HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...Atik Cm Seonara
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau mencapai target tertentu. Kepercayaan diri anak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satuya adalah pola asuh orang tua.
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK DI TAMAN KANAK-KA...Atik Cm Seonara
Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau mencapai target tertentu. Kepercayaan diri anak dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satuya adalah pola asuh orang tua.
Over the past twenty years, we have introduced email, mobile devices, texting and social media into a predominately verbal and written communication system.
Succeeding in the business world today demands an understanding of how to use these new device and tools to communicate your message in a clear, concise and eloquent manner.
This workshop discusses the electronic etiquette of email, mobile and cell phone communication in this crazy, fun new e-world.
March 9, 2010 Score Financing Presentation- Eli MoultonJen Mincar
SCORE and O² teamed up to offer a 3-hour workshop on how to get funding for your business. Eli Moulton, partner at Merritt & Merritt & Moulton, discussed equity financing.
sekolah untuk menjadi pintar atau profesi tertentu sudah banyak sekali, tetapi sekolah untuk menjadi orang tua sangat minim, sehingga pengetahuan ntentang pengasuhan berjalan selama pengasuhan tersebut berlangsunng, bagi orang tua pembelajar dapat menerapkannya pada anak-anak secara baik tetapi bagi orang tua yang mendidik sesuai pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya saja sudah tentu akan sangat kurang, karena itu belajar tentang mendidik anak sangatah penting. Begitu pula dengan pendidikan pengasuhan yang positif.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
Kata Pengantar ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Emosi 3
B. Bentuk- Bentuk Emosi 4
C. Perkembangan Emosi Remaja 4
D. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi pada Remaja 6
E. Perbedaan individu dalam perkembangan emosi 9
F. Usaha Guru Dan Orang Tua Dalam Mengembangkan Emosi Remaja 10
BAB III 11
PENUTUP 11
A. Simpulan 11
B. Saran 11
Daftar Pustaka 12
Kata Pengantar
Puji syukur kita ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunian Nya kepada kelompok kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Perkembangan Emosi Remaja. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. Selain itu makalah juga dapat kita gunakan untuk menambah wawasan pengetahuan kita tentang perkembangan emosi remaja.
Namun kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Banjarmasin, 14 Februari 2014
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini seseorang akam mengalami perkembangan hingga mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Dalam perkembangannya remaja akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan serta orang dewasa.
Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengandalian diri belum sempurna. Gejala- gejala emosi para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal tanpa ada mengalami gangguan.
Tanpa adanya pemahaman terhadap perkembangan emosi jiwa remaja ini, sang pendidik kemungkinan besar akan mengulangi kesalahan dengan memberikan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kondisi perubahan yang ada pada diri remaja.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas maka kita dapat mengidentifikasikan permasalahan yaitu :
1. Apa pengertian emosi?
2. Apa saja bentuk-bentuk dari emosi?
3. Bagaimana karakteristik perkembangan emosi pada remaja?
4. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada remaja?
5. Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan emosi?
6. Apa upaya yang diperlukan dalam mengembangkan emosi remaja?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah wawasan penyusun dan pembaca khususnya calon pendidik tentang perkembangan emosi pada remaja.
2. Sebagai tugas kelompok untuk salah satu penilaian semester II mata kul
1. TUGAS RESENSI BUKU Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak Lawrence E. Shopiro, Ph. D. 1996 351 halaman Mela Mutiara 2009031102 1C - Pendidikan Biologi Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
2. BAB 1KECERDASAN EMOSIONALCARA BARU UNTUK MEMBESARKAN ANAK Kecerdasan emosional sebagai“ himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah – milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan “. Kecerdasan emosional atau EQ, bukan didasarkan pada kepintaran seorang anak, melainkan pada sesuatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi “ karakter “
3. REFLEKSI Kecerdasan emosional sangat berperan dalam mendidik dan membesarkan anak, sehinggamanfaat dari konsep ini dapat dirasakan baik dilapangan kerja maupun hampir semua tempat yang mengharuskan manusia saling berhubungan
4. BAB IIMENJADI ORANG TUA BER – EQ TINGGI Tiga gaya yang umum bagaimana orang tua menjalankan perannya sebagai orang tua : Orang tua otoritatif, berbeda dengan orang tua otoriter maupun orang tua primisif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan rumah yang baik untuktumbuh.Orangtua otoritatif memberi bimbingan, tetapi tidak mengatur, mereka memberi penjelasan yang mereka lakukan serta memberi masukan dalam pengambilan keputusan -keputusan penting
5. Orang tua otoriter memberlakukan peraturan –peraturan yang ketat dan menuntut agar peraturan itu dipenuhi. Mereka yakin bahwa anak – anak harus berada ditempat yang telah ditentukan dan tidak boleh meyuarakan pendapatnya. Orang tua permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin tetapi cenderung sangat pasif ketika sampai kemasalah penetapan batas – batas atau menanggapi ketidak patuhan.
6. REFLEKSI Dari ketiga gaya bagaimana orang tua menjalankan perannya sebagai orang tua, gaya orang tua otoritatif yang lebih baik yang mana menghargai kemandirian anak – anaknya, tetapi menurut mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman, dan masyarakat.
7.
8. REFLEKSI Sebaiknya orang tua tidak berpendapat bahwa memanjakan anak tidak akanmerusak,memanjakananakjustruakanmerusak. Anak – anak yang bersikap empati akan lebih disukai oleh teman – teman dan lebih berhasil, karena mereka mempunyai kemampuan empati kuat yang tidak begitu agresif dan rela terlibat dalam perbuatan yang lebihprasosial.
