SlideShare a Scribd company logo
SMA/MA Kelas XII Peminatan
Matematika
Oleh:
Ahyu Forestri, S. Pd
SMA N 4 JAYAPURA
PAPUA
Disklaimer Daftar Isi
Disklaimer
• Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru
melaksanakan pembelajaran.
• Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013.
• Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan secara ringkas, hanya
memuat poin-poin besar saja.
• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya sesuai
kebutuhan.
• Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan
pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
Disklaimer
BAB I Limit Fungsi
Daftar Isi
BAB II Turunan Fungsi Trigonometri
BAB III Distribusi Peluang Binomial, Distribusi Normal, dan Uji
Hipotesis
Limit FungsiI
A. Limit Fungsi Trigonometri
di Suatu Titik
B. Limit di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar
Kembali ke awal
bab
Kembali ke daftar isi
1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri
2. Sifat-Sifat Limit Fungsi
3. Teorema Limit Apit
4. Cara Menentukan Nilai Limit
Fungsi Trigonometri
A. Limit Fungsi Trigonometri di Suatu Titik
1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri
Kembali ke subbabKembali ke daftar isi
Limit fungsi trigonometri memuat fungsi trigonometri
sebagai fungsi yang dikenai operasi limit.
Contoh:
Kembali ke daftar isi
Definisi Limit
Misalkan f sebuah fungsi f: R → R serta L dan c anggota
himpunan bilangan real.
a. Limit fungsi trigonometri f(x) untuk x mendekati c ada jika
dan hanya jika nilai f(x) mendekati L untuk semua x
mendekati c.
b. Limit fungsi trigonometri f mempunyai sifat:
atau limit kiri sama dengan limit kanan.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Perhatikan grafik berikut.
Dari grafik fungsi terlihat untuk nilai-nilai x mendekati
dari kiri atau kanan nilai fungsi mendekati 1 sehingga:
π
2
ππ π xx x 22 2
lim sin x lim sin x 1 maka lim sin x 1 
 
  
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
x 0
sin 2x
Tentukan nilai lim .
x
Kembali ke subbab
2. Sifat-Sifat Limit Fungsi
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
3. Teorema Limit Apit
Kembali ke daftar isi
Misalkan f(x), g(x), dan
h(x) merupakan fungsi-fungsi
yang terdefinisi pada interval
[a, b] kecuali mungkin di x = c
dan memenuhi hubungan f(x)
< g(x) < h(x).
Kembali ke subbab
4. Cara Menentukan Nilai Limit Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Ada beberapa cara untuk menentukan nilai limit fungsi
trigonometri yaitu dengan cara substitusi langsung,
memfaktorkan, dan menggunakan sifat limit fungsi trigonometri.
a. Cara substitusi langsung.
b. Cara memfaktorkan.
c. Cara menggunakan sifat limit fungsi trigonometri.
Kembali ke subbab
a. Cara Substitusi Langsung
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
b. Cara Memfaktorkan
Kembali ke daftar isi
Dengan cara substitusi langsung kadang diperoleh nilai
limit berupa nilai tak tentu
Faktor pembuat penyebut bernilai nol dieliminasi dengan cara
memfaktorkan.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai 2π
x
2
1 sin x
lim
cos x

Nilai limit berupa nilai tak tentu. Bentuk fungsi diubah
agar faktor pembuat nol dapat dieliminasi.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
C. Cara Menggunakan Sifat Limit Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan
untuk menentukan nilai limit fungsi. Caranya, fungsi
trigonometri diubah sehingga memuat bentuk :
agar sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai
Bentuk fungsi diubah agar sifat limit fungsi
trigonometri
dapat digunakan.
2x 0
2sin x tan x
lim
x

Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai
x 0
3x sin 2x
lim
4x tan 3x


Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke awalKembali ke daftar isi
1. Ketakhinggaan dan Limit
2. Limit di Ketakhinggaan
3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan
4. Menentukan Limit Fungsi di
Ketakhinggaan
B. Limit di Ketakhinggaan
1. Ketakhinggaan dan Limit
Kembali ke subbabKembali ke daftar isi
a. Ketakhinggaan
Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga
untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar.
Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk
menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil.
b. Limit Tak Hingga
Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit
tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak
mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit
yang hasilnya tak hingga.
Kembali ke daftar isi
a. Ketakhinggaan
Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga
untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar.
Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk
menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil.
b. Limit Tak Hingga
Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit
tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak
mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit
yang hasilnya tak hingga.
Kembali ke subbab
2. Limit di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi
Perhatikan tabel nilai f(x) = untuk nilai-nilai x yang makin
membesar berikut.
1
x
x
1
lim 0
x 

Dari tabel terlihat untuk nilai-nilai
x yang makin membesar tanpa batas
(x → ∞ ), nilai f(x) makin mendekati
0. Dapat dinyatakan:
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Definisi
Misalkan f adalah suatu fungsi yang terdefinisi pada setiap
nilai pada selang (c, ∞) atau (–∞, c).
artinya jika untuk nilai x yang membesar tanpa
batas maka berlaku f(x) dekat dengan L.
artinya jika untuk nilai x yang mengecil tanpa
batas maka berlaku f(x) dekat dengan L.
x
lim f(x) L
 

x
lim f(x) L
 

Kembali ke subbab
3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Menentukan Limit Fungsi di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi
Cara menentukan limit fungsi diketakhinggan tergantung
dari fungsi yang dicari nilai limitnya.
a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan
b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan
c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan
Kembali ke subbab
a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi polinomial
sebagai berikut.
a. Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada fungsi
polinomial tersebut.
b. Faktorkan fungsi polinomial dengan mengeluarkan variabel
berpangkat tertinggi.
c. Gunakan sifat-sifat limit di tak hingga untuk menentukan nilai
limit fungsi polinomial tersebut.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai
Jawaban:
7 4
x
lim (5x x +9)
 

Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Untuk mengerjakan limit menuju tak hingga fungsi
polinomial, Anda cukup memperhatikan variabel dengan
pangkat tertinggi saja. Kemudian, tentukan nilai limit dari suku
dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut.
Jawaban:
Kembali ke subbab
b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi rasional
sebagai berikut.
1) Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada penyebut
fungsi rasional tersebut.
2) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi rasional
dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut.
3) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan
nilai limit fungsi rasional tersebut.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan
Kembali ke daftar isi
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi irasional
sebagai berikut.
1) Tentukan bentuk sekawan dari fungsi irasional tersebut.
2) Kalikan fungsi irasional dengan bentuk sekawannya.
3) Tentukan variabel berpangkat tertinggi dari fungsi baru dari
hasil kali tersebut.
4) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi baru dengan
variabel berpangkat tertinggi tersebut.
5) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan
nilai limit fungsi tersebut.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan nilai
Jawaban:
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Turunan Fungsi TrigonometriII
A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri
B. Penggunaan Turunan Fungsi
Trigonometri
Kembali ke daftar
Kembali ke awalKembali ke daftar isi
1. Turunan Fungsi
Trigonometri
2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi
3. Aturan Rantai
4. Turunan Kedua Fungsi
A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri
1. Turunan Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Turunan merupakan bentuk khusus dari limit. Turunan
fungsi f terhadap x dinyatakan sebagai
Misalkan terdapat fungsi f(x) = sin x. Turunan f terhadap x :
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Rumus turunan fungsi trigonometri sebagai berikut.
Kembali ke subbab
2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi
Kembali ke daftar isi
a. Turunan y = k · u adalah
b. Turunan y = u ± v adalah
c. Turunan y = uv adalah
d. Turunan y = un adalah
e. Turunan y = adalahu
v
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Tentukan turunan pertama fungsi
g(x) = cos2 (x + 5) + sin 3x.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Kembali ke subbab
3. Aturan Rantai
Kembali ke daftar isi
Misalkan y = f(u(x)).
Fungsi tersebut juga dapat ditulis y = (f ◦ u)(x). Misalkan fungsi
f dan fungsi u mempunyai turunan.
Aturan rantai turunan f terhadap u:
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
1. Tentukan turunan pertama fungsi y = sin5 2x.
2.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
1.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
2.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Turunan Kedua Fungsi
Kembali ke daftar isi
Lingkaran adalah tempat
kedudukan titik-titik yang berjarak
sama terhadap sebuah titik
tertentu.
Sebuah titik tertentu tersebut
disebut pusat lingkaran dan jarak
yang sama itu dinamakan jari-jari
lingkaran(radius).
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
1. Pengertian Titik Stasioner
2. Selang Kemonotonan Fungsi
Trigonometri
3. Nilai Maksimum, Nilai Minimum,
dan Titik Belok Fungsi
Trigonometri
4. Garis Singgung Fungsi
Trigonometri
5. Selang Kecekungan Fungsi
Trigonometri
B. Penggunaan Turunan Fungsi Trigonometri
Kembali ke awal
1. Pengertian Titik Stasioner
Kembali ke daftar isi
Titik stasioner atau
titik ktritis suatu fungsi
adalah titik di mana
fungsi “berhenti” naik
atau turun. Pada titik
stasioner turunan
pertama bernilai nol.
Kembali ke subbab
2. Selang Kemonotonan Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Dengan turunan pertama fungsi f, akan diketahui apakah
fungsi f naik atau turun di interval [a, b].
a. Jika f′(x) > 0, fungsi f dikatakan naik.
b. Jika f′(x) < 0, fungsi f dikatakan turun.
c. Jika f′(x) = 0, dikatakan fungsi f tidak naik dan tidak turun.
Kembali ke subbab
3. Nilai Maksimum Nilai Minimum dan Titik Belok
Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Titik stasioner a dapat menyebabkan f(a) menjadi nilai
maksimum fungsi, menjadi nilai minimum fungsi, atau menjadi
titik belok fungsi. Nilai maksimum, minimum, atau titik belok
tersebut dapat diperiksa menggunakan uji turunan pertama dan
kedua.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Uji Turunan Pertama
Perhatikan gambar di samping.
Titik x = a adalah titik stasioner f(x) sehingga
f′(a) = 0.
1) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a
dan f′(x) < 0 untuk x > a.
Titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum.
Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x).
2) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a
dan f′(x) > 0 untuk x > a.
Titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum.
Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x).
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
3) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a dan f′(x) < 0
untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok.
4) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a dan f′(x) > 0
untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Uji Turunan Kedua
Titik x = a adalah titik stasioner f(x) sehingga f′(a) = 0.
1) Jika f′′(a) < 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum.
Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x).
2) Jika f′′(a) > 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum.
Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x).
3) Jika f′(x) < 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut
titik belok turun.
4) Jika f′(x) > 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut
titik belok naik.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Nilai Maksimum dan Minimum
Misalkan daerah asal fungsi f dibatasi menjadi [a, b].
Nilai maksimum atau minimum fungsi di interval [a, b] disebut
nilai maksimum atau minimum relatif. Artinya, jika interval
fungsi f diperluas, mungkin saja ada nilai lain yang
menyebabkan nilai f lebih besar atau lebih kecil.
Nilai maksimum atau minimum global fungsi f dapat terletak di
ujung interval, di titik stasioner, atau di titik singular.
Titik singular adalah titik yang menyebabkan fungsi f tidak
mempunyai turunan.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Garis Singgung Fungsi Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Langkah-langkah menentukan persamaan garis singgung
fungsi trigonometri sebagai berikut.
a. Tentukan nilai f di titik x = a. Caranya, substitusikan x = a ke
dalam f(x) sehingga diketahui nilai f(a). Diperoleh titik
singgung (a, f(a)).
b. Tentukan turunan pertama fungsi f yaitu f′(x).
Kemudian, tentukan kemiringan garis singgung di titik (a,
f(a)) yaitu m = f′(a).
c. Persamaan garis singgung:
y – f(a) = m(x – a).
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
5. Selang Kecekungan Fungsi
Trigonometri
Kembali ke daftar isi
Misalkan f(x) mempunyai
turunan pada interval [a, b].
a. Jika f’(x) naik pada interval [a,
b], grafik fungsi f cekung ke
atas. Sebaliknya, jika f’(x) turun
pada interval [a, b], grafik fungsi
f cekung ke bawah.
b. Jika ditinjau dari turunan kedua, grafik fungsi f cekung
ke atas saat f′′(x) > 0. Grafik fungsi f cekung ke bawah
saat f′′(x) < 0.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Distribusi Peluang Binomial Distribusi
Normal dan Uji HipotesisIII
A. Distribusi Binomial
B. Distribusi Normal
C. Uji Hipotesis
Kembali ke daftar
Kembali ke awalKembali ke daftar isi
1. Konsep Variabel Acak
2. Distribusi Peluang Variabel
Acak Diskrit
3. Fungsi Distribusi Kumulatif
Variabel Acak Diskrit
4. Variabel Acak Binomial dan
Distribusi Binomial
A. Distribusi Binomial
1. Konsep Variabel Acak
Kembali ke daftar isi
Variabel acak adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam
ruang sampel suatu percobaan disebut. Variabel acak dinyatakan
dengan huruf besar, misalnya X, Y, dan Z, sedangkan nilai variabel
acak dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya x, y, dan z.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Pada percobaan menggelindingkan bola sebanyak 4 kali
kesempatan untuk menjatuhkan sepuluh pin diperoleh ruang
sampel
S = {BBBB, BBBT, BBTB, BBTT, BTBB, BTBT, BTTB, BTTT, TBBB,
TBBT, TBTB, TBTT, TTBB, TTBT, TTTB, TTTT}.
Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan
menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan, maka nilai X yang
mungkin adalah 0, 1, 2, 3, atau 4.
Nilai X = 0 jika terjadi TTTT.
Nilai X = 1 jika terjadi BTTT, TBTT, TTBT, dan TTTB.
Nilai X = 2 jika terjadi BBTT, BTBT, BTTB, TBBT, TBTB, dan TTBB.
Nilai X = 3 jika terjadi BBBT, BBTB, BTBB, dan TBBB.
Nilai X = 4 jika terjadi BBBB.
Kembali ke subbab
2. Distribusi Peluang Variabel Acak Diskrit
Kembali ke daftar isi
Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang bernilai x1,
x2, x3,", xn dan f(xi) merupakan peluang nilai-nilai variabel acak X
dengan i = 1, 2, 3, 4, ", n maka f(xi) memenuhi dua sifat berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan
menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan dan titik sampel.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Menggunakan cara yang sama, diperoleh hasil pada tabel
berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Dua dadu dilemparkan sekali. Jika Y menyatakan
pasangan kedua mata dadu yang terlihat berjumlah ganjil
setelah dadu berhenti berguling, tentukan fungsi distribusi
peluang variabel acak Y.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Banyak anggota ruang sampel percobaan sebagai berikut.
Variabel Y menyatakan pasangan kedua mata dadu yang
terlihat berjumlah ganjil sehingga nilai-nilai y adalah
y = 3, 5, 7, 9, 11
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut.
Fungsi distribusi peluang variabel acak Y sebagai berikut.
Kembali ke subbab
3. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Diskrit
Kembali ke daftar isi
Peluang variabel acak X yang kurang dari atau sama dengan
suatu nilai x, ditulis dengan F(x) = P(X ≤ x).
Nilai F(x) dinamakan fungsi distribusi kumulatif variabel acak X.
Misalkan x = c merupakan salah satu nilai variabel acak X yang
memiliki peluang f(x) maka nilai F(c) dinyatakan dengan:
Nilai-nilai peluang kumulatif variabel acak X yang
menyatakan banyak strike pada percobaan menggelindingkan
bola dalam 4 kali kesempatan sebagai berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Dua kotak masing-masing berisi 3 bola berwarna
merah dan 3 bola berwarna putih. Bola merah bernomor 1
sampai dengan 3. Bola putih bernomor 5 sampai dengan 7.
Dari setiap kotak diambil satu bola secara bersamaan.
Tentukan fungsi distribusi kumulatif jumlah kedua nomor
bola yang terambil.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Variabel X menyatakan jumlah pasangan nomor bola
sehingga nilai-nilai x adalah x = 6, 7, 8, 9, 10.
Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Tabel distribusi peluang jumlah kedua nomor bola yang
terambil sebagai berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Variabel Acak Binomial dan Distribusi Binomial
Kembali ke daftar isi
a. Variabel Acak Binomial
Variabel acak binomial adalah variabel acak yang nilai-
nilainya ditentukan oleh hasil percobaan binomial.
b. Distribusi Binomial
Jika peluang nilai-nilai variabel acak binomial disajikan
dalam bentuk tabel atau grafik, diperoleh distribusi peluang
variabel acak binomial.
Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan peluang
binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian yang
diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan:
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan
peluang binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian
yang diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan:
Keterangan:
Variabel acak X yang peluangnya berdistribusi binomial
dilambangkan X ~ BIN(n, p);
nCx disebut koefisien binomial, nCx =
x adalah banyak kejadian yang diharapkan, nilai x = 0, 1, 2, ", n;
p adalah peluang kejadian yang diharapkan;
q adalah peluang kejadian yang tidak diharapkan, nilai q = 1– p.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
1. Distribusi Peluang Variabel Acak
Kontinu
2. Fungsi Distribusi Kumulatif
Variabel Acak Kontinu
3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel
Acak Berdistribusi Normal
4. Fungsi Distribusi Kumulatif
Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal
5. Fungsi Distribusi Kumulatif
Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal Baku
6. Peluang Variabel Acak
B. Distribusi Normal
Kembali ke awal
