Studi mengestimasi biomassa dan karbon di dua lokasi pengelolaan hutan oleh masyarakat. Pengukuran biomassa dilakukan dengan menggunakan persamaan Brown untuk hutan alami dan destruktif sampling untuk agroforestri. Hasilnya menunjukkan kandungan karbon tertinggi di hutan alam dan menurun untuk hutan rakyat, belukar hutan, belukar, dan agroforestri.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Dokumen tersebut membahas empat jenis fungsi ekosistem, yaitu fungsi penyediaan, pengaturan, budaya, dan pendukung. Fungsi penyediaan meliputi pangan, air, serat, bahan bakar, dan sumberdaya genetik. Fungsi pengaturan mencakup iklim, air, bencana, air bersih, limbah, udara, penyerbukan, dan pengendalian hama. Fungsi budaya terkait tempat tinggal, rekreasi, dan estetika. Fungs
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas tentang kimia tanah, termasuk tentang mineral liat, koloid tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB). Juga membahas tentang unsur hara esensial yang diperlukan tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kaliumn beserta sumber dan fungsinya.
Buku ini membahas tentang karakteristik dan pengelolaan lahan rawa di Indonesia. Lahan rawa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan pengaruh air pasang surut, yaitu zona rawa pasang surut air asin, zona rawa pasang surut air tawar, dan zona rawa lebak. Dijelaskan pula jenis-jenis lahan rawa seperti swamp, marsh, bog, dan fed beserta ciri khasnya.
Dokumen tersebut membahas empat jenis fungsi ekosistem, yaitu fungsi penyediaan, pengaturan, budaya, dan pendukung. Fungsi penyediaan meliputi pangan, air, serat, bahan bakar, dan sumberdaya genetik. Fungsi pengaturan mencakup iklim, air, bencana, air bersih, limbah, udara, penyerbukan, dan pengendalian hama. Fungsi budaya terkait tempat tinggal, rekreasi, dan estetika. Fungs
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas tentang kimia tanah, termasuk tentang mineral liat, koloid tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB). Juga membahas tentang unsur hara esensial yang diperlukan tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kaliumn beserta sumber dan fungsinya.
Konservasi adalah upaya untuk melestarikan alam dan sumber daya alam melalui pengelolaan yang berkelanjutan, mencakup efisiensi penggunaan energi, perlindungan habitat, dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Pembuatan peta kerja meliputi pembuatan peta dasar dan Satuan Penggunaan Lahan (SPL) dengan melakukan overlay peta landform, penggunaan lahan, dan kelerengan. Peta dasar didigitasi dan ditumpuk menjadi satu peta SPL menggunakan program ArcView untuk membentuk unit terkecil dalam survei tanah beserta penetapan titik pengamatan.
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHNur Hilaliyah
Dokumen tersebut membahas analisis aspek fisik dan lingkungan di Kabupaten Sukoharjo, termasuk geologi, kelayakan lahan, sumber daya alam, dan penentuan fungsi kawasan berdasarkan jenis tanah, kemiringan lereng, dan intensitas curah hujan. [/ringkuman]"
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
Dokumen tersebut membahas tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), yang meliputi monitoring debit air, sedimentasi, dan kualitas air guna mengetahui perkembangan tata air DAS. Dokumen ini juga menjelaskan kriteria dan indikator untuk menilai kinerja pengelolaan DAS dalam aspek tata air, sedimen, dan kualitas air.
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Morfologi Kota Jakarta berkembang dari kota pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ibu kota kolonial Batavia dengan pola jalan grid dan kanal, kemudian mengalami ekspansi dengan dibangunnya Koningsplein. Pada masa Orde Baru, Ali Sadikin membangun infrastruktur untuk mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.
Badan air dan siklus hidrologi memberikan penjelasan singkat tentang berbagai jenis badan air seperti sungai, danau, laut, dan samudra serta proses siklus hidrologi yang terjadi di bumi dimana air berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya melalui proses evapotranspirasi, kondensasi, dan presipitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan sumber daya air di Indonesia, termasuk banjir, kelangkaan air, dan penurunan kualitas air. Dokumen tersebut menjelaskan sebab-akibat permasalahan tersebut dan solusi-solusi untuk mengatasinya seperti pengelolaan daerah aliran sungai, konservasi, dan kesadaran masyarakat.