9. BAB IVKEJUJURAN DAN INTEGRITAS Mengajarkan pentingnya kejujuran kepada anak : a. Usahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan di dalam rumah, untuk memastikan agar ini menjadi bagian dalam pendidikan moral anak b. Berikan cerita – cerita yang menekankan kejujuran, memilihkan buku – buku dan video untuk dinikmati bersama anak, memainkan permainan kepercayaan dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi
10. REFLEKSI Tidak pernah ada alasan yang baik untuk berbohong kepada anak karena anak akan meniru apa yang kita lakukan, tidak berarti juga orang tua harus menceritakan semuanya kepada anak, banyak hal yang perlu mereka ketahui, tetapi orang tua juga tidak perlu menceritakan kebohongan kepada mereka.
11. BAB VEMOSI MORAL NEGATIF RASA MALU dan RASA BERSALAH Malusebagai salah satu bentuk rasa rendah diri ekstrem yang terjadi ketika anak – anak merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak, rasa bersalah terjadi bila anak gagal memenuhi standar perilaku yang ditetapkannya sendiri.
12. Memanfaatkan rasa malu : Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi pengubahan perilaku yang sah apabila cara pendidikan yang lebih lunak dianggap gagal memanfaatkan rasa bersalah. Rasa bersalah sesungguhnya lebihberdayaguna dan lebih membekas sebagi pemotivasi moral ketimbang rasa malu.
13. REFLEKSI Emosi negatif seperti rasa malu dan rasa bersalah akan lebih berdaya guna ketimbang emosi positif ketika seseorang belajar mengubah perilakunya, selain itu juga rasa bersalah semakin efektif dibandingkan ketakutan dan hukuman.
14. BAB VIBERPIKIR REALISTIS Sebagi manusia kita semua tidakterbebasdari ketidakjujuran dan rasionalisasi. Berpikirrealistisadalah lawan membohongi diri sendiri dengan memandang dunia seperti apa adanya dan menanggapi dengan keputusan dan perilaku yang sesuai. Denganmelindungi anak dari “ kenyataan pahit “ dalam hidup, sesungguhnya kita memupuk ketidak jujuran mereka ketimbang mencoba melindungi anak dari suatu masalah, kita dapat membantu mereka secara maksimum dengan berterusterang, tidak peduli betapa menyakitkan situasi yang harus dihadapi.
15. Hal paling penting yang dapatdiperbuatorangtuauntukmembantuanakmengembangkanpolaberfikirrealistisadalah : Bersikapjujurdanterbuka Janganmenyembunyikanperasaananda ( orangtua ) Janganmenyembunyikankesalahananda Jangantakutmenceritakankebenarankepadaanak Membacakanceritadanberceritakepadaanak ( karenaceritadapatmenunjukkanbagaimanaanaksecararealistismemecahkanmasalah – masalahmya )
16. REFLEKSI Kita sebagai orang tua sebaiknya jangan menyembunyikan kebenaran dari anak, betapapun menyakitkannya Kebanyakan orang tua cenderung bersikap menutup – nutupi kenyataan, padahal jika orang tua bertekat membesarkan anak – anak yang sehat baik fisik maupun emosi, orang tua harus belajar mengahadapi kenyataan baik atau buruk,menyenangkan atau tidak.
17. BAB VIIOPTIMISMEOBAT PENANGKAL DEPRESI dan RENDAHNYA PRESTASI Optimisme lebih dari sekedar berfikir positif. Optimisme adalah kebiasaan berpikir positif “ kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari sisi dan kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memusakan “. Sedangkan kaum optimisme percaya bahwa peristiwa positif yang membahagiakan bersifat permanendanjikasesuatu yang buruk terjadimereka memandang kejadian ini sementara, dan spesifik untuk situasi bersangkutan.kaumpesimisberpikirdengancara yang berlawanan , peristiwabaikdianggapsementara, peristiwaburukdianggappermanen : peristiwabaikterjadiakibatnasibbaikataukebetulan, sedangkanperistiwaburuklebihdapatdiprakirakan .
18. KeuntunganOptimisme Anakyang optimisme lebih berani disekolah dibanding dengan teman – temanya yang pesimis Beberapa panduan menjadikan anak optimisme : - Berhati – hati dalam mengkeritik anak dengan cara mengkeritik anak harus teliti, mengembangkan gaya pemberian penjelasan yang optimis : uraikan masalah secara realistis apabila penyebabnya spesifik dan dapat diubah - Menggunakan anda sendiri sebagai model/anak dengan modal ketekunan, rasa tanggung jawab, dan kemaun saya bertekad menjalankan dunia cenderung meniru perilaku orang tua, mereka akan menyerap aspek – aspek yang baik sekaligus yang buruk.
19. REFLEKSI Orang tua harus lebih optimistis dalam hidupnya sendiri dan dalam berhubungan dengan anak, karena anak lebih mudah belajar dari meniru perbuatan dan perkataan orangtuanya, dan diharapkan anak kita akan memiliki sikap optimistis dalam menghadapi rintangan yang sesuai dan usia kemudian menguasai cara – cara mengahdapi rintangan tersebut.
20. BAB VIIIPENGENDALIAN EMOSI Kepribadian seorang anak yang sedang tumbuh dibentuk oleh dua kekuatan besar, pertama untuk mencari kesenangan, kedua untuk berusaha menghindari rasa pedih dan rasa tidak nyaman. Makin tinggi kesaaadaran seorang anak dan makin mampu ia menimbang berbagai pilihan, makin besar kemungkinan sukses yang akan diperoleh dalm mencapai sasaran melalui kompromi. Cara mengajar anak anda mengendalikan emosi dengan pembelajaran-ulang emosi
21.
22. Orang tua dapat mengajarkan pengendalian diri melaui bagian otak emosional dengan menyediakan berbagi pengalaman yang merangsang reaksi emosi positif