Dokumen tersebut berisi laporan temuan dan tindakan perbaikan (CAPA) dari hasil inspeksi diri terhadap pelaksanaan distribusi obat di suatu perusahaan farmasi. Beberapa temuan utama meliputi ketidaksesuaian dokumen faktur, penyimpanan obat yang tidak sesuai suhu, suhu ruang pendingin tidak standar, ketidakcocokan antara stok fisik dan sistem, serta luas gudang yang tidak memadai. CAPA disusun untuk mengat
3. Kasus F
F
Dari total 100 faktur yang disampling, ditemukan 10 faktur yang tidak dilengkapi dengan surat
pesanan.
Ditemukan penyimpanan obat yang tidak sesuai dengan suhu penyimpanannya.
Suhu cool room tidak sesuai.
Terdapat 3 obat yang tidak sesuai jumlah fisik dengan sistem komputer.
Luas gudang ambient room tidak memadai.
Dari 10 termohygrometer, ditemukan 2 thermohygrometer yang telah habis masa kalibrasinya.
Dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan
tindak lanjut langkah-langkah perbaikan yang dilakukan, makan perlu dilaksanakannya inspeksi diri.
Setelah dilakukan inspeksi diri, maka terdapat temuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Buatlah CAPA.
4. Inspeksi Diri
Inspeksi diri adalah audit mutu yang dilakukan dalam suatu perusahaan untuk menentukan efektivitas dari sitem
mutu yang mereka gunakan.
Tujuan dilakukan inspeksi diri adalah untuk memantau efektivitas penerapan sistem mutu dan merupakan alat
manajemen untuk melakukan perbaikan.
Prosedur Pelaksanaan Inspeksi Diri
Inspeksi diri di PBF harus dilaksanakan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan mencakup semua aspek
CDOB.
Dokumentasi pelaksanaan inspeksi diri serta penyimpanan pelaksanaan CDOB harus dilakukan.
Apabila terdapat penyimpangan/kekurangan terhadap pelaksanaan CDOB, maka PBF diharuskan membuat
CAPA (Corrective Action Preventive Action) dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan yang terjadi.
Dengan pembuatan CAPA maka diharapkan ketidaksesuaian yang terjadi dapat segera dikenali, diperbaiki dan
dicegah agar tidak berulang kembali.
1.
2.
3.
5. CAPA
(Corrective Action and
Preventive Action)
Merupakan tindakan untuk
menghilangkan sumber penyebab
ketidaksesuaian/penyimpangan yang
terjadi.
Corrective Action (Tindakan Korektif)
Merupakan tindakan untuk mencegah
terjadinya ketidaksesuaian yang belum
terjadi. Secara umum, proses tindakan
pencegahan dapat dianggap sebagai
proses analisis risiko.
Preventive Action (Tindakan Korektif)
6. Dokumen CAPA
(Corrective Action and Preventive Action)
Dokumen CAPA adalah hal yang wajib diajukan saat melakukan izin PBF dan mendapatkan sertifikat
CDOB dari BPOM. Corrective Action and Preventive Action bertujuan untuk mengurangi penyebab
masalah yang muncul dan mencegah terulangnya kembali. Dokumen CAPA diajukan jika hasil
pemeriksaan sarana terdapat ketidaksesuaikan dari petugas BPOM sehingga PBF harus menyusun dan
mengirimkan kembali CAPA ke BPOM. Setelah evaluasi dinyatakan selesai oleh BPOM, maka akan
diterbitkan Sertifikat CDOB.
7. Temuan dan Observasi
Penyebab
Aspek CDOB
GAP Analysis
Tingkat Kritis
Proses Tindakan CAPA mencakup
beberapa hal, yaitu :
Tindakan Perbaikan
Tindakan Pencegahan
Batas Waktu Penyelesaian
Penanggung Jawab
Bukti Perbaikan
Dengan memenuhi aspek diatas, PBF dapat menemukan sumber masalah yang terjadi
saat proses distribusi berlangsung sehingga tindakan pencegahan dapat langsung
dilakukan dengan mematuhi persyaratan CAPA dan peraturan yang berlaku.
8. No. Temuan
Kriteri
a
Persyaratan Root Cause Analysis Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
1. Dari total 100
faktur yang
disampling,
ditemukan 10
faktur yang
tidak
dilengkapi
dengan surat
pesanan.
Minor PERMENKES
No.1148/MENKES/P
ER/IV/20 11 tentang
PBF pasal 16 ayat(1)
yaitu setiap PBF atau
PBF cabang wajib
melaksanakan
dokumentasi
pengadaan,
penyimpanan, dan
penyaluran di
tempat usahanya
dengan mengikuti
pedoman CDOB.
Terdapat kelalaian
atau tidak dilakukan
pengecekan ulang oleh
APJ bersama bagian
administrasi terkait
pengarsipan dokumen
mengenai kesesuaian
Faktur dan Surat
Pesanan.
Dilakukan
penelusuran faktur
yang tidak memiliki
surat pesanan dan
meminta kembali SP
pada apoteker
penanggung
jawabnya.
Dibuat SOP
pemilihan
pemasok.
Dibuat SOP
pengadaan APJ
harus lebih aktif
lagi dalam
mengontrol
proses distribusi.
APJ harus lebih
tegas perihal SP.
Semua personel
harus
menerapkan
sistem CDOB
disetiap kegiatan
distribusi.
1.
2.
3.
4.
Apoteker
Penanggung
Jawab
30 Hari Closed
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
9. No. Temuan Kriteria Persyaratan
Root Cause
Analysis
Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
2. Penyimpanan
obat yang tidak
sesuai dengan
suhu
penyimpanannya
.
Major PERMENKES
No.1148/MENKES/PER
/IV/2011 tentang PBF.
Badan POM RI. 2015.
Petunjuk Pelaksanaan
Cara Distribudi Obat
yang Baik. Jakarta:
BPOM RI.
BPOM. 2019. Peraturan
Kepala Badan Pengawas
Obat dan makanan
Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2019
Tentang Pedoman
Teknis Cara Distribusi
Obat yang Baik. Jakarta:
BPOM.
Setelah obat
disimpan,
tidak ada
melakukan
pemeriksaan
pada obat
Untuk menjaga
kualitasnya, suatu
produk harus terus
disimpan dalam
kisaran suhu yang
telah ditentukan
dari produksi hingga
penggunaan. Suhu
penyimpanan
produk harus
dipertahankan sesuai
dengan aturan pada
setiap kemasan.
Dilakukan
monitoring suhu
pada tempat
penyimpanan
produk dengan cara
menempelkan alat
pencatat suhu pada
titik kritis. Untuk
mendapatkan titik
kritis maka
dilakukan mapping
suhu.
Dilakukan monitoring
suhu pada setiap ruangan
sehingga tempat
penyimpanan sediaan
produk tidak
mempengaruhi stabilitas
dan kualitas produk..
Untuk memonitoring
suhu tempat
penyimpanan dapat
menempelkan alat
pencatat suhu dan alat
peringatan pada suhu
titik kritis.
Dibuatkan SOP
penyimpanan
Apoteker harus lebih
aktif dalam mengontrol
dan memonitoring
penyimpanan produk
Semua personel harus
menerapkan sistem
CDOB di setiap kegiatan
1.
2.
3.
4.
Apoteker
Penanggung
Jawab
30 Hari Dilakukan
tindakan
perbaikan
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
10. No. Temuan Kriteria Persyaratan
Root Cause
Analysis
Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
3.
Suhu cool
room tidak
sesuai
Major Peraturan BPOM No. 6 Tahun
2020 Tentang Perubahan atas
Peraturan BPOM No. 9 Tahun
2019 Tentang Pedoman Teknis
CDOB ANEKS II PRODUK
RANTAI DINGIN (COLD
CHAIN PRODUCT/CCP)
Chiller atau cold room (suhu 2-
8°C), untuk menyimpan vaksin
dan serum dengan suhu
penyimpanan 2 s/d 8 C, biasanya
digunakan untuk penyimpaan
vaksin campak, BCG, DPT, TT,
DT, Hepatitis B, DPT-HB.
