1. SMA/MA Kelas XI Semester 1
Matematika
Disusun oleh:
Suparno
Disklaimer Daftar isi
Mata Pelajaran Wajib
2. • Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna
membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.
• Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013.
• Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini
disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar
saja.
• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat
mengembangkannya sesuai kebutuhan.
• Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru
dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan
interaktif.
Disklaimer
3. DAFTAR ISI
BAB I Induksi Matematika
BAB II Program Linear
BAB III Matriks
BAB IV Transformasi Geometri
BAB V Barisan dan Deret
4. BAB
A. Pengantar Induksi Matematika
B. Induksi Matematika
BAGIAN BAB
I Induksi Matematika
Kembali ke daftar isi
5. 1. Notasi Sigma
2. Sifat-Sifat Notasi Sigma
A. Pengantar Induksi Matematika
3. Nilai Suatu Notasi Sigma
4. Mengubah Batas Bawah atau Batas Atas
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
6. 1. Notasi Sigma
Notasi sigma (Σ) adalah cara singkat atau pelambangan dalam
menuliskan penjumlahan beruntun suku-suku barisan bilangan yang
mempunyai pola tertentu
n
k 1 2 3 n
k 1
U U U U . . . U
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
10. 3. Nilai Suatu Notasi Sigma
Untuk menentukan nilai dari suatu notasi sigma dapat menggunakan
sifat-sifat notasi sigma atau menyatakan notasi sigma dalam bentuk
deret terlebih dahulu.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
12. 4. Mengubah Batas Bawah atau Batas Atas
Untuk mengubah batas bawah atau batas atas suatu notasi sigma dapat
menggunakan sifat notasi sigma berikut.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
14. 1. Induksi Matematika Sederhana
2. Induksi Matematika yang Diperluas
B. Induksi Matematika
3. Induksi Matematika Kuat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
15. 1. Induksi Matematika Sederhana
Langkah-Langkah Induksi:
a. Buktikan P(n) benar untuk n = 1
b. Asumsikan P(n) benar untuk n = k, lalu buktikan P(n) benar untuk
n = k + 1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
16. Contoh Soal
Misalkan P(n) adalah sifat n3 + 2n habis dibagi 3
untuk setiap n bilangan asli.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
17. 2. Induksi Matematika yang Diperluas
Langkah-Langkah Induksi:
a. Buktikan P(n) benar untuk n = m
b. Asumsikan P(n) benar untuk n = k dengan k ≥ m, lalu buktikan P(n)
benar untuk n = k + 1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
19. 3. Induksi Matematika Kuat
Langkah-Langkah Induksi:
a. Buktikan P(n) benar untuk n = 1
b. Asumsikan P(n) benar untuk n = 1, 2, 3, · · ·, k – 1, k lalu buktikan
P(n) benar untuk n = k + 1.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
21. BAB
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
B. Program Linear
BAGIAN BAB
Program Linear
II
Kembali ke daftar isi
22. 1. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (PtLDV)
2. Menentukan Penyelesaian PtLDV
A. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel
3. Menyusun PtLDV Suatu Daerah Penyelesaian
4. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
23. 1. Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (PtLDV)
Bentuk umum pertidaksamaan linear dengan dua variabel x dan y dapat
dituliskan sebagai berikut.
ax + by ≤ c
ax + by ≥ c
ax + by < c
ax + by > c
dengan a, b, c bilangan real
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
24. Contoh Soal
Perhatikan contoh-contoh PtLDV dengan variabel x dan y berikut.
a. x – 2y > 2 e. 3y – x > 3
b. 2x – y < 4 f. 5x – y < 15
c. 3x + y ≤ 6 g. –x + 2y ≥ –4
d. x – 4y ≥ 8 h. x – y ≤ 1
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
25. 2. Menentukan Penyelesaian PtLDV
Penyelesaian pertidaksamaan dua variabel merupakan himpunan
pasangan bilangan (x, y) yang memenuhi pertidaksamaan linear
tersebut. Jika digambarkan pada bidang koordinat kartesius, himpunan
pasangan bilangan (x, y) tersebut berada dalam suatu daerah yang
disebut daerah penyelesaian (DP).
