SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



                      MAKALAH

   PANDANGAN KAUM MUDA KAMPUS
TERHADAP PEMBERANTASAN KORUPSI DI
   INDONESIA PERSPEKTIF IDEOLOGI
                  PANCASILA

                    Dosen Pengasuh:
             Panca Setyo Prihatin, Sip, M.Si




                         Oleh:
                        Al-Kahfi
                    NPM.123410023




PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
               FAKULTAS TEKNIK
           UNIVERSITAS ISLAM RIAU
                         2012
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



A. Pendahuluan

     Penataan sistem politik dan ketatanegaraan sesuai tuntutan semangat
reformasi sejak tahun 1998/ 1999 harus diakui ada kemajuan yang signifikan, jika
dibandingkan dengan penyelenggaraan kehidupan politik ketatanegaraan di era
orde lama dan orde baru. Walau demikian laju perkembangan kian hari di rasa
semakin lamban, bahkan ada yang menyebut “jiwa reformasi telah mati suri”,
terutama jika dilihat dari perspektif yang lebih substansial yang menyentuh
komitmen dan kesadaran melaksanakan nilai-nilai dari ke empat pilar bangsa
(Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika - sebagai semboyan
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara). Hal ini tentu sejalan dengan
spirit baru dalam konstitusi (UUD 1945) yang merupakan salah satu agenda
reformasi untuk diamandemen agar dapat ditegakkan supremasi hukum dan
konstitusi secara konsisten, berani, efektif, dan berkelanjutan. Konsepsi dan
program ini diletakkan secara baik dan benar dalam konteks membangun
konfigurasi politik yang lebih demokratis, menjunjung tinggi prinsip ham agar
tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia secara
adil dan beradab.
     Forum wacana dan diskusi ilmiah popular tentang dan seputar ke empat
pilar bangsa belakangan ini marak mengemuka di tengah publik dalam dinamika
pemikiran konstruktif semua elemen bangsa dengan jiwa penuh optimis dalam
menatap masa depan bangsa dan negara. Tidak ketinggalan peran strategis
Lemhannas melalui kegiatan semacam ini secara berkelanjutan. Selain itu
hidupnya forum ilmiah dan ilmiah popular di kalangan kampus, LSM, dan media
massa ibu kota maupun lokal, dan upaya mensosialisasikan nilai dan semangat
empat pilar dalam berbangsa dan bernegara.
     Melalui harian kompas edisi 23 April 2011 misalnya diberitakan pernyataan
Ketua MPR-RI, H. M. Taufiq Kemas yang menarik disimak. Dikatakannya bahwa
MPR meminta bantuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membentuk
badan khusus yang berfungsi menyebarluaskan empat pilar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



Tunggal Ika. Hal ini bisa dimaklumi karena MPR yang hanya beranggotakan 692
orang tentu tidak mampu melakukannya sendiri hingga ke pelosok tanah air.
Melalui forum dan tema makalah ini kami juga berupaya berinisiasi menyamakan
visi, dan komitmen dalam suatu gerak langkah bersama melaksanakan program
sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan baik kepada peserta seminar maupun
masyarakat Indonesia secara luas. Ini diharapkan nilai-nilai, prinsip, jiwa dan
semangat, yang terkandung dalam ke empat pilar bangsa baik secara tersurat
maupun tersirat benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari oleh
semua elemen bangsa dan negara, baik pemerintah (negara) maupun masyarakat
bangsa secara keseluruhan. Ke empat pilar tersebut selain yang telah dicantumkan
dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke empat yang menentukan atau
menetapkan nilai-nilai pancasila juga pengaturan lebih lanjut atas pilar yang lain
ditentukan dalam batang tubuh dari UUD 1945 maupun peraturan perundang-
undangan di bawahnya. Sebagai misal landasan hukum tentang NKRI tercantum
dalam pasal 1 ayat (1), pasal 18 ayat (1), pasal 18 b ayat (1), 18p ayat (2) pasal
25a dan pasal 37 ayat (5) UUD 1945.
       Sedangkan untuk pilar Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara
telah ditetapkan dalam pasal 36a UUD 1945 jo penjelasan umum UU No 24 tahun
2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, dan
peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Jika dikaitkan dengan fungsi dan
peran nilai-nilai pancasila dalam konteks penegakan supremasi hukum, sebagai
konsekuensi dari kedudukan Indonesia sebagai negara hukum (pasal 1 ayat 3
UUD 1945). Terutama komitmen melaksanakan dan menegakan hukum (law
enforcement) dalam bidang penanggulangan tindak pidana korupsi di Indonesia,
baik yang bersifat pencegahan atau prevensi maupun pemberantasannya atau
represif. Regulasi atau instrument hukum dimaksud antara lain:
  1. UU No. 31/ 1999 jo UU No. 20/ 2011 tentang Pemberantasan Tindak pidana
     korupsi.
  2. UU No. 28/ 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
     dari KKN.
  3. UU No. 30/ 2002 tentang KPK.
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



  4. UU No. 08/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
     Pencucian Uang.
  5. UU No. 02/ 2002 tentang Polri.
  6. UU No. 16/ 2004 tentang Kejaksaan RI.
  7. UU No. 48/ 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
  8. UU No. 46/ 2009 tentang Pengadilan Tipikor serta peraturan perundang-
     undangan terkait lainnya.

     Selain itu hal yang perlu diperhatikan oleh para penyelenggara negara dan
masyarakat umum adalah norma dan nilai keagamaan, sosial, budaya yang
berlaku dan hidup dalam praktek sehari-hari masyarakat Indonesia. Dengan
demikian kekuatan, identitas, spirit, jati diri dan marwah kehidupan kita sebagai
bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat penuh tetap dihormati, di kawal
dan dijunjung tinggi baik oleh bangsa sendiri maupun bangsa-bangsa lain dalam
percaturan dan pergaulan internasional di tengah derasnya arus globalisasi
perdagangan barang maupun jasa internasional.


B. Permasalahan

     Bertitik tolak dari latar belakang masalah pada sesi pendahuluan yang
mendukung substansi tema paper ini maka permasalahannya adalah bagaimana
upaya yang efektif dan efisien dalam membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai
nilai-nilai keabadian kita sebagai bangsa untuk mencegah dan memberantas
perilaku dan perbuatan korupsi sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary
crime) di Indonesia?


C. Pembahasan dan Analisis

     Pancasila dengan kandungan spirit nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan, seyogyanya diapresiasi sebagai modal yang
luhur agung dan menakjubkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang
berbasis membangun manusia Indonesia secara utuh dan terintegritas dalam
semua dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tepatlah apa
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



yang diungkapkan oleh Prof. Prasetijo Rijadi – Guru Besar Ilmu Hukum dan
Direktur Pascasarjana Universitas Bhayangkara Surabaya (2010, XIII).

       Dikatakannya, kita semua mesti menyadari bahwa Pancasila merupakan
produk budaya dan pemikiran cerdas untuk melandasi semua dimensi kehidupan
negara. Selanjutnya dikatakan, ilmu hukum adalah juga hasil proses dari keilmuan
yang secara domestic mestinya dapat menyerap prinsip-prinsip utama dari
Pancasila itu. Hukum yang berdasarkan Pancasila menurut Prof. Prasetijo, pasti
tetaplah ilmiah (scientific - mind) dan bukan kumpulan dogma semata-mata.
       Selain itu, menurut Prof. Mahfudz MD, dalam bukunya, Perdebatan Hukum
Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi (2010, 243), bahwa dengan
dibatalkannya Piagam Jakarta oleh sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945,
sehingga sila pertama dari dasar negara berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan begitu, Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah religious nation
state bukan negara agama (yang menganut satu agama tertentu), dan bukan negara
sekuler (yang hampa agama). Indonesia adalah negara kebangsaan yang religious
yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral dan sumber hukum materiil
dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan masyarakatnya.
       Selain itu, kedudukan Pancasila selain sebagai ideology negara, pedoman
dan pandangan hidup bangsa, juga merupakan sumber segala sumber hukum
negara. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 2 berikut penjelasan UU No. 12/
2011    tentang   Pembentukan   Peraturan   Perundang-undangan.     Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 terutama pada alinea keempat. Menempatkan Pancasila
sebagai dasar dan ideology negara serta sekaligus dasar filosofi negara sehingga
setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
        Pandangan ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh seorang ahli
hukum A. Ridwan Halim dalam bukunya berjudul Dasar-Dasar Pengetahuan
Hukum dan Penalaran Hukum Indonesia (2011, 2). Dikatakannya bahwa fungsi
Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia pada dasarnya adalah sebagai:
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



  1. Landasan idiil, dasar falsafah negara, pandangan hidup dan gambaran
     budaya bangsa di mata dunia Internasional.
  2. Sumber dari segala sumber hukum.
  3. Kompas perjalanan bangsa dan tongkat panduan moral bagi seluruh rakyat
     Indonesia.
  4. Kebudayaan asli bangsa Indonesia secara nasional.
  5. Sumber nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan seluruh warga
     masyarakat Indonesia di dalam hidup berbangsa dan bernegara.
  6. Jembatan pemersatu bangsa dan penganut kerukunan antar umat beragama
     yang berbhineka di Indonesia.

       Atas dasar gagasan dan pemikiran itu maka segala tindak tanduk dan
perilaku para penyelenggara negara, aparatur pemerintah, pemimpin masyarakat,
tokoh-tokoh agama, dan semua elemen bangsa dan negara seyogyanya
berpedoman kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dan sebaliknya,
tidak boleh memperlihatkan sikap yang tidak taat asas dan melakukan
penyalahgunaan wewenang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai
pejabat negara maupun aparatur pemerintah baik di tingkat pusat maupun di
tingkat daerah.
     Nilai-nilai luhur mulia yang wajib dipedomani dalam pengelolaan dan
penyelenggaraan oleh pejabat negara dan aparatur pemerintah termasuk para
penegak hukum antara lain nilai-nilai keteladanan, perilaku yang tidak koruptif,
kesederhanaan hidup sehari-hari dan jauh dari sikap hidup yang hedonistis,
kemewahan, dan keserakahan, tanpa memperdulikan nasib rakyat miskin dan
orang-orang tidak mampu disekitarnya. Sedangkan sikap-sikap yang melawan
hukum dan tidak taat asas yang seyogyanya dijauhi antara lain: penyalahgunaan
wewenang dan jabatan, melakukan pelanggaran hukum dan tindak kejahatn dalam
berbagai bentuk. Termasuk melakukan perbuatan dan tindak pidana korupsi
dengan berbagai faktor penyebab, latar belakang dan motivasi, baik yang bersifat
kelalaian maupun karena kesengajaan.
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



        Dengan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila
secara baik dan benar penuh konsistensi dan istiqamah oleh semua penyelenggara
negara, aparatur pemerintah, dan semua elemen bangsa maka kekuasaan yang
telah dipercayakan akan dijalankan secara amanah sehingga perilaku koruptif
dapat dihindari sedini mungkin. Sebaliknya, jika nilai-nilai Pancasila diabaikan
dalam pengamalan hidup sehari-hari maka kekuasaan akan mudah disalahgunakan
untuk perbuatan koruptif dan tindakan kejahatan lainnya. Hal ini senada dengan
ungkapan seorang pakar Lord Acton bahwa kekuasaan itu korup dan kekuasaan
yang mutlak akan cenderung melakukan korupsi secara mutlak pula. Telah
menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa perilaku dan perbuatan korupsi di
Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangan yang terus meningkat
dari tahun ke tahun baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian
negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistemik
serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
       Fakta lain yang tak terbantahkan bahwa dengan meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistemik juga
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan yang biasa melainkan telah menjadi satu kejahatan
yang    luar   biasa   (extra   ordinary   crime),   begitu   pula   dalam   upaya
pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa tetapi dituntut cara-cara
yang luar biasa (penjelasan umum atas UU No. 30/ 2002 tentang KPK). Upaya
dimaksud termasuk menerapkan sistem pembuktian terbalik atau pembalikan
beban pembuktian.
       Menurut Arya Maheka dalam sebuah bukunya berjudul Mengenali dan
Memberantas Korupsi antara lain mengungkapkan beberapa hal penting yang
layak dikutip. Diungkapkannya, (2) bahwa menurut Ignatius Haryanto dalam
artikelnya di harian kompas, mengajak kita mencatat presatasi bangsa Indonesia:
sebagai salah satu negara terkorup selama bertahun-tahun. Negara yang
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