1. Distribusi Peluang Variabel Acak Kontinu
Kembali ke daftar isi
Variabel acak kontinu memiliki nilai berupa bilangan real
sehingga nilai-nilai variabel acak kontinu X dinyatakan dalam
bentuk interval a < X < b atau batas-batas lain.
Peluang variabel acak kontinu pada interval a < X < b diwakili
oleh daerah yang diarsir berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Misalkan f(x) merupakan fungsi kepadatan peluang acak,
f(x) memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. 0 ≤ f(x) ≤ 1 untuk setiap x.
b. Luas daerah di bawah kurva f(x) sama dengan 1.
c. Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b sama dengan
luas daerah di bawah kurva f(x) yang dibatasi oleh garis x = a
dan x = b.
Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b dinyatakan:
Kembali ke subbab
2. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Kontinu
Kembali ke daftar isi
Misalkan X adalah variabel acak kontinu dan f(x) yang
terdefinisi pada interval a ≤ X ≤ b merupakan fungsi peluang
variabel acak X, maka fungsi distribusi kumulatif dari variabel
acak X didefinisikan sebagai:
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Fungsi distribusi kumulatif variabel acak X pada interval
a ≤ X ≤ b memiliki sifat-sifat berikut.
a. Nilai F(a) = 0 dan nilai F(b) = 1.
b. Untuk a ≤ x1 < x2 ≤ b diperoleh:
1) nilai F(x1) ≤ F(x2);
2) nilai P(x1 ≤ X ≤ x2) = P(X ≤ x2) – P(X ≤ x1) = F(x2) – F(x1).
c. 0 ≤ F(x) ≤ 1 untuk setiap x.
d.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal
Kembali ke daftar isi
Variabel acak X yang memiliki peluang berdistribusi normal
dengan rata-rata μ dan simpangan baku σ dilambangkan X ~ N(μ,
σ).
Fungsi distribusi peluang variabel acak X ~ N(μ, σ)
didefinisikan sebagai berikut.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Sifat-sifat distribusi normal sebagai berikut.
a. Kurva selalu di atas sumbu X
dan simetris terhadap garis x =
μ.
b. Median dan modusnya sama
dengan nilai rata-rata μ.
c. Untuk x → ±∞, kurva mendekati sumbu X sehingga kurva
memiliki asimtot sumbu X atau y = 0.
d. Luas daerah di bawah kurva sama dengan 1.
e. Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) pada interval a < X < b
dinyatakan dengan
Kembali ke subbab
4. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10).
Jika P(X < k) = 18%, tentukan nilai k.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10) sehingga
μ = 50 dan σ = 10.
Langkah 1: Menentukan nilai P(X < k).
P(X < k) = 18% = 0,18
Langkah 2: Menentukan letak luas daerah 0,18 di bawah kurva
normal baku pada interval X < k.
Langkah 3: Mengubah P(X< k) menjadi P(Z < z).
Dari gambar diperoleh:
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Langkah 4: Menentukan nilai z menggunakan tabel distribusi Z
Dari tabel terlihat luas daerah 0,18 terletak di
antara 0,1814 dan 0,1788.
P(Z < –0,91) = 0,1814 dan P(Z < –0,92) = 0,1788
0,18 lebih dekat ke bilangan 0,1788 daripada
0,1814 sehingga dipilih nilai z = –0,92.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
5. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal Baku
Kembali ke daftar isi
Fungsi distribusi peluang variabel acak Z ~ N(0, 1)
didefinisikan sebagai:
Fungsi distribusi
kumulatif variabel acak Z ~
N(0, 1) didefinisikan sebagai:
Kembali ke subbab
6. Peluang Variabel Acak
Kembali ke daftar isi
a. Peluang Variabel Acak Z ~ N(0,
1)
Peluang variabel acak Z ~ N(0,
1) sama dengan luas daerah di
bawah kurva normal baku.
Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1)
pada interval a < Z < b dinyatakan:
Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) dapat kita tentukan
menggunakan bantuan tabel distribusi Z (tabel distribusi
normal baku).
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
b. Peluang Variabel Acak X ~ N(μ, σ)
Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) sama dengan luas daerah
di bawah kurva normal N(μ, σ). Luas daerah di bawah kurva
normal N(μ, σ) dapat ditentukan dengan cara
mentransformasikan variabel acak X ~ N(μ, σ) menjadi
variabel acak X ~ N(0, 1) menggunakan rumus berikut.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Berat badan 1.000 siswa di suatu SMA berdistribusi
normal dengan rata-rata 54 kg dan simpangan baku 8 kg.
Berapa banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66
kg?
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Misalkan X menyatakan berat badan siswa dalam kg, μ = 54
dan σ = 8.
Data berat badan siswa berdistribusi normal X ~ N(54, 8).
a. Misalkan:
P(X > 66 = peluang siswa memiliki berat badan lebih dari 66
kg k = banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66
kg
k = P(X > 66) × 1.000
Langkah 1: Mengubah P(X > 66) menjadi P(Z > z).
Langkah 2: Menentukan nilai P(Z > 1,5).
P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5)
Perhatikan nilai P(Z < 1,5) dalam tabel distribusi Z
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5)
= 1 – 0,9332 = 0,0668
Langkah 3: Menentukan nilai k.
k = P(X > 66) × 1.000
= P(Z > 1,5) × 1.000 = 0,0668 × 1.000 = 66,8 ≈ 67
Jadi, siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66 kg
sebanyak 67 orang.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
1. Uji Hipotesis
2. Langkah-Langkah Uji
Hipotesis
C. Uji Hipotesis
Kembali ke awal
1. Uji Hipotesis
Kembali ke daftar isi
Dalam menyelidiki suatu permasalahan terlebih dahulu kita
membuat dugaan sebelum menyelidiki dugaan tersebut.
Dugaan penyelidikan dalam Matematika dinamakan hipotesis.
Penyelidikan tentang dugaan tersebut benar atau salah
dinamakan uji hipotesis.
Kembali ke subbab
2. Langkah-Langkah Uji Hipotesis
Kembali ke daftar isi
Uji hipotesis suatu permasalahan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah berikut.
Langkah 1: Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (H1).
Langkah 2: Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik
uji.
Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α.
Langkah 4: Menentukan daerah kritis.
Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat
kesimpulan.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
a. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis atau pernyataan yang
diangggap benar dan akan diuji kebenarannya.
Hipotesis alternatif (H1) adalah lawan dari hipotesis nol (H0).
Rumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
1) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian sama.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
2) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian
maksimum.
3) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian
minimum .
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
b. Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik uji.
1) Jika ukuran sampel yang di uji n ≥ 30, statistik uji yang
digunakan z adalah
2) Jika ukuran sampel yang di uji n < 30, statistik uji yang
digunakan t adalah
t berdistribusi student dengan derajat bebas df = n – 1.
Keterangan:
– x adalah rata-rata sampel σ atau s adalah simpangan baku.
μ0 adalah rata-rata populasi yang diuji. n adalah banyak sampel yang diuji
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
b. Menentukan tingkat signifikansi α.
Taraf signifikansi atau derajat kepercayaan merupakan
nilai batas toleransi peluang salah dalam menolak H0 atau batas
maksimal kesalahan menolak H0.
Taraf signifikansi yang paling sering digunakan sebesar 1%, 5%
dan 10%. Taraf signifikansi α = 5 % artinya kira-kira 5 dari 100
kesimpulan/pengujian menolak hipotesis yg
seharusnya diterima. Dengan kata lain, kira-kira 95% percaya
bahwa kesimpulan yang di buat benar.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
d. Menentukan daerah kritis.
Daerah kritis (DK) merupakan daerah penolakan H0. Daerah
kritis ditentukan berdasarkan rumusan H1 dan tingkat signifikansi
α yang dipilih.
1) Jika H1 : μ ≠ μ0, daerah kritis berada di ujung kanan dan ujung
kiri kurva. Uji ini dinamakan uji dua pihak. Luas setiap daerah
kritis sama dengan .
α
2
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
2) Jika H1 : μ > μ0, daerah kritis berada di ujung kanan kurva. Uji ini
dinamakan uji satu pihak kanan. Luas daerah kritis sama dengan
α.
Daerah kritis (DK):
a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jika nilai z > zα dan
b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jika nilai t > tα.
Daerah penerimaan (DP):
a. untuk distribusi Z adalah H0 diterima jika nilai z < zα dan
b. untuk distribusi t adalah H0 diterima jika nilai t < tα.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
3) Jika H1 : μ < μ0, daerah kritis berada di ujung kiri kurva. Uji ini
dinamakan uji satu pihak kiri. Luas daerah kritis sama dengan
α.
Daerah kritis (DK):
a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jikanilai z < –zα;
b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jikanilai t < –tα.
Daerah penerimaan (DP):
a. untuk distribusi Z adalah H0 di terima jika nilaiz > –zα;
b. untuk distribusi t adalah H0 di terima jika nilai t > –tα.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
e. Menentukan keputusan uji dan membuat kesimpulan
Keputusan uji diambil berdasarkan letak nilai statistik uji
pada daerah kritis. Jika nilai statistik uji di dalam daerah kritis, H0
ditolak. Sebaliknya, jika nilai statistik uji di luar daerah kritis maka
H0 diterima.
Kesalahan yang dapat terjadi dalam mengambil
keputusan.
1. Menolak H0 yang benar, disebut kesalahan tipe I atau
kesalahan α atau tingkat signifikansi α.
2. Menerima H0yang salah, disebut kesalahan tipe II atau
kesalahan β.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Pabrik ban X menyatakan bahwa rata-rata pemakaian
jarak tempuh ban A adalah 20.000 km. Untuk menguji
pernyataan tersebut maka diuji sebanyak 16 sampel acak ban
A dan setelah diuji diperoleh rata-rata pemakaian jarak
tempuh 19.802 km dan simpangan baku 88 km. Ujilah
pernyataan pabrik ban X tersebut dengan tingkat signifikansi
α = 1% .
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut.
Langkah 1: Merumuskan H0 dan hipotesis alternatif H1
H0 : μ = 20.000
H1 : μ ≠ 20.000
Langkah 2: Memilih dan menghitung nilai statistik uji.
banyak sampel n = 16 sehingga menggunakan
Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α.
Tingkat signifikansi α = 1% = 0,01
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Langkah 4: Menentukan daerah kritis
μ ≠ 20.000 sehingga daerah kritis berada di
kedua ujung kurva
Luas daerah kritis setiap ujung kurva:
Daerah kritis t < –t0,005atau t > t0,005
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
n = 16 sehingga derajat bebas df = n – 1 = 16 – 1 = 15
Perhatikan df = 15 dan a = 1% dua arah pada tabel distribusi t
berikut.
Dari tabel diperoleh nilai t0,005 = 2,947 sehingga
daerah kritis t < –2,947 atau t > 2,947
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat
kesimpulan.
t = –9 memenuhi t < –2,947 maka t = –9 di dalam
daerah kritis sehingga keputusannya H0 ditolak.
H0 ditolak sehingga H1 diterima.
Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata
pemakaian ban A tidak sama dengan 20.000 km.
Jadi, pernyataan pabrik ban X salah.
Kembali ke subbab
Contoh Soal
Kembali ke daftar isi
Seorang pengusaha ingin mencari sebuah mesin yang
mampu merakit sebuah perangkat elektronik paling lama 50
menit. Pengusaha mendapat informasi bahwa mesin A dapat
merakit sebuah perangkat elektronik rata-rata paling lama
50 menit. Untuk memutuskan menggunakan mesin A atau
tidak, mesin A diuji sebanyak 36 kali. Dalam uji coba tersebut
mesin A mampu merakit sebuah perangkat elektronik rata-
rata 48,5 menit dengan simpangan baku 1,2 menit. Selidiki
apakah pengusaha tersebut akan menggunakan mesin A?
Gunakan taraf signifikansi 2%.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Jawaban:
Langkah 1: H0 : μ ≤ 50
H1 : μ > 50
Langkah 2: Banyak sampel n = 36 > 30 sehingga menggunakan
statistik uji
Langkah 3: Tingkat signifikansi α = 2% = 0,02
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Langkah 4:
H1 : μ < 50 sehingga daerah kritis berada di ujung kiri kurva.
Luas daerah kritis:
LDK = α = 0,02
Daerah kritis z < –z0,02.
Dari tabel diperoleh
P(Z < –2,05) = 0,0202 dan
P(Z < –2,06) = 0,0197.
0,02 lebih dekat ke bilangan
0,0202 sehingga nilai z = –
2,05.
Dengan demikian, diperoleh
daerah kritis z < –2,05.
Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi
Langkah 5: Diperoleh z = –7,5 dan nilai z memenuhi z < –2,05
maka z = –7,5 di dalam daerah kritis sehingga
keputusannya H0 ditolak.
H0 ditolak sehingga H1 diterima.
Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata
waktu perakitan sebuah perangkat elektronik
oleh mesin A lebih dari 50 menit.
Oleh karena mesin A dapat merakit sebuah
perangkat elektronik rata-rata lebih dari 50
menit maka pengusaha tidak akan menggunakan
mesin A .
Kembali ke subbab
Kembali ke halaman awal

More Related Content

What's hot

Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiaansyahrial
 
Bab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan RealBab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan Real
Kelinci Coklat
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Charro NieZz
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
Rudi Wicaksana
 
16. ki kd matematika sma wajib
16. ki kd matematika sma wajib16. ki kd matematika sma wajib
16. ki kd matematika sma wajib
MayawatiMayawati
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
St. Risma Ayu Nirwana
 
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabar
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabarPowerpoint operasi hitung bentuk aljabar
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabar
Robiatul Bangkawiyah
 
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIIIPPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
Yoshiie Srinita
 
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linierPpt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
ShandaAnggelika
 
Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -pptFungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Ulfa Nur Afifah
 
Power point limit fungsi
Power point  limit fungsiPower point  limit fungsi
Power point limit fungsi
ABU RAHMAN
 
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdfLKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
SYARIFUDDINALI4
 
Aljabar kelas 7
Aljabar kelas 7Aljabar kelas 7
Aljabar kelas 7Eka Putra
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Yadi Pura
 
PPT Matriks
PPT MatriksPPT Matriks
PPT Matriks
Ulfa Nur Afifah
 
Buku kalkulus peubah banyak
Buku kalkulus peubah banyakBuku kalkulus peubah banyak
Buku kalkulus peubah banyak
HapizahFKIP
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
PT.surga firdaus
 

What's hot (20)

Pertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsiPertemuan 3 relasi & fungsi
Pertemuan 3 relasi & fungsi
 
Bab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan RealBab 1. Sistem Bilangan Real
Bab 1. Sistem Bilangan Real
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan03 limit dan kekontinuan
03 limit dan kekontinuan
 
16. ki kd matematika sma wajib
16. ki kd matematika sma wajib16. ki kd matematika sma wajib
16. ki kd matematika sma wajib
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabar
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabarPowerpoint operasi hitung bentuk aljabar
Powerpoint operasi hitung bentuk aljabar
 
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIIIPPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
 
Fungsi kuadrat
Fungsi kuadratFungsi kuadrat
Fungsi kuadrat
 
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linierPpt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
Ppt singkat persamaan linier dan pertidaksamaan linier
 
Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -pptFungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
Fungsi komposisi dan fungsi invers -ppt
 
Power point limit fungsi
Power point  limit fungsiPower point  limit fungsi
Power point limit fungsi
 
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdfLKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
LKPD Fungsi Komposisi dan Invers.pdf
 
Aljabar kelas 7
Aljabar kelas 7Aljabar kelas 7
Aljabar kelas 7
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Ring
RingRing
Ring
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
PPT Matriks
PPT MatriksPPT Matriks
PPT Matriks
 
Buku kalkulus peubah banyak
Buku kalkulus peubah banyakBuku kalkulus peubah banyak
Buku kalkulus peubah banyak
 
Bilangan kompleks
Bilangan kompleksBilangan kompleks
Bilangan kompleks
 

Similar to PPT MATEMATIKA PEMINATAN KELAS XII KURIKULUM 2013

Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.pptPower Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
AdzkiaKhayraRafandaA
 
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.pptBahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
SalamunAlaina1
 
Matematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.pptMatematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.ppt
SyaiFuddin7
 
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].pptPower Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
SitiRamadhah
 
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
AqsoTaufanApino1
 
Matematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptxMatematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptx
SyaiFuddin7
 
matematika
matematikamatematika
matematika
FitriYanto15
 
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdfPower-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
ssuser2a42c01
 
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materiPPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
SalomoAlchyfaKeleluf
 
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptxBab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
ZubaidahZubaidah6
 
PPT Kelas 9.pptx
PPT Kelas 9.pptxPPT Kelas 9.pptx
PPT Kelas 9.pptx
tunasmanalu
 
Power Point materi Matematika 9.pptx
Power Point materi Matematika 9.pptxPower Point materi Matematika 9.pptx
Power Point materi Matematika 9.pptx
YopanikaNaurosa
 
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwaraPPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
mjohantop
 
bahan ajar.pptx
bahan ajar.pptxbahan ajar.pptx
bahan ajar.pptx
ariniansar2
 
Logaritma
LogaritmaLogaritma
Logaritma
ramvina
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiEko Supriyadi
 
Rpp matematika SMA (limit ipa)
Rpp matematika SMA (limit ipa)Rpp matematika SMA (limit ipa)
Rpp matematika SMA (limit ipa)Heriyanto Asep
 
Polinomial.pptx
Polinomial.pptxPolinomial.pptx
Polinomial.pptx
MiftakhulHidayatZ
 

Similar to PPT MATEMATIKA PEMINATAN KELAS XII KURIKULUM 2013 (20)

Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.pptPower Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
Power Point PR Matematika SMK 10A Ed. 2019.ppt
 
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.pptBahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
Bahan Ajar PowerPoint Matematika SMK 10a.ppt
 
Matematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.pptMatematika Peminatan 10A.ppt
Matematika Peminatan 10A.ppt
 
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].pptPower Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
Power Point PR Matematika Pem. 10A Ed. 2019 [www.defantri.com].ppt
 
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS MATEMATIKA SMA KELAS 11
 
Matematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptxMatematika Wajib 11A.pptx
Matematika Wajib 11A.pptx
 
matematika
matematikamatematika
matematika
 
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdfPower-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
Power-Point-Matematika-Kelas-IX-dikonversi.pdf
 
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materiPPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
PPT Matematika Kelas IX untuk semua materi
 
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptxBab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar.pptx
 
PPT Kelas 9.pptx
PPT Kelas 9.pptxPPT Kelas 9.pptx
PPT Kelas 9.pptx
 
Power Point materi Matematika 9.pptx
Power Point materi Matematika 9.pptxPower Point materi Matematika 9.pptx
Power Point materi Matematika 9.pptx
 
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwaraPPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
PPT PR MAT WAJIB 11B dari intan pariwara
 
bahan ajar.pptx
bahan ajar.pptxbahan ajar.pptx
bahan ajar.pptx
 
R5 h kel 1 kalk1 1
R5 h kel 1 kalk1 1R5 h kel 1 kalk1 1
R5 h kel 1 kalk1 1
 
Logaritma
LogaritmaLogaritma
Logaritma
 
Analisis real 2
Analisis real 2Analisis real 2
Analisis real 2
 
Bab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsiBab 4 limit & turunan fungsi
Bab 4 limit & turunan fungsi
 
Rpp matematika SMA (limit ipa)
Rpp matematika SMA (limit ipa)Rpp matematika SMA (limit ipa)
Rpp matematika SMA (limit ipa)
 
Polinomial.pptx
Polinomial.pptxPolinomial.pptx
Polinomial.pptx
 

Recently uploaded

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
TarkaTarka
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
suprihatin1885
 

Recently uploaded (20)

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 

PPT MATEMATIKA PEMINATAN KELAS XII KURIKULUM 2013

  • 1. SMA/MA Kelas XII Peminatan Matematika Oleh: Ahyu Forestri, S. Pd SMA N 4 JAYAPURA PAPUA Disklaimer Daftar Isi
  • 2. Disklaimer • Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. • Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013. • Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja. • Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan. • Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif. Disklaimer
  • 3. BAB I Limit Fungsi Daftar Isi BAB II Turunan Fungsi Trigonometri BAB III Distribusi Peluang Binomial, Distribusi Normal, dan Uji Hipotesis
  • 4. Limit FungsiI A. Limit Fungsi Trigonometri di Suatu Titik B. Limit di Ketakhinggaan Kembali ke daftar
  • 5. Kembali ke awal bab Kembali ke daftar isi 1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri 2. Sifat-Sifat Limit Fungsi 3. Teorema Limit Apit 4. Cara Menentukan Nilai Limit Fungsi Trigonometri A. Limit Fungsi Trigonometri di Suatu Titik
  • 6. 1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri Kembali ke subbabKembali ke daftar isi Limit fungsi trigonometri memuat fungsi trigonometri sebagai fungsi yang dikenai operasi limit. Contoh:
  • 7. Kembali ke daftar isi Definisi Limit Misalkan f sebuah fungsi f: R → R serta L dan c anggota himpunan bilangan real. a. Limit fungsi trigonometri f(x) untuk x mendekati c ada jika dan hanya jika nilai f(x) mendekati L untuk semua x mendekati c. b. Limit fungsi trigonometri f mempunyai sifat: atau limit kiri sama dengan limit kanan. Kembali ke subbab
  • 8. Kembali ke daftar isi Perhatikan grafik berikut. Dari grafik fungsi terlihat untuk nilai-nilai x mendekati dari kiri atau kanan nilai fungsi mendekati 1 sehingga: π 2 ππ π xx x 22 2 lim sin x lim sin x 1 maka lim sin x 1       Kembali ke subbab
  • 9. Contoh Soal Kembali ke daftar isi x 0 sin 2x Tentukan nilai lim . x Kembali ke subbab
  • 10. 2. Sifat-Sifat Limit Fungsi Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 11. 3. Teorema Limit Apit Kembali ke daftar isi Misalkan f(x), g(x), dan h(x) merupakan fungsi-fungsi yang terdefinisi pada interval [a, b] kecuali mungkin di x = c dan memenuhi hubungan f(x) < g(x) < h(x). Kembali ke subbab
  • 12. 4. Cara Menentukan Nilai Limit Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Ada beberapa cara untuk menentukan nilai limit fungsi trigonometri yaitu dengan cara substitusi langsung, memfaktorkan, dan menggunakan sifat limit fungsi trigonometri. a. Cara substitusi langsung. b. Cara memfaktorkan. c. Cara menggunakan sifat limit fungsi trigonometri. Kembali ke subbab
  • 13. a. Cara Substitusi Langsung Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 14. b. Cara Memfaktorkan Kembali ke daftar isi Dengan cara substitusi langsung kadang diperoleh nilai limit berupa nilai tak tentu Faktor pembuat penyebut bernilai nol dieliminasi dengan cara memfaktorkan. Kembali ke subbab
  • 15. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai 2π x 2 1 sin x lim cos x  Nilai limit berupa nilai tak tentu. Bentuk fungsi diubah agar faktor pembuat nol dapat dieliminasi. Kembali ke subbab
  • 16. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 17. C. Cara Menggunakan Sifat Limit Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan untuk menentukan nilai limit fungsi. Caranya, fungsi trigonometri diubah sehingga memuat bentuk : agar sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan. Kembali ke subbab
  • 18. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai Bentuk fungsi diubah agar sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan. 2x 0 2sin x tan x lim x  Kembali ke subbab
  • 19. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 20. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai x 0 3x sin 2x lim 4x tan 3x   Kembali ke subbab
  • 21. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 22. Kembali ke awalKembali ke daftar isi 1. Ketakhinggaan dan Limit 2. Limit di Ketakhinggaan 3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan 4. Menentukan Limit Fungsi di Ketakhinggaan B. Limit di Ketakhinggaan
  • 23. 1. Ketakhinggaan dan Limit Kembali ke subbabKembali ke daftar isi a. Ketakhinggaan Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar. Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil. b. Limit Tak Hingga Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit yang hasilnya tak hingga.
  • 24. Kembali ke daftar isi a. Ketakhinggaan Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar. Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil. b. Limit Tak Hingga Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit yang hasilnya tak hingga. Kembali ke subbab
  • 25. 2. Limit di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Perhatikan tabel nilai f(x) = untuk nilai-nilai x yang makin membesar berikut. 1 x x 1 lim 0 x   Dari tabel terlihat untuk nilai-nilai x yang makin membesar tanpa batas (x → ∞ ), nilai f(x) makin mendekati 0. Dapat dinyatakan: Kembali ke subbab
  • 26. Kembali ke daftar isi Definisi Misalkan f adalah suatu fungsi yang terdefinisi pada setiap nilai pada selang (c, ∞) atau (–∞, c). artinya jika untuk nilai x yang membesar tanpa batas maka berlaku f(x) dekat dengan L. artinya jika untuk nilai x yang mengecil tanpa batas maka berlaku f(x) dekat dengan L. x lim f(x) L    x lim f(x) L    Kembali ke subbab
  • 27. 3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 28. 4. Menentukan Limit Fungsi di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Cara menentukan limit fungsi diketakhinggan tergantung dari fungsi yang dicari nilai limitnya. a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan Kembali ke subbab
  • 29. a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi polinomial sebagai berikut. a. Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada fungsi polinomial tersebut. b. Faktorkan fungsi polinomial dengan mengeluarkan variabel berpangkat tertinggi. c. Gunakan sifat-sifat limit di tak hingga untuk menentukan nilai limit fungsi polinomial tersebut. Kembali ke subbab
  • 30. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai Jawaban: 7 4 x lim (5x x +9)    Kembali ke subbab
  • 31. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Untuk mengerjakan limit menuju tak hingga fungsi polinomial, Anda cukup memperhatikan variabel dengan pangkat tertinggi saja. Kemudian, tentukan nilai limit dari suku dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut. Jawaban: Kembali ke subbab
  • 32. b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi rasional sebagai berikut. 1) Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada penyebut fungsi rasional tersebut. 2) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi rasional dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut. 3) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan nilai limit fungsi rasional tersebut. Kembali ke subbab
  • 33. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai Kembali ke subbab
  • 34. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 35. c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan Kembali ke daftar isi Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi irasional sebagai berikut. 1) Tentukan bentuk sekawan dari fungsi irasional tersebut. 2) Kalikan fungsi irasional dengan bentuk sekawannya. 3) Tentukan variabel berpangkat tertinggi dari fungsi baru dari hasil kali tersebut. 4) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi baru dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut. 5) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan nilai limit fungsi tersebut. Kembali ke subbab
  • 36. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan nilai Jawaban: Kembali ke subbab
  • 37. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 38. Turunan Fungsi TrigonometriII A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri B. Penggunaan Turunan Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar
  • 39. Kembali ke awalKembali ke daftar isi 1. Turunan Fungsi Trigonometri 2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi 3. Aturan Rantai 4. Turunan Kedua Fungsi A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri
  • 40. 1. Turunan Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Turunan merupakan bentuk khusus dari limit. Turunan fungsi f terhadap x dinyatakan sebagai Misalkan terdapat fungsi f(x) = sin x. Turunan f terhadap x : Kembali ke subbab
  • 41. Kembali ke daftar isi Rumus turunan fungsi trigonometri sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 42. 2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi Kembali ke daftar isi a. Turunan y = k · u adalah b. Turunan y = u ± v adalah c. Turunan y = uv adalah d. Turunan y = un adalah e. Turunan y = adalahu v Kembali ke subbab
  • 43. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Tentukan turunan pertama fungsi g(x) = cos2 (x + 5) + sin 3x. Kembali ke subbab
  • 44. Kembali ke daftar isi Jawaban: Kembali ke subbab
  • 45. 3. Aturan Rantai Kembali ke daftar isi Misalkan y = f(u(x)). Fungsi tersebut juga dapat ditulis y = (f ◦ u)(x). Misalkan fungsi f dan fungsi u mempunyai turunan. Aturan rantai turunan f terhadap u: Kembali ke subbab
  • 46. Contoh Soal Kembali ke daftar isi 1. Tentukan turunan pertama fungsi y = sin5 2x. 2. Kembali ke subbab
  • 47. Kembali ke daftar isi Jawaban: 1. Kembali ke subbab
  • 48. Kembali ke daftar isi Jawaban: 2. Kembali ke subbab
  • 49. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 50. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 51. 4. Turunan Kedua Fungsi Kembali ke daftar isi Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap sebuah titik tertentu. Sebuah titik tertentu tersebut disebut pusat lingkaran dan jarak yang sama itu dinamakan jari-jari lingkaran(radius). Kembali ke subbab
  • 52. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 53. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 54. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 55. Kembali ke daftar isi 1. Pengertian Titik Stasioner 2. Selang Kemonotonan Fungsi Trigonometri 3. Nilai Maksimum, Nilai Minimum, dan Titik Belok Fungsi Trigonometri 4. Garis Singgung Fungsi Trigonometri 5. Selang Kecekungan Fungsi Trigonometri B. Penggunaan Turunan Fungsi Trigonometri Kembali ke awal
  • 56. 1. Pengertian Titik Stasioner Kembali ke daftar isi Titik stasioner atau titik ktritis suatu fungsi adalah titik di mana fungsi “berhenti” naik atau turun. Pada titik stasioner turunan pertama bernilai nol. Kembali ke subbab
  • 57. 2. Selang Kemonotonan Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Dengan turunan pertama fungsi f, akan diketahui apakah fungsi f naik atau turun di interval [a, b]. a. Jika f′(x) > 0, fungsi f dikatakan naik. b. Jika f′(x) < 0, fungsi f dikatakan turun. c. Jika f′(x) = 0, dikatakan fungsi f tidak naik dan tidak turun. Kembali ke subbab
  • 58. 3. Nilai Maksimum Nilai Minimum dan Titik Belok Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Titik stasioner a dapat menyebabkan f(a) menjadi nilai maksimum fungsi, menjadi nilai minimum fungsi, atau menjadi titik belok fungsi. Nilai maksimum, minimum, atau titik belok tersebut dapat diperiksa menggunakan uji turunan pertama dan kedua. Kembali ke subbab
  • 59. Kembali ke daftar isi Uji Turunan Pertama Perhatikan gambar di samping. Titik x = a adalah titik stasioner f(x) sehingga f′(a) = 0. 1) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a dan f′(x) < 0 untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum. Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x). 2) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a dan f′(x) > 0 untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum. Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x). Kembali ke subbab
  • 60. Kembali ke daftar isi 3) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a dan f′(x) < 0 untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok. 4) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a dan f′(x) > 0 untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok. Kembali ke subbab
  • 61. Kembali ke daftar isi Uji Turunan Kedua Titik x = a adalah titik stasioner f(x) sehingga f′(a) = 0. 1) Jika f′′(a) < 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum. Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x). 2) Jika f′′(a) > 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum. Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x). 3) Jika f′(x) < 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut titik belok turun. 4) Jika f′(x) > 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut titik belok naik. Kembali ke subbab
  • 62. Kembali ke daftar isi Nilai Maksimum dan Minimum Misalkan daerah asal fungsi f dibatasi menjadi [a, b]. Nilai maksimum atau minimum fungsi di interval [a, b] disebut nilai maksimum atau minimum relatif. Artinya, jika interval fungsi f diperluas, mungkin saja ada nilai lain yang menyebabkan nilai f lebih besar atau lebih kecil. Nilai maksimum atau minimum global fungsi f dapat terletak di ujung interval, di titik stasioner, atau di titik singular. Titik singular adalah titik yang menyebabkan fungsi f tidak mempunyai turunan. Kembali ke subbab
  • 63. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 64. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 65. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 66. 4. Garis Singgung Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Langkah-langkah menentukan persamaan garis singgung fungsi trigonometri sebagai berikut. a. Tentukan nilai f di titik x = a. Caranya, substitusikan x = a ke dalam f(x) sehingga diketahui nilai f(a). Diperoleh titik singgung (a, f(a)). b. Tentukan turunan pertama fungsi f yaitu f′(x). Kemudian, tentukan kemiringan garis singgung di titik (a, f(a)) yaitu m = f′(a). c. Persamaan garis singgung: y – f(a) = m(x – a). Kembali ke subbab
  • 67. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 68. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 69. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 70. 5. Selang Kecekungan Fungsi Trigonometri Kembali ke daftar isi Misalkan f(x) mempunyai turunan pada interval [a, b]. a. Jika f’(x) naik pada interval [a, b], grafik fungsi f cekung ke atas. Sebaliknya, jika f’(x) turun pada interval [a, b], grafik fungsi f cekung ke bawah. b. Jika ditinjau dari turunan kedua, grafik fungsi f cekung ke atas saat f′′(x) > 0. Grafik fungsi f cekung ke bawah saat f′′(x) < 0. Kembali ke subbab
  • 71. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 72. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 73. Distribusi Peluang Binomial Distribusi Normal dan Uji HipotesisIII A. Distribusi Binomial B. Distribusi Normal C. Uji Hipotesis Kembali ke daftar
  • 74. Kembali ke awalKembali ke daftar isi 1. Konsep Variabel Acak 2. Distribusi Peluang Variabel Acak Diskrit 3. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Diskrit 4. Variabel Acak Binomial dan Distribusi Binomial A. Distribusi Binomial
  • 75. 1. Konsep Variabel Acak Kembali ke daftar isi Variabel acak adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam ruang sampel suatu percobaan disebut. Variabel acak dinyatakan dengan huruf besar, misalnya X, Y, dan Z, sedangkan nilai variabel acak dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya x, y, dan z. Kembali ke subbab
  • 76. Kembali ke daftar isi Pada percobaan menggelindingkan bola sebanyak 4 kali kesempatan untuk menjatuhkan sepuluh pin diperoleh ruang sampel S = {BBBB, BBBT, BBTB, BBTT, BTBB, BTBT, BTTB, BTTT, TBBB, TBBT, TBTB, TBTT, TTBB, TTBT, TTTB, TTTT}. Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan, maka nilai X yang mungkin adalah 0, 1, 2, 3, atau 4. Nilai X = 0 jika terjadi TTTT. Nilai X = 1 jika terjadi BTTT, TBTT, TTBT, dan TTTB. Nilai X = 2 jika terjadi BBTT, BTBT, BTTB, TBBT, TBTB, dan TTBB. Nilai X = 3 jika terjadi BBBT, BBTB, BTBB, dan TBBB. Nilai X = 4 jika terjadi BBBB. Kembali ke subbab
  • 77. 2. Distribusi Peluang Variabel Acak Diskrit Kembali ke daftar isi Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang bernilai x1, x2, x3,", xn dan f(xi) merupakan peluang nilai-nilai variabel acak X dengan i = 1, 2, 3, 4, ", n maka f(xi) memenuhi dua sifat berikut. Kembali ke subbab
  • 78. Kembali ke daftar isi Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan dan titik sampel. Kembali ke subbab
  • 79. Kembali ke daftar isi Menggunakan cara yang sama, diperoleh hasil pada tabel berikut. Kembali ke subbab
  • 80. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 81. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Dua dadu dilemparkan sekali. Jika Y menyatakan pasangan kedua mata dadu yang terlihat berjumlah ganjil setelah dadu berhenti berguling, tentukan fungsi distribusi peluang variabel acak Y. Kembali ke subbab
  • 82. Kembali ke daftar isi Jawaban: Banyak anggota ruang sampel percobaan sebagai berikut. Variabel Y menyatakan pasangan kedua mata dadu yang terlihat berjumlah ganjil sehingga nilai-nilai y adalah y = 3, 5, 7, 9, 11 Kembali ke subbab
  • 83. Kembali ke daftar isi Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut. Fungsi distribusi peluang variabel acak Y sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 84. 3. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Diskrit Kembali ke daftar isi Peluang variabel acak X yang kurang dari atau sama dengan suatu nilai x, ditulis dengan F(x) = P(X ≤ x). Nilai F(x) dinamakan fungsi distribusi kumulatif variabel acak X. Misalkan x = c merupakan salah satu nilai variabel acak X yang memiliki peluang f(x) maka nilai F(c) dinyatakan dengan: Nilai-nilai peluang kumulatif variabel acak X yang menyatakan banyak strike pada percobaan menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 85. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 86. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 87. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Dua kotak masing-masing berisi 3 bola berwarna merah dan 3 bola berwarna putih. Bola merah bernomor 1 sampai dengan 3. Bola putih bernomor 5 sampai dengan 7. Dari setiap kotak diambil satu bola secara bersamaan. Tentukan fungsi distribusi kumulatif jumlah kedua nomor bola yang terambil. Kembali ke subbab
  • 88. Kembali ke daftar isi Jawaban: Variabel X menyatakan jumlah pasangan nomor bola sehingga nilai-nilai x adalah x = 6, 7, 8, 9, 10. Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 89. Kembali ke daftar isi Tabel distribusi peluang jumlah kedua nomor bola yang terambil sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 90. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 91. 4. Variabel Acak Binomial dan Distribusi Binomial Kembali ke daftar isi a. Variabel Acak Binomial Variabel acak binomial adalah variabel acak yang nilai- nilainya ditentukan oleh hasil percobaan binomial. b. Distribusi Binomial Jika peluang nilai-nilai variabel acak binomial disajikan dalam bentuk tabel atau grafik, diperoleh distribusi peluang variabel acak binomial. Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan peluang binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian yang diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan: Kembali ke subbab
  • 92. Kembali ke daftar isi Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan peluang binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian yang diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan: Keterangan: Variabel acak X yang peluangnya berdistribusi binomial dilambangkan X ~ BIN(n, p); nCx disebut koefisien binomial, nCx = x adalah banyak kejadian yang diharapkan, nilai x = 0, 1, 2, ", n; p adalah peluang kejadian yang diharapkan; q adalah peluang kejadian yang tidak diharapkan, nilai q = 1– p. Kembali ke subbab
  • 93. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 94. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 95. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 96. Kembali ke daftar isi 1. Distribusi Peluang Variabel Acak Kontinu 2. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Kontinu 3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal 4. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal 5. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal Baku 6. Peluang Variabel Acak B. Distribusi Normal Kembali ke awal
  • 97. 1. Distribusi Peluang Variabel Acak Kontinu Kembali ke daftar isi Variabel acak kontinu memiliki nilai berupa bilangan real sehingga nilai-nilai variabel acak kontinu X dinyatakan dalam bentuk interval a < X < b atau batas-batas lain. Peluang variabel acak kontinu pada interval a < X < b diwakili oleh daerah yang diarsir berikut. Kembali ke subbab
  • 98. Kembali ke daftar isi Misalkan f(x) merupakan fungsi kepadatan peluang acak, f(x) memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. 0 ≤ f(x) ≤ 1 untuk setiap x. b. Luas daerah di bawah kurva f(x) sama dengan 1. c. Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b sama dengan luas daerah di bawah kurva f(x) yang dibatasi oleh garis x = a dan x = b. Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b dinyatakan: Kembali ke subbab
  • 99. 2. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Kontinu Kembali ke daftar isi Misalkan X adalah variabel acak kontinu dan f(x) yang terdefinisi pada interval a ≤ X ≤ b merupakan fungsi peluang variabel acak X, maka fungsi distribusi kumulatif dari variabel acak X didefinisikan sebagai: Kembali ke subbab
  • 100. Kembali ke daftar isi Fungsi distribusi kumulatif variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b memiliki sifat-sifat berikut. a. Nilai F(a) = 0 dan nilai F(b) = 1. b. Untuk a ≤ x1 < x2 ≤ b diperoleh: 1) nilai F(x1) ≤ F(x2); 2) nilai P(x1 ≤ X ≤ x2) = P(X ≤ x2) – P(X ≤ x1) = F(x2) – F(x1). c. 0 ≤ F(x) ≤ 1 untuk setiap x. d. Kembali ke subbab
  • 101. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 102. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 103. 3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal Kembali ke daftar isi Variabel acak X yang memiliki peluang berdistribusi normal dengan rata-rata μ dan simpangan baku σ dilambangkan X ~ N(μ, σ). Fungsi distribusi peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) didefinisikan sebagai berikut. Kembali ke subbab
