SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi
PERATURAN DEWAN PENGAWAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 02 TAHUN 2020
TENTANG
PENEGAKAN KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DEWAN PENGAWAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 37B ayat (1) huruf c Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Korupsi sebagaimana diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Dewan Pengawas
bertugas menyusun dan menetapkan kode etik pimpinan
dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi.
b. Bahwa ketentuan Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Komisi Pemberantasan Korupsi telah ditetapkan dalam
Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan
Korupsi Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi.
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan
c.
-2-
Mengingat
Menetapkan
Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor
1 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Komisi Pemberantasan Korupsi, perlu membentuk
Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan
Korupsi yang mengatur mengenai klasifikasi tingkat
pelanggaran dan jenis hukuman.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu
dibentuk Peraturan Dewan Pengawas Komisi
Pemberantasan Korupsi tentang Penegakan Kode Etik
Dan Pedoman Perilaku Dewan Pengawas, Pimpinan, Dan
Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi.
: 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6409);
2. Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan
Korupsi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020
Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi
Pemberantasan Korupsi.
MEMUTUSKAN:
: PERATURAN DEWAN PENGAWAS KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI TENTANG PENEGAKAN KODE
ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU KOMISI PEMBERANTASAN
KORUPSI.
-3 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut
Komisi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan
eksekutif yang melaksanakan tugas pencegahan dan
pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
2. Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Dewan
Pengawas, Pimpinan, dan Pegawai Komisi Pemberantasan
Korupsi.
3. Dewan Pengawas Komisi yang selanjutnya disebut Dewan
Pengawas adalah Dewan yang dibentuk dalam rangka
mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
4. Pimpinan Komisi yang selanjutnya disebut Pimpinan
adalah Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
-4-
5. Pegawai Komisi yang selanjutnya disebut Pegawai adalah
warga negara Indonesia yang karena keahliannya
diangkat sebagai pegawai pada Komisi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. Insan Komisi adalah setiap orang di Komisi yang meliputi
Dewan Pengawas, Pimpinan dan Pegawai, yang bekerja
dan menjalankan tugas serta fungsi Komisi.
7. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi adalah pedoman
berperilaku, bersikap, dan berbuat bagi Insan Komisi
dalam melaksanakan tugas dan fungsi pada Komisi serta
pergaulan hidup sehari-hari.
8. Pelanggaran adalah setiap sikap, ucapan, dan/atau
perbuatan yang dilakukan oleh seorang Insan Komisi
yang bertentangan dengan norma-norma yang telah
ditetapkan dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Komisi.
9. Sanksi adalah sanksi administratif yang dikenakan
kepada Insan Komisi yang terbukti melakukan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi.
10. Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu yang
berada di bawah Pimpinan yang mempunyai tugas
melakukan pembinaan atas manajemen perencanaan,
pengelolaan keuangan, organisasi dan tata laksana,
manajemen strategis, manajemen kinerja, pelayanan
umum, manajemen sumber daya manusia, perancangan
peraturan, litigasi dan bantuan hukum, serta hubungan
masyarakat.
11. Sekretaris Jenderal adalah pejabat setingkat Eselon I
yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
-5-
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
12. Kedeputian adalah unsur-unsur pembantu yang berada
di bawah Pimpinan yang mempunyai tugas di bidang
Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, dan
Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.
13. Majelis Kehormatan Kode Etik yang selanjutnya disingkat
MKKE adalah majelis yang bersifat ad hoc, dibentuk oleh
Dewan Pengawas untuk menyidangkan dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi
yang dilakukan oleh Ketua atau Anggota Dewan
Pengawas.
14. Tingkat Jabatan adalah tingkat yang menunjukkan bobot
jabatan berdasarkan hasil evaluasi jabatan.
15. Tingkat Kompetensi adalah tingkat yang menunjukkan
kelengkapan dan kedalaman kompetensi Pegawai yang
terdiri atas keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku untuk mencapai kinerja terbaik.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Peraturan ini disusun dengan maksud sebagai acuan
dalam rangka menegakkan Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Komisi.
(2) Peraturan ini bertujuan untuk mengatur larangan dan
kewajiban serta jenis hukuman terhadap Insan Komisi
yang melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Komisi sehingga menciptakan kepastian dan
kesepahaman dalam penerapan Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Komisi.
-6-
BAB III
NILAI DASAR
Pasal 3
(1) Nilai dasar dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi
yaitu sebagai berikut:
a. Integritas;
b. Sinergi
c. Keadilan;
d. Profesionalisme; dan
e. Kepemimpinan.
(2) Nilai dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dijabarkan dalam bentuk kewajiban dan larangan yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap Insan
Komisi.
BAB IV
KEWAJIBAN DAN LARANGAN
Bagian Kesatu
Integritas
Pasal 4
(1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Integritas,
setiap Insan Komisi wajib:
a. berperilaku dan bertindak secara jujur dalam
pelaksanaan tugas sesuai dengan fakta dan
kebenaran;
b. mematuhi dan melaksanakan peraturan Komisi
dan/atau memegang sumpah/janji;
c. menjaga citra, harkat, dan martabat Komisi di
berbagai forum, baik formal maupun informal di
dalam maupun di luar negeri;
d. memiliki komitmen dan loyalitas kepada Komisi serta
menyampingkan kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan dalam pelaksanaan tugas;
-7-
e. melaporkan apabila mengetahui ada dugaan
pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku yang
dilakukan oleh Insan Komisi;
f. melaporkan harta kekayaan sesuai peraturan
perundang-undangan dan peraturan Komisi;
g. menolak setiap gratifikasi yang dianggap suap, yaitu
yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan
dengan tugas dan kewajiban, yang diberikan secara
langsung;
h. melaporkan setiap gratifikasi yang dianggap suap
yaitu yang berhubungan dengan jabatan dan
berlawanan dengan tugas dan kewajiban, yang
diterima secara langsung maupun tidak langsung
sesuai peraturan yang berlaku;
i. memberitahukan kepada sesama Dewan Pengawas,
sesama Pimpinan, atau atasannya apabila terdapat
hubungan kedekatan atau keluarga atau yang secara
intensif masih berkomunikasi dengan pihak yang
ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa oleh
Komisi sesuai dengan peraturan Komisi;
j. mengundurkan diri dari penugasan apabila dalam
pelaksanakan tugas patut diduga menimbulkan
benturan kepentingan sesuai dengan peraturan
Komisi;
k. memberitahukan kepada sesama Dewan Pengawas,
sesama Pimpinan, atau atasannya mengenai
pertemuan atau komunikasi yang telah dilaksanakan
atau akan dilaksanakan dengan pihak lain yang
diduga menimbulkan benturan kepentingan dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi;
l. memberikan akses kepada Dewan Pengawas terhadap
seluruh fasilitas dan benda milik pribadi yang
digunakan dalam pekerjaan dan jabatan Insan Komisi
(seperti alat komunikasi, komputer, dan alat
transportasi) untuk kepentingan pemeriksaan dan
penegakan dugaan pelanggaran berat kode etik;
-8-
m. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya,
termasuk hasil rapat yang dinyatakan sebagai
rahasia, sampai batas waktu yang telah ditentukan
atau sampai masalah tersebut sudah dinyatakan
terbuka untuk umum sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;
n. menyadari sepenuhnya bahwa seluruh sikap dan
tindakannya selalu melekat dalam kapasitasnya
sebagai Insan Komisi;
o. menggunakan media sosial dengan bijak dan
bertanggung jawab.
(2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Integritas,
setiap Insan Komisi dilarang:
a. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung
dengan tersangka, terdakwa, terpidana, atau pihak
lain yang ada hubungan dengan perkara tindak
pidana korupsi yang diketahui perkaranya sedang
ditangani oleh Komisi kecuali dalam rangka
pelaksanaan tugas dan sepengetahuan Pimpinan atau
atasan langsung;
b. menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangan
yang dimiliki termasuk menyalahgunakan pengaruh
sebagai Insan Komisi baik dalam pelaksanaan tugas,
maupun kepentingan pribadi;
c. menyalahgunakan tanda pengenal Insan Komisi,
surat penugasan, ataupun bukti kepegawaian
lainnya;
d. menerima penghasilan lain yang menimbulkan
benturan kepentingan dengan tugas dan fungsi
Komisi serta merugikan kepentingan Komisi;
e. melakukan pekerjaan atau memiliki usaha/badan
usaha yang memberikan jasa maupun usaha dagang
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Komisi serta
menimbulkan benturan kepentingan;
f. menerima honorarium atau imbalan dalam bentuk
apapun dari pihak lain terkait dengan pelaksanaan
-9-
tugas kecuali uang transpor, uang harian (uang saku,
transpor lokal, uang makan), akomodasi, makanan
dan minuman yang dihidangkan dalam rangka rapat,
pelatihan, seminar/lokakarya, kemitraan, dan
sosialisasi yang berlaku secara umum dan sesuai
Peraturan Komisi serta sepanjang tidak dibiayai oleh
Komisi;
g. memberitahukan, meminjamkan, mengirimkan atau
mentransfer, mengalihkan, menjual atau
memperdagangkan, memanfaatkan seluruh atau
sebagian dokumen, data, atau informasi milik Komisi
dalam bentuk elektronik atau nonelektronik untuk
kepentingan pribadi, kepada pihak yang tidak berhak,
atau membiarkan hal tersebut terjadi, kecuali atas
persetujuan atasan langsung atau Pimpinan Komisi;
h. menyembunyikan, mengubah, memindahtangankan,
menghancurkan, merusak catatan atau dokumen
milik Komisi kecuali untuk kepentingan pelaksanaan
tugas;
i. menggunakan dokumen, barang, dan fasilitas milik
Komisi untuk hal-hal di luar pelaksanaan tugas
kecuali atas persetujuan atasan;
j. menggunakan point atau manfaat dari program
frequent flyer, point rewards, atau sejenisnya yang
diperoleh dari pelaksanaan perjalanan dinas untuk
ditukarkan dengan tiket pesawat, barang, dan/atau
voucer guna kepentingan pribadi;
k. mengikutsertakan keluarga atau pihak lain yang
tidak terkait dengan pelaksanaan tugas pada saat
melakukan perjalanan dinas kecuali terdapat alasan
kemanusiaan dan berdasarkan izin atasan langsung
dan tidak menghambat atau menyampingkan
pelaksanaan tugas serta tidak merugikan keuangan
Komisi;
l. memasuki tempat yang dipandang tidak pantas
secara etika dan moral yang berlaku di masyarakat,
seperti tempat prostitusi, perjudian, dan kelab malam
- 10-
kecuali karena penugasan;
m. menunjukkan gaya hidup hedonisme sebagai bentuk
empati kepada masyarakat terutama kepada sesama
Insan Komisi.
Bagian Kedua
Sinergi
Pasal 5
(1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Sinergi, setiap
Insan Komisi wajib:
a. bersedia berkerja sama dan membangun kemitraan
yang harmonis dengan seluruh pemangku
kepentingan untuk menemukan dan melaksanakan
solusi terbaik, bermanfaat, dan berkualitas;
b. saling berbagi informasi, pengetahuan, dan data
untuk meningkatkan efektivitas pemberantasan
korupsi kecuali yang bersifat rahasia atau yang harus
dirahasiakan;
c. bersedia untuk berbagi solusi, informasi, dan/atau
data sesuai kewenangan untuk menyelesaikan
masalah dalam pelaksanaan tugas kecuali yang
bersifat rahasia atau yang harus dirahasiakan;
d. bersikap kooperatif dengan pihak yang berasal dari
unit kerja lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.
(2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Sinergi, setiap
Insan Komisi dilarang:
a. melakukan perbuatan yang menimbulkan suasana
kerja yang tidak kondusif dan harmonis;
b. menyebarkan berita bohong dan/atau informasi yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
sehingga menimbulkan rasa kebencian dan/atau
permusuhan;
c. melakukan perbuatan yang menunjukkan ego
sektoral tanpa mengurangi independensi dalam
pelaksanaan tugas, baik di lingkungan eksternal
maupun internal Komisi;
-11 -
d. mengingkari komitmen terhadap keputusan bersama
dan implementasinya.
Bagian Ketiga
Keadilan
Pasal 6
(1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Keadilan,
setiap Insan Komisi wajib:
a. mengakui persamaan derajat dan menghormati hak
serta kewajiban terhadap setiap Insan Komisi;
b. memenuhi kewajiban dan menuntut hak secara
berimbang;
c. menerapkan prinsip kesetaraan di hadapan hukum;
d. memberikan kesempatan yang sama tanpa membeda-
bedakan agama, suku, kemampuan fisik, atau jenis
kelamin untuk pengembangan karir dan kompetensi
Insan Komisi;
e. bersikap tegas, rasional, dan transparan dalam
pengambilan keputusan dengan pertimbangan yang
obyektif, berkeadilan, dan tidak memihak;
f. memberikan akses informasi yang sifatnya terbuka
kepada publik sesuai dengan peraturan perundang
undangan.
(2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Keadilan,
setiap Insan Komisi dilarang:
a. bersikap diskriminatif atau menunjukkan
keberpihakan atau melakukan pelecehan terhadap
perbedaan ras, jenis kelamin, agama, asal
kebangsaan, kemampuan fisik atau mental, usia,
status pernikahan atau status sosial ekonomi dalam
pelaksanaan tugas;
b. bertindak sewenang-wenang atau melakukan
perundungan dan/atau pelecehan terhadap Insan
Komisi atau pihak lain baik di dalam maupun di luar
lingkungan kerja.
- 12-
Bagian Keempat
Profesionalisme
Pasal 7
(1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar
Profesionalisme, setiap Insan Komisi wajib:
a. bekerja sesuai prosedur operasional standar
(Standard Operating Procedure/SOP);
b. menolak perintah atasan yang bertentangan dengan
prosedur operasional standar (Standard Operating
Procedure/SOP) dan norma hukum yang berlaku;
c. menghargai perbedaan pendapat, terbuka terhadap
kritik dan saran yang membangun;
d. mengutamakan pelaksanaan tugas daripada
kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan;
e. menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara akuntabel
dan tuntas;
f. berani mengakui dan bertanggungjawab atas
kesalahannya;
g. bertanggungjawab terhadap keamanan barang,
dokumen, data, dan informasi milik Komisi yang
berada dalam penguasaannya;
h. mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan;
i. mampu beradaptasi terhadap perubahan ke arah
yang lebih baik;
j. melaksanakan kegiatan terkait tugas atau jabatannya
dengan izin atau sepengetahuan atasan.
(2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar
Profesionalisme, setiap Insan Komisi dilarang:
a. terpengaruh oleh kepentingan pribadi maupun
kepentingan kelompok serta tekanan publik maupun
media dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi;
b. menjabat sebagai pengawas, pengurus, direksi,
komisaris suatu korporasi, badan usaha, perseroan,
yayasan atau koperasi, pengurus atau anggota partai
- 13 -
politik, atau jabatan profesi lainnya selama bertugas
di Komisi;
c. menghalangi Insan Komisi untuk melakukan inovasi
yang mendukung peningkatan efektivitas dan efisiensi
dalam pelaksanaan tugas Komisi;
d. merespons kritik dan saran secara negatif dan
berlebihan;
e. mengeluarkan pernyataan kepada publik yang dapat
memengaruhi, menghambat atau mengganggu proses
penanganan perkara oleh Komisi;
f. bermain golf atau olahraga lainnya dengan pihak atau
pihak-pihak yang secara langsung atau tidak
langsung berpotensi menimbulkan benturan
kepentingan dengan Komisi.
Bagian Kelima
Kepemimpinan
Pasal 8
(1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Kepemimpinan,
setiap Insan Komisi wajib:
a. menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan
seluruh lembaga dan aparatur negara untuk
kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
menunaikan ibadah ketika rapat kerja atau tugas
kedinasan sedang berlangsung;
c. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi;
d. saling menghormati dan menghargai sesama Insan
Komisi dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan
sehari-hari;
e. menilai kinerja Insan Komisi secara objektif
berdasarkan kriteria yang jelas dan terukur sesuai
peraturan Komisi;
f. menunjukkan keteladanan dalam tindakan dan
- 14-
perilaku sehari-hari;
g. membimbing Insan Komisi yang dipimpin dalam
pelaksanaan tugas;
h. memberikan apresiasi terhadap hasil kerja dan
prestasi setiap individu dan mendorong Insan Komisi
yang dipimpin untuk meningkatkan prestasi
kerjanya;
i. menegur bawahan yang terbukti melakukan
pelanggaran;
j. berani mengambil keputusan dalam situasi sulit dan
berani menghadapi serta menerima konsekuensinya;
k. bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan
keputusan yang telah disepakati;
l. terbuka terhadap usulan perbaikan;
m. menghindari sikap, tingkah laku, atau ucapan yang
dilakukan untuk mencari popularitas, pujian, atau
penghargaan dari siapapun dalam pelaksanaan tugas
Komisi.
(2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Kepemimpinan,
setiap Insan Komisi dilarang bertindak sewenang-wenang
atau tidak adil atau bersikap diskriminatif terhadap
bawahan atau sesama Insan Komisi.
BAB V
JENIS PELANGGARAN DAN SANKSI
Bagian Kesatu
Jenis Pelanggaran
Pasal 9
(1) Pelanggaran terdiri atas:
a. Pelanggaran Ringan;
b. Pelanggaran Sedang; dan
c. Pelanggaran Berat.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 4, Pasal 5,
Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 dapat diklasifikasikan
sebagai Pelanggaran Ringan, Sedang, atau Berat
- 15-
berdasarkan pada dampak atau kerugian yang ditimbulkan.
(3) Klasifikasi dampak atau kerugian sebagaimana dimaksud
pada ayat (2):
a. Dampak atau kerugian terhadap Kedeputian dan/atau
Sekretariat Jenderal termasuk Pelanggaran Ringan.
b. Dampak atau kerugian terhadap Komisi termasuk
Pelanggaran Sedang.
c. Dampak atau kerugian terhadap Negara termasuk
Pelanggaran Berat.
Bagian Kedua
Sanksi
Pasal 10
(1) Sanksi terdiri atas:
a. Sanksi Ringan;
b. Sanksi Sedang; dan
c. Sanksi Berat.
(2) Sanksi Ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
,terdiri atas:
a. Teguran Lisan, dengan masa berlaku hukuman selama 1
(satu) bulan;
b. Teguran Tertulis I, dengan masa berlaku hukuman
selama 3 (tiga) bulan;
c. Teguran Tertulis II, dengan masa berlaku hukuman
selama 6 (enam) bulan.
(3) Sanksi Sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. pemotongan gaji pokok sebesar 10% (sepuluh persen)
selama 6 (enam) bulan;
b. pemotongan gaji pokok sebesar 15% (lima belas persen)
selama 6 (enam) bulan;
c. pemotongan gaji pokok sebesar 20% (dua puluh persen)
selama 6 (enam) bulan.
(4) Sanksi Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
bagi Dewan Pengawas dan Pimpinan, terdiri atas:
a. pemotongan gaji pokok sebesar 40% (empat puluh
persen) selama 12 (dua belas) bulan;
b. diminta untuk mengajukan pengunduran diri sebagai
Dewan Pengawas dan Pimpinan.
- 16-
(5) Sanksi Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c bagi Pegawai, terdiri atas:
a. pemotongan gaji pokok sebesar 30% (tiga puluh
persen) selama 12 (dua belas) bulan;
i. bagi Pegawai pada Rumpun Jabatan Struktural,
diberhentikan dari jabatannya dan ditempatkan
pada Rumpun Jabatan Fungsional dengan
Tingkat Jabatan yang lebih rendah dari Tingkat
Jabatan sebelumnya;
ii. bagi Pegawai pada Rumpun Jabatan
Spesialis/Administrasi, diturunkan Tingkat
Kompetensinya sebanyak 2 (dua) jenjang.
b. diminta untuk mengajukan pengunduran diri;
c. diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai
Komisi.
Pasal 11
(1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dijatuhkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sanksi Ringan terhadap Pelanggaran Ringan;
b. Sanksi Sedang terhadap Pelanggaran Sedang; dan
c. Sanksi Berat terhadap Pelanggaran Berat.
(2) Dalam hal terjadi pengulangan Pelanggaran oleh Insan
Komisi pada jenis pelanggaran yang sama maka Sanksi
dapat dijatuhkan satu tingkat di atasnya.
Pasal 12
(1) Insan Komisi yang sedang menjalani Sanksi Ringan,
Sedang, dan/atau Berat tidak dapat mengikuti program
promosi, mutasi, rotasi, dan/atau tugas
belajar/pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam,
maupun di luar negeri.
- 17-
(2) Insan Komisi yang sedang menjalani Sanksi Sedang dan
Berat tidak dapat dinaikkan Tingkat Jabatan dan/atau
Tingkat Kompetensinya.
BAB VI
PEJABAT YANG BERWENANG
Pasal 13
(1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan Sanksi atas
Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi
yang dilakukan oleh Pimpinan dan Pegawai Komisi
adalah Dewan Pengawas.
(2) Pejabat yang berwenang menjatuhkan Sanksi atas
Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi
yang dilakukan oleh Dewan Pengawas adalah MKKE.
(3) MKKE sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah 5
(lima) orang yang terdiri dari unsur Dewan Pengawas
yang tidak sedang diperiksa, akademisi dan/atau praktisi
hukum yang ditunjuk.
(4) Tata cara pemeriksaan dan persidangan pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi lebih lanjut
diatur dalam Peraturan Dewan Pengawas.
- 18-
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
(1) Pada saat Peraturan ini berlaku, seluruh Peraturan yang
bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
(2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 4 Mei 2020
DEWAN PENGAWAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
KETUA
- 19-
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
(1) Pada saat Peraturan ini berlaku, seluruh Peraturan yang
bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak
berlaku.
(2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 4 Mei 2020
DEWAN PENGAWAS
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
ANGGOTA ANGGOTA

More Related Content

What's hot

Teknik Persidangan Organisasi
Teknik Persidangan OrganisasiTeknik Persidangan Organisasi
Teknik Persidangan Organisasi
Devid Adi Surya
 
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Edwarn Abazel
 
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
Local Government
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Rizki Gumilar
 

What's hot (20)

Perbandingan Administrasi Negara Inggris dengan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Inggris dengan IndonesiaPerbandingan Administrasi Negara Inggris dengan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Inggris dengan Indonesia
 
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang EfektifTeori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
Teori Kepemimpinan dan Karakteristik Pemimpin yang Efektif
 
Etika Dan Budaya Organisasi
Etika Dan Budaya OrganisasiEtika Dan Budaya Organisasi
Etika Dan Budaya Organisasi
 
budaya organisasi
budaya organisasibudaya organisasi
budaya organisasi
 
Pengawasan dan evaluasi
Pengawasan dan evaluasiPengawasan dan evaluasi
Pengawasan dan evaluasi
 
Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi Kepemimpinan dalam-organisasi
Kepemimpinan dalam-organisasi
 
Teknik Persidangan Organisasi
Teknik Persidangan OrganisasiTeknik Persidangan Organisasi
Teknik Persidangan Organisasi
 
Hukum perdata
Hukum perdataHukum perdata
Hukum perdata
 
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinanFaktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsicontoh upaya upaya pemberantasan korupsi
contoh upaya upaya pemberantasan korupsi
 
Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)Materi Kepemimpinan (leadership)
Materi Kepemimpinan (leadership)
 
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
Kepemimpinan ii (pengertian pemimpin dan kepemimpinan)
 
Struktur Organisasi
Struktur OrganisasiStruktur Organisasi
Struktur Organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Organisasi sekolah power point
Organisasi sekolah power point Organisasi sekolah power point
Organisasi sekolah power point
 
Ppt perilaku organisasi
Ppt perilaku organisasiPpt perilaku organisasi
Ppt perilaku organisasi
 
Presentasi pengorganisasian
Presentasi pengorganisasianPresentasi pengorganisasian
Presentasi pengorganisasian
 
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
Teori Anomie jika dihubungkan dengan Kejahatan Bunuh Diri
 
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan pptKepemimpinan dalam perusahaan ppt
Kepemimpinan dalam perusahaan ppt
 

Similar to Perdewas KPK 2/2020 Kode Etik

Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Sari Kusuma Dewi
 
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdfsalinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
MARYONSWPOHWAIN
 
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRDTUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
heru purnomo
 

Similar to Perdewas KPK 2/2020 Kode Etik (20)

Peraturan KPK Nomor 7 Tahun 2020
Peraturan KPK Nomor 7 Tahun 2020Peraturan KPK Nomor 7 Tahun 2020
Peraturan KPK Nomor 7 Tahun 2020
 
Bahan Pleno Revisi UU KPK Final
Bahan Pleno Revisi UU KPK FinalBahan Pleno Revisi UU KPK Final
Bahan Pleno Revisi UU KPK Final
 
PKPI No 01/2014 Tentang Kelembagaan KPI
PKPI No 01/2014 Tentang Kelembagaan KPIPKPI No 01/2014 Tentang Kelembagaan KPI
PKPI No 01/2014 Tentang Kelembagaan KPI
 
ITJEN-Etika&Integritas_bahan_ajar_badiklat_Jateng_19Maret2024.pptx
ITJEN-Etika&Integritas_bahan_ajar_badiklat_Jateng_19Maret2024.pptxITJEN-Etika&Integritas_bahan_ajar_badiklat_Jateng_19Maret2024.pptx
ITJEN-Etika&Integritas_bahan_ajar_badiklat_Jateng_19Maret2024.pptx
 
Uu 30 2002
Uu 30 2002Uu 30 2002
Uu 30 2002
 
PERATURAN DPR-RI NO.2 TAHUN 2015
PERATURAN DPR-RI NO.2 TAHUN 2015PERATURAN DPR-RI NO.2 TAHUN 2015
PERATURAN DPR-RI NO.2 TAHUN 2015
 