koruptornya paling rentan dengan kesehatan karena selalu sakit tiap kali hendak
diperiksa atau diadili. Selanjutnya dipaparkan pula, bangsa ini terperanjat ketika
Dato Param Cumaraswamy, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyimpulkan bahwa korupsi di peradilan Indonesia adalah satu yang terburuk di
dunia yang mungkin hanya bisa disamai Meksiko. Bahkan di mata orang bisnis,
khususnya para investor Asia, korupsi di Indonesia, dalam hal ini adalah korupsi
di pengadilan, Indonesia memperoleh skor 9,92 dari skala 1 sampai 10 dengan
catatan yang mendapat skor 1 adalah yang terbaik dan yang mendapat skor 10
adalah yang terburuk. Skor ini tepat berada di atas India yang memperoleh angka
9,26 dan Vietnam yang mendapatkan skor 8,75.
       Dari sisi berbagai faktor penyebab perbuatan korupsi di masyarakat, maka
beberapa referensi dapat dijadikan rujukan yang cukup relevan. Melalui sebuah
artikel saya yang berjudul HAM, Korupsi dan Pembuktian Terbalik, sebuah
pendapat Ibnu Kholdun menarik dicermati, bahwa selama diangkat menjadi hakim
seorang Ibnu Khaldun berusaha menghapus korupsi akhirnya berkesimpulan
bahwa akar korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah di kalangan kelompok yang
berkuasa (majalah spectra, vol. 009/ VIII/ 2002, hal 86). Sumber referensi KPK
seputar: ciri-ciri korupsi, faktor penyebab, dan motivasi terjadinya korupsi (Arya
Maheka, 23) antara lain:
Ciri-ciri korupsi (Alatas, 1983)
  1. Dilakukan lebih dari satu orang.
  2. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih.
  3. Berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu.
  4. Berlindung di balik pembenaran hukum.
  5. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum.
  6. Mengkhianati kepercayaan.

Faktor Penyebab
  1. Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make-
     up politik, sifatnya sementara selalu berubah setiap bergant pemerintahan.
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



2. Penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang, takut dianggap bodoh kalau tidak
   menggunakan kesempatan.
3. Langkanya lingkungan yang antikorup: sistem dan pedoman antikorupsi
   hanya dilakukan sebatas formalitas.
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara. Pendapatan yang diperoleh
   harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu
   mendorong penyelenggara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan
   terbaik bagi masyarakat.
5. Kemiskinan, keserakahan, masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
   karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan
   melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan
   segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat
   tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
   setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: keuntungan korupsi >
   kerugian bila tertangkap.
8. Budaya permisif/ serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa
   bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal
   kepentingannya sendiri terlindungi.
9. Gagalnya pendidikan agama dan etika, ada benarnya pendapat Frans Magnis
   Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam
   mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu
   sendiri. Pemeluk agama hanya berkutat pada masalah bagaimana cara
   beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memainkan
   peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan
   institusi lainnya. Sebab, agama memiliki relasi atau hubungan emosional
   dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi
   emosional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa
   membawa dampak yang sangat buruk (indopos. co. id, sept 2005).
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



Motivasi Korupsi ( Abdullah Hehamahua, 2005)
  1. Korupsi karena kebutuhan.
  2. Korupsi karena ada peluang.
  3. Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri.
  4. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah.
  5. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.

       Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tindak pidana korupsi terutama UU No. 31/ 1999 jo UU No. 20/ 2001, maka
dapat dirumuskan unsur – unsur korupsi, yaitu:
  1. Adanya perbuatan yang melawan hukum.
  2. Memperkaya diri sendiri dan atau pihak lain.
  3. Dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara.
  4. Adanya suap (pasal 12 B ayat (1) UU No. 20/ 2001 tentang Tindak Pidana
     Korupsi)
  5. Adamya gratifikasi (pasal 12 C ayat (2) UU No.20/ 2001 tentang Tindak
     Pidana Korupsi) Arya, 16.

       Gratifikasi tidak dianggap sebagai suap jika penerima gratifikasi
menyampaikan laporan kepada KPK selambatnya 30 hari sejak menerima
gratifikasi tersebut. Seyogyanya segera melapor jika seseorang menerima
gratifikasi (pemberian/ hadiah) agar tidak dianggap melakukan tindak pidana
suap. Sebab pemberi dan penerima suap jika terbukti diancam dengan pidana,
sesuai ketentuan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