  • 104. Kembali ke daftar isi Sifat-sifat distribusi normal sebagai berikut. a. Kurva selalu di atas sumbu X dan simetris terhadap garis x = μ. b. Median dan modusnya sama dengan nilai rata-rata μ. c. Untuk x → ±∞, kurva mendekati sumbu X sehingga kurva memiliki asimtot sumbu X atau y = 0. d. Luas daerah di bawah kurva sama dengan 1. e. Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) pada interval a < X < b dinyatakan dengan Kembali ke subbab
  • 105. 4. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 106. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10). Jika P(X < k) = 18%, tentukan nilai k. Kembali ke subbab
  • 107. Kembali ke daftar isi Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10) sehingga μ = 50 dan σ = 10. Langkah 1: Menentukan nilai P(X < k). P(X < k) = 18% = 0,18 Langkah 2: Menentukan letak luas daerah 0,18 di bawah kurva normal baku pada interval X < k. Langkah 3: Mengubah P(X< k) menjadi P(Z < z). Dari gambar diperoleh: Kembali ke subbab
  • 108. Kembali ke daftar isi Langkah 4: Menentukan nilai z menggunakan tabel distribusi Z Dari tabel terlihat luas daerah 0,18 terletak di antara 0,1814 dan 0,1788. P(Z < –0,91) = 0,1814 dan P(Z < –0,92) = 0,1788 0,18 lebih dekat ke bilangan 0,1788 daripada 0,1814 sehingga dipilih nilai z = –0,92. Kembali ke subbab
  • 109. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 110. 5. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak Berdistribusi Normal Baku Kembali ke daftar isi Fungsi distribusi peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) didefinisikan sebagai: Fungsi distribusi kumulatif variabel acak Z ~ N(0, 1) didefinisikan sebagai: Kembali ke subbab
  • 111. 6. Peluang Variabel Acak Kembali ke daftar isi a. Peluang Variabel Acak Z ~ N(0, 1) Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) sama dengan luas daerah di bawah kurva normal baku. Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) pada interval a < Z < b dinyatakan: Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) dapat kita tentukan menggunakan bantuan tabel distribusi Z (tabel distribusi normal baku). Kembali ke subbab
  • 112. Kembali ke daftar isi b. Peluang Variabel Acak X ~ N(μ, σ) Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) sama dengan luas daerah di bawah kurva normal N(μ, σ). Luas daerah di bawah kurva normal N(μ, σ) dapat ditentukan dengan cara mentransformasikan variabel acak X ~ N(μ, σ) menjadi variabel acak X ~ N(0, 1) menggunakan rumus berikut. Kembali ke subbab
  • 113. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Berat badan 1.000 siswa di suatu SMA berdistribusi normal dengan rata-rata 54 kg dan simpangan baku 8 kg. Berapa banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66 kg? Kembali ke subbab
  • 114. Kembali ke daftar isi Jawaban: Misalkan X menyatakan berat badan siswa dalam kg, μ = 54 dan σ = 8. Data berat badan siswa berdistribusi normal X ~ N(54, 8). a. Misalkan: P(X > 66 = peluang siswa memiliki berat badan lebih dari 66 kg k = banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66 kg k = P(X > 66) × 1.000 Langkah 1: Mengubah P(X > 66) menjadi P(Z > z). Langkah 2: Menentukan nilai P(Z > 1,5). P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5) Perhatikan nilai P(Z < 1,5) dalam tabel distribusi Z Kembali ke subbab
  • 115. Kembali ke daftar isi P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5) = 1 – 0,9332 = 0,0668 Langkah 3: Menentukan nilai k. k = P(X > 66) × 1.000 = P(Z > 1,5) × 1.000 = 0,0668 × 1.000 = 66,8 ≈ 67 Jadi, siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66 kg sebanyak 67 orang. Kembali ke subbab
  • 116. Kembali ke daftar isi 1. Uji Hipotesis 2. Langkah-Langkah Uji Hipotesis C. Uji Hipotesis Kembali ke awal
  • 117. 1. Uji Hipotesis Kembali ke daftar isi Dalam menyelidiki suatu permasalahan terlebih dahulu kita membuat dugaan sebelum menyelidiki dugaan tersebut. Dugaan penyelidikan dalam Matematika dinamakan hipotesis. Penyelidikan tentang dugaan tersebut benar atau salah dinamakan uji hipotesis. Kembali ke subbab
  • 118. 2. Langkah-Langkah Uji Hipotesis Kembali ke daftar isi Uji hipotesis suatu permasalahan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Langkah 1: Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Langkah 2: Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik uji. Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α. Langkah 4: Menentukan daerah kritis. Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat kesimpulan. Kembali ke subbab
  • 119. Kembali ke daftar isi a. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis atau pernyataan yang diangggap benar dan akan diuji kebenarannya. Hipotesis alternatif (H1) adalah lawan dari hipotesis nol (H0). Rumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). 1) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian sama. Kembali ke subbab
  • 120. Kembali ke daftar isi 2) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian maksimum. 3) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian minimum . Kembali ke subbab
  • 121. Kembali ke daftar isi b. Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik uji. 1) Jika ukuran sampel yang di uji n ≥ 30, statistik uji yang digunakan z adalah 2) Jika ukuran sampel yang di uji n < 30, statistik uji yang digunakan t adalah t berdistribusi student dengan derajat bebas df = n – 1. Keterangan: – x adalah rata-rata sampel σ atau s adalah simpangan baku. μ0 adalah rata-rata populasi yang diuji. n adalah banyak sampel yang diuji Kembali ke subbab
  • 122. Kembali ke daftar isi b. Menentukan tingkat signifikansi α. Taraf signifikansi atau derajat kepercayaan merupakan nilai batas toleransi peluang salah dalam menolak H0 atau batas maksimal kesalahan menolak H0. Taraf signifikansi yang paling sering digunakan sebesar 1%, 5% dan 10%. Taraf signifikansi α = 5 % artinya kira-kira 5 dari 100 kesimpulan/pengujian menolak hipotesis yg seharusnya diterima. Dengan kata lain, kira-kira 95% percaya bahwa kesimpulan yang di buat benar. Kembali ke subbab
  • 123. Kembali ke daftar isi d. Menentukan daerah kritis. Daerah kritis (DK) merupakan daerah penolakan H0. Daerah kritis ditentukan berdasarkan rumusan H1 dan tingkat signifikansi α yang dipilih. 1) Jika H1 : μ ≠ μ0, daerah kritis berada di ujung kanan dan ujung kiri kurva. Uji ini dinamakan uji dua pihak. Luas setiap daerah kritis sama dengan . α 2 Kembali ke subbab
  • 124. Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
  • 125. Kembali ke daftar isi 2) Jika H1 : μ > μ0, daerah kritis berada di ujung kanan kurva. Uji ini dinamakan uji satu pihak kanan. Luas daerah kritis sama dengan α. Daerah kritis (DK): a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jika nilai z > zα dan b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jika nilai t > tα. Daerah penerimaan (DP): a. untuk distribusi Z adalah H0 diterima jika nilai z < zα dan b. untuk distribusi t adalah H0 diterima jika nilai t < tα. Kembali ke subbab
  • 126. Kembali ke daftar isi 3) Jika H1 : μ < μ0, daerah kritis berada di ujung kiri kurva. Uji ini dinamakan uji satu pihak kiri. Luas daerah kritis sama dengan α. Daerah kritis (DK): a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jikanilai z < –zα; b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jikanilai t < –tα. Daerah penerimaan (DP): a. untuk distribusi Z adalah H0 di terima jika nilaiz > –zα; b. untuk distribusi t adalah H0 di terima jika nilai t > –tα. Kembali ke subbab
  • 127. Kembali ke daftar isi e. Menentukan keputusan uji dan membuat kesimpulan Keputusan uji diambil berdasarkan letak nilai statistik uji pada daerah kritis. Jika nilai statistik uji di dalam daerah kritis, H0 ditolak. Sebaliknya, jika nilai statistik uji di luar daerah kritis maka H0 diterima. Kesalahan yang dapat terjadi dalam mengambil keputusan. 1. Menolak H0 yang benar, disebut kesalahan tipe I atau kesalahan α atau tingkat signifikansi α. 2. Menerima H0yang salah, disebut kesalahan tipe II atau kesalahan β. Kembali ke subbab
  • 128. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Pabrik ban X menyatakan bahwa rata-rata pemakaian jarak tempuh ban A adalah 20.000 km. Untuk menguji pernyataan tersebut maka diuji sebanyak 16 sampel acak ban A dan setelah diuji diperoleh rata-rata pemakaian jarak tempuh 19.802 km dan simpangan baku 88 km. Ujilah pernyataan pabrik ban X tersebut dengan tingkat signifikansi α = 1% . Kembali ke subbab
  • 129. Kembali ke daftar isi Jawaban: Langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut. Langkah 1: Merumuskan H0 dan hipotesis alternatif H1 H0 : μ = 20.000 H1 : μ ≠ 20.000 Langkah 2: Memilih dan menghitung nilai statistik uji. banyak sampel n = 16 sehingga menggunakan Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α. Tingkat signifikansi α = 1% = 0,01 Kembali ke subbab
  • 130. Kembali ke daftar isi Langkah 4: Menentukan daerah kritis μ ≠ 20.000 sehingga daerah kritis berada di kedua ujung kurva Luas daerah kritis setiap ujung kurva: Daerah kritis t < –t0,005atau t > t0,005 Kembali ke subbab
  • 131. Kembali ke daftar isi n = 16 sehingga derajat bebas df = n – 1 = 16 – 1 = 15 Perhatikan df = 15 dan a = 1% dua arah pada tabel distribusi t berikut. Dari tabel diperoleh nilai t0,005 = 2,947 sehingga daerah kritis t < –2,947 atau t > 2,947 Kembali ke subbab
  • 132. Kembali ke daftar isi Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat kesimpulan. t = –9 memenuhi t < –2,947 maka t = –9 di dalam daerah kritis sehingga keputusannya H0 ditolak. H0 ditolak sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata pemakaian ban A tidak sama dengan 20.000 km. Jadi, pernyataan pabrik ban X salah. Kembali ke subbab
  • 133. Contoh Soal Kembali ke daftar isi Seorang pengusaha ingin mencari sebuah mesin yang mampu merakit sebuah perangkat elektronik paling lama 50 menit. Pengusaha mendapat informasi bahwa mesin A dapat merakit sebuah perangkat elektronik rata-rata paling lama 50 menit. Untuk memutuskan menggunakan mesin A atau tidak, mesin A diuji sebanyak 36 kali. Dalam uji coba tersebut mesin A mampu merakit sebuah perangkat elektronik rata- rata 48,5 menit dengan simpangan baku 1,2 menit. Selidiki apakah pengusaha tersebut akan menggunakan mesin A? Gunakan taraf signifikansi 2%. Kembali ke subbab
  • 134. Kembali ke daftar isi Jawaban: Langkah 1: H0 : μ ≤ 50 H1 : μ > 50 Langkah 2: Banyak sampel n = 36 > 30 sehingga menggunakan statistik uji Langkah 3: Tingkat signifikansi α = 2% = 0,02 Kembali ke subbab
  • 135. Kembali ke daftar isi Langkah 4: H1 : μ < 50 sehingga daerah kritis berada di ujung kiri kurva. Luas daerah kritis: LDK = α = 0,02 Daerah kritis z < –z0,02. Dari tabel diperoleh P(Z < –2,05) = 0,0202 dan P(Z < –2,06) = 0,0197. 0,02 lebih dekat ke bilangan 0,0202 sehingga nilai z = – 2,05. Dengan demikian, diperoleh daerah kritis z < –2,05. Kembali ke subbab
  • 136. Kembali ke daftar isi Langkah 5: Diperoleh z = –7,5 dan nilai z memenuhi z < –2,05 maka z = –7,5 di dalam daerah kritis sehingga keputusannya H0 ditolak. H0 ditolak sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata waktu perakitan sebuah perangkat elektronik oleh mesin A lebih dari 50 menit. Oleh karena mesin A dapat merakit sebuah perangkat elektronik rata-rata lebih dari 50 menit maka pengusaha tidak akan menggunakan mesin A . Kembali ke subbab