11pr017
11pr01711pr017
11pr017
 
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
Laporan Panitia Angket DPR RI dalam Rapur 14 Februari 2018
 
kode etik bpk
kode etik bpkkode etik bpk
kode etik bpk
 
PMK
PMKPMK
PMK
 
Salinan Berita Negara 597-2022.pdf
Salinan Berita Negara 597-2022.pdfSalinan Berita Negara 597-2022.pdf
Salinan Berita Negara 597-2022.pdf
 
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcgPbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
Pbi nomor 8 4 2006 tentang pelaksanaan gcg
 
PERPOL-NO-7-TH-2022.pdf
PERPOL-NO-7-TH-2022.pdfPERPOL-NO-7-TH-2022.pdf
PERPOL-NO-7-TH-2022.pdf
 
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
Salinan PP Nomor 41 Tahun 2020
 
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdfsalinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
salinan peraturan bawaslu nomor 3 tahun 2022 (1).pdf
 
Kode etik ppat
Kode etik ppatKode etik ppat
Kode etik ppat
 
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRDTUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
TUGAS BADAN KEHORMATAN DPRD
 
Resume PKPU No 8 Tahun 2019
Resume PKPU No 8 Tahun 2019Resume PKPU No 8 Tahun 2019
Resume PKPU No 8 Tahun 2019
 
Presentasi Kode Etik PNS
Presentasi Kode Etik PNSPresentasi Kode Etik PNS
Presentasi Kode Etik PNS
 
23KM049_Salinan TPPU.pdf
23KM049_Salinan TPPU.pdf23KM049_Salinan TPPU.pdf
23KM049_Salinan TPPU.pdf
 

More from CIkumparan

SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
CIkumparan
 

More from CIkumparan (20)

Salinan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 .pdf
Salinan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 .pdfSalinan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 .pdf
Salinan Perpres Nomor 32 Tahun 2024 .pdf
 
SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
SE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdfSE_597_2024.pdf
 
rilis pengawasan pungut hitung newwwwww.pdf
rilis pengawasan pungut hitung newwwwww.pdfrilis pengawasan pungut hitung newwwwww.pdf
rilis pengawasan pungut hitung newwwwww.pdf
 
Pemetaan Partai Politik Pengusung Mantan Napi Korupsi.pdf
Pemetaan Partai Politik Pengusung Mantan Napi Korupsi.pdfPemetaan Partai Politik Pengusung Mantan Napi Korupsi.pdf
Pemetaan Partai Politik Pengusung Mantan Napi Korupsi.pdf
 
Pemetaan Mantan Napi Korupsi dalam DCT Caleg Pemilu 2024.pdf
Pemetaan Mantan Napi Korupsi dalam DCT Caleg Pemilu 2024.pdfPemetaan Mantan Napi Korupsi dalam DCT Caleg Pemilu 2024.pdf
Pemetaan Mantan Napi Korupsi dalam DCT Caleg Pemilu 2024.pdf
 
2024kpt122.pdf KPU document 2024 122xxxx
2024kpt122.pdf KPU document 2024 122xxxx2024kpt122.pdf KPU document 2024 122xxxx
2024kpt122.pdf KPU document 2024 122xxxx
 
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdffff
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdffffSalinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdffff
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdffff
 
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdfxxxxx
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdfxxxxxSalinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdfxxxxx
Salinan Perpres Nomor 10 Tahun 2024.pdfxxxxx
 
Keppres Nomor 8 Tahun 2024 pdfxxxxxxxxxxx
Keppres Nomor 8 Tahun 2024 pdfxxxxxxxxxxxKeppres Nomor 8 Tahun 2024 pdfxxxxxxxxxxx
Keppres Nomor 8 Tahun 2024 pdfxxxxxxxxxxx
 
V3. PERS RELEASE PENERIMAAN LADK PARPOL.pdf
V3. PERS RELEASE PENERIMAAN LADK PARPOL.pdfV3. PERS RELEASE PENERIMAAN LADK PARPOL.pdf
V3. PERS RELEASE PENERIMAAN LADK PARPOL.pdf
 
Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan...
Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan...Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan...
Peraturan BEM UI 2023 tentang Pelaporan, Penanganan, dan Pencegahan Kekerasan...
 
Salinan Perpres Nomor 79 Tahun 2023 (1).pdf
Salinan Perpres Nomor 79 Tahun 2023 (1).pdfSalinan Perpres Nomor 79 Tahun 2023 (1).pdf
Salinan Perpres Nomor 79 Tahun 2023 (1).pdf
 
Rilis Timnas AMIN.pdf
Rilis Timnas AMIN.pdfRilis Timnas AMIN.pdf
Rilis Timnas AMIN.pdf
 
Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 53 Tahun 2023
 
Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357Salinan Permohonan_3357
Salinan Permohonan_3357
 
SP - Pelantikan Pejabat Kemenkeu-final.pdf
SP - Pelantikan Pejabat Kemenkeu-final.pdfSP - Pelantikan Pejabat Kemenkeu-final.pdf
SP - Pelantikan Pejabat Kemenkeu-final.pdf
 
Salinan Visi Misi Prabowo-Gibran
Salinan Visi Misi Prabowo-GibranSalinan Visi Misi Prabowo-Gibran
Salinan Visi Misi Prabowo-Gibran
 
Salinan SE Peningkatan Kewaspadaan MPOX
Salinan SE Peningkatan Kewaspadaan MPOXSalinan SE Peningkatan Kewaspadaan MPOX
Salinan SE Peningkatan Kewaspadaan MPOX
 
Salinan AMIN VISI MISI PROGRAM
Salinan AMIN VISI MISI PROGRAMSalinan AMIN VISI MISI PROGRAM
Salinan AMIN VISI MISI PROGRAM
 
Salinan PP Nomor 48 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 48 Tahun 2023Salinan PP Nomor 48 Tahun 2023
Salinan PP Nomor 48 Tahun 2023
 

