Shock syndrome is a dangerous complication of dengue infection and is associated with high mortality. Severe dengue occurs as a result of secondary infection with a different virus serotype. Increased vascular permeability, together with myocardial dysfunction and dehydration, contribute to the development of shock, with resultant multiorgan failure. The onset of shock in dengue can be dramatic, and its progression relentless. The pathogenesis of shock in dengue is complex. It is known that endothelial dysfunction induced by cytokines and chemical mediators occurs. Diagnosis is largely clinical and is supported by serology and identification of viral material in blood. No specific methods are available to predict outcome and progression. Careful fluid management and supportive therapy is the mainstay of management. Corticosteroids and intravenous immunoglobulins are of no proven benefit. No specific therapy has been shown to be effective in improving survival.
Shock syndrome is a dangerous complication of dengue infection and is associated with high mortality. Severe dengue occurs as a result of secondary infection with a different virus serotype. Increased vascular permeability, together with myocardial dysfunction and dehydration, contribute to the development of shock, with resultant multiorgan failure. The onset of shock in dengue can be dramatic, and its progression relentless. The pathogenesis of shock in dengue is complex. It is known that endothelial dysfunction induced by cytokines and chemical mediators occurs. Diagnosis is largely clinical and is supported by serology and identification of viral material in blood. No specific methods are available to predict outcome and progression. Careful fluid management and supportive therapy is the mainstay of management. Corticosteroids and intravenous immunoglobulins are of no proven benefit. No specific therapy has been shown to be effective in improving survival.
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
Modul ini kami buat dengan teknis ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) . Modul ini sudah diterapkan oleh sekolah kami pada pelaksanaan P5 di kelas 5 semester 1 Tahun Ajaran 2023/2024.
Analsis kritis jurnal ini diperoleh dari hasil membaca dan membandingkan jurnal yang berjudul Filsafat Pendidikan Dalam Pengembangan Sains
Berbasis Kearifan Lokal dan Manajemen kurikulum bahasa arab di madrasah: kajian problematika
4. Pengertian
Kejang demam atau febrile seizure merupakan kejang
yang terjadi pada anak dengan rentang umur 6 sampai
dengan 60 bulan disertai suhu tubuh 38°C atau lebih yang
tidak disebabkan oleh infeksi pada sistem saraf pusat
ataupun gangguan metabolik serta riwayat kejang yang
tidak disertai demam
5. ETIOLOGI
Kejang demam terjadi dengan ditandai pada peningkatan
suhu tubuh lebih dari 38°C, mata kebalik ke atas dan diiringi
gerakan lengan dan tungkai menghentak, kehilangan
kesadaran diikuti dengan hentakan berulang , sering
disebabkan karena infeksi ispa, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih.
6. PATOFISIOLOGI
● Pada demam, kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%)
oleh karena itu, apabila suhu tubuh naik dapat mengubah
keseimbangan membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. dengan
bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
ini dapat menimbulkan kejang(Irdawati, 2019).
7. manifestasi klinis
• Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :
1. kejang demam sederhana
• kejang demam sederhana terjadi sekitar 80-85% dari kejang demam. Hilangnya
kesadaran pada saat kejang merupakan gambaran konstan. Kejang biasanya
berlangsung selama beberapa detik sampai 15 menit (biasanya kurang dari 5
menit) dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2. kejang demam kompleks
• kejang demam kompleks biasanya berlangsung lebih dari 15 menit dan bersifat
fokal (Gerakan terbatas pada satu sisi tubuh atau satu tungkai). Umumnya anak
dengan kejang demam kompleks memiliki usia yang lebih muda dan lebih
mungkin untuk memiliki keterlambatan pertumbuhan daripada anak dengan
kejang demam sederhana.
8. PENATALAKSANAAN
• Farmakologi : Berikan obat anti kejang (diazepam atau
phenobarbital) segera bila anak mengalami demam
• Non farmakologi : jangan membungkusb anak dengan
jaket dan selimut yang tebal,kompres menggunakan air
hangat,berikan minum air putih yang banyak
9. KONSEP ASUHAN
1. Data umum
2. Pengkajian primer meliputi :
• Respon
• Air way
• Breathing
• Circulation
• Disability
• Exposure
• Folley catheter
• Gastric tube
• Hearth monitor
3.Secondary survey
• Anamnesa kompak
• Head to toe
• vital sign
• finger in every orifice
• pemeriksaan tambahan
• persiapan rujuk
10. Analisis Data
NO HARI/TGL DATA FOKUS DIAGNOSA
KEPERAW
ATAN
1. Selasa. 14 November
2023
DS : Keluarga Pasien mengatakan anak mereka
mengalami demam
DO : Tanda-tanda vital suhu
39,9°C.
Nadi 139 x/menit
Hipertermia
2. Selasa. 14 November
2023
DS : Keluarga Pasien mengatakan anak mereka mengalami
kejang 3x di perjalanan menuju RSUD Snan Kalijaga
Demak sekitar jam 15:30 dan 1x kejang di IGD selama 5-
10 menit, selama kejang badan pasien tidak sadar badan
kaku, sat kejang
DO : Keluarga pasien merasa cemas dan menangis
dengan kondisi pasien Nadi :139x/menitRR:
30x/Menit, Suhu : 39,9°C, SpO2 :99 %
Defisit
pengetahuan
11. Diagnosa Keperawatan
No HARI/TGL DX. KEPERAWATAN (DP) TTD
1. Selasa. 14
November
2023
Hipertermia (D.0130) b.d proses
penyakit (mis,infeksi,kanker) d.d
kejang
2. Selasa. 14
November
2023
Devisit Pengetahuan (D.0111) b.d
kurang terpapar informasi d.d
menunjukan perilaku yang tidak
sesuai anjuran
12. Perencanaan Keperawatan
NO. DP HARI/TGL TUJUAN/KRITERIA
HASIL
INTERVENSI (SIKI) TTD
(D.0130) Selasa. 14
November
2023
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1 x 3 jam maka
Tingkat
Trmoregulasigulasi
dapat menurun dengan
keriteria hasil
Termoregulasi L.
14134)
Kejang menurun
Suhu tubuh menurun
(36-37,2)
Vrekuensi Nadi
menurun
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, paparan lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
Pantau suhu tubuh
Pantau kadar elektrolit
Pantau halluaran urin
Pantau komplikasi akibat hipertermia
Terapi
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, perut, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
13. Perencanaan Keperawatan
NO.
DP
HARI/TGL TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI) TTD
Pendidikan
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi memberikan cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
(D.0
111)
Selasa 14
November 2023
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama1 x 3 jam
maka Tingkat Pengetahuan
meningkat (L.12111) dengan
keriteria hasil
Perilaku sesuai anjuran
Verbalisasi minat dalam belajar
Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik
Edukasi Kesehatan (I.12383)
Observasi:
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Identifikasi faktor faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat