1. Sindrom kompartemen adalah kondisi peningkatan tekanan dalam ruang osteofasial yang membungkus otot, saraf, dan pembuluh darah, menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis jaringan.
2. Gejala klinis terdiri dari 5P: nyeri, pucat, denyut nadi lemah, kesemutan, dan kelumpuhan.
3. Penanganan definitifnya adalah bedah dekompresi untuk menurunkan tekanan intrakompar
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
Kontusio paru adalah memar pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh trauma tumpul pada dada. Gejala umumnya meliputi sesak nafas, batuk berdarah, dan infiltrat pada rontgen dada. Penatalaksanaan berfokus pada menjaga jalan nafas terbuka, oksigenasi, dan mencegah infeksi. Komplikasi potensial termasuk gangguan pernapasan akut dan pneumonia.
Dokumen tersebut membahas kasus peritonitis difus akibat appendisitis perforasi pada pasien laki-laki berusia 14 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut selama seminggu dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peritonitis. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik mendukung diagnosis appendisitis perforasi. Pasien dioperasi dan didiagnosis dengan peritonitis difus akibat appendisitis perforasi.
Kontusio paru adalah memar pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh trauma tumpul pada dada. Gejala umumnya meliputi sesak nafas, batuk berdarah, dan infiltrat pada rontgen dada. Penatalaksanaan berfokus pada menjaga jalan nafas terbuka, oksigenasi, dan mencegah infeksi. Komplikasi potensial termasuk gangguan pernapasan akut dan pneumonia.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
1. Tenggelam dapat terjadi dengan atau tanpa aspirasi cairan ke dalam paru-paru. Kematian dapat disebabkan oleh hipoksia otak akibat spasme laring atau gangguan sirkulasi.
2. Tanda-tanda klasik tenggelam meliputi kehadiran busa di saluran pernafasan dan distensi paru-paru yang berlebihan. Namun, tanda-tanda ini tidak selalu ditemukan.
3. Mekanisme kematian ten
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis bedah mata, yaitu eviserasi, enukleasi, eksenterasi, dan operasi katarak. Eviserasi adalah pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian luar. Enukleasi meliputi pengangkatan seluruh isi dan saraf mata. Eksenterasi digunakan untuk mengangkat seluruh orbit mata. Operasi katarak telah mengalami 4 gelombang perkembangan teknologi mulai dari pembed
Glomerulonefritis Acute Post Streptococcus patofisiologi dan terapi
Please contact me if you necessity to this presentation in gilangrizki.alfarizi@gmail.com
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa kondisi pada tulang belakang seperti spondilitis, spondiloartrosis, dan spondilolistesis. Spondilitis adalah inflamasi pada tulang belakang yang biasanya disebabkan infeksi atau imunitas. Spondiloartrosis adalah degenerasi sendi belakang. Spondilolistesis terjadi ketika satu tulang belakang tergeser ke depan. Dokumen ini menjelaskan gejala klinis dan gambaran radiologi d
Kolitis adalah peradangan kolon yang ditandai dengan diare berdarah, nyeri perut, dan demam. Diagnosis didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes radiologi seperti foto colon in loop yang menunjukkan penyempitan kolon. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan pengobatannya meliputi sulfasalazine, kortikosteroid, dan imunosupresan.
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berat sejak 1 minggu yang memberat sejak 3 jam terakhir. Keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri, ke rahang disertai keringat dingin. Riwayat perokok aktif sejak 30 tahun lalu menghabiskan 2 bungkus per hari.
Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, BMI 30 kg/m2 dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya lemah, dengan sekali-kali ekstrasistole (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 200/100 mmHg. Bunyi jantung normal, fisis jantung ditemukan kardiomegali. Pada EKG didapatkan gambaran elevasi segemen ST di II, III, aVF disertai gambaran LVH. Laboratorium ditemukan LDL kolesterol 180 mg/dl, HDL 28 mg/dl, HbA1C 11%, SGOT 12, SGPT 18, Hb 12 gr%
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan trauma tulang belakang, mulai dari anatomi, mekanisme cedera, tanda-tanda klinis, penilaian awal, hingga penanganan darurat untuk mencegah penyakit sekunder. Hal kunci yang disarankan adalah evaluasi mekanisme cedera, imobilisasi tulang belakang secara komplit menggunakan log roll, uji primer dengan fokus pada saluran napas, pernapasan, dan sirkul
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
1. Tenggelam dapat terjadi dengan atau tanpa aspirasi cairan ke dalam paru-paru. Kematian dapat disebabkan oleh hipoksia otak akibat spasme laring atau gangguan sirkulasi.
2. Tanda-tanda klasik tenggelam meliputi kehadiran busa di saluran pernafasan dan distensi paru-paru yang berlebihan. Namun, tanda-tanda ini tidak selalu ditemukan.
3. Mekanisme kematian ten
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis bedah mata, yaitu eviserasi, enukleasi, eksenterasi, dan operasi katarak. Eviserasi adalah pengangkatan isi bola mata dengan meninggalkan bagian luar. Enukleasi meliputi pengangkatan seluruh isi dan saraf mata. Eksenterasi digunakan untuk mengangkat seluruh orbit mata. Operasi katarak telah mengalami 4 gelombang perkembangan teknologi mulai dari pembed
Glomerulonefritis Acute Post Streptococcus patofisiologi dan terapi
Please contact me if you necessity to this presentation in gilangrizki.alfarizi@gmail.com
1. Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin Clostridium tetani yang memunculkan gejala kekakuan otot. Penyakit ini disebabkan oleh masuknya spora Clostridium tetani lewat luka dan berubah menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan toksin.
Dokumen tersebut membahas tentang beberapa kondisi pada tulang belakang seperti spondilitis, spondiloartrosis, dan spondilolistesis. Spondilitis adalah inflamasi pada tulang belakang yang biasanya disebabkan infeksi atau imunitas. Spondiloartrosis adalah degenerasi sendi belakang. Spondilolistesis terjadi ketika satu tulang belakang tergeser ke depan. Dokumen ini menjelaskan gejala klinis dan gambaran radiologi d
Kolitis adalah peradangan kolon yang ditandai dengan diare berdarah, nyeri perut, dan demam. Diagnosis didasarkan pada riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes radiologi seperti foto colon in loop yang menunjukkan penyempitan kolon. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan pengobatannya meliputi sulfasalazine, kortikosteroid, dan imunosupresan.
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke unit gawat darurat rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berat sejak 1 minggu yang memberat sejak 3 jam terakhir. Keluhan dirasakan menjalar ke lengan kiri, ke rahang disertai keringat dingin. Riwayat perokok aktif sejak 30 tahun lalu menghabiskan 2 bungkus per hari.
Pada pemeriksaan nampak dia terlihat pucat, BMI 30 kg/m2 dengan kulit dingin dan berkeringat. Nadinya lemah, dengan sekali-kali ekstrasistole (denyut ventrikuler ektopik). Tekanan darah arterial 200/100 mmHg. Bunyi jantung normal, fisis jantung ditemukan kardiomegali. Pada EKG didapatkan gambaran elevasi segemen ST di II, III, aVF disertai gambaran LVH. Laboratorium ditemukan LDL kolesterol 180 mg/dl, HDL 28 mg/dl, HbA1C 11%, SGOT 12, SGPT 18, Hb 12 gr%
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akibat infeksi bakteri atau jamur. Gejala utamanya nyeri telinga dan keluarnya cairan. Penatalaksanaannya meliputi antiseptik, antibiotik topikal atau oral, tergantung berat ringannya. Komplikasinya dapat berupa perikondritis, selulitis, atau otitis eksterna berat.
Dokumen tersebut membahas penatalaksanaan trauma tulang belakang, mulai dari anatomi, mekanisme cedera, tanda-tanda klinis, penilaian awal, hingga penanganan darurat untuk mencegah penyakit sekunder. Hal kunci yang disarankan adalah evaluasi mekanisme cedera, imobilisasi tulang belakang secara komplit menggunakan log roll, uji primer dengan fokus pada saluran napas, pernapasan, dan sirkul
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis, dengan tulang yang lepas dari sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor konjenital, patologis, atau trauma, dan dapat menyebabkan gangguan fungsi sendi serta nyeri. Penatalaksanaannya meliputi reduksi dislokasi dan mobilisasi sendi untuk memulihkan fungsinya.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan fraktur tulang. Juga dibahas asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis, dan intervensi untuk menangani nyeri, risiko gangguan sirkulasi, serta mempertahankan fungsi dan mobilitas bagian tubuh yang terkena fraktur
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis cedera olahraga, termasuk definisi, faktor penyebab, klasifikasi, dan penanganannya. Cedera olahraga dapat terjadi saat berlatih atau bertanding akibat beban yang melebihi kapasitas tubuh. Jenis cedera meliputi kontusi, dislokasi, luka, strain, sprain, dan patah tulang. Penanganannya meliputi pencegahan, pertolongan pertama, dan pengobatan
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur tulang. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi fraktur tulang dan sistem anatomi tulang, klasifikasi fraktur, etiologi, tanda-tanda klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian gejala utama seperti nyeri akut, infeksi, dan gangguan mobilitas serta penanganannya.
Diagnosis dan manajemen cedera olahragaDoni Setiawan
1. Makalah ini membahas tentang diagnosis dan penanganan cedera olahraga. Jenis cedera yang dijelaskan meliputi memar, sprain, strain, dan dislokasi.
2. Penanganan cedera bergantung pada tingkat keparahan cedera, mulai dari istirahat untuk cedera ringan hingga tindakan bedah untuk cedera berat.
3. Tujuan penanganan cedera adalah memaksimalkan pemulihan dan mencegah cedera ulang."
Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula yang biasanya disebabkan trauma. Tulang ini mudah patah karena letak dan anatominya. Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk diagnosis dan penentuan tindak lanjut. Penatalaksanaan bervariasi antara non-operatif hingga operatif tergantung lokasi dan tingkat pergeseran fraktur.
Cedera medula spinalis didefinisikan sebagai cedera yang mengenai medula spinalis baik yang menimbulkan kelainan fungsi utamanya secara lengkap atau sebagian. Klasifikasi cedera medula spinalis meliputi komplit dan inkonplik, dengan berbagai jenis inkonplik seperti anterior cord, posterior cord, dan central cord. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik khusus dan pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, sedangkan penatalaks
Dokumen tersebut membahas tentang konsep medis fraktur tulang khususnya fraktur femur. Menguraikan definisi, penyebab, jenis, manifestasi klinis, komplikasi, dan penatalaksanaan fraktur femur. Juga membahas etiologi, patofisiologi, dan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis fraktur tulang pangkal paha.
Tarsal Tunnel Syndrome (TTS) adalah kondisi yang menyebabkan nyeri pada kaki akibat penekanan saraf tibialis posterior di terowongan tulang di kaki. Gejala utamanya adalah nyeri dan kesemutan di telapak kaki dan tumit. Penyebabnya dapat berupa faktor anatomi, trauma, atau penyakit seperti diabetes. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan EMG, sedangkan pengobatannya meliputi istirahat, splint
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan trauma muskuloskeletal yang mencakup kontusi, sprain, strain, dan dislokasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan untuk masing-masing kondisi trauma tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang Developmental Dysplasia of Hip (DDH). DDH merupakan gangguan pertumbuhan pinggul yang meliputi berbagai derajat displasia asetabular dan kepala femur. DDH disebabkan oleh faktor genetik, hormonal, malposisi janin, dan faktor pasca lahir. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan radiologi. Penatalaksanaannya meliputi penggunaan alat bantu seperti Pavlik harness, reduksi tert
This document summarizes recent epidemiological research on various rheumatic diseases such as rheumatoid arthritis, juvenile rheumatoid arthritis, and osteoarthritis. Some key findings over the past decade include:
1) The incidence of rheumatoid arthritis has declined over time but prevalence has remained stable at 0.5-1% of adults.
2) Mortality is increased in patients with rheumatic diseases compared to the general population. The mortality gap between rheumatic disease patients and others has widened.
3) Comorbid conditions are more common in rheumatoid arthritis patients and outcomes tend to be poorer when comorbidities are present.
4) Estimates of the prevalence and incidence of juvenile rheumatoid
The document presents recommendations from the American College of Rheumatology (ACR) for the treatment of juvenile idiopathic arthritis (JIA). It describes the process used to develop the recommendations, which involved a systematic review of the literature and application of the RAND/UCLA Appropriateness Method. This method utilizes a Core Expert Panel and Task Force Panel to rate treatment scenarios and develop consensus recommendations. The recommendations cover initiation and safety monitoring of medications for JIA, including NSAIDs, injections, DMARDs, biologics, and steroids. They are intended to guide but not dictate treatment decisions for individual patients.
