SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 77
PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR
DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY
CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA
Rivalri Kristianto Hondro
Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan
Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan
www.stmik-budidarma.ac.id//Email: rival_hondro@gmail.com
Abstrak
Saluran komunikasi secara fisik menghubungkan dua mesin secara konseptual bekerja seperti halnya kabel.
Dalam mengecek atau memeriksa kebenaran suatu data informasi yang ditransfer dalam komputer, diperlukan
suatu tanda. Tanda yang dimaksud adalah tanda untuk pengecekan yang disebut parity. Parity adalah suatu bit
yang ditambahkan pada data yang berfungsi sebagai pengecekan untuk mendeteksi bit yang error. Untuk
memeriksa kesalahan ini digunakannya metode parity LRC (Longitudinal redundancy Check) yaitu pengiriman
data yang di lakukan secara per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte dan setiap blok memiliki block check
character (BCC) atau karakter pemeriksa blok yang diletakan pada akhir blok Metode sederhan dengan sistem
interaktif operator memasukan data melalui terminal dan mengirimkan ke komputer akan menampilkan kembali
ke terminal, sehingga dapat memeriksa apakah data yang dikirimkan dengan benar. Error Otomatis / Parity
Check Penambahan parity bit untuk akhir masing-masing kata dalam frame. Tetapi problem dari parity bit
adalah inplus noise yang cukup panjang merusak lebih dari satu bit, pada rate yang yang tinggi.
Kata kunci: Bit Error, Transmisi Data, LRC
1. Pendahuluan
Kesalahan adalah proses alami yang dapat terjadi
pada setiap bagian dari sistem komunikasi data. Salah
satu yang penting adalah tercapainya pengiriman data
dengan benar perlu dilakukan pengecekan data,
apakah data yang diterima sudah benar dengan data
yang dikirim.
Saluran komunikasi secara fisik menghubungkan
dua mesin secara konseptual bekerja seperti halnya
kabel. Dalam mengecek atau memeriksa kebenaran
suatu data informasi yang ditransfer dalam komputer,
diperlukan suatu tanda. Tanda yang dimaksud adalah
tanda untuk pengecekan yang disebut parity. Parity
adalah suatu bit yang ditambahkan pada data yang
berfungsi sebagai pengecekan untuk mendeteksi bit
yang error.
Pengecekan kesalahan dengan bit parity terbagai
dua bentuk yaitu parity karakter dan parity blok. Pada
bentuk parity karakter, sebuah bit ditambahkan pada
setiap karakter dalam data, sedangkan parity blok,
dengan membagi pesan menjadi sejumlah blok, agar
tiap blok dapat diketahui kesalahanya.
Jika terjadi kesalahan dalam suatu pengiriman,
maka bit yang diterima menjadi tidak sesuai dengan
pengirimnya. Misalnya pengiriman berjumlah bitnya
genap, tetapi disaat ditransfer bitnya berjumlah ganjil
tiap bloknya. Untuk memeriksa kesalahan ini
digunakannya metode parity LRC (Longitudinal
redundancy Check) yaitu pengiriman data yang di
lakukan secara per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte
dan setiap blok memiliki block check character (BCC)
atau karakter pemeriksa blok yang diletakan pada
akhir blok.
2. Landasan Teori
2.1 Metode Deteksi Error
Metode deteksi error (error detection) dapat
dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Echo
Metode sederhan dengan sistem interaktif
operator memasukan data melalui terminal dan
mengirimkan ke komputer akan menampilkan
kembali ke terminal, sehingga dapat memeriksa
apakah data yang dikirimkan dengan benar.
2. Error Otomatis / Parity Check
Penambahan parity bit untuk akhir masing-
masing kata dalam frame. Tetapi problem dari
parity bit adalah inplus noise yang cukup
panjang merusak lebih dari satu bit, pada rate
yang yang tinggi.
2.1.1 Jenis Parity Check
Pada suatu sekema bahwa transmitter
memberikan bit tambahan (parity bit) untuk setiap
karakter data informasi yang ditransmisi.
Dua jenis paritas ini adalah:
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 78
a. Even parity (paritas genap), digunakan tranmisi
asynchronous. Bit parity ditambahkan supaya
banyaknya ‘0’ untuk tiap karakter adalah genap.
b. Odd parity (paritas ganjil), digunakan untuk
transmisi synchronous. Bit parity ditambahkan
supaya banyaknya ‘1’ untuk tiap karakter adalah
ganjil.
2.1.2 Vertical Redundancy Check
Pada metode ini, dalam satu byte terdapat satu bit
parity. Yang diletakkan setelah bit ketujuh dan
menjadi bit ke delapan. Seperti karakter 10101000
akan menjadi 110101000 atau 010101000.
Bit paritas yang digunakan supaya cacah 1 pada
setiap karakter berjumlah ganjil atau bertambah genap,
yang berjumlah ganjil disebut dengan nama paritas
ganjil (odd parity), dan yang berjumlah genap disebut
dengan nama paritas genap (even parity).
Nilai dari bit tergantung dari jumlah ganjil atau
genapnya jumlah bit satu dalam tiap byte. Aturan yang
berlaku pada odd parity adalah bahwa jumlah bit satu
dalam setiap byte harus ganjil. Program yang dibuat
akan selalu melakukan pengecekan terhadap parity bit
dari setiap karakter yang dikirim. Bila jumlah bit satu
dari tujuh bit pertama adalah genap, maka bit paritas
diubah menjadi 1 dan sebaliknya bila jumlah bit satu
dari tujuh bit pertama adalah ganjil maka bit paritas
diubah menjadi 0.
Sedangkan pada even bit parity berlaku, yaitu
bahwa jumlah bit satu dalam setiap byte harus genap.
Sebagai contoh, jika huruf “M” disusun dalam kode
biner adalah “1001101” dimana 7 bit pertama jumlah
bit satunya adalah genap maka parity bit diubah
menjadi 0 seperti pada contoh gambar berikut[1]:
Gambar 1 : Contoh Karakter ‘M’ dengan even parity
Salah satu kelemahan dalam bit paritas Vertical
Redundancy Check ini adalah sulitnya melakukan
deteksi terhadap kesalahan jika jumlah bit error adalah
genap.
Jika terjadi kesalahan dalam suatu pengiriman,
maka bit yang diterima menjadi tidak sesuai dengan
pengiriman. Misalnya diawal pengiriman berjumlah
genap, tetapi tiba-tiba berjumlah ganjil. Berarti ada
gangguan transmisi. Tetapi ada 2 atau 4 bit yang salah,
menyulitkan pendeteksian error karena jumlah ganjil
genapnya bit sama dengan jumlah ganjil genap bit
sebelumnya[2].
2.1.3 Longitudinal Redundancy Check
LRC (Longitudinal Redundancy Check) ini
memperbaiki kekurangan yang terjadi pada VRC
(Vertical Redundancy Check). Pengiriman data
dilakukan per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte. Dan
setiap blok memiliki block check character (BCC)
atau karakter pemeriksa blok yang diletakkan pada
akhir blok. Block check character ini memuat 7 parity
bit dari bit sebelumnya. Sedangkan untuk mengubah
nilai ketujuh dari bit ini adalah degnan melihat jumlah
bit 1 dari seluruh isi byte secara vertical[3].
Tabel 1 : Contoh Pembentukan Block Check
Character
Pada Tabel 1 terlihat bagaimana block check
character dibentuk. Pada nomor bit ke satu, jumlah
angka 1 pada karakter 7 (ganjil) maka block check
character untuk bit kesatu adalah 1. Demikian juga
untuk nomor bit ke dua, jumlah angka 1 pada karakter
adalah 5 (ganjil) maka block check character untuk bit
ke dua adalah 1. Seperti halnya juga untuk bit nol dan
tiga, jumlah 1 didalam karakter terdapat dengan
jumlah ganjil, maka untuk block check character nya
adalah 1. Pada nomor bit ke empat, jumlah angka 1
pada karakter 0 (genap) maka block check character
untuk bit ke empat adalah 0. Demikian juga untuk bit
ke lima, jumlah angka 1 pada karakter 2 (genap) maka
block check character untuk bit ke lima adalah 0.
Seperti halnya juga untuk bit ke enam dan tujuh,
jumlah 1 didalam karakter, masing-masing memiliki
jumlah genap, maka untuk block check character nya
adalah 0.
Pada sisi penerima, setiap kolom dan setiap baris
diperiksa. Lokasi kesalahan tunggal dapat ditemukan
dengan melakukan interseksi pada kolom dan baris
yang mengandung kesalahan.
Telecom standar ISO 1155 menyatakan
bahwa redundansi longitudinal yang memeriksa urutan
byte dapat dihitung dalam perangkat lunak dengan
algoritma berikut:
Set LRC = 0
For each byte b in the buffer
do
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 79
Set LRC = (LRC + b) AND
0xFF
end do
Set LRC = (((LRC XOR 0xFF) +
1) AND 0xFF)
yang dapat dinyatakan sebagai "nilai 8-bit two's-
komplemen dari jumlah semua byte modulo 28
."[3]
2.2. Teknik Mendeteksi Error
Teknik deteksi error menggunakan error
detecting code, yaitu tambahan bit yang ditambahkan
oleh transmitter. Dihitung sebagai suatu fungsi dari
transmisi bit-bit lain. Pada receiver dilakukan
perhitungan yang sama dan membandingkan kedua
hasil tersebut, dan bila tidak cocok maka berarti terjadi
deteksi error. Apabila sebuah frame ditransmisikan
ada 3 kemungkinan klas yang dapat didefenisikan
pada penerima, yaitu:
1. Klas 1 (P1) : Sebuah frame datang dengan
tidak ada bit error (jadi tidak berarti dalam