Disebabkan
tidak menutup
pintu cold
room dengan
rapat
Pintu keluar
masuk terlalu
sering terbuka
sehingga aliran
udara luar
masuk ke
ruangan
sehingga
mempengaruhi
suhu internal
ruangan
1.
2.
Penambahan AC untuk
menstabilkan suhu
ruangan.
Pintu keluar masuk
barang tidak dibuka
terlalu lama.
Dapat ditambahkan
lapisan plastic pada
pintu untuk
meminimalisir udara
panas dari luar ruangan
masuk ke dalam ruang
suhu terkendali (Cold
room)
Diberikan alat
peringatan untuk suhu
titik kritis jika terjadi
peningkatan suhu maka
apoteker cepat
mengatasi masalahnya.
Dapat diatasi dengan cara,
yaitu
1.
2.
3.
4.
Pemeliharaan Harian
Suhu chiller/cold room/freezer harus
dimonitor dan dicatat minimal setiap
3 (tiga) kali sehari, pagi, siang dan sore
dan harus dievaluasi serta
didokumentasikan.
Hindarkan sering membuka dan
menutup chiller/cold room/freezer;
Jika suhu sudah stabil antara +2 s/d
+8°C pada chiller/cold room posisi
termostat jangan diubah.
Pemeliharaan mingguan
Bersihkan bagian luar chiller/cold
room/freezer untuk menghindari
karat;
Periksa sambungan listrik pada stop
kontak, upayakan pastikan tidak
longgar;
Semua kegiatan tersebut di atas harus
dicatat dan didokumentasikan.
Pemeliharaan Bulanan
Bersihkan bagian dalam chiller / cold
room / freezer.
Periksa kerapatan karet pintu.
Periksa engsel pintu, jika perlu beri
pelumas. Bersihkan karet pintu.
Semua kegiatan tersebut harus dicatat
dan didokumentasikan.
1.
2.
3.
Apoteker
Penanggung
Jawab
30 Hari Closed
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
11. No. Temuan Kriteria Persyaratan
Root Cause
Analysis
Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
4. Terdapat 3
obat yang
tidak sesuai
jumlah fisik
dengan sistem
komputer
Major PERMENKES NO. 30
TAHUN 2017. Tentang
Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011
Tentang Pedagang Besar
Farmasi.
Pasal I Beberapa ketentuan
dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011
tentang Pedagang Besar
Farmasi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 370) sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 34 Tahun 2014
Pasal 13 ayat (1) PBF dan PBF
Cabang hanya dapat
mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat dan/atau
bahan obat yang memenuhi
persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Menteri.
Adanya
kelalaian bagi
semua pihak
Tidak
melakukan
dokumentasi
baik itu
penerimaan dan
penyimpanan
Tidak
dilakukan
pencatatan dan
pengecekan
kembali barang
yang masuk
maupun keluar
1.
2.
3.
Mempunyai petunjuk penggunaan
sistem komputer yang mutakhir
Dilengkapi nama pengguna dan
password yang spesifik untuk
masing-masing personil
Penyimpanan data harus memadai
Back up data harus disimpan di
lokasi yang aman
Mengecek kembali obat-obatan
yang masuk dan keluar secara teliti
1.
2.
3.
4.
Dibuat SOP
pengadaan
Menelusuri
kembali
penyaluran obat
Pantau obat yang
awal baru masuk
pengadaan, dan
masuk keluarnya
obat
Dibuat prosedur
untuk mencatat
dan menganalisis
penyimpangan,
serta untuk
menetapkan
tindakan
perbaikan yang
dilakukan.
1.
2.
3.
4.
Apoteker
Penanggung
Jawab
Kepala
Gudang
Kepala
Admin
1.
2.
3.
30 Hari Dilakukan
tindakan
perbaikan
dan
pengecekan
kembali
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
12. No. Temuan Kriteria Persyaratan Root Cause Analysis Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
5. Luas gudang
ambient room tidak
memadai
Mayor PerBPOM No.6 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Teknis CDOB
BAB III Bangunan dan Peralatan
3.1 a. Menguasai bangunan dan sarana
yang memadai untuk dapat
melaksanakan pengadaan,
penyimpanan, dan penyaluran obat
serta dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dari fungsi PBF
3.2 Bangunan harus dirancang dan
disesuaikan untuk memastikan bahwa
kondisi penyimpanan yang baik dapat
dipertahankan, mempunyai keamanan
yang memadai dan kapasitas yang
cukup untuk memungkinkan
penyimpanan obat yang baik
Perencanaan awal
bangunan yang
kurang mem-
pertimbangkan
stok obat yang
akan disimpan.
Pengadaan obat
yang terlalu
banyak melebihi
kapasitas gudang
ambient room (25-
30 °C).
1.
2.
Mengontrol pengadaan
obat dengan
menerapkan metode
Pengendalian Persediaan
Obat, sehingga tidak
melebihi kapasitas
gudang ambient room.
Memindahkan obat-
obatan dari ambient
room ke cool room (15-
25°C) dengan
mempertimbangkan
stabilitas obat yang akan
dipindahkan serta
kapasitas cool room .
Melakukan renovasi
gudang agar lebih luas
sehingga memadai
untuk penyimpanan
b
1.
2.
3.
Pada saat perencanaan
awal bangunan, harus
memperhitungkan
kapasitas gudang
dengan jumlah obat
yang akan diadakan
agar terhindar dari
overstock.
Apoteker
Penanggung
Jawab.
Kepala
Gudang.
1.
2.
30 hari closed
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
13. No. Temuan Kriteria Persyaratan Root Cause Analysis Corrective Action Preventive Action
Penanggung
Jawab
Time
Line
Status
6. Dari 10
termohygrometer,
ditemukan 2
thermohygrometer
yang telah habis
masa kalibrasinya.
Minor PERBPOM No. 6 Tahun
2020 Tentang Perubahan
atas PERBPOM No. 9
Tahun 2019 Tentang
Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat Yang
Baik, mengenai peralatan
yang digunakan untuk
pemantauan suhu dan
kelembapan harus dirawat
dan dikalibrasi secara
berkala minimal setahun
sekali serta dibuat dan
disimpan dokumentasi
kegiatan tersebut.
Terdapat kelalaian atau
tidak dilakukan
pengecekkan secara
berkala sehingga masa
kalibrasi
thermohygrometertela
h habis.
Melakukan
dokumentai
terhadap temuan.
Segera lakukan
rekalibrasi pada
termohygrometer
yang telah habis
masa kalibrasinya.
1.
2.
Melakukan pembuatan
jadwal kalibrasi alat
secara berkala minimal
1 tahun sekali dan
membuat reminder agar
temuan tidak terulang
kembali
Menunjuk personil
khusus yang
bertanggung jawab
untuk memonitor alat
tersebut.
Melakukan monitor dan
pencatatan sebanyak
tiga kali sehari
Seluruh personel harus
menerapkan sistem
CDOB pada kegiatan
distribusi
1.
2.
3.
4.
Apoteker
Penanggung
Jawab.
Max. 15 hari closed
CAPA (Corrective Action Preventive Action)
14. G
Kasus G
Apotek B menghubungi admin sales PBF dan mengeluhkan bahwa
seringnya mengalami ketidaksesuaian pesanan dan keterlambatan
barang diterima. Sebagai apoteker N, bagaimana anda bersama
pimpinan menangani keluhan dari pelanggan tersebut.
15. Berdasarkan PERBPOM Tahun 2020
Tentang CDOB BAB VI Poin B
Mengenai keluhan, bahwasanya keluhan dibagi menjadi 2 yaitu Keluhan
Terkait Produk dan Keluhan Terkait Proses Distribusi. Cara
penanganan kedua keluhan tersebut harus sudah tercantum dalam
prosedur tertulis yang ditandatangani oleh personil yang telah ditunjuk
oleh PBF. Semua keluhan yang masuk harus dicatat dan ditentukan
waktu tindak lanjutnya, kemudian keluhan dibuat trend analisisnya, jika
tidak dilakukan trend analisis maka hal ini dapat berdampak sebagai
temuan major ketika dilakukan penyidakan oleh pihak BPOM.
16. Penanganan Keluhan
Pihak customer service PBF menerima keluhan dan melakukan pendataan terhadap keluhan.
1
Apoteker penanggung jawab PBF dan Pimpinan PBF melakukan analisa terhadap keluhan yang
diterima, seperti telusuri bukti tertulis pemesanan, pencarian letak kesalahan (apakah
disebabkan karna kelalaian pihak PBF atau bukan).
2
Membuat tindakan koreksi dan melakukan konfirmasi kepada pelanggan (Apotek B) dalam batas
waktu 3 x 24 jam, serta tindakan preventif dilakukan pada setiap akhir pekan terhadap setiap
pegawai yang berkaitan dengan tindak distribusi. Adapun salah satu tindakan yang dapat
dilakukan seperti CAPA, yaitu berupa pengumpulan informasi, analisis informasi, perencanaan
solusi serta metode apa yang dapat dilakukan kedepannya agar kesalahan tak lagi dapat
terulang.
3
Apoteker penanggung jawab dapat memeriksa kembali serta memverifikasi penyelesaian
keluhan dari tindakan preventif dan dapat disampaikan kepada pimpinan PBF.
4
17. Berdasarkan BPOM RI (2019), Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam penanganan keluhan:
Harus tersedia prosedur tertulis di tempat untuk
penanganan keluhan. Harus dibedakan antara keluhan
tentang kualitas obat dan/atau bahan obat dan keluhan
yang berkaitan dengan distribusi. Keluhan tentang kualitas
obat dan/atau bahan obat harus diberitahukan sesegera
mungkin kepada industri farmasi dan/atau pemegang izin
edar.
Harus tersedia catatan terhadap penanganan keluhan
termasuk waktu yang diperlukan untuk tindak lanjutnya
dan didokumentasikan.
Harus ada personil yang ditunjuk untuk menangani
keluhan.
Setiap keluhan tentang obat dan/atau bahan obat yang
tidak memenuhi syarat harus dicatat dan diselidiki secara
menyeluruh untuk mengidentifikasi asal atau alasan
keluhan, termasuk penyelidikan terhadap bets lainnya.
Semua keluhan dan informasi lain mengenai produk yang
rusak dan diduga palsu harus diteliti (diidentifikasi) /
ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang
menjelaskan tentang tindakan yang harus dilaksanakan.
Setiap keluhan harus dikelompokkan sesuai dengan jenis
keluhan dan dilakukan trend analysis terhadap keluhan.
18. Daftar Pustaka
Agustyani,V.dkk.2017.Evaluasi Penerapan CDOB sebagai Sistem Penjaminan Mutu pada Sejumlah PBF di
Surabaya.Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 15 No.1.
BPOM RI. 2018. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Jakarta Indonesia
BPOM RI. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik.
BPOM RI. 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019 Tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang
Baik.
Lukito, Penny Kusumastuti. 2021. Frequently Asked Questions (FAQ) Cara Distribusi Obat Yang Baik (CDOB). Jakarta:
Badan POM
PERMENKES. 2017. Permenkes RI No. 30 tentang perubahan kedua atas Perubahan Menteri Kesehatan No
1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang PBF. Jakarta, Indonesia
Tashi, 2016. Corrective action and preventive actions and its importance in quality
management system: a review.
International Journal of Pharmaceutical Quality
Assurance.