This clinical guideline provides recommendations for the diagnosis and management of juvenile idiopathic arthritis (JIA) in primary care settings. It was developed by a working group including rheumatologists, GPs, and consumer representatives. The guideline is based on a review of literature from 2000-2007 as well as a previously published national guideline assessed using the AGREE instrument. It aims to support early diagnosis of JIA, appropriate referral to pediatric rheumatologists, and multidisciplinary management focusing on alleviating pain, preventing complications and joint damage, optimizing function, and improving quality of life. The guideline's recommendations cover diagnosis, pharmacological and non-pharmacological treatment options, and coordination of long-term chronic disease management for children with J
WA 081388333722 Jual Dildo Penis IKat Pinggang Di Surabaya Codajongshopp
WA 081–388–333–722 JUAL VAGINA SENTER ELEKTRIK ALAT BANTU SEKS PRIA DI SURABAYA COD
SIAP ANTAR / COD : SURABAYA, SIDOARJO, MOJOKERTO
KUNJUNGI TOKO KAMI DI : TOKO AJONG VITALITASS JL. RAYA KLETEK NO.112 TAMAN SIDOARJO ( sebrang BRI kletek / sebelah jualan bambu )
Wen4D Daftar Situs Slot Gacor Gampang Maxwin Terbaru Hari IniWen4D
Wen4D adalah pilihan situs judi slot terbaik di Indonesia dan terpercaya yang menghadirkan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi para pemain yang bergabung. Sistem game yang kami sajikan 100% fairplay di mana artinya memang tidak ada campur tangan pihak manapun yang menentukan kemenangan.
Link Alternatif : https://heylink.me/WEN4D.com/
1. KOMPARTEMEN SYNDROME
Shella Jobiwarma Chaniago
1407101030247
dr. T. Nanta Aulia, Sp. OT (K) Spine
BAGIAN SMF/BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2020
2. ANATOMI
Secara anatomi, sebagian besar kompartemen terletak di
anggota gerak. Kompartemen osteofasial merupakan
ruangan yang berisi otot, saraf dan pembuluh darah
yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot
yang masing-masing dibungkus oleh epimisium.
Berdasarkan letaknya, kompartemen terdiri dari
beberapa jenis, antara lain:
Syilvianti. 2010. Sindrom Kompartemen. Diunduh dari: http://en.netlog.com/syilvianti/blog/blogid=3756199 [Access on July, 16th 2011]
3. Anggota Gerak Atas
• Lengan Atas
Kompartemen volar, berisi otot flexor pergelangan
tangan dan jari tangan, nervus ulnar dan nervus
median.
Kompartemen dorsal, berisi otot ekstensor
pergelangan tangan dan jari tangan, nervus
interosseous posterior.
• Lengan Bawah
Kompartemen volar, berisi otot flexor pergelangan
tangan dan jari tangan, nervus ulnar dan nervus
median.
Kompartemen dorsal, berisi otot ekstensor
pergelangan tangan dan jari tangan, nervus
interosseous posterior
Mobile wad, berisi otot ekstensor carpi radialis
longus, otot ekstensor carpi radialis brevis, otot
brachioradialis.
• Wrist Joint
Kompartemen I, berisi otot abduktor pollicis longus
dan otot ekstensor pollicis brevis.
Kompartemen II, berisi otot ekstensor carpi radialis
brevis, otot ekstensor carpi radialis longus.
Kompartemen III, berisi otot ekstensor pollicis
longus.
Kompartemen IV, berisi otot ekstensor digitorum
communis, otot ekstensor indicis.
Kompartemen V, berisi otot ekstensor digiti minimi.
Kompartemen VI, berisi otot ekstensor carpi ulnaris.
Syilvianti. 2010. Sindrom Kompartemen. Diunduh dari: http://en.netlog.com/syilvianti/blog/blogid=3756199 [Access on July, 16th 2011]
4. Anggota Gerak Bawah
• Tungkai bawah: terdapat tiga
kompartemen, yaitu
kompartermen anterior,
kompartemen lateral dan
kompartemen posterior.
• Setiap kompartemen tungkai
bawah memiliki fungsi dan
peranan masing-masing.
Kompartemen depan terdiri dari
kelompok otot ekstensor yang
berfungsi untuk melakukan
gerakan ekstensi.
Kompartemen lateral terdiri dari
kelompok otot yang berfungsi
untuk melakukan gerakan eversi.
Kompartemen posterior terdiri dari
kelompok otot dalam (deep) dan
kelompok otot luar (superficial) .
1. Shuler MS, Reisman WM, Kinsey TL, Whitesides TE Jr, Hammerberg EM, Davila MG, et al. Correlation between muscle oxygenation and
compartment pressure in acute compartment syndrome of the leg. J Bone Joint Surg [Am] 2010; 92(4): 863-70. doi: 10.2106/JBJS.I.00816
2. von Keudell AG, Weaver MJ, Appleton PT. Diagnosis and treatment of accute extremity compartment syndrome. Lancet 2015;386:1299-310
5. DEFINISI
• Sindrom kompartemen merupakan
suatu peningkatan tekanan dalam suatu
kompartemen sehingga mengakibatkan
penekanan terhadap saraf, pembuluh
darah dan otot di dalam kompartemen
osteofasial yang tertutup. Hal ini
mengawali terjadinya peningkatan
tekanan interstisial, kurangnya oksigen
dari penekanan pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan berkurangnya
perfusi jaringan (iskemia) dan diikuti
dengan kematian jaringan (nekrosis).
Mcqueen. Margareth, Acute Compartement Syndrome. Dalam: Rockwood and Green’s Fracture in Adults. 8th edition. Philadelphia : Wolter
Kluwer; 2015. Page 895-91
6. EPIDEMIOLOGI
Insiden sindroma kompartemen akut di luar negeri adalah 3,1 per
100.000 penduduk per tahun.
Insidensi pada pria sebesar 7,3 per 100.000 penduduk yaitu lebih
besar jika dibandingkan dengan insidensi pada wanita yang cuma
0,7 per 100.000 penduduk.
Dengan kata lain pria 10 kali lipat lebih sering terkena sindroma
kompartemen dibandingkan wanita. Daerah yang sering terkena
adalah tungkai bawah, lengan bawah, kaki, tangan, regio gluteal
dan paha.
1. M. Mcqueen. Margareth, Acute Compartement Syndrome. Dalam: Rockwood and Green’s Fracture in Adults. 8th edition. Philadelphia : Wolter
Kluwer; 2015. Page 895-91
2. American Follege of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life Support. 9th edition. United States of America; 2012. Page
262-263
7. KLASIFIKASI
• Sindroma Kompartemen Akut
Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat.
Tekanan dalam kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat
menyebabkan tekanan pada saraf, arteri dan vena sehingga tanpa
penanganan yang tepat akan terjadi paralisis, iskemik jaringan bahkan
kematian. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah
fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar.
• Sindroma Kompartemen Kronik
Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis
dan seringkali dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga. Ditandai
dengan meningkatnya tekanan kompartemen ketika melakukan aktivitas
olahraga saja. Gejala ini dapat hilang dengan hanya menghentikan aktivitas
olahraga tersebut. Penyebab umum sindroma kompartemen kronik biasa
terjadi akibat melakukan aktivitas berulang-ulang, misalnya pelari jarak
jauh, pemain basket, sepak bola dan militer
Panjaitan AL. Sindroma Compartemen. Fakultas Kedokteran TRISAKTI Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah RSAL dr. Mintohardjo (serial
online). 2013 (citied August 21, 2016); (47 Screens). Available from: <https://www.scribd.com/document/174065935/sindrom-kompartemen>.
8. ETIOLOGI
1. Penurunan volume kompartemen. Kondisi ini
disebabkan oleh:
Penutupan defek fascia
Traksi internal berlebihan pada fraktur
ekstremitas
2. Peningkatan tekanan pada struktur
komparteman. Beberapa hal yang bisa
menyebabkan kondisi ini antara lain:
Pendarahan atau Trauma vaskuler
Peningkatan permeabilitas kapiler
Penggunaan otot yang berlebihan
Luka bakar
Operasi
Gigitan ular
Obstruksi vena
3. Peningkatan tekanan eksternal
Balutan yang terlalu ketat
Berbaring di atas lengan
Gips
M. Mcqueen. Margareth, Acute Compartement Syndrome. Dalam: Rockwood and Green’s Fracture in Adults. 8th edition. Philadelphia : Wolter Kluwer; 2015.
Page 895-91
9. PATOFISIOLOGI
Frink M, Hildebrad F, Kretten C, Brad J, Hankemeier S. Compartment syndrome of the lower leg and foot. Clin Orthop. 2010; 468: 940-50
10. TANDA & GEJALA
• Gejala klinis yang terjadi pada sindrom kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri). Nyeri yang hebat terjadi saat peregangan pasif pada otot-otot yang
terkena, ketika ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling
penting. Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang spesifik
dan sering.