mendeteksi error, karen tidak ada error)
2. Klas 2 (P2) : Sebuah frame datang dengan 1
atau lebih bit error yang tidak terdeteksi.
3. Klas 3 (P3) : Sebuah frame datang dengan 1
atau lebih bit error yang terdeteksi dan tidak
ada bit error yang tidak terdeteksi. (Tidak
berarti juga, semua error sudah terdeteksi).
Ada dua pendekatan untuk deteksi kesalahan:
1. Forward Error Control
Yaitu setiap karakter yang ditransmisikan atau
frame berisi informasi tambahan (redundant)
sehingga bila penerima tidak hanya dapat
mendeteksi dimana error terjadi, tetapi juga
menjelaskan dimana aliran bit yang diterima
error.
2. Feedback (backward) Error Control
Yaitu setiap karakter atau frame memiliki
informasi yang cukup untuk memperbolehkan
penerima mendeteksi bila menemukan
kesalahan tetapi tidak lokasinya. Sebuah
tranmisi control digunakan untuk meminta
pengiriman ulang, menyalin informasi yangk
dikirimkan.
Feedback error control dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1.Teknik yang digunakan untuk deteksi
kesalahan
2.Algoritma control yang telah disediakan
untuk mengontrol tranmisi ulang.[4]
2.2.1 Menggunakan Paritas XOR
Pada paritas genap ini mengunakan paritas XOR
pada Longitudinal Redundancy Check (LRC) dapat
dilihat seperti pada gambar 2 di bawah ini[4]:
Gambar 2 : Contoh Penggunaan paritas XOR
2.2.2 Frame Check
Dipakai pada transmisi asinkron dengan adanya
bit awal dan akhir. Data berada diantara bit awal dan
bit akhir. Dengan memeriksa kedua bit ini dapat
diketahui apakah data dapat diterima dengan baik atau
tidak. Transmisi asinkron mempunyai bentuk bingkai
sesuai dengan ketentuan yang dipergunakan.
Pendekatan umum yang digunakan adalah data
link layer memecah aliran bit menjadi frame-frame
diskrit dan menghitung checksum setiap framenya.
Ketika sebuah frame tiba di tujuan, checksum dihitung
kembali. Bila hasil perhitungan ulang checksum
tersebut berbeda dengan yang terdapat pada frame,
maka data link layer akan mengetahui bahwa telah
terjadi error dan segera akan mengambil langkah
tertentu sehubungan dengan adanya error tersebut
(misalnya, membuang frame yang buruk dan
mengirimkan kembali laporan error).
3. Analisa
3.1 Analisa Pengiriman Data
Secara umum pengiriman data atau pesan
merupakan bagian dari telekomunikasi yang secara
khusus berkaitan dengan transmisi atau pemindahan
data dan informasi diantara komputer-komputer dan
alat komunikasi lain dalam bentuk digital yang dikirim
melalui media komunikasi data. Data berarti informasi
yang telah di ubah kebentuk digital.
Komponen dari komunikasi data terdiri dari
pengirim (sender) adalah piranti yang mengirim data,
penerima (receiver) adalah piranti yang menerima
data, Data adalah informasi yang akan dipindahkan,
Media pengiriman atau penghantar adalah media
atau saluran yang digunakan untuk mengirim data,
Protokol adalah aturan-aturan yang berfungsi untuk
menyelaraskan hubungan berkomunikasi.
Gambar 3 : Komunikasi Data
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 80
3.2 Analisa Deteksi Bit Error
Dari Analisa bit error yang telah ditulis
sebelumnya dengan kode deteksi error kesalahan
pemindahan data dapat di deteksi benar salahnya data
dengan menggunakan metode deteksi error.
Sebagai Contoh kita akan mengirimkan data 4 bit
1001 dengan sederhana dengan bit paritas berikut di
sebelah kanan, dan dengan ^ melambangkan sebuah
gerbang XOR:
1. Paritas Genap (Even Parity)
Dengan pentransmisian data benar (true):
A ingin mengirimkan: 1001 A menghitung nilai
bit parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 = 0
A menambahkan bit paritas dan mengirimkan:
10010
B menerima: 10010 B menghitung paritas: 1 ^ 0
^ 0 ^ 1 ^ 0 = 0
B laporan transmisi yang benar setelah
mengamati hasil genap.
Dengan pentransmisi data salah (false):
A ingin mengirimkan: 1001
A menghitung nilai bit parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 = 0
A menambahkan bit paritas dan mengirimkan:
10010 (TRANSMISI ERROR) B menerima:
11010 B menghitung keseluruhan parity: 1 ^ 1 ^
0 ^ 1 ^ 0 = 1
B transmisi laporan yang tidak benar setelah
mengamati hasil ganjil yang tak terduga. B
paritas dihitung nilai (1) tidak cocok dengan bit
paritas (0) nilai yang diterima, menunjukkan
kesalahan bit.
2. Paritas Ganjil (Odd Parity)
Dengan pentransmisian data benar (true):
A ingin mengirimkan: 1001
A menghitung nilai bit paritas: ~ (1 ^ 0 ^ 0 ^ 1) =
1
A menambahkan bit paritas dan mengirimkan:
10011
B menerima: 10011 B menghitung keseluruhan
parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 ^ 1 = 1
B laporan transmisi benar setelah mengamati
hasil ganjil.
Dengan pentransmisi data salah (false):
A ingin mengirimkan: 1001
A menghitung nilai bit parity: ~ (1 ^ 0 ^ 0 ^ 1) =
1
A menambahkan bit paritas dan mengirimkan:
10011 (TRANSMISI ERROR) B menerima:
11011 B menghitung keseluruhan parity: 1 ^ 1 ^
0 ^ 1 ^ 1 = 0
B transmisi laporan yang tidak benar setelah
mengamati hasil ganjil yang tak terduga. B
paritas dihitung nilai (0) tidak cocok dengan bit
paritas (1) nilai yang diterima, menunjukkan
kesalahan bit.
3.3 Bit Parity Check
Metode parity bit adalah untuk mendeteksi bit
error dengan asynchronous dan transmisi synchronous
yang berorientasi karakter. Pada suatu skema bahwa
transmitter memberikan bit tambahan (parity bit)
untuk setiap karakter pokok yang ditransmisi.
Dua jenis paritas ini yaitu:
1. Paritas Genap (Event Parity): Penghitungan
paritas genap secara garis besar adalah
menghitung banyaknya bit 1 yang terdapat di
dalam steram data dan apabila jumlah ganjil,
maka bita paritas yang digunakan adalah bit 1.
Sehingga dengan demikian jumlah total bit 1 di
dalam data menjadi genap.
2. Paritas Ganjil (Odd Parity): pengecekkan paritas
ganjil memiliki mekanisme yang berlawanan
dengan paritas genap dimana jumlah total bit 1 di
dalam stream data harus ganjil.
Kedua skema paritas ini, baik paritas genap
maupun ganjil, apabila salah satu bit didalam stream
data mengalami perubahan, dari 0 ke 1 atau
sebaliknya, maka hasil perhitungan paritas penerima
tidak akan sama dengan bit paritas yang diberikan
pengirim.
3.4 Analisa Longitudinal Redudancy Check (LRC)
Teknik LRC ini biasa dikatakan merupakan
pengembangan teknik parity check. Pada LRC, data
(payload) atau data yang hendak ditransmisikan
disusun menjadi sejumlah baris yang ditentukan
(blok), kemudian dilakukan perhitungan bit paritas
untuk setiap baris dan setiap kolom. Bit paritas baris
ditaruh di unjung kanan, sedang bit paritas kolom
diletakkan dibagian bawah. Sedangkan urutan
transmisi dimulai dari kolom paling kiri kearah
bawah.
Gambar 4 : Gambaran Longitudinal Redudancy Check
Untuk melakukan perhitungan LRC, ditambahkan
karakter tambahan (bukan satu bit) di bagian kiri dan
bagian bawah blok:
1. Block Check Character (BCC) pada tiap blok
data. Tiap bit BCC merupakan pariti dari
semua bit dari blok yang mempunyai nomor bit
yang sama. Jadi bit 1 dari BCC merupakan
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 81
pariti genap dari semua bit 1 karakter yang ada
pada blok tersebut, dan seterusnya.
2. Ditentukan seperti parity, tetapi menghitung
secara longitudinal pada pesan (dan juga secara
vertikal).
3. Kalkulasi berdasarkan pada bit ke-1, ke-2 dst
(dari semua karakter) pada blok menggunakan
operator XOR (paritas genap) atau ~XOR
(paritas ganjil).
4. Bit ke-1 dari BCC ß jumlah 1 pada bit ke-1 dari
karakter
5. Bit ke-2 dari BCC ß jumlah 1 pada bit ke-2 dari
karakter
a. 98% laju deteksi error untuk burst errors (
> 10 bit)
b. Mampu mengoreksi error sebuah bit
c. Mampu mengoreksi error sebuah drive
yang rusak (dalam RAID)
6. Perbaikan signifikan dibandingkat parity
checking
Contoh: Akan dilakukan pentransmisian string
“DATA” dengan teknik LRC paritas ganjil. Data
tersebut diubah menjadi sebuah blok yang terbagi
menjadi empat baris. Masing-masing karakter
direpresentasikan dengan biner kemudian dihitung
paritasnya baik secara longitudinal maupun horizontal.
Gambar 5 : Pengiriman Data
Ternyata blok yang diterima oleh penerima seperti
pada gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6 : Pengiriman Data
Perhitungan paritas pada sisi penerima, untuk
baris 2 menghasilkan 0 (genap) yang seharusnya 1
(ganjil) seperti pada baris yang lain. Demikian pula
kolom 6 menghasilkan 0 (genap) yang seharusnya 1
(ganjil) seperti pada kolom yang lain. Jika dua error
ini disilangkan maka akan diketahui bahwa error
terjadi pada bit di baris 2 kolom 6.
Koreksi dilakukan dengan menginversi bit 0
menjadi 1 atau 1 menjadi 0 pada posisi bit yang baris
dan kolomnya dinyatakan error.
Sesuai dengan landasan teori pada Bab II,
metode deteksi LRC pengiriman data dilakukan
perblok. Setiap blok terdiri dari 8 byte. Dan setiap
blok memiliki block check character atau karakter
pemerikasa blok yang diletakan pada akhir blok.

