5. Pada waktu penabalan, Belanda mengikat secara de jure
Kesultanan Pasir melalui kontrak politik yang berisi:
•Kesultanan Pasir mengakui sebagai daerah yang
termasuk ke dalam wilayah jajahan Hindia Belanda.
•Kesultanan Pasir menyatakan sumpah setia kepada
Kerajaan Belanda dan taat kepada Gubernur Jenderal
Hindia Belanda.
•Kesultanan Pasir tidak akan mengadakan hubungan
langsung ataupun membuat perjanjian dengan negara
lain. Selain itu, musuh dari Belanda juga menjadi musuh
Kesultanan Pasir.
•Namun kesultanan pasir tak berdiam diri banyak
perlawanan yang mereka lakukan.
6. Sisilah raja.
Ratu Putri Petung / Putri Di Dalam Petung (Sri
Sukma Dewi Aria Manau Deng Giti) (1516 – 1567)
Raja Adjie Mas Patih Indra (1567 – 1607)
Raja Adjie Mas Anom Indra (1607 – 1644)
Raja Adjie Anom Singa Maulana (1644 – 1667)
Sultan Panembahan Sulaiman I (Adjie Perdana)
(1667 – 1680)
Sultan Panembahan Adam I (Adjie Duwo) (1680 –
1705)
Sultan Adjie Muhammad Alamsyah (Adjie Geger)
(1703 – 1726)
La Madukelleng (Arung Matoa dari
Wajo, Bugis, Makasar) (1726 – 1736)
Sultan Sepuh I Alamsyah (Adjie Negara) (1736 –
1766)
Sultan Ibrahim Alam Syah (Adjie Sembilan) (1766 –
1786) *
7.
8. Kesultanan Banjar
merupakan sebuah
kesultanan yang terletak di
daerah yang sekarang kita
kenal dengan nama
Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
Regalia Kesultanan
Banjar:
•Masuknya Pengaruh
Kolonial
• Pengaruh Belanda di
Kesultanan Banjar
• Masa Perlawanan
terhadap Belanda
Kesultanan
banjar Sisilah kesultanan banjar:
1. Pangeran Samudera (1526
– 1545 M)
2. Sultan Rahmatillah (1545 –
1570 M)
3. Sultan Hidayatillah (1570 –
1595 M)
4. Sultan Musta‘in Billah atau
Marhum Panembahan (1595 –
1620 M)
5. Ratu Agung bin Marhum
Penembahan yang bergelar
6. Sultan Inayatillah (1620 –
1637 M)
7. Ratu Anum bergelar Sultan
Sai‘dullah (1637 – 1642 M)
8. Adipati Halid (Pangeran
Tapesana) (1642 – 1660 M)
9. 9. Pangeran Adipati Anum (1663 – 1679 M)
10. Sultan Tahmidillah I (1679-1700 M)
11. Sultan Hamidillah bergelar Sultan Kuning
(1700 – 1734 M)
12. Pangeran Tamjid bin Sultan Amirullah
Bagus Kesuma bergelar Sultan Tamjidillah I
(1734 – 1759 M).
13. Pangeran Muhammad Aliuddin
Aminullah bin Sultan Kuning (1759 – 1761
M)
14. Pangeran Nata Dilaga (1761 – 1801 M)
15. Sultan Suleman Almutamidullah bin
Sultan Tahmidillah II (1801 – 1825)
16. Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan
Suleman (1825 – 1857)
17. Pangeran Tamjidillah II (1857 – 1859)
18. Pangeran Antasari yang bergelar
Panembahan Amir Oeddin Khalifatul
Mu‘mina (1859-1862)
19. Sultan Muhammad Seman (1862 – 1905)
wilayah kekuasaan
Kesultanan Banjar telah
mengalami penyempitan
dan hanya memerintah
secara langsung di wilayah
sebelah kanan sungai
Martapura sampai dengan
sungai Kalayan, kemudian
pinggir sebelah kanan
sungai Kuwin dan
sepanjang sungai Barito.
10.
11.
12. Sisilah.
Pangeran Adipati Anta Kasuma bergelar Ratu Bagawan
Pangeran Mas Adipati
Panembahan Kota Waringin
Pangeran Prabu/ Panembahan Derut
Pangeran Adipati Muda
Pangeran Panghulu
Pangeran Ratu Bagawan
Pangeran Ratu Anom Kasuma Yudha
Pangeran Imanudin/ Pangeran Ratu Anom
Pangeran Akhmad Hermansyah
Pangeran Ratu Anom Alamsyah I
Pangeran Ratu Sukma Negara
Pangeran Ratu Sukma Alamsyah
Pangeran Kasuma Anom Alamsyah II (meninggal pada tahun 1975)
@Pangeran Muasyidin Syah (pengurus harian)
pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah (2010-sekarang)
13. Kerajaan pagatan.
Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu
kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah
Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang
wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Perjanjian Karang Intan
Wilayah kerajaan Pagatan merupakan salah satu
daerah Kesultanan Banjar yang diserahkan oleh
Sultan Sulaiman kepada kolonial Hindia-Belanda
melalui Perjanjian Karang Intan.
14. Raja pagatan dan kusan.
1. 1755-1800, La Pangewa, raja pagatan I.
2. 1830-1838, La Palebi, raja pagatan II.
3. 1838-1855, la Paliweng, raja pagatan III.
4. 1855-1863, La Matunra, raja pagatan dan kusan.
5. 1863-1871, La Makarau.
6. 1871-1875, Abdul jabar, raja pagatan dan kusan.
7. 1875-1883, Ratu Senggeng, ratu pagatan dan
kusan.
8. 1883-1893, h. Andi Tangkung, raja pagatan dan
kusan.
9. 1893-1908, Andi Sallo, raja pagatan dan kusan.
15. Bukti Peninggalan Sejarah Kerajaan di
Pagatan.
Makam para raja-raja di Desa Pasar Lama
Kelurahan, Kota Pagatan, Kecamatan
Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu.
- Sisa Bangunan Istana Raja (Soraja) di
Kota Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Ka-
bupaten Tanah Bumbu.
- Beberapa buah stempel Kerajaan Pagatan
(tersimpan di Museum Lambung Mangkurat,
Banjarbaru).
- Catatan sejarah berdirinya Kerajaan
Pagatan.
16. Kesultanan sambas
Sumber yang digunakan oleh kaum
sejarawan untuk melacak riwayat
Kesultanan Sambas di Kalimantan
Barat adalah dua kitab sastra bercorak
sejarah, yaitu Asal Raja-Raja Sambas
dan Salsilah Kerajaan Sambas.
Kerajaan Sambas Tua pada Masa
Hindu
Berdirinya Kesultanan Sambas
Islam
Bersatunya Dua Pemerintahan di
Sambas
Kesultanan Sambas di Era
Kolonial
Wilayah kekuasaan.
(1) Kota Lama
(2) Kota Bangun
(3) Kota Bandir
(4) Lubuk Madung
(5) Muara Ulakan
17. Kesultanan Sambas di Era Kolonial.
01. Raden Janur (sekitar tahun 1364 M).
02. Tang Nunggal.
03. Ratu Sepudak (1550 M).
04. Pangeran Prabu Kencana bergelar Ratu Anom Kesuma Yuda.
05. Raden Bekut bergelar Panembahan Kota Balai.
06. Raden Mas Dungun.
Kesultanan (Islam) Sambas:
01. Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631 – 1668 M).
02. Sultan Muhammad Tajuddin (1668 – 1708 M).
03. Sultan Umar Akamuddin I (1708 – 1732 M)
04. Sultan Abubakar Kamaluddin I (1732 – 1762 M).
05. Sultan Umar Akamuddin II (1762 – 1786 M).
06. Sultan Achmad Tajuddin (1786 – 1793 M).
07. Sultan Abubakar Tajuddin I (1793 – 1815).
08. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin I (1815 – 1828).
18. 09. Sultan Usman Kamaluddin (1828 –
1831).
10. Sultan Umar Akamuddin III (1831 –
1845).
11. Sultan Abubakar Tajuddin II (1845 –
1855).
12. Sultan Umar Kamaluddin (1855 –
1866).
13. Sultan Muhammad Syafiudin II
(1866 – 1922).
14. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin II
(1922 – 1926).
15. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim
Syafiuddin (1931 – 1943).
16. Pangeran Ratu Muhammad Taufik
(1944 – 1984).
17. Pangeran Ratu Winata Kusuma (2000
– 2008).
18. Pangeran Ratu Muhammad Tarhan
(2008 – sekarang).
Sistem
pemerintahan.
Pada masa Kerajaan
Sambas Tua dipimpin
oleh Ratu Anom
Kesuma Yuda, sistem
pemerintahan yang
dianut adalah
menurut adat-
istiadat yang sudah
turun-temurun, di
mana raja sebagai
pemangku
kekuasaan tertinggi
dibantu oleh
beberapa orang yang
menempati jabatan
sebagai Orang-Orang
Besar
19. Kesultanan Kutai Kartanegara
ing Martadipura.
Sejarah:
a. Sejarah Awal dan Interaksi dengan Kerajaan Majapahit
b. Masuknya Islam di Kerajaan Kutai
c. Dari Kerajaan Kutai Kartanegara Menuju Kesultanan Kutai
Kartanegara ing Martadipura
d. Masuknya Pengaruh Kolonial
e. Penghapusan Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
f. Era Kebangkitan
Silsilah:
1. Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300 - 1320 M)
2. Aji Batara Agung Paduka Nira (1320 - 1370 M)
3. Aji Maharaja Sultan (1370 – 1420 M)
4. Aji Mandarsyah (1420 – 1475 M)
5. Aji Pangeran Tumenggung Baya-Baya (1475 – 1525 M)
6. Aji Raja Mahkota (1525 – 1600 M)
20.
21. Sistem Pemerintahan
Pengaturan sistem
pemerintahan di Kerajaan
Kutai Kartanegara ing
Martadipura, yang kemudian
berubah menjadi Kesultanan
Kutai Kartanagera ing
Martadipura, terdapat dalam
Undang-undang Dasar Panji
Salaten.
Wilayah Kekuasaan.
Di sebelah utara sampai
daerah Sangkulirang,
Di sebelah selatan sampai
daerah Pasir,
Di sebelah timur meliputi
seluruh delta sungai
Mahakam,
Di sebelah barat meliputi
daerah Dataran Tinggi
Tunjung
22. Kesultanan
Sambaliung.
Fakta sejarah yang
dapat membuktikan
adanya kesultanan ini
adalah istana
Sambaliung yang
terletak di tepi Sungai
Kelay, Kecamatan
Sambaliung, Provinsi
Kalimantan Timur.
Silsilah raja-raja.
1. Raja Alam
2. Bungkoh
3. Muhammad Jalaluddin bin
Alam
4. Muhammad Hasyik
Syarifuddin bin Alam
5. Muhammad Adil Jalaluddin
bin Jalaluddin
6. Abdullah Muhammad
Khalifatullah
7. Bayanuddin bin Muhammad
Jalaluddin
8. (Bupati) Datuk Ranik
9. Muhammad Aminuddin (
Datuk Ranik)
Kesultanan sambaliung Periode Pemerintahan.
