SlideShare a Scribd company logo
EKSTRAKSI
Amri Bakhtiar
MATERI
1. Definisi ekstraksi
2. Proses ekstraksi
3. Sampel ekstraksi
4. Tujuan ekstraksi
5. Jenis-jenis ekstraksi
6. Ekstrak dan pembagian ekstrak
5. Pelarut untuk ekstraksi
DEFINISI EKSTRAKSI
Beberapa definisi mengenai ekstrak adalah sebagai berikut :
1. Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian
tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam bagian tanaman obat.
2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari
campurannya dengan menggunakan pelarut tertentu.
3. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang
mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam
menggunakan pelarut yang sesuai.
4. Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari
tumbuhan-tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan
pelarut tertentu.
PROSES EKSTRAKSI
 Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan
massa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke
dalam pelarut organik yang digunakan.
 Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya
akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung
zat aktif .
 Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar
sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut.
 Proses ini akan terus berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat
aktif diluar sel.
Tahapan proses ekstraksi
1. Penetrasi cairan penyari ke dalam sel bahan
2. Mengembangnya sel
3. Kontak dan pelarutan kandungan kimia oleh cairan penyari
4.Difusi kandungan kimia keluar sel
SAMPEL EKSTRAKSI
 Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan
segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat
tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.
 Sebelum dilakukan ekstraksi, sampel segar sebaiknya segera
dimasukkan ke dalam alkohol mendidih. Akan tetapi jika tidak
memungkinkan, maka sampel disimpan dalam keadaan kering
dengan tujuan bahan kimia dalam sampel tidak terlalu banyak
yang berubah.
 Untuk sampel segar mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme
karena memiliki kandungan air yang masih di atas 10%.
Kandungan air di atas 10% dapat menyebabkan proses enzimatik
sehingga dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktifnya.
SAMPEL EKSTRAKSI
 Tujuan utama proses pengeringan simplisia ialah
1. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri.
2. Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih
lanjut kandungan zat aktif.
3. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, dan tahan lama),
Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan ekstraksi :
 Menstrum : Pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam
proses ekstraksi
 Rafinat : Sisa dari suatu proses ekstraksi
 Artefak : Zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di
dalam sampel.
TUJUAN EKSTRAKSI
 Adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari
suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan
pertimbangan berikut ini :
1. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas
Untuk senyawa kimia yang telah memiliki identitas, maka proses
ekstraksi dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang
telah dipublikasikan atau dapat juga dilakukan sedikit
modifikasi untuk mengembangkan proses ekstraksi.
2. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu
Bertujuan untuk menemukan kelompok-kelompok senyawa
kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti
alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang digunakan
adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil yang diperoleh,
ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa kromatografi
yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang dituju.
TUJUAN EKSTRAKSI
3. Organisme (tanaman atau hewan)
Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya
dibuat dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia
tersebut dalam air. Dalam hal ini proses ekstraksi yang dilakukan
secara tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan sedekat
mungkin dengan penggunanya. Apabila metode ini digunakan
dalam pembuatan obat tradisional perlu kajian ilmiah lebih
lanjut.
4. Penemuan senyawa baru
Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya
dan belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda
apapun maka metoda ekstraksi dapat dipilih random atau dapat
juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisonal untuk
mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas
biologi khusus.
TUJUAN EKSTRAKSI
Faktor –faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan
ekstrak untuk keperluan farmasi :
1. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi.
Jumlah ini akan digunakan dalam perhitungan dosis
obat.
2. Derajat kehalusan simplisia.
3. Jenis pelarut yang akan digunakan
4. Suhu/suhu penyari akan menentukan jumlah dan
kecepatan penyaringan
5. Lama waktu penyarian
6. Proses ekstraksi
Jenis-jenis ekstraksi
1. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran
a. Ekstraksi padat-cair
 Proses ekstraksi padat –cair ini paling banyka
ditemukan dalam mengisolasi suatu subtansi yang
terkandung di dalam suatu bahan alam.
 Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat
di dalam campurannya dan memerlukan kontak
yang sangat lama antara pelarut dan zat padat.
 Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan
oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan yang
akan diekstraksi.
Jenis-jenis ekstraksi
b. Esktarksi cair-cair
Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan
diektraksi berbentuk cairan di dalam campurannya.
Jenis-jenis ekstraksi
2. Berdasarkan penggunaan panas
a. Ekstraksi secara dingin
Metoda ekstraksi secara dingin bertujuan untuk
mengekstrak senyawa-senyawa yang etrdapat dalam
simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat
thermolabil.
Ekstarksi secara dingin dapat dilakukan dengan
beberapa cara berikut:
1) Maserasi
adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan
hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu
atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan terlindung cahaya.
Jenis-jenis ekstraksi
2) Perkolasi
adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan
hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu
atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Jenis-jenis ekstraksi
b. Ekstraksi secara panas
Metoda panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang
terkandng dalam simplisia sudah diapstikan tahan panas.
Metoda ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya :
1) Seduhan
Merupakan metoda ekstraksi paling sederhana hanya
dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu
tertentu (5-10 menit ).
2) Coque(penggodokan)
Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok
simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat
langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan
termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja.
Jenis-jenis ekstraksi
3) Infusa
Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara
menyari simplisia nabati dengan air panas pada suhu 90 0c
selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakuakn
dengan cara sebagai berikut :
Simplisia dengan deajat kehalusan tertentu dimasukan ke
dlaam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya.
Panaskan campuran selama 15 menit, dihitung mulai suhu
900c sambil sekali-sekali diaduk. Saring selagi panas dengan
menggunakan kain flanel. Tambahkan air panas
secukupnya melalaui ampas sehingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki.
