1. 1
PERANCANGAN BOX UNDERPASS DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KEKUATAN BATAS (ULTIMATE DESIGN)
1
Sigit Dwi Prasetyo
Email: sigitdepe@gmail.com
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma, Jakarta
2
Sulardi
Email: lardiardi@yahoo.com
: ardi@staff.gunadarma.ac.ic
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Gunadarma, Jakarta
ABSTRAK: Karya Ilmiah box underpass bertujuan untuk merancang box underpass dan
merancang beban jacking yang digunakan pada proses pemasangan box underpass. Metode
yang digunakan dalam merancang box underpass ini adalah metode kekuatan batas (ultimate
design). Box underpass dirancang dengan tebal 60 cm untuk pelat lantai atas, pelat lantai
pondasi, dan pelat dinding. Bahan yang digunakan adalah beton mutu K-500 dan baja
tulangan dengan mutu BjTD 40. Dalam karya ini, analisis struktur dilakukan dengan
menggunakan metode distribusi momen. Gaya dalam yang didapat digunakan untuk
menghitung penulangan dan kontrol serviceability. Pada pelat lantai atas, tulangan pokok
yang digunakan adalah D36 – 200, sedangkan tulangan bagi yang digunakan adalah D22 –
300. Pada pelat lantai pondasi, tulangan pokok yang digunakan adalah D36 – 250, sedangkan
tulangan bagi yang digunakan adalah D22 – 350. Pada pelat dinding, tulangan pokok yang
digunakan adalah D32 – 200, tulangan bagi yang digunakan adalah D19 – 350, sedangkan
tulangan geser yang digunakan adalah D19 – 500. Dari kontrol defleksi didapatkan nilai L/Δ
sebesar 244,026. Dari kontrol retak lentur, didapatkan lebar retak maksimum sebesar 0,0105
in.
Kata Kunci : Box Underpass, Beton, Penulangan, Beban Jacking
ABSTRACT: This Sincetific work about box underpass design has a purpose to design box
underpass and design jacking force for box underpass indtallation. The method of box
underpass designing is ultimate design method. Box underpass designed for a 60 cm thick for
top slab, foundation slab, and wall plates. And used K-500 quality of concrete, and BjTD 40
quality of reinforcement steel. In this case, structural analysis performed using moment
distribution method. Moment, shear, and axial force is used to calculate the reinforcement
and control of serviceability. For top slab, main bar used is D36 – 200, while support bar
used is D22 – 300. For the foundation slab, main bar used is D36 - 250, while support bar
used is D22 – 350. For the wall plate, the main bar used was D32 - 200, support bar used is
D19 - 350, while the shear bar used is D19 - 500. From deflection control, L / Δ is 244,026.
From flexural crack controls, crack width maximum is 0,0105 in.
Keywords: Box Underpass, Concrete, Reinforcement
2. 2
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan transportasi sangat
besar. Apalagi di negara seperti Indonesia
yang memiliki jumlah penduduk yang besar,
pasti transportasi menjadi satu perhatian
khusus. Tanpa adanya transportasi yang baik
dan memadai, akan membuat mobilitas kota
menjadi terhambat. Dan jika mobilitas sudah
terhambat, akan berpengaruh pada sektor-
sektor lain.
Kendala yang paling besar pada
transportasi di Indonesia, khususnya Jakarta
adalah kemacetan. Faktor terbesar yang
menyebabkan kemacetan ini adalah semakin
banyaknya kendaraan namun tidak diimbangi
dengan penambahan jumlah jalan, sehingga
jalan yang ada tidak mampu menampung
volume kendaraan yang ada.
Ketidakmampuan ini membuat penumpukan
di jalan, sehingga terjadi antrian kendaraan
yang panjang atau biasa disebut sebagai
kemacetan.Untuk mengatasi hal tersebut,
maka diperlukan alternatif jalan penghubung
pada salah satu jalur tersebut. Alternatif yang
dilakukan adalah membangun underpass.