Kekuasaan Kesultanan
Sambaliung berdiri sejak tahu
1830 hingga tahun 1960. Artin
kesultanan ini pernah eksis
selama hampir satu setengah
abad. Pada tahun 1960, bersam
dengan Kesultanan Gunung
Tabur, Kesultanan Sambaliung
dihapuskan melalui keputusan
parlemen Indonesia. Setelah it
Kesultanan Sambaliung berub
nama menjadi Kecamatan
Sambaliung. Sistem dan tata
pemerintahannya pun tidak la
berdasarkan pada model
kesultanan, namun sudah bera
sebagaimana yang berlaku pad
umumnya di Republik Indone
23. Kehidupan Sosial-Budaya
Ketika Raja Alam masih memimpin, kehidupan
sosial di Kesultanan Sambaliung terasa
tenteram, aman, dan tidak ada konflik
masyarakat berdasarkan suku, etnis, dan ras.
Padahal, sejak saat itu, masyarakat Sambaliung
sudah terdiri dari beragam suku, ada suku
Banuwa (Berau), Basap, Bajau, dan Bugis. Raja
Alam berhasil mempersatukan suku-suku
tersebut.
Wilayah
Kekuasaan
Sebelum
menyatu
dengan
Kabupaten
Berau, wilayah
kekuasaan
Kesultanan
Sambaliyung
meliputi daerah
yang kini
dikenal dengan
nama
Kecamatan
Sambaliung.
24. Silsilah Sultan dalam Kesultanan
Gunung Tabur adalah
sebagai berikut:
1. Zainul Abidin II bin
Badruddin
2. Ayi Kuning II bin Zainul
Abidin
3. Amiruddin Maharaja
Dendah I
4. Hasanuddin II Maharaja
Dendah II bin Amiruddin
5. Si Atas
6. (Bupati) Maulana Ahmad
7. Muhammad Khalifatullah
Jalaluddin
8. Aji Raden Muhammad Ayub
Kesultanan Gunung Tabur.
Kesultanan Gunung Tabur
merupakan pecahan dari
Kerajaan Berau. Bersama
dengan Kesultanan
Sambaliyung, Kesultanan
Gunung Tabur pernah
menyatu dalam satu nama
dan sistem pemerintahan
Kerajaan Berau.
25. Wilayah Kekuasaan
Sebelum menyatu dengan
Kabupaten Berau, wilayah
kekuasaan Kesultanan Gunung
Tabur meliputi daerah yang kini
dikenal dengan nama
Kecamatan Gunung Tabur.
Periode Pemerintahan
Kesultanan Gunung Tabur
berdiri sejak terpisah dari
Kerajaan Berau, yaitu sejak
tahun 1820 hingga menyatu
kembali dalam tata
pemerintahan Kabupaten
Berau pada tahun 1960.
Artinya bahwa kesultanan ini
sempat eksis selama hampir
satu setengah abad. Pada
tahun 1960, bersama dengan
Kesultanan
Sambaliyung, Kesultanan
Gunung Tabur secara resmi
dihapuskan eksistensinya
melalui keputusan parlemen
Indonesia.
26. Sejarah.
a. Kerajaan
tidung kuno.
b. Kerajaan
tidung
(kerajaan
tarakan).
Kerajaan Tidung (Kerajaan Tarakan).
Kerajaan Tidung merupakan Kerajaan yang
pernah hidup di Pamusian, wilayah Tarakan
Timur, Kalimantan Timur antara tahun
1557-1571 M. Sebelum menetap di daerah
Pamusian, selama kurun waktu antara 1076
– 1557 M pusat pemerintahan Kerajaan
Tidung berpindah-pindah, sehingga ketika
masa perpindahan tersebut, Kerajaan
Tidung dikenal sebagai Kerajaan Tidung
Kuno.
Sisilah raja-raja kidung kuno :
1. Benayuk
2. Yamus (Si Amus)
3. Ibugang (Aki Bugang)
4. Itara
5. Ikurung
6. Karangan
7. Bengawan
8. Itambu
9. Aji Beruwing Sakti
10. Aji Surya Sakti
11. Aji Pengiran Kungun
12. Pengiran Tempuad
13. Aji Iram Sakti
14. Aji Baran Sakti
15. Datoe Mencang
16. Abang Lemanak
17. Ikenawai
27. Sistem
Pemerintahan
Sistem
pemerintahan di
Kerajaan Tidung
dibagi menjadi
dua, pertama ketika
masih bernama
Kerajaan Tidung
Kuno dan kedua
ketika telah bersulih
nama menjadi
Kerajaan Tidung.
Kidung
kuno, seorang raja
sebagai pemimpin
tertinggi.
Ketikah menjadi
kerajaanpun
pemerintahan tetap
seperti itu.
Sisilah raja kidung (kerajaan tarakan):
1. Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet
(1557-1571)
2. Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
3. Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
4.Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
5. Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-
1731)
6. Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
7. Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-
1782)
8. Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-
1817)
9. Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
10. Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-
1867)
11. Datoe Maoelana Amir Bahar (1867-1896)
12. Datoe Adil (1896-1916)
28. Kerajaan Berau:
Kerajaan Berau adalah
sebuah kerajaan yang
muncul pada era sebelum
Islam masuk ke wilayah
Kalimantan Timur atau
yang dulu masih
termasuk dalam wilayah
Kalimantan bagian utara.
Pendirian kerajaan yang
diperkirakan sudah ada
sejak abad ke-15 Masehi
ini dipelopori oleh orang-
orang Melayu yang
datang dari Kerajaan
Sriwijaya yang berpusat
di Palembang, Sumatra
Selatan.
Sejarah:
a. Asal-usul
Pendiri
Kerajaan
Berau
b. Masa Awal
dan Eksistensi
Kerajaan
Berau
c. Perpecahan
Kerajaan
Berau
Masing-masing dari
pemerintahan kecil di
Berau sebenarnya sudah
memiliki kelengkapan
untuk menjadi sebuah
negara atau kerajaan.
Mereka mempunyai
pemimpin, rakyat, wilayah
kekuasaan, dan pengakuan
dari luar wilayah mereka.
Setiap banua dipimpin
oleh seorang kepala adat
atau kepala suku sebagai
pemimpin pemerintahan
sekaligus pemimpin adat
dan pemimpin agama.
29. Sisilah raja-raja:
1. Aji Raden Soerja Nata Kasoema dan Aji
Poetari Paramaisoeri (1400-1432).
2. Aji Nikullam (1432-1461).
3. Aji Nikutak (1461-1492).
4. Aji Nigindang (1492-1530).
5. Aji Panjang Ruma (1530-1557).
6. Aji Temanggung Barani (1557-1589).
7. Aji Surya Raja (1589-1623).
8. Aji Surga Balindung (1623-1644).
9. Aji Dilayas (1644-1673).
10.Aji Pangeran Tua (1673-1700).
11.Aji Pangeran Dipati (1700-1731).
12.Sultan Muhammad Hasanuddin (1731-1767).
13.Sultan Amiril Mukminin (1767-1779).
14.Sultan Muhammad Zaenal Abidin (1779-
1800)
Wilayah kekuasaan berau:
Adapun nama-nama tempat
yang akhirnya menjadi wilayah
kekuasaan Kerajaan Berau
antara lain Sungai Lati, Kuran,
Muara Baru, Bulalung
Karantigau, Kubuan Pindda,
Mangkapadi, Bulungan
Selimbatu, Sekatak Buji,
Sekata Jelanjang, Betayu,
Sesayap, Simangarris, Tawau,
Segarung, Talluk Silam, dan
Kinabatangan. Berikutnya
adalah daerah Passut, Bandang,
Maras, Ulu Kelay, Buyung-
buyung, Semurut, Tabalar,
Karang Bassar, Balikkukup,
Mataha, Kaniiungan, Talisatan,
Dumaring, Batu Putih, Tallauk
Sumbang, dan Maubar .
30. Sejarah:
a. Riwayat Be
rdirinya
Kesultanan
Kadriah –
Pontianak.
b. Kesultanan
Kadriah
Pontianak
pada Masa
Kolonial
Silsilah raja-raja:
Sultan Syarif Abdurahman
Alqadrie (1771 – 1808 M).