Jenis-jenis ekstraksi
4) Digesti
adalah proses ekstarksi yang cara kerjanya hampir sama
dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan
pemanasan rendah suhu 30-40 0c. Metoda ini biasanay
digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu
biasa.
5) Dekokta
Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan
infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu
pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama
dibanding metoda infusa yaitu 30 menit dihitung setelah
suhu 90 0c .
6) Refluks
Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin baik (kondensor)
Jenis-jenis ekstraksi
6) Refluks
Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin baik (kondensor). Proses ini umumnya
dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu petama,
sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna.
7) Soxhletasi
Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas
menggunakan alat khusus berupa ekstraksi soxhlet. Suhu
yang diguanakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu
pada metoda refluks.
Jenis-jenis ekstraksi
3. Berdasarkan proses pelaksanaan
a.Ekstraksi berkesinambungan (continous extraction)
Pada proses ekstraksi ini, pelarut yang sama dipakai
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
b. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction)
Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstarksi selalu
dipakai dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses
ekstraksi selesai.
4. Berdasarkan metode ekstraksi
Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstraksi selalu
dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses
ekstraksi selesai.
Jenis-jenis ekstraksi
4. Berdasarkan metoda ekstraksi
a.Ekstraksi tunggal
Merupakan proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak sebanyak
satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagian
dari zat aktif akan terlarut dalam pelarut sampai
mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari
ekstraksi ini adalah rendahnya rendemen yang
dihasilkan.
Jenis-jenis ekstraksi
4. Berdasarkan metoda ekstraksi
b. Ekstraksi multi tahap
Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara
mencampurkan bahan yang akan diekstrak beberapa
kali dengan pelarut yang baru dalam jumlah yang
sama banyak. Ekstark yang dihasilkan dengan cara ini
memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan
ekstraksi tunggal, karena yang ekstrak mengalami
beberapa kali pencampuran dan pemisahan.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
1. Pengertian ekstrak
adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses
ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat.
Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental
atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang diuapkan.
2. Pembagian ekstrak
a. Menurut Farmakope Indonesia
1) Ekstrak cair
adalah ekstrak hasil bahan alam dan masih mengandung pelarut.
2)Ekstrak kental
adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah
tidak mengandung cairan pelarut, tetapi konsistensi tetap cair
pada suhu kamar.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
3) Ekstrak kering
Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan
dan tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat
(kering)
b. Berdasarkan konsistensi
1) Ekstark cair (Extracta fluida (Liquida)
2) Ekstrak semi solid (Extracta spissa)
3) Ekstrak kering ( Extracta sicca)
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan kandungan ekstrak
1) Ekstrak alami
adalah ekstrak murni yang mengandung bahan obat
herbal alami kering, berminyak, tidak mengandung
solvent dan eksipien.
2) Ekstrak non alami
Sediaan ekstrak herbal yang tidak mengandung bahan
alami. Ekstrak non alami dapat berbentuk ekstrak kering
(ampuran gliserin, propilenglikol); ekstrak kering
(maltodextrin, laktosa); ekstrak cair, tinctura; sediaan cair
non alkohol (gliserin, air) dan maserat berminyak.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan komposisi yang ada di dalam ekstrak
1) Ekstrak murni
Merupakan ekstrak yang tidak mengandung pelarut
maupun bahan tambahan lainnya dan biasanya
merupakan produk antara, bersifat higroskopis serta
memerlukan proses selanjutnya untuk menjadi sediaan
ekstrak.
2) Sediaan ekstrak
Merupakan sediaan ekstrak herbal hasil pengolahan lebih
lanjut dari ekstrak murni. Sediaan ekstrak baik berbentuk
kental maupun serbuk kering untuk selnajutnya dapat
dibuat menjadi sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan
dan lain-lainnya.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
c. Berdasarkan kandungan senyawa aktif :
1) Standardised extracts
 Merupakan ekstrak yang dieproleh dengan cara
menambahkan zat aktif yang aktifitas terapeutiknya
telah diketahui untuk mencapai komposisi yang
dipersyaratkan.
 Selain itu standardised extract juga dapat diperoleh
dengan cara menambahkan bahan pembantu atau
mencampur antara ekstrak yang mengandung senyawa
aktif tinggi dengan ekstrak yang mengandung senyawa
aktif lebih rendah sehingga kandungan senyawa
aktifnya dapat memenuhi persyaratan baku yang telah
ditetapkan.
Contoh: Ekstark kering daun Belladona (mengandung
alkaloid hyoscyamin 0.95 -1.05%)
Ekstrak dan pembagian ekstrak
2) Quantified extract
 Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengatur kadar senyawa yang telah diketahui aktifitas
farmakologisnya agar memiliki khasiat yang sama.
 Qantified extract memiliki kandungan zat aktif yang
menpunyai aktifitas yang sudah diketahui , tetapi
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
tersebut tidak diketahui.
 Pengaturan kadar senyawa diperoleh dengan cara
mencampur dua jenis ekstrak yang memiliki spesifikasi
sama dan dalam jumlah konstan.
Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba
Hypericum perforatum.
.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
3) Other extract
 Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara
mengatur proses produksi serta spesifikasinya. Dalam
hal ini kandungan senyawa yang bertanggung jawab
terhadap efek farmakologisnya belum diketahui.
Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba
Hypericum perforatum.
Contoh : Crategeus Herba dan Passiflora incarnate
.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
f. Berdasarkan pelarut yang diguankan dan hasil akhir dari ekstraksi
1) Ekstrak air
adalah ekstrak yang emnggunakan air sebagai cairan
pengekstraksi. Ekstrak yang diperoleh pada metoda ini dapat
langsung digunakan atau proses kembali dengan cara
pemekatan atau pengeringan.
2) Tinktur
Merupakan sediaan cair yang dibuat secara maserasi ataupun
perkolasi dari suatu simplisia. Pelarut yang umum diguankan
dalam tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia diektrak
dengan 2-10 bagian menstrum.
3) Ekstrak cair
Merupakan bentuk dari kestrak cair yang mirip dengan tinktur
namun ekstrak cair telah melalui proses pemekatan hingga
diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan Farmakope.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
4) Ekstrak encer
Merupakan ekstrak yang dibuat sama seperti halnya ekstrak
cair, namun masih perlu diproses lebih lanjut.
5) Ekstrak kental
Merupakan ekstrak yang etlah mengalami proses pemekatan.
Ekstrak kental ini sangat mudah menyerap lembab sehingga
mudah ditumbuhi oleh kapang. Dalam bidang industri ,
ekstrak kental ini sudah tidak lagi digunakan, hanya dijadikan
sebagai produk antara sebelum diproses menjadi ekstrak
kering.
Ekstrak dan pembagian ekstrak
6) Ekstrak kering (extract sicca)
Merupakan ekstrak hasil pengentalan yang kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan. Proses pengeringan dari ekstrak kental dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara diantaranya :
a. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil.
b. Menggunakan proses kering beku
c. Menggunakan proses fluid bed drying (semprot kering)
7) Ekstrak minyak
Merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mensuspensikan simplisia
dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan,
dengan cara yang menyerupai maserasi.
8) Oleoresin
Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin
seperti Capsicum fructus dan Zingiberis rhizom dengan pelarut tertentu
(umumnya etanol.
Pelarut untuk ekstraksi
 Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah
yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut.
 Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut
terbaik untuk zat aktif yang etdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga
zat aktif dapat dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada pada
dalam simplisia tersebut.
 Hasil akhir dari ekstraksi in adalah didapatkannya ekstrak yang hanya
mengandung sebagian besar dari zat aktif yang diinginkan.
Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi memiliki beberapa sifat
penting. Diantara sifat-sifat penting tersebut antara lain :
1. Kemampuan melarutkan (solubility)
2. Kecepatan menguap
3. Trayek didih
4. Berat jenis (specific gravity)
5. Flashpoint (titik didih)
Pelarut untuk ekstraksi
A. Macam-macam Pelarut
1. Air
 Air merupakan salah satu pelarut yang mudah,dan dipakai secara luas oleh
masyarakat.
 Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik untuk berbagai macam
zat seperti Garam-garam alkaloid, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat
warna dan garam-garam mineral lainnya.
 Kekurangan air sebagai pelarut diantaranya air merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga zat yang diekstrak dengan
air tidak dapat bertahan lama. Dan air juga dapat mengembangkan simplisia
sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan dalam ekstraksi terutama
dengan metoda perkolasi.
Pelarut untuk ekstraksi
2. Etanol
 Etanol dapat melarutkan zat-zat tertentu seperti alkaloid, glikosida,
flavonoid , damar-damar , dan minyak atsiri.
 Etanol tidak bisa digunakan untuk mengekstraksi bahan dari jenis gom,
gula dan albumin.
 Etanol dapat menghambat kerja enzim, menghalangi pertumbuhan
jamur dan bakteri.
 Keuntungan dari penggunaan etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang
dighasilkan lebih spesifik, dapat bertahan lama karena disamping sebagai
pelarut, etanol juga berfungsi sebagai pengawet.
3. Gliserin
 Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari
simplisia yang mengandung zat samak.
 Gliserin juga merupakan pelarut yang baik untuk golongan tanin dan
hasil-hasil oksidannya, berbagai gom dan albumin.
Pelarut untuk ekstraksi
4. Eter
 Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak
dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam
jangka waktu yang lama.
5. Heksana
 Heksana adalah pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi.
Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak.
 Eter biasanya juga digunakan untuk menghilangkan lemak pengotor dari
simplisia sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik.
6. Aceton
 Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimana
aceton mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak
atsiri dan damar.
 Aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk pemakaian
dalam.
 Bau aceton kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
Pelarut untuk ekstraksi
7. Chloroform
 Kloroform tidak pergunakan untuk sediaan dalam, karena secara
farmakologi, kloroform mempunyai efek toksik. Kloroform biasanya
digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung basa alkaoida,
damar, minyak lemak dan minyak atsiri.
B. Pengelompokan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi
1. Berdasarkan fungsinya
a. True solvent
Adalah pelarut yang berfungsi untuk melarutkan zat aktif dalam proses
ekstraksi, pemurnian, pembauatan emulsi dan suspensi.
b. Diluent
adalah pelarut yang berfungsi sebagai pengencer misalnya pada industri
cat.
c. Latent solvent
Merupakan pelarut yang berfungsi untuk meningkatkan daya larut aktif
pelarut.
Pelarut untuk ekstraksi
d. Media reaksi
Merupakan pelarut yang berfungsi sebagai media reaksi karena reaksi akan
berlangsung lebih cepat dalam fase cair.
e. Paint remover
Dalah jenis pelarutnyang berfungsi sebagai pembersih atau penghilang cat.
2. Berdasarkan kepolaran
a. Pelarut polar
 Senyawa yang memiliki rumus ROH dan menunjukan adanya atom hidrogen
yang menyerang atom elektronegatif (oksigen) .
 Pelarut dengan tingkat kepolaranyang tinggi merupakan pearut yang cocok
dan baik untuk smeua jenis zat aktif (universal) karena di samping menarik
senyawa yang bersifat polar , pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa-
senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.
 Contoh : air, metanol, etanol dan asam asetat
Pelarut untuk ekstraksi
b. Pelarut semipolar
 Pelarut yang memiliki molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.
 Pelarut dalam kategori ini smuanya memiliki momen dipol yang besar. Ikatan
dipol ini biasanya memiliki ikatan rangkap antara karbon dengan oksigen atau
nitrogen.
 Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar.
 Pelarut ini baik diguankan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat
semipolar dari tumbuhan.
 Contoh : aseton, etil asetat, dimetilsulfoksida dan diklorometane (metilen
klorida)
c. Pelarut nonpolar
 Merupakan senyawa yang memiliki konstanta dilektrik yang rendah dan tidak
larut dalam air.
 Pelarut ini baik digaunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang sama sekali
tidka larut dalam pelarut polar seperti minyak.
 Contoh pelarut non polar : heksana, kloroform dan eter.
Pelarut untuk ekstraksi
3. Berdasarkan densitas
a. Pelarut yang memiliki densitas lebih rendah dari air
 Sebagian besar pelarut senyawa organik termasuk dalam pelarut golongan ini
diantaranya dietil eter, etil asetat dan hidrokarbon (heksan dan toluen).
b. Pelarut yang memiliki densitas lebih tinggi dari air
 Merupakan pelarut yang mengandung senyawa klorin seperti diklorometan.
Pelarut untuk ekstraksi
C. Persyaratan pelarut yang ideal untuk ekstraksi
1. Selektif
Pelarut dapat melarutkan semua zat dengan cepat, sempurna dan sedikit
mungkin melarutkan bahan lain yang tidak dibutuhkan.
2. Mempunyai titik didih yang rendah dan seragam
3. Tidak toksik dan ramah lingkungan
4. Mampu mengesktark semua senyawa dalam simplisia
5. Stabil secara fisik dan kimia
6. Bersifat inert dan tidak mudah terbakar.
7. Mudah dihilangkan dari ekstrak.
8. Tidka bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak.
9. Murah/ekonomis
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Rukmana Suharta
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
eruna18
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
ilmi nur hafizah
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
wulannsftri
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
Trie Marcory
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
Fadhol Romdhoni
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
Salsabila Azzahra
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
Ilma Nurhidayati
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
wd_amaliah
 
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
akqj10oke
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
Syahrir Ghibran
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Alljabar Rahmat
 
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBELVALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
Tri Setyo Ningsih
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologi
Mina Audina
 
EKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.pptEKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.ppt
VindaNesya
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Surya Amal
 
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITASKURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
Tri Setyo Ningsih
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
Dwi Andriani
 

What's hot (20)

Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Konstanta dielektrik
Konstanta dielektrikKonstanta dielektrik
Konstanta dielektrik
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
PPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara PanasPPT Ekstraksi Cara Panas
PPT Ekstraksi Cara Panas
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 
SATUAN DALAM FARMASI
SATUAN DALAM FARMASISATUAN DALAM FARMASI
SATUAN DALAM FARMASI
 
laporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docxlaporan praktikum 3.docx
laporan praktikum 3.docx
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
 
Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6Laporan lengkap larutan klmpk 6
Laporan lengkap larutan klmpk 6
 
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBELVALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
 
Laporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologiLaporan farmasi fisika rheologi
Laporan farmasi fisika rheologi
 
EKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.pptEKSTRAKSI.ppt
EKSTRAKSI.ppt
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITASKURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
KURVA LAJU PENGERINGAN DAN FLOWABILITAS
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 

Similar to Presentasi fraksinasi

Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
AsthrEey' Schwarzenegger
 
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptxPPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
MuthmainahTuldJanah1
 
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptxFITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
mainbareng
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
Sapan Nada
 
Ekstraksi
EkstraksiEkstraksi
Ekstraksimtrko
 
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fixPercobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
SriYunita8
 
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptxPPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
MuhammadHidayatullah94
 
Farmasi : Soxhletasi
Farmasi : SoxhletasiFarmasi : Soxhletasi
Farmasi : Soxhletasi
ArwinAr
 
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptxPPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
NovriDoank2
 
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptxSOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
SunaSeptianiAndini
 
Presentasi soxhletasi
Presentasi soxhletasiPresentasi soxhletasi
Presentasi soxhletasi
yulis adriana
 
PRESENTASI SOXHLETASI.ppt
PRESENTASI SOXHLETASI.pptPRESENTASI SOXHLETASI.ppt
PRESENTASI SOXHLETASI.ppt
yulis adriana
 
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptxPPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
AmeliaMoniq1
 
Destilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiDestilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksi
SMAN 4 MERLUNG
 
PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas
Nadiyayoo
 
Ekstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cairEkstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cair
UIN Alauddin Makassar
 
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaLap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaCarlosEnvious
 
Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kambojaLap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
CarlosEnvious
 
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptxtugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
AnggiHerlindia
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
evindatoh
 

Similar to Presentasi fraksinasi (20)

Laporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksiLaporan lengkap ekstraksi
Laporan lengkap ekstraksi
 
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptxPPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
PPT EKSTRAKSI PANAS.pptx
 
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptxFITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
FITOKIMIA-MACAM MACAM METODE EKSTRAKSI.pptx
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
 
Ekstraksi
EkstraksiEkstraksi
Ekstraksi
 
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fixPercobaan iii ekstraksi bahan alat fix
Percobaan iii ekstraksi bahan alat fix
 
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptxPPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
PPT Fitofarmasetika Kelompok 1.pptx
 
Farmasi : Soxhletasi
Farmasi : SoxhletasiFarmasi : Soxhletasi
Farmasi : Soxhletasi
 
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptxPPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
PPT KIMIA LINGKUNGAN II - EKSTRAKSI - KELOMPOK 3 rmk refisi.pptx
 
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptxSOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
SOKLETASI_Farmakognosi 2_.pptx
 
