SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN KONTROL
BIOSISTEM
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi dan Kontrol
Biosistem Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember
Oleh:
Nama : M. Yuwan Kilmi
NIM : 131710201007
Kelas : TEP – A
Acara : III (Pengukuran Tegangan Pada Beberapa
Konfigurasi Penguat Dengan Menggunakan
Operasional Amplifier)
Asisten : Ahmad Haris Hasanuddin Slamet
LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI, dan INSTRUMENTASI
PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Waktu dan Tempat
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Mei 2014
Pukul : 07.30 – selesai
Tempat : Laboratorium Instrumentasi Teknik Pertanian FTP Unej
1.2 Alat dan Komponen Yang Digunakan
1.2.1 Alat
1) Power Supply DC
2) AVO meter digital
3) Wise board
4) Tang potong
1.2.2 Komponen
1) Resistor fixed (10 KΩ; 100 KΩ)
2) Potensio (B500 KΩ)
3) IC 741
1.3 Prosedur Kerja
Rangkaian lengkap dari masing-masing penguat operatif bisa dilihat
dibawah ini.
Melengkapi tabel dengan tegangan output secara teoritis
Mengukur dan mencatat tegangan output
Mengukur dan mencatat tegangan input
Merangkai konfigurasi penguat operasional sesuai dengan gambar
Mempersiapkan alat – alat dan komponen
Mulai
Melakukan prosedur diatas untuk penguat operatif inverting, non inverting,
differensial, summing
Selesai
INVERTING AMPLIFIER
+
_
R4=20K
R3=20K
Rd=500K R2=100K
R1=100K
Vin
+5V
Ra=10K
Vout
2
3
4
7
+12
-12
6
+
_
Rd=500K R2=20K
R1=10K
Vin
+5V
Ra=10K
Vout
NON INVERTING AMPLIFIER
2
3
4
7
+12
-12
6
DIFFERENTIAL AMPLIFIER
+
_
R3=200K
R2=100K
Rd=500K R4=200K
R1=100K
+5V
Ra=10K
Vout
2
3
4
7
6
+12
-12
V1
V2
SUMMING AMPLIFIER
+
_
R2=200K
Rd=500K R3=200K
R1=100K
+5V
Ra=100K
Vout
2
3
4
7
6
+12
-12
V2
V1
BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Penguat Operasional (Op – Amp)
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi yang
berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial. Penguat operasional
memilki dua masukan dan satu keluaran serta memiliki penguatan DC yang
tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan
tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V) dan
tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah (ground). Sedangkan menurut
Jumadi (2010), Penguat operasi (operational amplifier = op amp) adalah penguat
yang dapat menanggapi dan memperkuat sinyal input dc maupun ac. Disebut
penguat operasi (operational amplifier) karena penguat ini mula-mula digunakan
untuk melaksanakan operasi – operasi matematika dalam komputer analog seperti
perkalian pembagian, penjumlahan, pengurangan, diferensial, dan integral.
Dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-
amp ideal terdapat dua aturan penting. Aturan ini dalam beberapa literatur
dinamakan golden rule, yaitu :
a) Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- =
0 atau v+ = v-)
b) Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0)
2.2 Macam – Macam Dari Op – Amp
a) Inverting amplifier
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Fase
keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada
rangkaian ini, umpan balik negatif di bangun melalui resistor R2.
Gambar 1 : penguat inverter
Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v(+) =
0. Berdasarkan aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v- = v+ = 0. Karena
nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada
rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung
tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada reistor R2
adalah vout – v- = vout.
Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa :
iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0.
iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya
vout/R2 = - vin/R1 .... atau
vout/vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran
terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis :
Impedansi rangkaian inverting didefinisikan sebagai impedansi input dari sinyal
masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui
adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1.
b) Non-Inverting amplifier
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang
diperlihatkan pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki
masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan
keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya.
Gambar 2 : penguat non-inverter
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, maka vin = v+, v+ = v- = vin.
Maka diketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout = (vout-
vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 = vin/R1.
Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang
mengatakan bahwa :
iout + i(-) = iR1
Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang
sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit
masing-masing maka diperoleh (vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat
disederhanakan menjadi :
vout = vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap
tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting :
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari
input non-inverting op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki
impedansi input Zin = 108
to 1012
Ohm.
c) Integrator
Opamp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan
respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya
adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Rangkaian
dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian
umpan baliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor C.
Gambar 3 : integrator
Dengan menggunakan 2 aturan op-amp (golden rule) maka pada titik
inverting akan didapat hubungan matematis : iin = (vin – v-)/R = vin/R , dimana v- =
