Pengatur Proporsi adalah pengatur yang memiliki tegangan output berbanding lurus dengan perubahan pada tegangan inputnya. Pengatur Proporsi juga memiliki sifat bahwa sinyal output pada rangkaian pengatur P ini adalah berbanding lurus dengan sinyal inputnya.
SUBTRACTOR
Rangkaian Pengurang (Subtractor)
merupakan Suatu Rangkian Pengurangan 2 buah bilangan biner yang dimana rangkian ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. HALF SUBTRACTOR
Half Subtractor merupakan suatu rangkian yang dapat digunakan untuk mengurangi 1 bit bilangan biner. Half subtractor memiliki 2 buah terminal input dan 2 buah terminal output, yaitu SUMMURY OUT(SUM) dan BORROW OUT(CARRY).
2. FULL SUBTRACTOR
Fulla Subtractor merupakan pengurangan dua buah biner yang berjumlah lebih dari 1 bit. Hasil pengurangan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu SUMMARY OUT(SUM) dan BORROW OUT (CARRY).
DOWNLOAD FILE
https://myscience-life.blogspot.co.id/2017/12/half-and-full-subtractor.html
Percobaan “Rangkaian RL dan RC” bertujuan untuk menentukan reaktansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XL) serta menentukan besarnya nilai kapaasitas kapasitornya (C) dan induktansi inductor (L). metode percobaan yang dilakukan yaitu merangkai alat-alat seperti gambar kemudian mengatur power supplay pada tegangan tertentu. Pada rangkaian RC diukur nilai VR, VC, dan I sedangka pada RL diukur nilai VR, VL dan I dengan memanipulasi Hambatan (R). Lalu mengubah AC ke DC. Setelah itu, mengukur nilai XC dan XL. Dari percobaan ini diperoleh hasil dari XC untuk arus AC sebesar (41,8 x 10-3 ± 5,3 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 87,3 % dan XC untuk arus DC sebesar (26,5 x 10-3 ± 3,5 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian sebesar 86,8 %. Sedangkan XL untuk arus AC dihasilkan nilai sebesar (4,38 x 10-3 ± 1,99 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 55 % dan untuk arus DC sebesar (1,57 x 10-3 ± 0,597 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 62 %. Besar C untuk arus AC sebesar (0,078 ± 0,009) F dengan taraf ketelitian 88,5 % dan C untuk arus DC sebesar (0,12 ± 0,015) F dengan taraf ketelitian 87,5 %. Besar L untuk arus AC sebesar (1,38 x 10-5 ± 0,62 x 10-5) H dengan taraf ketelitian 55 % dan L untuk arus DC sebesar (5 x 10-6 ± 1,9 x 10-6) H dengan taraf ketelitian sebesar 62%. Hal ini menyebabkan nilai Kapasitor (C) dan Induktor (L) memiliki perbedaan besar yang jauh yaitu hubungan masing-masing komponen (L dan C).
SUBTRACTOR
Rangkaian Pengurang (Subtractor)
merupakan Suatu Rangkian Pengurangan 2 buah bilangan biner yang dimana rangkian ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. HALF SUBTRACTOR
Half Subtractor merupakan suatu rangkian yang dapat digunakan untuk mengurangi 1 bit bilangan biner. Half subtractor memiliki 2 buah terminal input dan 2 buah terminal output, yaitu SUMMURY OUT(SUM) dan BORROW OUT(CARRY).
2. FULL SUBTRACTOR
Fulla Subtractor merupakan pengurangan dua buah biner yang berjumlah lebih dari 1 bit. Hasil pengurangan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu SUMMARY OUT(SUM) dan BORROW OUT (CARRY).
DOWNLOAD FILE
https://myscience-life.blogspot.co.id/2017/12/half-and-full-subtractor.html
Percobaan “Rangkaian RL dan RC” bertujuan untuk menentukan reaktansi induktif (XL) dan reaktansi kapasitif (XL) serta menentukan besarnya nilai kapaasitas kapasitornya (C) dan induktansi inductor (L). metode percobaan yang dilakukan yaitu merangkai alat-alat seperti gambar kemudian mengatur power supplay pada tegangan tertentu. Pada rangkaian RC diukur nilai VR, VC, dan I sedangka pada RL diukur nilai VR, VL dan I dengan memanipulasi Hambatan (R). Lalu mengubah AC ke DC. Setelah itu, mengukur nilai XC dan XL. Dari percobaan ini diperoleh hasil dari XC untuk arus AC sebesar (41,8 x 10-3 ± 5,3 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 87,3 % dan XC untuk arus DC sebesar (26,5 x 10-3 ± 3,5 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian sebesar 86,8 %. Sedangkan XL untuk arus AC dihasilkan nilai sebesar (4,38 x 10-3 ± 1,99 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 55 % dan untuk arus DC sebesar (1,57 x 10-3 ± 0,597 x 10-3) Ω dengan taraf ketelitian 62 %. Besar C untuk arus AC sebesar (0,078 ± 0,009) F dengan taraf ketelitian 88,5 % dan C untuk arus DC sebesar (0,12 ± 0,015) F dengan taraf ketelitian 87,5 %. Besar L untuk arus AC sebesar (1,38 x 10-5 ± 0,62 x 10-5) H dengan taraf ketelitian 55 % dan L untuk arus DC sebesar (5 x 10-6 ± 1,9 x 10-6) H dengan taraf ketelitian sebesar 62%. Hal ini menyebabkan nilai Kapasitor (C) dan Induktor (L) memiliki perbedaan besar yang jauh yaitu hubungan masing-masing komponen (L dan C).
Rangkaian control proporsional yang telah kami buat ini adalah sebuah rangkaian penguat inverting yang di-invertkan lagi agar outputnya bernilai positif. Rangkaian ini memiliki sebuah variable resistor yang berfungsi untuk mengatur konstanta proportional. Konstanta ini berfungsi untuk mengatur besar nilai penguatan.
Analisis Aktif Filter dengan Menggunakan Simulasi MatlabNurfaizatul Jannah
Aktif filter dapat dipengaruhi oleh suatu respon, yaitu input dan output. Sehingga perubahan periode dapat mempengaruhi tegangan keluaran atau outputnya.
Fundamental gerakan pramuka merupakan dasar dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pramuka
Fundamental Gerakan Pramuka meliputi :
1. Definisi dari istilah Pramuka, Pendidikan Kepramukaan, Kepramukaan dan Gerakan Pramuka
2. Tujuan Gerakan Pramuka ( Karakter, Keterampilan, Kebangsaan)
3. Kurikulum Pendidikan Kepramukaan ( SKU, SKK, SPG )
4. PDK dan MK (PDK= Prinsip Dasar Kepramukaan , MK= Metode Kepramukaan )
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
6. Pengembangan Karakter SESOSIF
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
8. Indikator Ketercapaian Tujuan ( Happy, Healthy, Helpful, Handycraft )
9. Tujuan Akhir (Hidup Bahagia, Mati Bahagia )
Tentang Fundamental Gerakan Pramuka tersebut dapat dijabarkan sbb :
1. Definisi
a. Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang secara sukarela aktif dalam pendidikan Kepramukaan serta berusaha mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.
b. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.
c. Kepramukaan adalah proses pendidikan nonformal di luar lingkungan sekolah dan diluar linkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka denga Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK Kwarnas No. 231 Tahun 2017)
d. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan pendidikan Kepramukaan
b. 8 MK (Metode Kepramukaan), meliputi:
1. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
2. Belajar sambil melakukan;
3. Kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
4. Kegiatan yang menarik dan menantang;
5. Kegiatan di alam terbuka;
6. Kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
7. Penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
8. Satuan terpisah antara putra dan putri.
5. Sistem Among dan Kiasan Dasar
Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan digunakan Sistem Among.
Sistem Among merupakan proses pendidikan kepramukaan yang membentuk peserta didik agar berjiwa merdeka, disiplin, dan mandiri dalam hubungan timbal balik antarmanusia.
Sistem Among memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan bimbingan orang dewasa melalui prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
Ing ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
Ing madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan; dan
Tutwuri handayani maksudnya di belakang memberi dorongan ke arah kemandirian yang lebih baik.