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
26. Contoh Soal
Tentukan daerah penyelesaian dari:
a. 2x – 3y ≤ 6
b. 3x + 4y ≥ 12
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
27. 3. Menyusun PtLDV Suatu Daerah Penyelesaian
Langkah-langkah menyusun PtLDV:
a. Menentukan persamaan garis pembatas DP.
b. Melakukan uji titik untuk menentukan tanda ketidaksamaan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
29. 4. Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)
Setiap SPtLDV terdiri atas dua atau lebih pertidaksamaan linear dua
variabel. Daerah penyelesaian SPtLDV merupakan irisan daerah
penyelesaian PtLDV penyusun SPtLDV tersebut.
31. 1. Model Matematika
2. Fungsi Tujuan
B. Program Linear
3. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Tujuan
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
32. 1. Model Matematika
Model matematika pada permasalahan program linear berupa
SPtdLDV. SPtdLDV tersebut dinamakan pembatas atau kendala.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
33. Contoh Soal
Seorang distributor buah akan mendistribusikan 80 ton buah dari gudang ke
pedagang pengecer. Untuk keperluan tersebut ia menyewa dua jenis ruk.
Truk jenis I dengan kapasitas 4 ton dan truk jenis II dengan kapasitas 3 ton.
Distributor tersebut hanya dapat menyewa truk sebanyak 24 kali jalan. Jika
x menyatakan banyak truk jenis I dan y menyatakan banyak truk jenis II,
tentukan model matematika yang sesuai.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
34. 2. Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan disebut juga fungsi sasaran atau fungsi objektif. Nilai
fungsi tujuan f(x, y) = ax + by tergantung dari nilai-nilai x dan y yang
memenuhi kendala. Nilai fungsi tujuan bisa minimum atau maksimum.
Nilai minimum atau nilai maksimum disebut juga nilai optimum atau
nilai ekstrim.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
35. 3. Menentukan Nilai Optimum Fungsi Tujuan
a. Menggunakan Metode Garis Selidik
1. Menentukan persamaan garis selidik.
2. Menggambar daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan dan
garis selidik f0.
3. Menentukan persamaan garis selidik yang sejajar dengan f0.
4. Menentukan nilai optimum fungsi tujuan f(x, y) = ax + by.
b. Menggunakan Metode Uji Titik Pojok
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
37. BAB
A. Pengertian dan Notasi Matriks
B. Operasi Matriks
BAGIAN BAB
C. Determinan dan Invers Matriks
D. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Matriks
Matriks
III
Kembali ke daftar isi
38. 1. Pengertian Matriks
2. Notasi dan Ordo Matriks
A. Pengertian dan Notasi Matriks
3. Macam-Macam Matriks
4. Transpos Suatu Matriks
5. Kesamaan Dua Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
39. 1. Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan bilangan yang diatur menurut aturan baris dan
kolom dalam suatu jajaran berbentuk persegi atau persegi panjang.
Susunan bilangan-bilangan itu biasanya diletakkan dalam kurung biasa
( ) atau kurung siku [ ]. Bilangan-bilangan tersebut biasanya dinamakan
anggota atau elemen matriks.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
41. 2. Notasi dan Ordo Matriks
Matriks dinyatakan dengan huruf besar dan elemen-elemennya
dinyatakan dengan huruf kecil. Jika suatu matriks A terdiri atas m baris
dan n kolom maka m × n menyatakan ukuran atau ordo dari matriks A.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
43. 3. Macam-Macam Matriks
a. Matriks Berdasarkan Banyak Baris dan Banyak Kolom
1. Matriks baris adalah matriks yang hanya terdiri atas 1 baris.
2. Matriks kolom adalah matriks yang hanya terdiri atas 1 kolom.
3. Matriks persegi panjang adalah matriks yang banyak barisnya
tidak sama dengan banyak kolomnya.
4. Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai banyak baris
dan kolom sama.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
44. b. Matriks Berdasarkan Pola Elemen-Elemen
1. Matriks nol (O) adalah matriks yang semua elemennya bernilai
0 (nol).
2. Matriks diagonal (D) adalah suatu matriks persegi dengan
elemen pada diagonal utama tidak semuanya bernilai nol tetapi
semua elemen yang lain bernilai nol.
3. Matriks identitas (I) adalah suatu matriks persegi dengan
elemen-elemen pada diagonal utama ama dengan 1 (satu) dan
elemen-elemen yang lain sama dengan nol.
4. Matriks segitiga adalah matriks persegi berordo n × n dengan
elemen-elemen matriks di bawah atau di atas diagonal utama
semuanya nol.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
46. 4. Transpos Suatu Matriks
Transpos matriks adalah perubahan posisi elemen matriks. Transpos
matriks A adalah suatu matriks baru yang terbentuk dengan menuliskan
elemen-elemen pada baris matriks A menjadi elemen-elemen pada
kolomnya. Transpos matriks A dinyatakan dengan A′ atau AT.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
48. 5. Kesamaan Dua Matriks
Matriks A = (aij) dikatakan sama dengan matriks B = (bij) jika dan
hanya jika:
a. ordo matriks A sama dengan ordo matriks B
b. setiap elemen yang seletak pada matriks A dan matriks B
mempunyai nilai yang sama, aij = bij (untuk semua nilai i dan j).
Matriks A sama dengan matriks B dilambangkan dengan A = B.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
50. 1. Penjumlahan Matriks
2. Pengurangan Matriks
B. Operasi Matriks
3. Perkalian Skalar dengan Matriks
4. Perkalian Matriks
5. Pemangkatan Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
51. 1. Penjumlahan Matriks
Dua atau lebih matriks dapat dijumlahkan jika ordo matriks-matriks
tersebut sama. Penjumlahan atriks dilakukan dengan menjumlahkan
elemen-elemen yang seletak.
a b e f
A dan B
c d g h
a b e f a e b f
A B
c d g h c g d h
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
53. 2. Pengurangan Matriks
Dua atau lebih matriks dapat dikurangkan jika ordo matriks-matriks
tersebut sama. Pengurangan atriks dilakukan dengan mengurangkan
elemen-elemen yang seletak.
a b e f
A dan B
c d g h
a b e f a e b f
A B
c d g h c g d h
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
55. 3. Perkalian Skalar dengan Matriks
Jika A adalah sebuah matriks dan k adalah suatu bilangan real, hasil
perkalian skalar dan matriks (kA) berupa matriks baru yang diperoleh
dengan mengalikan setiap elemen matriks A dengan k.
a b
A
c d
a b ka kb
kA k
c d kc kd
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
57. 4. Perkalian Matriks
a b e f
A dan B
c d g h
a b e f ae bg af bh
AB
c d g h ce dg cf dh
e f a b ae cf be df
BA
g h c d ag h bg dh
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
59. 5. Pemangkatan Matriks
Pemangkatan matriks hanya berlaku pada matriks persegi. Misalkan
matriks A adalah matriks persegi n × n maka:
A2 = AA
A3 = AA2
A4 = AA3
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
61. 1. Determinan Matriks 2 x 2
2. Determinan Matriks 3 x 3
C. Determinan dan Invers Matriks
3. Invers Matriks 2 x 2
4. Invers Matriks 3 x 3
5. Persamaan Bentuk Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
62. 1. Determinan Matriks 2 x 2
a b
A
c d
a b
det(A) ad bc
c d
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
72. 1. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
2. Sistem Persamaan Linear dengan Tiga Variabel
D. Menyelesaikan Masalah Menggunakan Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
73. 1. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
a. Menggunakan Cara Invers Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
74. b. Menggunakan Determinan (Aturan Cramer)
11 12 1 12 11 1
x y
21 22 2 22 21 2
y
x
a a b a a b
D D D
a a b a a b
D
D
x y
D D
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
76. 2. Sistem Persamaan Linear dengan Tiga Variabel
a. Menggunakan Cara Invers Matriks
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
77. b. Menggunakan Determinan (Aturan Cramer)
11 12 13
21 22 23
31 32 33
1 12 13 11 1 13 11 12 1
x 2 22 23 y 21 2 23 z 21 22 2
3 32 33 31 3 33 31 32 3
y
x z
a a a
D a a a
a a a
b a a a b a a a b
D b a a D a b a D a a b
b a a a b a a a b
D
D D
x y z
D D D
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
79. BAB
A. Translasi (Pergeseran)
B. Refleksi (Pencerminan)
BAGIAN BAB
C. Rotasi (Perputaran)
D. Dilatasi (Perkalian)
E. Transformasi Matriks
Transformasi Geometri
IV
Kembali ke daftar isi
80. 1. Bentuk Translasi
2. Komposisi Translasi
A. Translasi (Pergeseran)
3. Translasi Kurva
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
81. 1. Bentuk Translasi
Translasi (pergeseran) merupakan transformasi yang memindahkan
titik dengan jarak dan arah tertentu. Pada translasi digunakan
pendekatan koordinat.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
85. 3. Translasi Kurva
Langkah-langkah menentukan persamaan kurva oleh translasi.
a. Persamaan kurva yang akan ditranslasikan memuat variabel x dan
y. Misalkan titik (x, y), terletak pada kurva.
b. Tentukan hasil translasi titik (x, y), misalkan titik (x′, y′). Anda akan
memperoleh hubungan x, x′, y, dan y′. Nyatakan x dan y sebagai
persamaan dalam x′ dan y′.
c. Substitusikan persamaan x dan persamaan y yang diperoleh pada
langkah (b) ke dalam persamaan kurva. Kurva inilah yang disebut
hasil translasi kurva.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
87. 1. Bentuk Refleksi
2. Komposisi Refleksi
B. Refleksi (Pencerminan)
3. Refleksi Kurva
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
88. 1. Bentuk Refleksi
Refleksi (pencerminan) merupakan transformasi yang memindahkan
titik menurut sifat-sifat cermin.
Refleksi Titik
Semula
Hasil
Refleksi
Sumbu X (x, y) (x, –y)
Sumbu Y (x, y) (–x, y)
Garis y = x (x, y) (y, x)
Garis y = –
x
(x, y) (–x, –y)
Garis x = a (x, y) (2a – x, y)
Garis y = b (x, y) (x, 2b – y)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
90. 2. Komposisi Refleksi
Komposisi refleksi merupakan gabungan dua atau lebih proses refleksi
yang dilakukan secara berurutan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
92. 3. Refleksi Kurva
Langkah-langkah menentukan persamaan kurva oleh refleksi.
a. Persamaan kurva yang akan direfleksikan memuat variabel x dan y.
Misalkan titik (x, y) terletak pada kurva.
b. Tentukan hasil refleksi titik (x, y) misalkan titik x′, y′). Anda akan
memperoleh hubungan x, x′, y, dan y′. Nyatakan x dan y sebagai
persamaan dalam x′ dan y′.
c. Substitusikan persamaan x dan persamaan y yang diperoleh pada
langkah (b) ke dalam persamaan kurva. Kurva inilah yang disebut
hasil refleksi kurva.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
94. 1. Bentuk Rotasi
2. Komposisi Rotasi
C. Rotasi (Perputaran)
3. Rotasi Kurva
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
95. 1. Bentuk Rotasi
Rotasi (perputaran) merupakan putaran benda pada poros yang tetap.
Rotasi termasuk transformasi geometri. Rotasi dapat diartikan sebagai
transformasi yang memindahkan titik-titik dengan cara memutar titik-
titik tersebut sejauh α terhadap titik pusat tertentu.
a. Rotasi terhadap Titik Pusat (0, 0)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
96. b. Rotasi terhadap Titik Pusat (m, n)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
98. 2. Komposisi Rotasi
Komposisi rotasi yang berpusat sama akan ekuivalen dengan rotasi
dengan pusat sama sebesar penjumlahan kedua sudut rotasinya.
a. Komposisi Rotasi terhadap Titik Pusat (0, 0)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
99. b. Komposisi Rotasi terhadap Titik Pusat (m, n)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
101. 3. Rotasi Kurva
Langkah-langkah menentukan persamaan kurva oleh rotasi.
a. Persamaan kurva yang akan dirotasikan memuat variabel x dan y.
Misalkan titik (x, y) terletak pada kurva.
b. Tentukan hasil rotasi titik (x, y) misalkan titik (x′, y′). Anda akan
memperoleh hubungan x, x′, y, dan y′. Nyatakan x dan y sebagai
persamaan dalam x′ dan y′.
c. Substitusikan persamaan x dan persamaan y yang diperoleh pada
langkah (b) ke dalam persamaan kurva. Kurva inilah yang disebut
hasil rotasi kurva.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
103. 1. Bentuk Dilatasi
2. Komposisi Dilatasi
D. Dilatasi (Perkalian)
3. Dilatasi Kurva
4. Faktor Skala k
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
104. 1. Bentuk Dilatasi
Dilatasi (perkalian) merupakan perubahan ukuran suatu benda. Dilatasi
dapat diartikan sebagai transformasi yang mengubah ukuran
(memperbesar atau memperkecil) suatu bangun geometri, tetapi tidak
mengubah bentuk bangun geometri tersebut.
a. Dilatasi terhadap Titik Pusat (0, 0)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
105. b. Dilatasi terhadap Titik Pusat (m, n)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
107. 2. Komposisi Dilatasi
Komposisi dilatasi yang berpusat sama akan ekuivalen dengan dilatasi
dengan pusat sama sebesar perkalian kedua faktor skalanya.
a. Komposisi Dilatasi terhadap Titik Pusat (0, 0)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
108. b. Komposisi Dilatasi terhadap Titik Pusat (m, n)
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
110. 3. Dilatasi Kurva
Langkah-langkah menentukan persamaan kurva oleh dilatasi.
a. Persamaan kurva yang akan dirotasikan memuat variabel x dan y.
Misalkan bahwa titik (x, y) terletak pada kurva.
b. Tentukan hasil dilatasi titik (x, y) misalkan titik (x′, y′). Anda akan
memperoleh hubungan x, x′, y, dan y′. Nyatakan x dan y sebagai
persamaan dalam x′ dan y′.
c. Substitusikan persamaan x dan persamaan y yang diperoleh pada
langkah (b) ke dalam persamaan kurva. Kurva inilah yang disebut
hasil dilatasi kurva.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
112. 4. Faktor Skala k
Sifat dilatasi dapat dilihat dari nilai faktor skala k.
a. Untuk nilai k > 1 maka bangun akan diperbesar dan terletak searah
terhadap pusat dilatasi dengan bangun semula.
b. Untuk 0 < k < 1 maka bangun akan diperkecil dan terletak searah
terhadap pusat dilatasi dengan bangun semula.
c. Untuk –1 < k < 0 maka bangun akan diperkecil dan terletak
berlawanan arah terhadap pusat dilatasi dengan bangun semula.
d. Untuk k < –1 maka bangun akan diperbesar dan terletak
berlawanan arah terhadap pusat dilatasi dengan bangun semula.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
117. 2. Komposisi Transformasi Matriks
a. Komposisi transformasi (T2 o T1) artinya transformasi terhadap
matriks T1 dilanjutkan transformasi terhadap matriks T2. Bentuk
(T2 o T1) bersesuaian dengan perkalian matriks:
Komposisi transformasi merupakan gabungan dua atau lebih
transformasi yang dilakukan pada suatu titik atau kurva.
1 2
2 1
a b e f
T dan T
c d g h
e f a b
T oT
g h c d
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
118. b. Komposisi transformasi (T1 o T2) artinya transformasi terhadap
matriks T2 dilanjutkan transformasi terhadap matriks T1. Bentuk
(T1 o T2) bersesuaian dengan perkalian matriks:
1 2
1 2
a b e f
T dan T
c d g h
a b e f
T oT
c d g h
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
120. BAB
A. Barisan dan Deret Aritmetika
B. Barisan dan Deret Geometri
BAGIAN BAB
C. Aplikasi Barisan dan Deret Bilangan
Barisan dan Deret
V
Kembali ke daftar isi
121. 1. Barisan Aritmetika
2. Deret Aritmetika
A. Barisan dan Deret Aritmetika
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
122. 1. Barisan Aritmetika
Barisan aritmetika disebut juga barisan hitung. Pada barisan aritmetika
ditandai dengan setiap dua suku yang berurutan memiliki beda yang
sama.
Beda:
b = U2 – U1 = U3 – U2 = U4 – U3 = . . . = Un – Un – 1
Rumus suku ke-n:
Un = a + (n – 1)b
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
124. 2. Deret Aritmetika
Jika suku-suku suatu barisan aritmetika dijumlahkan maka akan
diperoleh deret aritmetika.
Rumus jumlah n suku pertama:
Suku ke-n:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
126. 1. Barisan Geometri
2. Deret Geometri
B. Barisan dan Deret Geometri
3. Deret Geometri Tak Hingga
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
127. 1. Barisan Geometri
Barisan geometri disebut juga barisan ukur. Pada barisan geometri
ditandai dengan setiap dua suku yang berurutan memiliki rasio yang
sama.
Rumus suku ke-n:
Un = arn – 1
Rasio:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
129. 2. Deret Geometri
Jika suku-suku suatu barisan geometri dijumlahkan maka akan
diperoleh deret geometri.
Suku ke-n:
Rumus jumlah n suku pertama:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
131. 3. Deret Geometri Tak Hingga
Barisan geometri yang mempunyai banyak suku tak hingga disebut
barisan geometri tak hingga.
Rumus jumlah deret geometri tak hingga:
a
S
1 r
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
133. 1. Pertumbuhan
2. Peluruhan
C. Aplikasi Barisan dan Deret Bilangan
3. Bunga Majemuk
4. Anuitas
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
134. 1. Pertumbuhan
Kaidah barisan dan deret dapat digunakan untuk memudahkan
penyelesaian perhitungan pertumbuhan. Pada bahasan ini,
pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan eksponensial, yaitu
pertumbuhan menurut deret ukur (geometri). Pertumbuhan selalu
bertambah dengan suatu persentase yang tetap dalam jangka waktu
tertentu.
Secara umum, pertumbuhan setelah t tahun:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
136. 2. Peluruhan
Kaidah barisan dan deret juga dapat digunakan untuk memudahkan
penyelesaian perhitungan peluruhan. Peluruhan yang dimaksud adalah
peluruhan eksponensial, yaitu peluruhan menurut deret ukur
(geometri). Peluruhan selalu berkurang dengan suatu persentase yang
tetap dalam jangka waktu tertentu.
Secara umum, peluruhan setelah t tahun:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
138. 3. Bunga Majemuk
Bunga majemuk adalah bunga yang dihitung atas jumlah pinjaman
pokok ditambah bunga yang diperoleh sebelumnya. Uang yang
dibungakan dengan bunga majemuk akan bertambah sebagaimana
pertumbuhan.
Nilai uang setelah t periode dirumuskan:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
140. 4. Anuitas
Anuitas adalah suatu pembayaran atau penerimaan uang setiap jangka
waktu tertentu dalam jumlah sama atau tetap. Jangka waktu tertentu
tersebut dinamakan periode. Pembayaran secara anuitas dilakukan
setiap akhir periode.
Nilai anuitas A dari suatu pinjaman M dengan suku bunga i%
dirumuskan dengan:
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab