Studi ini menganalisis pengaruh keropos pada tumpuan balok beton terhadap kuat lenturnya, dan
apakah grouting dapat mengembalikan kuat lentur seperti semula. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kuat lentur balok yang mengalami keropos 17,24% lebih rendah dari normal, namun setelah
dilakukan perbaikan grouting mengalami peningkatan sebesar 6,9% dibandingkan kondisi keropos.
1. JURNAL
KONSTRUKSIAVOLUME 4 NOMER 2 JUNI 2013
ISSN 2086 - 7352
STUDI ANALISIS LENTUR PADA BALOK TUMPUAN YANG
MENGALAMI PENGEROPOSAN BETON
Arief Eko Supriyadi / Nadia
METODA MIKASA-WILSON DALAM ANALISIS PEMAMPATAN
SEKUNDER TANAH GAMBUT
Tanjung Rahayu
ANALISIS BEKISTING METODE SEMI SISTEM DAN
METODE SISTEM PADA BANGUNAN GEDUNG
Abdul Muiz / Trijeti
TEKNOLOGI ”REAL TIME TRAFFIC INFORMATION SYSTEM”
UNTUK MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS
DI JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA
Rusmadi Suyuti
PREDIKSI NILAI KEKAKUAN LENTUR PADA BALOK
BETON BERTULANG
Yamin Susanto
POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA BIAYA PROYEK DAN DAMPAK
PENYIMPANGAN BIAYA PROYEK DENGAN PENDEKATAN INDIKATOR
COST OVERRUN PADA PENGELOLAAN SUB KONTRAKTOR
Achirwan / Yusuf Latief / Ismeth Abidin
ANALISIS KONSTRUKSI GABLE DENGAN RAFTER MENGGUNAKAN
PROFIL BAJA HONEYCOMB DAN TRUSS
Ihsanuddin / Haryo Koco
ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PROYEK
PEMBANGUNAN PABRIK KRAKATAU POSCO ZONE IV DI CILEGON
Dwi Novi Setiawati / Andi Maddeppungeng
TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Volume 4 Nomor 2 Halaman 1 – 102 Juni 2013
2. Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 2 | Juni 2013 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
REDAKSI
Penanggung Jawab : Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE.
Pemimpin Redaksi : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.
Mitra Bestari : Prof. Ir. Sofia W. Alisjahbana, MSc., PHD.
DR. Ir. Rusmadi Suyuti, ME.
DR. Ir. Saihul Anwar, M.Eng.
DR. Ir. Sarwono Hardjomuljadi
Staf Redaksi : Ir. Nadia, MT.
Ir. Trijeti, MT.
Ir. Iskandar Zulkarnaen
Andika Setiawan
Farid Aulia
Seksi Umum : Ir. Saifullah
Imam Susandi
Disain Kreatif : Ir. Haryo Koco Buwono, MT.
Administrator Web : Riyadi, ST
Terbit : Per Semester – Juni dan Desember ( Dua Kali Setahun )
Alamat Redaksi : Jurnal Konstruksia Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat.10510
Ilustrasi cover diambil dari:
http://www.newsgol.com/images/stories/images/politik/ilustrasijakarta.jpg
3. Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 2 | Juni 2013 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
V o l u m e 4 N o m o r 2 J u n i 2 0 1 3
Diterbitkan oleh: Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
4. Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 2 | Juni 2013 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
V o l u m e 4 N o m o r 2 J u n i 2 0 1 3
PENGANTAR REDAKSI
Dengan mengucap syukur yang mendalam seiring terbitnya JURNAL KONSTRUKSIA volume 4
Nomer 2 di bulan Juni 2013 ini. Pada penerbitan sebelumnya, telah menerima berbagai macam
masukan dan kritikan yang bersifat membangun, dengan harapan akan membuat Jurnal ini menjadi
semakin baik. Salah satunya, Jurnal terbitan ini, mencoba menjalin networking dengan berbagai
Institusi.
Pada edisi ini sangat variatif, baik tema maupun peminatan dalam Teknik Sipil. Tema Mekanika
Tanah, Manajemen Konstruksi, Stuktur Gedung dan Manajemen Transportasi disajikan dari dalam
konteks kekinian dan menarik untuk dikembangkan menjadi artikel-artikel ilmiah lain yang
membangun. Salah Satu Judul yang menarik pada Jurnal ini adalah: PREDIKSI NILAI KEKAKUAN
LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG yang disajikan oleh Yamin Susanto. Menariknya adalah
menyajikan metoda membuat analisis resiko terhadap prediksi lentur struktur.
Penerbitan yang telah tujuh perioda ini tentunya tidak lepas dari peran serta banyak pihak. Semoga
Jurnal ini salah satu tonggak untuk dapat terakreditasi. Aamiin
Jakarta, Juni 2013
Pemimpin Redaksi
5. Jurnal Konstruksia | Volume 4 Nomor 2 | Juni 2013 ISSN 2086-7352
JURNAL
KONSTRUKSIA
V o l u m e 4 N o m o r 1 D e s e m b e r 2 0 1 2
DAFTAR ISI
Redaksi
Pengantar Redaksi
Daftar Isi
STUDI ANALISIS LENTUR PADA BALOK TUMPUAN YANG MENGALAMI
PENGEROPOSAN BETON …………………………………………………….…..……………… 1 – 11
METODA MIKASA-WILSON DALAM ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER
TANAH GAMBUT DI JAMBI ……………………………………………………………………… 13 – 24
ANALISIS BEKISTING METODE SEMI SISTEM DAN METODE SISTEM
PADA BANGUNAN GEDUNG ….…………..………………………………………………… 25 – 38
TEKNOLOGI ”REAL TIME TRAFFIC INFORMATION SYSTEM” UNTUK MENGA-
TASI KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA ....... 39 – 44
PREDIKSI NILAI KEKAKUAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG …. 45 – 57
POLA HUBUNGAN ANTARA KINERJA BIAYA PROYEK DAN DAMPAK
PENYIMPANGAN BIAYA PROYEK DENGAN PENDEKATAN INDIKATOR COST
OVERRUN PADA PENGELOLAAN SUB KONTRAKTOR ………………………………… 59 – 73
ANALISIS KONSTRUKSI GABLE DENGAN RAFTER MENGGUNAKAN
PROFIL BAJA HONEYCOMB DAN TRUSS …………………………………………………… 75 – 87
ANALISIS PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PROYEK PEMBANGUNAN
PABRIK KRAKATAU POSCO ZONE IV DI CILEGON ……………………………………… 89 – 102
Halaman Advertising
6. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
1 | K o n s t r u k s i a
STUDI ANALISIS LENTUR PADA BALOK TUMPUAN YANG MENGALAMI
PENGEROPOSAN BETON
Arief Eko Supriyadi
YARSI Divisi Pembangunan
N a d i a
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : nd7988@yahoo.co.id
ABSTRAK : Penggunaan beton sebagai bahan bangunan semakin meningkat, karena sifatnya yang
mudah dibentuk dan memliki kuat tekan tinggi. Masalah yang sering terjadi dan berpengaruh pada
beton adalah adanya keropos yang dapat menyebabkan turunnya kuat lentur balok beton. Keropos
sangat dipengaruhi oleh Pelaksanaan pekerjan Pengecoran. Supaya keropos beton pada balok bisa di
minimalisir perlu di perhatikan metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran. Keropos pada beton dapat
ditanggulangi dengan pelaksanaan pekerjaan grouting. Dalam penelitian ini dianalisa kuat lentur
beton yang dihasilkan perbaikan keropos menggunakan Sika Grout (215) New dan Sikaclim,
dibandingkan dengan beton dalam kondisi normal dan dengan beton dalam kondisi keropos. Target
mutu beton yang ingin di capai adalah Kuat Tekan K 225, dan target slump adalah 6 ± 2cm. Dari
hasil penelitian didapatkan Tergangan lentur rata-rata beton untuk benda uji balok dalam keadaan
normal adalah adalah sebesar 0,483 Mpa,Sedangkan untuk benda uji balok dalam keadaan keropos
didapat Tegangan lentur rata-rata 0,400 Mpa dan untuk benda uji balok dalam keadaan perbaikan
dengan Grouting Tegangan lentur yang didapat adalah 0,433 Mpa. Untuk perbandingan Tegangan
lentur antara benda uji balok dalam akibat keropos terhadap benda uji dalam kondisi normal
mengalami penurunan sebesar 17,24 %, sedangkan dengan kondisi perbaikan dengan grouting
terhadap benda uji balok dalam kondisi normal mengalami penurunan sebesar 10,34 % dan untuk
benda uji balok dengan perbaikan grouting terhadap benda uji balok mengalami peningkatan sebesar
6,9 %.
Kata kunci : Beton,Kuat lentur, keropos, Grouting, SNI 03-4431-1997
ABSTRACT: The use of concrete as a building material is increasing, because it iseasily shaped and
possess high compressive strength. The problem that often occurs and the effect on concrete is a porous
can cause a drop in flexural strength of concrete beams. Brittle is strongly influenced by the
implementation of jobs Foundry. So porous concrete beams can be minimized to note the method
implementation foundry work. Porous concrete can be overcome by the implementation of the grouting
work. In this study analyzed the resulting flexural strength of concrete repair using Sika Grout loss (215)
New and Sikaclim, compared with concrete under normal conditions and under conditions of porous
concrete. Target concrete quality that you want to achieve is Strong Press K 225, and the target slump
was 6 ± 2cm. From the results of research in getting the average bending stress to the concrete beam
specimens are normally amounted to 0,483 Mpa, while for beam specimen under bending stress obtained
porous state average of 0,400 Mpa and for specimen beam in a state of repair Grouting bending stress
obtained was 0,433 Mpa. For comparison between the bending stress in the beam specimen to specimen
due to loss under normal conditions has decreased by 17.24%, while the state of repair by grouting the
beam specimen under normal conditions has decreased by 10.34% and for the beam specimen with
improved grouting the beam specimen increased by 6.9 %.
7. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2012
2 | K o n s t r u k s i a
Keywords: Concrete, Strong pliable, porous, Grouting, SNI 03-4431-1997
LATAR BELAKANG
Teknik yang diperlukan pada saat
pengecoran beton bergantung pada elemen
struktur beton yang akan digunakan
,misalnya untuk kolom, balok, dinding, slab,
pondasi, bendung beton atau sambungan
suatu beton yang beda waktu pelaksanaan
pengecorannya. Beton harus selalu dicor
dengan lapisan-lapisan horizontal dan
setiap lapisan dipadatkan dengan vibrator
berfrekuensi tinggi.
Pada waktu pelaksanaan pekerjaan
pengecoran biasa terjadi pemadatan yang
kurang sempurna, sehingga campuran
beton akan menjadi tidak homogen. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya
rongga-rongga didalam beton yang
menyebabkan beton menjadi keropos
Pada pengecoran struktur balok, keropos
sering diakibatkan oleh:
1. Pemadatan pada waktu pengecoran
yang tidak maksimal
2. Jarak waktu pencampuran dan
pencetakan / pengecoran beton
cukup lama.
Pada struktur balok, keropos ini dapat
terjadi dibeberapa tempat, salah satunya
adalah di tumpuan. Untuk itu akan diteliti,
bagaimana pengaruh keropos pada
tumpuan balok beton ini terhadap kuat
lenturnya. Dan apakah grouting dapat
menyelesaikan masalahnya (dapat kembali
kuat lenturnya seperti balok beton yang
tidak keropos)
IDENTIFIKASI MASALAH DAN
PERUMUSAN MASALAH
Pelaksanaan pengecoran beton pada
struktur balok, merupakan pekerjaan yang
mudah tetapi perlu kecepatan, ketepatan,
ketelitian dan kehati-hatian. Hal ini
disebabkan oleh waktu setting atau
kekerasan beton yang relative cepat.
Waktu yang singkat inilah yang banyak
menyebabkan kekeroposan beton akibat
pengecoran. Keropos pada beton,
merupakan perlemahan struktur yang
dalam hal ini dapat mengurangi kekakuan
/ kekuatan beton itu sendiri, sehingga akan
mempengaruhi kuat lenturnya. Cara-cara
umum yang dilakukan untuk mengisi
rongga-rongga pada beton yang keropos
adalah dengan grouting. Namun apakah
grouting ini dapat mengembalikan fungsi
beton itu sendiri jika dibandingkan dengan
beton tanpa keropos? Dengan demikian
terdapat beberapa hal yang perlu siteliti,
yaitu sebagai berikut:
Berapa besar kuat lenturnya, jika pada
beton tidak terjadi keropos, beton keropos
pada tumpuan, dan beton keropos setelah
di grouting?
BATASAN MASALAH
1. Mutu beton K225 (Fc 19,3 Mpa).
2. Semen yang digunakan adalah semen
portland biasa type l merk Semen
Gresik.
3. Agregat kasar yang digunakan adalah
batu pecah (split) dengan diameter
maksimum 20 mm ex Rumpin.
4. Agregat halus berupa pasir alam ex
Bangka yang menembus ayakan 4,8
mm.
5. Air yang digunakan berasal dari PDAM..
6. Benda uji berbentuk balok dengan
ukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm
sebanyak 12 buah.
8. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
3 | K o n s t r u k s i a
7. Semen grouting yang digunakan adalah
merk Sika Grout 215.
8. Semen grouting digunakan merk Sika
Cim.
9. Besaran keropos yang direncanakan
5% dari volume balok beton.
10. Umur pengujian uji kuat lentur beton
adalah 28 hari.
11. Metode pengujian kuat lentur
menggunakan SNI 03-4431-1997
dengan nama Metode Pengujian Kuat
Lentur Dengan Dua Tititk Pembebanan.
12. Grouting dilaksanakan setelah bekisting
dibuka.
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengaruh keropos
diposisi tumpuan balok terhadap kuat
lentur.
2. Untuk meng-evaluasi kuat lentur balok
yang keropos maupun yang sudah
digrouting.
HIPOTESIS
1. Kuat lentur balok yang mengalami
keropos diperkirakan lebih rendah 5 %
apabila dibandingkan dengan Kuat
lentur pada balok yang tidak
mengalami keropos (kondisi normal).
2. Kuat lentur balok yang di grouting
diperkirakan lebih tinggi 2% apabila
dibandingkan dengan Kuat lentur pada
balok yang tidak mengalami keropos
(kondisi normal).
3. Kuat lentur balok yang mengalami
keropos diperkirakan lebih rendah 3 %
apabila dibandingkan dengan Kuat
Lentur pada balok yang sudah
mengalami perbaikan grouting.
LANDASAN TEORI
Beton
Beton adalah campuran semen portland,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan
atau tanpa bahan tambah membentuk
massa padat.
Beton dibentuk oleh pengerasan campuran
semen, air, agregat halus, agregat kasar
(batu pecah atau kerikil), udara dan
kadang-kadang campuran tambahan
lainnya. Campuran yang masih plastis ini
dicor kedalam acuan dan dirawat untuk
mempercepat reaksi hidrasi, yang
menyebabkan pengerasan beton.Bahan
yang terbentuk ini mempunyai kekuatan
tekan yang tinggi dan ketahanan tarik yang
rendah , atau kira-kira kekuatan tariknya
0,1 kali kekuatan terhadap tekan.
MATERIAL PENYUSUN BETON
Semen
Semen mengandung unsur silikat
(silicates) dan kapur (lime). Semen ini bila
dicampur dengan air (hydration) akan
membentuk massa yang mengeras. Beton
yang dibuat dengan semen portland
umumnya membutuhkan waktu 14 hari
untuk mencapai kekuatan yang cukup, agar
acuan dapat dibongkar dan agar beban-
beban mati dalam kontruksi dapat dipikul.
Kekuatan dari beton yang optimum
dicapai dalam waktu minimal 28 hari .
Bahan baku pembentuk semen adalah:
1. Kapur (CaO) – dari batu kapur.
2. Silika (SiO₄) – dari lempung.
3. Alumina (Al₂O₃) – dari lempung.
Agregat
Agregat merupakan komponen beton yang
paling berperan dalam menentukan
kekuatan / kekerasan beton.. Pada beton
biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80%
volume agregat. Agregat ini bergradasi
sedemikian rupa sehingga seluruh massa
9. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
4 | K o n s t r u k s i a
beton dapat berfungsi sebagai benda yang
utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat
yang berukuran kecil berfungsi sebagai
pengisi celah yang ada diantara agregat
yang berukuran besar.
Dua jenis agregat adalah:
1. Agregat kasar (kerikil, batu pecah,
atau pecahan-pecahan dari blast
furnace), Agregat kasar adalah
agregat dengan butiran-butiran
tertinggal di atas ayakan dengan
lubang berdiameter 4,8 mm, tetapi
lolos ayakan dengan lubang
berdiameter 40mm.
2. Agregat halus (pasir alami dan
buatan).⁽⁸⁾ Agregat halus adalah
agregat yang butirannya menembus
ayakan dengan lubang berdiameter
4,8 mm.
Karena agregat biasanya menempati
sekitar 75% dari total beton, maka sifat-
sifat agregat ini mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perilaku dari beton yang
sudah mengeras. Sifat agregat bukan hanya
mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga
mempengaruhi ketahanan (durbility) dari
beton.
Air
Air yang bersih dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, zat organik
atau bahan lain yang dapat merusak beton
atau tulangan. Dalam hal ini sebaiknya
dipakai air bersih yang dapat diminum.
Sifat-Sifat Beton
Sifat-sifat beton perlu diketahui untuk
mendapatkan mutu beton yang
diharapkan sesuai tuntutan konstruksi dan
umur bangunan yang bersangkutan. Pada
saat segar atau sesaat setelah dicetak,
beton bersifat plastis dan mudah dibentuk.
Sedang pada saat keras, beton memiliki
kekuatan yang cukup untuk menerima
beban. Sifat beton segar yang baik sangat
mempengaruhi kemudahan pengerjaan
sehingga menghasilkan beton dengan
berkualitas baik.
Lentur Pada Balok Beton.
Beban beban yang bekerja pada struktur
,baik yang berupa grafitasi, maupun beban-
beban lain ,seperti beban angin, beban
karena susut dan beban karena perubahan
temperatur ,menyebabkan adanya lentur
dan deformasi pada elemen struktur.
Lentur pada balok merupakan akibat dari
adanya regangan yang timbul karena
adanya beban luar. Apabila bebannya
bertambah, maka pada balok terjadi
deformasi dan regangan tambahan yang
mengakibatkan timbulnya atau
bertambahnya retak lentur disepanjang
bentang balok. Bila bebannya semakin
bertambah, pada akhirnya dapat terjadi
keruntuhan elemen struktur, yaitu pada
saat beban luarnya mencapai kapasitas
elemen. Taraf pembebanan demikian
disebut keadaan limit dari keruntuhan pada
lentur. Karena itulah perencana harus
mendesain penampang balok sedemikian
rupa sehingga tidak terjadi retak yang
berlebihan pada saat beban bekerja, dan
masih mempunyai keamanan yang cukup
dan kekuatan cadangan untuk menahan
beban dan tegangan tanpa mengalami
keruntuhan.
Jika suatu balok terbuat dari material yang
elastis linier, isotropis, dan homogen, maka
tegangan lentur maksimumnya dapat
diperoleh dengan rumus lentur balok, yaitu
f=Mc/I. Pada keadaan beban batas, balok
beton bertulang bukanlah material yang
homogen, juga tidak elastis sehingga rumus
10. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
5 | K o n s t r u k s i a
lentur balok tersebut tidak dapat
digunakan untuk menghitung tegangannya.
Untuk memperhitungkan kemampuan dan
kapasitas dukung komponen struktur
beton terlentur (balok plat,dinding dan
sebagainya), sifat utama bahwa bahan
beton kurang mampu menahan tegangan
tarik akan menjadi dasar pertimbangan.
Pada saat beton struktur bekerja menahan
beban – beban yang dipikulnya, salah satu
tegangan yang terjadi adalah tegangan
tarik akibat lenturan pada serat tepi bawah
Pada balok dengan tumpuan sederhana.
Hampir semua balok yang langsing
mengalami tegangan akibat lentur.
Kekuatan lentur merupakan kekuatan
beton dalam menahan lentur yang
umumnya terjadi pada balok struktur. Kuat
lentur dapat diteliti dengan membebani
balok pada tengah-tengah bentang atau
pada tiap sepertiga bentang dengan beban
titik. Beban ditingkatkan sampai kondisi
balok mengalami keruntuhan lentur,
dimana retak utama yang terjadi terletak
pada sekitar tengah-tengah bentang.
Besarnya momen akibat gaya pada saat
runtuh ini merupakan kekuatan maksimal
balok beton dalam menahan lentur. Kuat
lentur beton adalah kemampuan balok
beton yang diletakkan pada dua perletakan
untuk menahan gaya dengan arah tegak
lurus sumbu benda uji, sampai benda uji
patah. Satuan dinyatakan dalam gaya per
satuan luas (MPa)
Rumus-rumus perhitungan yang digunakan
dalam metode pengujian kuat lentur beton
adalah sebagai berikut:
1. Untuk pengujian dimana patahnya
benda uji ada di luar pusat (diluar
daerah 1/3 jarak titik perletakan) di
bagian tarik dari beton, maka kuat
lentur beton dihitung menurut
persamaan :
2. Untuk pengujian dimana patahnya
benda uji ada di luar pusat (diluar
daerah 1/3 jarak titik perletakan) di
bagian tarik beton, dan jarak antara
titik pusat dan titik patah kurang dari
5% dari panjang titik perletakan
maka kuat lentur beton dihitung
menurut persamaan :
Dimana :
σ = Kuat Lentur benda uji (MPa)
P = Beban yang menyebabkan terbelahnya
balok
L = Jarak (bentang) antara dua garis
perletakan (mm)
b = Lebar tampang lintang patah arah
horizontal (mm)
d = Lebar tampang lintang patah arah
vertikal (mm)
a = Jarak rata-rata antara tampang
lintang patah dan tumpuan luar yang
terdekat, diukur pada 4 tempat pada sisi
titik dari bentang (m).
Gambar 1. Uji Lentur dengan Dua Titik
Pembebanan
11. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
6 | K o n s t r u k s i a
Gambar 2 Garis-garis perletakan dan
pembebanan
Grout
Grout adalah slurry semen yang
diinjeksikan ke dalam retak–retak, pipa-
pipa, dan lubang lubang lainnya. Atau
disamping bangunan beton sebagai
pelindung yang tidak tembus air. Dapat
dipakai pasir bila volumenya besar.
Admixture mineral, seperti abu terbang
dan bentonite, sering dipakai untuk
menambah kecairan. Admixture kimiawi
ditambahkan untuk mengurangi kadar air,
menambah daya lekat dan mengendalikan
waktu pengikatan. Admixture juga bisa
ditambahkan untuk melawan susut.
Penerapan grout yang penting misalnya
pada metode prepacke agregat.
Bahan – Bahan Campuran
Yang termasuk bahan campuran yang lain
adalah
a. Bahan pengikat (bonding
admixture).
b. Bahan pengisi (grouting
admixture).
c. Bahan untuk mempercepat
pengikatan (quick setting
admixture).
d. Bahan pembentuk gas (gas
forming agent).
Bonding Admixture
Umumnya emulsi air dan material organik
seperti karet, polyvinyl klorida, polyvinyl
acetat, acrylics, dan dan butadiene-styrene
copolymer. Mereka ditambahkan kedalam
campuran semen atau dikuaskan pada
permukaan beton lama untuk menambah
kekuatan lekatan antara beton lama dan
baru. Umumnya ditambahkan dalam
proporsi 5 -20 % berat semen, jumlah
tergantung kondisi dilapangan dan jenis
bahannya. Dapat menyebabkan beberapa
pertambahan kandungan udara.
1. Jenis non - reemulsifiable adalah tahan
terhadap air, lebih cocok untuk
penerapan eksterior, dan dipakai di
mana ada kelengasan. Hasil optimum
hanya sebaik permukaan yang dilapisi.
Permukaan harus bersih, kering, baik
(sound), bebas dari kotoran, debu, cat
dan oli.
2. Kegunaan dari bonding admixture adalah
untuk meningkatkan daya lekat pasta
semen, mortar dan beton.
Komposisi :
Polyvinyl acetate (PVA)
Styrene butadine (SDR) atau acrylic.
Grouting Admixture
Digunakan untuk mencegah terjadinya
susut dan menunda set. Karenanya
digunakan untuk menstabilkan fondasi,
mengisi retak dan sambungan. Menyemen
sumur minyak, megisi lubang (cores) dan
tembok bata, grout pada tendon dan baut-
baut angker dan prepalaced-agregate,
menutup lubang-lubang angker pada
fondasi, memperbaiki retak-retak dan
12. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
7 | K o n s t r u k s i a
keropos, mengisi tendon baja pada beton
pratekan.
Grouting admixture tidak dapat susut dan
mempunyai kekuatan yang tinggi.
Bentuknya encer sehingga mudah di
injeksikan kedalam beton. Tidak
mengandung klorida sehingga dapat
dipakai pada beton bertulang, dan tidak
menimbulkan korosi pada baja tulangan.
Hanya saja harganya jauh lebih mahal dari
pada semen portland biasa (10 kali lipat).
Komposisi :
a. Material seperti gel, clays, pregelatine
starch, methyl cellulose yang berfungsi
untuk mencegah kecepatan hilangnya
air dan grouting admixtures.
b. Betonite clays : berfungsi untuk
mengurangi slurry density.
c. Material seperti barite dan iron filings
yang berfungsi meningkatkan berat
jenis.
d. Natural gums ditambahkan untuk
mencegah susut dari grouting tersebut.
Pekerjaan grouting yang sangat cocok
untuk daerah perbaikan yang sulit. Jenis
kerusakan ini timbul karena pengerjaan
beton yang kurang baik, agregat terlalu
kasar, kurangnya butiran halus yang
termasuk semen, faktor air semen tidak
tepat, pemadatan yang tidak sempurna
karena rapatnya tulangan, pasta semen
keluar dari cetakan yang tidak rapat dan
lain-lainnya. Kerusakan semacam ini
biasanya disebabkan oleh cetakan
(bekisting) yang tidak rapi atau rapat. Hal
ini menyebabkan pasta semen mengalir
keluar, yang mengakibatkan beton keropos.
Dengan menginjeksi bahan grouting yang
relatif cair ke dalam cetakan, ikatan
antara tulangan dan beton kembali seperti
semula dan betonpun dianggap masif.
Tekanan injeksi beton untuk perbaikan
retakan dan grouting untuk perbaikan
dimensi beton .
Pengujian Hipotesis
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu
proporsi atau anggapan yang mungkin
benar, dan sering digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan/pemecahan
persoalan ataupun untuk dasar penelitian
lebih lanjut. Anggapan/asumsi sebagai
suatu hipotesis juga merupakan data, akan
tetapi karena kemungkinan bisa salah,
apabila akan digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan data hasil
observasi.⁽¹³⁾
Distribusi t
Distribusi t selain digunakan untuk
menguji suatu hipotesis juga untuk
membuat pendugaan (interval estimate).
Biasanya, distribusi t digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai nilai
parameter, paling banyak 2 populasi (lebih
dari 2, harus digunakan F), dan dari sample
yang kecil (small sample size), misalnya n <
100, bahkan seringkali n ≤ 30. Untuk n
yang cukup besar ( n ≥ 100, atau mungkin
cukup n >30) dapat digunakan distribusi
normal, maksudnya tabel normal dapat
digunakan sebagai pengganti tabel t.
HASIL PENELITIAN
Pengujian Berat Jenis SSD Agregat Kasar
(Kerikil)
Dari hasil pemeriksaan berat isi agregat
kasar yang dilakukan didapatkan nilai
berat jenis agregat kasar. Nilai BJ agregat
kasar tersebut adalah 2,635.
13. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
8 | K o n s t r u k s i a
Pengujian Berat Jenis SSD Agregat Halus
(Pasir)
Dari hasil pemeriksaan berat isi agregat
halus yang dilakukan didapatkan nilai
berat jenis agregat halus. Nilai BJ agregat
halus tersebut adalah 2,51
Hasil pengujian kuat tekan yang telah di
konversi ke 28 hari dengan factor pembagi
0,65; Nilai rata – rata hasil kuat tekan
adalah 25,295 N/mm2
Pengujian Benda Uji
Setelah umur 28 hari benda uji diangkat
dari bak perendaman dan didiamkan
selama 24 jam untuk selanjutnya
dilaksanakan pengujian kuat lentur .
Hasil pengujian Kuat Lentur
Pengujian kuat Lentur yang akan
dilaksanakan:
a. Kuat Lentur untuk benda uji dalam
kondisi Normal
b. Kuat Lentur untuk benda uji dalam
kondisi Keropos
c. Kuat Lentur untuk benda uji dalam
kondisi keropos sudah perbaikan
dengan menggunakan sika grout.
Hasil Tes Kuat lentur Benda Uji Kondisi Normal
Benda
uji
Tgl pembuatan Tgl pengetesan
Hasil
pengetesan
A1 20/11/2012 20/12/2012 7
A2 20/11/2012 20/12/2012 7,5
A3 20/11/2012 20/12/2012 7
A4 20/11/2012 20/12/2012 7.5
Kuat lentur beton normal dihitung dengan persamaan :
14. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
9 | K o n s t r u k s i a
Hasil Tes Kuat Lentur Benda Uji kondisi Keropos
Hasil Tes Kuat Lentur Benda Uji kondisi perbaikan dengan grouting
Benda Uji Tgl pembuatan Tgl Grouting Tgl pengetesan Hasil Test
C1 23/11/2012 20/12/2012 27/12/2012 7
C2 23/11/2012 20/12/2012 27/12/2012 6,5
C3 23/11/2012 20/12/2012 27/12/2012 6,5
C4 23/11/2012 20/12/2012 27/12/2012 6,5
Sumber : Hasil Pengujian di Laboratorium Teknik Sipil UMJ
ANALISIS DATA
Hasil Kuat Lentur Balok Beton Kondisi Normal
NO P (KN) L (mm) b (mm) d (mm) σP (KN/mm2) σP (MPa)
1 3.5 450 150 150 0.00047 0.466667
2 3.75 450 150 150 0.00050 0.500000
3 3.5 450 150 150 0.00047 0.466667
4 3.75 450 150 150 0.00050 0.500000
Rata-rata 0.483
Benda
uji
Tgl
pembuatan
Tgl
pengetesan
Hasil
pengetesan
B1 29/11/2012 27/12/2012 6
B2 29/11/2012 27/12/2012 6
B3 29/11/2012 27/12/2012 6
B4 29/11/2012 27/12/2012 6,5
15. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
10 | K o n s t r u k s i a
Hasil Kuat Lentur Balok Beton Kondisi Keropos
NO P (KN) L (mm) b (mm) d (mm) σP (KN/mm2) σP (MPa)
1 3 450 150 150 0.00040 0.400
2 3 450 150 150 0.00040 0.400
3 3 450 150 150 0.00040 0.400
Rata-rata 0.400
Hasil Kuat Lentur Balok Beton Kondisi Perbaikan dengan Grouting
NO P (KN) L (mm) b (mm) d (mm) σP (KN/mm2) σP (MPa)
2 3.25 450 150 150 0.00043 0.433
3 3.25 450 150 150 0.00043 0.433
4 3.25 450 150 150 0.00043 0.433
Rata-rata 0.433
Gambar Grafik perbandingan benda uji
Kondisi keropos =
0,400
X 100 = 82,76%
0,483
Kondisi grouting=
0,433
X 100 = 89,66%
0,483
Kondisi normal=
0,483
X 100 = 100 %
0,483
16. Studi Analisis Lentur Pada Balok Tumpuan Mengealami Pengeroposan Beton (Arief Eko - Nadia)
11 | K o n s t r u k s i a
KESIMPULAN
Dari Hasil Penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kondisi Tegangan Lentur akibat terjadi
Keropos Beton pada tumpuan
mengalami penurunan 17,24 %
terhadap Tegangan Lentur akibat beton
kondisi Normal.
2. Kondisi Tegangan Lentur akibat beton
Kondisi perbaikan dengan grouting
mengalami penurunan 10,34 %
terhadap Tegangan Lentur akibat beton
kondisi Normal.
3. Kondisi Tegangan Lentur akibat beton
Kondisi perbaikan dengan grouting
mengalami peningkatan 6,9 % terhadap
tegangan Lentur akibat beton kondisi
Keropos.
4. Kondisi yang mengalami keropos dan
sudah mengalami perbaikan dengan
grouting tetap hasil tegangan lenturnya
lebih rendah terhadap beton kondisi
normal.
.
DAFTAR PUSTAKA
(1) ASTM C 33-03, Standart specification
for concrete agregat 2003.
(2) BADAN STANDARISASI NASIONAL,
SNI 03-4154-1996, Metode Pengujian
Kuat Lentar Beton dengan Balok Uji
Sederhana yang Dibebani Terpusat
Langsung.
(3) BADAN STANDARISASI NASIONAL,
SNI 03 – 6821 - 2002,
SPESIFIKASI AGREGAT RINGAN
BATU CETAK BETON PASANGAN
DINDING.
(3) CHU-KIA WANG, CHARLES G.
SALMON, BINSAR HARIANDJA,
DISAIN BETON BERTULANG, Jilid 2,
edisi keempat, Penerbit Erlangga, th
1989
(4) CHU-KIA WANG, CHARLES G.
SALMON, BINSAR HARIANDJA,
DISAIN BETON BERTULANG, Penerbit
Erlangga Jilid 1, edisi keempat, th
1993
(5) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM,
SNI 03-2834-2002, Tata cara
pembuatan rencana beton normal.
YAYASAN LPMB BANDUNG
(6) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM,
SK-SNI T – 15 -1991-03, TATA CARA
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON
UNTUK BANGUNAN GEDUNG.
YAYASAN LPMB BANDUNG
(7) DR Edward G.Nawy,P.E, BETON
BERTULANG SUATU PENDEKATAN
DASAR. Penerbit PT ERESCO
BANDUNG, th 1990
(8) PBI 71, Peraturan Beton Bertulang
Indonesia, Departemen Pekerjaan
Umum 1971.
(9) Prof.DR. Sudjana M.A., M. Sc, METODA
STATISTIKA, Edisi ke 6, Penerbit
TARSITO BANDUNG, th 1996.
(10) J. SUPRANTO , M A. STATISTIK TEORI
DAN APLIKASI, Edisi kelima, jilid 2,
Penerbit ERLANGGA, th 1992 Sika
Product Catalogue, 3rd Edition @
2012.
17. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
13 | K o n s t r u k s i a
METODA MIKASA-WILSON DALAM ANALISIS PEMAMPATAN SEKUNDER
TANAH GAMBUT DI JAMBI
Tanjung Rahayu
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email: tanjungrahayu@yahoo.com
ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku pemampatan sekunder pada tanah
gambut Jambi dengan melakukan percobaan konsolidasi dan analisa data. Percobaan konsolidasi
dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat uji oedometer digital dan analisis data dilakukan
dengan menggunakan metoda Mikasa-Wilson. Tahapan pembebanan pada percobaan konsolidasi
dilakukan dengan rasio penambahan beban sebesar 1, dengan beban awal 0,05 kg/cm2 dan beban akhir
6,4 kg/cm2. Tiap tahapan beban diberikan selama 24 jam, kecuali untuk dua tahap beban di sekitar
tekanan prakonsolidasi yaitu 0,4 kg/cm2 dan 0,8 kg/cm2, beban diberikan selama 7 x 24 jam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kurva pemampatan tanah gambut Jambi dengan metoda Mikasa-Wilson
menunjukkan bahwa nilai parameter c membesar dengan meningkatnya beban di atas tekanan
prakonsolidasi. Hasil analisis data dengan metoda Mikasa-Wilson, memberikan nilai regangan didapat di
laboratorium untuk waktu percobaan 24 jam dan 7x24 jam.
Kata Kunci : tanah gambut, konsolidasi sekunder, Mikasa-Wilson
ABSTRACT: This study was conducted to study the behavior of secondary compression on peat soil
consolidation Jambi to conduct experiments and data analysis. Consolidation experiments conducted in
the laboratory using a digital oedometer test equipment and data analysis was performed by using the
method of Mikasa-Wilson. Stages of loading on consolidation experiments carried out with the addition of
load ratio of 1, with an initial load of 0.05 kg/cm2 and 6.4 kg/cm2 load end. Each phase of the load is
given for 24 hours, except for a two-stage load around the preconsolidation pressure of 0.4 kg/cm2 and
0.8 kg/cm2, the burden administered for 7 x 24 hours. The results showed that the peat soil compression
curves Jambi with Mikasa-Wilson method shows that the value of the parameter c enlarged with
increasing load on the preconsolidation pressure. Results of data analysis methods Mikasa-Wilson, gave
strain values obtained in the laboratory for 24 hours and the time trial 7x24 hours.
Keywords: peat, secondary consolidation, Mikasa-Wilson
LATAR BELAKANG
Gambut yang lebih dikenal dengan nama
peat, adalah campuran dari fragmen-
fragmen material organik yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk
dan menjadi fosil. Tanah gambut
mempunyai sifat yang tidak
menguntungkan bagi konstruksi bangunan
sipil, sebab mempunyai kadar air yang
tinggi, daya dukung rendah, dan
kemampatan tinggi. Oleh sebab itu, tanah
gambut termasuk tanah yang kurang baik
untuk suatu konstruksi bangunan sipil.
Penelitian mengenai tanah gambut masih
jarang dilakukan di Indonesia sehingga
pengetahuan tentang tanah gambut sangat
terbatas. Keadaan seperti ini tidak boleh
terjadi, sebab lahan gambut di Indonesia
sangat luas. Lahan gambut terbesar
18. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
14 | K o n s t r u k s i a
terdapat di pulau Kalimantan, Sumatera,
dan Irian Jaya.
Perilaku tanah gambut, misalnya
konsolidasi, berbeda dengan perilaku
tanah lainnya. Dengan demikian, analisis-
analisis pada tanah lain seperti lempung
tidak dapat digunakan begitu saja pada
tanah gambut. Pada tanah lempung,
penurunan tanah tidak akan terjadi setelah
konsolidasi sekunder selesai atau proses
disipasi tekanan air pori selesai. Pada
tanah gambut, penurunan masih dapat
terjadi setelah disipasi tekanan air pori
selesai karena adanya pemampatan pada
butiran-butiran tanah.
Untuk mendapatkan metoda yang
benar dan tepat pada pelaksanaan
konstruksi teknik sipil di atas tanah
gambut, harus dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui karakteristik dan
perilaku tanah gambut. Dengan demikian,
diharapkan penelitian ini dapat digunakan
untuk menambah pengetahuan dalam
pelaksanaan rekayasa sipil pada tanah
gambut.
IDENTIFIKASI MASALAH
1) Bagaimana bentuk kurva pemampatan
tanah gambut Jambi?
2) Metoda apa yang cocok untuk
menganalisis pemampatan tanah
gambut Jambi?
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
perilaku pemampatan sekunder pada tanah
gambut dengan melakukan analisis-analisis
terhadap data-data yang diperoleh dari
percobaan di laboratorium. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metoda
Gibson-Lo dan metoda Mikasa-Wilson. Dari
analisis-analisis tersebut akan diperoleh :
1) Bentuk kurva pemampatan tanah
gambut Jambi?
2) Kurva hubungan antara penurunan -
waktu, angka pori – waktu, regangan –
waktu, regangan – log waktu, dan
kecepatan perubahan angka pori –
waktu.
3) Parameter-parameter model reologi a,
b, , b1, 1, c, dan .
4) Metoda yang cocok untuk menganalisis
pemampatan tanah gambut Jambi
TINJAUAN PUSTAKA
1. Karakteristik Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang
terbentuk dari campuran fragmen-
fragmen material organik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang telah
membusuk dan menjadi fosil. Menurut
ASTM D2607-69, istilah gambut hanya
berhubungan dengan bahan organik
yang berasal dari proses geologi selain
batubara, dibentuk dari tumbuhan
yang telah mati, berada di dalam air,
dan hampir tidak ada udara di
dalamnya, terjadi di rawa-rawa, dan
mempunyai kadar abu tidak lebih dari
25 % berat keringnya.
Parameter-parameter tanah yang
dapat memberi gambaran fisik dari
tanah gambut adalah :
a. Kadar air
Tanah gambut mempunyai
kemampuan yang cukup tinggi
untuk menyerap dan menyimpan
air.
b. Angka pori
Angka pori untuk tanah gambut
sangat besar, yaitu berkisar 5 – 15.
Bahkan pernah ada tanah gambut
berserat yang mempunyai angka
pori 25 (Hanrahan,1954).
c. Berat jenis
Berat jenis tanah gambut lebih
besar dari 1. Menurut MacFarlene
(1969), nilai berat jenis rata-rata
adalah 1,5 atau 1,6.
d. Berat volume
Berat volume tanah gambuat
sangat rendah. Untuk gambut yang
mempunyai kandungan organik
tinggi dan terendam air, berat
volumenya kira-kira sama dengan
berat volume air (MacFarlene,
1969). Hasil studi dari beberapa
peneliti yang dirangkum oleh
19. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
15 | K o n s t r u k s i a
MacFarlene menunjunkkan bahwa
nilai berat volume tanah gambut
berkisar antara 0,9 – 1,25 t/m3.
e. Susut
Apabila tanah gambut dikeringkan
maka tanah tersebut akan
menyusust dan menjadi keras.
Menurut Colley (1950), penyusutan
yang terjadi dapat mencapai 50 %
dari volume awal. Tanah gambut
yang telah mengalami penyusutan
tidak akan mampu untuk menyerap
air seperti pada kondisi awal.
Volume air yang dapat diserap
kembali hanya berkisar antara 33 –
55 % dari volume air semula
(Feustel dan Byers,1930).
f. Koefisien permeabilitas
Nilai koefisien permeabilitas tanah
gambut berkisar antara 10-6 – 10-3
cm/dt (Colley, 1950, dan
Miyakawa, 1960). Untuk tanah
gambut berserat (fibrous peat),
koefisien permeabilitas arah
horisontal lebih besar daripada
arah vertikal.
g. Keasaman (acidity)
Air gambut (peaty water) yang
pada umumnya bebas dari air laut
mempunyai pH antara 4 – 7 (Lea,
1960). Tingkat keasaman tanah
gambut berfluktuasi tergantung
pada musim dan cuaca. Nilai pH
tertinggi terjadi setelah hujan lebat
yang diikuti dengan musim panas
yang kering.
h. Kadar abu dan kadar organik
Kadar abu tanah gambut dapat
ditentukan dengan cara
memasukkan tanah gambut (yang
telah dikeringkan pada temperatur
105oC) ke dalam oven pada
temperatur 440oC (metoda C) atau
temperatur 750oC (metoda D)
sampai contoh tanah tanah menjadi
abu (ASTM D 2974-87).
2. Konsolidasi dan Pemampatan Tanah
Gambut
Terzaghi (1943) menyatakan bahwa
konsolidasi adalah proses
berkurangnya kadar air pada lapisan
tanah jenuh tanpa penggantian tempat
air oleh udara. Holtz dan Kovacs
menyatakan jika tanah lempung
menerima beban, karena
permeabilitasnya yang kecil, maka
pemampatannya ditentukan dari
kecepatan keluarnya air dari pori-pori
tanah. Proses ini dinamakan
konsolidasi dengan respons tegangan-
regangan-waktu.
Proses berkurangnya volume dalam
konsolidasi dapat disebabkan karena :
a. deformasi partikel-partikel tanah
(bending)
b. perubahan jarak antar partikel
c. keluarnya air dan udara dari pori-
pori tanah
Konsolidasi tanah dapat dibagi menjadi
konsolidasi primer dan konsolidasi
sekunder, dimana konsolidasi
sekunder terjadi setelah proses
konsolidasi primer selesai.
Pertambahan beban pada tanah,
pertama kali akan diterima oleh air
sehingga menimbulkan kenaikan
tekanan air pori (excess pore pressure).
Pada konsolidasi primer, tekanan air
pori akan berkurang akibat keluarnya
air dari pori-pori tanah, kemudian
dilanjutkan dengan konsolidasi
sekunder dengan tekanan air pori
konstan. Pada tanah inorganik,
konsolidasi primer merupakan
komponen terbesar dari penurunan
total (settlement), sedangkan pada
tanah organik konsolidasi sekunder
merupakan komponen terbesar.
Pemampatan tanah gambut dapat
diamati dengan melihat kurva
regangan terhadap log waktu.
Komponen-komponen pemampatan
tanah gambut terdiri dari :
a. regangan seketika (instantaneous
strain, i)
Terjadi dengan segera setelah
beban diberikan karena
tertekannya rongga udara.
20. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
16 | K o n s t r u k s i a
b. Regangan primer (primary strain,
p)
Terjadi pada waktu yang relatif
singkat sampai waktu tp dengan
kecepatan pemampatan yang tinggi
karena disipasi tekanan air pori.
c. Regangan sekunder (secondary
strain,s)
Terjadi pada waktu yang relatif
lama sampai waktu ts dengan
kecepatan pemampatan yang lebih
rendah akibat pemampatan butiran
tanah.
d. Regangan tersier (tertiery strain,t)
Terjadi secara terus-menerus
sampai seluruh proses
pemampatan berakhir.
Teori konsolidasi Terzaghi umumnya
digunakan untuk memperkirakan
pemampatan tanah, namun teori ini
tidak dapat digunakan pada tanah
gambut karena:
a. Koefisien permeabilitas berkurang
dengan cepat
Pemampatan awal sangat cepat
terjadi dan kofisien permeabiltas
berkurang, sedangkan teori
konsolidasi Terzaghi digunakan
pada tanah yang mempunyai
koefisien permeabilitas konstan.
b. Daya mampat tinggi
Pemampatan serat terjadi karena
butiran tanah memampat,
sedangkan pada teori konsolidasi
Terzaghi butiran tanah tidak
termampatkan.
3. Metoda Mikasa – Wilson
Metoda Mikasa menganalisis perilaku
pemampatan sekunder berdasarkan
percobaan oedometer dan analisis
untuk menentukan titik akhir rangkak
(creep) menggunakan metoda Wilson.
3.1. Koefisien konsolidasi sekunder
Koefisien perubahan volume mv
diasumsikan terdiri dari mvp akibat
konsolidasi primer dan mvs akibat
konsolidasi sekunder.
dimana :
= waktu dari awal
pembebanan sampai berakhirnya
konsolidasi primer
= waktu sampai konsolidasi
sekunder berhenti
= koefisien perubahan volume
akibat konsolidasi sekunder
sampai suatu waktu t
Gambar 1. Koefisien perubahan volume
Jika diasumsikan proses penurunan
keseluruhan termasuk konsolidasi
sekunder dianggap cv dan proses
penurunan untuk konsolidasi primer
cvp, hasilnya adalah:
dimana :
= koefisien permeabilitas pada
konsolidasi primer
= koefisien permeabilitas dalam
proses penurunan keseluruhan
Karena sulit untuk memahami
perubahan koefisien permeabilitas
sejalan waktu secara numerik, diambil
21. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
17 | K o n s t r u k s i a
ks untuk koefisien permeabilitas pada
konsolidasi sekunder dan k untuk
koefisien permeabilitas pada proses
keseluruhan.
(27)
sehingga
(28)
Dianggap adalah koefisien
permeabilitas sebelum konsolidasi
dimulai, adalah koefisien
permeabilitas pada akhir konsolidasi,
dan . Dengan mensubstitusi
, akan diperoleh persamaan
berikut :
(29)
3.1.Penentuan titik akhir konsolidasi
sekunder
Jika besarnya perubahan angka pori
akibat konsolidasi primer dinyatakan
dengan , akibat konsolidasi
sekunder , dan angka pori pada
tahap konsolidasi sekunder berakhir
, maka rasio konsolidasi sekunder
adalah
(30)
(31)
Substitusi persamaan, maka :
(32)
(33)
Jika nilai dapat ditentukan, maka
titik akhir konsolidasi sekunder dapat
diketahui. Nilai dapat ditentukan
tanpa menunggu sampai konsolidasi
sekunder selesai pada percobaan
konsolidasi dengan menggunakan
metoda Wilson,dkk. Besarnya
perubahan angka pori di waktu
tertentu pada tahap konsolidasi
sekunder adalah :
(34)
dimana :
c = nilai saat t = 1 menit
= kemiringan garis lurus pada
tahap konsolidasi sekunder
dalam kurva
yang didapat dari percobaan
konsolidasi
Pada kasus , nilai dapat
ditentukan dengan persamaan berikut:
Penentuan titik akhir konsolidasi
sekunder dapat dicari dari persamaan
dengan mv dan cv yang lebih akurat,
namun metoda ini tidak dapat
digunakan untuk kasus .
Dari substitusi persamaan akan
diperoleh persamaan berikut :
Dengan demikian, koefisien perubahan
volume dan koefisien konsolidasi yang
meliputi konsolidasi sekunder dapat
dinyatakan sebagai berikut :
22. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
18 | K o n s t r u k s i a
dimana :
= pertambahan tegangan aksial
efektif
dan pada persamaan (39), diasumsikan
METODE PENELITIAN
Benda Uji
Benda uji untuk percobaan konsolidasi ini
diambil dari Jambi. Contoh gambut yang
digunakan adalah contoh tanah tidak
terganggu (undisturb sample). Contoh
tanah diambil pada kedalaman 1 m dengan
tabung berdiameter 7 cm dan panjang 60
cm. Tanah gambut yang telah masuk ke
dalam tabung dilapisi oleh aluminium foil
dan lilin agar tidak merubah kondisi asli.
Benda uji yang masih berada di dalam
tabung dikeluarkan dengan alat pendorong
vertikal secara perlahan-lahan dan
langsung dimasukkan ke dalam cincin
percobaan. Benda uji yang digunakan
dalam percobaan berdiameter 6 cm dan
tinggi 2 cm.
Prosedur penelitian di laboratorium
Kegiatan percobaan dilakukan di Balai
Geoteknik, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan, Ujungberung,
Bandung. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
adalah :
1. Percobaan berat jenis berdasarkan
ASTM D 854
2. Percobaan kadar air berdasarkan
ASTM D 2974
3. Percobaan konsolidasi dengan
oedometer berdasarkan ASTM D 2435 :
a) Test 1
Memberikan beban secara
bertahap dengan waktu
pembebanan 24 jam untuk beban :
0,05kg/cm2;0,1 kg/cm2;0,2 kg/cm2;
0,4 kg/cm2 ;0,8 kg/cm2;1,6 kg/cm2 ;
3,2 kg/cm2;6,4 kg/cm2 ;
Jumlah benda uji adalah 1 buah.
b) Test 2
Memberikan beban secara
bertahap dengan :
- waktu pembebanan 24 jam untuk
beban
0,05kg/cm2;0,1kg/cm2;0,2kg/cm2;
1,6 kg/cm2;3,2 kg/cm2;6,4 kg/cm2
- waktu pembebanan 24 jam untuk
beban
0,4 kg/cm2 dan 0,8 kg/cm2;
Jumlah benda uji adalah 1 buah.
Peralatan percobaan konsolidasi
Peralatan yang digunakan untuk
melakukan percobaan konsolidasi tanah
gambut adalah oedometer yang
disambungkan dengan amplifier dan
seperangkat komputer. Dengan adanya
amplifier dan komputer tersebut, maka
pembacaan penurunan akan lebih baik dan
dapat direkam secara otomatis oleh
komputer.
Sistem ini terdiri dari :
1. Perangkat keras
a) mesin percobaan : alat
konsolidasi yaitu oedometer
pembebanan
b) alat pengukur : amplifier
pengukur linier
c) komputer : komputer dan
layar monitor
untuk
pengukuran
dan
pemrosesan
data
23. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
19 | K o n s t r u k s i a
Gambar 2. Skema perangkat keras
Gambar 3. Skema amplifier pada percobaan
konsolidasi
Amplifier pada percobaan konsolidasi
terdiri dari :
a) penghitung (counter), berfungsi
untuk menghitung jumlah sinyal
yang terdeteksi oleh alat sensor
b) layar LCD (LCD display), berfungsi
untuk menunjukkan besarnya
deformasi
c) interface, berfungsi untuk
mengubah jumlah sinyal yang
terdeteksi oleh alat sensor menjadi
suatu besaran yang dapat direkam
oleh komputer
.
Gambar 4. Contoh layar LCD
2. Perangkat lunak
a) pengukuran
b) pemrosesan data
c) perekaman dalam disket
Gambar 5. Skema aliran data
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Sifat fisik yang dimiliki oleh tanah gambut
Jambi adalah :
1) kadar air : 271,9 %
2) berat volume: 1,08 t/m3
3) berat jenis : 1,67
4) angka pori : 4,7571
Hasil percobaan konsolidasi dengan
metoda Mikasa-Wilson
Kurva yang diperlukan untuk menganalisis
data dengan metoda Mikasa-Wilson adalah
kurva . Dari kurva
tersebut akan diperoleh nilai yaitu
besarnya kemiringan garis pemampatan
sekunder.
CH 1 1.15 CH 2 0.23
CH 3 0.55 CH 4 0.05
Counter interface
display
komput
er
Amplifier
konsolidasi
Pengukur
linier
oedomete
r
Pengukur
linier plotte
r
amplifier
Layar
monitor
Komputer
Pengukuran Data
File Pengukuran
Data
Data Input
Manual untuk
Dokumen
File Dokumen
untuk Laporan
Hasil
Output
komputer
24. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
20 | K o n s t r u k s i a
Gambar 5. Kurva
untuk tekanan 0,8
kg/cm2 (test 1)
Gambar 6. Kurva angka pori – waktu untuk
tekanan 0,8 kg/cm2(test 1)
Gambar 7. Kurva
untuk tekanan 0,4
kg/cm2- 1 hari (test 2)
Gambar 8. Kurva angka pori – waktu untuk
tekanan 0,4 kg/cm2– 1 hari (test 2)
Gambar 7. Kurva
untuk tekanan 0,4
kg/cm2- 1 minggu (test 2)
Gambar 8. Kurva angka pori – waktu untuk
tekanan 0,4 kg/cm2– 1 minggu (test 2)
Gambar 9. Kurva
untuk tekanan 0,8
kg/cm2- 1 hari (test 2)
25. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
21 | K o n s t r u k s i a
Gambar 10. Kurva angka pori – waktu
untuk tekanan 0,8 kg/cm2– 1 hari (test 2)
Gambar 11. Kurva
untuk tekanan 0,8
kg/cm2- 1 minggu (test 2)
Gambar 12. Kurva angka pori – waktu
untuk tekanan 0,8 kg/cm2– 1 minggu
(test 2)
Tabel 1. Parameter-parameter Mikasa-Wilson untuk tanah gambut Jambi (test 1)
Tekanan (kg/cm2) c
0,05 0,0192 - 1,2859
0,1 0,01422 - 1,1867
0,2 0,0237 - 1,2001
0,4 0,03555 - 1,2148
0,8 0,06635 - 1,2892
1,6 0,0746 - 1,2789
26. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
22 | K o n s t r u k s i a
Tabel 2. Parameter-parameter Mikasa-Wilson untuk tanah gambut Jambi (test 2)
Tekanan (kg/cm2) c
0,05 0,04836 - 1,2937
0,1 0,00920 - 0,954
0,2 0,02648 - 1,1186
0,4 0,00691 - 0,8005
0,8 0,03109 - 1,0322
1,6 0,04260 - 1,0966
3,2 0,05757 - 1,1409
7,4 0,07139 - 1,1718
Tabel 3. Parameter-parameter Mikasa-Wilson untuk tanah Gambut Jambi (test 2)
dengan masa pembebanan bervariasi
Tekanan
(kg/cm2)
Parameter
Mikasa-Wilson
Waktu
1 hari 3 hari 7 hari
0,4
c 0,00691 0,00691 0,00691
- 0,8005 - 0,8181 0,8368
0,8
c 0,03109 0,03109 0,03109
- 1,0322 - 1,0322 -1,0322
27. Metoda Mikasa-Wilson Dalam Analisis Pemampatan Sekunder Tanah Gambut di Jambi (Tanjung)
23 | K o n s t r u k s i a
Pembahasan Metoda Mikasa-Wilson
Gambar 13. Kurva parameter c
Parameter c adalah nilai kecepatan
perubahan angka pori pada waktu 1 menit.
Dari gambar 48 terlihat bahwa analisis data
dengan metoda Mikasa-Wilson
menunjukkan nilai parameter c bertambah
besar sejalan dengan meningkatnya
tekanan.
Analisis regangan
Untuk tanah gambut Jambi, persentase
pertambahan regangan pada waktu 1 tahun
relatif kecil karena nilai yang sangat kecil
(mendekati nol) seperti ditunjukkan oleh
grafik untuk = 0. Penjelasan
mengenai masalah ini telah dikemukakan
oleh B. Juszkiewicz – Bednarczyk dan M.
Werno (1981).
Gambar 14. Grafik (B.
Juszkiewicz – Bednarczyk dan M.
Werno,1981).
Untuk mendapat gambaran, apabila
terdapat lapisan tanah gambut setebal 10 m
maka penurunan yang akan terjadi dalam
waktu 1 tahun dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Analisis penurunan pada waktu 1
tahun (cm)
Tekanan Metode Mikasa – Wilson
Test 1 Test 2
0.05 21.2157 40.667
0.1 17.624 35.285
0.2 29.304 46.727
0.4 (1 hari) 42.532 92.621
0.4 (3 hari) 80.067
0.4 (7 hari) 69
0.8 (1 hari) 66.059 94.263
0.8 (3 hari) 94.263
0.8 (7 hari) 94.263
1.6 110.94
3.2 140.232
6.4 160.395
KESIMPULAN
1. Bentuk kurva regangan – waktu (skala
log) yang diperoleh menyerupai kurva
pemampatan tipe I dan II pada hasil
studi yang telah dilakukan Lo (1961).
2. Nilai parameter a pada metoda Gibson-
Lo akan mengecil dengan
meningkatnya beban. Hal ini
disebabkan oleh mengecilnya ruang
makropori sehingga aliran air pori dari
makropori menjadi semakin sulit untuk
keluar.
3. Nilai parameter b pada metoda Gibson-
Lo semakin mengecil dengan
meningkatnya beban. Hal ini
disebabkan oleh mengecilnya ruang
makropori dan mikropori sehingga
aliran air pori dari mikropori ke
makropori semakin sulit.
4. Nilai parameter 1/ pada metoda
Gibson-Lo semakin besar dengan
meningkatnya beban.
5. Periode pembebanan mempengaruhi
nilai parameter a, b, 1/. Dengan makin
lamanya periode pembebanan maka
nilai a, b, 1/ semakin besar.
28. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
24 | K o n s t r u k s i a
6. Nilai parameter c pada metoda Mikasa-
Wilson membesar pada tekanan 0,8
kg/cm2.
7. Analisis regangan baik dengan metoda
Gibson-Lo maupun metoda Mikasa-
Wilson memberikan nilai regangan
yang hampir sama dengan nilai
regangan yang diperoleh dari
percobaan konsolidasi di laboratorium
dengan alat oedometer untuk waktu
pembebanan 24 jam dan 7x24 jam.
8. Analisis regangan untuk waktu 1 tahun
menunjukkan bahwa nilai regangan
berdasarkan metoda Mikasa-Wilson
sedikit lebih besar daripada metoda
Gibson-Lo, sebab ada perbedaan waktu
konsolidasi primer menurut kedua
metoda tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andersland, O.B. dan Al-Khafaji, A.W.N.
(1980), Organic Material and Soil
Compressibility, Journal of the
Geotechnical Engineering Division, vol
106, no. GT7, pp. 749-758.
2. ASTM, American Society for Testing &
Material, Philadelpia, USA.
3. Barden, L. (1968), Primary and
Secondary Consolidation of Clay and
Peat, Geotechnique, 18.
4. Bednarczyk, J.B. dan Werno, M. (1981),
Determination of Consolidation
Parameters.
5. Berre, T. & Iversen, K. (1972),
Oedometer Tests with Different
Speciment Heights on a Clay Exhibiting
Large Secondary Compression,
Geotechnique, vol. 22, no. 1.
6. Berry, P.L. dan Vickers, B. (1975),
Consolidation of Fibrous Peat, Journal
of the Geotechnical Engineering
Division, vol. 101, no. GT8, pp.741-753.
7. Das, B.M, Advanced Soil Mechanics,
International Student Edition,
Singapore.
8. Edil, T.B., Termaat, Ruud, dan Han,
Evert den, Advances in Understanding
and Modelling the Mechanical Behavior
of Peat, A.A. Balkema, Rotterdam,
Brookfield.
9. Edil, T.B., Soft Soil Engineering, Kursus
Singkat Geoteknik di Indonesia
Menjelang Milenium ke-3.
10. Holtz, R.D., dan Kovacs, W.D., An
Introduction to Geotechnical
Engineering, Prentice Hall Inc.
11. Irsyam, M., Mekanisme dan
Penanggulangan Tanah Mengembang,
diktat kuliah Perilaku Tanah.
12. Irsyam M., Studi Kasus Perbaikan
Tanah pada Tanah Lunak dan Gambut,
Kursus Singkat Geoteknik di Indonesia
Menjelang Milenium ke-3.
13. Lambe, T.W., dan Whitman, R.V., Soil
Mechanics, SI Version, John Wiley &
Sons, Inc.
14. Lo, K.Y. (1961), Secondary
Compression of Clays, Journal of the
Soil Mechanics and Foundation
Division, vol. 87, No. SM 4, pp 61-87.
15. Mac Farlane, I.C., Muskeg Engineering
Handbook, National Research Council
of Canada, University of Toronto,
Canada.
16. Pradoto, Suhardjito dan As’ad Munawir,
Analisis dan Perilaku Pemampatan
Gambut Palembang.
17. Suklje, Lujo, Rheological Aspect of Soil
Mechanics, Wiley-Interscience, John
Wiley & Sons Ltd.
18. Wahls, H.E. (1962), Analysis of Primary
and Secondary Consolidation, Journal of
the Soil Mechanics and Foundations
Division, vol. 88, no. SM6, pp. 207-231.
19. Yamanouchi, Toyotoshi dan Yasuhara,
Kazuya, (March, 1975), Secondary
Compression of Organic Soil, Soils and
Foundations, vol. 15, no. 1, pp. 69-79
29. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
25 | K o n s t r u k s i a
ANALISIS BEKISTING METODE SEMI SISTEM DAN METODE SISTEM
PADA BANGUNAN GEDUNG
Abdul Muis
Trijeti
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta
Email : t3jeti@yahoo.co.id
ABSTRAK : Bekisting merupakan suatu sarana pembantu untuk mencetak beton dengan ukuran, bentuk
rupa ataupun posisi serta aligment yang dikehendaki. Analisis yang dilakukan adalah membandingkan
bekisting metode semi sistem dengan metode sistem pada balok dan plat lantai pekerjaan bangunan
gedung di lantai 2 dan 3 terhadap biaya dan waktu. Analisa harga satuan mengacu pada SNI 2008
(Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan Pekerjaan Beton) dengan harga material ,
alat dan upah tahun 2012. Biaya antara pekerjaan bekisting metode sistem lebih mahal dibandingkan
dengan bekisting metode semi sistem. Waktu pekerjaan bekisting metode sistem lebih cepat
penyelesaiannya dibandingkan metode semi sistem. Jadi bekisting metode sistem dipakai atau dipilih
apabila proyek konstruksi dituntut untuk lebih cepat dan perusahaan mendapatkan proyek yang sama /
berulang-ulang.
Kata Kunci : bekisting semi-sistem, bekisting sistem, analisa harga satuan
ABSTRACT: Formwork is a concrete means of helpers to print to the size, shape or appearance and
position of the desired alignment. Analysis is conducted to compare methods of semi formwork system with
the method on a system of beams and slab building work on floors 2 and 3 of the cost and time. Analysis
unit price refers to the ISO 2008 (Construction Cost Analysis of Building and Housing Concrete Work) at a
price of materials, equipment and wages in 2012. Costs between jobs formwork system method is more
expensive than the semi method formwork system. Time jobs formwork system faster method than the
method of semi-completion system. So formwork system method used or selected if required for
construction projects more quickly and the company gets the same project / repetitive.
Keywords: semi-formwork system, formwork system, the unit price analysis
PENDAHULUAN
Bangunan gedung bertingkat memiliki
karakteristik yang spesifik khususnya
dalam teknologi pelaksanaan seperti urutan
pekerjaan, jenis pekerjaan, kegiatan
pengangkutan vertikal, keselamatan kerja,
keterbatasan lokasi dan air tanah. Metode
pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari
pekerjaan persiapan, dewatering, struktur
bawah, struktur atas dan finishing perlu
direncanakan sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
Pelaksanaan struktur atas beton pada
dasarnya dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode :
Cast inplace/cast insitu, komponen struktur
dicor ditempatnya. Termasuk metode
konvensional ; Campuran precast dan Cast
inplace, digunakan dengan berbagai macam
kombinasi antara balok, plat dan kolom ;
Precast, komponen struktur dicor dipabrik
30. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
26 | K o n s t r u k s i a
(plant), kemudian dibawa kelokasi proyek
lalu dipasang.
Formwork atau cetakan beton sering juga
disebut bekisting merupakan suatu sarana
pembantu untuk mencetak beton dengan
ukuran, bentuk rupa ataupun posisi serta
aligment yang dikehendaki. Bekisting
terdiri dari beberapa bagian yang dirangkai
menjadi suatu kesatuan konstruksi tertentu
dengan system yang praktis. Artinya sesuai
dengan sifatnya hanya merupakan struktur
sementara yang mendudukung beratnya
sendiri dan berat beton basah, konstruksi
bekisting harus mudah dikerjakan dan
mudah pula untuk dibongkar serta tidak
mudah rusak sehingga dapat dipakai
berulang kali. Hal yang perlu
diperhitungkan adalah bekisting harus
mampu menahan beban-beban yang ada.
Bekisting semi sistem adalah bekisting yang
bahan dasarnya disesuaikan dengan
konstruksi beton, sehingga pengulangannya
dapat dilakukan lebih banyak apabila
konstruksi beton itu sendiri tidak terjadi
perubahan bentuk maupun ukuran.
Adapun bekisting sistem adalah bekisting
yang mengalami perkembangan lebih lanjut
kesebuah bekisting universal yang dengan
segala kemungkinannya dapat digunakan
pada berbagai macam bangunan,
penggunaan bekisting sistem bertujuan
untuk penggunaan ulang pakai.
LANDASAN TEORI
Dalam menghitung anggaran biaya, perlu
memperhatikan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut : Semua bahan untuk
penyusunan anggaran biaya dikumpulkan
dan diatur dengan rapih ; Gambar-gambar
rencana/gambar bestek dan penjelasan
atau keterangan yang tercantum dalam
peraturan dan syarat-syarat ; Membuat
catatan sebanyak mungkin yang penting,
baik mengenai gambar.; Menentukan
system yang tepat dan teratur yang akan
dipakai dalam perhitungan.
Penyusunan anggaran biaya dilaksanakan
dengan cara pembuatan daftar-daftar
sebagai berikut :
Waktu pelaksanaan proyek konstruksi
merupakan salah satu elemen hasil
perencanaan, yang dapat memberikan
informasi tentang jadwal rencana dan
kemajuan proyek konstruksi dalam hal
kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga
kerja, peralatan, dan material serta rencana
durasi proyek dan progress waktu untuk
penyelesaian proyek konstruksi.
Bekisting disebut juga acuan dan perancah.
Acuan yaitu bagian dari konstruksi
bekisting yang berfungsi untuk membuat
cetakan beton sesuai yang diinginkan. Suatu
konstruksi acuan yang telah dibuat dan
akan dipakai harus kuat untuk menahan
beban yang masih basah dan liat.
Konstruksi acuan sendiri terdiri dari papan
cetakan dan pengaku cetakan.
Dalam sebuah konstruksi acuan dibagi
dalam 2 (dua) macam :Acuan tetap adalah
acuan yang dipasang untuk tidak dibongkar
lagi dan acuan tersebut tidak mengurangi
kekuatan dan tidak berpengaruh buruk
Daftar
Harga
Bahan
Daftar
Upah
Tenaga
Analisa
Koefisien
Harga
Satuan
Pekerjaan
X
Harga Satuan
Pekerjaan
Volume
Pekerjaan
Harga
PekerjaanX =
31. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
27 | K o n s t r u k s i a
pada konstruksi bangunan. Acuan tidak
Tetap adalah acuan yang dipasang dan
dapat dibongkar setelah beton cukup kuat
untuk menahan bebannya sendiri. Contoh
bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan acuan sementara adalah papan
kayu, kayu balok, plywood, panel-panel
baja, fiberglass, dan lain-lain.
Bekisting semi sistem
Bekisting semi sistem adalah bekisting yang
bahan dasarnya disesuaikan dengan
konstruksi beton, sehingga pengulangannya
dapat dilakukan lebih banyak apabila
konstruksi beton itu sendiri tidak terjadi
perubahan bentuk maupun ukuran.
Pertimbangan penggunaan bekisting semi
sistem adalah pada konstruksi yang cukup
tinggi pengulangan penggunaan bekisting
pada suatu pekerjaan cetakan sistem ini
terbuat dari material kayu lapis atau plat,
sedangkan perancah penopangnya terbuat
dari baja yang dipabrikasi. Bekisting semi
sistem merupakan perkembangan dari
bekisting konvesional, peningkatan kualitas
dari bekisting konvesional menjadi
bekisting semi sistem terletak pada
penggunaan ulang bekisting itu sendiri.
Material yang dibutuhkan untuk bekisting
semi sistem adalah : Scaffolding (perancah)
,U-Head , Vertical support tube , Horizontal
support tube , Jack base , Joint pin , Alat-alat
pendukung
Bekisting sistem
Bekisting sistem atau disebut juga bekisting
full system adalah bekisting yang
mengalami perkembangan lebih lanjut
kesebuah bekisting universal yang dengan
segala kemungkinannya dapat digunakan
pada berbagai macam bangunan,
penggunaan bekisting sistem bertujuan
untuk penggunaan ulang pakai.
Pelaksanaan bekisting sistem lebih cepat
dibandingkan dengan bekisting
konvensional dan semi sistem karena
komponen-komponen bekisting sistem
sudah ada ukuran standarnya. Pembiayaan
bekisting sistem pada awalnya dapat
dikatakan mahal, tetapi dengan adanya
pelaksanaan yang relatif singkat dan
penggunaan berulang kali, maka
penambahan biaya tidak terlalu mengikat.
Alat bekisting balok : Hollow 50.50 , Double
siku Tie rod T dan Wing nut , Suri Hollow ,
Batang horizontal, Jack base, Double wing
Komponen bekisting plat lantai : Plywood
phenolic 15 mm, Hollow 50.50, U-head,
Batang horizontal , Batang vertical , Batang
vertikal joint , Jack base.
32. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
28 | K o n s t r u k s i a
Rakapitulasi Material & Peralatan.
NO
Material Peralatan
Bekisting metode
semi sistem
Bekisting metode
sistem
Bekesting
semis sistem
& sistem
1 Kaso 5/7
Plywood phenolic 15
mm
Excavator
2 Plywood 9 mm Kaso 5/7 Theodolite
3 Plywood 12 mm Hollow 50.50 Waterpass
4 Kawat baja/bendrat Balok 6/12 Tower Crane
5 Minyak Bekisting Double siku
Air
compressor
6 Paku 5 cm - 12 cm Tie rod T
7 Scaffolding standart Suri Hollow
8 Balok 6/12 Double wing
9 Sekur horizontal Batang horizontal
10 Sekur vertikal Batang vertikal
11 Jack base Jack base
12 U-head
13 Sekur joint
PEMBAHASAN
Perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting
balok metode semi sistem dan metode
system yang ditinjau pada bangunan
gedung lt.2 dan lt.3.
Perhitungan kuantitas bekisting balok
metode sistem, lantai satu dan lantai dua
sama atau tipikal. Metode perhitugan
kuantitas bekisting balok :
Tipe balok dalam mili meter (mm) , Ukuran
balok dalam mili meter (mm) : Lebar x
Tinggi , Lebar balok dalam meter (m) ,
Tinggi balok dalam meter (m) : Tinggi –
Tebal pelat lantai , Panjang balok dalam
meter (m), Jumlah balok, Kuantitas
pengecoran dalam meter kubik (m³) , Luas
dalam meter persegi (m²) :
33. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
29 | K o n s t r u k s i a
Perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting balok metode semi sistem lt.2.
N
o
Beam
Type
Measuremen
t (mm)
Widt
h High (m)
Lengt
h
Tota
l
Wide Informatio
n
(m) (t1) (t2) (m) (m2)
1 G-1 350
×
600 0.35
0.4
8
0.4
8 7.6 3 29.87 Main Beam
.. ...
30 B-10 150 × 600 0.15
0.4
8
0.4
8 1.441 2 3.20
716.3
5
Perhitungan kuantitas bekisting balok metode semi sistem lt. 3.
N
o
Beam
Type
Measureme
nt (mm)
Widt
h High (m)
Lengt
h Tota
l
Wide
Inform
ation
(m) (t1)
(t2
)
(m) (m2)
3
3 G-1 350 × 600 0.35 0.48
0.4
8 7.6 3 29.87
Main
Beam
6
7 B-32 350 × 600 0.35 0.48
0.4
8 19.874 1 26.03
988.5
0
Perhitungan kuantitas bekisting balok lt. 2 atau lt. 3 metode sistem.
No
Beam
Type
Measurement
(mm)
Width High (m) Length
Total
Wide
Information
(m) (t1) (t2) (m) (m2)
1 B1 350 × 700 0.35 0.58 0.58 86.331 1 130.36
... ....
21 BW2 250 × 400 0.25 0.28 0.28 9.845 1 7.97
1,015.25
Perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem dan metode sistem
lt.2 dan lt.3.
Luas dalam meter persegi (m²) :
34. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
30 | K o n s t r u k s i a
Perhitungan kuantitas bekisting pelat lantai lt. 2 metode semi sistem.
No
Pelat
lantaie
Type
Dimension
(m)
Length
Total
Wide
Information
(m) (m²)
1 S-1 2.83 x 0.12 3 8 47.56
Floor Pelat
lantaie
2 S-1 2.9 x 0.12 7.6 9 95.58 t = 120 mm
.. ....
35 S-2 1.2 x 0.12 2.8 1 4.12
557.83
Perhitungan kuantitas bekisting pelat lantai lt. 3 metode semi sistem.
No
Pelat
lantaie
Type
Dimension
(m)
Length
Total
Wide
Information
(m) (m²)
36 S-1 2.95 x 0.12
7.6
18 192.06
Pelat lantai
Lantai
37 S-1 2.95 x 0.12 7.1 2 20.34 t = 120 mm
.. ....
55 S-2 1.2 x 0.12 2.8 1 4.12
579.03
Perhitungan kuantitas bekisting pelat lantai metode sistem zone 1.
No
Tipe
plat
Dimensi
(mm)
Jumlah
(buah)
Luas
pekerjaan
(m²)p l
1 S1 5850 2625 5 76.78
.. ..
S4 800 3172 1 2.54
JUMLAH 373.82
Perhitungan kuantitas bekisting pelat lantai metode sistem zone 2.
No
Tipe
plat
Dimensi (mm)
Jumlah
(buah)
Luas
pekerjaan
(m²)
p l
1 S1 2625 5850 5 76.78
.. ....
S4 1434 700 1 1
JUMLAH 617.6
Jadi jumlah kuantitas bekisting pelat lantai, lt.2 atau lt.3 metode sistem adalah 991,4 m².
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai metode semi sistem
dan metode sistem lt.2 dan lt.3.
35. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
31 | K o n s t r u k s i a
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok metode semi sistem lt.2.
Pekerjaan Balok
Lantai 2
Kuantita
s
Satua
n
Harga / Upah Jumlah Ket1 m² Pekerjaan
Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting
Balok
a. Bahan
1 Kaso 5/7 1.000 btg Rp 40,000.00 Rp 40,000.00
2
Paku, baut-baut, dan
kawat
0.400 kg Rp 10,000.00 Rp 4,000.00
3 Minyak Bekisting 0.200 ltr Rp 28,000.00 Rp 5,600.00
4 Balok 6/12 1.000 btg Rp 70,000.00 Rp 70,000.00
5 Plywood tebal 9 mm 0.350 Lbr Rp
180,000.0
0
Rp 63,000.00
6
Scaffolding standart 1
set
1.000 unit Rp
150,000.0
0
Rp
150,000.0
0
b. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.033 Oh Rp 80,000.00 Rp 2,640.00
2 Kepala Tukang 0.033 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,310.00
3 Tukang 0.330 Oh Rp 65,000.00 Rp 21,450.00
4 Pekerja 0.660 Oh Rp 47,000.00 Rp 31,020.00
Pembongkaran Bekisting
Balok
a. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.0133 Oh Rp 80,000.00 Rp 1,064.00
2 Kepala Tukang 0.0399 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,793.00
3 Tukang 0.1997 Oh Rp 65,000.00 Rp 12,980.50
4 Pekerja 0.3993 Oh Rp 47,000.00 Rp 18,767.10
Alat
1 Tower Crane 4 Hr Rp
200,000.0
0
Rp 1,572.65
Σ = Rp 427,197.2
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok lt.3 metode semi sistem adalah : Rp.
426.977,9,- (beda di tower crane )
36. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
32 | K o n s t r u k s i a
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok metode sistem lt.2.
Pekerjaan Balok
Lantai 2
Kuantita
s
Satua
n
Harga / Upah Jumlah Ket1 m² Pekerjaan
Bekisting Balok
Pemasangan Bekisting
Balok
a. Bahan
1
Plywood phenolic 15
mm
0.35 m³ Rp
370,000.0
0
Rp
129,500.0
0
2 Kaso 5/7 1 btg Rp 40,000.00 Rp 40,000.00
3 Hollow 50.50 1 btg Rp 84,000.00 Rp 84,000.00
4 Balok 6/12 1 btg Rp 70,000.00 Rp 70,000.00
5 Double siku 1 set Rp 26,000.00 Rp 26,000.00
6 Tie rod T 1 set Rp 25,000.00 Rp 25,000.00
7 Suri Hollow 1 set Rp 30,000.00 Rp 30,000.00
8 Double wing 1 set Rp 30,000.00 Rp 30,000.00
9 Sekur horizontal 1 set Rp 54,500.00 Rp 54,500.00
1
0
Sekur vertikal 1 set Rp 25,000.00 Rp 25,000.00
1
1
Jack base 1 set Rp 25,000.00 Rp 25,000.00
b. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.033 Oh Rp 80,000.00 Rp 2,640.00
2 Kepala Tukang 0.033 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,310.00
3 Tukang 0.330 Oh Rp 65,000.00 Rp 21,450.00
4 Pekerja 0.660 Oh Rp 47,000.00 Rp 31,020.00
Pembongkaran Bekisting Balok
a. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.0133 Oh Rp 80,000.00 Rp 1,064.00
2 Kepala Tukang 0.0399 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,793.00
3 Tukang 0.1997 Oh Rp 65,000.00 Rp 12,980.50
4 Pekerja 0.3993 Oh Rp 47,000.00 Rp 18,767.10
Alat
1 Tower Crane 3 Hr Rp
200,000.0
0
Rp 21,999.04
Σ = Rp 654,023.6
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting balok lt.3 metode sistem adalah : Rp. 683.523,6,-
(beda di sekur vertikal)
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem lt.2.
37. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
33 | K o n s t r u k s i a
Pekerjaan Pelat Lantai
Lantai 2
Kuantita
s
Satua
n
Harga / Upah Jumlah Ket
1 m² Pekerjaan
Bekisting Pekerjaan
Pelat Lantai
Pemasangan Bekisting
Plat
a. Bahan
1 Kaso 5/7 1.000 btg Rp 40,000.00 Rp 40,000.00
2
Paku, baut-baut, dan
kawat
0.400 kg Rp 10,000.00 Rp 4,000.00
3 Minyak Bekisting 0.200 ltr Rp 28,000.00 Rp 5,600.00
4 Balok 6/12 1.000 btg Rp 70,000.00 Rp 70,000.00
5 Plywood tebal 9 mm 0.350 Lbr Rp 180,000.00 Rp 63,000.00
6
Scaffolding standart
1 set
1.000 unit Rp 150,000.00 Rp
150,000.0
0
b
.
Tenaga Kerja
1 Mandor 0.033 Oh Rp 80,000.00 Rp 2,640.00
2 Kepala Tukang 0.033 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,310.00
3 Tukang 0.330 Oh Rp 65,000.00 Rp 21,450.00
4 Pekerja 0.660 Oh Rp 47,000.00 Rp 31,020.00
Pembongkaran Bekisting Plat
a. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.0133 Oh Rp 80,000.00 Rp 1,064.00
2 Kepala Tukang 0.0399 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,793.00
3 Tukang 0.1997 Oh Rp 65,000.00 Rp 12,980.50
4 Pekerja 0.3993 Oh Rp 47,000.00 Rp 18,767.10
Alat
1 Tower Crane 4 Hr Rp
200,000,000.0
0
Rp 1,711.63
Σ = Rp 427,336.2
Harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting lantai, lt.3 metode semi sistem adalah : Rp.
425.270,6,- (beda di tower crane)
38. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
34 | K o n s t r u k s i a
Analisa harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai metode sistem lt.2.
Pekerjaan Pelat Lantai
Lantai 2
Kuantit
as
Sat
ua
n
Harga / Upah Jumlah Ket1 m² Pekerjaan
Bekisting Pelat Lantai
Pemasangan Bekisting
Plat
a. Bahan
1
Plywood phenolic 15
mm
0.040 m³ Rp 370,000.00 Rp 14,800.00
2 Hollow 50.50 1 btg Rp 84,000.00 Rp 84,000.00
3 U-head 1 set Rp 25,000.00 Rp 25,000.00
4 Sekur horizontal 1 set Rp 54,500.00 Rp 54,500.00
5 Sekur vertikal 1 set Rp 54,500.00 Rp 54,500.00
6 Sekur joint 1 set Rp 25,000.00 Rp 25,000.00
7 Jack base 1 set Rp 25,000.00 25,000.00
b. Tenaga Kerja
1 Mandor 0.033 Oh Rp 80,000.00 Rp 2,640.00
2 Kepala Tukang 0.033 Oh Rp 70,000.00 Rp 2,310.00
3 Tukang 0.330 Oh Rp 65,000.00 Rp 21,450.00
4 Pekerja 0.660 Oh Rp 47,000.00 Rp 31,020.00
Pembongkaran Bekisting
Plat
a
.
Tenaga Kerja
1 Mandor 0.0122 Oh Rp 75,000.00 Rp 915.00
2 Kepala Tukang 0.0366 Oh Rp 65,000.00 Rp 2,379.00
3 Tukang 0.1831 Oh Rp 60,000.00 Rp 10,986.00
4 Pekerja 0.3661 Oh Rp 45,000.00 Rp 16,474.50
Alat
1 Tower Crane 2 Hr Rp
200,000,00
0.00
Rp 21,999.04
Σ = Rp 392,973.5
Jadi harga satuan per-m2 pekerjaan bekisting pelat lantai, lt.3 metode sistem adalah : Rp.
392.973,5,-
Rencana anggaran biaya per-m2 pekerjaan bekisting metode semi sistem & sistem pada lt.2
dan lt.3.
39. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
35 | K o n s t r u k s i a
No
Work
Description
Unit Unit Price
Unit Price
1 Balok Lantai 2 m² Rp 427,197.25 Rp 654,023.638
2 Balok Lantai 3 m² Rp 426,977.95 Rp 683,523.638
3 Plat Lantai 2 m² Rp 427,336.23 Rp 392,973.538
4 Plat Lantai 3 m² Rp 425,270.64 Rp 392,973.538
Σ = Rp 1,706,782.06 Rp 2,123,494.353
Analisa waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting balok metode semi sistem (SS) dan metode
sistem (s) lt.2 dan lt.3.
SS lt.2 S lt. 2 SS lt.3 S lt. 3
NO. Description
Time
(menit)
Time
(menit)
Time
(menit)
Time
(menit)
1 Loading time
- Siapkan material dan peralatan. 285.3 238.3 305.3 245.4
2 Installing time
- Pemasangan landasan jack base 264.2 217.2 304.2 224.4
- Pemasangan jack base 267.3 246.3 307.3 228.5
- Pemasangan scaffolding 384.2 337.2 414.2 345.3
- Pemasangan cross brace 271.3 224.3 301.3 232.5
- Pengaturan scaffolding sesuai marking 298.7 258.7 338.7 258.9
-
Penguat/ di paku posisi kaki jack base
pada landasan
242.2 231.5 282.2 213.4
- Pasang pipe support 274.0 226.0 304.0 235.0
- Pemasangan U-head 263.2 211.7 303.2 222.5
- Pemasangan skur horizontal 266.4 255.8 306.4 266.7
- Pemasangan skur diagonal 268.7 247.6 308.7 238.8
-
Pemasangan landasan untuk bekisting
balok
264.0 223.0 304.0 225.0
- Pemasangan cetakan / form work balok 440.3 390.1 480.3 400.3
- Pengecekan elevasi dengan alat theodolite 277.4 216.3 317.4 237.5
3 Opening time
- Pelepasan cetakan / form work balok 256.2 201.1 306.2 212.3
- Pelepasan landasan untuk bekisting balok 252.4 201.3 302.4 213.4
- Pelepasan skur diagonal 262.4 211.3 212.4 224.5
- Pelepasan skur horizontal 274.6 253.3 224.6 265.5
- Pelepasan U-head 259.2 208.1 219.2 219.2
- Pelepasan pipe support 262.6 251.1 282.6 262.5
- Pelepasan cross brace 282.6 231.5 272.6 242.7
- Pelepasan jack base 263.2 212.1 313.2 245.6
- Pelepasan landasan jack base 259.4 208.3 309.4 259.5
40. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
36 | K o n s t r u k s i a
4 Repairing and clearing Time
- Perbaikan 255.2 205.1 305.2 217.2
- Pembersihan 241.7 201.6 291.7 213.7
Total (menit) 6936.7 5908.8 7616.7 6150.3
Waktu yang dibutuhkan per-m2
(menit)
8.1 5.8 8.9 6.1
Analisa waktu pelaksanaan pekerjaan bekisting pelat lantai metode semi sistem dan metode
sistem lt.2 dan lt.3.
SS lt.2 S lt. 2 SS lt.3 S lt. 3
NO. Description
Time
(menit)
Time
(menit)
Time
(menit)
Time
(menit)
1 Loading time
- Siapkan material dan peralatan. 175.3 223.1 225.3 231.1
2 Installing time
- Pemasangan landasan jack base 154.2 203.6 204.2 205.7
- Pemasangan jack base 167.3 205.2 217.3 221.6
- Pemasangan scaffolding 274.2 326.4 364.2 314.0
- Pemasangan cross brace 161.3 214.6 251.3 227.4
- Pengaturan scaffolding sesuai marking 188.7 235.8 238.7 235.1
-
Penguat/ di paku posisi kaki jack base
pada landasan
132.2 197.3 182.2 214.3
- Pasang pipe support 164.0 215.0 214.0 212.8
- Pemasangan U-head 153.2 204.8 203.2 204.1
- Pemasangan skur horizontal 156.4 246.7 206.4 273.8
- Pemasangan skur diagonal 158.7 206.5 208.7 236.1
-
Pemasangan landasan untuk bekisting
balok
154.0 208.0 204.0 208.2
- Pemasangan cetakan / form work balok 330.3 386.4 280.3 381.5
- Pengecekan elevasi dengan alat theodolite 167.4 203.5 117.4 204.1
3 Opening time
- Pelepasan cetakan / form work balok 146.2 196.5 196.2 251.6
- Pelepasan landasan untuk bekisting balok 142.4 196.9 192.4 191.5
- Pelepasan skur diagonal 152.4 205.4 102.4 201.6
- Pelepasan skur horizontal 164.6 245.1 114.6 242.9
- Pelepasan U-head 149.2 195.2 199.2 188.1
- Pelepasan pipe support 152.6 247.8 9.6 231.7
- Pelepasan cross brace 172.6 220.6 122.6 232.4
- Pelepasan jack base 153.2 209.3 103.2 202.3
- Pelepasan landasan jack base 149.4 196.2 99.4 198.2
4 Repairing and clearing Time
- Perbaikan 145.2 187.4 135.2 194.2
41. Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode Sistem Pada Gedung (Abdul Muis - Trijeti)
37 | K o n s t r u k s i a
- Pembersihan 131.7 181.4 101.7 183.5
Total (menit) 4196.7 5558.7 4493.7 5687.8
Waktu yang dibutuhkan per-m2
(menit)
7.4 5.6 7.9 5.7
Analisa tenaga kerja pada pelaksanaan
pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai
metode semi sistem dan metode sistem lt.2
dan lt.3.