Tabel 2 : Pembentukan block check character
4. Pembahasan
4.1 Algoritma Pengiriman Longitudinal
Redundancy Check (LRC)
Perangkat lunak pendeteksian bit error dengan
metode Longitudinal Redudancy Check ada dua
kegiatan yang harus dilakukan pertama pada sisi
pengirim dan kedua pada sisi penerima.
Pada sisi penerima kegiatan yang dilakukan
antara lain:
1. Menginputkan data berupa pesan teks.
2. Pesan teks dikonversikan ke biner yang masing
hasil konversi setiap karakternya di urutkan
secara vertikal.
3. Hasil dari konversi teks ke biner, masing-masing
bit setiap karakter secara horizontal di XOR kan
dan menghasilkan paritas baris dan secara
vertikal di XOR kan dan menghasilkan paritas
kolom.
4. Pesan dikirim.
Untuk lebih jelas algoritma pengiriman
longitudinal redundancy check di aljabarkan sebagai
berikut:
Algoritma Pengiriman Longitudinal Redundancy
Check (LRC)
{Algoritma Pengiriman LRC}
Input:
P ← Karakter Pesan;
Integer i, j, LRC;
Integer xdec;
String xListKonv:
prosedur kon2bin (variant mynum) →
string;
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 82
prosedur lvVRC → string;
prosedur lvLRC → string;
Output:
LRC ← Nilai Kolom Parity XOR;
Proses:
LenP ← P;
For i = 1 To LenP
xdec ←
StrReverse(kon2bin(Asc(Mid(Left(P, i), i,
1))));
If Len(xdec) = 7 Then
xListKonv ← (xdec);
elseif Len(xdec) = 6 Then
xListKonv ← (xdec) & "0";
endif
xString ← Mid$(Left(P, i), i, 1);
xListKonv;
xString;
endfor
prosedur kon2bin (input variant mynum) → string
{konversi pesan ke biner}
Deklarasi
Integer loopcounter;
Deskripsi
if mynum >= 2 ^ 31 Then
kon2bin ← "Bilangan terlalu besar!";
exit function
endif
Do
if (mynum And 2 ^ loopcounter) = 2
^ loopcounter then
kon2bin ← "1" & kon2bin;
else
kon2bin ← "0" & kon2bin;
endif
loopcounter ← loopcounter + 1;
Loop Until 2 ^ loopcounter > mynum;
prosedur lvVRC → string;
{menghitung nilai VRC → dengan di XOR kannya
setiap bit pada xListKonv secara mendatar}
Deklarasi
String a, b, c, d;
String xListKonv;
Deskripsi
for c = 1 to xListKonv - 1
{nilai pada kolom 1 baris 1}
a = xListKonv
{nilai pada kolom 2 baris 1}
b = xListKonv
X = a xor b
for d = 3 to 7
nB = xListKonv(d)
X = X xor nB
xListKonv(8) = X
endfor
endfor
prosedur lvLRC → string;
{menghitung nilai LRC → dengan di XOR kannya
setiap bit pada xListKonv secara menurun}
Deklarasi
String i, s, w, d;
String x0, x1, xLRC;
String xListKonv;
Deskripsi
for i = 1 to 8
for s = 1 to xListKonv – 1
{nilai pada kolom 1 baris 1}
x0 ← xListKonv(i) → Int
{nilai pada kolom 1 baris 2}
x1 ← xListKonv(i) → Int
xLCR = (x0 xor x1)
for w = 3 to xListKonv - 1
xl ← xListKonv(i) → Int
xLCR ← (xLCR xor xl)
endfor
xListKonv(i) ← xLCR
endfor
endfor
4.2 Algoritma Penerimaan Longitudinal
Redundancy Check (LRC)
Untuk algoritma penerimaan pesan akan masuk
dengan hasil setiap karakter telah di konversikan ke
biner dengan di XOR kan setiap bit biner pada
masing-masing karakter
Input:
{Pesan Diterima}
P ← Bit Binery Pesan;
Integer t, s, w;
String x0, x1
String xListKonv;
Output:
{hasil XOR setiap bit secara menurun maka diketahui
nilai ReceivedLRC}
ReceivedLRC ← Nilai Parity XOR
keseluruhan Kolom;
Proses:
For t = 1 To 8
For s = 1 To LV.ListItems.Count - 1
{nilai pada kolom 1 baris 1}
x0 ← xListKonv(i) → Int
{nilai pada kolom 1 baris 2}
x1 ← xListKonv(i) → Int
cLCR = (x0 xor x1)
For w = 3 To xListKonv
xl ← (xListKonv (w). xListKonv
(t)) → Int
cLCR ← (cLCR Xor xl)
endfor
ReceivedLRC = cLCR
endfor
endfor
5. Kesimpulan
Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425
Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 83
Setelah menyelesaikan perangkat lunak deteksi
kesalahan dengan metode LRC, penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam mendeteksi bit error pada transmisi
data, data pesan disaat dikirim akan di
pecahkan kedalam biner yang setiap biner akan
di XOR kan untuk menggambil nilai parity
yang akan disisipkan pada setiap frame pesan
yang dikirim, yang berfungsi sebagai penanda
disaat terjadi error pada salah satu bit pada
karakter.
2. Pada metode Longitudinal Redundancy Check
dalam deteksi kesalahan yang terjadi dilakukan
pada receiver dengan langkah pengecekan
dilakukan dengan menyusun pesan secara
horizontal yang hasil konversi biner nya
disusun secara blok, dengan masing-masing
blok memiliki nilai paritas yang di XOR kan
secara Horizontal dengan menggunakan
paritas XOR yang hasil pengiriman pesan yang
didapat benar atau salah terletak pada hasil
receivedXOR.
3. Di dalam perangkat lunak deteksi dengan
Metode LRC ini memberikan gambaran dalam
mendeteksi kesalahan pada saat pengiriman
frame antar perangkat keras, dan gambaran
bagaimana didalam transmitter tersebut pesan
dikonvert ke biner sebelum sampai kepada
receiver (penerima).
Daftar Pustaka
[1]. http://dir.unikom.ac.id/laporan-kerja-praktek/fak
ultas-sospol/ilmu-pemerintahan/2010.
[2]. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/400/jbptuniko
mpp-gdl-durahmanni-19982-8babiii.pdf
[3]. blog.unsri.ac.id/download5/13092.pdf
[4]. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/400/jbptuniko
mpp-gdl-durahmanni-19982-8-babii.pdf
[5]. William Stalling diterjemahkan Thamir Abdul
Hafedh Al-Hamdany, 2001, Komunikasi Data &
Komputer, Penerbit Andi.
[6]. Jogiyanto HM, 2001, Pengenalan Komputer,
Penerbit Andi, Jogjakarta, Edisi 2.
[7]. Ir. Wijaya Widjanarka, 2006, Teknik Digital,
Penerbit Andi.
[8]. Dony Arius & Rum Andri K.R, 2006, Komunikasi
Data, Penerbit Andi.
[9]. www.ilmukomputer.com
[10]. www.artikata.com

More Related Content

What's hot

Komunikasi data kelompok 5
Komunikasi data kelompok  5Komunikasi data kelompok  5
Komunikasi data kelompok 5Muhammad Syarif
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalSyafrizal
 
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)formatik
 
Konsep Rekayasa Trafik
Konsep Rekayasa TrafikKonsep Rekayasa Trafik
Konsep Rekayasa TrafikSuranto Slamet
 
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wireless
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wirelessMakalah media transmisi jaringan kabel dan wireless
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wirelessDebi Sanita
 
Edo A.G - Rangkaian Aritmatika
Edo A.G - Rangkaian AritmatikaEdo A.G - Rangkaian Aritmatika
Edo A.G - Rangkaian AritmatikaEdo A.G
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
Jenis dan proses interupsi
Jenis dan proses interupsiJenis dan proses interupsi
Jenis dan proses interupsilaurensius08
 
Teori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataTeori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataBanta Cut
 
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)Tri Sugihartono
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Fathan Hakim
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskritSimon Patabang
 
Kuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudoKuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudoarinnana
 

What's hot (20)

Komunikasi data kelompok 5
Komunikasi data kelompok  5Komunikasi data kelompok  5
Komunikasi data kelompok 5
 
Teori Sampling and Hold
Teori Sampling and HoldTeori Sampling and Hold
Teori Sampling and Hold
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)
Pengantar Sistem Berkas (Lanjutan)
 
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal KontinyuBab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
 
Dasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrolDasar sistem kontrol
Dasar sistem kontrol
 
Konsep Rekayasa Trafik
Konsep Rekayasa TrafikKonsep Rekayasa Trafik
Konsep Rekayasa Trafik
 
8 kuantisasi
8 kuantisasi8 kuantisasi
8 kuantisasi
 
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wireless
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wirelessMakalah media transmisi jaringan kabel dan wireless
Makalah media transmisi jaringan kabel dan wireless
 
Edo A.G - Rangkaian Aritmatika
Edo A.G - Rangkaian AritmatikaEdo A.G - Rangkaian Aritmatika
Edo A.G - Rangkaian Aritmatika
 
Interupsi
InterupsiInterupsi
Interupsi
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
Jenis dan proses interupsi
Jenis dan proses interupsiJenis dan proses interupsi
Jenis dan proses interupsi
 
9.kompresi teks
9.kompresi teks9.kompresi teks
9.kompresi teks
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
 
Teori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataTeori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomata
 
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)
Ch 04 (Siklus Instruksi dan Interrupt)
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit
 
Kuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudoKuliah 3-modulasi-amplitudo
Kuliah 3-modulasi-amplitudo
 

Viewers also liked

Paper mkti kelompok 3 final
Paper mkti  kelompok 3 finalPaper mkti  kelompok 3 final
Paper mkti kelompok 3 finalIndah Sari
 
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of Tomorrow
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of TomorrowWhat Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of Tomorrow
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of TomorrowMozu
 
M6health+art+tech2552
M6health+art+tech2552M6health+art+tech2552
M6health+art+tech2552noeiinoii
 
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti Dario Vignali
 
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.Georgios Ath. Kounis
 
Your Brand Voice: Consistency Overload.
Your Brand Voice: Consistency Overload.Your Brand Voice: Consistency Overload.
Your Brand Voice: Consistency Overload.ODEN
 
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...IRIB
 
Daily mcx newsletter 18 dec 2013
Daily mcx newsletter 18 dec 2013Daily mcx newsletter 18 dec 2013
Daily mcx newsletter 18 dec 2013Rakhi Tips Provider
 
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen Enschede
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen EnschedeSymbaloo uitleg Sport en Bewegen Enschede
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen EnschedeMark Ekelhof
 
Conc bio กสพท54
Conc bio กสพท54Conc bio กสพท54
Conc bio กสพท54noeiinoii
 
โครงงานคอมพ วเตอร
โครงงานคอมพ วเตอร โครงงานคอมพ วเตอร
โครงงานคอมพ วเตอร noeiinoii
 
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงาน
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงานการใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงาน
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงานKroekphon Sapywarobon
 
Fiop mha presentations salisbury
Fiop mha presentations salisburyFiop mha presentations salisbury
Fiop mha presentations salisburywaughslide
 

Viewers also liked (17)

Paper mkti kelompok 3 final
Paper mkti  kelompok 3 finalPaper mkti  kelompok 3 final
Paper mkti kelompok 3 final
 
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of Tomorrow
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of TomorrowWhat Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of Tomorrow
What Retailers Must Do Today to Meet the Consumer Expectations of Tomorrow
 
M6health+art+tech2552
M6health+art+tech2552M6health+art+tech2552
M6health+art+tech2552
 
International Newsletter Vol 4 Issue 2 July 2016
International Newsletter Vol 4 Issue 2 July 2016International Newsletter Vol 4 Issue 2 July 2016
International Newsletter Vol 4 Issue 2 July 2016
 
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti
Come creare un blog con wordpress.org e bluehost in 5 minuti
 
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.
DIGEA Αναλογικό Switch-Off. Λύσεις γαι επαγγελματίες, Ξενοδοχεία και IPTV.
 
Profile ctg-company
Profile ctg-companyProfile ctg-company
Profile ctg-company
 
Your Brand Voice: Consistency Overload.
Your Brand Voice: Consistency Overload.Your Brand Voice: Consistency Overload.
Your Brand Voice: Consistency Overload.
 
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...
Registro eletrônico de imóveis e o Sistema Nacional de Gestão de Informações ...
 
Daily mcx newsletter 18 dec 2013
Daily mcx newsletter 18 dec 2013Daily mcx newsletter 18 dec 2013
Daily mcx newsletter 18 dec 2013
 
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen Enschede
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen EnschedeSymbaloo uitleg Sport en Bewegen Enschede
Symbaloo uitleg Sport en Bewegen Enschede
 
Conc bio กสพท54
Conc bio กสพท54Conc bio กสพท54
Conc bio กสพท54
 
We, the people
We, the people We, the people
We, the people
 
Latest Equity News 30-August
Latest Equity News 30-AugustLatest Equity News 30-August
Latest Equity News 30-August
 
โครงงานคอมพ วเตอร
โครงงานคอมพ วเตอร โครงงานคอมพ วเตอร
โครงงานคอมพ วเตอร
 
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงาน
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงานการใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงาน
การใช้เทคโนโลยีสารสนเทศในการนำเสนอผลงาน
 
Fiop mha presentations salisbury
Fiop mha presentations salisburyFiop mha presentations salisbury
Fiop mha presentations salisbury
 

Similar to DETEKSI BIT ERROR

Similar to DETEKSI BIT ERROR (20)

Teknik Komunikasi Data Digital
Teknik Komunikasi Data DigitalTeknik Komunikasi Data Digital
Teknik Komunikasi Data Digital
 
Transmisi Data.ppt
Transmisi Data.pptTransmisi Data.ppt
Transmisi Data.ppt
 
Komunikasi Data Dasar
Komunikasi Data DasarKomunikasi Data Dasar
Komunikasi Data Dasar
 
BAB II.doc
BAB II.docBAB II.doc
BAB II.doc
 
Week 13 Error Correction.pdf
Week 13 Error Correction.pdfWeek 13 Error Correction.pdf
Week 13 Error Correction.pdf
 
PPT KELOMPOK 9
PPT KELOMPOK 9PPT KELOMPOK 9
PPT KELOMPOK 9
 
KELOMPOK 9
KELOMPOK 9KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
 
P6 jarkom
P6 jarkomP6 jarkom
P6 jarkom
 
Minggu ke 10 (pengkodean 1)
Minggu ke 10 (pengkodean 1)Minggu ke 10 (pengkodean 1)
Minggu ke 10 (pengkodean 1)
 
Presentasi Komdat Kelompok 2.pptx
Presentasi Komdat Kelompok 2.pptxPresentasi Komdat Kelompok 2.pptx
Presentasi Komdat Kelompok 2.pptx
 
Data_Link_Layer_10.ppt kimia heheheheheh
Data_Link_Layer_10.ppt kimia hehehehehehData_Link_Layer_10.ppt kimia heheheheheh
Data_Link_Layer_10.ppt kimia heheheheheh
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
ASYNCHRONOUS_DAN_SYNCHRONOUS.pptx
ASYNCHRONOUS_DAN_SYNCHRONOUS.pptxASYNCHRONOUS_DAN_SYNCHRONOUS.pptx
ASYNCHRONOUS_DAN_SYNCHRONOUS.pptx
 
Makalah Sinyal digital dan analog
Makalah Sinyal digital dan analogMakalah Sinyal digital dan analog
Makalah Sinyal digital dan analog
 
Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2Pertemuan ke-2
Pertemuan ke-2
 
P5 jaringan komputer
P5 jaringan komputerP5 jaringan komputer
P5 jaringan komputer
 
P5 jarkom
P5 jarkomP5 jarkom
P5 jarkom
 
Komunikasi asinkronet
Komunikasi asinkronetKomunikasi asinkronet
Komunikasi asinkronet
 
Data link laye rx
Data link laye rxData link laye rx
Data link laye rx
 
Data link layer_adi
Data link layer_adiData link layer_adi
Data link layer_adi
 

More from Rivalri Kristianto Hondro

MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHOD
MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHODMULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHOD
MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHODRivalri Kristianto Hondro
 
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...Rivalri Kristianto Hondro
 
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair Cipher
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair CipherTeknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair Cipher
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair CipherRivalri Kristianto Hondro
 
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...Rivalri Kristianto Hondro
 

More from Rivalri Kristianto Hondro (7)

Kriptografi XOR
Kriptografi XORKriptografi XOR
Kriptografi XOR
 
Introduction to python
Introduction to pythonIntroduction to python
Introduction to python
 
MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHOD
MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHODMULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHOD
MULTI-OBJECTIVE OPTIMIZATION ON THE BASIS OF RATIO ANALYSIS (MOORA) METHOD
 
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI SMS DENGAN ALGORITMA ZIG ZAG CIPHER PADA MOBIL...
 
TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER
TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHERTEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER
TEKNIK ENKRIPSI DAN DEKRIPSI HILL CIPHER
 
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair Cipher
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair CipherTeknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair Cipher
Teknik Enkripsi dan Dekripsi Playfair Cipher
 
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM YANG MENERAPKAN ALGORITMA TRIANGLE CHAIN CIPH...
 

Recently uploaded

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 

Recently uploaded (12)

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 

DETEKSI BIT ERROR

  • 1. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 77 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK DETEKSI BIT ERROR DENGAN IMPLEMENTASI LONGITUDINAL REDUNDANCY CHECK (LRC) PADA TRANSMISI DATA Rivalri Kristianto Hondro Dosen Tetap STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpang Limun Medan www.stmik-budidarma.ac.id//Email: rival_hondro@gmail.com Abstrak Saluran komunikasi secara fisik menghubungkan dua mesin secara konseptual bekerja seperti halnya kabel. Dalam mengecek atau memeriksa kebenaran suatu data informasi yang ditransfer dalam komputer, diperlukan suatu tanda. Tanda yang dimaksud adalah tanda untuk pengecekan yang disebut parity. Parity adalah suatu bit yang ditambahkan pada data yang berfungsi sebagai pengecekan untuk mendeteksi bit yang error. Untuk memeriksa kesalahan ini digunakannya metode parity LRC (Longitudinal redundancy Check) yaitu pengiriman data yang di lakukan secara per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte dan setiap blok memiliki block check character (BCC) atau karakter pemeriksa blok yang diletakan pada akhir blok Metode sederhan dengan sistem interaktif operator memasukan data melalui terminal dan mengirimkan ke komputer akan menampilkan kembali ke terminal, sehingga dapat memeriksa apakah data yang dikirimkan dengan benar. Error Otomatis / Parity Check Penambahan parity bit untuk akhir masing-masing kata dalam frame. Tetapi problem dari parity bit adalah inplus noise yang cukup panjang merusak lebih dari satu bit, pada rate yang yang tinggi. Kata kunci: Bit Error, Transmisi Data, LRC 1. Pendahuluan Kesalahan adalah proses alami yang dapat terjadi pada setiap bagian dari sistem komunikasi data. Salah satu yang penting adalah tercapainya pengiriman data dengan benar perlu dilakukan pengecekan data, apakah data yang diterima sudah benar dengan data yang dikirim. Saluran komunikasi secara fisik menghubungkan dua mesin secara konseptual bekerja seperti halnya kabel. Dalam mengecek atau memeriksa kebenaran suatu data informasi yang ditransfer dalam komputer, diperlukan suatu tanda. Tanda yang dimaksud adalah tanda untuk pengecekan yang disebut parity. Parity adalah suatu bit yang ditambahkan pada data yang berfungsi sebagai pengecekan untuk mendeteksi bit yang error. Pengecekan kesalahan dengan bit parity terbagai dua bentuk yaitu parity karakter dan parity blok. Pada bentuk parity karakter, sebuah bit ditambahkan pada setiap karakter dalam data, sedangkan parity blok, dengan membagi pesan menjadi sejumlah blok, agar tiap blok dapat diketahui kesalahanya. Jika terjadi kesalahan dalam suatu pengiriman, maka bit yang diterima menjadi tidak sesuai dengan pengirimnya. Misalnya pengiriman berjumlah bitnya genap, tetapi disaat ditransfer bitnya berjumlah ganjil tiap bloknya. Untuk memeriksa kesalahan ini digunakannya metode parity LRC (Longitudinal redundancy Check) yaitu pengiriman data yang di lakukan secara per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte dan setiap blok memiliki block check character (BCC) atau karakter pemeriksa blok yang diletakan pada akhir blok. 2. Landasan Teori 2.1 Metode Deteksi Error Metode deteksi error (error detection) dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. Echo Metode sederhan dengan sistem interaktif operator memasukan data melalui terminal dan mengirimkan ke komputer akan menampilkan kembali ke terminal, sehingga dapat memeriksa apakah data yang dikirimkan dengan benar. 2. Error Otomatis / Parity Check Penambahan parity bit untuk akhir masing- masing kata dalam frame. Tetapi problem dari parity bit adalah inplus noise yang cukup panjang merusak lebih dari satu bit, pada rate yang yang tinggi. 2.1.1 Jenis Parity Check Pada suatu sekema bahwa transmitter memberikan bit tambahan (parity bit) untuk setiap karakter data informasi yang ditransmisi. Dua jenis paritas ini adalah:
  • 2. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 78 a. Even parity (paritas genap), digunakan tranmisi asynchronous. Bit parity ditambahkan supaya banyaknya ‘0’ untuk tiap karakter adalah genap. b. Odd parity (paritas ganjil), digunakan untuk transmisi synchronous. Bit parity ditambahkan supaya banyaknya ‘1’ untuk tiap karakter adalah ganjil. 2.1.2 Vertical Redundancy Check Pada metode ini, dalam satu byte terdapat satu bit parity. Yang diletakkan setelah bit ketujuh dan menjadi bit ke delapan. Seperti karakter 10101000 akan menjadi 110101000 atau 010101000. Bit paritas yang digunakan supaya cacah 1 pada setiap karakter berjumlah ganjil atau bertambah genap, yang berjumlah ganjil disebut dengan nama paritas ganjil (odd parity), dan yang berjumlah genap disebut dengan nama paritas genap (even parity). Nilai dari bit tergantung dari jumlah ganjil atau genapnya jumlah bit satu dalam tiap byte. Aturan yang berlaku pada odd parity adalah bahwa jumlah bit satu dalam setiap byte harus ganjil. Program yang dibuat akan selalu melakukan pengecekan terhadap parity bit dari setiap karakter yang dikirim. Bila jumlah bit satu dari tujuh bit pertama adalah genap, maka bit paritas diubah menjadi 1 dan sebaliknya bila jumlah bit satu dari tujuh bit pertama adalah ganjil maka bit paritas diubah menjadi 0. Sedangkan pada even bit parity berlaku, yaitu bahwa jumlah bit satu dalam setiap byte harus genap. Sebagai contoh, jika huruf “M” disusun dalam kode biner adalah “1001101” dimana 7 bit pertama jumlah bit satunya adalah genap maka parity bit diubah menjadi 0 seperti pada contoh gambar berikut[1]: Gambar 1 : Contoh Karakter ‘M’ dengan even parity Salah satu kelemahan dalam bit paritas Vertical Redundancy Check ini adalah sulitnya melakukan deteksi terhadap kesalahan jika jumlah bit error adalah genap. Jika terjadi kesalahan dalam suatu pengiriman, maka bit yang diterima menjadi tidak sesuai dengan pengiriman. Misalnya diawal pengiriman berjumlah genap, tetapi tiba-tiba berjumlah ganjil. Berarti ada gangguan transmisi. Tetapi ada 2 atau 4 bit yang salah, menyulitkan pendeteksian error karena jumlah ganjil genapnya bit sama dengan jumlah ganjil genap bit sebelumnya[2]. 2.1.3 Longitudinal Redundancy Check LRC (Longitudinal Redundancy Check) ini memperbaiki kekurangan yang terjadi pada VRC (Vertical Redundancy Check). Pengiriman data dilakukan per blok. Setiap blok terdiri dari 8 byte. Dan setiap blok memiliki block check character (BCC) atau karakter pemeriksa blok yang diletakkan pada akhir blok. Block check character ini memuat 7 parity bit dari bit sebelumnya. Sedangkan untuk mengubah nilai ketujuh dari bit ini adalah degnan melihat jumlah bit 1 dari seluruh isi byte secara vertical[3]. Tabel 1 : Contoh Pembentukan Block Check Character Pada Tabel 1 terlihat bagaimana block check character dibentuk. Pada nomor bit ke satu, jumlah angka 1 pada karakter 7 (ganjil) maka block check character untuk bit kesatu adalah 1. Demikian juga untuk nomor bit ke dua, jumlah angka 1 pada karakter adalah 5 (ganjil) maka block check character untuk bit ke dua adalah 1. Seperti halnya juga untuk bit nol dan tiga, jumlah 1 didalam karakter terdapat dengan jumlah ganjil, maka untuk block check character nya adalah 1. Pada nomor bit ke empat, jumlah angka 1 pada karakter 0 (genap) maka block check character untuk bit ke empat adalah 0. Demikian juga untuk bit ke lima, jumlah angka 1 pada karakter 2 (genap) maka block check character untuk bit ke lima adalah 0. Seperti halnya juga untuk bit ke enam dan tujuh, jumlah 1 didalam karakter, masing-masing memiliki jumlah genap, maka untuk block check character nya adalah 0. Pada sisi penerima, setiap kolom dan setiap baris diperiksa. Lokasi kesalahan tunggal dapat ditemukan dengan melakukan interseksi pada kolom dan baris yang mengandung kesalahan. Telecom standar ISO 1155 menyatakan bahwa redundansi longitudinal yang memeriksa urutan byte dapat dihitung dalam perangkat lunak dengan algoritma berikut: Set LRC = 0 For each byte b in the buffer do
