Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...Suhardiyoto Haryadi
1. The document provides an overview and comparison of the RSPO and ISPO certification schemes for palm oil production. RSPO certification is voluntary while ISPO certification will be mandatory by 2014. RSPO has 8 principles while ISPO has 7 principles related to best practices, environmental protection, social responsibilities, and continuous improvement.
2. Both certification schemes involve overall plantation management. Proper management planning, organization, implementation, and control are keys to success in both RSPO and ISPO certification.
3. For RSPO certification specifically, environmental and social impact assessments and high conservation value assessments must also be integrated into daily management practices.
This document provides an executive summary of a palm oil plantation project by PT Kalpataru Investama in East Kalimantan, Indonesia. The project will develop 56,560 hectares of palm oil plantations across six subsidiary companies, with an estimated total cost of USD 257 million. It details the project locations, land titles, soil suitability analysis, development plans, and manpower requirements.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai boiler pada suatu pabrik, mencakup fungsi dan komponen utama boiler seperti drum atas, drum bawah, pipa uap, serta peralatan keselamatan seperti safety valve dan blowdown valve. Juga dijelaskan prosedur operasi boiler mulai dari persiapan, pemanasan perlahan, hingga operasi penuh boiler."
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorDeviPurnama
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Prosedur penetapan kadar kalsium dalam sampel menggunakan metode gravimetri meliputi pelarutan sampel dengan asam, pengendapan kalsium oksalat, dan pemanasan sisa endapan.
2. Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat dengan menambahkan larutan amonium oksalat pada larutan sampel yang telah dicampur dengan asam klorida.
3. Hasil akhir ber
Metode penetapan kadar kalsium karbonat (CaCO3) melalui proses pendapan ion kalsium (Ca2+) menjadi kalsium oksalat (CaC2O4) dengan pereaksi amonium oksalat dalam kondisi pH sedikit basa. Sisa pijar CaO selanjutnya diubah menjadi CaSO4 yang lebih stabil dengan asam sulfat.
Peraturan dan sumber limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) membahas peraturan terkait B3 seperti UU 23/1997 dan PP 18/1999, 101/2014. Juga menjelaskan perubahan pada PP tersebut, serta sumber limbah B3 berdasarkan survei, seperti industri kimia dan petroleum. Limbah B3 berasal dari kegiatan industri dan rumah tangga."
Formulation of corporate strategy to get successful in rspo and ispo certific...Suhardiyoto Haryadi
1. The document provides an overview and comparison of the RSPO and ISPO certification schemes for palm oil production. RSPO certification is voluntary while ISPO certification will be mandatory by 2014. RSPO has 8 principles while ISPO has 7 principles related to best practices, environmental protection, social responsibilities, and continuous improvement.
2. Both certification schemes involve overall plantation management. Proper management planning, organization, implementation, and control are keys to success in both RSPO and ISPO certification.
3. For RSPO certification specifically, environmental and social impact assessments and high conservation value assessments must also be integrated into daily management practices.
This document provides an executive summary of a palm oil plantation project by PT Kalpataru Investama in East Kalimantan, Indonesia. The project will develop 56,560 hectares of palm oil plantations across six subsidiary companies, with an estimated total cost of USD 257 million. It details the project locations, land titles, soil suitability analysis, development plans, and manpower requirements.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai boiler pada suatu pabrik, mencakup fungsi dan komponen utama boiler seperti drum atas, drum bawah, pipa uap, serta peralatan keselamatan seperti safety valve dan blowdown valve. Juga dijelaskan prosedur operasi boiler mulai dari persiapan, pemanasan perlahan, hingga operasi penuh boiler."
Penetapan kadar ca dalam CaCO3 SMK-SMAK BogorDeviPurnama
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Prosedur penetapan kadar kalsium dalam sampel menggunakan metode gravimetri meliputi pelarutan sampel dengan asam, pengendapan kalsium oksalat, dan pemanasan sisa endapan.
2. Kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat dengan menambahkan larutan amonium oksalat pada larutan sampel yang telah dicampur dengan asam klorida.
3. Hasil akhir ber
Metode penetapan kadar kalsium karbonat (CaCO3) melalui proses pendapan ion kalsium (Ca2+) menjadi kalsium oksalat (CaC2O4) dengan pereaksi amonium oksalat dalam kondisi pH sedikit basa. Sisa pijar CaO selanjutnya diubah menjadi CaSO4 yang lebih stabil dengan asam sulfat.
Peraturan dan sumber limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) membahas peraturan terkait B3 seperti UU 23/1997 dan PP 18/1999, 101/2014. Juga menjelaskan perubahan pada PP tersebut, serta sumber limbah B3 berdasarkan survei, seperti industri kimia dan petroleum. Limbah B3 berasal dari kegiatan industri dan rumah tangga."
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Terdapat berbagai pilihan teknologi pengelolaan air limbah permukiman, baik sistem onsite (setempat) maupun sistem off-site (kawasan dan perkotaan).
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganasriachemis
Dokumen tersebut membahas tentang minyak kelapa dan kelapa sawit, meliputi definisi minyak, sumber-sumber minyak, komposisi minyak kelapa sawit dan kelapa, proses pembentukan minyak pada tanaman, skema pertumbuhan kelapa sawit dan kelapa, karakteristik buah kelapa sawit dan kelapa siap panen, serta faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada minyak kelapa sawit dan kelapa.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis, karakteristik, sumber, dan penanganan limbah berbahaya dan beracun (limbah B3). Jenis limbah B3 dijelaskan meliputi limbah cair, padat, dan gas yang dapat berbahaya bagi lingkungan, kesehatan, dan kehidupan jika tidak ditangani dengan benar. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang disebutkan adalah netralisasi, reduksi-oksidasi, pertukaran ion, ko
Dokumen tersebut membahas tentang viskositas zat cair dan penerapan hukum Bernoulli, termasuk faktor yang mempengaruhi viskositas dan contoh nilai viskositas beberapa zat cair.
Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)Zhafran Anas
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sistem penggerak hidrolik pada transmisi otomatis. Sistem ini mengatur aliran minyak transmisi dan tekanan hidrolik untuk mengubah rasio gigi secara otomatis sesuai kecepatan kendaraan dan beban mesin. Sistem terdiri atas pompa minyak, katup kendali, akumulator, dan katup pindah gigi yang mengatur kopling dan rem planetari untuk memindahkan gigi. Sistem ini men
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWITkeffin arighi
Dokumen tersebut membahas tentang bioremediasi limbah pabrik kelapa sawit dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku. TKKS merupakan limbah padat yang berlimpah dari industri kelapa sawit dan dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos atau bioetanol melalui proses fermentasi oleh mikroba. Proses bioremediasi limbah TKKS menghasilkan produk bermanfaat seperti pupuk organ
Cairan hidrolik merupakan unsur penting dalam sistem hidrolik yang berfungsi sebagai penggerak dan pelumas. Cairan hidrolik harus memiliki viskositas dan indeks viskositas yang tepat agar dapat bekerja dalam rentang suhu yang luas. Pompa hidrolik berfungsi untuk memompa cairan hidrolik dan terdiri atas beberapa jenis seperti pompa roda gigi eksternal dan internal.
Dokumen tersebut membahas tentang arus listrik, hukum-hukum dasar listrik seperti hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, serta alat ukur listrik. Dibahas pula hubungan antara tegangan dengan kuat arus, hambatan jenis bahan, serta susunan seri dan paralel pada rangkaian listrik.
Untuk melihat tulisan lebih jelas, maka silahkan di unduh. Karena tulisan banyak tertimpa dengan efek-efek. Jika kurang jelas, Anda bisa email saya di: amrina7x@gmail.com. Terima kasih telah berkunjung.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk proyek pembangunan Manhattan Square. Rencana ini mencakup pemantauan dampak-dampak konstruksi seperti kualitas udara, air tanah, drainase, sampah, dan kebisingan serta upaya penghijauan lahan selama konstruksi. Parameter dan lokasi pemantauan ditentukan untuk memastikan dampak lingkungan dikelola sesuai peraturan.
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Rizka Lubis
1) Analisis dampak lingkungan (AMDAL) diperlukan untuk memprediksi dampak suatu proyek terhadap lingkungan dan masyarakat serta merencanakan langkah-langkah mitigasi dampaknya.
Pedoman teknis ini memberikan panduan tentang monitoring dan evaluasi penerapan standar kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia (ISPO) oleh perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait perkembangan penerapan ISPO serta masalah yang dihadapi agar penerapannya dapat berjalan dengan baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Dasar-Dasar Produksi Secara CPOB, Tatacara Perizinan dan Produksi, serta Perlengkapan dan Kelengkapan Perusahaan Obat Tradisional.
2) Dibahas pula ruang lingkup izin usaha industri obat tradisional dan persyaratan permohonan persetujuan prinsip industri obat tradisional.
3) Juga dibahas mengenai alur permohon
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman infosanitasi
Opsi Teknologi Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Terdapat berbagai pilihan teknologi pengelolaan air limbah permukiman, baik sistem onsite (setempat) maupun sistem off-site (kawasan dan perkotaan).
Minyak (Kelapa Sawit dan Kelapa) _Biokimia panganasriachemis
Dokumen tersebut membahas tentang minyak kelapa dan kelapa sawit, meliputi definisi minyak, sumber-sumber minyak, komposisi minyak kelapa sawit dan kelapa, proses pembentukan minyak pada tanaman, skema pertumbuhan kelapa sawit dan kelapa, karakteristik buah kelapa sawit dan kelapa siap panen, serta faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada minyak kelapa sawit dan kelapa.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, jenis, karakteristik, sumber, dan penanganan limbah berbahaya dan beracun (limbah B3). Jenis limbah B3 dijelaskan meliputi limbah cair, padat, dan gas yang dapat berbahaya bagi lingkungan, kesehatan, dan kehidupan jika tidak ditangani dengan benar. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang disebutkan adalah netralisasi, reduksi-oksidasi, pertukaran ion, ko
Dokumen tersebut membahas tentang viskositas zat cair dan penerapan hukum Bernoulli, termasuk faktor yang mempengaruhi viskositas dan contoh nilai viskositas beberapa zat cair.
Sistem Penggerak Hidrolik (HYDRAULIC CONTROL SYSTEM)Zhafran Anas
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sistem penggerak hidrolik pada transmisi otomatis. Sistem ini mengatur aliran minyak transmisi dan tekanan hidrolik untuk mengubah rasio gigi secara otomatis sesuai kecepatan kendaraan dan beban mesin. Sistem terdiri atas pompa minyak, katup kendali, akumulator, dan katup pindah gigi yang mengatur kopling dan rem planetari untuk memindahkan gigi. Sistem ini men
BIOREMEDIASI LIMBAH PADAT PABRIK MINYAK KELAPA SAWITkeffin arighi
Dokumen tersebut membahas tentang bioremediasi limbah pabrik kelapa sawit dengan menggunakan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan baku. TKKS merupakan limbah padat yang berlimpah dari industri kelapa sawit dan dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos atau bioetanol melalui proses fermentasi oleh mikroba. Proses bioremediasi limbah TKKS menghasilkan produk bermanfaat seperti pupuk organ
Cairan hidrolik merupakan unsur penting dalam sistem hidrolik yang berfungsi sebagai penggerak dan pelumas. Cairan hidrolik harus memiliki viskositas dan indeks viskositas yang tepat agar dapat bekerja dalam rentang suhu yang luas. Pompa hidrolik berfungsi untuk memompa cairan hidrolik dan terdiri atas beberapa jenis seperti pompa roda gigi eksternal dan internal.
Dokumen tersebut membahas tentang arus listrik, hukum-hukum dasar listrik seperti hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, serta alat ukur listrik. Dibahas pula hubungan antara tegangan dengan kuat arus, hambatan jenis bahan, serta susunan seri dan paralel pada rangkaian listrik.
Untuk melihat tulisan lebih jelas, maka silahkan di unduh. Karena tulisan banyak tertimpa dengan efek-efek. Jika kurang jelas, Anda bisa email saya di: amrina7x@gmail.com. Terima kasih telah berkunjung.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai rencana pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan untuk proyek pembangunan Manhattan Square. Rencana ini mencakup pemantauan dampak-dampak konstruksi seperti kualitas udara, air tanah, drainase, sampah, dan kebisingan serta upaya penghijauan lahan selama konstruksi. Parameter dan lokasi pemantauan ditentukan untuk memastikan dampak lingkungan dikelola sesuai peraturan.
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)Rizka Lubis
1) Analisis dampak lingkungan (AMDAL) diperlukan untuk memprediksi dampak suatu proyek terhadap lingkungan dan masyarakat serta merencanakan langkah-langkah mitigasi dampaknya.
Pedoman teknis ini memberikan panduan tentang monitoring dan evaluasi penerapan standar kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia (ISPO) oleh perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait perkembangan penerapan ISPO serta masalah yang dihadapi agar penerapannya dapat berjalan dengan baik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang Dasar-Dasar Produksi Secara CPOB, Tatacara Perizinan dan Produksi, serta Perlengkapan dan Kelengkapan Perusahaan Obat Tradisional.
2) Dibahas pula ruang lingkup izin usaha industri obat tradisional dan persyaratan permohonan persetujuan prinsip industri obat tradisional.
3) Juga dibahas mengenai alur permohon
Dokumen tersebut merupakan buku panduan audit untuk sertifikasi sistem kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang mencakup prinsip-prinsip, kriteria, indikator, dan pedoman ISPO. Buku panduan ini menjelaskan tentang tipe sertifikasi, persyaratan lembaga sertifikasi, dan prosedur pengakuan sebagai lembaga sertifikasi ISPO.
Dokumen tersebut membahas tentang prosedur penerbitan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) melalui Layanan Perizinan Berusaha (OSS) dan pengawasannya berdasarkan peraturan terbaru."
Standar ini mengatur sistem produksi, pengolahan, pelabelan, dan pemasaran produk pangan organik di Indonesia. Dokumen ini menjelaskan ruang lingkup, acuan, definisi, persyaratan pelabelan dan sertifikasi, tata cara produksi dan inspeksi, serta ketentuan impor produk organik. Standar ini bertujuan untuk melindungi konsumen dan produsen serta menjamin konsistensi produk organik yang dipasarkan di Indonesia.
[Ringkasan]
Pedoman ini memberikan panduan bagi Unit Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olah Karet (UPPB) dalam menerapkan sistem jaminan mutu bokar agar mampu menghasilkan bokar bermutu secara konsisten. Pedoman ini mencakup persyaratan UPPB dan sistem manajemennya, persyaratan penerapan jaminan mutu bokar, serta penerbitan Surat Keterangan Asal Bokar.
Izin Penerapan CPPOB - Pendampingan Pelaku Usaha MGS 29 September 2022_HSD.pdfSamuelSaMzs2
Dokumen tersebut membahas tentang izin penerapan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) untuk produsen minyak goreng sawit. Dokumen menjelaskan persyaratan untuk memperoleh izin CPPOB, proses penerbitannya, dan audit sarana produksi untuk memastikan pemenuhan standar keamanan pangan.
Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan legalitas produk perikanan melalui sertifikat PIRT (Izin Pangan Industri Rumah Tangga) di Kabupaten Bangkalan melalui sosialisasi di Dinas Perikanan. Dokumen menjelaskan pengertian, manfaat, persyaratan, prosedur permohonan izin PIRT, jenis produk yang dapat diajukan, dan pengecualiannya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang Baik (CPBBAOB) serta alur proses sertifikasinya. Dokumen tersebut juga menjelaskan persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi CPOB dan CPBBAOB.
Makalah ini membahas tentang ISO 14000 sebagai standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan yang penting bagi industri. ISO 14000 memberikan jaminan bahwa produk dihasilkan dengan memperhatikan lingkungan. Makalah ini juga menjelaskan manfaat penerapan ISO 14000 bagi perusahaan dan contoh penerapannya pada PT Unilever Indonesia Tbk.
Dokumen tersebut membahas tentang standarisasi dan sertifikasi pangan olahan di Indonesia. Ada dua jenis sertifikasi yaitu wajib dan sukarela. Produk pangan harus memiliki sertifikat seperti P-IRT, HACCP, halal yang dikeluarkan oleh instansi terkait seperti dinas kesehatan dan BPOM MUI. Proses permohonan sertifikat meliputi penyuluhan, audit sarana, dan pembayaran. Sertifikat berlaku 2 tahun dan dip
Dr. Dra. Zakiyah, MM - Perkembangan Akreditasi.pdfbikrafaraday
Dokumen tersebut membahas perkembangan akreditasi di Indonesia, termasuk upaya KAN untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses akreditasi dengan melakukan penggabungan skema akreditasi lembaga sertifikasi dan transisi penerapan standar akreditasi.
Similar to Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil (20)
Dewi Komalasari_BSN_SME-Persyaratan dengan pedoman penggunaan.pdfInstansi
Organisasi harus menentukan risiko dan peluang terhadap kinerja energi dan EnMS, serta tindakan untuk mengatasi risiko dan memanfaatkan peluang tersebut. Risiko dan peluang ditinjau ulang secara berkala untuk memastikan EnMS tetap efektif.
Kristianto W_BSN_Dukungan SNI Dalam Meningkatkan Efisiensi Energi.pdfInstansi
Dokumen tersebut membahas tentang dukungan standar nasional Indonesia (SNI) dalam meningkatkan efisiensi energi. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan bahwa (1) konsumsi energi dunia terus meningkat dan berdampak pada perubahan iklim, (2) standar-standar seperti ISO 50001 dapat membantu mengurangi penggunaan energi dan emisi, dan (3) penerapan SNI terkait manajemen energi memberikan
This document provides a test procedure for evaluating battery management system (BMS) failure modes related to the direct current (DC) charging interface. The procedure involves simulating faults before, during, and after DC charging to verify the BMS safely transitions the vehicle to a safe state. Tests include ground faults, bus shorts, signal disturbances, overcharging, and more. Response is monitored through graphs of current, voltage, and CAN signals to ensure safety systems operate as intended.
