Dokumen tersebut membahas tentang proses penyembuhan luka, meliputi tahapan-tahapannya seperti fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Juga dibahas tentang klasifikasi, komplikasi, dan pengelolaan luka mulai dari evaluasi, pembersihan, penjahitan, hingga penutupan dan perawatan luka.
Dalam penyembuhan luka membutuhkan proses dan tahap sehingga dibutuhkan waktu, kesabaran dan pengobatan serta asuhan selama proses penyembuhan berlangsung, harus diketahui juga kriteria luka yang dijumpai, ukuran, jenis luka. peniliaian luka dapat diketahui dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi), kedalaman luka, eksudat, daerah luka. Sebagai seorang perawat harus juga mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, mekanisme terjadinya luka, tipe penyembuhan luka, fase penyembuhan luka.
Dalam penyembuhan luka membutuhkan proses dan tahap sehingga dibutuhkan waktu, kesabaran dan pengobatan serta asuhan selama proses penyembuhan berlangsung, harus diketahui juga kriteria luka yang dijumpai, ukuran, jenis luka. peniliaian luka dapat diketahui dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi), kedalaman luka, eksudat, daerah luka. Sebagai seorang perawat harus juga mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, mekanisme terjadinya luka, tipe penyembuhan luka, fase penyembuhan luka.
Czego konkretnie nauczysz się z tej publikacji?
-> Dowiesz się, jak na przeróżne sposoby doprowadzić partnerkę do orgazmu.
-> Poznasz erotyczną mapę ciała Twojej partnerki i znajdziesz miejsca, które przy odpowiednich pieszczotach staną się "guziczkiem", przenoszącym Twoją drugą połowę do świątyni nieograniczonych doznań?
-> Dzięki tej książce (prawdopodobnie jako jedyny z grupy Twoich kolegów) będziesz znał dokładne miejsce, w którym znajduje się legendarny Punkt G.
-> Odkryjesz na nowo siłę urozmaiconych pocałunków.
-> Poznasz niewybaczalne grzechy mężczyzn, które są popełniane w łóżku.
11. Perawatan Luka power point Ns.Heny-1.pptxfernaldoworiwun
SOP perawatan luka yang baik dan benar adalah perawatan luka dengan prinsip steril dan merupakan suatu bentuk pelayanan yang komperhensif dalam hal merawat luka hingga pada fase penyembuhan luka bertujuan untuk menjaga infeksi akibat mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa, mencegah bertambahnya kerusakan jaringan, mempercepat penyembuhan, membersihkan luka dari benda asing atau debris, mempermudah pengeluaran eksudat, mencegah terjadinya pendarahan yang banya
untuk mengetahui perawatan luka pada saat bencana dengan baik dan benar serta mengetahui prinsip prinsip dalam merawat luka pada saat bencana, guna sebagai pengetahuan dasar bagi para tim kesehatan khususnya untuk nursing care plan.
Luka berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 2 yaitu,
1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan periode waktu yang diharapkan
2. Luka kronis adalah luka yang proses penyembuhannya mengalami keterlambatan
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. PENDAHULUAN
• Luka : disrupsi dari kontinuitas dalam jaringan
yang menyusun struktur tubuh.
• Luka pada setiap jaringan proses
penyembuhan (wound healing)
• Disrupsi pada kontinuitas kulit tubuh rentan
terhadap infeksi dari luar.
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Luas kulit orang dewasa ± 1.5 m2, berat ± 15%
berat badan.
• 3 lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan
dermis, dan lapisan subkutis.
• Epidermis : stratum korneum, stratum lusidum,
stratum granulosum, stratum spinosum, dan
stratum basale.
• Dermis : pars papilare dan pars retikulare.
• Lapisan subkutis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel – sel lemak.
6. Contoh luka dalam kehidupan sehari – hari: luka tumpul (kiri), luka tembak
jarak dekat (tengah), dan luka tusuk (kanan)
7. PROSES PENYEMBUHAN
Fase Inflamasi
• Fase lamban
• Sejak terjadinya luka hingga hari kelima
• Vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh
yang putus (retraksi).
• Klinis : warna kemerahan (rubor), rasa hangat
(kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor).
8. Fase Proliferasi
• Akhir fase inflamasi sampai ± akhir minggu
ketiga
• Bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka
• Sel radang, fibroblast, dan kolagen jaringan
granulasi
• Proses mitosis & proses migrasi
9. Fase Remodelling
• Proses pematangan.
• Berlangsung berbulan-bulan.
• Udem dan sel radang diserap
• Sel muda menjadi matang
• Kapiler baru menutup dan diserap
• Kolagen yang berlebih diserap dan mengerut.
• Patah tulang: memerlukan waktu satu tahun atau
lebih untuk membentuk jaringan yang normal
secara histologi atau secara bentuk
11. KOMPLIKASI
• Pembersihan luka tidak adekuat
• Keterlambatan pembentukan jaringan granulasi
• Tidak adanya reepitalisasi
• Komplikasi post operatif
• Infeksi.
• Misal: hematoma, nekrosis jaringan lunak,
dehiscence, keloids, hipertropik scar dan infeksi
luka.
12. • Penyembuhan luka: penyebab dari dalam tubuh
sendiri (endogen) atau penyebab dari luar tubuh
(eksogen).
• Endogen: gangguan koagulasi (koagulopati) dan
gangguan sistem imun.
• Koagulopati hemostasis merupakan titik tolak
dan dasar fase inflamasi.
• Gangguan sistem imun menghambat dan
mengubah reaksi tubuh terhadap luka, kematian
jaringan, dan kontaminasi.
13. • Eksogen:
- Penyinaran sinar ionisasi
mengganggu mitosis dan merusak sel.
- Pemberian sitostatik
- Kortikosteroid.
- Pengaruh setempat, seperti infeksi,
hematom, benda asing, sekuester dan
nekrosis.
14. PENGELOLAAN LUKA
Beberapa tahap yang harus dilakukan:
A. Evaluasi luka: anamnesis dan pemeriksaan fisik
(lokasi dan eksplorasi).
B. Tindakan Antiseptik:
- untuk mensucihamakan kulit.
- cairan atau larutan antiseptik, seperti:
1) Alkohol, bakterisida kuat dan cepat.
2) Halogen dan senyawanya
a) Yodium
b) Povidon Yodium
c) Yodoform
d) Klorhesidin
15. 3) Oksidansia
a) Kalium permanganat.
b) Perhidrol (Peroksida air, H2O2).
4) Logam berat dan garamnya
a) Merkuri klorida (sublimat).
b) Merkurokrom (obat merah)
5) Asam borat, bakteriostatik lemah
(konsentrasi 3%).
6) Derivat fenol
a) Trinitrofenol (asam pikrat).
b) Heksaklorofan (pHisohex).
16. 7) Basa ammonium kuartener, disebut juga
etakridin (rivanol).
• Perhatian: pemilihan cairan pencuci dan teknik
pencucian luka.
• Cairan pencuci luka lain yang saat ini sering
digunakan yaitu Normal Saline atau disebut juga
NaCl 0,9%.
• Normal saline sifat fisiologis, non toksik dan
tidak mahal.
17. C. Pembersihan Luka
• Tujuan: meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka;
menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris.
• Perhatian:
1) Irigasi.
2) Hilangkan semua benda asing
dan semua jaringan mati.
3) Antiseptik
4) Pemberian anastesi lokal
5) Penutupan luka
18. D. Penjahitan luka
• Luka bersih, tidak infeksi serta kurang dari 6 jam
(Golden Period) jahit primer
• Prinsip dasar: perkecil timbulnya dead space,
tegangan cukup dan immobilisasi luka.
• Teknik menjahit luka:
- Jahitan satu – satu.
- Jahitan matras vertikal.
- Jahitan matras horisontal
- Jahitan jelujur subkutikuler.
- Jahitan karung
19. Macam – macam benang jahit:
Benang jahit diserap
• Dari kolagen, asam poliglikolat atau
polidioksanon
• Digunakan di bawah permukaan untuk menutup
lapisan subkutan atau untuk memperbaiki
mukosa
• Lebih menguntungkan, tidak perlu membuka
asalkan diletakkan pada lapisan kulit sebelah
dalam
• Misal: asam poliglikolat, Plain catgut.
• Dexon: daya ikat 30 hari, absorbsi 90 hari.
• Vicryl: daya ikat 32 hari, absorbsi 70 hari.
20. Benang jahit tak diserap
• Benang jahit sintetik (nilon, dacron atau
polipropilen)
• Benang jahit dari logam (stainless steel)
• Staples stainless steel
E. Penutupan luka
• Mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan
berlangsung optimal.
• Macam – macam penutupan luka, yaitu
- Penutupan primer.
- Pentupan sekunder
- Pentupan tersier
21. F. Pembalutan
• Tergantung pada kondisi luka.
• Pelindung terhadap penguapan & infeksi.
• sebagai fiksasi dan efek penekanan yang
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang
menyebabkan hematom.
• metode balutan kasa ”wet-to-dry”, khusus untuk
debridemen dasar luka.
22. G. Antibiotik dan Anti Tetanus
• Prinsip: luka bersih tidak perlu diberikan
antibiotik dan anti tetanus.
• Imunisasi aktif toksoid tetanus menurunkan
morbiditas dan mortalitas kematian.
• Pertimbangan: kondisi luka, umur luka,
pengobatan dengan TIG, dan status imunisasi
sebelumnya.
• ATLS: luka yang cenderung tetanus lebih 6
jam, tidak rata, dalam luka > 1 cm, etiologi
peluru, luka bakar atau crush injury, didapatkan
tanda – tanda infeksi, jaringan mati, kontaminan,
dan jaringan denervasi/iskemik.
23. H. Pengangkatan Jahitan
• Diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan
lagi.
• Waktu pengangkatan tergantung dari berbagai
faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka,
usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya
infeksi.