2. Pelecehan Seksual adalah : perilaku atau tindakan
yang mengganggu, menjengkelkan dan tidak
diundang yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang terhadap pihak lain, yang
berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang
diganggunya dan dirasakan menurunkan harkat dan
martabat diri orang yang diganggunya.
3. Mencium (paksa)
memegang tangan (sengaja ke arah seksual)
Memegang atau mendorong penis dan dada
Memegang atau menepuk bagian tubuh
tertentu
Gerakan tubuh yang sok akrab dan menjurus
terhadap hubungan seksual
Menatap bagian tubuh tertentu
SMS atau tulisan jorok yang menjurus terhadap
hubungan seksual
Lelucon yang menjurus dan merendahkan jenis
kelamin
4. secara definitif, pelecehan seksual dapat diartikan sebagai tindakan sosial
yang tidak diinginkan oleh seseorang baik secara langsung ataupun tidak
langsung.
Kategori pelecehan seksual dapat dibedakan menjadi tiga, yakni sexual
coercion, unwanted sexual attention, dan gender harrassment.
Sexual coercion terjadi ketika pelaku menggunakan kekuasaannya untuk
mengancam korban agar dapat membangun hubungan seksual,
unwanted sexual attention yakni ketika pelaku membuat rayuan romantis
atau seksual yang tidak disukai dan cenderung ofensif,
sedangkan gender harrassment adalah sikap bermusuhan, menghina, dan
/atau merendahkan martabat (biasanya perempuan).
Alvin menambahkan bahwa dalam konteks tempat kerja, pelecehan
seksual dibedakan menjadi dua kategori, yakni Quid Pro Quo dan Hostile
Environment. Quid Pro Quo
6. Terjadi ketika satu pihak memaksa pihak lain
menerima tawaran hubungan seksual atau
hubungan kerja intim sebagai imbalan atas
perekrutan, promosi atau kenaikan gaji dalam
kekuasaan pihak pertama dan mengancam untuk
menurunkan, memotong gaji, atau bahkan pihak
kedua jika menolak
7. adalah ketika satu pihak mengganggu kinerja
pekerjaan korban dengan cara yang tidak masuk
akal, atau sengaja membiarkan korban
terintimidasi, dimusuhi, atau mendorong korban
ke lingkungan kerja yang kasar, dan tidak nyaman
8. 1. Blitz rape yaitu pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat,
sedangkan pelaku tidak saling kenal.
2. Confidence rape yaitu pelecehan seksual dengan penipuan, hal ini
jarang dilaporkan karena malu.
3. Power rape yaitu pelecehan seksual yang saling tidak mengenal,
pelaku bertindak cepat dan menguasai korban, dilakukan oleh orang
yang berpengalaman dan yakin korban akan menikmati.
4. Anger rape, yaitu pelecehan seksual dimana korban menjadi marah
dan balas dendam.
5. Sadistie rape yaitu pelecehan seksual dengan ciri kekejaman atau
sampai pembunuhan
9. 1. Pelecehan seksual dengan orang yang kita
kenal
2. Pelecehan seksual dengan orang yang tidak
dikenal
3. Pelecehan seksual dengan ketakutan, dimana
akan terjadi kekerasan jika korban
menolak
4. Pelecehan dengan iming-iming atau paksa,
dimana pelaku memiliki otoritas pada korban
5. Pelecehan seksual mental, dengan menyerang
harga diri korban melalui kata-kata kasar,
mempermalukan dengan memperlihatkan
pornografi
10. 1. Faktor Fisik
2. Faktor Hubungan
3. Faktor Gaya Hidup
4. Faktor Harga Diri
11. a. Faktor Internal
1. Tingkat perkembangan seksual
(fisik/psikologis)
2. Pengetahuan mengenai kesehatan
reproduksi
3. Motivasi
b. Faktor Eksternal : (Keluarga, pergaulan dan
media massa)
12. 1. Katakan TIDAK dengan tegas tanpa senyum dan minta maaf
2. buat jurnal kejadian
3. Cari informasi tentang si peleceh dan orang-orang sekitarnya
4. Buat pernyataan tertulis kepada si peleceh bahwa anda tidak
suka dengan perilakunya
5. Hubungi atasan atau pihak berwenang atau yang mempunyai
kedudukan seperti polisi/bos/orang tua/tokoh agama/tokoh
masyrakat dan jelaskan apa yang terjadi.
13. 1. Ajarkan kepada anak mengenai perbedaan antara sentuhan yang baik
dengan sentuhan yang buruk dari orang dewasa.
2. Beritahu anak mengenai bagian tubuh tertentu yang tak boleh
disentuh oleh orang dewasa kecuali saat mandi atau pemeriksaan fisik
oleh dokter.
3. Ajarkan kepada anak untuk mengatakan ”tidak” jika merasa tidak
nyaman dengan perlakuan orang dewasa dan menceritakan kejadian
itu kepada orang dewasa yang meraka percaya.
4. Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu ”benar”, dan semua orang
mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat
memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
14. 1. Ciptakan kondisi nyaman pada anak,
sehingga anak merasa leluasa dalam
menceritakan tentang bagian tubuhnya dan
menggambarkan kejadian dengan akurat.
2. Yakinkan anak bahwa orang dewasa yang
melakukannya adalah salah, sedangkan
anaknya sendiri adalah benar.Orang tua
harus bisa mengkontrol ekspresi emosional
didepan anak.
15. Terjadinya pencabulan dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh
seorang pendidik atau seorang guru sungguh sangat memprihatinkan,
tidak bermoral, dan telah mencoreng dunia pendidikan, mencoreng
profesi seorang guru, selain itu menghancurkan masa depan anak
didiknya yang menjadi korban pencabulan..
Kita tahu bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selain itu guru juga mempunyai peran membantu anak didik
membentuk kepribadianya secara utuh mencangkup kedewasaan
intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral.
Dalam kamus Bahasa Indonesia cabul diartikan sebagai : Keji dan
kotor, tidak senonoh, melanggar adat, dan susila, melanggar
kesopanan.
Perbuatan cabul merupakan perbuatan melawan hukum dalam arti
bertentangan dengan norma agama dan norma masyarakat Indonesia
16. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pada
Penjelasan Pasal 289 yang dimaksud dengan
perbuatan cabul ialah segala perbuatan yang
melanggar kesusilaan atau perbuatan keji yang
berhubungan dengan nafsu kelaminnya, seperti
bercium-ciuman, meraba raba anggota kemaluan,
meraba raba anggota tubuh lainnya, seperti
merabah bagian dada, dan sebagainya.
17. Kesusilaan adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma kesusilaan yang kerap
berhubungan dengan nafsu seksual yang bisa
saja terjadi dimana saja, bisa terjadi di dalam
dunia pendidikan, di kantor, maupuan di dalam
kehidupan bermasyarakat yang dapat
menimbulkan rusaknya moral.
18. Pencabulan terhadap anak yang dilakukan oleh guru
dengan cara bujuk rayu, dengan ancaman kekerasan, atau
dengan paksaan, atau dengan cara lain, maka guru yang
menjadi pelaku pencabulan terhadap anak, secara khusus
dapat dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 82 junto Pasal
76 E Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, dengan sanksi pidana berupa
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Jika perbuatan cabul
tersebut dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh anak,
pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga). Jadi guru yang melakuan
pencabulan terhadap anak didiknya pidananya ditambah
1/3 (sepertiga).
19. Kemudian cecara umum terhadap guru yang
melakukan pencabulan terhadap anak dapat
dikenakan sanksbi berdasarkan Pasal 289 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, dengan sanksi
pidana berupa pidana penjara selama-lamanya
Sembilan tahun. Dan jika akibat dari perbuatan cabul
tersebut mengakibatkan korban luka berat, maka
pelaku pencabulan dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 12 (dua belas) tahun. Dan jika
mengakibatkan korban mati, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya 15 (lima
belas) tahun. Hal ini tercantum dalam Pasal 291 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
20. Khusus bagi para guru, jadilah guru yang
memberikan suri tauladan dan perlindungan
kepada anak didiknya, dan jangan lupa untuk
senantiasa meningkatkan keimananan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, agar terhindar dari
pebuatan keji dan munkar.