0 (aturan1). iout = -C d(vout – v-)/dt = -C dvout/dt; v- = 0 dan iin = iout ; (aturan 2).
Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan : iin = iout = vin/R = -C dvout/dt,
atau dengan kata lain:
Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan
keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai
dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian
“Miller Integral”. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian
integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa
sinyal kotak. Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana f =
1/t dan penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus:
Atau
Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkaian integrator ini
merupakan dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara
matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input
semakin besar. Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel
dengan sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran
tertentu yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0),
kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu
juga outputnya akan saturasi sebab rangkaian umpan balik op-amp menjadi open
loop (penguatan open loop opamp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai
resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin output offset voltage (offset
tegangan keluaran) sebesar 10x sampai pada suatu frekuensi cutoff tertentu.
d) Differensiator
Kalau komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di
depan, maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 4.
Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan
penguatannya :
Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout
pada rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh praktis dari
hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka
outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak.
Gambar 4 : differensiator
Bentuk rangkaian differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting.
Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting G = -R2/R1 dan pada
rangkaian differensiator diketahui :
maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator
Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high
pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun
demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi
tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity
gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama
dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai
frekuensi cutoff tertentu.
f) Summing Amplifier
Pada circuit C4, pada terminal non invertingnya ditanahkan dan diberikan
tiga sinyal input dengan masing-masing dihubungkan dengan resistor (seperti
pada penguat inverting), circuit akan membalik polaritas sinyal input sehingga
pada output akan tercapai persamaan: Vo = -[(Rf/R1) V1 + (Rf/R2) V2 +(Rf/R3) V3]
Summing amplifier dapat digunakan untuk penjumlahan tegangan.
Persamaan diatas dapat digunakan untuk lebih dari tiga sinyal input.
GAMBAR C4. SUMMING AMPLIFIER
+
_2
3
4
7
+12
-12
6
R2
R3
RFR1
VO
V3
V2
V1
2.3 Aplikasi Op – Amp Dalam Kehidupan Sehari – hari
Op-amp digunakan pada berbagai aplikasi yang sering kita temui dalam
kehidupan sehari-hari. Aplikasi tersebut adalah sbb:
1) Amplifier pada rangkaian radio
2) Osilator
3) Regulator, berguna untuk menstabilkan tegangan
4) Penyearah tegangan sangat rendah
5) Interface komputer untuk mengubah sinyal analog menjadi digital dan
sebaliknya
2.4 Hasil Dan Pembahasan
1) Pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi penguat
Konf Kond
R1 R2 R3 R4 Vs Vin (Volt) Vout (Volt)
KΩ KΩ KΩ KΩ KΩ 1 2 Ukur Teori
Invert
1
100 100 20 20 5
4,57 X -0,33 -9,14
2 4,57 X -1,04 -9,14
3 4,57 X -1,05 -9,14
4 4,57 X -1,04 -9,14
5 4,57 X -1,04 -9,14
Non -
I
1
10 20 X X 5
0,03 X -7,08 0,09
2 0,02 X -7,19 0,06
3 0,02 X -7,14 0.06
4 0,01 X -7,14 0,03
5 0,01 X -7,14 0,03
Diff
1
100 100 200 200 5
14,87 5 -10,25 -19,74
2 14,86 5 -10,25 -19,72
3 14,86 5 -10,25 -19,72
4 14,86 5 -10,25 -19,72
5 14,86 5 -10,25 -19,72
Sum 1 100 200 200 X 5 13,24 5 -10,48 -31,48
2 13,27 5 -10,64 -31,54
3 13,26 5 -10,49 -31,52
4 13,26 5 -10,48 -31,52
5 13,26 5 -10,48 -31,52
Berikut ini adalah persamaan Vout dari masing-masing konfigurasi
Operational amplifier:
Inverting Amplifier
Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin]
Non-Inverting Amplifier
Vout = [1 + (R2 / R1)] * Vin
Differensial Amplifier
Vout = [(R1 + R4) / (R2 + R3) * (R3 / R2) * Vin-2] – [(R4 / R1) * Vin-1]
Summing Amplifier
Vout = - (R3 / R1) * Vin-1 – (R3 / R2) * Vin-2
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan maka hasil dari masing-
masing pengamatan penguat operatif disajikan dalam gambar dibawah ini.
a. Grafik hubungan tegangan pada inverting ampifier
Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput
sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada
penguatan ukur = -0,133 kali, dan Penguatan teori = -2 kali; dan konstanta ukur =
0, dan konstanta teori = -2
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi
adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya
ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh
dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas.
Disamping adanya tingkat ketelitian juga terjadi kesalahan pada waktu
pengambilan data sehingga persamaan dari garis tersebut tidak muncul.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan
yang dipergunakan sebesar -2 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh
penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya
menjadi – [(20K+20K)/20K] * (100K/100K) = -2.
Nilai konstanta teori sebesar -2 berarti nilai penguatan tidak ada noise.
Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta 0 cukup kecil dan bisa diabaikan.
b) Grafik pengukuran tegangan pada Non Inverting Amplifier
Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput
sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada
penguatan ukur = 61,15 kali, dan Penguatan teori = 3 kali; dan konstanta ukur =
2,214 dan konstanta teori = 2,571.
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi
adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
0 1 2 3 4 5
Output(Volt)
Input (Volt)
Inverting Amplifier
Ukur
Teori
Linear (Ukur)
Linear (Teori)
ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh
dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan yang
dipergunakan sebesar 61,15 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh
penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , diperoleh penguatan sebesar -
[(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya = 3 kali.
Nilai konstanta teori sebesar 2,571 . kemungkinan disebabkan karena nilai
pembulatan pada saat perhitungan. Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta
2,214 menunjukkan beda sebesar 624 mV dengan nilai teoritis dengan gradien
sebesar 2,571x.
c) Grafik Pengukuran Tegangan Pada Differensial Amplifier
Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput
sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada
penguatan ukur = 0,264 kali, dan Penguatan teori = -4 kali; dan konstanta ukur = -
4E-10, dan konstanta teori = -2x+10
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi
adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya
y = 2.2143x - 7.1779
R² = 0.2258
y = 2.5714x - 0.0043
R² = 0.3956
-8
-6
-4
-2
0
2
0 0.01 0.02 0.03 0.04
Output(Volt)
Input (Volt)
Non Inverting Amplifier
Ukur
Teori
Linear (Ukur)
Linear (Teori)
ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh
dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan
yang dipergunakan sebesar 0,264 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh
penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya
menjadi 0,264 kali
Karena diferensial amplifier memberikan nilai selisih tegangan pada Vin-2
(5V, konstan) dengan Vin-1 (variable) dan nilai Vin-1 semakin besar x maka Vout
semakin besar, maka dapat diterima bahwa gradien persamaan dalam grafik
menunjukkan nilai negatif (semakin besar x (Vinput), nilai konstan dikurangi
dengan nilai yang semakin besar).
Nilai konstanta teori sebesar -2x+10 menunjukkan nilai Vin-2 (5V, konstan)
dikali dengan penguatan 0,264 menjadi = 0,094 Sedang pada hasil pengukuran
nilai konstanta –4E-10 menunjukkan beda yang teramat kecil dengan nilai teoritis
sehingga berbeda dengan hasil pengukuran teori dengan pengukuran
menggunakan alat.
d) Grafik Pengukuran Tegangan Pada Summning Amplifier
Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput
sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori)
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada
y = 1E-09x - 10.25
R² = #N/A
y = -2x + 10
R² = 1
-25
-20
-15
-10
-5
0
14.855 14.86 14.865 14.87 14.875
Output(Volt)
Input (Volt)
Differensial Amplifier
Ukur
Teori
Linear (Ukur)
Linear (Ukur)
Linear (Teori)
penguatan ukur = -4 kali, dan Penguatan teori = -2 kali; dan konstanta ukur = -
4,041, dan konstanta teori = -10.
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi
adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya
ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh
dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas.
Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan
yang dipergunakan sebesar -2 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena
berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh
penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya
menjadi – [(20K+20K)/20K] * (100K/100K) = - 2.
Karena summing amplifier memberikan nilai penjumlahan tegangan
dengan penguatan -2 maka semakin besar nilai x (Vinput), nilai Vout akan semakin
kecil.
Nilai konstanta teori sebesar -2 menunjukkan nilai Vin-2 (5V, konstan)
dengan penguatan -2 kali. Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta sebesar -
4,041 menunjukkan beda yang teramat kecil dengan nilai teoritis sehingga dapat
digunakan.
y = -4.0417x + 43.07
R² = 0.3936
y = -2x - 5
R² = 1-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
13.23 13.24 13.25 13.26 13.27 13.28
Output(Volt)
Input (Volt)
Summing Amplifier
ukur
teori
Linear (ukur)
Linear (teori)
BAB 3. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
1) Operasional amplifier adalah rangkaian terintegrasi (IC) yang berguna dalam
teknik penguatan open loop pada elektronika.
2) IC 741 dengan kaki 8 merupakan IC OpAmp.
3) Teknik untuk menguatkan tegangan pada OpAmp dapat dilakukan dengan
berbagai konfigurasi yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu.
4) Rangkaian penguat operatif antara lain penguatan inverting, Non inverting,
Summing Amplifier, dan Differensial Amplifier.
DAFTAR PUSTAKA
George B Clayton, 1975, Experiment with OpAmp, Macmillan Press, London.
Hamonangan, A. 2013. Karakteristik Op – Amp (Bagian Kedua).
http://www.electroniclab.com/index.php/labanalog/13-karakteristik -
opamp-2. [22 Mei 2014].
Jumadi. 2010. Panduan Praktikum Lanjut (Penguat Operasi Atau Operational
Amplifier).
Malvino, 1985, Prinsip-prinsip Elektronik, Airlangga, Jakarta.
Marojahan, T. 2012. Operational Amplifier.
http://marojahantampubolon.files.wordpress.com/2012/02/operational -
amplifier2012.pdf. [21 Mei 2014].
Universitas Sumatra Utara. Tanpa Tahun. Tinjauan Pustaka Mengenai Penguat
Operasional (Op – Amp).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27193/4/Chapter%20II.p
df. [21 Mei 2014].
W, Bolton, 1996, Mechatronics, Longman, London
Woolard, Barry, 1999, Elektronika Praktis, PT Pradnya Paramitha, Jakarta

More Related Content

What's hot

pembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan aruspembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan arusvioai
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeterSimon Patabang
 
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik Aris Widodo
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema theveninfaqihahkam
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopAnarstn
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)kiplaywibley
 
Kelompok 6(aplikasi transistor)
Kelompok 6(aplikasi transistor)Kelompok 6(aplikasi transistor)
Kelompok 6(aplikasi transistor)Marina Natsir
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiGredi Arga
 
Analisis respon transien orde2
Analisis respon transien orde2Analisis respon transien orde2
Analisis respon transien orde2Aryce Wulandari
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAhmad_Bagus
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolarie eric
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrcumammuhammad27
 
Laporan Praktikum Gerbang Logika
Laporan Praktikum Gerbang LogikaLaporan Praktikum Gerbang Logika
Laporan Praktikum Gerbang LogikaAnnisa Aulia
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCWahyu Pratama
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)FEmi1710
 
Analisis rangkaian rc arus dc
Analisis rangkaian rc arus dcAnalisis rangkaian rc arus dc
Analisis rangkaian rc arus dcRenata Novalita
 

What's hot (20)

Laporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik diodaLaporan praktikum karakteristik dioda
Laporan praktikum karakteristik dioda
 
pembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan aruspembagi tegangan dan arus
pembagi tegangan dan arus
 
Laporan dioda
Laporan diodaLaporan dioda
Laporan dioda
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik
 
7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter7. instrumen volt meter dan ammeter
7. instrumen volt meter dan ammeter
 
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik
Rangkaian Seri RLC Arus Bolak-balik
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema thevenin
 
Laporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip FlopLaporan Praktikum Flip Flop
Laporan Praktikum Flip Flop
 
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)
 
Kelompok 6(aplikasi transistor)
Kelompok 6(aplikasi transistor)Kelompok 6(aplikasi transistor)
Kelompok 6(aplikasi transistor)
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan Tinggi
 
Analisis respon transien orde2
Analisis respon transien orde2Analisis respon transien orde2
Analisis respon transien orde2
 
Analisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistorAnalisa ac pada transistor
Analisa ac pada transistor
 
Fungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrolFungsi alih sistem kontrol
Fungsi alih sistem kontrol
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
2 b 59_utut muhammad_laporan_rrc
 
Laporan Praktikum Gerbang Logika
Laporan Praktikum Gerbang LogikaLaporan Praktikum Gerbang Logika
Laporan Praktikum Gerbang Logika
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
 
Makalah Dioda sebagai penyearah
Makalah Dioda sebagai penyearahMakalah Dioda sebagai penyearah
Makalah Dioda sebagai penyearah
 
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
Laporan modul 7 (rangkaian seri rlc)
 
Analisis rangkaian rc arus dc
Analisis rangkaian rc arus dcAnalisis rangkaian rc arus dc
Analisis rangkaian rc arus dc
 

Viewers also liked

Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufron
Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufronPenguat nirsam slamet harjono_aziz gufron
Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufronkemenag
 
Kuliah 4&5 sistem digital
Kuliah 4&5 sistem digitalKuliah 4&5 sistem digital
Kuliah 4&5 sistem digitalsatriahelmy
 
makalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendalimakalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendaliRandi Putra
 
laporan penguat non inverting
laporan penguat non invertinglaporan penguat non inverting
laporan penguat non invertingDesiani Desiani
 

Viewers also liked (6)

Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufron
Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufronPenguat nirsam slamet harjono_aziz gufron
Penguat nirsam slamet harjono_aziz gufron
 
2 op amp
2 op amp2 op amp
2 op amp
 
Kuliah 4&5 sistem digital
Kuliah 4&5 sistem digitalKuliah 4&5 sistem digital
Kuliah 4&5 sistem digital
 
makalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendalimakalah-sistem-kendali
makalah-sistem-kendali
 
Laporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op ampLaporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op amp
 
laporan penguat non inverting
laporan penguat non invertinglaporan penguat non inverting
laporan penguat non inverting
 

Similar to PrakOpAmp

Laporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op ampLaporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op ampoktavianoki
 
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DC
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DCDESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DC
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DCLusiana Diyan
 
Kegiatan belajar 4. penguat operasi
Kegiatan belajar 4. penguat operasiKegiatan belajar 4. penguat operasi
Kegiatan belajar 4. penguat operasiSuratmanCilacap
 
Penguat operasional
Penguat operasionalPenguat operasional
Penguat operasionalRahmaamin13
 
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdf
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdfBab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdf
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdfauliapramudita1
 
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)Lyla Susanti
 
293577894 el3109-3-13213060
293577894 el3109-3-13213060293577894 el3109-3-13213060
293577894 el3109-3-13213060Daniel Purba
 
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 aBab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 asarahadhitia
 
Operational amplifier
Operational amplifierOperational amplifier
Operational amplifierAyuShaleha
 
