2. Keterbelakangan dalam publikasi
(pro-kontra Surat Edaran Dikti Januari
2012);
Kerisauan etika secara global;
(pelanggaran etika kepenulisan):
teknologi media massa, internet, dll.;
Keterbacaan vs ketertulisan.
3. Produktivitas Pelbagai Bangsa
dibandingkan dengan Jumlah Publikasi dan Sitasi
1997–2001
Negara Jumlah Publikasi Jumlah Sitasi GDP per kapita
India 77.201 188.481 487
Cina 115.339 341.519 989
Jerman 318.286 2.199.617 24.051
Jepang 336.858 1.852.271 31.407
USA 1.265.808 10.850.549 36.006
4.
5. Keterbatasannya disebabkan
karena sempitnya sirkulasi persebaran publikasi dan berkala
tiras yang sedikit sehingga tidak dilanggan oleh perpustakaan
utama pusat kegiatan ilmiah internasional,
penggunaan bahasa yang tak terbacakan secara luas.
Sebagai akibatnya judul tulisan karya ilmuwan Indonesia pun tak
tertampilkan dalam layanan cepat bibliografi dan kata kuncinya
tak terambil oleh penyedia pindaian internet. Dapatlah
dimengerti jika ilmuwan Indonesia sudah dicap hanya
merupakan jago kandang. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika berkala ilmiah Indonesia yang terdaftar
dalam liputan Science Citation Index masih dapat dihitung
dengan jari sebelah tangan (Rifai, 2012).
6. Sebagai peneliti, Andalah yang tahu betul
apakah kegiatan penelitian yang sudah diselesaikan diyakini
secara pasti menghasilkan simpulan berupa keluaran (output)
yang memiliki keunikan tinggi yang diminati orang banyak di
pentas lokal, nasional, ataupun internasional karena sangat
orisinal, serta mempunyai akibatan (outcome), dan dampak
(impact) luas dalam memajukan frontir ilmu dan teknologi
(Rifai, 2012).
7. ETIKA, sarana orientasi bagi usaha manusia
untuk menjawab suatu pertanyaan yang
amat fundamental: bagaimana saya harus
hidup dan bertindak secara baik
(berdasarkan norma moral/ajaran, aturan
tertulis, nilai adat?).
8. DIMENSI TUJUAN: yakni upaya penulis artikel ilmiah dalam
mencapai kesejahteraan masyarakat yang didasarkan atas
kebebasan eksistensialnya (kebebasan dari dan untuk);
DIMENSI SARANA: yang memungkinkan pencapaian tujuan
dengan memperhatikan sistem dan prinsip-prinsip dasar
dalam menulis artikel ilmiah; mengikuti tata permainan
bahasa artikel ilmiah;
DIMENSI AKSI: yakni kualitas moral penulis artikel ilmiah
sebagai subjek yang menentukan pembentukan tindak tutur
komunikasinya.
9. Dari ketiga dimensi tersebut, nyatalah bahwa
etika penulisan artikel ilmiah mengandung aspek
individual sekaligus aspek sosial. Aspek
individual berkaitan dengan masalah kualitas
moral penulisnya, sedangkan aspek sosial
bertalian dengan refleksi etika penulisan atas
masalah-masalah hukum, tatanan sosial, dan
institusi yang adil.
perhatikan kutipan berikut ini.
10. Kutipan 1
Industri kosmetik dapat menjadi raksasa
bukan hanya karena tingginya permintaan,
tetapi juga karena kelihaian memelihara
pasar. Pasar, yang terus menerima setiap
produk kosmetik, dengan nilai dan simbol
tertentu.
11. Kutipan 2
Wanita adalah ciptaan Tuhan. Kecantikan
wanita juga ciptaan Tuhan. Kecantikan,
sebagai bagian dari produk industri
kosmetik, makin membuat konsumen
meyakini menggunakan kosmetik
merupakan bagian diri mereka yang tidak
dapat dipisahkan.
12. Peneliti wajib menyadari landasan sosial ilmu
pengetahuan, karena dampak pengetahuan
individu dan pengetahuan masyarakat; masalah
state of the art.
Peneliti wajib memahami nilai-nilai dalam ilmu
pengetahuan, karena dapat menyimpulkan
sesuatu yang tidak bermanfaat atau bertentangan
dengan kemajuan bangsa;
Peneliti wajib menghindari bias kepentingan
(conflict of interest) dalam penelitiannya;
dampaknya terhadap kebenaran ilmiah;
Peneliti wajib menyebarluaskan/mempublikasikan
hasil penelitiannya, dalam rangka mencegah
terjadinya pelanggaran etika (oleh peneliti lain).
14. Objektif : Berdasarkan kondisi faktual;
Up to date: Tulisan merupakan perkembangan
ilmu mutakhir;
Rasional: berfungsi sebagai wahana
penyampaian kritik timbal balik;
Reserved : jujur, lugas, dan tidak bermotif
pribadi;
Efektif dan Efisien: Tulisan merupakan media
komunikasi yang berdaya tarik tinggi yang
tunduk pada kaidah baku berbahasa.
15. = Judul, jangan menimbulkan kesalahpahaman
(integrasikankanlah dalam perumusan masalah);
= Pendahuluan, susunlah secara proporsional;
ibarat
etalase toko;
= Pembahasan, jangan menimbulkan ingar/tidak
fokus; analisis tidak mendalam; bukan empirik.
= Simpulan, mengulang-ulang pernyataan yang
ada dalam pembahasan;
= Perhatikan abstrak, istilah asing, ilustrasi,
rujukan.
16. Sosiologi Hukum Pemilu;
Menuju Jurnalisme Beretika;
Permainan Bahasa Ludwig Wittgenstein;
Etika Politik Sebagai Keniscayaan Etis
17. Saat ini rasio perbandingan jumlah perawat
dan penduduk Indonesia adalah 1:44, sebuah
angka yang rendah jika kita bandingkan
dengan negara-negara tetangga seperti
Malaysia, Thailand, dan Filipina. Meski jumlah
tersebut rendah, namun sepertinya tidak
memungkinkan lagi bagi healthcare provider
untuk menerima tambahan perawat baru
karena besaran beban keuangan.
18. Era globalisasi dan era kebebasan
informasi, terjadinya kesenjangan
informasi, dan dikotomi infornasi, antara
masyarakat kaya dan masyarakat miskin
akan lebih terasa. Hal ini bisa dikurangi
dengan munculnya kelompok-kelompok
informasi masyarakat dan forum-forum
informasi. Khususnya masyarakat
pinggiran lebih-lebih di pedesaan yang
agak jauh dari pusat kota
19. Fabrikasi data, membuat data fiktif (‘mempabrik’
data);
Falsifikasi data, mengubah data sesuai dengan
keinginan penulis, agar “selaras” dengan
simpulan;
Plagiarisme, mengambil kata-kata atau kalimat
atau
teks orang lain tanpa memberikan
acknowledgment (dalam bentuk sitasi) yang
secukupnya.
20. Subjek yang melahirkan karya orisinal;
Subjek yan menjunjung tinggi posisinya
sebagai cendekia; menjaga kebenaran dan
manfaat serta makna informasi yang
disebarkan agar tidak menyesatkan;
Subjek yang menulis secara cermat, teliti,
dan tepat;
Subjek yang bertanggung jawab secara
akademis atas tulisannya;
21. - Subjek yang menjunjung tinggi hak,
pendapat, atau temuan orang lain;
- Subjek yang memberi manfaat kepada
masyarakat pengguna;
- Subjek yang menyadari sepenuhnya bahwa
pelanggaran etika ilmiah berakibat pada
hilangnya integritas dirinya jika
melakukannya.
22.
23. Plagiarisme merupakan isu sensitif dalam
dunia akademik, karena menyangkut etik.
Oleh sebab itu perlu kehati-hatian.
24. Ilmu pengetahuan dikembangkan
berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya.
Menghormati, mengakui dan memberikan
penghargaan atas karya orang lain menjadi
satu keharusan dalam memproduksi karya
tulis.
25. Tidak perlu ragu-ragu bagi siapapun (masyarakat
akademis) ketika menyusun karya ilmiah/karya
tulis, menyebutkan sumber rujukan.
Hal ini harus dipahami sebagai kejujuran
intelektual yang tidak akan menurunkan bobot
karya tulis kita.
Sebutkanlah dengan jujur, sumber rujukan yang
kita gunakan, atau melakukan kutipan, sehingga
akan terlihat jelas, mana dari karya kita yang
merupakan ide atau gagasan orang lain, dan yang
mana yang merupakan ide atau gagasan kita
sendiri.
26. Tidaklah mudah untuk mengatakan apakah suatu karya "ya" atau
"tidak mengandung unsur plagiat. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan:
"Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak
sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu
karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau
seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain
yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa
menyatakan sumber secara tepat dan
memadai"
27. Berdasarkan beberapa definisi plagiarisme di atas, berikut ini
diuraikan ruang lingkup plagiarisme:
1) Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa
menggunakan tanda kutip dan tanpa menyebutkan identitas
sumbernya.
2) Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain
tanpa menyebutkan identitas sumbernya.
3) Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa
menyebutkan identitas sumbernya.
4) Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.
5) Melakukan parafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam
susunan kalimat sendiri tanpa mengubah idenya) tanpa
menyebutkan identitas sumbernya.
6) Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan /atau
telah dipublikasikan oleh pihak lain seolah-olah sebagai
karya sendiri.
28. 1) Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis
menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan
sumbernya.
2) Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis
menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan
yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
3) Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis
mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain.
4) Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis
mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi
publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang
penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil
karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus
memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya yang lama
merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga
disini pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar-benar
penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya lama.
29. 1) Terbatasnya waktu untuk menyelesaikan sebuah
karya ilmiah yang menjadi beban
tanggungjawabnya. Sehingga terdorong untuk
copy-paste atas karya orang lain.
2) Rendahnya minat baca dan minat melakukan
analisis terhadap sumber referensi yang dimiliki.
3) Kurangnya pemahaman tentang kapan dan
bagaimana harus melakukan kutipan.
4) Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen
terhadap persoalan plagiarisme
30. Perguruan Tinggi
1) Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi)
dilampiri dengan surat pernyataan dari yang
bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya
ilmiah tersebut tidak mengandung unsur plagiat.
2) Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban
mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan
dilingkungan perguruan tingginya, seperti portal
Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi.
31. Mahasiswa
1) Menggunakan dua tanda kutip, jika mengambil
langsung satu kalimat, dengan menyebutkan
sumbernya.
2) Menuliskan daftar pustaka, atas karya yang
dirujuk, dengan baik dan benar. Yang dimaksud
adalah sesuai panduan yang ditetapkan masing-
masing institusi dalam penulisan daftar pustaka.
3) Melakukan parafrase dengan tetap menyebutkan
sumbernya. Parafrase adalah mengungkapkan
ide/gagasan orang lain dengan menggunakan
kata-kata sendiri, tanpa merubah maksud atau
makna ide/gagasan dengan tetap menyebutkan
sumbernya.
32. 1) Tentukan buku yang hendak anda baca
2) Sediakan beberapa kertas kecil (seukuran saku) dan satukan
dengan penjepit.
3) Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat
terbit, jumlah halaman pada kertas kecil paling depan
4) Sembari membaca buku, salin ide utama yang anda
dapatkan pada kertas-kertas kecil tersebut.
5) Setelah selesai membaca buku, anda fokus pada catatan
anda
6) Ketika menulis artikel, maka jika ingin menyitir dari buku
yang telah anda baca, fokuslah pada kertas catatan.
7) Kembangkan kalimat anda sendiri dari catatan yang anda
buat
33. Undang-undang no. 20 tahun 2003 mengatur
sanksi bagi orang yang melakukan plagiat,
khususnya yang terjadi dilingkungan
akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai
berikut (Pasal 70):
"Lulusan yang karya ilmiah yang
digunakannya untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti
merupakan jiplakan dipidana dengan pidana
penjara paling lama dua tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)."
34. Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi
bagi mahasiswa yang melakukan tindakan plagiat. Jika terbukti
melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh
sanksi sebagai berikut:
1.Teguran
2.Peringatan tertulis
3.Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
4.Pembatalan nilai
5.Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
6.Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
7.Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan.