f) melatih diri
supaya dapat beradaptasi dengan Kurikulum 2013.
Saran
Saran peneliti: 1) bagi sekolah, hendaknya menyediakan alat-alat praktikum
maupun sarana prasarana yang memadai untuk mempermudah proses belajar mengajar; 2)
bagi guru, sebaiknya guru berpartisipasi aktif dalam forum MGMP PPKn, membangun
komunikasi yang baik dengan orang tua murid dan lembaga masyarakat, meningkatkan
9. kompetensi siswa dengan penerapan model project based learning, problem based
learning, dan discovery learning dalam KBM, lebih membuka diri pada perubahan, belajar
dari pengalaman pribadi maupun orang lain, dan terus melatih diri supaya dapat beradaptasi
dengan Kurikulum 2013; 3) bagi pemerintah, hendaknya tetap memberikan bantuan berupa
alat-alat praktikum, penambahan koleksi buku perpustakaan dan perbaikan sarana prasarana
sekolah, dan terus mengadakan kegiatan pendampingan/evaluasi sepanjang pelaksanaan
Kurikulum 2013.
DAFTAR RUJUKAN
Afdhee. 2007. Kegagalan Guru dalam Melakukan Evauasi. Artikel. Diakses dari Homepage
Pendidikan Network pada tanggal 17 Pebruari 2010
Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Atkinson, R. 2008. Pengantar Psikologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Azzahi, Ghana Syakira. 2010. Sikap Manusia Teori Skala dan Pengukurannya. Jogjakarta:
Jendela
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Depdiknas. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Kewarganegaraan.
Jakarta: Depdiknas
Djarwanto. 1998. Statistik Nonparametrik. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Fajar, A. 2004. Portofolio dalam Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hadi, Sutrisno. 1991. Analisa Butir untuk Instrumen Angket, Test, dan Skala Rating.
Jogjakarta: Andi Offset
Hanafiah, Nanang. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama
Hanafie, Imam. 2007. Plus Minus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Surabaya: PT. Serba Jaya
Hamid Hasan, Said. 1988. Evaluasi Kurikulum. Jakarta: P2LPTK Depdikbud
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Irianto, Petrus. 2011. Pola Interaksi Konflik dan Reaktualisasi Pendidikan Karakter: Studi
Survey Eksplanatori di Universitas Cenderawasih Jayapura Papua
http://repository.upi.edu
Kemdikbud. 2013. Modul Pelatihan Kurikulum 2013. Jakarta: PSDMPK-PMP
__________. 2014. Materi Pelatihan Guru. Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014.
Jakarta: PSDMPK-PMP
__________. 2013. Permendikbud No. 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
__________. 2013. Permendikbud No. 64 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
__________. 2013. Permendikbud No. 65 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemdikbud. 2013. Permendikbud No. 66 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
10. __________. 2013. Permendikbud No. 81A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan
Kemdiknas. 2008. Standar Pengembangan KKG dan MGMP. Jakarta: Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Mar’at, Prof, Dr. 1999. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Munandar, Utami. 1999. Kreativitas dan keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi
kreatif & Bakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Munir, Abdul. 2005. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Departemen Agama RI
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
__________. 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta
Radar Jember. (2012). Percepatan Pembangunan di Kabupaten Bondowoso Tanggal 18
Nopember 2012
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi dengan Contoh
Analistik Statistik. Bandung: Rosdakarya.
Rochadi, Tofik, S.Pd, MPd. 2013. Kajian Kurikulum. Jogjakarta: Jendela
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor:
Ghalia Indonesia
Siagian, Sondang. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sindo. (2014). Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Tanggal 7 Oktober 2013
Sugiaryo.(tanpa tahun). Penerapan pendidikan karakter perguruan tinggi. Jurnal ilmiah
widya wacana. ejournal.unisridigilib.ac.id/index.../widyawacana
Sudijono, Anas. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta
________. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Sumarsono, S. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tempo. (2013). Problematika Implementasi Kurikulum 2013 Tanggal 7 Oktober 2013
Tempo. (2013). Guru Belum Siap Menerapkan Kurikulum 2013 Tanggal 26 Oktober 2013
Waidi. 2006. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Jogjakarta: Andi Offset