E4141 sistem kawalan 1 unit5
E4141 sistem kawalan 1 unit5E4141 sistem kawalan 1 unit5
E4141 sistem kawalan 1 unit5Asraf Malik
 
Rangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCRangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCWahyu Pratama
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Fathan Hakim
 
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptx
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptxPENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptx
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptxSitiZahra78
 

Similar to PrakOpAmp (20)

Laporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op ampLaporan rangkaian dasar op amp
Laporan rangkaian dasar op amp
 
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DC
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DCDESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DC
DESAIN CLOSE LOOP CONTROL MOTOR DC
 
3. op amp
3. op amp3. op amp
3. op amp
 
Kegiatan belajar 4. penguat operasi
Kegiatan belajar 4. penguat operasiKegiatan belajar 4. penguat operasi
Kegiatan belajar 4. penguat operasi
 
rangkaian Opamp
rangkaian Opamprangkaian Opamp
rangkaian Opamp
 
Penguat operasional
Penguat operasionalPenguat operasional
Penguat operasional
 
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdf
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdfBab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdf
Bab 2 Signal Conditioning Mata Kuliah Instrumentasi.pdf
 
bab 4
bab 4bab 4
bab 4
 
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)
Laporan Dasar Sistem Kontrol (Pengatur Proporsi)
 
293577894 el3109-3-13213060
293577894 el3109-3-13213060293577894 el3109-3-13213060
293577894 el3109-3-13213060
 
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 aBab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
Bab 4 elekronik ( instrumentasi ) 2 a
 
Operational amplifier
Operational amplifierOperational amplifier
Operational amplifier
 
E4141 sistem kawalan 1 unit5
E4141 sistem kawalan 1 unit5E4141 sistem kawalan 1 unit5
E4141 sistem kawalan 1 unit5
 
Rangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RCRangkaian Penapis RC
Rangkaian Penapis RC
 
electronics
electronicselectronics
electronics
 
Percobaan II
Percobaan IIPercobaan II
Percobaan II
 
Gain dan OP-AMP lisfa
Gain dan OP-AMP lisfaGain dan OP-AMP lisfa
Gain dan OP-AMP lisfa
 
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
Kuliah 5 Dasar Sistem Tenaga Listrik ( Segitiga Konversi Energi, Rangkaian Sa...
 
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptx
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptxPENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptx
PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER_ FISIS II.pptx
 
Catu daya
Catu dayaCatu daya
Catu daya
 

More from Yuwan Kilmi

Tutorial Map Info
Tutorial Map InfoTutorial Map Info
Tutorial Map InfoYuwan Kilmi
 
Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8Yuwan Kilmi
 
Laporan ikb acara 5
Laporan ikb acara 5Laporan ikb acara 5
Laporan ikb acara 5Yuwan Kilmi
 
Laporan ikb acara 1
Laporan ikb acara 1Laporan ikb acara 1
Laporan ikb acara 1Yuwan Kilmi
 
Acara 7 transistor
Acara 7 transistorAcara 7 transistor
Acara 7 transistorYuwan Kilmi
 
Acar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahayaAcar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahayaYuwan Kilmi
 
Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Yuwan Kilmi
 
Alsintan acara 3
Alsintan acara 3Alsintan acara 3
Alsintan acara 3Yuwan Kilmi
 
Laporan alsintan2
Laporan alsintan2Laporan alsintan2
Laporan alsintan2Yuwan Kilmi
 
Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1Yuwan Kilmi
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganYuwan Kilmi
 
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanianYuwan Kilmi
 
Prinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada MesinPrinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada MesinYuwan Kilmi
 

More from Yuwan Kilmi (14)

Tutorial Map Info
Tutorial Map InfoTutorial Map Info
Tutorial Map Info
 
Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8Laporan ikb acara 8
Laporan ikb acara 8
 
Laporan ikb acara 5
Laporan ikb acara 5Laporan ikb acara 5
Laporan ikb acara 5
 
Laporan ikb acara 1
Laporan ikb acara 1Laporan ikb acara 1
Laporan ikb acara 1
 
Acara 7 transistor
Acara 7 transistorAcara 7 transistor
Acara 7 transistor
 
Acar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahayaAcar 4 sensor cahaya
Acar 4 sensor cahaya
 
Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4Alsintan laporan 4
Alsintan laporan 4
 
Alsin laporan 5
Alsin laporan 5Alsin laporan 5
Alsin laporan 5
 
Alsintan acara 3
Alsintan acara 3Alsintan acara 3
Alsintan acara 3
 
Laporan alsintan2
Laporan alsintan2Laporan alsintan2
Laporan alsintan2
 
Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1Laporan alsintan 1
Laporan alsintan 1
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
Traktor pertanian
Traktor pertanianTraktor pertanian
Traktor pertanian
 
Prinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada MesinPrinsip Kerja Pada Mesin
Prinsip Kerja Pada Mesin
 

Recently uploaded

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 

Recently uploaded (8)

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 

PrakOpAmp

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN KONTROL BIOSISTEM Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi dan Kontrol Biosistem Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Oleh: Nama : M. Yuwan Kilmi NIM : 131710201007 Kelas : TEP – A Acara : III (Pengukuran Tegangan Pada Beberapa Konfigurasi Penguat Dengan Menggunakan Operasional Amplifier) Asisten : Ahmad Haris Hasanuddin Slamet LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI, dan INSTRUMENTASI PERTANIAN JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
  • 2. BAB 1. METODOLOGI PRAKTIKUM 1.1 Waktu dan Tempat Hari : Sabtu Tanggal : 17 Mei 2014 Pukul : 07.30 – selesai Tempat : Laboratorium Instrumentasi Teknik Pertanian FTP Unej 1.2 Alat dan Komponen Yang Digunakan 1.2.1 Alat 1) Power Supply DC 2) AVO meter digital 3) Wise board 4) Tang potong 1.2.2 Komponen 1) Resistor fixed (10 KΩ; 100 KΩ) 2) Potensio (B500 KΩ) 3) IC 741
  • 3. 1.3 Prosedur Kerja Rangkaian lengkap dari masing-masing penguat operatif bisa dilihat dibawah ini. Melengkapi tabel dengan tegangan output secara teoritis Mengukur dan mencatat tegangan output Mengukur dan mencatat tegangan input Merangkai konfigurasi penguat operasional sesuai dengan gambar Mempersiapkan alat – alat dan komponen Mulai Melakukan prosedur diatas untuk penguat operatif inverting, non inverting, differensial, summing Selesai INVERTING AMPLIFIER + _ R4=20K R3=20K Rd=500K R2=100K R1=100K Vin +5V Ra=10K Vout 2 3 4 7 +12 -12 6
  • 4. + _ Rd=500K R2=20K R1=10K Vin +5V Ra=10K Vout NON INVERTING AMPLIFIER 2 3 4 7 +12 -12 6 DIFFERENTIAL AMPLIFIER + _ R3=200K R2=100K Rd=500K R4=200K R1=100K +5V Ra=10K Vout 2 3 4 7 6 +12 -12 V1 V2 SUMMING AMPLIFIER + _ R2=200K Rd=500K R3=200K R1=100K +5V Ra=100K Vout 2 3 4 7 6 +12 -12 V2 V1
  • 5. BAB 2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Penguat Operasional (Op – Amp) Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial. Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran serta memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah (ground). Sedangkan menurut Jumadi (2010), Penguat operasi (operational amplifier = op amp) adalah penguat yang dapat menanggapi dan memperkuat sinyal input dc maupun ac. Disebut penguat operasi (operational amplifier) karena penguat ini mula-mula digunakan untuk melaksanakan operasi – operasi matematika dalam komputer analog seperti perkalian pembagian, penjumlahan, pengurangan, diferensial, dan integral. Dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op- amp ideal terdapat dua aturan penting. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu : a) Aturan 1 : Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0 atau v+ = v-) b) Aturan 2 : Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0) 2.2 Macam – Macam Dari Op – Amp a) Inverting amplifier Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 1, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpan balik negatif di bangun melalui resistor R2.
  • 6. Gambar 1 : penguat inverter Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v(+) = 0. Berdasarkan aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah vin – v- = vin dan tegangan jepit pada reistor R2 adalah vout – v- = vout. Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa : iin + iout = i- = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0. iin + iout = vin/R1 + vout/R2 = 0 Selanjutnya vout/R2 = - vin/R1 .... atau vout/vin = - R2/R1 Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis : Impedansi rangkaian inverting didefinisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = R1. b) Non-Inverting amplifier Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 2 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki
  • 7. masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Gambar 2 : penguat non-inverter Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, maka vin = v+, v+ = v- = vin. Maka diketahui tegangan jepit pada R2 adalah vout – v- = vout – vin, atau iout = (vout- vin)/R2. Lalu tegangan jepit pada R1 adalah v- = vin, yang berarti arus iR1 = vin/R1. Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang mengatakan bahwa : iout + i(-) = iR1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh (vout – vin)/R2 = vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi : vout = vin (1 + R2/R1) Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting : Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input non-inverting op-amp tersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.
  • 8. c) Integrator Opamp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian umpan baliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor C. Gambar 3 : integrator Dengan menggunakan 2 aturan op-amp (golden rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis : iin = (vin – v-)/R = vin/R , dimana v- = 0 (aturan1). iout = -C d(vout – v-)/dt = -C dvout/dt; v- = 0 dan iin = iout ; (aturan 2). Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan : iin = iout = vin/R = -C dvout/dt, atau dengan kata lain: Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian “Miller Integral”. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak. Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana f = 1/t dan penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus: Atau
  • 9. Karena respons frekuensinya yang demikian, rangkaian integrator ini merupakan dasar dari low pass filter. Terlihat dari rumus tersebut secara matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input semakin besar. Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya akan saturasi sebab rangkaian umpan balik op-amp menjadi open loop (penguatan open loop opamp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin output offset voltage (offset tegangan keluaran) sebesar 10x sampai pada suatu frekuensi cutoff tertentu. d) Differensiator Kalau komponen C pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di depan, maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 4. Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan penguatannya : Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout pada rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh praktis dari hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak. Gambar 4 : differensiator
  • 10. Bentuk rangkaian differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting G = -R2/R1 dan pada rangkaian differensiator diketahui : maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai frekuensi cutoff tertentu. f) Summing Amplifier Pada circuit C4, pada terminal non invertingnya ditanahkan dan diberikan tiga sinyal input dengan masing-masing dihubungkan dengan resistor (seperti pada penguat inverting), circuit akan membalik polaritas sinyal input sehingga pada output akan tercapai persamaan: Vo = -[(Rf/R1) V1 + (Rf/R2) V2 +(Rf/R3) V3] Summing amplifier dapat digunakan untuk penjumlahan tegangan. Persamaan diatas dapat digunakan untuk lebih dari tiga sinyal input. GAMBAR C4. SUMMING AMPLIFIER + _2 3 4 7 +12 -12 6 R2 R3 RFR1 VO V3 V2 V1
  • 11. 2.3 Aplikasi Op – Amp Dalam Kehidupan Sehari – hari Op-amp digunakan pada berbagai aplikasi yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi tersebut adalah sbb: 1) Amplifier pada rangkaian radio 2) Osilator 3) Regulator, berguna untuk menstabilkan tegangan 4) Penyearah tegangan sangat rendah 5) Interface komputer untuk mengubah sinyal analog menjadi digital dan sebaliknya 2.4 Hasil Dan Pembahasan 1) Pengukuran tegangan pada beberapa konfigurasi penguat Konf Kond R1 R2 R3 R4 Vs Vin (Volt) Vout (Volt) KΩ KΩ KΩ KΩ KΩ 1 2 Ukur Teori Invert 1 100 100 20 20 5 4,57 X -0,33 -9,14 2 4,57 X -1,04 -9,14 3 4,57 X -1,05 -9,14 4 4,57 X -1,04 -9,14 5 4,57 X -1,04 -9,14 Non - I 1 10 20 X X 5 0,03 X -7,08 0,09 2 0,02 X -7,19 0,06 3 0,02 X -7,14 0.06 4 0,01 X -7,14 0,03 5 0,01 X -7,14 0,03 Diff 1 100 100 200 200 5 14,87 5 -10,25 -19,74 2 14,86 5 -10,25 -19,72 3 14,86 5 -10,25 -19,72 4 14,86 5 -10,25 -19,72 5 14,86 5 -10,25 -19,72 Sum 1 100 200 200 X 5 13,24 5 -10,48 -31,48
  • 12. 2 13,27 5 -10,64 -31,54 3 13,26 5 -10,49 -31,52 4 13,26 5 -10,48 -31,52 5 13,26 5 -10,48 -31,52 Berikut ini adalah persamaan Vout dari masing-masing konfigurasi Operational amplifier: Inverting Amplifier Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] Non-Inverting Amplifier Vout = [1 + (R2 / R1)] * Vin Differensial Amplifier Vout = [(R1 + R4) / (R2 + R3) * (R3 / R2) * Vin-2] – [(R4 / R1) * Vin-1] Summing Amplifier Vout = - (R3 / R1) * Vin-1 – (R3 / R2) * Vin-2 Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan maka hasil dari masing- masing pengamatan penguat operatif disajikan dalam gambar dibawah ini. a. Grafik hubungan tegangan pada inverting ampifier Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada penguatan ukur = -0,133 kali, dan Penguatan teori = -2 kali; dan konstanta ukur = 0, dan konstanta teori = -2 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh
  • 13. dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas. Disamping adanya tingkat ketelitian juga terjadi kesalahan pada waktu pengambilan data sehingga persamaan dari garis tersebut tidak muncul. Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan yang dipergunakan sebesar -2 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya menjadi – [(20K+20K)/20K] * (100K/100K) = -2. Nilai konstanta teori sebesar -2 berarti nilai penguatan tidak ada noise. Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta 0 cukup kecil dan bisa diabaikan. b) Grafik pengukuran tegangan pada Non Inverting Amplifier Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada penguatan ukur = 61,15 kali, dan Penguatan teori = 3 kali; dan konstanta ukur = 2,214 dan konstanta teori = 2,571. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 0 1 2 3 4 5 Output(Volt) Input (Volt) Inverting Amplifier Ukur Teori Linear (Ukur) Linear (Teori)