Sultan Syarif Kasim Alqadrie
(1808 – 1819).
Sultan Syarif Usman Alqadrie
(1819 – 1855).
Sultan Hamid Alqadrie (1855 –
1872).
Sultan Syarif Yusuf Alqadrie
(1872 – 1895).
Sultan Syarif Muhammad
Alqadrie (1895 – 1944).
Sultan Syarif Thaha Alqadrie
(1945).
Sultan Syarif Hamid II atau
Sultan Hamid II (1945 – 1950).
Kesultanan kadirah
pontianak.
31. Sistem pemerintahan:
Seperti yang telah
dijelaskan
sebelumnya, sistem
pemerintahan Kesultanan
Kadriah Pontianak selalu
tergantung dengan
kebijakan pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
Pada setiap pergantian
kepemimpinan
kesultanan.
Wilayah kekuasaan:
Kesultanan Kadriah
Pontianak berhasil
menduduki wilayah
Kerajaan Sanggau
sekaligus menguasai
jalur perdagangan ke
pedalaman Sungai
Kapuas. Sebagai
legitimasi penguasaan
atas wilayah Sanggau,
32. Kerajaan Bulungan:
sejarah
Kesultanan Bulungan atau
Bulongan adalah kesultanan yang
pernah menguasai wilayah pesisir
Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Malinau, Kabupaten
Nunukan, dan Kota Tarakan
sekarang. Kesultanan ini berdiri
pada tahun 1731, dengan raja
pertama bernama Wira Amir gelar
Amiril Mukminin (1731–
1777), dan Raja Kesultanan
Bulungan yang terakhir atau ke-13
adalah Datuk Tiras gelar Sultan
Maulana Muhammad Djalalluddin
(1931-1958).
Masa Pemerintahan Yang
Dipimpin Oleh Seorang
Kesatria/Wira:
Datuk Mencang (Seorang
bangsawan dari Brunei),
beristrikan Asung Luwan(1555-
1594)
Singa Laut, Menantu dari
Datuk Mencang (1594-1618)
Wira Kelana, Putera Singa Laut
(1618-1640)
Wira Keranda, Putera Wira
Kelana (1640-1695)
Wira Digendung, putra Wira
Keranda (1695-1731)
Wira Amir, Putera Wira
Digendung Gelar Sultan Amiril
Mukminin (1731-1777)
33. Masa Pemerintahan Yang Dipimpin Oleh Seorang Sultan
Aji Muhammad/Sultan Alimuddin bin Muhammad Zainul
Abidin/Sultan Amiril Mukminin/Wira Amir (1877-1817)
Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan
Alimuddin (jabatan ke-1) (1817-1861)
Muhammad Jalaluddin bin Muhammad Alimuddin (1861-1866)
Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan
Alimuddin (jabatan ke-2) (1866-1873)
Muhammad Khalifatul Adil bin Maoelanna (1873-1875)
Muhammad Kahharuddin II bin Maharaja Lela (1875-1889)
Sultan Azimuddin bin Sultan Amiril Kaharuddin (1889-1899).
Pengian Kesuma (1899-1901). Ia adalah istri Sultan Azimuddin.
Sultan Kasimuddin
Datu Mansyur (1925-1930), Pemangku jabatan sultan
Maulana Ahmad Sulaimanuddin (1930-1931)
Maulana Muhammad Jalaluddin (1931-1958)
34. Kerajaan
maluku
Kesultanan ternate
Sejarah
a.asal usul
Pulau Ternate merupakan sebuah pulau gunung api seluas
40 km persegi, terletak di Maluku Utara, Indonesia.
b. Pembentukan Persekutuan
c. Islam di Ternate
Diperkirakan, Islam sudah lama masuk secara diam-diam
ke Ternate melalui jalur perdagangan.