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
Dokumen tersebut membahas metode untuk memprediksi laju erosi tanah, khususnya menggunakan model Universal Soil Loss Equation (USLE). Model USLE memprediksi laju erosi berdasarkan faktor erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, penutup lahan, dan tindakan konservasi tanah. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menentukan nilai masing-masing faktor dan mengklasifikasikan tingkat b
Makalah ini membahas pengelolaan hutan berbasis ekosistem sebagai pendekatan baru untuk pengelolaan hutan Indonesia yang berkelanjutan. Secara sistematis direview konsep kelestarian hutan, evolusi pendekatan kelestarian, dan transisi tutupan hutan seiring pembangunan. Ditinjau pula pencapaian kelestarian hasil kayu Indonesia dan tantangan pengelolaan hutan tropis. Diskusi ini diharapkan memberi masukan untuk kebijakan pengelolaan hutan Indonesia.
Praktikum ini menguji pengaruh allelopati dari dua jenis tanaman, yaitu alang-alang dan orok-orok, terhadap perkecambahan biji jagung dan kacang tolo. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak allelopati 40% dan 60% dari kedua tanaman hambat perkecambahan biji jagung, sedangkan tidak berpengaruh pada perkecambahan biji kacang tolo.
1. Dokumen tersebut membahas tentang matriks dan determinan.
2. Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas baris dan kolom.
3. Determinan merupakan nilai karakteristik untuk setiap matriks bujur sangkar.
Konservasi adalah upaya untuk melestarikan alam dan sumber daya alam melalui pengelolaan yang berkelanjutan, mencakup efisiensi penggunaan energi, perlindungan habitat, dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Pembuatan peta kerja meliputi pembuatan peta dasar dan Satuan Penggunaan Lahan (SPL) dengan melakukan overlay peta landform, penggunaan lahan, dan kelerengan. Peta dasar didigitasi dan ditumpuk menjadi satu peta SPL menggunakan program ArcView untuk membentuk unit terkecil dalam survei tanah beserta penetapan titik pengamatan.
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAHNur Hilaliyah
Dokumen tersebut membahas analisis aspek fisik dan lingkungan di Kabupaten Sukoharjo, termasuk geologi, kelayakan lahan, sumber daya alam, dan penentuan fungsi kawasan berdasarkan jenis tanah, kemiringan lereng, dan intensitas curah hujan. [/ringkuman]"
9.monitoring dan evaluasi kinerja das dan tata airZaidil Firza
Dokumen tersebut membahas tentang monitoring dan evaluasi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), yang meliputi monitoring debit air, sedimentasi, dan kualitas air guna mengetahui perkembangan tata air DAS. Dokumen ini juga menjelaskan kriteria dan indikator untuk menilai kinerja pengelolaan DAS dalam aspek tata air, sedimen, dan kualitas air.
Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
Morfologi Kota Jakarta berkembang dari kota pelabuhan Sunda Kelapa menjadi ibu kota kolonial Batavia dengan pola jalan grid dan kanal, kemudian mengalami ekspansi dengan dibangunnya Koningsplein. Pada masa Orde Baru, Ali Sadikin membangun infrastruktur untuk mengembangkan Jakarta menjadi kota modern.
Badan air dan siklus hidrologi memberikan penjelasan singkat tentang berbagai jenis badan air seperti sungai, danau, laut, dan samudra serta proses siklus hidrologi yang terjadi di bumi dimana air berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya melalui proses evapotranspirasi, kondensasi, dan presipitasi.
Dokumen tersebut membahas tentang permasalahan sumber daya air di Indonesia, termasuk banjir, kelangkaan air, dan penurunan kualitas air. Dokumen tersebut menjelaskan sebab-akibat permasalahan tersebut dan solusi-solusi untuk mengatasinya seperti pengelolaan daerah aliran sungai, konservasi, dan kesadaran masyarakat.
Menetukan Laju Erosi oleh Karina Dwidha P. ( A1H009043 )Helmas Tanjung
Dokumen tersebut membahas metode untuk memprediksi laju erosi tanah, khususnya menggunakan model Universal Soil Loss Equation (USLE). Model USLE memprediksi laju erosi berdasarkan faktor erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, penutup lahan, dan tindakan konservasi tanah. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menentukan nilai masing-masing faktor dan mengklasifikasikan tingkat b
Makalah ini membahas pengelolaan hutan berbasis ekosistem sebagai pendekatan baru untuk pengelolaan hutan Indonesia yang berkelanjutan. Secara sistematis direview konsep kelestarian hutan, evolusi pendekatan kelestarian, dan transisi tutupan hutan seiring pembangunan. Ditinjau pula pencapaian kelestarian hasil kayu Indonesia dan tantangan pengelolaan hutan tropis. Diskusi ini diharapkan memberi masukan untuk kebijakan pengelolaan hutan Indonesia.
Praktikum ini menguji pengaruh allelopati dari dua jenis tanaman, yaitu alang-alang dan orok-orok, terhadap perkecambahan biji jagung dan kacang tolo. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak allelopati 40% dan 60% dari kedua tanaman hambat perkecambahan biji jagung, sedangkan tidak berpengaruh pada perkecambahan biji kacang tolo.
1. Dokumen tersebut membahas tentang matriks dan determinan.
2. Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas baris dan kolom.
3. Determinan merupakan nilai karakteristik untuk setiap matriks bujur sangkar.
Suku Dayak merupakan kelompok etnis terbesar di Kalimantan. Terdiri dari enam suku besar yang mendiami pedalaman pulau dan hidup berladang. Mereka memiliki tradisi yang khas seperti rumah panjang, tato, dan upacara adat. Sistem kepercayaan mereka didasarkan pada roh-roh alam dan upacara keagamaan yang berkaitan dengan alam.
10 Insightful Quotes On Designing A Better Customer ExperienceYuan Wang
In an ever-changing landscape of one digital disruption after another, companies and organisations are looking for new ways to understand their target markets and engage them better. Increasingly they invest in user experience (UX) and customer experience design (CX) capabilities by working with a specialist UX agency or developing their own UX lab. Some UX practitioners are touting leaner and faster ways of developing customer-centric products and services, via methodologies such as guerilla research, rapid prototyping and Agile UX. Others seek innovation and fulfilment by spending more time in research, being more inclusive, and designing for social goods.
Experience is more than just an interface. It is a relationship, as well as a series of touch points between your brand and your customer. Here are our top 10 highlights and takeaways from the recent UX Australia conference to help you transform your customer experience design.
For full article, continue reading at https://yump.com.au/10-ways-supercharge-customer-experience-design/
How to Build a Dynamic Social Media PlanPost Planner
Stop guessing and wasting your time on networks and strategies that don’t work!
Join Rebekah Radice and Katie Lance to learn how to optimize your social networks, the best kept secrets for hot content, top time management tools, and much more!
Watch the replay here: bit.ly/socialmedia-plan
http://inarocket.com
Learn BEM fundamentals as fast as possible. What is BEM (Block, element, modifier), BEM syntax, how it works with a real example, etc.
The document discusses how personalization and dynamic content are becoming increasingly important on websites. It notes that 52% of marketers see content personalization as critical and 75% of consumers like it when brands personalize their content. However, personalization can create issues for search engine optimization as dynamic URLs and content are more difficult for search engines to index than static pages. The document provides tips for SEOs to help address these personalization and SEO challenges, such as using static URLs when possible and submitting accurate sitemaps.
Lightning Talk #9: How UX and Data Storytelling Can Shape Policy by Mika Aldabaux singapore
How can we take UX and Data Storytelling out of the tech context and use them to change the way government behaves?
Showcasing the truth is the highest goal of data storytelling. Because the design of a chart can affect the interpretation of data in a major way, one must wield visual tools with care and deliberation. Using quantitative facts to evoke an emotional response is best achieved with the combination of UX and data storytelling.
This document summarizes a study of CEO succession events among the largest 100 U.S. corporations between 2005-2015. The study analyzed executives who were passed over for the CEO role ("succession losers") and their subsequent careers. It found that 74% of passed over executives left their companies, with 30% eventually becoming CEOs elsewhere. However, companies led by succession losers saw average stock price declines of 13% over 3 years, compared to gains for companies whose CEO selections remained unchanged. The findings suggest that boards generally identify the most qualified CEO candidates, though differences between internal and external hires complicate comparisons.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Peningkatan produktifitas lahan dengan system agroforestri (tumpangsariGilang Putra
peningkatan produktifitas lahan dengan sistem agroforestri. berisi mengenai sistem penerapan agroforestri pada budidaya lahan, pilihan sistem agroforestri dan lain lain
Dokumen tersebut membahas tentang akibat konversi hutan, termasuk banjir dan kekeringan, efek rumah kaca, kerusakan lapisan ozon, dan kepunahan spesies. Dokumen tersebut juga menyarankan strategi perlindungan hutan seperti reboisasi, penebangan secara selektif, dan sosialisasi UU penebangan hutan.
