2. Pengertian
Limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana
masyarakat bermukim, di sanalah berbagai
jenis limbah akan dihasilkan.
3. Pengolahan limbah
Beberapa faktor yang mempengaruhi
kualitas limbah adalah volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi
pembuangan limbah.
Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat
dibedakan menjadi:
pengolahan menurut tingkatan perlakuan
pengolahan menurut karakteristik limbah
4. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan
sampah dan pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan
dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan
sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan
sementara (TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau
fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah
pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan
upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya
pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air
hujan menggunakan saluran drainase (selokan) yang akan
menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke
badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup
besar agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah
yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan
yang cukup dan terbebas dari sampah.
Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia
secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup, karena air
bersih memang sangat berguna di masyarakat
6. Limbah B3 industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah B3
industri dapat dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
Limbah B3 cair biasanya dikenal sebagai
entitas pencemar air. Komponen pencemaran
air pada umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik dan bahan
buangan anorganik
Limbah B3 padat
Limbah B3 gas
Limbah B3 partikel yang tidak terdefinisi
7. Karakteristik limbah B3
Limbah mudah meledak
Limbah yang pada suhu dan tekanan
standar (25 °C, 760 mmHg) dapat meledak
atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya.
8. Limbah Mudah Terbakar
Limbah yang berupa cairan yang mengandung
alkohol kurang dari 24% volume dan/atau pada
titik nyala tidak lebih dari60 °c (140 OF) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api,
percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg.
Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada
temperatur dan tekanan standar (25 C, 760
mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang
terus menerus.
9. Limbah beracun
Limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang
dapat menyebabkan kematian atau sakit yang
serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat
racun untuk identifikasi limbah ini dapat
menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP
(Toxicity Characteristic Leaching Procedure)
pencemar organik dan anorganik dalam limbah.
Apabila limbah mengandung salah satu
pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran
II tersebut, maka limbah tersebut merupakan
limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar
10. Limbah yang menyebabkan infeksi.
Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi,
limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular
.Limbah ini berbahaya karena mengandung
kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang
ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah
11. Limbah bersifat korosif
Limbah yang mempunyai salah satu sifat
sebagai berikut :Menyebabkan iritasi
(terbakar) pada kulit.
Menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun
dengan temperatur pengujian 55 °C.
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2
untuk limbah bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat
basa.
12. Limbah yang bersifat reaktif
Limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut :Limbah yang pada keadaan normal
tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.
Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau Amoniak yang
pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasi1kan
gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada
suhu dan tekanan standar (25 C, 760 mmHg).
13. Kegiatan Pengelolaan limbah B3
Reduksi Limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi
jumlah dan mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan
dari suatu kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan
oleh penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
Pengumpulan Limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari
penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah
B3
Pengangkutan Limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke
pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke
penimbun limbah B3
Pemanfaatan Limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan
untuk mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan
harus juga aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia
Pengolahan Limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan
komposisi limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya
dan/atau sifat racun
14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan pada Pasal 163 tentang Kesehatan
Lingkungan : Upaya kesehatan lingkungan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,
baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pasal 69 : Setiap orang dilarang.
melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;
memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan
perundangundangan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia; memasukkan limbah
yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media lingkungan hidup
Negara Kesatuan Republik Indonesia; memasukkan
limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia; membuang limbah ke media
lingkungan hidup;
16. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan
hidup; melepaskan produk rekayasa genetik ke
media lingkungan hidup yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau izin
lingkungan; melakukan pembukaan lahan dengan
cara membakar; menyusun amdal tanpa memiliki
sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/
atau memberikan informasi palsu, menyesatkan,
menghilangkan informasi, merusak informasi, atau
memberikan keterangan yang tidak benar.
17. Pada asal 88 : Setiap orang yang tindakannya,
usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3,
menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,
dan/atau yang menimbulkan ancaman serius
terhadap lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak
atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian
unsur kesalahan. Sedangkan pada Pasal 58 : Setiap
orang yang memasukkan ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau
menimbun B3 wajib melakukan pengelolaan B3.
18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, pasal 22 tentang
Pengelolaan, Penanganan Sampah :
Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau
sifat sampah.
Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat
penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah terpadu.
Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah
sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir.
Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah.
19. Kesepakatan internasional yang terkait dengan
pengelolaan limbah sebagai berikut (WHO, 2005):
The Basel Convention, Konvensi ini membahas tentang
pergerakan limbah berbahya lintas negara. Hanya limbah
berbahaya resmi yang dapat diekspor dari negara yang tidak
memiliki fasilitas atau keahlian untuk memusnahkan limbah
tertentu secara aman ke negara lain
The “populler pays” Principle, merupakan prinsip pencemar
yang membayar, dimana semua penghasil limbah secara
hukum dan finansial bertanggung jawab untuk menggunakan
metode yang aman dan ramah lingkungan di dalam
pembuangan limbah yang mereka hasilkan.
The “precautionary” principle, merupakan sebuah prinsip
pencegahan, dimana prinsip kunci yang mengatur masalah
perlindungan kesehatan dan keselamatan.
The “duty of care” principle, merupakan prinsip yang
20. Sanitasi &Higiene di tempat
Pengolahan limbah
Kebersihan Air Pencuci
Udara Bersih
Kebersihan Personalia/pekerja
Kebersihan Peralatan
Kebersihan Lantai dan Dinding
21. Lokasi Pabrik
Bangunan dan tata letak
Peralatan
Instalasi Air
Sisiem Pembuangan