d. Kedatangan Penjajah Eropa
35. Silsilah raja-raja:
1. Kolano Baab Mashur Malamo (1257-1272)
7. Kolano Cili Aiya (1322-1331)
17. Kolano Marhum (1465-1486)
18. Sultan Zainal Abidin (1486-1500)
19. Sultan Bayanullah (1500-1521)
20. Pangeran Taruwese
21. Pangeran Tabarij
22. Sultan Khairun (1534-1570)
23. Sultan Baabullah (1570-1583)
-- Sultan Mandar Syah (1648-1650)
-- Sultan Manila (1650-1655)
-- Sultan Mandar Syah (1655-1675)
-- Sultan Sibori (1675-1691)
-- Sultan Muhammad Usman (1896-1927)
48. Sultan Muhammad Jaber Syah
49. Sultan Mudaffar Syah (1975-sekarang)
36. Periode Pemerintahan
Ternate mencapai masa jaya pada
paruh kedua abad ke-16 M, di masa
pemerintahan Sultan Baabullah
(1570-1583), berkat ramainya
perdagangan rempah-rempah. Saat
itu, untuk menjaga lalu lintas
perdagangan di kawasan tersebut,
Ternate memiliki armada militer
yang tangguh.
Wilayah Kekuasaan.
kekuasaan Kerajaan
Ternate mencakup
wilayah Maluku,
Sulawesi Utara, Timur
dan Tengah, Nusa
Tenggara, Selatan
Kepulauan Philipina
(Mindanao) dan
Kepulauan Marshal di
Pasifik.
Struktur Pemerintahan
pemimpin tertinggi di Ternate adalah sultan.
Selanjutnya, karena kerajaan menggunakan hukum
Islam, maka, ulama juga memegang peranan
penting.
37. Kesultanan Tidore
Sejak awal berdirinya hingga raja yang ke-4, pusat kerajaan Tidore
belum bisa dipastikan. Barulah pada era Jou Kolano Bunga Mabunga
Balibung, informasi mengenai pusat kerajaan Tidore sedikit
terkuak, itupun masih dalam perdebatan. Tempat tersebut adalah
Balibunga, namun para pemerhati sejarah berbeda pendapat dalam
menentukan dimana sebenarnya Balibunga ini. Ada yang
mengatakannya di Utara Tidore, dan adapula yang mengatakannya di
daerah pedalaman Tidore selatan.
Silsilah
Dari sejak awal berdirinya
hingga saat ini, telah berkuasa
38 orang sultan di Tidore. Saat
ini, yang berkuasa adalah
Sultan Hi. Djafar Syah.
Periode Pemerintahan
Kerajaan Tidore berdiri sejak 1108 M
dan berdiri sebagai kerajaan merdeka
hingga akhir abad ke-18 M. setelah
itu, kerajaan Tidore berada dalam
kekuasaan kolonial Belanda. Setelah
Indonesia merdeka, Tidore menjadi
bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
38. Wilayah Kekuasaan
Pada masa kejayaannya, wilayah kerajaan Tidore mencakup
kawasan yang cukup luas hingga mencapai Kepulauan Pasifik.
Wilayah sekitar pulau Tidore yang menjadi bagian wilayahnya
adalah Papua, gugusan pulau-pulau Raja Ampat dan pulau Seram.
Wilayah Kekuasaan
Pada masa kejayaannya, wilayah kerajaan Tidore mencakup
kawasan yang cukup luas hingga mencapai Kepulauan Pasifik.
Wilayah sekitar pulau Tidore yang menjadi bagian wilayahnya
adalah Papua, gugusan pulau-pulau Raja Ampat dan pulau Seram.
39. Sejarah Kesultanan
Jailolo
Muhammad Arif Bila (dalam sisilah tersebut ditulis Sultan Gugu Alam)
adalah keturunan ke-8 dari Prins Gugu Alam. Prins Gugu Alam adalah
nenek moyang keturunan kedelapan ke atas dari Sultan Gugu Alam
alias Muhammad Arif Bila – Ada beberapa nama yang sama dalam
sisilah ini, namun pada jenjang dan periode yang berbeda waktunya.
