2. TUJUAN PEMBELAJARAN
PESERTA PELATIHAN DAPAT:
• Memahami Chain of Survival sebagai
aspek penting dalam BHD
• Mengetahui perubahan AHA Survival
Chain 2010
• Memahami perubahan algoritma BHD/BLS
AHA 2010 dan hal2 yang melatarbelakangi
• Dapat mempraktekan BLS untuk penolong
non medis.
3. intro
• American Heart Association (AHA) telah
mengeluarkan panduan Resusitasi Jantung
paru (RJP) secara periodik sejak tahun 1966
hingga sekarang.
• Publikasi panduan AHA tahun 2010 ini
mengangkat banyak perhatian karena
mengeluarkan sebuah perubahan
standarisasi algoritma baru terutama untuk
BLS yang cukup berbeda dari publikasi tahun
2005 yang telah dipakai secara universal
dalam berbagai elemen.
4. Basic Life Support (BLS)
Bantuan Hidup Dasar
• BLS adalah pilar dasar pertolongan
pertama henti jantung.
• Aspek penting dalam BLS adalah:
pengenalan dini terhadap henti jantung
dan mengaktivasi sistem respon darurat
untuk memanggil bantuan, RJP dini yang
berkualitas, penggunaan alat defibrilasi
otomatis sesuai dengan indikasi.
8. Latar Belakang Perubahan
(1)
• Henti jantung terjadi sebagian besar pada
dewasa. Angka keberhasilan kelangsungan
hidup tertinggi dari pasien segala umur
yang dilaporkan adalah henti jantung.
Pada pasien tersebut elemen RJP yang
paling penting adalah kompresi dada
(chest compression) dan defibrilasi
otomatis segera (early defibrillation).
9. • Pada langkah A-B-C yang terdahulu
kompresi dada seringkali tertunda karena
proses pembukaan jalan nafas (airway)
untuk memberikan ventilasi mulut ke
mulut atau mengambil alat pemisah atau
alat pernafasan lainnya.
Latar Belakang Perubahan
(2)
10. • Kurang dari 50% orang yang mengalami
henti jantung mendapatkan RJP dari
orang sekitarnya. Ada banyak
kemungkinan penyebab hal ini namun
salah satu yang menjadi alasan adalah
dalam algoritma A-B-C, pembebasan
jalan nafas dan ventilasi mulut ke mulut
dalam Airway adalah prosedur yang
kebanyakan orang umum temukan paling
sulit.
Latar Belakang Perubahan
(3)
11. AHA 2010 dalam panduannya
memberikan 2 jenis algoritma BLS
bagi korban dewasa yaitu:
sederhana untuk penolong non
petugas kesehatan, dan
khusus untuk petugas
kesehatan.
13. • Untuk penolong non petugas kesehatan yang
tidak terlatih
“Hands only CPR” (hanya kompresi dada)
• Untuk penolong non petugas kesehatan yang
terlatih,
kompresi dada dan dilanjutkan dengan
ventilasi dengan perbandingan 30 : 2,
hingga petugas kesehatan hadir atau alat
defibrilasi otomatis tersedia.
14. • Untuk petugas kesehatan
lakukan kompresi dada minimal
100x/mnt.
dilanjutkan dengan ventilasi dengan
perbandingan 30 : 2 hingga advanced
airway tersedia
15. Tipe strategi RJP
(RJP multi penolong terkoordinir)
(RJP 30:2)
(RJP hanya kompresi dada)
16. • seseorang yang tiba-tiba jatuh, asumsi bahwa
korban mengalami MSLH JANTUNG, maka setelah
mengkonfirmasi (bahwa korban tidak merespon dan
tidak bernapas atau hanya sesak terengah-engah),
maka SPGDT, RJP (CAB), AED kombinasi RJP.
Untuk petugas kesehatan, penting untuk
mengadaptasi urutan langkah sesuai
dengan penyebab paling mungkin yang
terjadi pada saat itu,
CONTOH:
• Korban tenggelam/henti napas RJP-ABC 5
siklus, AED--RJP
17. Beberapa Catatan:
• Untuk petugas kesehatan, prinsip dasar
langkah-langkah algoritma tetap sama
dengan yang sederhana.
• ada dua hal yang tidak dianjurkan setelah
memeriksa korban tidak responsif yaitu :
Memeriksa ada tidaknya nafas pada korban
dengan “look, feel, listen/LDR”.
Memeriksa denyut nadi pasien. (kecuali
petugas kesehatan, sebaiknya tidak lebih dari
10 detik. Jika lebih dari waktu tersebut tidak
didapatkan maka petugas sebaiknya memulai
RJP.