Pada analisa tenaga kerja ini, untuk
mendapatkan hasil tenaga kerja yang
dibutuhkan, antara kuantitas bekisting semi
sistem dijumlah dengan vkuantitas
bekisting sistem lalu dirata-ratakan.
Bekisting balok lt. 2
- Kuantitas pekerjaan balok : Bekisting
metode semi sistem = 716,35 m² ;
Bekisting metode sistem = 1.015,25 m²
- Rata-rata kuantitas yang di butuhkan
= ((716.35 + 1.015,25) / 2) = 865,80 m²
- Waktu effetif / hari : 8 jam
- Waktu yang di butuhkan :
Bekisting metode semi sistem = 8.1
menit/m2; Bekisting metode sistem =
5.8 menit/m2
- Rata-rata waktu yang di butuhkan :
((8,1 + 5,8) / 2) = 6,9 menit/m2 x
865,80 m² = 6017,3 menit = 100,28
jam
- Produktivitas tenaga kerja pekerjaan
bekisting balok = 0,77 m2/orang/jam
- Jadi kebutuhan tenaga kerja untuk
pelaksanaan pekerjaan bekisting balok
adalah : 865,80 : 0,77 : 100,28 = 11,2
~ 12 orang
Bekisting balok lt. 3
- Kuantitas pekerjaan balok : Bekisting
metode semi sistem = 988,50 m² ;
Bekisting metode sistem = 1.015,25 m²
- Rata-rata kuantitas yang di butuhkan =
((988.50 + 1.015,25) / 2) = 1001,80 m²
- Waktu effetif / hari : 8 jam
- Waktu yang di butuhkan : Bekisting
metode semi sistem = 8.9
menit/m2; Bekisting metode sistem =
6,1 menit/m2
- Rata-rata waktu yang di butuhkan : ((8,9
+ 6,1) / 2) = 7,5 menit/m2 x 1001,80
m² = 7513,5 menit = 125,2 jam
- Produktivitas tenaga kerja pekerjaan
bekisting balok = 0,77 m2/orang/jam
- Jadi kebutuhan tenaga kerja untuk
pelaksanaan pekerjaan bekisting balok
adalah : 1001,80 : 0,77 : 125,2 = 10,39
~ 11 orang
Bekisting pelat lantai lt. 2
- Kuantitas pekerjaan pelat lantai :
Bekisting metode semi system = 557,83
m² ; Bekisting metode sistem = 991,4
m²
- Rata-rata kuantitas yang di butuhkan
((557,83 + 991,4) / 2) = 774,6 m²
- Waktu effektif / hari : 8 jam
- Waktu yang di butuhkan :
Bekisting metode semi sistem = 7,4
menit/m2 ; Bekisting metode sistem =
5,6 menit/m2
- Rata-rata waktu yang di butuhkan :
((7,4 + 5,6) / 2) = 6,5 menit/m2 x 774,6
m² = 5034,9 menit = 83,9 jam
- Produktivitas tenaga kerja pekerjaan
bekisting pelat lantai : 1,11
m2/orang/jam
- Jadi kebutuhan tenaga kerja untuk
pelaksanaan pekerjaan bekisting pelat
42. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
38 | K o n s t r u k s i a
lantai adalah : 774,6 : 1,11: 83,9 = 8,3
~ 9 orang
pelat lantai lt. 3
- Kuantitas pekerjaan pelat lantai :
Bekisting metode semi system = 579,03
m² ; Bekisting metode sistem = 991,4
m²
- Rata-rata kuantitas yang di butuhkan
: ((579,03 + 991,4) / 2) :
785,21 m²
- Waktu effektif / hari : 8 jam
- Waktu yang di butuhkan :
Bekisting metode semi sistem = 7,9
menit/m2 ; Bekisting metode sistem =
5,7 menit/m2
- Rata-rata waktu yang di butuhkan :
((7,9 + 5,7) / 2) = 6,8 menit/m2 x
785,21 m² = 5339,4 menit = 88,9
jam
- Produktivitas tenaga kerja pekerjaan
bekisting pelat lantai : 1,11
m2/orang/jam
- Jadi kebutuhan tenaga kerja
untuk pelaksanaan pekerjaan bekisting
pelat lantai adalah : 785,21 : 1,11: 88,9
= 7,9 ~ 8 orang
Kebutuhan tenaga kerja.
KESIMPULAN
Biaya antara pekerjaan bekisting metode
sistem lebih mahal dibandingkan dengan
bekisting metode semi sistem.
Waktu pekerjaan bekisting metode sistem
lebih cepat penyelesaiannya dibandingkan
metode semi sistem. Jadi bekisting metode
sistem dipakai atau dipilih apabila proyek
konstruksi dituntut untuk lebih cepat dan
perusahaan mendapatkan proyek yang
sama / berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Husen, A. 2009. Manajemen Proyek
Perencanaan, Penjadwalan, &
Pengendalian Proyek, Yogyakarta :
ANDI.
2. Ibrahim, B. 2007. Rencana dan Estimate
Real of Cost, Jakarta : Bumi Aksara.
3. M. Novian, suryoreso. 1997. Efesiensi
pekerjaan Acuan dan perancah pada
Industri Konstruksi. Politeknik ITB:
Bandung.
4. SNI. 2008. Analisa Biaya Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan
Pekerjaan Beton, Bandung : BSN.
5. Soedrajat, A. 1984. Analisa Anggaran
Biaya Pelaksanaan, Bandung : Nova.
6. Wigbout, F.Ing, 1992. Pedoman Tentang
Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga.
Jakarta.
43. Teknologi ”Real Time Traffic Information System” Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
39 | K o n s t r u k s i a
TEKNOLOGI ”REAL TIME TRAFFIC INFORMATION SYSTEM” UNTUK MENGATASI
KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA
Rusmadi Suyuti
Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi – BPPT
e-mail: rusmadisuyuti@yahoo.com
ABSTRAK: Kemacetan lalu lintas saat ini merupakan problem utama yang terjadi di DKI Jakarta
termasuk di ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kemacetan
lalu lintas adalah melalui aplikasi teknologi Real Time Traffic Information System (RTTIS).Tulisan ini
memberikan potensi penerapan teknologi RTTIS di ruas Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dalam jangka
pendek.Tujuan penerapan teknologi RTTIS adalah untuk mengoptimalkan volume lalu lintas pada suatu
ruas jalan. Dengan mengetahui asal-tujuan perjalanan, maka pelaku perjelanan dapat memperoleh
informasi rute terbaik yang dapat dilaluinya. Teknologi RTTIS memerlukan input berupa volume lalu
lintas dan kecepatan kendaraan rata-rata secara real time yang dapat diperoleh dari sistem smart
camera. Selanjutnya data diproses dan didiseminasikan kembali kepada pengguna jalan melalui berbagai
perangkat, seperti variabel massage sign (VMS), cellular phone, sms, call centre, in-car tv, internet.
Pendekatan RTTIS dalam mengatasi kemacetan lalu lintas diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Jasa
Margadalam meningkatkan pelayanan transportasi di Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dan juga untuk
mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas.Disamping itu manfaat yang diperoleh masyarakat adalah
meningkatnya waktu tempuhuntuk mencapai tujuan perjalanan Implementasi RTTIStersebut juga harus
dibarengi dengan upaya lain untuk mengatasi kemacetan lalu lintas seperti penerapan sistem angkutan
umum massal, peningkatan kapasitas jaringan jalan tol serta kebijakan pendukung lainnya.
Kata Kunci: intelligent transport system, pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi
ABSTRACT: Traffic congestion is now a major problem that occurred in Jakarta including the Urban Toll
Road segment Jakarta. One effort to reduce the level of traffic congestion is through the application of
technology Real Time Traffic Information System (RTTIS.) This paper provides a potential application of
the technology in the segment RTTIS In Jakarta Toll Road pendek.Tujuan term technology implementation
RTTIS is to optimize the traffic volume on a road segment. By knowing the origin-destination trip, then the
offender perjelanan can obtain the best information that can be passed. RTTIS technology requires input in
the form of traffic volume and average vehicle speed in real time which can be obtained from the smart
camera system. Furthermore, the data is processed and disseminated back to road users through a variety
of devices, such as variable massage sign (VMS), cellular phone, sms, call centers, in-car tv, internet. RTTIS
approach in addressing traffic congestion is expected to be utilized by the Service Margadalam improve
transportation services in Jakarta Urban Toll Road and also to reduce the level of congestion
lintas.Disamping it benefits society is the increased travel time tempuhuntuk achieve RTTIStersebut
implementation must also be accompanied by another attempt to address traffic congestion as the
application of mass transportation systems, increased network capacity highways and other supporting
policies.
Keywords: intelligent transport system, transport modeling, origin-destination matrix, estimation
methods
44.
45. Teknologi ”Real Time Traffic Information System” Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
39 | K o n s t r u k s i a
PENDAHULUAN
Kemacetan lalu lintas saat ini merupakan
problem utama yang terjadi di kota-kota
besar di Indonesia termasuk di DKI
Jakarta. Berdasarkan data dari Dinas
Perhubungan DKI Jakarta pada tahun 2010
besaran kerugian akibat kemacetan lalu
lintas di DKI Jakarta telah mencapai Rp.
45,2 trilyun per tahun.
Penyebab utama terjadinya kemacetan lalu
lintas adalah karena tidak seimbangnya
demand dan supply yaitu pertumbuhan
jumlah kendaraan dengan kapasitas
prasarana transportasi (jaringan jalan dan
jaringan angkutan umum) yang ada.
Sebagai contoh pertumbuhan panjang
jalan di DKI Jakarta rata-rata sebesar
0,01% per tahun sedangkan pertumbuhan
kendaraan bermotor mencapai 9,5% per
tahun. Pertambahan kendaraan bermotor
pada tahun 2012 adalah sebesar 1.117 per
hari (terdiri dari 220 mobil dan 897
motor).
Selain di jalan arteri, kemacetan lalu lintas
juga terjadi di ruas Jalan Tol dalam Kota
Jakarta yang merupakan ruas jalan utama
yang melewati pusat Kota Jakarta dan
menghubungkan Kota Jakarta dengan
kota-kota yang ada disekitarnya.
Saat ini, berbagai upaya telah dilakukan
untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di
Jakarta serta khususnya di ruas Jalan Tol
Dalam Kota, diantaranya melakukan:
penambahan kapasitas, penambahan
gerbang tol, law-enforcement maupun
pemberlakuan contra-flow. Meskipun
demikian, kemacetan lalu lintas di Jalan
Tol Dalam Kota masih cukup tinggi
sehingga diperlukan upaya lain untuk
mengatasi hal tersebut dalam jangka
pendek.
Tujuan tulisan ini adalah menyampaikan
pendekatan teknologi Real Time Traffic
Information System (RTTIS)sebagai salah
satu solusi jangka pendek untuk
mengurangi kemacetan lalu lintas di ruas
Jalan Tol Dalam Kota Jakarta.
KONDISI LALU LINTAS TOL DALAM
KOTA JAKARTA SAAT INI
Jalan Tol Dalam Kota atau JakartaIntra
Urban Tollways, mulai dioperasikan oleh
Jasa Marga secara bertahap semenjak
tahun 1987, melalui ruas Cawang-
Semanggi. Jalan Tol ini dibangun seiring
dengan pertumbuhan Jakarta sebagai
pusat pemerintahan dan pusat bisnis,
dimana mobilitas orang dan barang makin
meningkat pula.
Jalan Tol sepanjang ini menghubungkan
wilayah Timur Jakarta yaitu Cawang
hingga wilayah Barat Kota Jakarta hingga
Pluit. Jalan Tol sepanjang 23,55 Km ini saat
ini terintegrasi dengan 4 (empat ) jalan tol
yang menuju ke berbagai wilayah yaitu,
Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Jakarta-
Cikampek, Jalan Tol Tangerang-Merak,
Serta Jalan Tol Prof Dr. Ir. Sedyatmo.
Sementara itu pada tahun 1996 saat
selesainya pembangunan ruas Grogol-
Pluit, Jalan tol ini menjadi sebuah
lingkaran yang tak berujung bersama ruas
Cawang-Tanjung Priuk-Pluit yang
dioperasikan oleh PT Citra Marga
Nushapala Persada. Dengan demikian jalan
tol ini menjadi salah satu infrastruktur
penting Nasional dan menjadi urat nadi
trasportasi yang penting menghubungkan
dari wilayah Tangerang menuju Cikampek
46. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
40 | K o n s t r u k s i a
serta kota-kota lain di Pantai Utara Jawa
(Pantura).
Saat ini Jalan tol Dalam Kota memiliki 3 x 2
jalur dan kerap dipadati oleh lalu lintas
pada jam-jam tertentu khususnya pada
saat jam sibuk pagi dan sore hari.
Sumber: www.jasamarga.com
Gambar 1. Volume Lalu Lintas Harian
Jalan Tol Dalam Kota Jakarta
Gambar 1 menunjukkan pertumbuhan
jumlah volume transaksi tol di ruas Jalan
Tol Dalam Kota selama 5 (lima) tahun
terakhir.
PERMASALAHAN LALU LINTAS TOL
DALAM KOTA JAKARTA SAAT INI
Permasalahan lalu lintas yang utama
terjadi pada ruas Jalan Tol Dalam Kota
Jakarta adalah tingginya kemacetan lalu
lintas. Saat ini kemacetan lalu lintas
tersebut tidak hanya terjadi pada saat jam
sibuk pagi atau sore hari, tetapi hampir
terjadi sepanjang hari.
Beberapa penyebab terjadinya kemacetan
lalu lintas di Jalan Tol Dalam Kota
diantaranya adalah:
1. Volume lalu lintas yang tinggi dan tidak
sebanding dengan kapasitas ruas jalan
yang ada, sehingga menimbulkan
kemacetan lalu lintas (volume lalu
lintas melebihi kapasitas ruas jalan.
2. Antrian di off ramp jalan tol yang
berdekatan dengan persimpangan
sebidang (traffic light). Kemacetan lalu
lintas yang terjadi di simpang sebidang
menimbulkan antrian sampai dengan
jalan tol, sehingga mengurangi
kapasitas ruas jalan tol. Contohnya di
lokasi off-ramp kuningan, semanggi
khususnya pada saat jam sibuk pagi
hari.
3. Kendaraan berat yang berjalan lambat
terutama di tanjakan dan interchange
4. Terjadinya kecelakaan lalu lintas atau
kendaraan mogok yang berakibat
berkurangnya kapasitas jalan.
5. Kapasitas jumlah lajur kurang
(contohnya di Interchange Cawang dan
Interchange Tomang)
6. Perilaku pengemudi yang tidak tertib
(menggunakan bahu jalan, memotong
lajur lalu lintas, dll)
7. Keberadaan kendaraan
prioritas/pejabat yang memerlukan
pengawalan VIP sehingga
mengorbankan kendaraan lain
Permasalahan lalu lintas tersebut di atas
berujung kepada timbulnya kemacetan
lalu lintas. Untuk itu diperlukan solusi
yang tepat dan mendasar untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Solusi yang
ditawarkan juga bukan berupa solusi
instan yang hanya dapat mengatasi
permasalahan secara sesaat dan hanya
berlangsung sementara dan jangka
pendek.
47. Teknologi ”Real Time Traffic Information System” Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
41 | K o n s t r u k s i a
SOLUSI MENGATASI KEMACETAN LALU
LINTAS PADA RUAS JALAN TOL DALAM
KOTA JAKARTA
Solusi mengatasi kemacetan lalu lintas di
Jalan Tol Dalam Kota Jakarta dapat
dilakukan pada jangka pendek dan jangka
panjang. Rekomendasi penanganan lalu
lintas yang diusulkan pada jangka pendek
adalah berupa rekomendasi “do-
minimum”. Penanganan tersebut secara
umum adalah berupa manajemen lalu
lintas, pembenahan sistem marka dan
penegakan hukum (law enforcement) dan
penerapan teknologi baru.
Rekomendasi penanganan lalu lintas yang
diusulkan pada jangka pendek diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Percepatan waktu transaksi di gerbang
tol. Hal tersebut sudah dilakukan saat
ini diantaranya melalui: pelayanan
transaksi mobile (petugas “jemput
bola”), penggunaan gardu khusus
kendaraan kecil, penggunaan e-toll card
dan e-toll pass. Sistem E-toll card
bertujuan mempercepat transaksi
pembayaran di gardu tol dengan
menggunakan sistem touch and go yang
tanpa menggunakan bantuan petugas
pengumpul tol.
Sumber: www.jasamarga.com
Gambar 2.e-Toll card system di Jalan Tol
2. Pembatasan jam operasi kendaraan
berat untuk melewati jalan tol
3. Pemindahan lokasi gerbang tol
4. Pemidahan lokasi off-ramp jalan tol
yang berdekatan dengan lokasi
persimpangan sebidang. Tujuannya
adalah menghilangkan antrian di
jalan tol pada saat terjadi kemacetan
lalu lintas di persimpang sebidang.
5. Penutupan gerbang tol masuk jalan
tol pada saat tertentu. Pada saat lalu
lintas di dalam jalan tol sudah sangat
padat dan tidak bergerak, maka
disarankan agar menutup gerbang
tol sehingga tidak menambah
kemacetan di jalan tol
6. Pembuatan lokasi off-ramp dan on-
ramp baru untuk meningkatkan
akses keluar-masuk jalan tol
7. Penutupan lokasi off-ramp dan on-
ramp yang keberadaannya
menimbulkan kemacetan lalu lintas.
Sedangkan rekomendasi penanganan lalu
lintas yang diusulkan untuk jangka
panjang diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pembangunan jalan layaing khusus
busway/BRT sepanjang Jalan Tol
Dalam Kota Jakarta, sehingga
mengurangi volume angkutan umum
yang berada di jalan tol
2. Peningkatan kapasitas simpang
susun (interchange)
3. Penanganan fisik lain sesuai master
plan transportasi Jakarta.
Disamping usulan tersebut di atas,
penulis mengusulkan penggunaan
teknologi Real- Time Traffic Information
System (RTTIS) untuk mengatasi
kemacetan lalu lintas. Prinsip dari
penggunaan teknologi tersebut adalah
48. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
42 | K o n s t r u k s i a
memberikan informasi kepada calon
pengguna jalan tol, tentang kondisi lalu
lintas jalan tol secara real time. Dengan
adanya informasi tersebut, maka
pengguna jalan dapat menentukan
pilihan apakah akan menggunakan jalan
tol atau jalan arteri untuk mencapai
tujuan perjalanannya. Informasi tersebut
dapat diakses secara mudah oleh
pengguna jalan, baik melalui media
internet, Variable Massage Sign (VMS),
cellular phone, dll. Saat ini sebenarnya
PT. Jasa sudah mulai menggunakan
teknologi tersebut meskipun
implementasinya belum optimal. Hal
tersebut dikarenakan:
a. Informasi yang disampaikan tidak
real-time
b. Informasi diberikan di dalam ruas
jalan tol sehingga pengemudi tidak
bisa menentukan pilihan dan beralih
ke jalan arteri
c. Informasi hanya diberikan melalui
VMS dan tidak menggunakan media
lain
TEKNOLOGI “REAL TIME TRAFFIC
INFORMATION SYSTEM” UNTUK
SOLUSI MENGATASI KEMACETAN
LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TOL
Teknologi Real Time Traffic Information
System (RTTIS) memanfaatkan data
volume lalu lintas dan kecepatan
kendaraan rata-rata yang saat ini sudah
ada untuk diolah menjadi suatu sistem
informasi kondisi lalu lintas bagi
pengguna jalan. Dengan sistem ini
pengguna jalan akan dapat mengetahui
rute mana yang terbaik untuk dilalui
sepanjang perjalanannya. Proses
diseminasi dapat dilakukan dalam
bentuk Variable Message Sign (VMS),
melalui mobile tv, telepon seluler
maupun lewat call centre dan sms.
Aplikasi ini disajikan dalam Website yang
dirancang khusus sesuai dengan
kebutuhan (baik numerik maupun grafis)
sehingga dapat langsung diakses dan
digunakan oleh para pengguna melalui
fasilitas internet.
Tahapan dari proses untuk memperoleh
data Real Time Traffic Information
System tersebut adalah:
1. Data volume lalu lintas dan kecepatan
kendaraan rata-rata diperoleh dari
smart camera di ruas jalan tol. Untuk
itu diperlukan penempatan beberapa
smart camera di lokasi-lokasi tertentu
sepanjang ruas tol Dalam Kota Jakarta.
Smart Camera merupakan kamera
khusus yang selain berfungsi sebagai
CCTV, juga mempunyai kemampuan
untuk menghitung volume lalu lintas
dan kecepatan kendaraan rata-rata.
Saat ini PT. Jasa Marga sudah
menempatkan sejumlah CCTV
sepenjang Jalan Tol Dalam Kota
Jakarta. CCTV tersebut dapat
ditambahkan suatu alat sehingga
dapat berfungsi sebagai smart camera
yang dapat merekam jumlah volume
lalu lintas dan kecepatan kendaraan
rata-rata.
2. Data dari smart camera tersebut
selanjutnya di transfer melalui
internet ke pusat pengelolaan data lalu
lintas (Traffic Management Data
Centre).
3. Di dalam pusat pengelolaan data lalu
lintas dilakukan suatu data processing
untuk mengubah informasi data dari
smart camera menjadi informasi
volume lalu lintas dan kecepatan
kendaraan rata-rata secara real-
timepada setiap segmen ruas jalan.
49. Teknologi ”Real Time Traffic Information System” Untuk Mengatasi Kemacetan (Rusmadi)
43 | K o n s t r u k s i a
Disamping itu juga dapat dilakukan
suatu proses untuk membuat matriks-
asal-tujuan (O-D Matrices) secara real-
time. Data tersebut selanjutnya
disimpan dalam bentuk real-time
database.
4. Tahap selanjutnya adalah
menampilkan output berupa data
volume lalu lintas dan kecepatan
kendaraan rata-rata di tiap segmen
ruas jalan secara real-time. Output
tersebut bisa berupa tulisan (text
output) yang ditampilkan pada lokasi
dimana Variable Message Sign (VMS)
berada. Disamping itu, output juga
bisa berupa tampilan gambar (peta)
yang menunjukkan kodisi kemacetan
lalu lintas di tiap ruas jalan tertentu.
5. Proses output yang telah diperoleh
pada tahap sebelumnya, perlu
didesiminasi melalui beberapa jenis
perangkat (media). Untuk keperluan
tersebut,juga dilakukan proses
tranferring information data via
internet. Media yang dapat digunakan
untuk menampilkan data output
berupa tulisan (text) ataupun
gambar/grafik diantaranya adalah:
Variable Message Sign (VMS), Cellular
Phone, Internet, In-Car TV, Call Centre,
SMS, dll.
Gambar 3 ini menunjukkan alur
kegiatan untuk mendapatkan data
Real Time Traffic Information System.
Gambar 3.Teknologi Real Time Traffic
Information System
Gambar 4 ini menunjukkan kondisi
kecepatan kendaraan rata-rata real-
time di ruas jalan tol dalam kota
Jakarta dan ruas-ruas jalan di
sekitarnya yang ditampilkan dalam
bentuk indikator titik warna yang
dioverlay dengan peta. Titik merah
menunjukkan kecepatan kendaraan
rendah, orange menunjukkan
kecepatan sedang dan hijau pada
kecepatan tinggi.
Gambar 4. Kecepatan Kendaraan
Rata-Rata di Ruas Jalan Tol Dalam
Kota Jakarta
6. Untuk kedepannya, sistem tersebut
dapat digunakan untuk memberikan
sistem informasi bagi pengguna jalan
di seluruh jaringan jalan wilayah
Jabodetabek dengan memberikan
informasi rute terbaik secara real-
50. Jurnal Konstruksia Volume 4 Nomer 2 Juni 2013
44 | K o n s t r u k s i a
time baik menggunakan ruas jalan tol
maupun jalan arteri.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan
teknologi Real Time Traffic Information
System merupakan solusi yang paling
tepat untuk mengatasi permasalahan
kemacetan lalu lintas di Jalan Tol Dalam
Kota Jakarta. Tujuan teknologi tersebut
adalah untuk mengoptimalkan
penggunaan ruas jalan tol. Jika jalan tol
sudah padat, maka pengguna jalan akan
beralih ke jalan arteri, begitu pula
sebaliknya. Pada suatu titik tertentu akan
dicapai kondisi equilibrium dimana
volume lalu lintas akan mencapai titik
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. PT. Anugerah Kridapradana. (2012)
Kondisi Lalu Lintas Pada Koridor
Cawang – Pluit, Jakarta.
2. Suyuti, R. (2006) Estimasi Model
Kebutuhan Transportasi
Berdasarkan Informasi Data Arus
Lalu Lintas Pada Kondisi Pemilihan
Rute Keseimbangan. Disertasi Doktor
Institut Teknologi Bandung (ITB).
3. Tamin, O.Z. (1988) The Estimation of
Transport Demand Models From
Traffic Counts. PhD Dissertation of
the University of London, University
College London.
4. Tamin, O.Z. and Willumsen, L.G.
(1988) Transport Demand Model
Estimation From Traffic Counts.
Journal of Transportation, UK.
5. Tamin, O.Z., Sjafruddin, A. dan
Hidayat, H (1999) Dynamic Origin-
Destination (O-D) Matrices
Estimation From Real Traffic Count
Information. 3rd EASTS Conference
Proceeding, Taipei 15 – 17
September 1999, hosted by Chinese
Institute of Transportation, Taipei.
6. Tamin, O.Z. (2000) Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Edisi 2,
Penerbit ITB, Bandung.
7. Tamin, O.Z. etal (2001) Dynamic
Origin-Destination (OD) Matrices
Estimation From Real Time Traffic
Count Information, Laporan Akhir,
Graduate Team Research Grant,
Batch IV, University Research for
Graduate Education (URGE) project.
8. Tamin, O.Z. (2005) Pengembangan
Sistem Informasi Arus Lalu Lintas
Sebagai Upaya Pemecahan Masalah
Transportasi di Kota Bandung,
Laporan Akhir Program Riset ITB.
9. Willumsen, L.G. (1981) An Entropy
Maximising Model for Estimating
Trip Matrices From Traffic Counts,
PhD Thesis, Department of Civil
Engineering, University of Leeds.
10. www.jasamarga.com
51. Prediksi Nilai Kekakuan Lentur Pada Balok Beton Bertulang (Yamin Susanto)
45 | K o n s t r u k s i a
PREDIKSI NILAI KEKAKUAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG
Yamin Susanto
Structural Engineer Y. S. Chua Engineering, Jakarta
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Struktur, Universitas Tarumanagara, Jakarta.
Email: ystjua@yahoo.com
ABSTRAK: Makalah ini menyajikan sebuah metode sederhana untuk prediksi sifat kekakuan lentur
dukungan sederhana balok dengan tulangan beton di bawah anggota pendek waktu pembukaan. The
lentur kekakuan anggota struktural biasanya dianggap sebagai produk dari modulus elastisitas E, yang
merupakan properti dari bahan dibuat, dan momen inersia I yang merupakan tergantung pada anggota
bentuk fisik properti. Dalam banyak penelitian menunjukkan bahwa kekakuan lentur dari anggota beton
bertulang dapat mendapatkan bentuk dua komponen di atas yang dihitung secara terpisah, dan metode
ini telah diadopsi oleh ACI 318 dan SNI 03-2847 kode. Dalam metode ini telah dikembangkan dan
disempurnakan untuk mencapai kedua kesederhanaan dalam penggunaan dan representasi perilaku
aktual yang serealistis mungkin. Hasil dari metode ini adalah lebih konservatif daripada ACI 318 dan SNI
03-2847.
Kata kunci: kekakuan lenturnya, pembebanan seketika, modulus elastisitas Dan momen inersia.
ABSTRACT: This paper present a simple method to prediction of the flexural rigidity properties of simple
support reinforced concrete member beams under short-time loading. The flexural rigidity of structural
member is normally thought of as the product of the modulus of elasticity E, which is a property of a
fabricated material, and the moment of inertia I which is a property dependent upon the physical shape
member. In many research is shown that flexural rigidity of reinforced concrete member can be get form
two components above which is calculated separately, and the method has been adopted by the ACI 318
and SNI 03-2847 code. In this method has been developed and refined to achieve both simplicity in use and
a representations of actual behavior that is as realistic as possible. The result of this method is more
conservative than the ACI 318 and SNI 03-2847.
Keywords: bending stiffness, instantaneous loading, the modulus of elasticity and moment of inertia.
PENDAHULUAN
Dalam perancangan setiap komponen
struktur risiko keruntuhan/kegagalan yang
disebabkan oleh ketidakpastian
(uncertainties) dalam proses perancangan
itu sendiri tidak dapat dihindari, betapapun
kecilnya risiko tersebut. Hal ini disebabkan
hamper semua perancangan struktur harus
dilakukan tanpa informasi yang lengkap
(sempurna), sehingga faktor risiko selalu
terkait didalamnya. Model atau metoda
yang digunakan dlam perancangan
komponen struktur biasanya berupa
penyederhanaan dari keadaan yang
sebenarnya. Terutama pada perencanaan
komponen struktur beton bertulang yang
sifat mekanika bahannya heterogen,
anisotropic serta berprilaku nonlinear. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu modifikasi
(pendekatan) dari prinsip-prinsip dasar
mekanika bahan dalam melakukan analisis
strutur tersebut.