Muhammad Arif Bila sebelum diangkat oleh Sultan Nuku dari Tidore
untuk manjadi Sultan Jailolo I (pada periode kedua sejarah kronologis
kesultanan Jailolo).
tidak semua orang di pulau Halmahera (Utara) mengakui keabsahan dia
sebagai Sultan Jailolo, lagi pula mereka yang mengklaim dirinya
sebagai Sultan Jailolo ini (sejak tahun 1637 hingga 1918 saat dibuang
ke Cianjur) mereka tidak pernah berkuasa di atas tanah Jailolo itu
sendiri, melainkan hanya menjadi Sultan Jailolo di pengasingan saja
seperti di Weda dan Halmahera belakang termasuk juga juga di pulau
Seram.
40. Kesultanan
Loloda.
Kesultanan Loloda terletak di Halmahera Utara, dan diyakini sebagai
salah satu kerajaan tertua di Maluku. Tidak dijelaskan secara jelas
dalam sumber tertulis kapan Kerajaan Loloda ini terbentuk.
Kerajaan-kerajaan di Maluku termasuk Kesultanan Loloda dan
Kesultanan Moro berdiri pada abad ke-13. Menurut cerita masyarakat
Loloda sekarang, Kesultanan Loloda didirikan oleh seorang tokoh
legendaris yang datang dari Ternate via Galela. Tokoh ini berama
Kolano Tolo alias Kolano Usman Malamo.
Kerajaan Loloda masih berdiri sampai abad 19, namun pamornya
kalah oleh tiga kerajaan besar yang ada di Maluku Utara. Kesultanan
Loloda baru berakhir pada abad ke 20 tepatnya pada tahun 1908.
Peristiwa yang menyebabkan Kesultanan Loloda jatuh adalah adanya
pergolakan politik internal kerajaan dan adanya pengaruh dari
pemerintah Hindia-Belanda.
41. Kerajaan Tanah Hitu
Kerajaan Tanah Hitu terletak
di Pulau Ambon, tepatnya di
Kecamatan Leihitu,
Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku, Indonesia.
Kerajaan ini berdiri sebelum
era kolonialisme di
Indonesia. Berdirinya
kerajaan ini tidak terlepas
dari keberadaan Empat
Perdana. Mereka adalah
empat kelompok yang
pertama kali menginjakkan
kakinya di Tanah Hitu.
a. Sejarah Kedatangan
Empat Perdana
b. Sejarah Pembentukan
Kerajaan
Sisilah raja-raja:
1. Zainal Abidin Upu Latu
Sitania (1470-…)
2. Maulana Imam Ali
Mahdum Ibrahim
3. Pattilain
4. Popo Ehu
5. Mateuna (…-1634)
6. Hunilamu (1637 – 1682)
42. Periode Pemerintahan
Kerajaan Tanah Hitu mencapai kejayaannya pada masa 1470-1682,
yaitu sejak rajanya yang pertama (Zainal Abidin) hingga raja yang
keenam (Hunilamu).
Pada periode tersebut, Kerajaan Tanah Hitu pernah menjadi pusat
perdagangan rempah-rempah yang sangat vital di kawasan Maluku.
Kondisi inilah yang menyebabkan Portugis dan Belanda sangat
berniat menguasai Maluku, salah satunya dengan cara menyerang
Kerajaan Tanah Hitu secara habis-habisan.
Wilayah Kekuasaan
Wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam tujuh negeri tersebut
adalah: Negeri Soupele, Negeri Wapaliti, Negeri Laten, Negeri Olong,
Negeri Tomu, Negeri Hunut, dan Negeri Masapal.
Struktur Pemerintahan Di Kerajaan Tanah Hitu, posisi raja adalah
sebagai pemegang pemerintahan yang tertinggi, sedangkan Empat
Perdana adalah yang menjalankan pemerintahan di bawah perintah
raja.