. Pengembangan Karakter SESOSIF
Di dalam SKU, SKK, dan SPG mengandung inti SESOSIF, yaitu : Spiritual, Emosional, Sosial, Intelektual, dan Fisik.
Yang kesemuanya itu ditumbuhkembangkan dalam diri seorang pramuka. Keterpaduan kelima area pengembangan diri itu akan mengantarkan sang Pramuka menjadi generasi bangsa yang unggul.
7. Ketrampilan Kepramukaan dan Teknik Kepramukaan
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. LAPORAN PRAKTEK
DASAR SISTEM KONTROL
PERCOBAAN I
PENGATUR PROPORSI
Disusun oleh :
Nama : Lyla Diah Susanti
NIM : 41412110113
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2013
2. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 2
PRAKTIKUM
DASAR SISTEM KONTROL Q
No. Dokumen Distribusi
Tgl. Efektif Jurusan Teknik Elektro
PERCOBAAN I
PENGATUR PROPORSI
TUJUAN
Setelah melaksanakan percobaan ini, Anda diharapkan dapat :
1. Memahami sifat dari pengatur proporsi
2. Memahami metode dari pengoperasian pengatur proporsi
Nama Fungsi Paraf
Dibuat oleh Kepala Laboratorium Teknik Elektro
Disetujui oleh Kepala Prodi Teknik Elektro
3. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 3
PERCOBAAN I
PENGATUR RPOPORSI (Pengatur P)
I. Tujuan
Setelah menyelesaikan topik ini diharapkan anda dapat menjelaskan metode
dari pengoperasian pengatur proporsi (Pengatur P).
II. Pendahuluan
Sifat dari pengatur P yaitu bahwa sinyal output pada rangkaian pengatur P
ini adalah berbanding lurus dengan sinyal inputnya, sehingga secara
matematis dapat ditulis:
=
=
Dimana ini adalah factor penguatan dari pengatur ini, artinya apabila
tegangan input berubah secara linier maka tegangan outputnya akan berubah
secara linier pula.
Perhatikan rangkaian pengatur P seperti yang diperlihatkan pada gambar
berikut ini.
R2 R3
R1
E in
I in
E Out
I f
Gambar 1.1
+
_
4. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 4
Dari rangkaian di atas dapat diperoleh turunan sebagai berikut:
= . …………………………………… =
= ( ) …………………………… =
Selanjutnya karena = maka:
=
Sehingga:
=
Kemudian karena:
=
Maka
Besarnya atau faktor penguatan ini pada sistem pengaturan disebut
dengan koefisien kerja proporsi dengan singkatan sehinga dalam hal ini
=
Selanjutnya dalam sistem pengaturan yang memakai rangkaian pengatur P
akan selalu ada selisih statis, dimana selisih statis ini tidak dapat dihilangkan
sebab sistem pengaturannya dikendalikan oleh selisih ini. Namun selisih
5. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 5
statis ini akan semakin kecil jika koefisien kerja proporsi atau penguatnnya
semakin besar.
Selisih statis ini pada sistem penguatan dikenal sebagai deviasi dari sistem
tersebut yang disingkat dengan e, dimana:
e = tegangan input – tegangan feedback
sehingga
dimana:
= Deviasi
= Tegangan input
= Tegangan feedback
Selanjutnya karena
=
=
Maka
=
Selanjutnya perhatikan rangkaian dibawah ini:
R2=100 k
R1= 10 k
V in
+
_
V Out
Gambar 1.2
V ref
6. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 6
Besarnya tegangan output, seperti yang sudah dijelaskan di atas ditentukan
oleh besarnya tahanan feedback, sehingga oleh karena itu pada terminal
inverting (-) dan terminal non inverting (+) terdapat tegangan yang hamper
sama. Selanjutnya karena = 10 K, = 100 K dengan tegangan = 2
Volt, maka pada outputnya akan timbul tegangan yang cukup besar sehingga
pada terminal inverting (-) terdapat tegangan kira-kira sebesar 2 Volt.
Kemudian jika = 1,8 Volt maka pada akan terdapat turun tegangan
(Drop tegangan) sebesar 0,2 Volt. Selanjutnya karena = 10 x , maka
pada akan terdapat pula turun tegangan sebesar 2 Volt.
Arus yang mengalir lewat dan mempunyai arah dari kanan ke kiri
sehingga terminal sebelah kana pada adalah positif.
Besarnya tegangan output adalah penjumlahan dari tegangan pada
dan tegangan pada pada terminal inverting, sehinggan = 2 + 2 = 4 Volt.
Rangkaian di atas akan lebih nyata apabila kita buat semacam table dengan
kondisi sebagai berikut:
Kalau = 1,9 Volt maka = 3 Volt
= 2 Volt maka = 2 Volt
= 2,1 Volt maka = 1 Volt
= 2,2 Volt maka = 0 Volt
= 2,3 Volt maka = -1 Volt
Dari harga dan di atas apabila dibuat grafiknya maka hasilnya
adalah seperti yang digambarkan di bawah ini:
1
2
3
4
1,9
V in
V Out
2 2,1 2,2
2,3
-1
Gambar 1.3
7. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 7
Dari grafik di atas ternyata bahwa perubahan tegangan output adalah
berbanding lurus dengan perubahan pada tegangan inputnya, karena itu
rangkaian seperti diatas disebut sebagai rangkaian pengatur proporsi
(Pengatur P).
Y
X
X Y
Gambar 1.4
III. Alat dan bahan yang digunakan:
1. Pesawat latih
2. OP-AMP 741
3. Multimeter (2 buah)
4. Rheostat 10 KΩ
5. Rheostat 100 KΩ
6. Resistor 1 KΩ
7. Resistor 3,3 KΩ
8. Resistor 10 KΩ
9. Resistor 2,2 KΩ
10. Resistor 33 KΩ
11. Resistor 100 KΩ
12. Resistor 220 KΩ
13. Resistor 330 KΩ
8. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 8
IV. Diagram Rangkaian
R1 R1
R0=10k
10k
-
+
741
+15
- 15
V Out
V In
I 1
Gambar 1.5
R Var
R2
1 k
R0 = 10k
-
+
741
+15
- 15
E Out
R1
E In
Gambar 1.6
V. Langkah Kerja
1. Buatlah rangkaian seperti yang diperlihatkan pada diagram gambar
rangkaian gambar 1.5 di atas.
2. Atur tegangan input sebesar 10 Volt dan pertahankan tegangan ini
tetap selama percobaan berlangsung.
3. Pasang resisrtor-resistor dan dengan harga sesuai tabel yang
tersedia.
4. Selanjutnya ukurlah besarnya tegangan outputnya dari tegangan tersebut
kemudian hitung besarnya penguatan tegangan. Catat hasil pengukuran
dan perhitungan pada tabel.
9. Laporan Praktikum Dasar Sistem Kontrol 2013
Praktikum Dasar Sistem Kontrol: Pengatur Proporsi (Pengatur P)
Laboraturium Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Page 9
5. Modifikasi rangkaian di atas menjadi rangkaian seperti yang
diperlihatkan pada diagram rangkaian gambar 1.6.
6. Atur besarnya tegangan input sebesar 1 Volt dan sebesar 0 Ω.
7. Selanjutnya ukurlah besarnya tegangan output.
8. Perbesar harga besarnya kira-kira dari harga output yang
diharapkan.
9. Ulangi percobaan ini untuk bermacam harga dan .
VI. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi dari rangkaian penguat inverting sebagai rangkaian
pengatur P!
2. Pada penguat inverting dihasilkan outputnya sebesar – 10 Volt.
Berapakah tegangan inputnya jika = 100 KΩ dengan tahanan
feedback sebesar 1 MΩ?
3. Hitung besarnya tegangan output jika pada penguat inverting diketahui
besarnya tegangn input sebesar 0,5 Volt dengan tahanan inputnya sebesar
20 KΩ dan tahanan feedback sebesar 100 KΩ!
4. Gambarlah grafik hubungan antara tegangan input dengan tegangan
output!