  • 3. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 79 Set LRC = (LRC + b) AND 0xFF end do Set LRC = (((LRC XOR 0xFF) + 1) AND 0xFF) yang dapat dinyatakan sebagai "nilai 8-bit two's- komplemen dari jumlah semua byte modulo 28 ."[3] 2.2. Teknik Mendeteksi Error Teknik deteksi error menggunakan error detecting code, yaitu tambahan bit yang ditambahkan oleh transmitter. Dihitung sebagai suatu fungsi dari transmisi bit-bit lain. Pada receiver dilakukan perhitungan yang sama dan membandingkan kedua hasil tersebut, dan bila tidak cocok maka berarti terjadi deteksi error. Apabila sebuah frame ditransmisikan ada 3 kemungkinan klas yang dapat didefenisikan pada penerima, yaitu: 1. Klas 1 (P1) : Sebuah frame datang dengan tidak ada bit error (jadi tidak berarti dalam mendeteksi error, karen tidak ada error) 2. Klas 2 (P2) : Sebuah frame datang dengan 1 atau lebih bit error yang tidak terdeteksi. 3. Klas 3 (P3) : Sebuah frame datang dengan 1 atau lebih bit error yang terdeteksi dan tidak ada bit error yang tidak terdeteksi. (Tidak berarti juga, semua error sudah terdeteksi). Ada dua pendekatan untuk deteksi kesalahan: 1. Forward Error Control Yaitu setiap karakter yang ditransmisikan atau frame berisi informasi tambahan (redundant) sehingga bila penerima tidak hanya dapat mendeteksi dimana error terjadi, tetapi juga menjelaskan dimana aliran bit yang diterima error. 2. Feedback (backward) Error Control Yaitu setiap karakter atau frame memiliki informasi yang cukup untuk memperbolehkan penerima mendeteksi bila menemukan kesalahan tetapi tidak lokasinya. Sebuah tranmisi control digunakan untuk meminta pengiriman ulang, menyalin informasi yangk dikirimkan. Feedback error control dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1.Teknik yang digunakan untuk deteksi kesalahan 2.Algoritma control yang telah disediakan untuk mengontrol tranmisi ulang.[4] 2.2.1 Menggunakan Paritas XOR Pada paritas genap ini mengunakan paritas XOR pada Longitudinal Redundancy Check (LRC) dapat dilihat seperti pada gambar 2 di bawah ini[4]: Gambar 2 : Contoh Penggunaan paritas XOR 2.2.2 Frame Check Dipakai pada transmisi asinkron dengan adanya bit awal dan akhir. Data berada diantara bit awal dan bit akhir. Dengan memeriksa kedua bit ini dapat diketahui apakah data dapat diterima dengan baik atau tidak. Transmisi asinkron mempunyai bentuk bingkai sesuai dengan ketentuan yang dipergunakan. Pendekatan umum yang digunakan adalah data link layer memecah aliran bit menjadi frame-frame diskrit dan menghitung checksum setiap framenya. Ketika sebuah frame tiba di tujuan, checksum dihitung kembali. Bila hasil perhitungan ulang checksum tersebut berbeda dengan yang terdapat pada frame, maka data link layer akan mengetahui bahwa telah terjadi error dan segera akan mengambil langkah tertentu sehubungan dengan adanya error tersebut (misalnya, membuang frame yang buruk dan mengirimkan kembali laporan error). 3. Analisa 3.1 Analisa Pengiriman Data Secara umum pengiriman data atau pesan merupakan bagian dari telekomunikasi yang secara khusus berkaitan dengan transmisi atau pemindahan data dan informasi diantara komputer-komputer dan alat komunikasi lain dalam bentuk digital yang dikirim melalui media komunikasi data. Data berarti informasi yang telah di ubah kebentuk digital. Komponen dari komunikasi data terdiri dari pengirim (sender) adalah piranti yang mengirim data, penerima (receiver) adalah piranti yang menerima data, Data adalah informasi yang akan dipindahkan, Media pengiriman atau penghantar adalah media atau saluran yang digunakan untuk mengirim data, Protokol adalah aturan-aturan yang berfungsi untuk menyelaraskan hubungan berkomunikasi. Gambar 3 : Komunikasi Data
  • 4. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 80 3.2 Analisa Deteksi Bit Error Dari Analisa bit error yang telah ditulis sebelumnya dengan kode deteksi error kesalahan pemindahan data dapat di deteksi benar salahnya data dengan menggunakan metode deteksi error. Sebagai Contoh kita akan mengirimkan data 4 bit 1001 dengan sederhana dengan bit paritas berikut di sebelah kanan, dan dengan ^ melambangkan sebuah gerbang XOR: 1. Paritas Genap (Even Parity) Dengan pentransmisian data benar (true): A ingin mengirimkan: 1001 A menghitung nilai bit parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 = 0 A menambahkan bit paritas dan mengirimkan: 10010 B menerima: 10010 B menghitung paritas: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 ^ 0 = 0 B laporan transmisi yang benar setelah mengamati hasil genap. Dengan pentransmisi data salah (false): A ingin mengirimkan: 1001 A menghitung nilai bit parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 = 0 A menambahkan bit paritas dan mengirimkan: 10010 (TRANSMISI ERROR) B menerima: 11010 B menghitung keseluruhan parity: 1 ^ 1 ^ 0 ^ 1 ^ 0 = 1 B transmisi laporan yang tidak benar setelah mengamati hasil ganjil yang tak terduga. B paritas dihitung nilai (1) tidak cocok dengan bit paritas (0) nilai yang diterima, menunjukkan kesalahan bit. 2. Paritas Ganjil (Odd Parity) Dengan pentransmisian data benar (true): A ingin mengirimkan: 1001 A menghitung nilai bit paritas: ~ (1 ^ 0 ^ 0 ^ 1) = 1 A menambahkan bit paritas dan mengirimkan: 10011 B menerima: 10011 B menghitung keseluruhan parity: 1 ^ 0 ^ 0 ^ 1 ^ 1 = 1 B laporan transmisi benar setelah mengamati hasil ganjil. Dengan pentransmisi data salah (false): A ingin mengirimkan: 1001 A menghitung nilai bit parity: ~ (1 ^ 0 ^ 0 ^ 1) = 1 A menambahkan bit paritas dan mengirimkan: 10011 (TRANSMISI ERROR) B menerima: 11011 B menghitung keseluruhan parity: 1 ^ 1 ^ 0 ^ 1 ^ 1 = 0 B transmisi laporan yang tidak benar setelah mengamati hasil ganjil yang tak terduga. B paritas dihitung nilai (0) tidak cocok dengan bit paritas (1) nilai yang diterima, menunjukkan kesalahan bit. 3.3 Bit Parity Check Metode parity bit adalah untuk mendeteksi bit error dengan asynchronous dan transmisi synchronous yang berorientasi karakter. Pada suatu skema bahwa transmitter memberikan bit tambahan (parity bit) untuk setiap karakter pokok yang ditransmisi. Dua jenis paritas ini yaitu: 1. Paritas Genap (Event Parity): Penghitungan paritas genap secara garis besar adalah menghitung banyaknya bit 1 yang terdapat di dalam steram data dan apabila jumlah ganjil, maka bita paritas yang digunakan adalah bit 1. Sehingga dengan demikian jumlah total bit 1 di dalam data menjadi genap. 2. Paritas Ganjil (Odd Parity): pengecekkan paritas ganjil memiliki mekanisme yang berlawanan dengan paritas genap dimana jumlah total bit 1 di dalam stream data harus ganjil. Kedua skema paritas ini, baik paritas genap maupun ganjil, apabila salah satu bit didalam stream data mengalami perubahan, dari 0 ke 1 atau sebaliknya, maka hasil perhitungan paritas penerima tidak akan sama dengan bit paritas yang diberikan pengirim. 3.4 Analisa Longitudinal Redudancy Check (LRC) Teknik LRC ini biasa dikatakan merupakan pengembangan teknik parity check. Pada LRC, data (payload) atau data yang hendak ditransmisikan disusun menjadi sejumlah baris yang ditentukan (blok), kemudian dilakukan perhitungan bit paritas untuk setiap baris dan setiap kolom. Bit paritas baris ditaruh di unjung kanan, sedang bit paritas kolom diletakkan dibagian bawah. Sedangkan urutan transmisi dimulai dari kolom paling kiri kearah bawah. Gambar 4 : Gambaran Longitudinal Redudancy Check Untuk melakukan perhitungan LRC, ditambahkan karakter tambahan (bukan satu bit) di bagian kiri dan bagian bawah blok: 1. Block Check Character (BCC) pada tiap blok data. Tiap bit BCC merupakan pariti dari semua bit dari blok yang mempunyai nomor bit yang sama. Jadi bit 1 dari BCC merupakan