D. Kesimpulan dan Saran
      Berdasarkan latar belakang dan uraian deskripsi analisis maka beberapa
kesimpulan dan saran yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
   1. Sebagai salah satu pilar bangsa, Pancasila yang berarti lima sila atau lima
       prinsip dasar mengandung nilai – nilai yang visioner dan universal, yang
       dapat digunakan untuk mencapai dan mewujudkan tujuan kita bernegara
       sebagaimana diamantkan dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk itu,
       Pancasila seyogyanya diposisikan sebagai Ideologi Terbuka, selain
       sebagai falsafah kenegaraan atau cita – cita negara dalam konteks
       kehidupan bernegara. Sebagai Ideologi Terbuka, maka nilai – nilai
       Pancasila diharapkan semakin terbuka ruang wacana yang dinamis oleh
       semua elemen bangsa untuk mencapai kesepakatan publik secara
       demokratis guna mewjudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan
       masyarakat dalam bingkai nilai – nilai keadilan sosial.
   2. Korupsi di Indonesia telah merupakan kejahatan yang luar biasa yang
       menjangkau semua lembaga negara, baik eksekutif, legislative, dan juga
       yudikatif, karena perilaku koruptif para oknum pejabatnya baik di Pusat
       maupun di Daerah yang cenderung tidak taat asas dan menyalahgunakan
       kewenangan yang ada padanya. Untuk itu perlunya sosialisasi dan
       diseminasi yang meluas dan intensif kepada semua elemen bangsa untuk
       senantiasa memahami dan mengamalkan secara nyata dan istiqomah, nilai
       – nilai Pancasila baik melalui peningkatan kualitas, pengamalan ajaran
       agama, dan kepercayaan yang dianutnya, memberi contoh keteladan
       hidup yang baik, dengan pola hidup yang sederhana, yang peduli terhadap
       sesame berdasarkan nilai – nilai Ketuhanan dan nilai – nilai kemanusiaan
       yang universal maka dapat dipastikan upaya penanggulangan korupsi
       secara permanen dan berkelanjutan baik yang bersifat pencegahan
       maupun pemberantasan dengan penuh optimis dapat diwujudkan secara
       optimal.
Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila



                          DAFTAR PUSTAKA
Adji, Indriyanto Seno, 2007, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum
Pidana, Jakarta,     Diadit Media.

Firdaus, Dailami, Ham, Korupsi dan Pembuktian Terbalik, Majalah Ilmiah
Spektra, Jakarta, UIA.

Halim, A. Ridwan, 2011, Dasar – Dasar Pengetahuan dan Penalaran Hukum
Indonesia, Jakarta, Univ. Atmajaya.

Harian Kompas, Edisi, 23 April 2011.

Ibrahim, Anwar, 1998, Renaissans Asia, Bandung, Mizan.

Maheka, Arya, Tanpa Tahun, Mengenali dan Memberantas Korupsi, www. kpk.
go.id.

MPR RI, 2010, UUD Negara RI Tahun1945, Jakarta, Sekjen MPR-RI.

Mahfudz MD, Moh, 2010, Perdebatan Hukum Tata Negara Pascaamandemen
Konstitusi, Jakarta, Rajawali Press.

Rijadi, Prasetijo, 2010, Prawacana Hukum, Keadilan dan Pancasila dalam Mafia
Hukum, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher.

UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan, 2011, Bandung, Citra Umbara.

UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2011,
Bandung Citra      Umbara.

UU RI No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, 2003, Yogyakarta, Media Presindo.

More Related Content

What's hot

Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan NasionalMakalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan NasionalFAJAR MENTARI
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Nia Khusnul Chotimah
 
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13Kompetensi Dasar PPkn SMA K13
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13fahmyfadyllah
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
 
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RIPancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RIFadila Lestari
 
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.Rohmat Ramadhan
 
Paper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paper Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPaper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunanafa hyerin
 
Memahami nilai nilai pancasila
Memahami  nilai nilai   pancasilaMemahami  nilai nilai   pancasila
Memahami nilai nilai pancasilaMandiri Sekuritas
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilAyu Fatimah Zahra
 
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiPancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiOman Syahroni Somad
 
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppPancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppIchiro Hidayate
 
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses Pendidikan
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses PendidikanPenenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses Pendidikan
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses PendidikanEl_Azhari20
 
MATERI KELAS XII PKn
MATERI KELAS XII PKnMATERI KELAS XII PKn
MATERI KELAS XII PKnmaryuni ,.
 
Makalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaMakalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaDewi Annisa
 

What's hot (19)

Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan NasionalMakalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
Makalah Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
 
Makalah pengamalan pancasila
Makalah pengamalan pancasilaMakalah pengamalan pancasila
Makalah pengamalan pancasila
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13Kompetensi Dasar PPkn SMA K13
Kompetensi Dasar PPkn SMA K13
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
 
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RIPancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI
Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan RI
 
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.
 
Paper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paper Pancasila Sebagai Paradigma PembangunanPaper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paper Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
 
Memahami nilai nilai pancasila
Memahami  nilai nilai   pancasilaMemahami  nilai nilai   pancasila
Memahami nilai nilai pancasila
 
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik SipilPeranan Pancasila dalam Teknik Sipil
Peranan Pancasila dalam Teknik Sipil
 
Materi pkn kls xii bab 3
Materi pkn kls xii bab 3Materi pkn kls xii bab 3
Materi pkn kls xii bab 3
 
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasiPancasila sebagai paradigma_reformasi
Pancasila sebagai paradigma_reformasi
 
Makalah nilai nilai pancasila 2014
Makalah nilai nilai pancasila 2014Makalah nilai nilai pancasila 2014
Makalah nilai nilai pancasila 2014
 
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan ppPancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
Pancasila sebagai-paradigma-pembangunan pp
 
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses Pendidikan
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses PendidikanPenenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses Pendidikan
Penenrapan Sila Keempat Pancasila Pada Proses Pendidikan
 
PPT Pkn Smstr 1
PPT Pkn Smstr 1PPT Pkn Smstr 1
PPT Pkn Smstr 1
 
MATERI KELAS XII PKn
MATERI KELAS XII PKnMATERI KELAS XII PKn
MATERI KELAS XII PKn
 
MAKALAH PANCASILA
MAKALAH PANCASILAMAKALAH PANCASILA
MAKALAH PANCASILA
 
Makalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis PancasilaMakalah Analisis Pancasila
Makalah Analisis Pancasila
 

Similar to PANDANGAN KAUM MUDA

Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraSeptian Muna Barakati
 
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptxRADwiCahyaFitria
 
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptx
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptxPANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptx
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptxfalacia1
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxInneLusiana3
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxInaWator
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
4 pancasila-sebagai-ideologi-negara
4 pancasila-sebagai-ideologi-negara4 pancasila-sebagai-ideologi-negara
4 pancasila-sebagai-ideologi-negaraCahiakh Imawan
 
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmb
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmbMateri pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmb
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmbSHAHEENASTORE
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Dedi Susanto
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxWooSan4
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negaraprima1999
 
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambar
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambarMateri nilai nilai ideologi pancasila dengan gambar
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambarmasdoel Manisrenggo
 
pancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidapancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidaTaqwa nuddin
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilamildamarmil
 

Similar to PANDANGAN KAUM MUDA (20)

Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
 
Makalah pancasila
Makalah pancasilaMakalah pancasila
Makalah pancasila
 
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
 
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
1_PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA.pptx
 
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptx
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptxPANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptx
PANCASILA_SEBAGAI_DASAR_NEGARA_4.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
 
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptxMateri Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
Materi Pembelajaran PP VIII-Bab 1.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
4 pancasila-sebagai-ideologi-negara
4 pancasila-sebagai-ideologi-negara4 pancasila-sebagai-ideologi-negara
4 pancasila-sebagai-ideologi-negara
 
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmb
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmbMateri pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmb
Materi pendidikan-pancasila-dan-kewarganegaraan-pkkmb
 
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
Bab i-kedudukan-pancasila-bagi-bangsa-indonesia-dan-pengembangan-sikapdan-per...
 
16919924.ppt
16919924.ppt16919924.ppt
16919924.ppt
 
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptxPPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
PPT KLP. 3 Pendidikan Pancasila.pptx
 
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar NegaraMakalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makalah Pancasila Sebagai Dasar Negara
 
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambar
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambarMateri nilai nilai ideologi pancasila dengan gambar
Materi nilai nilai ideologi pancasila dengan gambar
 
Bab I Pancasila
Bab I PancasilaBab I Pancasila
Bab I Pancasila
 
Kelas xii bab i
Kelas xii bab i Kelas xii bab i
Kelas xii bab i
 
pancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramidapancasila bersifat piramida
pancasila bersifat piramida
 
Makalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasilaMakalah pendidikan pancasila
Makalah pendidikan pancasila
 

More from anihdx

Laporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smtLaporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smtanihdx
 
Materi 6
Materi 6Materi 6
Materi 6anihdx
 
Materi 5
Materi 5Materi 5
Materi 5anihdx
 
Materi 4
Materi 4Materi 4
Materi 4anihdx
 
Materi 3
Materi 3Materi 3
Materi 3anihdx
 
Materi 2
Materi 2Materi 2
Materi 2anihdx
 
Materi 1
Materi 1Materi 1
Materi 1anihdx
 
Silabus mm spektrum 2009
Silabus mm spektrum 2009Silabus mm spektrum 2009
Silabus mm spektrum 2009anihdx
 
Rpp final
Rpp finalRpp final
Rpp finalanihdx
 
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis data
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis dataTugas semester teknik pengumpulan dan analisis data
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis dataanihdx
 
Tugas semester skala pengukuran
Tugas semester skala pengukuranTugas semester skala pengukuran
Tugas semester skala pengukurananihdx
 
Tugas semester jenis penelitian
Tugas semester jenis penelitianTugas semester jenis penelitian
Tugas semester jenis penelitiananihdx
 
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Web
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis WebLandasan Teori Pembelajaran Berbasis Web
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Webanihdx
 

More from anihdx (13)

Laporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smtLaporan final tugas akhir smt
Laporan final tugas akhir smt
 
Materi 6
Materi 6Materi 6
Materi 6
 
Materi 5
Materi 5Materi 5
Materi 5
 
Materi 4
Materi 4Materi 4
Materi 4
 
Materi 3
Materi 3Materi 3
Materi 3
 
Materi 2
Materi 2Materi 2
Materi 2
 
Materi 1
Materi 1Materi 1
Materi 1
 
Silabus mm spektrum 2009
Silabus mm spektrum 2009Silabus mm spektrum 2009
Silabus mm spektrum 2009
 
Rpp final
Rpp finalRpp final
Rpp final
 
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis data
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis dataTugas semester teknik pengumpulan dan analisis data
Tugas semester teknik pengumpulan dan analisis data
 
Tugas semester skala pengukuran
Tugas semester skala pengukuranTugas semester skala pengukuran
Tugas semester skala pengukuran
 
Tugas semester jenis penelitian
Tugas semester jenis penelitianTugas semester jenis penelitian
Tugas semester jenis penelitian
 
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Web
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis WebLandasan Teori Pembelajaran Berbasis Web
Landasan Teori Pembelajaran Berbasis Web
 