Tujuan penulisan dari tugas akhir ini
adalah merancang box underpass dengan
menggunakan metode kekuatan batas
(ultimate design)
Pada penulisan tugas akhir ini,
pembahasan dibatasi pada:
1. Merancang desain box underpass.
2. Metode perhitungan yang digunakan
adalah metode kekuatan batas (ultimate
design).
3. Data yang digunakan merupakan data
primer dari proyek pembangunan Box
Underpass Cibubur.
Telah banyak penelitian yang dilakukan
untuk merancang box underpass atau box
culvert. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Ir. M. Noer Ilham., MT, Kazik
Rassalski, serta B.N. Sinha. Untuk itu
diperlukan penelitian lanjutan untuk
melanjutkan atau merevisi penelitian yang
sudah ada sebelumnya dengan standar-
standar yang sudah diperbaharui.
TINJAUAN PUSTAKA
Underpass adalah jalan melintang di
bawah jalan lain atau persilangan tidak
sebidang dengan membuat terowongan di
bawah muka tanah. Diperlukan konstruksi
yang tepat dalam pelaksanaan jalan
underpass. Konstruksi underpass merupakan
suatu galian dengan konstruksi struktur
penahan tanah dalam posisi vertikal. Sistem
box tunnel / box underpass dipakai pada
proyek underpass. (tekniksipil.blogspot.com,
2013)
Box underpass adalah sebuah panel
terowongan dengan ukuran tertentu sebagai
tempat lewatnya kendaraan pada underpass.
Box underpass ini harus kedap air dan kedap
suara. Kedap air supaya air dari atas tidak
merembes ke dalam box. Kedap suara supaya
suara bising dari lalu lintas diatasnya tidak
terdengar sampai ke dalam box.
Pembebanan
Suatu struktur bangunan, baik itu
bangunan tinggi, jembatan, atau underpass
sekalipun harus direncanakan untuk dapat
memikul beban-beban yang bekerja pada
struktur tersebut, diantaranya beban gravitasi
dan beban lateral. Beban gravitasi yang
bekerja pada struktur meliputi beban mati
dan beban hidup. Beban mati yang bekerja
pada struktur diakibatkan oleh berat struktur
sendiri serta berat tambahan seperti berat
tanah diatas underpass. Sedangkan yang
termasuk beban lateral adalah beban tanah
dan beban gempa.
Beban-beban yang dihitung dalam
perancangan ini adalah berat sendiri, beban
mati tambahan, beban lalu lintas, beban rem,
tekanan tanah, beban angin, pengaruh
temperatur, dan beban gempa. Peraturan
pembebanan yang digunakan adalah RSNI T-
02-2005.
Metode Kekuatan Batas
Pada metode kekuatan batas (ultimate
design), service loads diperbesar, dikalikan
suatu faktor beban dengan maksud untuk
3. 3
memperhitungkan terjadinya beban pada saat
keruntuhan telah diambang pintu. Kemudian
dengan menggunakan beban kerja yang
sudah diperbesar (beban terfaktor) tersebut,
struktur direncana sedemikian sehingga
didapat nilai kuat guna pada saat runtuh yang
besarnya kira-kira lebih kecil sedikit dari
kuat batas runtuh sesungguhnya. Kekuatan
pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat
ultimit dan beban yang bekerja pada atau
dekat dengan saat runtuh dinamakan beban
ultimit. (Edi Kurniadi, 2012)
Analisis Struktur Konvensional
Analisis struktur konvensional atau
manual adalah analisis struktur tanpa
menggunakan bantuan program komputer.
Secara umum, analisis ini dibagi menjadi 2
tahap, yaitu :
1. Analisis struktur.
2. Analisis desain penampang sesuai bahan
yang direncanakan seperti baja, beton,
kayu atau yang lain.
Analisis struktur sendiri bisa
menggunakan berbagai metode misalnya
Clayperon, Cross, Takabeya, Mutoh, Matrix,
dan lain-lain. Secara garis besar, semua
metode dalam analisis struktur tersebut
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menentukan geometri model struktur.
2. Menetapkan beban yang bekerja pada
model struktur.
3. Menentukan angka kekakuan
berdasarkan pada modulus elastisitas (E)
bahan dan momen inersia (I) yang
tergantung dari ukuran dan posisi
penampang.
4. Menghitung momen primer.
5. Analisis struktur dengan metode tertentu.
6. Menghitung momen maksimum.
7. Menggambarkan bidang momen, geser
dan aksial.
Salah satu kelemahan dari perancangan
struktur secara konvensional adalah
banyaknya hal yang harus dilakukan dengan
ketelitian tinggi melalui perhitungan yang
cukup rumit terutama pada bagian analisis
struktur meskipun sudah diambil
beberapa penyederhanaan. Banyaknya
tahapan ini akan menghabiskan waktu yang
lama juga melelahkan sehingga menjadi
rawan kesalahan (human error). Semakin
rumit model struktur, semakin rumit pula
analisis strukturnya, sehingga semakin
banyak pula waktu, konsentrasi, tenaga yang
dibutuhkan. Selain itu jika ada perubahan
nilai koefisien, perubahan nilai beban
misalnya, maka perhitungan harus diulang
lagi dari awal.
METODE PERENCANAAN
Box underpass direncanakan dengan
menggunakan metode kekuatan batas
(ultimate design). Metode ini dipilih dengan
pertimbangan untuk menghidari perbedaan
yang tidak diinginkan pada beban,
menghidari ketidaktepatan perkiraan
pengaruh pembebanan, serta menghindari
jika terjadi perbedaan ketepatan dimensi pada
saat pelaksanaan. Adapun tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam perancangan box
underpass ini digambarkan pada diagram alir
seperti yang tergambar pada gambar 1.
4. 4
Gambar 1 Diagram Alir Perancangan Box
Underpass
ANALISIS
Berikut adalah denah lokasi dari box
underpass dan potongan dari box underpass
yang akan di analasis pada bab ini. denah
lokasi bisa dilihat pada gambar 2. Sedangkan
potongan box underpass bisa dilihat pada
gambar 3.
Gambar 2 Denah Lokasi Box Underpass
`
Gambar 3 Potongan Struktur Box Underpass
Struktur box underpass dimodelkan
sebagai suatu box dua dimensi, dengan
ukuran as ke as dari box underpass.
Pemodelan box underpass dapat dilihat pada
gambar 4.
Gambar 4Pemodelan Struktur Box
Underpass
Pembebanan
Kombinasi Pembebanan 1
1. Berat Sendiri
MSQ = 15 1,3 = 19,5 kN/m
MSP = 94,65 1,3 = 123,045 kN
2. Beban Mati Tambahan
MAQ = 35,544 2 = 67,088 kN/m
3. Beban Truk
TT1Q = 30 1,8 = 54 kN/m
TT2Q = 135 1,8 = 243 kN/m
4. Gaya Rem
TBT = 3,993 1,8 = 7,182 kN
5. Tekanan Tanah
TA atasQ = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
TA2Q = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
TA3Q = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m
TA dasarQ = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m
6. Beban Angin
EWQ = 1,008 1,2 = 1,2096 kN/m
7. Beban Pada Bagian Bawah Box
Underpass
Gaya ke bawah
TTP = 112,5 1,8 = 202,5 kN
MAQ = 6,160 2 = 12,320 kN/m
Gaya ke atas
BASEQ = 338,703 kN/m
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk
kombinasi 1 bisa dilihat pada gambar 5.
5. 5
Gambar 5 Beban Untuk Kombinasi 1
Kombinasi Pembebanan 2
1. Berat Sendiri
MSQ = 15 1,3 = 19,5 kN/m
MSP = 94,65 1,3 = 123,045 kN
2. Beban Mati Tambahan
MSQ = 35,544 2 = 67,088 kN/m
3. Beban Truk
TT1Q = 30 1,8 = 54 kN/m
TT2Q = 135 1,8 = 243 kN/m
4. Gaya Rem
TBT = 3,993 1,8 = 7,182 kN
5. Tekanan Tanah
TA atasQ = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
TA2Q = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
TA3Q = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m
TA dasarQ = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m
6. Beban Pada Bagian Bawah Box
Underpass
Gaya ke bawah
TTP = 112,5 1,8 = 202,5 kN
MAQ = 6,160 2 = 12,320 kN/m
Gaya ke atas
BASEQ = 338,003 kN/m
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk
kombinasi 2 bisa dilihat pada gambar 6.
Gambar 6 Beban Untuk Kombinasi 2
Kombinasi Pembebanan 3
1. Berat Sendiri
MSQ = 15 1,3 = 19,5 kN/m
MSP = 94,65 1,3 = 123,045 kN
2. Beban Mati Tambahan
MSQ = 35,544 2 = 67,088 kN/m
3. Beban Truk
TT1Q = 30 1,8 = 54 kN/m
TT2Q = 135 1,8 = 243 kN/m
4. Tekanan Tanah
TA atasQ = 19,504 1,25 = 24,375 kN/m
TA2Q = 26,789 1,25 = 36,575 kN/m
TA3Q = 27,673 1,25 = 33,488 kN/m
TA dasarQ = 106,501 1,25 = 133,125 kN/m
5. Gaya Gempa
EQT = 69,517 1,0 = 69,517 kN
6. Tekanan Tanah Dinamis Akibat Gaya
Gempa
EQQ = 24,614 1,0 = 24,614 kN/m
7. Beban Pada Bagian Bawah Box
Underpass
Gaya ke bawah
TTP = 112,5 1,8 = 202,5 kN
MAQ = 6,160 2 = 12,320 kN/m
Gaya ke atas
BASEQ = 338,003 kN/m
Untuk lebih jelasnya, pembebanan untuk
kombinasi 3 bisa dilihat pada gambar 7.
6. 6
Gambar 7 Beban Untuk Kombinasi 3
Analisis Struktur
Struktur dianalisis dengan menggunakan
metode distribusi momen. Hasil Perhitungan
analisis strukturnya bisa dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Nilai Maksimum/Minimum dari 3 Kombinasi
A B C D
AD AB BA BC CB CD DC DA
Reaksi
Komb. 1 1080,897 303,193 169,638 854,637 881,831 174,618 298,213 1079,184
Komb. 2 1077,708 303,236 169,595 850,786 879,392 174,575 298,256 1076,010
Komb. 3 1099,319 347,806 202,670 829,174 901,004 250,874 299,602 1054,399
Maks/Min 1099,319 347,806 202,670 854,637 901,004 250,874 299,602 1079,184
Momen
Komb. 1 -956,686 956,686 -1000,903 1000,903 -1038,428 1038,428 -948,893 948,893
Komb. 2 -953,854 953,854 -997,680 997,680 -1035,277 1035,277 -946,133 946,133
Komb. 3 -1067,372 1067,372 -917,597 917,597 -1151,861 1151,861 -862,984 862,984
Maks/Min -1067,372 1067,372 -1000,903 1000,903 -1151,861 1151,861 -948,893 948,893
Penulangan Pelat Lantai Atas
Luas tulangan pokok ditentukan dengan
memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan
berikut.
1. c
s
y
0,85 f ' a b
A =
f
2
0,85 41,5 111,662 1000
=
392
= 10048,159 mm
2. c
s
y
f '
A = b d
4f
41,5
= 1000 507
4 392
= 2082,984 mm
3. s
y
1,4
A = b d
f
2
1,4
= 1000 507
392
= 1810,714 mm
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang
terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 10048,159 mm2
. Karena tulangan
rangkap, maka dipakai luas tulangan
5024,080mm2
Tulangan pokok yang
digunakan adalah tulangan ulir dengan
diameter 40. Maka jarak antar tulangannya
bisa dihitung sebagai berikut.
7. 7
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 36 1000
4
5024,080
202,496 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm.
Maka tulangan pokok yang digunakan pada
pelat lantai atas adalah D36 – 200.
Luas tulangan bagi yang dibutuhkan
yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok.
Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai
berikut.
s,b s
2
A = 20% A
= 20% 5024,080
= 1004,820 mm
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai
300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai
berikut.
s,b
2
A 0,0018 b h
0,0018 1000 600
1080 mm
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang
dihitung lebih kecil dari yang disyaratkan,
maka digunakan luas tulangan bagi yang
disyaratkan. Tulangan bagi yang digunakan
adalah tulangan ulir dengan diameter 22.
Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung
sebagai berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 22 1000
4
1080
351,796 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 300 mm.
Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai atas adalah D22 – 300.
Penulangan Pelat Lantai Pondasi
Pertama, melakukan perhitungan daya
dukung tanah dengan menggunakan metode
Terzaghi dan Tomlinson yang menggunakan
data-data dari pengujian laboratorium.Untuk
menghitung daya dukung dengan
menggunakan metode ini dibutuhkan
beberapa faktor daya dukung yang dapat
dihitung sesuai dengan persamaan sebagai
berikut.
cN = 228 + 4,3 / 40 -
= 228 + 4,3 9 / 40 - 9
= 8,603
qN = 40 + 5 / 40 -
= 40 + 5 9 / 40 - 9
= 2,742
cN = 6 / 40 -
= 6 9 / 40 - 9
= 1,742
Dari faktor daya dukung di atas, maka
didapat nilai daya dukung ultimit sesuai
dengan persamaan sebagai berikut.
ult c q γ
3
q = 1,3 C N + γ Z N + 0,5 γ L N
= 843,803kN/m
Dari dua metode di atas, dipilih nilai
daya dukung tanah yang paling kecil. Maka
dipilih nilai daya dukung tanah sebesar
843,803 kN/m2
. Wilayah studi berada di
Cibubur, Jakarta. Maka dugunakan faktor
keamanannya adalah 2,5. Maka didapatkan
nilai daya dukung tanah sebagai berikut.
a ult
2
q = q /2,5
=843,803/2,5
= 340,949 kN/m
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa
gaya yang terjadi pada bagian bawah pondasi
(QBASE) adalah sebesar 338,703 kN/m untuk
bentang tiap meter nya. Jadi dapat ditulis
QBASE menjadi 338,703 kN/m2
. Nilai QBASE
ini dikontrol dengan nilai qa. Maka didapat
8. 8
QBASE< qa. Maka dimensi pelat pondasi aman
dan sudah cukup untuk digunakan.
Luas tulangan pokok ditentukan dengan
memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan
berikut.
1. c
s
y
0,85 f ' a b
A =
f
2
0,85 41,5 87,767 1000
=
392
= 7897,912 mm
2. c
s
y
f '
A = b d
4f
41,5
= 1000 507
4 392
= 2082,984 mm
3. s
y
1,4
A = b d
f
2
1,4
= 1000 507
392
= 1810,714 mm
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang
terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 7897,912 mm2
. Dipakai luas
tulangan sebesar 3948,956 mm2
. Tulangan
pokok yang digunakan adalah tulangan ulir
dengan diameter 36. Maka jarak antar
tulangannya bisa dihitung sebagai berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 36 1000
4
3948,956
2567,673 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 250 mm.
Maka tulangan pokok yang digunakan pada
pelat lantai pondasi adalah D36 – 250.
Luas tulangan bagi yang dibutuhkan
yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok.
Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai
berikut.
s,b s
2
A = 20% A
= 20% 3948,956
= 789,791 mm
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai
300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai
berikut.
s,b
2
A 0,0018 b h
0,0018 1000 600
1080 mm
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang
dihitung lebih kecil dari yang disyaratkan,
maka digunakan luas tulangan bagi yang
disyaratkan. Tulangan bagi yang digunakan
adalah tulangan ulir dengan diameter 22.
Maka jarak antar tulangannya bisa dihitung
sebagai berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 22 1000
4
1080
351,796 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm.
Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai pondasi adalah D22 – 350.
Penulangan Pelat Dinding
Luas tulangan pokok ditentukan dengan
memilih nilai yang terbesar dari tiga pilihan
berikut.
1. c
s
y
0,85 f ' a b
A =
f
2
0,85 41,5 82,368 1000
=
392
= 7412,103 mm
2. c
s
y
f '
A = b d
4f
41,5
= 1000 509
4 392
= 2091,201 mm
9. 9
3. s
y
1,4
A = b d
4f
2
1,4
= 1000 509
4 392
= 1817,857 mm
Dari ketiga nilai diatas, dipilih yang
terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 7412,103mm2
. Luas tulangan ini
adalah luas tulangan total. Sedangkan luas
tulangan tarik nilainya sama dengan luas
tulangan tekan yaitu sebagai berikut.
s
1 2
2
A
A = A =
2
7412,103
=
2
= 3706,051 mm
Tulangan pokok yang digunakan adalah
tulangan ulir dengan diameter 32. Maka jarak
antar tulangannya bisa dihitung sebagai
berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 32 1000
4
3706,051
216,899 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 200 mm.
Maka tulangan pokok yang digunakan pada
pelat dinding adalah D32 – 200.
Luas tulangan bagi yang dibutuhkan
yaitu sebesar 20% dari luas tulangan pokok.
Maka luas tulangan bagi di dapat sebagai
berikut.
s,b s
2
A = 20% A
= 20% 7412,103
= 1482,421 mm
Syarat luas tulangan bagi As,b untuk nilai
300 MPa < fy< 400 MPa adalah sebagai
berikut.
s,b
2
A 0,0018 b h
0,0018 1000 600
1080 mm
Karena nilai luas tulangan bagi As,b yang
dihitung lebih besar dari yang disyaratkan,
maka digunakan luas tulangan bagi hasil
hitungan.
s
1,b 2,b
2
A
A = A =
2
1482,421
=
2
= 741,210 mm
Tulangan bagi yang digunakan adalah
tulangan ulir dengan diameter 19. Maka jarak
antar tulangannya bisa dihitung sebagai
berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 19 1000
4
741,210
382,327 mm
Dipilih jarak tulangan sebesar 350 mm.
Maka tulangan bagi yang digunakan pada
pelat lantai pondasi adalah D19 – 350.
tulangan geser minimal dengan luas per
meter panjang bisa dihitung sebagai berikut.
1. v,u
y
b S
A =
3 f
2
1000 1000
=
3 392
= 850,340 mm
2. c
v,u
y
75 f ' b S
A =
1200 f
2
75 41,5 1000 1000
=
1200 392
= 1027,112 mm
Dari kedua nilai diatas, dipilih yang
terbesar. Maka dipilih nilai luas tulangan
sebesar 1027,112 mm2
. Tulangan geser yang
10. 10
digunakan adalah tulangan ulir dengan
diameter 19. Maka jarak antar tulangannya
bisa dihitung sebagai berikut.
2
s
2
1 π D b
4s
A
1 3,14 19 1000
4
1027,112
551,809 mm
Ada syarat khusus untuk jarak tulangan
geser, yaitu harus memenuhi syarat seperti
berikut.
1. Pasal 9.6.3, sn ≥ 1,5.dp ; sn ≥ 1,5.19 ; sn ≥
28,5
dan sn ≥ 40 mm
2. Pasal 9.10.5.2, s ≤ 16.D ; s ≤ 16.32 ; s ≤
512
Dan s ≤ 48.dp ; s ≤ 48.19 ; s ≤ 912
Dari hasil perhitungan dan syarat di atas,
maka dipilih jarak tulangan sebesar 500 mm.
Maka tulangan geser yang digunakan pada
pelat dinding adalah D19 – 500.
Kontrol Defleksi
Defleksi jangka panjang dihitung sesuai
dengan sebagai berikut.
LT L D t LSΔ = Δ + λ Δ + λ Δ
= 0,593+1,248 0,362+1,248 0,339
= 1,468 in
Syarat defleksinya sebagai berikut.
L
> 240
Δ
, maka
358,268
> 240
1,468
244,026 > 240
Nilai defleksi sesuai dengan yang
disyaratkan. Jadi dimensi pelat yang
digunakan aman.
Kontrol Retak Maksimum
Maka lebar retak maksimum bisa
dihitung sebagai berikut.
3
maks s c
3
w = 0,076βf d A
= 0,076 1,320 34191,024 3,661 7,910
= 0,0105 in
Besar lebar retak maksimum ini
memiliki batasan seperti yang disebutkan
pada tabel 2.5. untuk box underpass, syarat
lebar retak yang diizinkan adalah 0,012 in.
Maka wmaks< 0,012. Jadi dimensi retak
maksimum masih masuk batas toleransi.
Gambar Penulangan
Gambar 8 Penulangan Pelat Lantai Atas
Gambar 9 Penulangan Pelat Dinding
11. 11
Gambar 10 Penulangan Pelat Lantai Pondasi
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut.
1. Box underpass dirancang dengan
menggunakan beton mutu K – 500, dan
baja tulangan yang digunakan adalah
mutu baja BjTD 40.
2. Dimensi box underpass yang dirancang
adalah masing – masing setebal 60 cm
untuk pelat lantai atas, pelat lantai
pondasi, dan pelat dinding.
3. Pada pelat lantai atas, tulangan pokok
yang digunakan adalah D36 - 200.
Tulangan bagi yang digunakan adalah
D22 – 300.
4. Pada pelat lantai pondasi, tulangan
pokok yang digunakan adalah D36 - 250.
Tulangan bagi yang digunakan adalah
D22 – 350.
5. Pada pelat dinding, tulangan pokok yang
digunakan adalah D32 - 200. Tulangan
bagi yang digunakan adalah D19 – 350.
Sedangkan tulangan geser yang
digunakan adalah D19 – 500.
6. Dari kontrol defleksi didapatkan nilai
L
Δ
sebesar 244,026. Nilai ini telah
melewati batas minimal yang
disyaratkan yaitu 240.
7. Dari kontrol retak lentur, didapatkan
lebar retak maksimum sebesar 0,0105 in.
Nilai ini lebih kecil dari batas maksimal
yang disyaratkan yaitu 0,012 in.
REFERENSI
1. Asroni, Ali. Balok Pelat Beton
Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.
2. Asroni, Ali. Kolom Fondasi & Balok T
Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
3. Badan Standar Nasional. 2002. Baja
Tulangan Beton. SNI 07-2052-2002 .
4. Badan Standar Nasional. 2002. Tata
Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. SNI 03-2847-2002.
5. Badan Standar Nasional. 2005.
Pembebanan Untuk Jembatan. RSNI T-
02-2005.
6. Badan Standar Nasional. 2010. Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung. RSNI3 03-1726-2010.
7. Cook, Ronald A. 2002. Design Live
Loads on Box Culvert. University of
Florida
8. Iqbal, Agus. Dasar-dasar Perencanaan
Jembatan Beton Bertulang. Jakarta: PT.
Mediataman Saptakarya, 1995.
9. Nawy, Edward G. Beton Bertulang
Suatu Pendekatan Dasar. New Jersey:
Universitas Negeri New Jersey, 1998.