5. Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3)
zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.
(PerMen LHK NO.56/2015)
8. KOMPETENSI
Pelatihan umum: layout laboratorium, kode praktek, pedoman
kerja setempat, manual safety, penilaian risiko, peraturan terkait
tugas, prosedur respon darurat
Pelatihan spesifik pekerjaan
Bagi petugas baru, ada pendampingan dan penilaian sebelum
bekerja sendiri
Evaluasi dan pelatihan refresher berkala
Pelatihan keamanan dan keselamatan kerja, termasuk
kesiapsiagaan terhadap kondisi darurat
Sosialisasi informasi maupun prosedur terbaru
(WHO,2020)
9. PERLINDUNGAN
• Dijamin oleh setiap institusi penghasil limbah B3
• Pemberian tugas berdasarkan analisis risiko
• Tiap personel berhak mendapatkan perlindungan meliputi:
- APD
- imunisasi
- personel hygiene
- SOP terstandar
- Medical check up berkala dan medical record
- pemberian makanan tambahan
- tenaga kesehatan stand by
Pasal 33 Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.56 tahun 2015
11. IDENTIFIKASI DAN
PEMILAHAN JENIS LIMBAH B3
•Karakteristik dan tingkat bahaya berbeda prosedur
penanganan dan pengelolaan
•Kelompok, kode warna, symbol, wadah/kemasan dan
pengelolaan limbah medis telah diatur dalam
Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. 56 tahun 2015
13. PEMBUANGAN LIMBAH B3
•Analisis Risiko
SOP pembuangan limbah B3 di tiap institusi unik sesuai
analisis risiko di institusi tersebut.
•Prinsip keamanan dan keselamatan kerja terkait
agen infeksius terkait
•Peraturan dan update pedoman interim
internasional, nasional, dan regional
14. PEMBUANGAN LIMBAH B3
Limbah infeksius padat/kering
a. Sebelum diautoklaf, limbah dimasukan ke dalam kantong plastik berlabel
BIOHAZARD ditempelkan autoclave tape, lalu limbah dapat diautoklaf.
b. Jika fasilitas tidak mempunyai autoklaf, limbah infeksius padat/kering dapat
direndam dalam disinfektan (larutan klorin 1:10) selama 30 menit. Setelah
kering, limbah dimasukkan dalam kantong plastik berlabel BIOHAZARD.
c. Limbah Benda Tajam
Tetap diperlakukan sebagai limbah infeksius padat/kering meskipun tidak
terpapar dengan agen/potensi biorisiko dan diletakkan dalam kontainer khusus
benda tajam atau kontainer keras (tidak mudah robek), lalu dimasukkan dalam
kantong plastik berlabel BIOHAZARD.
CONTOH SOP
15. PEMBUANGAN LIMBAH B3
Limbah Infeksius Cair
a. Limbah cair dicampur dengan disinfektan (larutan klorin 1:10)
selama 30 menit dalam kontainer yang leakproof dan ditutup
rapat.
CONTOH SOP
16. PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sekurang-kurang terdiri atas proses:
• sedimentasi awal,
• proses biologis (aerob dan/atau anaerob),
• sedimentasi akhir, penanganan lumpur, dan
• disinfeksi dengan klorinasi (dosis disesuaikan agar mencapai sisa klor 0,1-0,2 mg/I).
Setelah proses klorinasi, pastikan air kontak dengan udara untuk menghilangkan
kandungan klor di dalam air sebelum dibuang ke badan air penerima
17. PEMBUANGAN LIMBAH B3
3. Limbah Kimiawi Non-radioaktif
a.Limbah yang dapat dinetralkan
Jika limbah terkait dapat dinetralkan, maka limbah dinetralkan terlebih
dahulu secara perlahan dan hati-hati.
Setelah dinetralkan, bisa ditempatkan pada wadah jerigen atau drum kecil,
atau jika fasilitas tersedia, dibuang ke instalasi pembuangan air limbah
(IPAL).
b. Limbah yang tidak dapat dinetralkan
Jika limbah tidak dapat dinetralkan, maka limbah dimasukkan ke dalam
wadah yang anti-korosif dan sebaiknya tidak terbuat dari kaca atau logam.
CONTOH SOP
18. PEMBUANGAN LIMBAH B3
Images: Duke Human Vaccine Institute Safety Program
Images: WHO Global Health Care Waste Project
Images: EHS Princeton University
20. PRINSIP STERILISASI LIMBAH B3
• Semua limbah infeksius yang keluar dari laboratorium pemeriksaan spesimen
harus sudah dalam kondisi steril, tidak berbahaya bagi lingkungan maupun
masyarakat sekitar.
• Pemilihan metode sterilisasi berdasarkan analisis risiko, termasuk jenis limbah
yang akan disterilisasi.
• pengolahan limbah berbahaya dan beracun dapat dilakukan secara termal dengan
menggunakan autoklaf tipe alir gravitasi dan/atau tipe vakum, gelombang mikro,
iradiasi frekwensi radio dan/atau insinerator (Peraturan Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan tahun 2015)
• Fokus yang dibahas dalam modul ini adalah autoklaf.
21. AUTOKLAF
-Kontak langsung antara limbah dengan uap pada
suhu dan tekanan tertentu selama waktu tertentu.
-Temperatur : 121 oC dan 132 oC
-Waktu kontak: 30 menit untuk suhu 121 oC
atau 4 menit untuk 132 oC
-Tekanan : 15 psi (untuk autoklaf alir gravitasi)
22. Analisis risiko terhadap limbah yang akan diautoklaf materi limbah dan materi
plastik penampungan limbah
APD sesuai analisis risiko
Pengkhususan autoklaf : sterilisasi alat dan sterilisasi limbah
Cek kondisi sebelum menyalakan.
Limbah benda tajam yang akan disteril harus diletakkan di dalam kontainer
leakproof dan tidak mudah robek.
Selalu menyisakan ruang untuk sirkulasi uap.
PENGGUNAAN AUTOKLAF
23. Setelah menekan tombol start, pastikan tidak ada error pada mesin sebelum
meninggalkan mesin autoklaf.
Tekanan di dalam autoklaf masih tinggi saat temperatur masih tinggi.
Pastikan autoclave tape berubah warna.
Setelah dikeluarkan, plastik wadah limbah diikat kuat dan tertutup rapat
Pemeriksaan kondisi dan fungsi autoklaf secara berkala
Pembersihan seluruh komponen autoklaf secara berkala
PENGGUNAAN AUTOKLAF
25. PENYIMPANAN SEMENTARA, PENGANGKUTAN,
DAN PEMUSNAHAN LIMBAH B3
1. Mengikuti peraturan nasional dan pemerintah setempat.
2. Jika tidak memiliki fasilitas pemusnahan limbah sendiri, maka
diperlukan pihak ketiga yang memiliki ijin dan terregistrasi dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
3. Pihak penghasil limbah, pengangkut limbah serta pemusnahan limbah
sama-sama bertanggungjawab terhadap proses pengangkutan
hingga pemusnahan limbah.
4. Pengguna jasa pihak ketiga perlu melakukan evaluasi kinerja pihak
ketiga
5. Proses penyimpanan sementara, pengangkutan, dan pemusnahan
harus tercatat dalam dokumen manivest.
6. Penumpukan limbah B3 tidak disarankan untuk dilakukan dalam
waktu yang lama.
(Susilarini, 2020)
27. Off Site Waste Transport
(Susilarini, 2020)
Bila menggunakan pihak ke-3,pastikan:
1. Pengangkut teregistrasi di KLHK
2. Pengangkut memiliki perizinan
pengangkutan limbah berupa dokumen
manifest
3. Evaluasi pengangkut limbah: apakah
benar limbah yang diangkut pihak
ketiga benar-benar telah dimusnahkan
Limbah yang dibuang adalah tanggung jawab pembuang dan
pihak ketiga (pengangkut dan proses akhir limbah)
29. INSINERATOR
• adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah
padat, yang mengkonversi materi padat (sampah)
menjadi materi gas dan abu
• Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat
dengan cara pembakaran pada temperatur lebih dari
8000C untuk mereduksi sampah mudah terbakar
(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi,
membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik
(A. Sutowo Latief, 2012)
30. CONTOH DOKUMENTASI
1. Jadwal Pengumpulan dan Pembuangan
Limbah
2. SOP penanganan limbah
3. Manifes limbah bahan berbahaya dan
beracun
4. Data pegawai penanganan limbah (medical
record, riwayat pelatihan)
5. Laporan Maintenance autoklaf
6. Laporan insiden, kecelakaan, atau bencana
alam