Perdewas KPK 2/2020 Kode Etik

  • 1. KPK Komisi Pemberantasan Korupsi PERATURAN DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2020 TENTANG PENEGAKAN KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 37B ayat (1) huruf c Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, Dewan Pengawas bertugas menyusun dan menetapkan kode etik pimpinan dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi. b. Bahwa ketentuan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi telah ditetapkan dalam Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 Peraturan c.
  • 2. -2- Mengingat Menetapkan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi, perlu membentuk Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi yang mengatur mengenai klasifikasi tingkat pelanggaran dan jenis hukuman. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu dibentuk Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Penegakan Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Dewan Pengawas, Pimpinan, Dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi. : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6409); 2. Peraturan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi. MEMUTUSKAN: : PERATURAN DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TENTANG PENEGAKAN KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI.
  • 3. -3 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Pemberantasan Korupsi yang selanjutnya disebut Komisi adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan eksekutif yang melaksanakan tugas pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Dewan Pengawas, Pimpinan, dan Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi. 3. Dewan Pengawas Komisi yang selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah Dewan yang dibentuk dalam rangka mengawasi pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4. Pimpinan Komisi yang selanjutnya disebut Pimpinan adalah Pimpinan Komisi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
  • 4. -4- 5. Pegawai Komisi yang selanjutnya disebut Pegawai adalah warga negara Indonesia yang karena keahliannya diangkat sebagai pegawai pada Komisi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 6. Insan Komisi adalah setiap orang di Komisi yang meliputi Dewan Pengawas, Pimpinan dan Pegawai, yang bekerja dan menjalankan tugas serta fungsi Komisi. 7. Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi adalah pedoman berperilaku, bersikap, dan berbuat bagi Insan Komisi dalam melaksanakan tugas dan fungsi pada Komisi serta pergaulan hidup sehari-hari. 8. Pelanggaran adalah setiap sikap, ucapan, dan/atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang Insan Komisi yang bertentangan dengan norma-norma yang telah ditetapkan dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi. 9. Sanksi adalah sanksi administratif yang dikenakan kepada Insan Komisi yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi. 10. Sekretariat Jenderal adalah unsur pembantu yang berada di bawah Pimpinan yang mempunyai tugas melakukan pembinaan atas manajemen perencanaan, pengelolaan keuangan, organisasi dan tata laksana, manajemen strategis, manajemen kinerja, pelayanan umum, manajemen sumber daya manusia, perancangan peraturan, litigasi dan bantuan hukum, serta hubungan masyarakat. 11. Sekretaris Jenderal adalah pejabat setingkat Eselon I yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
  • 5. -5- terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 12. Kedeputian adalah unsur-unsur pembantu yang berada di bawah Pimpinan yang mempunyai tugas di bidang Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, dan Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat. 13. Majelis Kehormatan Kode Etik yang selanjutnya disingkat MKKE adalah majelis yang bersifat ad hoc, dibentuk oleh Dewan Pengawas untuk menyidangkan dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi yang dilakukan oleh Ketua atau Anggota Dewan Pengawas. 14. Tingkat Jabatan adalah tingkat yang menunjukkan bobot jabatan berdasarkan hasil evaluasi jabatan. 15. Tingkat Kompetensi adalah tingkat yang menunjukkan kelengkapan dan kedalaman kompetensi Pegawai yang terdiri atas keahlian, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku untuk mencapai kinerja terbaik. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan ini disusun dengan maksud sebagai acuan dalam rangka menegakkan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi. (2) Peraturan ini bertujuan untuk mengatur larangan dan kewajiban serta jenis hukuman terhadap Insan Komisi yang melakukan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi sehingga menciptakan kepastian dan kesepahaman dalam penerapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi.
  • 6. -6- BAB III NILAI DASAR Pasal 3 (1) Nilai dasar dalam Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi yaitu sebagai berikut: a. Integritas; b. Sinergi c. Keadilan; d. Profesionalisme; dan e. Kepemimpinan. (2) Nilai dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan dalam bentuk kewajiban dan larangan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap Insan Komisi. BAB IV KEWAJIBAN DAN LARANGAN Bagian Kesatu Integritas Pasal 4 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Integritas, setiap Insan Komisi wajib: a. berperilaku dan bertindak secara jujur dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan fakta dan kebenaran; b. mematuhi dan melaksanakan peraturan Komisi dan/atau memegang sumpah/janji; c. menjaga citra, harkat, dan martabat Komisi di berbagai forum, baik formal maupun informal di dalam maupun di luar negeri; d. memiliki komitmen dan loyalitas kepada Komisi serta menyampingkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan dalam pelaksanaan tugas;
  • 7. -7- e. melaporkan apabila mengetahui ada dugaan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku yang dilakukan oleh Insan Komisi; f. melaporkan harta kekayaan sesuai peraturan perundang-undangan dan peraturan Komisi; g. menolak setiap gratifikasi yang dianggap suap, yaitu yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas dan kewajiban, yang diberikan secara langsung; h. melaporkan setiap gratifikasi yang dianggap suap yaitu yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan tugas dan kewajiban, yang diterima secara langsung maupun tidak langsung sesuai peraturan yang berlaku; i. memberitahukan kepada sesama Dewan Pengawas, sesama Pimpinan, atau atasannya apabila terdapat hubungan kedekatan atau keluarga atau yang secara intensif masih berkomunikasi dengan pihak yang ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa oleh Komisi sesuai dengan peraturan Komisi; j. mengundurkan diri dari penugasan apabila dalam pelaksanakan tugas patut diduga menimbulkan benturan kepentingan sesuai dengan peraturan Komisi; k. memberitahukan kepada sesama Dewan Pengawas, sesama Pimpinan, atau atasannya mengenai pertemuan atau komunikasi yang telah dilaksanakan atau akan dilaksanakan dengan pihak lain yang diduga menimbulkan benturan kepentingan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi; l. memberikan akses kepada Dewan Pengawas terhadap seluruh fasilitas dan benda milik pribadi yang digunakan dalam pekerjaan dan jabatan Insan Komisi (seperti alat komunikasi, komputer, dan alat transportasi) untuk kepentingan pemeriksaan dan penegakan dugaan pelanggaran berat kode etik;
  • 8. -8- m. menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang dinyatakan sebagai rahasia, sampai batas waktu yang telah ditentukan atau sampai masalah tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; n. menyadari sepenuhnya bahwa seluruh sikap dan tindakannya selalu melekat dalam kapasitasnya sebagai Insan Komisi; o. menggunakan media sosial dengan bijak dan bertanggung jawab. (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Integritas, setiap Insan Komisi dilarang: a. mengadakan hubungan langsung atau tidak langsung dengan tersangka, terdakwa, terpidana, atau pihak lain yang ada hubungan dengan perkara tindak pidana korupsi yang diketahui perkaranya sedang ditangani oleh Komisi kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas dan sepengetahuan Pimpinan atau atasan langsung; b. menyalahgunakan jabatan dan/atau kewenangan yang dimiliki termasuk menyalahgunakan pengaruh sebagai Insan Komisi baik dalam pelaksanaan tugas, maupun kepentingan pribadi; c. menyalahgunakan tanda pengenal Insan Komisi, surat penugasan, ataupun bukti kepegawaian lainnya; d. menerima penghasilan lain yang menimbulkan benturan kepentingan dengan tugas dan fungsi Komisi serta merugikan kepentingan Komisi; e. melakukan pekerjaan atau memiliki usaha/badan usaha yang memberikan jasa maupun usaha dagang yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Komisi serta menimbulkan benturan kepentingan; f. menerima honorarium atau imbalan dalam bentuk apapun dari pihak lain terkait dengan pelaksanaan
  • 9. -9- tugas kecuali uang transpor, uang harian (uang saku, transpor lokal, uang makan), akomodasi, makanan dan minuman yang dihidangkan dalam rangka rapat, pelatihan, seminar/lokakarya, kemitraan, dan sosialisasi yang berlaku secara umum dan sesuai Peraturan Komisi serta sepanjang tidak dibiayai oleh Komisi; g. memberitahukan, meminjamkan, mengirimkan atau mentransfer, mengalihkan, menjual atau memperdagangkan, memanfaatkan seluruh atau sebagian dokumen, data, atau informasi milik Komisi dalam bentuk elektronik atau nonelektronik untuk kepentingan pribadi, kepada pihak yang tidak berhak, atau membiarkan hal tersebut terjadi, kecuali atas persetujuan atasan langsung atau Pimpinan Komisi; h. menyembunyikan, mengubah, memindahtangankan, menghancurkan, merusak catatan atau dokumen milik Komisi kecuali untuk kepentingan pelaksanaan tugas; i. menggunakan dokumen, barang, dan fasilitas milik Komisi untuk hal-hal di luar pelaksanaan tugas kecuali atas persetujuan atasan; j. menggunakan point atau manfaat dari program frequent flyer, point rewards, atau sejenisnya yang diperoleh dari pelaksanaan perjalanan dinas untuk ditukarkan dengan tiket pesawat, barang, dan/atau voucer guna kepentingan pribadi; k. mengikutsertakan keluarga atau pihak lain yang tidak terkait dengan pelaksanaan tugas pada saat melakukan perjalanan dinas kecuali terdapat alasan kemanusiaan dan berdasarkan izin atasan langsung dan tidak menghambat atau menyampingkan pelaksanaan tugas serta tidak merugikan keuangan Komisi; l. memasuki tempat yang dipandang tidak pantas secara etika dan moral yang berlaku di masyarakat, seperti tempat prostitusi, perjudian, dan kelab malam
  • 10. - 10- kecuali karena penugasan; m. menunjukkan gaya hidup hedonisme sebagai bentuk empati kepada masyarakat terutama kepada sesama Insan Komisi. Bagian Kedua Sinergi Pasal 5 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Sinergi, setiap Insan Komisi wajib: a. bersedia berkerja sama dan membangun kemitraan yang harmonis dengan seluruh pemangku kepentingan untuk menemukan dan melaksanakan solusi terbaik, bermanfaat, dan berkualitas; b. saling berbagi informasi, pengetahuan, dan data untuk meningkatkan efektivitas pemberantasan korupsi kecuali yang bersifat rahasia atau yang harus dirahasiakan; c. bersedia untuk berbagi solusi, informasi, dan/atau data sesuai kewenangan untuk menyelesaikan masalah dalam pelaksanaan tugas kecuali yang bersifat rahasia atau yang harus dirahasiakan; d. bersikap kooperatif dengan pihak yang berasal dari unit kerja lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas. (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Sinergi, setiap Insan Komisi dilarang: a. melakukan perbuatan yang menimbulkan suasana kerja yang tidak kondusif dan harmonis; b. menyebarkan berita bohong dan/atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga menimbulkan rasa kebencian dan/atau permusuhan; c. melakukan perbuatan yang menunjukkan ego sektoral tanpa mengurangi independensi dalam pelaksanaan tugas, baik di lingkungan eksternal maupun internal Komisi;
  • 11. -11 - d. mengingkari komitmen terhadap keputusan bersama dan implementasinya. Bagian Ketiga Keadilan Pasal 6 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Keadilan, setiap Insan Komisi wajib: a. mengakui persamaan derajat dan menghormati hak serta kewajiban terhadap setiap Insan Komisi; b. memenuhi kewajiban dan menuntut hak secara berimbang; c. menerapkan prinsip kesetaraan di hadapan hukum; d. memberikan kesempatan yang sama tanpa membeda- bedakan agama, suku, kemampuan fisik, atau jenis kelamin untuk pengembangan karir dan kompetensi Insan Komisi; e. bersikap tegas, rasional, dan transparan dalam pengambilan keputusan dengan pertimbangan yang obyektif, berkeadilan, dan tidak memihak; f. memberikan akses informasi yang sifatnya terbuka kepada publik sesuai dengan peraturan perundang undangan. (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Keadilan, setiap Insan Komisi dilarang: a. bersikap diskriminatif atau menunjukkan keberpihakan atau melakukan pelecehan terhadap perbedaan ras, jenis kelamin, agama, asal kebangsaan, kemampuan fisik atau mental, usia, status pernikahan atau status sosial ekonomi dalam pelaksanaan tugas; b. bertindak sewenang-wenang atau melakukan perundungan dan/atau pelecehan terhadap Insan Komisi atau pihak lain baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
  • 12. - 12- Bagian Keempat Profesionalisme Pasal 7 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Profesionalisme, setiap Insan Komisi wajib: a. bekerja sesuai prosedur operasional standar (Standard Operating Procedure/SOP); b. menolak perintah atasan yang bertentangan dengan prosedur operasional standar (Standard Operating Procedure/SOP) dan norma hukum yang berlaku; c. menghargai perbedaan pendapat, terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun; d. mengutamakan pelaksanaan tugas daripada kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan; e. menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara akuntabel dan tuntas; f. berani mengakui dan bertanggungjawab atas kesalahannya; g. bertanggungjawab terhadap keamanan barang, dokumen, data, dan informasi milik Komisi yang berada dalam penguasaannya; h. mengoptimalkan kompetensi yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan; i. mampu beradaptasi terhadap perubahan ke arah yang lebih baik; j. melaksanakan kegiatan terkait tugas atau jabatannya dengan izin atau sepengetahuan atasan. (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Profesionalisme, setiap Insan Komisi dilarang: a. terpengaruh oleh kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok serta tekanan publik maupun media dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi; b. menjabat sebagai pengawas, pengurus, direksi, komisaris suatu korporasi, badan usaha, perseroan, yayasan atau koperasi, pengurus atau anggota partai
  • 13. - 13 - politik, atau jabatan profesi lainnya selama bertugas di Komisi; c. menghalangi Insan Komisi untuk melakukan inovasi yang mendukung peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas Komisi; d. merespons kritik dan saran secara negatif dan berlebihan; e. mengeluarkan pernyataan kepada publik yang dapat memengaruhi, menghambat atau mengganggu proses penanganan perkara oleh Komisi; f. bermain golf atau olahraga lainnya dengan pihak atau pihak-pihak yang secara langsung atau tidak langsung berpotensi menimbulkan benturan kepentingan dengan Komisi. Bagian Kelima Kepemimpinan Pasal 8 (1) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Kepemimpinan, setiap Insan Komisi wajib: a. menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan seluruh lembaga dan aparatur negara untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menunaikan ibadah ketika rapat kerja atau tugas kedinasan sedang berlangsung; c. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Komisi; d. saling menghormati dan menghargai sesama Insan Komisi dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan sehari-hari; e. menilai kinerja Insan Komisi secara objektif berdasarkan kriteria yang jelas dan terukur sesuai peraturan Komisi; f. menunjukkan keteladanan dalam tindakan dan
  • 14. - 14- perilaku sehari-hari; g. membimbing Insan Komisi yang dipimpin dalam pelaksanaan tugas; h. memberikan apresiasi terhadap hasil kerja dan prestasi setiap individu dan mendorong Insan Komisi yang dipimpin untuk meningkatkan prestasi kerjanya; i. menegur bawahan yang terbukti melakukan pelanggaran; j. berani mengambil keputusan dalam situasi sulit dan berani menghadapi serta menerima konsekuensinya; k. bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan yang telah disepakati; l. terbuka terhadap usulan perbaikan; m. menghindari sikap, tingkah laku, atau ucapan yang dilakukan untuk mencari popularitas, pujian, atau penghargaan dari siapapun dalam pelaksanaan tugas Komisi. (2) Dalam mengimplementasikan Nilai Dasar Kepemimpinan, setiap Insan Komisi dilarang bertindak sewenang-wenang atau tidak adil atau bersikap diskriminatif terhadap bawahan atau sesama Insan Komisi. BAB V JENIS PELANGGARAN DAN SANKSI Bagian Kesatu Jenis Pelanggaran Pasal 9 (1) Pelanggaran terdiri atas: a. Pelanggaran Ringan; b. Pelanggaran Sedang; dan c. Pelanggaran Berat. (2) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 dapat diklasifikasikan sebagai Pelanggaran Ringan, Sedang, atau Berat
  • 15. - 15- berdasarkan pada dampak atau kerugian yang ditimbulkan. (3) Klasifikasi dampak atau kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (2): a. Dampak atau kerugian terhadap Kedeputian dan/atau Sekretariat Jenderal termasuk Pelanggaran Ringan. b. Dampak atau kerugian terhadap Komisi termasuk Pelanggaran Sedang. c. Dampak atau kerugian terhadap Negara termasuk Pelanggaran Berat. Bagian Kedua Sanksi Pasal 10 (1) Sanksi terdiri atas: a. Sanksi Ringan; b. Sanksi Sedang; dan c. Sanksi Berat. (2) Sanksi Ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ,terdiri atas: a. Teguran Lisan, dengan masa berlaku hukuman selama 1 (satu) bulan; b. Teguran Tertulis I, dengan masa berlaku hukuman selama 3 (tiga) bulan; c. Teguran Tertulis II, dengan masa berlaku hukuman selama 6 (enam) bulan. (3) Sanksi Sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas: a. pemotongan gaji pokok sebesar 10% (sepuluh persen) selama 6 (enam) bulan; b. pemotongan gaji pokok sebesar 15% (lima belas persen) selama 6 (enam) bulan; c. pemotongan gaji pokok sebesar 20% (dua puluh persen) selama 6 (enam) bulan. (4) Sanksi Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c bagi Dewan Pengawas dan Pimpinan, terdiri atas: a. pemotongan gaji pokok sebesar 40% (empat puluh persen) selama 12 (dua belas) bulan; b. diminta untuk mengajukan pengunduran diri sebagai Dewan Pengawas dan Pimpinan.
  • 16. - 16- (5) Sanksi Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c bagi Pegawai, terdiri atas: a. pemotongan gaji pokok sebesar 30% (tiga puluh persen) selama 12 (dua belas) bulan; i. bagi Pegawai pada Rumpun Jabatan Struktural, diberhentikan dari jabatannya dan ditempatkan pada Rumpun Jabatan Fungsional dengan Tingkat Jabatan yang lebih rendah dari Tingkat Jabatan sebelumnya; ii. bagi Pegawai pada Rumpun Jabatan Spesialis/Administrasi, diturunkan Tingkat Kompetensinya sebanyak 2 (dua) jenjang. b. diminta untuk mengajukan pengunduran diri; c. diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Komisi. Pasal 11 (1) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dijatuhkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Sanksi Ringan terhadap Pelanggaran Ringan; b. Sanksi Sedang terhadap Pelanggaran Sedang; dan c. Sanksi Berat terhadap Pelanggaran Berat. (2) Dalam hal terjadi pengulangan Pelanggaran oleh Insan Komisi pada jenis pelanggaran yang sama maka Sanksi dapat dijatuhkan satu tingkat di atasnya. Pasal 12 (1) Insan Komisi yang sedang menjalani Sanksi Ringan, Sedang, dan/atau Berat tidak dapat mengikuti program promosi, mutasi, rotasi, dan/atau tugas belajar/pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam, maupun di luar negeri.
  • 17. - 17- (2) Insan Komisi yang sedang menjalani Sanksi Sedang dan Berat tidak dapat dinaikkan Tingkat Jabatan dan/atau Tingkat Kompetensinya. BAB VI PEJABAT YANG BERWENANG Pasal 13 (1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi yang dilakukan oleh Pimpinan dan Pegawai Komisi adalah Dewan Pengawas. (2) Pejabat yang berwenang menjatuhkan Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi yang dilakukan oleh Dewan Pengawas adalah MKKE. (3) MKKE sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari unsur Dewan Pengawas yang tidak sedang diperiksa, akademisi dan/atau praktisi hukum yang ditunjuk. (4) Tata cara pemeriksaan dan persidangan pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi lebih lanjut diatur dalam Peraturan Dewan Pengawas.
  • 18. - 18- BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 (1) Pada saat Peraturan ini berlaku, seluruh Peraturan yang bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Mei 2020 DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI KETUA
  • 19. - 19- BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 (1) Pada saat Peraturan ini berlaku, seluruh Peraturan yang bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 4 Mei 2020 DEWAN PENGAWAS KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI ANGGOTA ANGGOTA