Recently uploaded

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

PANDANGAN KAUM MUDA

  • 1. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila MAKALAH PANDANGAN KAUM MUDA KAMPUS TERHADAP PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA PERSPEKTIF IDEOLOGI PANCASILA Dosen Pengasuh: Panca Setyo Prihatin, Sip, M.Si Oleh: Al-Kahfi NPM.123410023 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU 2012
  • 2. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila A. Pendahuluan Penataan sistem politik dan ketatanegaraan sesuai tuntutan semangat reformasi sejak tahun 1998/ 1999 harus diakui ada kemajuan yang signifikan, jika dibandingkan dengan penyelenggaraan kehidupan politik ketatanegaraan di era orde lama dan orde baru. Walau demikian laju perkembangan kian hari di rasa semakin lamban, bahkan ada yang menyebut “jiwa reformasi telah mati suri”, terutama jika dilihat dari perspektif yang lebih substansial yang menyentuh komitmen dan kesadaran melaksanakan nilai-nilai dari ke empat pilar bangsa (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika - sebagai semboyan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara). Hal ini tentu sejalan dengan spirit baru dalam konstitusi (UUD 1945) yang merupakan salah satu agenda reformasi untuk diamandemen agar dapat ditegakkan supremasi hukum dan konstitusi secara konsisten, berani, efektif, dan berkelanjutan. Konsepsi dan program ini diletakkan secara baik dan benar dalam konteks membangun konfigurasi politik yang lebih demokratis, menjunjung tinggi prinsip ham agar tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan beradab. Forum wacana dan diskusi ilmiah popular tentang dan seputar ke empat pilar bangsa belakangan ini marak mengemuka di tengah publik dalam dinamika pemikiran konstruktif semua elemen bangsa dengan jiwa penuh optimis dalam menatap masa depan bangsa dan negara. Tidak ketinggalan peran strategis Lemhannas melalui kegiatan semacam ini secara berkelanjutan. Selain itu hidupnya forum ilmiah dan ilmiah popular di kalangan kampus, LSM, dan media massa ibu kota maupun lokal, dan upaya mensosialisasikan nilai dan semangat empat pilar dalam berbangsa dan bernegara. Melalui harian kompas edisi 23 April 2011 misalnya diberitakan pernyataan Ketua MPR-RI, H. M. Taufiq Kemas yang menarik disimak. Dikatakannya bahwa MPR meminta bantuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk membentuk badan khusus yang berfungsi menyebarluaskan empat pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
  • 3. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Tunggal Ika. Hal ini bisa dimaklumi karena MPR yang hanya beranggotakan 692 orang tentu tidak mampu melakukannya sendiri hingga ke pelosok tanah air. Melalui forum dan tema makalah ini kami juga berupaya berinisiasi menyamakan visi, dan komitmen dalam suatu gerak langkah bersama melaksanakan program sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan baik kepada peserta seminar maupun masyarakat Indonesia secara luas. Ini diharapkan nilai-nilai, prinsip, jiwa dan semangat, yang terkandung dalam ke empat pilar bangsa baik secara tersurat maupun tersirat benar-benar diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari oleh semua elemen bangsa dan negara, baik pemerintah (negara) maupun masyarakat bangsa secara keseluruhan. Ke empat pilar tersebut selain yang telah dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke empat yang menentukan atau menetapkan nilai-nilai pancasila juga pengaturan lebih lanjut atas pilar yang lain ditentukan dalam batang tubuh dari UUD 1945 maupun peraturan perundang- undangan di bawahnya. Sebagai misal landasan hukum tentang NKRI tercantum dalam pasal 1 ayat (1), pasal 18 ayat (1), pasal 18 b ayat (1), 18p ayat (2) pasal 25a dan pasal 37 ayat (5) UUD 1945. Sedangkan untuk pilar Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara telah ditetapkan dalam pasal 36a UUD 1945 jo penjelasan umum UU No 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Jika dikaitkan dengan fungsi dan peran nilai-nilai pancasila dalam konteks penegakan supremasi hukum, sebagai konsekuensi dari kedudukan Indonesia sebagai negara hukum (pasal 1 ayat 3 UUD 1945). Terutama komitmen melaksanakan dan menegakan hukum (law enforcement) dalam bidang penanggulangan tindak pidana korupsi di Indonesia, baik yang bersifat pencegahan atau prevensi maupun pemberantasannya atau represif. Regulasi atau instrument hukum dimaksud antara lain: 1. UU No. 31/ 1999 jo UU No. 20/ 2011 tentang Pemberantasan Tindak pidana korupsi. 2. UU No. 28/ 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. 3. UU No. 30/ 2002 tentang KPK.
  • 4. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila 4. UU No. 08/2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 5. UU No. 02/ 2002 tentang Polri. 6. UU No. 16/ 2004 tentang Kejaksaan RI. 7. UU No. 48/ 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 8. UU No. 46/ 2009 tentang Pengadilan Tipikor serta peraturan perundang- undangan terkait lainnya. Selain itu hal yang perlu diperhatikan oleh para penyelenggara negara dan masyarakat umum adalah norma dan nilai keagamaan, sosial, budaya yang berlaku dan hidup dalam praktek sehari-hari masyarakat Indonesia. Dengan demikian kekuatan, identitas, spirit, jati diri dan marwah kehidupan kita sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat penuh tetap dihormati, di kawal dan dijunjung tinggi baik oleh bangsa sendiri maupun bangsa-bangsa lain dalam percaturan dan pergaulan internasional di tengah derasnya arus globalisasi perdagangan barang maupun jasa internasional. B. Permasalahan Bertitik tolak dari latar belakang masalah pada sesi pendahuluan yang mendukung substansi tema paper ini maka permasalahannya adalah bagaimana upaya yang efektif dan efisien dalam membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai nilai-nilai keabadian kita sebagai bangsa untuk mencegah dan memberantas perilaku dan perbuatan korupsi sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) di Indonesia? C. Pembahasan dan Analisis Pancasila dengan kandungan spirit nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan, seyogyanya diapresiasi sebagai modal yang luhur agung dan menakjubkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berbasis membangun manusia Indonesia secara utuh dan terintegritas dalam semua dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tepatlah apa
  • 5. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila yang diungkapkan oleh Prof. Prasetijo Rijadi – Guru Besar Ilmu Hukum dan Direktur Pascasarjana Universitas Bhayangkara Surabaya (2010, XIII). Dikatakannya, kita semua mesti menyadari bahwa Pancasila merupakan produk budaya dan pemikiran cerdas untuk melandasi semua dimensi kehidupan negara. Selanjutnya dikatakan, ilmu hukum adalah juga hasil proses dari keilmuan yang secara domestic mestinya dapat menyerap prinsip-prinsip utama dari Pancasila itu. Hukum yang berdasarkan Pancasila menurut Prof. Prasetijo, pasti tetaplah ilmiah (scientific - mind) dan bukan kumpulan dogma semata-mata. Selain itu, menurut Prof. Mahfudz MD, dalam bukunya, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi (2010, 243), bahwa dengan dibatalkannya Piagam Jakarta oleh sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, sehingga sila pertama dari dasar negara berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan begitu, Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah religious nation state bukan negara agama (yang menganut satu agama tertentu), dan bukan negara sekuler (yang hampa agama). Indonesia adalah negara kebangsaan yang religious yang menjadikan ajaran agama sebagai dasar moral dan sumber hukum materiil dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan masyarakatnya. Selain itu, kedudukan Pancasila selain sebagai ideology negara, pedoman dan pandangan hidup bangsa, juga merupakan sumber segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 2 berikut penjelasan UU No. 12/ 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan pembukaan UUD 1945 terutama pada alinea keempat. Menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideology negara serta sekaligus dasar filosofi negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pandangan ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum A. Ridwan Halim dalam bukunya berjudul Dasar-Dasar Pengetahuan Hukum dan Penalaran Hukum Indonesia (2011, 2). Dikatakannya bahwa fungsi Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia pada dasarnya adalah sebagai:
  • 6. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila 1. Landasan idiil, dasar falsafah negara, pandangan hidup dan gambaran budaya bangsa di mata dunia Internasional. 2. Sumber dari segala sumber hukum. 3. Kompas perjalanan bangsa dan tongkat panduan moral bagi seluruh rakyat Indonesia. 4. Kebudayaan asli bangsa Indonesia secara nasional. 5. Sumber nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan seluruh warga masyarakat Indonesia di dalam hidup berbangsa dan bernegara. 6. Jembatan pemersatu bangsa dan penganut kerukunan antar umat beragama yang berbhineka di Indonesia. Atas dasar gagasan dan pemikiran itu maka segala tindak tanduk dan perilaku para penyelenggara negara, aparatur pemerintah, pemimpin masyarakat, tokoh-tokoh agama, dan semua elemen bangsa dan negara seyogyanya berpedoman kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dan sebaliknya, tidak boleh memperlihatkan sikap yang tidak taat asas dan melakukan penyalahgunaan wewenang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pejabat negara maupun aparatur pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Nilai-nilai luhur mulia yang wajib dipedomani dalam pengelolaan dan penyelenggaraan oleh pejabat negara dan aparatur pemerintah termasuk para penegak hukum antara lain nilai-nilai keteladanan, perilaku yang tidak koruptif, kesederhanaan hidup sehari-hari dan jauh dari sikap hidup yang hedonistis, kemewahan, dan keserakahan, tanpa memperdulikan nasib rakyat miskin dan orang-orang tidak mampu disekitarnya. Sedangkan sikap-sikap yang melawan hukum dan tidak taat asas yang seyogyanya dijauhi antara lain: penyalahgunaan wewenang dan jabatan, melakukan pelanggaran hukum dan tindak kejahatn dalam berbagai bentuk. Termasuk melakukan perbuatan dan tindak pidana korupsi dengan berbagai faktor penyebab, latar belakang dan motivasi, baik yang bersifat kelalaian maupun karena kesengajaan.
  • 7. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Dengan pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila secara baik dan benar penuh konsistensi dan istiqamah oleh semua penyelenggara negara, aparatur pemerintah, dan semua elemen bangsa maka kekuasaan yang telah dipercayakan akan dijalankan secara amanah sehingga perilaku koruptif dapat dihindari sedini mungkin. Sebaliknya, jika nilai-nilai Pancasila diabaikan dalam pengamalan hidup sehari-hari maka kekuasaan akan mudah disalahgunakan untuk perbuatan koruptif dan tindakan kejahatan lainnya. Hal ini senada dengan ungkapan seorang pakar Lord Acton bahwa kekuasaan itu korup dan kekuasaan yang mutlak akan cenderung melakukan korupsi secara mutlak pula. Telah menjadi pengetahuan kita bersama, bahwa perilaku dan perbuatan korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistemik serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Fakta lain yang tak terbantahkan bahwa dengan meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistemik juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan yang biasa melainkan telah menjadi satu kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime), begitu pula dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa (penjelasan umum atas UU No. 30/ 2002 tentang KPK). Upaya dimaksud termasuk menerapkan sistem pembuktian terbalik atau pembalikan beban pembuktian. Menurut Arya Maheka dalam sebuah bukunya berjudul Mengenali dan Memberantas Korupsi antara lain mengungkapkan beberapa hal penting yang layak dikutip. Diungkapkannya, (2) bahwa menurut Ignatius Haryanto dalam artikelnya di harian kompas, mengajak kita mencatat presatasi bangsa Indonesia: sebagai salah satu negara terkorup selama bertahun-tahun. Negara yang
  • 8. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila koruptornya paling rentan dengan kesehatan karena selalu sakit tiap kali hendak diperiksa atau diadili. Selanjutnya dipaparkan pula, bangsa ini terperanjat ketika Dato Param Cumaraswamy, pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa menyimpulkan bahwa korupsi di peradilan Indonesia adalah satu yang terburuk di dunia yang mungkin hanya bisa disamai Meksiko. Bahkan di mata orang bisnis, khususnya para investor Asia, korupsi di Indonesia, dalam hal ini adalah korupsi di pengadilan, Indonesia memperoleh skor 9,92 dari skala 1 sampai 10 dengan catatan yang mendapat skor 1 adalah yang terbaik dan yang mendapat skor 10 adalah yang terburuk. Skor ini tepat berada di atas India yang memperoleh angka 9,26 dan Vietnam yang mendapatkan skor 8,75. Dari sisi berbagai faktor penyebab perbuatan korupsi di masyarakat, maka beberapa referensi dapat dijadikan rujukan yang cukup relevan. Melalui sebuah artikel saya yang berjudul HAM, Korupsi dan Pembuktian Terbalik, sebuah pendapat Ibnu Kholdun menarik dicermati, bahwa selama diangkat menjadi hakim seorang Ibnu Khaldun berusaha menghapus korupsi akhirnya berkesimpulan bahwa akar korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah di kalangan kelompok yang berkuasa (majalah spectra, vol. 009/ VIII/ 2002, hal 86). Sumber referensi KPK seputar: ciri-ciri korupsi, faktor penyebab, dan motivasi terjadinya korupsi (Arya Maheka, 23) antara lain: Ciri-ciri korupsi (Alatas, 1983) 1. Dilakukan lebih dari satu orang. 2. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih. 3. Berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu. 4. Berlindung di balik pembenaran hukum. 5. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum. 6. Mengkhianati kepercayaan. Faktor Penyebab 1. Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make- up politik, sifatnya sementara selalu berubah setiap bergant pemerintahan.