  • 14. ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas. Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan yang dipergunakan sebesar 61,15 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya = 3 kali. Nilai konstanta teori sebesar 2,571 . kemungkinan disebabkan karena nilai pembulatan pada saat perhitungan. Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta 2,214 menunjukkan beda sebesar 624 mV dengan nilai teoritis dengan gradien sebesar 2,571x. c) Grafik Pengukuran Tegangan Pada Differensial Amplifier Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada penguatan ukur = 0,264 kali, dan Penguatan teori = -4 kali; dan konstanta ukur = - 4E-10, dan konstanta teori = -2x+10 Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya y = 2.2143x - 7.1779 R² = 0.2258 y = 2.5714x - 0.0043 R² = 0.3956 -8 -6 -4 -2 0 2 0 0.01 0.02 0.03 0.04 Output(Volt) Input (Volt) Non Inverting Amplifier Ukur Teori Linear (Ukur) Linear (Teori)
  • 15. ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas. Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan yang dipergunakan sebesar 0,264 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya menjadi 0,264 kali Karena diferensial amplifier memberikan nilai selisih tegangan pada Vin-2 (5V, konstan) dengan Vin-1 (variable) dan nilai Vin-1 semakin besar x maka Vout semakin besar, maka dapat diterima bahwa gradien persamaan dalam grafik menunjukkan nilai negatif (semakin besar x (Vinput), nilai konstan dikurangi dengan nilai yang semakin besar). Nilai konstanta teori sebesar -2x+10 menunjukkan nilai Vin-2 (5V, konstan) dikali dengan penguatan 0,264 menjadi = 0,094 Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta –4E-10 menunjukkan beda yang teramat kecil dengan nilai teoritis sehingga berbeda dengan hasil pengukuran teori dengan pengukuran menggunakan alat. d) Grafik Pengukuran Tegangan Pada Summning Amplifier Berdasarkan grafik yang dihasilkan (dengan menggunakan real value Vinput sebagai sumbu x) terlihat bahwa kedua metode (pengukuran dan teori) menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Perbedaan tersebut berada pada y = 1E-09x - 10.25 R² = #N/A y = -2x + 10 R² = 1 -25 -20 -15 -10 -5 0 14.855 14.86 14.865 14.87 14.875 Output(Volt) Input (Volt) Differensial Amplifier Ukur Teori Linear (Ukur) Linear (Ukur) Linear (Teori)
  • 16. penguatan ukur = -4 kali, dan Penguatan teori = -2 kali; dan konstanta ukur = - 4,041, dan konstanta teori = -10. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena pada waktu praktikum terjadi adanya kesalahan pada saat pengukuran maupun merangkai rangkaian, kurangnya ketetlitian praktikan saat membaca multimeter digital, dapat juga adanya pengaruh dari lingkungan misalnya meja maupun tangan, dan adanya rangkaian yang lepas. Persamaan yang dihasilkan dari grafik menunjukkan bahwa penguatan yang dipergunakan sebesar -2 kali, dapat diterima secara teoritis. Karena berdasarkan persamaan Vout = - [(R3 + R4) / R4] * [(R2 / R1) * Vin] , diperoleh penguatan sebesar - [(R3 + R4) / R4] * (R2 / R1) , jika dimasukkan nilai tahanannya menjadi – [(20K+20K)/20K] * (100K/100K) = - 2. Karena summing amplifier memberikan nilai penjumlahan tegangan dengan penguatan -2 maka semakin besar nilai x (Vinput), nilai Vout akan semakin kecil. Nilai konstanta teori sebesar -2 menunjukkan nilai Vin-2 (5V, konstan) dengan penguatan -2 kali. Sedang pada hasil pengukuran nilai konstanta sebesar - 4,041 menunjukkan beda yang teramat kecil dengan nilai teoritis sehingga dapat digunakan. y = -4.0417x + 43.07 R² = 0.3936 y = -2x - 5 R² = 1-35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 13.23 13.24 13.25 13.26 13.27 13.28 Output(Volt) Input (Volt) Summing Amplifier ukur teori Linear (ukur) Linear (teori)
  • 17. BAB 3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut ini. 1) Operasional amplifier adalah rangkaian terintegrasi (IC) yang berguna dalam teknik penguatan open loop pada elektronika. 2) IC 741 dengan kaki 8 merupakan IC OpAmp. 3) Teknik untuk menguatkan tegangan pada OpAmp dapat dilakukan dengan berbagai konfigurasi yang masing-masing memiliki karakteristik tertentu. 4) Rangkaian penguat operatif antara lain penguatan inverting, Non inverting, Summing Amplifier, dan Differensial Amplifier.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA George B Clayton, 1975, Experiment with OpAmp, Macmillan Press, London. Hamonangan, A. 2013. Karakteristik Op – Amp (Bagian Kedua). http://www.electroniclab.com/index.php/labanalog/13-karakteristik - opamp-2. [22 Mei 2014]. Jumadi. 2010. Panduan Praktikum Lanjut (Penguat Operasi Atau Operational Amplifier). Malvino, 1985, Prinsip-prinsip Elektronik, Airlangga, Jakarta. Marojahan, T. 2012. Operational Amplifier. http://marojahantampubolon.files.wordpress.com/2012/02/operational - amplifier2012.pdf. [21 Mei 2014]. Universitas Sumatra Utara. Tanpa Tahun. Tinjauan Pustaka Mengenai Penguat Operasional (Op – Amp). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27193/4/Chapter%20II.p df. [21 Mei 2014]. W, Bolton, 1996, Mechatronics, Longman, London Woolard, Barry, 1999, Elektronika Praktis, PT Pradnya Paramitha, Jakarta