1) The document discusses electric vehicle (EV) infrastructure and standardization in China, including types of charging infrastructure like AC charging spots and DC chargers as well as battery swap stations.
2) It provides an overview of EV infrastructure construction in China by the main suppliers and a summary of new energy vehicle applications nationwide from 2012-2013.
3) The standardization section compares infrastructure standards between China and ISO/IEC, covering areas like safety, interfaces, communication protocols, and battery swapping.
Battery Management System For Electric Vehicle Applications.pdfInstansi
This thesis discusses battery management systems (BMS) for electric vehicle applications. It presents an improved battery model that accounts for self-discharging, temperature effects, and capacity fading. Simulation results show the model can accurately simulate charging, discharging, and cell balancing processes. The thesis also details a BMS hardware system designed using Texas Instruments components. It was improved with a user interface, thermal management, and current monitoring. Experimental results validated the BMS system's performance in monitoring and protecting lithium-ion battery packs.
The document discusses the U.S. proposal to evaluate Battery Management Systems (BMS) in electric and hybrid vehicles under failure and abuse conditions. It proposes testing the BMS response to overcharging, over-discharging, and extreme temperatures. This will help ensure the BMS can properly protect the battery under conditions like over-current, over-voltage charging, temperature imbalances, and deep discharging that could otherwise lead to thermal runaway, cell damage, or violent failure.
This document provides a standardized roadmap for electric vehicles and charging infrastructure. It identifies issues and gaps in existing standards, and provides a gap analysis across three domains: vehicles, charging infrastructure, and support services. The roadmap was developed by an expert panel and is intended to guide further standardization efforts to accelerate electric vehicle adoption.
Final Product information and specification_20170802 to BSN.pdfInstansi
This document describes a confidential battery exchange system for micro electric vehicles (EVs) and electric scooters/motorcycles. The system includes battery charging stations that allow users to exchange discharged batteries for fully charged batteries. It involves an energy management system connected to renewable energy sources like solar panels and the electric grid. The stations automatically open and close doors to allow batteries to be inserted and extracted during exchange without the user exiting their vehicle. Diagrams show the construction and operating process of the stations. Research areas are outlined including electrical safety, wireless technology, and installation requirements. An electronic system configuration diagram is also provided.
1. The document summarizes safety standards for electric vehicles and batteries in China.
2. It describes existing Chinese standards for various types of batteries used in electric vehicles including lithium-ion, lead-acid, nickel-metal hydride, and zinc-air at the cell and battery pack levels.
3. The document also outlines battery safety standards that are currently under development in China, including standards for lithium-ion battery packs and systems, and standards for battery cases.
China has established an EV standardization system with the Electric Vehicle Standardization Subcommittee overseeing the development of national standards. The subcommittee has developed 56 active standards covering full electric vehicles, hybrid electric vehicles, fuel cell vehicles, key components, infrastructure and more. New standards are in development addressing areas like crash safety and testing procedures. Research is also being conducted to improve existing standards on safety requirements and testing methods to reflect the latest technologies and address differences between electric vehicles and conventional vehicles.
China has established an EV standardization system with the Electric Vehicle Standardization Subcommittee overseeing the development of national standards. The subcommittee has developed 56 active standards covering full electric vehicles, hybrid electric vehicles, fuel cell vehicles, key components, infrastructure and more. New standards are in development addressing areas like crash safety testing and vehicle performance testing. International cooperation is helping to further develop EV standards in China and allow participation in global standard setting work.
Standar Nasional Indonesia (SNI) berperan penting dalam meningkatkan daya saing produk dan jasa di Indonesia. Penerapan SNI pada UKM dapat memberikan manfaat ekonomi seperti meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu produk. Proses sertifikasi SNI melibatkan identifikasi kesesuaian, audit, tinjauan, dan pemberian sertifikat.
Motivation at work Deck_HR Business Talks 18 January 2022.pdfInstansi
This document discusses motivation at work. It defines work motivation as the set of forces that initiate work-related behavior and determine its form, intensity and duration. It discusses several theories of motivation including Maslow's hierarchy of needs and expectancy theory. It identifies factors that can intrinsically and extrinsically motivate employees such as relationships with coworkers and managers, work environment, training, compensation and policies. It explains that motivation at work is important because it leads to higher performance, engagement, creativity, productivity and efficiency among employees. The best practices for motivating employees include learning their wants, setting goals, providing recognition, ongoing training, and creating traditions and celebrations.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya standar keamanan pangan, pengertian SNI dan manfaatnya bagi UMKM, serta persyaratan dasar untuk penerapan SNI produk pangan.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
Perkembangan Skema dan keberterimaan Indonesia Suistainable Palm Oil
1. 8 March 2016
1
PERKEMBANGAN SKEMA DAN
KEBERTERIMAAN INDONESIA
SUSTAINABLE PALM OIL (ISPO)
Sekretariat Komisi ISPO
2
Komitmen internasional
UUD 45
UU No. 39 th 2014
Referensi kpd tuntutan pembeli dan komitmen dari
produsen
Uni Eropa dan seluruh jaringannya diluar negeri hanya
akan membeli minyak sawit yang sustainable pd th 2015
Pembuatan ISPO didukung oleh Kementerian terkait,
asosiasi GAPKI,GIMNI, APROBI, DMSI, beberapa LSM
dan tenaga ahli dari bidang penelitian dan Universitas
Telah didiskusikan dgn BSN dan KAN, serta
kemungkinan mengadopsi ISPO menjadi SNI.
2
2. 8 March 2016
2
Standar Internasional yang diakui oleh WTO,
ISO, IEC, dan CODEX
Standar nasional yang berlaku di dalam
negeri , Standar ISPO berlaku nasional
karena terdiri dari ketentuan yang berlaku
di Indonesia Standar ISPO juga disebut
sebagai persyaratan, di WTO yang
diutamakan ialah standar negara
Standar grup atau asosiasi yang berlaku
hanya untuk anggotanya saja.
T
U
J
U
A
N
I
S
P
O
MENDORONG USAHA PERKEBUNAN
UNTUK MENTAATI PERATURAN
YANG TELAH DIKELUARKAN
PEMERINTAH
MENINGKATKAN KESADARAN
PENGUSAHA KELAPA SAWIT UNTUK
MEMPERBAIKI LINGKUNGAN
MELAKSANAKAN PEMBANGUNAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
BERKELANJUTAN
MENINGKATKAN DAYA SAING
MINYAK SAWIT INDONESIA DI
PASAR INTERNASIONAL
3. 8 March 2016
3
5
Permentan No 11 tahun 2015 : “Sistem Sertifikasi Kelapa
Sawit Berkelanjutan Indonesia” bersifat wajib dan
sukarela. (revisi dari permentan 19 tahun 2011)
Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
mengatur mengenai kepatuhan dalam aspek/segi hukum,
ekonomi, lingkungan dan sosial beserta sanksi bagi
mereka yang melanggar dan merupakan serangkaian
persyaratan yang terdiri dari prinsip, kriteria dan indikator
serta panduan yang dipersyaratkan untuk pengelolaan
perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan pabrik
kelapa sawit (PKS), serta memiliki ukuran yang pasti dan
tidak mentoleransi kesalahan.
5
6
Untuk memastikan Permentan 11/2015 telah diterapkan
secara baik dan konsisten Penilaian (conformity
Assessment) atau Audit
Penilaian atau audit ISPO, dilakukan oleh Lembaga
Sertifikasi independen yang telah diakreditasi KAN
atau Badan Akreditasi lainnya yang telah mempunyai
saling pengakuan (MRA) dengan KAN dan
mendapatkan pengakuan dari Komisi ISPO
6
4. 8 March 2016
4
7
7
Sistem
Sertifikasi
Permentan 11/2015
KLAIM PRODUK
MINYAK SAWIT
BERKELANJUTAN
INDONESIA/
ISPO
8
1. TBT – WTO
2. ISO (17021-2006, 19011-2011, 9001-2008, 14001-2004, 17000-
2004)
3. IAF (International Accreditation Forum)
4. PP No. 102 tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional
5. Keppres No. 78 tahun 2001, tentang Komite Akreditasi Nasional
6. Sistem Sertifikasi Nasional tahun 2010
7. UU Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian No. 20/2014
8
5. 8 March 2016
5
PERMENTAN NO 11 TAHUN 2015 TENTANG
SISTEM SERTIFIKASI KELAPA SAWIT
BERKELANJUTAN INDONESIA
I Wajib (Mandatory)
II Sukarela (Voluntary)
I. Bersifat wajib bagi :
1. Perusahaan perkebunan yang melakukan
usaha budidaya perkebunan terintegrasi
dengan usaha pengolahan (BATAS WAKTU
18 SEPTEMBER 2015)
2. Perusahaan perkebunan yang melakukan
usaha budidaya perkebunan (BATAS WAKTU
18 MARET 2017),
3. Perusahaan perkebunan yang melakukan
pengolahan hasil perkebunan (BATAS
WAKTU 18 MARET 2017).
10
6. 8 March 2016
6
11
II. Bersifat Sukarela bagi :
1. Usaha kebun plasma,
2. Usaha kebun swadaya,
3. Perusahaan perkebunan yang
memproduksi minyak kelapa sawit untuk
energi terbarukan.
PENILAIAN KESESUAIAN ISPO
(AUDIT)
7. 8 March 2016
7
1
3
1. Sertifikasi Perusahaan Perkebunan
2. Sertifikasi Usaha Kebun Swadaya
3. Sertifikasi Usaha Kebun Plasma
4. Sertifikasi Kelapa Sawit Untuk Energi
Terbarukan
13
Tipe Sertifikasi ISPO :
1.Tipe sertifikasi perusahaan perkebunan dan pekebun
(Grower Certification)
2.Tipe Sertifikasi rantai pasok (supply chain certification)
1. Kebun yang memasok kepada PKS-nya (mill),
minimal bahan baku dari kebun sendiri sebesar
20%
2. Kebun yang telah menghasilkan (TM), kebun yang
belum menghasilkan belum dapat disertifikasi
3. Kebun yang mengirimkan buahnya/ memasok ke
unit pengolahan (terintegrasi) yang telah memiliki
sertifikat ISPO (sesuai Permentan 11/2015).
8. 8 March 2016
8
S
E
R
T
I
F
I
K
A
S
I
P
E
R
U
S
A
H
A
A
N
P
E
R
K
E
B
U
N
A
N
I. Pra Sertifikasi
Penilaian Usaha
Perkebunan
Berdasarkan
Permentan No. 7
Tahun 2009
II. Penilaian Kesesuaian
(Audit) Berdasarkan
Permentan No. 11
Tahun 2015
15
Penilaian kesesuaian (audit) mengacu
Permentan No. 11 Tahun 2015 dilakukan oleh
Lembaga Sertifikasi independen yang telah
diakreditasi KAN dan mendapatkan
pengakuan dari Komisi ISPO.
Perusahaan perkebunan yang dapat
mengajukan permohonan sertifikasi ISPO
adalah perusahaan yang telah memperoleh
Penilaian Usaha Perkebunan dengan hasil
kebun Kelas I, II atau III 16
9. 8 March 2016
9
1. Perusahan perkebunan yang terintegrasi dalam 1 unit usaha
(profit entity),
2. Perusahan perkebunan yang terintegrasi dalam 1 unit
usaha (profit entity) dapat juga disertifikasi untuk energi
terbarukan (sesuai dengan kebutuhan),
3. Unit perusahaan perkebunan yang hanya melakukan usaha
budidaya Perkebunan,
4. Unit perusahaan perkebunan yang hanya melakukan usaha
pengolahan Perkebunan,
5. Mempunyai 2 (dua) orang internal auditor yg telah lulus
pelatihan auditor ISPO dan melakukan audit internal dalam
rangka memelihara perusahan perkebunan sawit dalam
menerapkan persyaratan ISPO. Bagi group perusahaan
perkebunan minimal mempunyai 5 (lima) orang auditor.
6. Group perusahaan perkebunan dimana anak perusahaan
anggota group masing-masing telah mendapatkan
sertifikat ISPO.
17
1. Perizinan dan legalitas Usaha perkebunan
2. Manajemen perkebunan
3. Moratorium izin lokasi pembukaan lahan baru
4. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan
5. Tanggung jawab terhadap pekerja
6. Tanggung jawab sosial dan pemberdayaan
ekonomi masyarakat
7. Peningkatan usaha secara berkelanjutan
10. 8 March 2016
10
ISPO terdiri dari 49 kriteria and 143 indikator,
berikut panduan dan ketentuan yang digunakan
serta sanksi terkait dengan ketentuan yang
ditetapkan.
Karena semua kriteria berdasarkan peraturan yang
berlaku (kira kira 185) terkait dengan kegiatan
perkelapasawitan, penerapan ISPO tidak akan
memberatkan industri minyak sawit. Beberapa
ketentuan telah diundangkan sejak tahun 1960-an
pelaksana industri wajib melakukan ketentuan
tersebut, dengan penerapan ISPO atau tanpa
penerapan ISPO.
1.1 izin Lokasi
1.2 Izin Usaha Perkebunan
1.3 Hak Atas Tanah
1.4 Penggunaan lahan dari Kawasan Hutan
1.5 Pembangunan kebun untuk masyarakat
sekitar
1.6 Lokasi Perkebunan
1.7 Hak Tanah Ulayat
1.8 Tanah Terlantar
1.9 Sengketa Lahan
1.10 Bentuk Badan Hukum
11. 8 March 2016
11
Penilaian setiap kriteria harus runut mengikuti
ketentuan dari pemberian izin pertama
Sanksi dapat dilihat pada SK yang mendukung,
tidak semua kegiatan dikenakan sanksi tetapi ada
yang harus mengikuti panduan.
Untuk ketentuan ini lihat UU no.5 tahun 1960
tentang Peraturan dasar Pokok Agraria, PP no.4
tahun 1996 tentang HGU, HGB dan HP PP no.24
tahun 1997 , Permen Agraria no 3 tahun 1997
tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah no.24
tahun 1997 dll
2.1 Perencanaan Perkebunan
2.2 Penerapan Teknis Budidaya dan
Pengolahan hasil
2.2.1 Pedoman Teknis Budidaya
2.2.1.1 Pembukaan lahan
2.2.1.2 Konservasi terhadap sumber dan
kualitas air
2.2.1.3 Perbenihan
2.2.1.4 Penanaman pada lahan mineral
2.2.1.5 Penanaman pada lahan gambut
2.2.1.6 Pemeliharaan tanaman
2.2.1.7 Pengendalian organisma pengganggu
2.2.1.8 Pemanenan
12. 8 March 2016
12
2.2.2.1 Pengangkutan buah
2.2.2.2 Penerimaan TBS
2.2.2.3 Pengolahan TBS
2.2.2.4 Pengolahan limbah
2.2.2.5 Pengolahan Limbah
2.3 Tumpang tindih dengan usaha
pertambangan
2.4 Sengketa lahan dan kompensasi
2.5 Rencana dan realisasi
pembangunan kebun dan paberik
2.6 Pemberian informasi kepada
instansi terkait
13. 8 March 2016
13
Penerbitan izin lokasi dan izin usaha perkebunan
ditunda
Penundaan izin lokasi di hutan alam , lahan
gambut yg berlokasi di hutan konversi, hutan
lindung,hutan produksi biasa/tetap, hutan
produksi yang dapat dikonversi dan areal
penggunaan lain
Lokasi diatas sesuai dengan peta indikatif yang
diterbitkan oleh Kementrian kehutanan
4.1 Kewajiban Pengelola kebun yang
memiliki pabrik
4.2 Kewajiban terkait izin lingkungan
4.3 Pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun
4.4 Gangguan sumber yang tidak
bergerak
4.5 Pencegahan dan penangulangan
kebakaran
14. 8 March 2016
14
4.6 Pelestarian Keanekaragaman Hayati
4.7 Kawasan Lindung
4.8 Konservasi kawasan dengan potensi
erosi tinggi
4.9 Mitigasi Gas Rumah Kaca
5.1 Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3
5.2 Kesejahteraan dan peningkatan
kemampuan pekerja
5.3 Penggunaan pekerja anak dan
diskriminasi pekerja( suku, ras, gender
dan agama)
5.4 Pembentukan serikat pekerja
5.5 Pembentukan Koperasi
15. 8 March 2016
15
6.1 Tanggung jawab sosial dan
lingkungan masyarakat
6.2 Pemberdayaan masyarakat
adat/penduduk asli
6.3 Pengembangan usaha lokal
Perbaikan dan peningkatan usaha yang
menjamin penerapan minyak sawit yang
berkelanjutan
16. 8 March 2016
16
1. Izin usaha perkebunan
2. Hak atas tanah sesuai peraturan
di bidang pertanahan
3. Izin lingkungan
4. Penetapan usaha perkebunan
kelas I, kelas II atau kelas III.
31
3232
PANDUAN AUDIT SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN ATAU
LINGKUNGAN SNI ISO 19011-2012 (ISO 19011-2011,
GUIDELINES FOR AUDITING MANAGEMENT SYSTEM ).
UNIT KEBUN YANG DISERTIFIKASI DINILAI BERDASARKAN P&K
ISPO PERUSAHAAN PERKEBUNAN (LAMPIRAN II ATAU III ATAU
IV) DENGAN CONTOH MINIMUM 0.8 x (Z), SEDANGKAN UNTUK
SURVEILANCE DIAMBIL 0.6√y DENGAN PEMBULATAN KEATAS
(DIAMBIL DARI KEBUN YANG BELUM DINILAI PADA SERTIFIKASI
AWAL), Z ADALAH FAKTOR RESIKO.
ISPO PERUSAHAAN PERKEBUNAN BERLAKU MANDATORY,
TEMUAN NON COMFORMANCES TIDAK DAPAT DITOLERIR
SAMPAI DAPAT DIBUKTIKAN BAHWA PERBAIKAN TELAH
DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PERKEBUNAN DALAM BATAS
WAKTU 6 (ENAM) BULAN
JIKA DALAM WAKTU TERSEBUT SETELAH AUDIT, NON
CONFORMANCES TIDAK DAPAT DIPERBAIKI, MAKA AUDIT
ULANG LENGKAP WAJIB DILAKUKAN OLEH LS YANG SAMA.
MASA BERLAKU SERTIFIKAT ADALAH 5 (LIMA) TAHUN DAN
SEKALI DALAM SETAHUN AKAN DILAKUKAN SURVEILANCE.
17. 8 March 2016
17
Mekanisme Sertifikasi ISPO Perusahaan Perkebunan
1. PERUSAHAAN PERKEBUNAN
2. LEMBAGA SERTIFIKASI INDEPENDEN
3. PERMOHONAN KE KOMISI ISPO UNTUK
MENDAPATKAN PENGAKUAN ISPO
4. SEKRETARIAT KOMISI ISPO
MENILAI KELENGKAPAN DOKUMEN
5. TIM PENILAI KOMISI ISPO
6. REKOMENDASI HASIL
PENILAIAN
7. PENGAKUAN SERTIFIKAT OLEH KOMISI
ISPO DAN DIUMUMKAN KE PUBLIK MELALUI
ISPO WEBSITE
8. PENERBITAN SERTIFIKASI
ISPO OLEH LEMBAGA SERTIFIKASI
Sekretariat memberitahu
pemohon untuk memenuhi
kelengkapan
• IUP/IUP-B/ IUP-P/ SPUP ; HGU
Izin Lingkungan
• Penilaian Kelas Kebun I, II dan III
Tidak memenuhi
syarat
3
4
PENILAIAN KESESUAIAN (AUDIT) MENGACU
PERMENTAN NO.11TAHUN 2015
DILAKUKAN OLEH LEMBAGA SERTIFIKASI
YANG TELAH DIAKREDITASI KAN DAN
MENDAPATKAN PENGAKUAN KOMISI ISPO.
34
18. 8 March 2016
18
OBYEK SERTIFIKASI/AUDITI – plasma
* MANAJER (USAHA KEBUN PLASMA)
* KOPERASI, KELOMPOK TANI
* PEKEBUN (penggarap atau pemilik) dan
kebunnya.
OBYEK SERTIFIKASI/AUDITI – swadaya
* KOPERASI
* KELOMPOK TANI
* PEKEBUN (penggarap atau pemilik) dan
kebunnya.
35
SYARAT PERMOHONAN SERTIFIKASI (PLASMA)
• DOKUMEN PEMBENTUKAN USAHA KEBUN PLASMA
• COPY SERTIFIKAT ISPO KEBUN INTI
• DAFTAR ANGGOTA KT, KOPERASI
• HAK ATAS TANAH (SHM).
SYARAT PERMOHONAN SERTIFIKASI (SWADAYA)
• DOKUMEN PEMBENTUKAN KOPERASI, KT
• DAFTAR ANGGOTA KT, KOPERASI
• HAK ATAS TANAH (SHM, GIRIK/LETTER C, AKTE JUAL BELI
DAN SURAT KEPEMILIKAN TANAH YG SAH LAINNYA.
36
19. 8 March 2016
19
Prinsip dan kriteria ISPO, kebun plasma
1. LEGALITAS USAHA KEBUN PLASMA
(al :sertifikat tanah, STD-B, dok kerjasama)
2. MANAJEMEN USAHA KEBUN PLASMA
(al :SOP,GAP, pencatatan)
3. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
(al :izin lingkungan, SPPL)
4. TANGGUNG JAWAB THD K3
5. TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6. PENINGKATAN USAHA SCR BERKELANJUTAN
Prinsip dan kriteria ISPO, kebun SWADAYA
1. LEGALITAS USAHA KEBUN SWADAYA
(al :sertifikat tanah, STD-B, dok kerjasama,
KT&KOPERASI)
2. ORGANISASI PEKEBUN DAN PENGELOLAAN
USAHA KEBUN SWADAYA.
(al :GAP, pencatatan)
3. PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN
(al :izin lingkungan- SPPL)
4. PENINGKATAN USAHA SCR BERKELANJUTAN
20. 8 March 2016
20
PELAKSANAAN AUDIT (PLASMA)
◦ SELURUH DOKUMEN YANG DIGUNAKAN OLEH
MANAJER (USAHA KEBUN PLASMA) DAN/ KOPERASI.
◦ PENERAPAN PRINSIP DAN KRITERIA
◦ KOMPETENSI DARI PEKEBUN
◦ KONFIRMASI THD PENERAPAN PRINSIP DAN
KRITERIA
39
PELAKSANAAN AUDIT (SWADAYA)
◦ SELURUH DOKUMEN YANG DIGUNAKAN OLEH
KOPERASI/KT
◦ PENERAPAN PRINSIP DAN KRITERIA
◦ KOMPETENSI DARI PEKEBUN
◦ KONFIRMASI THD PENERAPAN PRINSIP DAN
KRITERIA
40
21. 8 March 2016
21
Mekanisme Sertifikasi ISPO Plasma/swadaya
1. MANAJER (PLASMA) DAN/KOPERASI
2. LEMBAGA SERTIFIKASI INDEPENDEN
3. PERMOHONAN KE KOMISI ISPO UNTUK
MENDAPATKAN PENGAKUAN ISPO
4. SEKRETARIAT KOMISI ISPO
MENILAI KELENGKAPAN DOKUMEN
5. TIM PENILAI KOMISI ISPO
6. REKOMENDASI HASIL
PENILAIAN
7. PENGAKUAN SERTIFIKAT OLEH KOMISI
ISPO DAN DIUMUMKAN KE PUBLIK MELALUI
ISPO WEBSITE
8. PENERBITAN SERTIFIKASI
ISPO OLEH LEMBAGA SERTIFIKASI
Sekretariat memberitahu
pemohon untuk memenuhi
kelengkapan
• COPY SERTIFIKAT ISPO INTI
. DOK PLASMA/KOPERASI
• SRT KEPEMILIKAN TNH
Tidak memenuhi
syarat
1. PT Mutuagung Lestari
2. PT Sucofindo (Persero)
3. PT Tuv Nord Indonesia
4. PT Tuv Rheinland Indonesia
5. PT SAI Global
6. PT Mutu Hijau Indonesia
7. PT SGS Indonesia
8. PT Llyod’s Register Indonesia
9. PT BSI Indonesia
10.Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan
11.PT AJA Indonesia
12.PT. Agri Mandiri Lestari
Lembaga Sertifikasi yang telah diakui
(approved) oleh Komisi ISPO :
22. 8 March 2016
22
1. PT. Surveyor Indonesia
2. PT. Agro Teenera Prima
3. PT. Gagas Dinamiga Aksenta
4. PT. Shantika Valuindo Lestari
43
1. Lembaga Pendidikan Perkebunan Yogyakarta
(LPP Yogya)
44
23. 8 March 2016
23
1. Kapasitas pabrik belum diperbarui setelah ada
kenaikan produksi
2. Sebagian kebun belum memiliki HGU
3. Izin Pengelolaan limbah B3 (TPS, Pengumpul,
pengangkut, pengolah) belum lengkap
4. Izin pelepasan kawasan hutan yang belum ada
5. Nama perusahaan yang tidak sama dengan akte
6. Terdapat sengketa lahan
7. Sebagian kebun belum memiliki SPUP/IUP.
Jumlah Laporan Audit yang diterima Set.
Komisi ISPO = 292 LHA
Perusahaan yang telah disertifikasi = 149
Perusahaan
Laporan yang akan dinilai oleh Tim Penilai =
28 LHA
Laporan yang terkendala = 31 LHA
Laporan yang sedang diverifikasi = 58 LHA
Laporan survailance 26 LHA
46
24. 8 March 2016
24
Pada umumnya pengusaha tidak mengetahui
ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
terkecuali ketentuan perizinan
Pengusaha anggota RSPO tidak mengetahui bila
beberapa kriteria bertentangan dgn peraturan yang
berlaku
Oleh karena itu isu yang ada di permukaan
menyatakan bahwa ISPO sulit diterapkan dan
biayanya tinggi
Banyak pengusaha enggan menerapkan ISPO
terutama pengusaha asing yang menganggap
standar lain lebih unggul
1. MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN KEPEDULIAN PERUSAHAAN
PERKEBUNAN UNTUK SERTIFIKASI ISPO
2. MEMPERSIAPKAN KETERSEDIAAN AUDITOR ISPO
3. MENINGKATKAN KOORDINASI DAN PERAN PEMDA (al :
PENYELESAIAN MASALAH HAK ATAS TANAH, PENETAPAN KELAS
KEBUN, FASILITASI DAN PEMBINAAN, PENERBITAN STD-B DAN
SPPL, PEMBENTUKAN/PENGEMBANGAN KOPERASI PEKEBUN)
4. MENINGKATKAN VERIFIKASI LAPORAN AUDIT ISPO
5. MENINGKATKAN FREKWENSI PEMBAHASAN LAPORAN AUDIT ISPO
(DI TIM PENILAI MAUPUN KOMISI ISPO)
6. MENDORONG PENYELESAIAN MASALAH PENUNDAAN
PERSETUJUAN SERTIFIKASI
7. PENGEMBANGAN MODEL SERTIFIKASI KEBUN PLASMA/SWADAYA
8. KOORDINASI DENGAN LEMBAGA SERTIFIKASI SECARA INTENSIF
25. 8 March 2016
25
49
1
Compliance with legal requirements
for land use development and
management for oil palm cultivation
and mill.
Shall comply with applicable local and national laws and
regulations; and ratified international conventions, and
agreements to which a member country is a signatory. Oil palm
cultivation shall not diminish the legal land rights of other
legitimate users including native customary rights which shall also
not be threatened or reduced
2
Protection of the use of primary forest
and peatlands.
Oil palm cultivation and milling shall not take place on primary
forest or peatlands designated for protection of nature, ecosystem
services and social or cultural values.
3 Best practices for oil palm cultivation
and mill.
Shall adopt best management practices which take into account
economic, environmental and social considerations.
4 Transparency and accountability.
Shall provide, upon request, adequate information to relevant
stakeholders in a transparent manner, to allow for effective
participation in decision making, except for information which is
legally prohibited or commercially confidential or where disclosure
would result in a negative environment, social or economic
outcome.
5 Environmental management and
monitoring.
An environmental policy and management plan– appropriate to
the tenure, scale and intensity of the operations – shall be
established, communicated, implemented and kept up-to-date.
6
Responsibility to workers.
Shall demonstrate commitment to responsible occupational safety
and health considerations; and provide adequate employment
and living conditions.
7
Social responsibility.
Shall demonstrate commitment to responsible considerations and
outcomes of social impacts for employees, and local communities
and indigenous peoples affected by operational activities
8
Development of new planting
Development of new plantations or expanding existing areas
shall consider the social, environmental and economic impacts in
planning, management and operation
9
Continual improvement.
An action plan for continual improvement in key areas of
operations, appropriate to scale and intensity of operations, shall
be developed and implemented.
50