Presentasi soxhletasi
Presentasi soxhletasiPresentasi soxhletasi
Presentasi soxhletasi
 
PRESENTASI SOXHLETASI.ppt
PRESENTASI SOXHLETASI.pptPRESENTASI SOXHLETASI.ppt
PRESENTASI SOXHLETASI.ppt
 
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptxPPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
PPT PENGENALAN METODE- METODE ANALISIS.pptx
 
Destilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksiDestilasi dan ekstraksi
Destilasi dan ekstraksi
 
PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas
 
Ekstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cairEkstraksi pelarut padat cair
Ekstraksi pelarut padat cair
 
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kambojaLap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
Lap. praktikum destilasi pada bungan kamboja
 
Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kambojaLap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
Lap. praktikum destilasi uap bunga kamboja
 
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptxtugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
tugas ppt sokletasi (anggi herlindia).pptx
 
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)Ekstraksi.dingin.a2 (1)
Ekstraksi.dingin.a2 (1)
 

Recently uploaded

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
TeguhWinarno6
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
Muhammad Nur Hadi
 
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptxUji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
NurlinaAbdullah1
 
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdfMINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
AlmaDani8
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
WagKuza
 
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptxBahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
dwiagus41
 
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docxtemplate undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
ansproduction72
 
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdfpemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
fuji226200
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
sarahshintia630
 
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptxTugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
SunakonSulistya
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
yardsport
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
WewikAyuPrimaDewi
 

Recently uploaded (12)

JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
 
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptxUji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
Uji Akurasi klasifikasi - Confusion Matrix.pptx
 
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdfMINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
MINGGU 03_Metode Consistent Deformation (1).pdf
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
 
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptxBahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
 
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docxtemplate undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
 
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdfpemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
 
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptxTugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
 

Presentasi fraksinasi

  • 2. MATERI 1. Definisi ekstraksi 2. Proses ekstraksi 3. Sampel ekstraksi 4. Tujuan ekstraksi 5. Jenis-jenis ekstraksi 6. Ekstrak dan pembagian ekstrak 5. Pelarut untuk ekstraksi
  • 3. DEFINISI EKSTRAKSI Beberapa definisi mengenai ekstrak adalah sebagai berikut : 1. Ekstraksi adalah suatu proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman obat. 2. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut tertentu. 3. Ekstraksi adalah suatu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam menggunakan pelarut yang sesuai. 4. Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuhan-tumbuhan, hewan dan lain-lain menggunakan pelarut tertentu.
  • 4. PROSES EKSTRAKSI  Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang digunakan.  Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif .  Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut.  Proses ini akan terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif diluar sel.
  • 5. Tahapan proses ekstraksi 1. Penetrasi cairan penyari ke dalam sel bahan 2. Mengembangnya sel 3. Kontak dan pelarutan kandungan kimia oleh cairan penyari 4.Difusi kandungan kimia keluar sel
  • 6. SAMPEL EKSTRAKSI  Pada proses ekstraksi ini dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi.  Sebelum dilakukan ekstraksi, sampel segar sebaiknya segera dimasukkan ke dalam alkohol mendidih. Akan tetapi jika tidak memungkinkan, maka sampel disimpan dalam keadaan kering dengan tujuan bahan kimia dalam sampel tidak terlalu banyak yang berubah.  Untuk sampel segar mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme karena memiliki kandungan air yang masih di atas 10%. Kandungan air di atas 10% dapat menyebabkan proses enzimatik sehingga dapat menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktifnya.
  • 7. SAMPEL EKSTRAKSI  Tujuan utama proses pengeringan simplisia ialah 1. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri. 2. Menghilangkan aktifitas enzim yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif. 3. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, dan tahan lama), Beberapa istilah umum yang berkaitan dengan ekstraksi :  Menstrum : Pelarut/campuran pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi  Rafinat : Sisa dari suatu proses ekstraksi  Artefak : Zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di dalam sampel.
  • 8. TUJUAN EKSTRAKSI  Adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini : 1. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas Untuk senyawa kimia yang telah memiliki identitas, maka proses ekstraksi dapat dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang telah dipublikasikan atau dapat juga dilakukan sedikit modifikasi untuk mengembangkan proses ekstraksi. 2. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu Bertujuan untuk menemukan kelompok-kelompok senyawa kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Metode umum yang digunakan adalah studi pustaka dan untuk kepastian hasil yang diperoleh, ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang dituju.
  • 9. TUJUAN EKSTRAKSI 3. Organisme (tanaman atau hewan) Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya dibuat dengan cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut dalam air. Dalam hal ini proses ekstraksi yang dilakukan secara tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan sedekat mungkin dengan penggunanya. Apabila metode ini digunakan dalam pembuatan obat tradisional perlu kajian ilmiah lebih lanjut. 4. Penemuan senyawa baru Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya dan belum pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda apapun maka metoda ekstraksi dapat dipilih random atau dapat juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisonal untuk mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologi khusus.
  • 10. TUJUAN EKSTRAKSI Faktor –faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan ekstrak untuk keperluan farmasi : 1. Jumlah simplisia yang akan diekstraksi. Jumlah ini akan digunakan dalam perhitungan dosis obat. 2. Derajat kehalusan simplisia. 3. Jenis pelarut yang akan digunakan 4. Suhu/suhu penyari akan menentukan jumlah dan kecepatan penyaringan 5. Lama waktu penyarian 6. Proses ekstraksi
  • 11. Jenis-jenis ekstraksi 1. Berdasarkan bentuk substansi dalam campuran a. Ekstraksi padat-cair  Proses ekstraksi padat –cair ini paling banyka ditemukan dalam mengisolasi suatu subtansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam.  Proses ini melibatkan substan yang berbentuk padat di dalam campurannya dan memerlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan zat padat.  Kesempurnaan proses ekstraksi sangat ditentukan oleh sifat dari bahan alam dan sifat dari bahan yang akan diekstraksi.
  • 12. Jenis-jenis ekstraksi b. Esktarksi cair-cair Ekstraksi ini dilakukan apabila substansi yang akan diektraksi berbentuk cairan di dalam campurannya.
  • 13. Jenis-jenis ekstraksi 2. Berdasarkan penggunaan panas a. Ekstraksi secara dingin Metoda ekstraksi secara dingin bertujuan untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang etrdapat dalam simplisia yang tidak tahan terhadap panas atau bersifat thermolabil. Ekstarksi secara dingin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut: 1) Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan terlindung cahaya.
  • 14. Jenis-jenis ekstraksi 2) Perkolasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara merendam simplisia dalam satu atau campuran pelarut selama waktu tertentu pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
  • 15. Jenis-jenis ekstraksi b. Ekstraksi secara panas Metoda panas digunakan apabila senyawa-senyawa yang terkandng dalam simplisia sudah diapstikan tahan panas. Metoda ekstraksi yang membutuhkan panas diantaranya : 1) Seduhan Merupakan metoda ekstraksi paling sederhana hanya dengan merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10 menit ). 2) Coque(penggodokan) Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia menggunakan api langsung dan hasilnya dapat langsung digunakan sebagai obat baik secara keseluruhan termasuk ampasnya atau hanya hasil godokannya saja.
  • 16. Jenis-jenis ekstraksi 3) Infusa Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air panas pada suhu 90 0c selama 15 menit. Kecuali dinyatakan lain, infusa dilakuakn dengan cara sebagai berikut : Simplisia dengan deajat kehalusan tertentu dimasukan ke dlaam panci infusa, kemudian ditambahkan air secukupnya. Panaskan campuran selama 15 menit, dihitung mulai suhu 900c sambil sekali-sekali diaduk. Saring selagi panas dengan menggunakan kain flanel. Tambahkan air panas secukupnya melalaui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
  • 17. Jenis-jenis ekstraksi 4) Digesti adalah proses ekstarksi yang cara kerjanya hampir sama dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah suhu 30-40 0c. Metoda ini biasanay digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada suhu biasa. 5) Dekokta Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan. Waktu pemanasan pada dekokta lebih lama dibanding metoda infusa yaitu 30 menit dihitung setelah suhu 90 0c . 6) Refluks Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin baik (kondensor)
  • 18. Jenis-jenis ekstraksi 6) Refluks Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin baik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu petama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang cukup sempurna. 7) Soxhletasi Proses soxhletasi merupakan proses ekstraksi panas menggunakan alat khusus berupa ekstraksi soxhlet. Suhu yang diguanakan lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada metoda refluks.
  • 19. Jenis-jenis ekstraksi 3. Berdasarkan proses pelaksanaan a.Ekstraksi berkesinambungan (continous extraction) Pada proses ekstraksi ini, pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai. b. Ekstraksi bertahap (Bath Extraction) Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstarksi selalu dipakai dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses ekstraksi selesai. 4. Berdasarkan metode ekstraksi Dalam ekstraksi ini pada setiap tahap ekstraksi selalu dipakai pelarut yang selalu baru sampai proses ekstraksi selesai.
  • 20. Jenis-jenis ekstraksi 4. Berdasarkan metoda ekstraksi a.Ekstraksi tunggal Merupakan proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang akan diekstrak sebanyak satu kali dengan pelarut. Pada ekstraksi ini sebagian dari zat aktif akan terlarut dalam pelarut sampai mencapai suatu keseimbangan. Kekurangan dari ekstraksi ini adalah rendahnya rendemen yang dihasilkan.
  • 21. Jenis-jenis ekstraksi 4. Berdasarkan metoda ekstraksi b. Ekstraksi multi tahap Merupakan suatu proses ekstraksi dengan cara mencampurkan bahan yang akan diekstrak beberapa kali dengan pelarut yang baru dalam jumlah yang sama banyak. Ekstark yang dihasilkan dengan cara ini memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan ekstraksi tunggal, karena yang ekstrak mengalami beberapa kali pencampuran dan pemisahan.
  • 22. Ekstrak dan pembagian ekstrak 1. Pengertian ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif melalui proses ekstraksi menggunakan pelarut, dimana pelarut yang digunakan diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering tergantung jumlah pelarut yang diuapkan. 2. Pembagian ekstrak a. Menurut Farmakope Indonesia 1) Ekstrak cair adalah ekstrak hasil bahan alam dan masih mengandung pelarut. 2)Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan sudah tidak mengandung cairan pelarut, tetapi konsistensi tetap cair pada suhu kamar.
  • 23. Ekstrak dan pembagian ekstrak 3) Ekstrak kering Adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering) b. Berdasarkan konsistensi 1) Ekstark cair (Extracta fluida (Liquida) 2) Ekstrak semi solid (Extracta spissa) 3) Ekstrak kering ( Extracta sicca)
  • 24. Ekstrak dan pembagian ekstrak c. Berdasarkan kandungan ekstrak 1) Ekstrak alami adalah ekstrak murni yang mengandung bahan obat herbal alami kering, berminyak, tidak mengandung solvent dan eksipien. 2) Ekstrak non alami Sediaan ekstrak herbal yang tidak mengandung bahan alami. Ekstrak non alami dapat berbentuk ekstrak kering (ampuran gliserin, propilenglikol); ekstrak kering (maltodextrin, laktosa); ekstrak cair, tinctura; sediaan cair non alkohol (gliserin, air) dan maserat berminyak.
  • 25. Ekstrak dan pembagian ekstrak c. Berdasarkan komposisi yang ada di dalam ekstrak 1) Ekstrak murni Merupakan ekstrak yang tidak mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya dan biasanya merupakan produk antara, bersifat higroskopis serta memerlukan proses selanjutnya untuk menjadi sediaan ekstrak. 2) Sediaan ekstrak Merupakan sediaan ekstrak herbal hasil pengolahan lebih lanjut dari ekstrak murni. Sediaan ekstrak baik berbentuk kental maupun serbuk kering untuk selnajutnya dapat dibuat menjadi sediaan obat seperti kapsul, tablet, cairan dan lain-lainnya.
  • 26. Ekstrak dan pembagian ekstrak c. Berdasarkan kandungan senyawa aktif : 1) Standardised extracts  Merupakan ekstrak yang dieproleh dengan cara menambahkan zat aktif yang aktifitas terapeutiknya telah diketahui untuk mencapai komposisi yang dipersyaratkan.  Selain itu standardised extract juga dapat diperoleh dengan cara menambahkan bahan pembantu atau mencampur antara ekstrak yang mengandung senyawa aktif tinggi dengan ekstrak yang mengandung senyawa aktif lebih rendah sehingga kandungan senyawa aktifnya dapat memenuhi persyaratan baku yang telah ditetapkan. Contoh: Ekstark kering daun Belladona (mengandung alkaloid hyoscyamin 0.95 -1.05%)
  • 27. Ekstrak dan pembagian ekstrak 2) Quantified extract  Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara mengatur kadar senyawa yang telah diketahui aktifitas farmakologisnya agar memiliki khasiat yang sama.  Qantified extract memiliki kandungan zat aktif yang menpunyai aktifitas yang sudah diketahui , tetapi senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tersebut tidak diketahui.  Pengaturan kadar senyawa diperoleh dengan cara mencampur dua jenis ekstrak yang memiliki spesifikasi sama dan dalam jumlah konstan. Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba Hypericum perforatum. .
  • 28. Ekstrak dan pembagian ekstrak 3) Other extract  Merupakan ekstrak yang diperoleh dengan cara mengatur proses produksi serta spesifikasinya. Dalam hal ini kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap efek farmakologisnya belum diketahui. Contoh: Ekstrak daun Gingko biloba, ekstrak herba Hypericum perforatum. Contoh : Crategeus Herba dan Passiflora incarnate .
  • 29. Ekstrak dan pembagian ekstrak f. Berdasarkan pelarut yang diguankan dan hasil akhir dari ekstraksi 1) Ekstrak air adalah ekstrak yang emnggunakan air sebagai cairan pengekstraksi. Ekstrak yang diperoleh pada metoda ini dapat langsung digunakan atau proses kembali dengan cara pemekatan atau pengeringan. 2) Tinktur Merupakan sediaan cair yang dibuat secara maserasi ataupun perkolasi dari suatu simplisia. Pelarut yang umum diguankan dalam tinktur adalah etanol. Satu bagian simplisia diektrak dengan 2-10 bagian menstrum. 3) Ekstrak cair Merupakan bentuk dari kestrak cair yang mirip dengan tinktur namun ekstrak cair telah melalui proses pemekatan hingga diperoleh ekstrak yang sesuai dengan ketentuan Farmakope.
  • 30. Ekstrak dan pembagian ekstrak 4) Ekstrak encer Merupakan ekstrak yang dibuat sama seperti halnya ekstrak cair, namun masih perlu diproses lebih lanjut. 5) Ekstrak kental Merupakan ekstrak yang etlah mengalami proses pemekatan. Ekstrak kental ini sangat mudah menyerap lembab sehingga mudah ditumbuhi oleh kapang. Dalam bidang industri , ekstrak kental ini sudah tidak lagi digunakan, hanya dijadikan sebagai produk antara sebelum diproses menjadi ekstrak kering.