  • 5. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 81 pariti genap dari semua bit 1 karakter yang ada pada blok tersebut, dan seterusnya. 2. Ditentukan seperti parity, tetapi menghitung secara longitudinal pada pesan (dan juga secara vertikal). 3. Kalkulasi berdasarkan pada bit ke-1, ke-2 dst (dari semua karakter) pada blok menggunakan operator XOR (paritas genap) atau ~XOR (paritas ganjil). 4. Bit ke-1 dari BCC ß jumlah 1 pada bit ke-1 dari karakter 5. Bit ke-2 dari BCC ß jumlah 1 pada bit ke-2 dari karakter a. 98% laju deteksi error untuk burst errors ( > 10 bit) b. Mampu mengoreksi error sebuah bit c. Mampu mengoreksi error sebuah drive yang rusak (dalam RAID) 6. Perbaikan signifikan dibandingkat parity checking Contoh: Akan dilakukan pentransmisian string “DATA” dengan teknik LRC paritas ganjil. Data tersebut diubah menjadi sebuah blok yang terbagi menjadi empat baris. Masing-masing karakter direpresentasikan dengan biner kemudian dihitung paritasnya baik secara longitudinal maupun horizontal. Gambar 5 : Pengiriman Data Ternyata blok yang diterima oleh penerima seperti pada gambar 6 dibawah ini. Gambar 6 : Pengiriman Data Perhitungan paritas pada sisi penerima, untuk baris 2 menghasilkan 0 (genap) yang seharusnya 1 (ganjil) seperti pada baris yang lain. Demikian pula kolom 6 menghasilkan 0 (genap) yang seharusnya 1 (ganjil) seperti pada kolom yang lain. Jika dua error ini disilangkan maka akan diketahui bahwa error terjadi pada bit di baris 2 kolom 6. Koreksi dilakukan dengan menginversi bit 0 menjadi 1 atau 1 menjadi 0 pada posisi bit yang baris dan kolomnya dinyatakan error. Sesuai dengan landasan teori pada Bab II, metode deteksi LRC pengiriman data dilakukan perblok. Setiap blok terdiri dari 8 byte. Dan setiap blok memiliki block check character atau karakter pemerikasa blok yang diletakan pada akhir blok. Tabel 2 : Pembentukan block check character 4. Pembahasan 4.1 Algoritma Pengiriman Longitudinal Redundancy Check (LRC) Perangkat lunak pendeteksian bit error dengan metode Longitudinal Redudancy Check ada dua kegiatan yang harus dilakukan pertama pada sisi pengirim dan kedua pada sisi penerima. Pada sisi penerima kegiatan yang dilakukan antara lain: 1. Menginputkan data berupa pesan teks. 2. Pesan teks dikonversikan ke biner yang masing hasil konversi setiap karakternya di urutkan secara vertikal. 3. Hasil dari konversi teks ke biner, masing-masing bit setiap karakter secara horizontal di XOR kan dan menghasilkan paritas baris dan secara vertikal di XOR kan dan menghasilkan paritas kolom. 4. Pesan dikirim. Untuk lebih jelas algoritma pengiriman longitudinal redundancy check di aljabarkan sebagai berikut: Algoritma Pengiriman Longitudinal Redundancy Check (LRC) {Algoritma Pengiriman LRC} Input: P ← Karakter Pesan; Integer i, j, LRC; Integer xdec; String xListKonv: prosedur kon2bin (variant mynum) → string;
  • 6. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 82 prosedur lvVRC → string; prosedur lvLRC → string; Output: LRC ← Nilai Kolom Parity XOR; Proses: LenP ← P; For i = 1 To LenP xdec ← StrReverse(kon2bin(Asc(Mid(Left(P, i), i, 1)))); If Len(xdec) = 7 Then xListKonv ← (xdec); elseif Len(xdec) = 6 Then xListKonv ← (xdec) & "0"; endif xString ← Mid$(Left(P, i), i, 1); xListKonv; xString; endfor prosedur kon2bin (input variant mynum) → string {konversi pesan ke biner} Deklarasi Integer loopcounter; Deskripsi if mynum >= 2 ^ 31 Then kon2bin ← "Bilangan terlalu besar!"; exit function endif Do if (mynum And 2 ^ loopcounter) = 2 ^ loopcounter then kon2bin ← "1" & kon2bin; else kon2bin ← "0" & kon2bin; endif loopcounter ← loopcounter + 1; Loop Until 2 ^ loopcounter > mynum; prosedur lvVRC → string; {menghitung nilai VRC → dengan di XOR kannya setiap bit pada xListKonv secara mendatar} Deklarasi String a, b, c, d; String xListKonv; Deskripsi for c = 1 to xListKonv - 1 {nilai pada kolom 1 baris 1} a = xListKonv {nilai pada kolom 2 baris 1} b = xListKonv X = a xor b for d = 3 to 7 nB = xListKonv(d) X = X xor nB xListKonv(8) = X endfor endfor prosedur lvLRC → string; {menghitung nilai LRC → dengan di XOR kannya setiap bit pada xListKonv secara menurun} Deklarasi String i, s, w, d; String x0, x1, xLRC; String xListKonv; Deskripsi for i = 1 to 8 for s = 1 to xListKonv – 1 {nilai pada kolom 1 baris 1} x0 ← xListKonv(i) → Int {nilai pada kolom 1 baris 2} x1 ← xListKonv(i) → Int xLCR = (x0 xor x1) for w = 3 to xListKonv - 1 xl ← xListKonv(i) → Int xLCR ← (xLCR xor xl) endfor xListKonv(i) ← xLCR endfor endfor 4.2 Algoritma Penerimaan Longitudinal Redundancy Check (LRC) Untuk algoritma penerimaan pesan akan masuk dengan hasil setiap karakter telah di konversikan ke biner dengan di XOR kan setiap bit biner pada masing-masing karakter Input: {Pesan Diterima} P ← Bit Binery Pesan; Integer t, s, w; String x0, x1 String xListKonv; Output: {hasil XOR setiap bit secara menurun maka diketahui nilai ReceivedLRC} ReceivedLRC ← Nilai Parity XOR keseluruhan Kolom; Proses: For t = 1 To 8 For s = 1 To LV.ListItems.Count - 1 {nilai pada kolom 1 baris 1} x0 ← xListKonv(i) → Int {nilai pada kolom 1 baris 2} x1 ← xListKonv(i) → Int cLCR = (x0 xor x1) For w = 3 To xListKonv xl ← (xListKonv (w). xListKonv (t)) → Int cLCR ← (cLCR Xor xl) endfor ReceivedLRC = cLCR endfor endfor 5. Kesimpulan
  • 7. Pelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IPelita Informatika Budi Darma, Volume IIIIIIIII,,,, MaretMaretMaretMaret 2012012012013333 ISSN :ISSN :ISSN :ISSN : 2301230123012301----9425942594259425 Diterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIKDiterbitkan Oleh : STMIK Budi DarmaBudi DarmaBudi DarmaBudi Darma MedanMedanMedanMedan 83 Setelah menyelesaikan perangkat lunak deteksi kesalahan dengan metode LRC, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam mendeteksi bit error pada transmisi data, data pesan disaat dikirim akan di pecahkan kedalam biner yang setiap biner akan di XOR kan untuk menggambil nilai parity yang akan disisipkan pada setiap frame pesan yang dikirim, yang berfungsi sebagai penanda disaat terjadi error pada salah satu bit pada karakter. 2. Pada metode Longitudinal Redundancy Check dalam deteksi kesalahan yang terjadi dilakukan pada receiver dengan langkah pengecekan dilakukan dengan menyusun pesan secara horizontal yang hasil konversi biner nya disusun secara blok, dengan masing-masing blok memiliki nilai paritas yang di XOR kan secara Horizontal dengan menggunakan paritas XOR yang hasil pengiriman pesan yang didapat benar atau salah terletak pada hasil receivedXOR. 3. Di dalam perangkat lunak deteksi dengan Metode LRC ini memberikan gambaran dalam mendeteksi kesalahan pada saat pengiriman frame antar perangkat keras, dan gambaran bagaimana didalam transmitter tersebut pesan dikonvert ke biner sebelum sampai kepada receiver (penerima). Daftar Pustaka [1]. http://dir.unikom.ac.id/laporan-kerja-praktek/fak ultas-sospol/ilmu-pemerintahan/2010. [2]. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/400/jbptuniko mpp-gdl-durahmanni-19982-8babiii.pdf [3]. blog.unsri.ac.id/download5/13092.pdf [4]. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/400/jbptuniko mpp-gdl-durahmanni-19982-8-babii.pdf [5]. William Stalling diterjemahkan Thamir Abdul Hafedh Al-Hamdany, 2001, Komunikasi Data & Komputer, Penerbit Andi. [6]. Jogiyanto HM, 2001, Pengenalan Komputer, Penerbit Andi, Jogjakarta, Edisi 2. [7]. Ir. Wijaya Widjanarka, 2006, Teknik Digital, Penerbit Andi. [8]. Dony Arius & Rum Andri K.R, 2006, Komunikasi Data, Penerbit Andi. [9]. www.ilmukomputer.com [10]. www.artikata.com