2. “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu”
Barang siapa yang mengenal dirinya maka sungguh ia akan
mengenal Tuhannya (Atsar)
Pentingnya Mengenal Diri
3. Mengenal Diri = Mengenal Allah
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka
apakah kamu tidak memperhatikan? (Adz Dzariyat [51] : 20-21)
4. Pertanyaan Dasar
Dari Mana Asal-Usulnya
Kemana Tujuan Hidupnya
Apakah Hakikat Manusia Itu
Bagaimana kebahagiaan itu dapat dicapai
5. Manusia : Makhluk yang di dalam dirinya
terdapat sifat hewan, setan, dan malaikat
Pekerjaan hewan hanyalah makan, minum, dan
berkelahi. Karena itu jika Anda hewan, sibukkan
diri Anda dengan pekerjaan-pekerjaan ini. Setan
selalu sibuk mengobarkan kejahatan. Jika Anda
masuk kelompok mereka, kerjakan pekerjaan
mereka. Malaikat selalu merenungkan keindahan
Tuhan...Jika Anda punya sifat-sifat malaikat, maka
berjuanglah untuk mencapai sifat-sifat asal Anda
agar bisa Anda kenali dan renungi Dia Yang Maha
Tinggi, serta merdeka dari perbudakan nafsu dan
amarah (Imam Al-Ghazali, Kimia Kebahagiaan, 10)
8. Islam Menolak Pandangan Evolusi
Tentang Manusia
Manusia diturunkan Allah dengan fakutas
akal dan mendapat bimbingan Allah, bukan
makhluk bodoh seperti gambaran evolusi.
Teori Evolusi mengabaikan hakikat manusia
sebagai makhluk ruh, penekanannya hanya
pada sifat jasmani manusia
9. Penciptaan Manusia
(12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati tanah.
(13) Kemudian Kami jadikan saripati itu nuthfah (bibit manusia, dzar) dalam tempat
yang kokoh (rahim). (14) Kemudian nuthfah itu Kami ciptakan menjadi segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kami ciptakan menjadi segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami ciptakan menjadi tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain
(menurut ulama : pemberian akal). Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik.
10. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (Al-A’raaf (7) : 172)
Ikrar Manusia di Hadapan Allah
11. Asal Usul Manusia
Manusia pada mulanya adalah ruh dan
mengenal Tuhan sejak masih di alam ruh
Karenanya Fitrah Manusia yang hakiki
adalah Islam yaitu telah mengenal Allah
(Kullu mauluudin yulaadu ‘ala fitrah)
Namun setelah diberi jasad dan diturunkan
ke dunia manusia LUPA dengan fitrahnya itu
(manusia = insan, berasal dari kata nasiyya =
lupa)
12. Asal Usul Manusia
Setelah menerima amanat Tuhan sebagai
khalifah, manusia diutus ke bumi.
Ada yang dikirim (dilahirkan) dulu, ada yang
kemudian; Ada yang menjadi laki-laki, ada
yang perempuan; sebagai ayah, ibu, kakak,
adik, dll
Kehidupan dunia menyebabkan manusia
lupa kepada ikrarnya terdahulu.
13. Kehidupan Dunia
Dunia artinya dekat, alias sesuatu yang
dekat dengan kesadaran manusia,
khususnya jiwa hewaninya.
Jika jiwa hewani ini lebih dominan drpd jiwa
akalinya, dunia akan membuat manusia
terhijab dari hakikat dan tujuan hidupnya
Beberapa agama menganjurkan kehidupan
untuk meninggalkan dunia sepenuhnya
(kependetaan) untuk menghindari pengaruh
buruk dunia.
14. Kehidupan Dunia
Di dalam Islam, kita tidak disuruh
meninggalkan dunia, tapi mengingatkan kita
agar tidak terjebak di dalamnya (zuhud).
Dunia pun memiliki kebaikan ketika kita
melihatnya sebagai tanda2 kebesaran Allah
(sarana mengenal Allah), yaitu ketika jiwa akali
lebih dominan daripada jiwa hewani
Itu sebabnya dzikir adalah perbuatan yang
dianjurkan terus menerus diamalkan untuk
mengingatkan kembali asal-usulnya dan tujuan
hidup yang sebenarnya sehingga manusia tidak
lalai oleh dunia.
15. Fungsi Agama Islam
Allah tidak membiarkan manusia lupa
kepada asal usulnya. Maka Allah turunkan
Nabi dan Rasul serta kitab suci untuk
membimbing manusia.
Fungsi Agama adalah membimbing manusia
mengingat kembali asal-usulnya, apa tujuan
hidupnya agar dirinya menjadi tenang.
17. Ta’rif Manusia
Ta’rif Manusia : Hayawan Naatiq (Hewan yang [punya
kuasa] berbicara [nutq])
BERBICARA : bukan dalam pengertian mengeluarkan
suara, tapi suara yang memiliki makna dan pola-pola
tertentu. Berbicara juga bermakna menjelaskan,
berkomunikasi, memahami, konseptualisasi, dll.
Kemampuan bicara ini diberikan Allah sejak manusia di
alam Ruh [“Alastu bi rabbika? Bala syahidna” ]. Di sini
manusia MENGERTI pertanyaan Allah dan mampu
memberi JAWABAN. Jadi, bahasa bukan sesuatu yang
berkembang dari kehidupan sosial.
18. Ta’rif Manusia
Dari naatiq muncul istilah mantiq = logiq,
bukan sekedar pembicaraan bisa, tapi
pembicaraan yang sistematik menggunakan
sistem penalaran
Sebuah perenungan : manusia yang tidak
mengerti pesan-pesan Allah, tidak layak
disebut manusia (al-A’raaf [7] : 179)
19. Hakikat Manusia
Makhluk dwi hakikat : jasmani dan ruhani (QS.
15:29) dengan penekanan pada ruhani. Karena
ruh yang kekal, sedangkan jasmani hancur.
Dikatakan bahwa manusia adalah “hewan yang
berpikir”, atau “hewan yang berbicara”, maka
penekanannya terletak pada berpikir dan
berbicaranya yang mencerminkan hakikatnya
yang paling asasi, yaitu ruh dan bukannya
jasmaninya (hewan)
Manusia berasal dari ruh dan kembali menjadi
ruh Hakikat utama manusia adalah ruh
21. Ruh Manusia (al-Ruh)
Intelek (‘aql) : ketika ruh dikaitkan dengan
pemahaman = organ kognitif rasional
Jiwa (nafs) : ketika ruh dikaitkan dengan
pengaturan jasad/tubuh
Hati (qalb) : ketika ruh dikaitkan dengan
pengalaman pencerahan intuisi = organ
kognitif spiritual
Ruh : ketika ruh dikaitkan dengan ke dunia
abstraknya (alam ruh)
22. Tujuan Penciptaan Manusia
Menunaikan amanah Allah sebagai khalifah
(wakil) Allah di Bumi, bukan karena diusir
dari surga (al-Baqarah [2]:30)
Beribadah kepada Allah (Adz-Dzariyat
[51]:56)
Akhir hidup manusia adalah kembali kepada
Tuhannya (Inna lillaahi wa inna ilaihi
raaji’uun)
23. Kemuliaan Manusia
• Kemampuan untuk memperoleh ilmu
secara kreatif
• Penerimaan amanat yang ditolak oleh
seluruh makhluk
• Bentuk paling sempurna
• Malaikat diminta sujud kepada Nabi
Adam
24. Tapi Manusia pun Bisa Jatuh Lebih Rendah
dari Hewan Ternak
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya
untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (al-A’raaf [7] :
179)
KEMBALI
25. • Manusia memiliki 2 jiwa :
– jiwa akali
– jiwa hewani
• Jiwa akali/rasional (nafs al-natiqah) = jiwa
yang tinggi (akal), mengenal kebenaran,
yang berjanji kepada Allah di alam Ruh
• Jiwa hewani (nafs al-hayawaniyah) = jiwa
yang rendah (hawa), bodoh, cenderung
melampaui batas
Kebebasan dan Keadilan Diri (1)
26. Kebebasan dan Keadilan (2)
• Kedua jiwa ini selalu dalam keadaan BERSAING
untuk meraih pengaruh atas yang lain.
• Pemenangnya akan menentukan watak jasmani
seseorang
• Jika jiwa akali menguasai jiwa hewan, maka
terciptalah KEADILAN
• Jika jiwa hewani menguasai jiwa akali maka
terciptalah KEZALIMAN
• MANUSIA BEBAS adalah manusia yang dapat
mewujudkan KEADILAN dalam dirinya.
28. Pada akhirnya, tugas utama (amanah)
manusia sebagai khalifah di bumi
adalah mewujudkan KEADILAN, dan
tempat yang paling pertama
diwujudkan keadilan itu adalah DIRINYA
SENDIRI kemudian pada alam
sekitarnya