  • 9. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila 2. Penyalahgunaan kekuasaan/ wewenang, takut dianggap bodoh kalau tidak menggunakan kesempatan. 3. Langkanya lingkungan yang antikorup: sistem dan pedoman antikorupsi hanya dilakukan sebatas formalitas. 4. Rendahnya pendapatan penyelenggara negara. Pendapatan yang diperoleh harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, mampu mendorong penyelenggara untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. 5. Kemiskinan, keserakahan, masyarakat kurang mampu melakukan korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan. 6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah. 7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi, saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya. Rumus: keuntungan korupsi > kerugian bila tertangkap. 8. Budaya permisif/ serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa bila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri terlindungi. 9. Gagalnya pendidikan agama dan etika, ada benarnya pendapat Frans Magnis Suseno bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama hanya berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memainkan peran yang lebih besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan institusi lainnya. Sebab, agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang sangat buruk (indopos. co. id, sept 2005).
  • 10. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila Motivasi Korupsi ( Abdullah Hehamahua, 2005) 1. Korupsi karena kebutuhan. 2. Korupsi karena ada peluang. 3. Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri. 4. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah. 5. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tindak pidana korupsi terutama UU No. 31/ 1999 jo UU No. 20/ 2001, maka dapat dirumuskan unsur – unsur korupsi, yaitu: 1. Adanya perbuatan yang melawan hukum. 2. Memperkaya diri sendiri dan atau pihak lain. 3. Dapat merugikan perekonomian atau keuangan negara. 4. Adanya suap (pasal 12 B ayat (1) UU No. 20/ 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi) 5. Adamya gratifikasi (pasal 12 C ayat (2) UU No.20/ 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi) Arya, 16. Gratifikasi tidak dianggap sebagai suap jika penerima gratifikasi menyampaikan laporan kepada KPK selambatnya 30 hari sejak menerima gratifikasi tersebut. Seyogyanya segera melapor jika seseorang menerima gratifikasi (pemberian/ hadiah) agar tidak dianggap melakukan tindak pidana suap. Sebab pemberi dan penerima suap jika terbukti diancam dengan pidana, sesuai ketentuan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
  • 11. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila D. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan latar belakang dan uraian deskripsi analisis maka beberapa kesimpulan dan saran yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu pilar bangsa, Pancasila yang berarti lima sila atau lima prinsip dasar mengandung nilai – nilai yang visioner dan universal, yang dapat digunakan untuk mencapai dan mewujudkan tujuan kita bernegara sebagaimana diamantkan dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk itu, Pancasila seyogyanya diposisikan sebagai Ideologi Terbuka, selain sebagai falsafah kenegaraan atau cita – cita negara dalam konteks kehidupan bernegara. Sebagai Ideologi Terbuka, maka nilai – nilai Pancasila diharapkan semakin terbuka ruang wacana yang dinamis oleh semua elemen bangsa untuk mencapai kesepakatan publik secara demokratis guna mewjudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam bingkai nilai – nilai keadilan sosial. 2. Korupsi di Indonesia telah merupakan kejahatan yang luar biasa yang menjangkau semua lembaga negara, baik eksekutif, legislative, dan juga yudikatif, karena perilaku koruptif para oknum pejabatnya baik di Pusat maupun di Daerah yang cenderung tidak taat asas dan menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya. Untuk itu perlunya sosialisasi dan diseminasi yang meluas dan intensif kepada semua elemen bangsa untuk senantiasa memahami dan mengamalkan secara nyata dan istiqomah, nilai – nilai Pancasila baik melalui peningkatan kualitas, pengamalan ajaran agama, dan kepercayaan yang dianutnya, memberi contoh keteladan hidup yang baik, dengan pola hidup yang sederhana, yang peduli terhadap sesame berdasarkan nilai – nilai Ketuhanan dan nilai – nilai kemanusiaan yang universal maka dapat dipastikan upaya penanggulangan korupsi secara permanen dan berkelanjutan baik yang bersifat pencegahan maupun pemberantasan dengan penuh optimis dapat diwujudkan secara optimal.
  • 12. Mata Kuliah: Pendidikan Pancasila DAFTAR PUSTAKA Adji, Indriyanto Seno, 2007, Korupsi, Kebijakan Aparatur Negara dan Hukum Pidana, Jakarta, Diadit Media. Firdaus, Dailami, Ham, Korupsi dan Pembuktian Terbalik, Majalah Ilmiah Spektra, Jakarta, UIA. Halim, A. Ridwan, 2011, Dasar – Dasar Pengetahuan dan Penalaran Hukum Indonesia, Jakarta, Univ. Atmajaya. Harian Kompas, Edisi, 23 April 2011. Ibrahim, Anwar, 1998, Renaissans Asia, Bandung, Mizan. Maheka, Arya, Tanpa Tahun, Mengenali dan Memberantas Korupsi, www. kpk. go.id. MPR RI, 2010, UUD Negara RI Tahun1945, Jakarta, Sekjen MPR-RI. Mahfudz MD, Moh, 2010, Perdebatan Hukum Tata Negara Pascaamandemen Konstitusi, Jakarta, Rajawali Press. Rijadi, Prasetijo, 2010, Prawacana Hukum, Keadilan dan Pancasila dalam Mafia Hukum, Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher. UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, 2011, Bandung, Citra Umbara. UU RI No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, 2011, Bandung Citra Umbara. UU RI No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, 2003, Yogyakarta, Media Presindo.