2. Pallor (pucat), diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daerah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis. Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang
berlanjut dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena sindrom kompartemen.
Sedangkan pada sindrom kompartemen akan timbul beberapa gejala khas,
antara lain:
Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah
berlari atau beraktivitas selama 20 menit.
Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit.
Terjadi kelemahan atau atrofi otot.
Frink M, Hildebrad F, Kretten C, Brad J, Hankemeier S. Compartment syndrome of the lower leg and foot. Clin Orthop. 2010; 468: 940-50
11. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Panjaitan AL. Sindroma Compartemen. Fakultas Kedokteran TRISAKTI Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah RSAL dr. Mintohardjo (serial
online). 2013 (citied August 21, 2016); (47 Screens). Available from: <https://www.scribd.com/document/174065935/sindrom-kompartemen>.
2. Sahara EM dan Primanita R. Sindrome Kompartmen. Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD dr. Soeselo Slawi. 2014:1-33
12. Gold Standard
Sahara EM dan Primanita R. Sindrome Kompartmen. Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD dr. Soeselo Slawi. 2014:1-33
13. PENATALAKSANAAN
• Terapi Bedah
Tatalaksana harus sesegera mungkin. Prinsip utama penanganan
sindrom kompartemen adalah dekompresi. Dekompresi dengan
tujuan menurunkan tekanan dalam kompartemen dapat dilakukan
dengan cara:
Lepaskan semua plaster yang mengikat tungkai bawah
Letakkan tungkai pada posisi sejajar dengan jantung, karena posisi
lebih tinggi dari jantung dapat menurunkan aliran darah arterial ke
otot dan akan memperburuk keadaan iskemia.
Lakukan imobilisasi fraktur dengan posisi paling relaks; dengan
menyangga kaki dalam posisi sedikit fleksi plantaris (kaki condong
ke arah bawah)
Lakukan tindakan fasiotomi (pemotongan fascia) apabila ada
indikasi.
1. Prayson MJ, Chen JL, Hampers D, Vogt M, Fenwick J, Meredick R. Baseline compartment pressure measurements in isolated lower extremity fractures without clinical
compartment syndrome. J Trauma 2010;60:1037-40
2. Al-Dadeh OQ, Darrah C, Cooper A, Dorell ST, Patel AD. Continuous compartment pressure monitoring vs. clinical monitoring in tibial diaphyseal fractures. Injury 2010;
39:1204-9
14. The Doe Report. Ischemic leg with fasciotomy [Internet]. Available from: http://medical-eyes.doereport.com
15. KOMPLIKASI
• Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen.
• Kontraktur Volkman
• Sindroma Crush
• Trauma Vascular
• Gagal ginjal akut
• Sepsis
• Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
1. Panjaitan AL. Sindroma Compartemen. Fakultas Kedokteran TRISAKTI Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Bedah RSAL dr. Mintohardjo (serial online).
2013 (citied August 21, 2016); (47 Screens). Available from: <https://www.scribd.com/document/174065935/sindrom-kompartemen>.
2. Jafril S. Sindroma Kompartemen. Departemen Orthopaedi & Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan (serial online). 2012
(citied August 21, 2016) ; (12 Screens). Available from : <https://www.scribd.com/doc/110297280/Sindroma-Kompartemen>.
16. DIAGNOSIS BANDING
• Selulitis
• Deep Venous Trombosis dan Thrombophlebitis
• Gas Ganggrene
• Necrotizing Fasciitis
• Peripheral Vascular Injuries
• Rhabdomyolis
Abukalyadi. 2010. Sindrom Kompartemen. Diunduh dari: http://www.scribd.com/doc/44029028/sindrom-kompartemen [Access on July, 16th 2011]
17. KESIMPULAN
• Sindrom kompartemen adalah sebuah kondisi emergensi
yang mengancam anggota tubuh dan jiwa yang paling sering
terjadi pada daerah tungkai bawah.
• Gejala klinis yang terjadi pada sindrom kompartemen dikenal
dengan 5-P yaitu: Pain (nyeri) , Pallor (pucat), Pulselesness
(berkurang atau hilangnya denyut nadi), Parestesia (rasa
kesemutan), Paralysis.
• Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah
mengurangi defisit fungsi neurologis dengan lebih dulu
mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi
dan dilakukan jika tekanan intra-kompartemen mencapai >30
mmHg.