  • 31. Ekstrak dan pembagian ekstrak 6) Ekstrak kering (extract sicca) Merupakan ekstrak hasil pengentalan yang kemudian dilanjutkan dengan pengeringan. Proses pengeringan dari ekstrak kental dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya : a. Menggunakan bahan tambahan seperti laktosa, aerosil. b. Menggunakan proses kering beku c. Menggunakan proses fluid bed drying (semprot kering) 7) Ekstrak minyak Merupakan ekstrak yang dibuat dengan cara mensuspensikan simplisia dengan perbandingan tertentu dalam minyak yang telah dikeringkan, dengan cara yang menyerupai maserasi. 8) Oleoresin Merupakan sediaan yang dibuat dengan cara ekstraksi bahan oleoresin seperti Capsicum fructus dan Zingiberis rhizom dengan pelarut tertentu (umumnya etanol.
  • 32. Pelarut untuk ekstraksi  Pelarut pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut.  Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi haruslah merupakan pelarut terbaik untuk zat aktif yang etdapat dalam sampel atau simplisia, sehingga zat aktif dapat dipisahkan dari simplisia dan senyawa lainnya yang ada pada dalam simplisia tersebut.  Hasil akhir dari ekstraksi in adalah didapatkannya ekstrak yang hanya mengandung sebagian besar dari zat aktif yang diinginkan. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi memiliki beberapa sifat penting. Diantara sifat-sifat penting tersebut antara lain : 1. Kemampuan melarutkan (solubility) 2. Kecepatan menguap 3. Trayek didih 4. Berat jenis (specific gravity) 5. Flashpoint (titik didih)
  • 33. Pelarut untuk ekstraksi A. Macam-macam Pelarut 1. Air  Air merupakan salah satu pelarut yang mudah,dan dipakai secara luas oleh masyarakat.  Pada suhu kamar, air merupakan pelarut yang baik untuk berbagai macam zat seperti Garam-garam alkaloid, glikosida, asam tumbuh-tumbuhan, zat warna dan garam-garam mineral lainnya.  Kekurangan air sebagai pelarut diantaranya air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga zat yang diekstrak dengan air tidak dapat bertahan lama. Dan air juga dapat mengembangkan simplisia sedemikian rupa, sehingga akan menyulitkan dalam ekstraksi terutama dengan metoda perkolasi.
  • 34. Pelarut untuk ekstraksi 2. Etanol  Etanol dapat melarutkan zat-zat tertentu seperti alkaloid, glikosida, flavonoid , damar-damar , dan minyak atsiri.  Etanol tidak bisa digunakan untuk mengekstraksi bahan dari jenis gom, gula dan albumin.  Etanol dapat menghambat kerja enzim, menghalangi pertumbuhan jamur dan bakteri.  Keuntungan dari penggunaan etanol sebagai pelarut adalah ekstrak yang dighasilkan lebih spesifik, dapat bertahan lama karena disamping sebagai pelarut, etanol juga berfungsi sebagai pengawet. 3. Gliserin  Gliserin digunakan sebagai pelarut terutama untuk menarik zat aktif dari simplisia yang mengandung zat samak.  Gliserin juga merupakan pelarut yang baik untuk golongan tanin dan hasil-hasil oksidannya, berbagai gom dan albumin.
  • 35. Pelarut untuk ekstraksi 4. Eter  Eter merupakan pelarut yang sangat mudah menguap sehingga tidak dianjurkan untuk pembuatan sediaan obat yang akan disimpan dalam jangka waktu yang lama. 5. Heksana  Heksana adalah pelarut yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Heksana merupakan pelarut yang baik untuk lemak dan minyak.  Eter biasanya juga digunakan untuk menghilangkan lemak pengotor dari simplisia sebelum simplisia tersebut dibuat sediaan galenik. 6. Aceton  Aceton memiliki kemampuan hampir sama dengan heksana dimana aceton mampu melarutkan dengan baik berbagai macam lemak, minyak atsiri dan damar.  Aceton tidak dipergunakan untuk sediaan galenik untuk pemakaian dalam.  Bau aceton kurang enak dan sukar hilang dari sediaan.
  • 36. Pelarut untuk ekstraksi 7. Chloroform  Kloroform tidak pergunakan untuk sediaan dalam, karena secara farmakologi, kloroform mempunyai efek toksik. Kloroform biasanya digunakan untuk menarik bahan-bahan yang mengandung basa alkaoida, damar, minyak lemak dan minyak atsiri. B. Pengelompokan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi 1. Berdasarkan fungsinya a. True solvent Adalah pelarut yang berfungsi untuk melarutkan zat aktif dalam proses ekstraksi, pemurnian, pembauatan emulsi dan suspensi. b. Diluent adalah pelarut yang berfungsi sebagai pengencer misalnya pada industri cat. c. Latent solvent Merupakan pelarut yang berfungsi untuk meningkatkan daya larut aktif pelarut.
  • 37. Pelarut untuk ekstraksi d. Media reaksi Merupakan pelarut yang berfungsi sebagai media reaksi karena reaksi akan berlangsung lebih cepat dalam fase cair. e. Paint remover Dalah jenis pelarutnyang berfungsi sebagai pembersih atau penghilang cat. 2. Berdasarkan kepolaran a. Pelarut polar  Senyawa yang memiliki rumus ROH dan menunjukan adanya atom hidrogen yang menyerang atom elektronegatif (oksigen) .  Pelarut dengan tingkat kepolaranyang tinggi merupakan pearut yang cocok dan baik untuk smeua jenis zat aktif (universal) karena di samping menarik senyawa yang bersifat polar , pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa- senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.  Contoh : air, metanol, etanol dan asam asetat
  • 38. Pelarut untuk ekstraksi b. Pelarut semipolar  Pelarut yang memiliki molekul yang tidak mengandung ikatan O-H.  Pelarut dalam kategori ini smuanya memiliki momen dipol yang besar. Ikatan dipol ini biasanya memiliki ikatan rangkap antara karbon dengan oksigen atau nitrogen.  Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar.  Pelarut ini baik diguankan untuk melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar dari tumbuhan.  Contoh : aseton, etil asetat, dimetilsulfoksida dan diklorometane (metilen klorida) c. Pelarut nonpolar  Merupakan senyawa yang memiliki konstanta dilektrik yang rendah dan tidak larut dalam air.  Pelarut ini baik digaunakan untuk menarik senyawa-senyawa yang sama sekali tidka larut dalam pelarut polar seperti minyak.  Contoh pelarut non polar : heksana, kloroform dan eter.
  • 39. Pelarut untuk ekstraksi 3. Berdasarkan densitas a. Pelarut yang memiliki densitas lebih rendah dari air  Sebagian besar pelarut senyawa organik termasuk dalam pelarut golongan ini diantaranya dietil eter, etil asetat dan hidrokarbon (heksan dan toluen). b. Pelarut yang memiliki densitas lebih tinggi dari air  Merupakan pelarut yang mengandung senyawa klorin seperti diklorometan.
  • 40. Pelarut untuk ekstraksi C. Persyaratan pelarut yang ideal untuk ekstraksi 1. Selektif Pelarut dapat melarutkan semua zat dengan cepat, sempurna dan sedikit mungkin melarutkan bahan lain yang tidak dibutuhkan. 2. Mempunyai titik didih yang rendah dan seragam 3. Tidak toksik dan ramah lingkungan 4. Mampu mengesktark semua senyawa dalam simplisia 5. Stabil secara fisik dan kimia 6. Bersifat inert dan tidak mudah terbakar. 7. Mudah dihilangkan dari ekstrak. 8. Tidka bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak. 9. Murah/ekonomis