Dokumen tersebut membahas tentang akibat konversi hutan di Indonesia, termasuk kerusakan lingkungan seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, efek rumah kaca, kerusakan lapisan ozon, dan kepunahan spesies. Dokumen tersebut juga menyarankan strategi perlindungan hutan yang berkelanjutan seperti reboisasi, tebang pilih, dan sosialisasi UU penebangan hutan.
Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lainnya yang terdapat di seluruh dunia. Dokumen ini membahas berbagai jenis hutan di Indonesia serta penyebab dan akibat kerusakan hutan beserta cara mengatasinya. Di antaranya dengan tebang pilih, tebang tanam, mencegah penebangan liar, dan penghijauan.
Hutan adalah kawasan yang ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lainnya, berfungsi sebagai penampung karbon dioksida, habitat hewan, dan pelestarian tanah. Terdapat berbagai jenis hutan seperti hutan bakau, sabana, rawa, wisata, dan hujan tropis. Kerusakan hutan disebabkan kebakaran, penebangan liar, dan aktivitas manusia lainnya, mengakibatkan efek rumah kaca, kepunahan spesies, dan banjir
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni
Dokumen tersebut membahas tentang konversi hutan dan akibatnya. Konversi hutan adalah penggunaan lahan hutan untuk tujuan selain kehutanan seperti transmigrasi, pertambangan, perkebunan dan peternakan. Akibat dari konversi hutan antara lain berkurangnya curah hujan, meningkatnya banjir dan erosi, serta kerusakan ekosistem. Secara keseluruhan konversi hutan dapat menimbulkan banyak kerugian
Ekosistem hutan mangrove penting bagi perairan. Penelitian mengukur produktivitas primer dan komposisi plankton di tiga stasiun di hutan mangrove. Hasilnya menunjukkan produktivitas primer bervariasi di setiap stasiun dan dipengaruhi oleh kandungan zat hara serta kedalaman perairan.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. PENGHITUNGAN POTENSI KARBON
DI KAWASAN HUTAN
PENGELOLAAN OLEH MASYARAKAT SECARA LESTARI DAN BERKELANJUTAN
Forest Watch Indonesia, Tahun 2009
2. Forest Watch Indonesia Forest Watch Indonesia Forest Watch Indonesia Forest Watch Indonesia
1. PENDAHULUAN
Selama kurun waktu 40 tahun dalam
mengelola dan memanfaatkan
sumberdaya hutan di Indonesia, telah
menyebabkan terjadinya kerusakan
hutan (degradasi dan deforestasi).
Kegiatan eksploitasi hutan secara legal
maupun ilegal, konversi hutan alam
dan gambut untuk dijadikan
perkebunan sawit dan pertambangan,
pemberian ijin pemanfaatan kayu, serta
kebakaran hutan merupakan faktor-
faktor utama yang mempercepat
terjadinya degradasi dan deforestasi di
Indonesia (FWI, 2001). Analisis FWI
untuk kurun waktu 1989 – 2003,
tutupan hutan Indonesia mengalami
perubahan akibat dari penurunan
kualitas hutan (degradasi) dan
kehilangan tutupan hutan (deforestasi)
yang diperkirakan 4,6 juta ha/tahun
sementara tutupan hutan yang hilang
(deforestasi) diperkirakan 1,99 juta
ha/tahun (FWI, 2006).
Deforestasi diperkirakan menyumbang
sekitar 20% emisi gas rumah kaca di
atmosfer. Dengan persentase tersebut,
deforestasi menjadi penyebab terbesar
kedua— setelah emisi dari penggunaan
bahan bakar fosil—perubahan iklim.
Bahkan, di negara-negara berkembang
deforestasi menjadi penyebab terbesar
perubahan iklim termasuk Indonesia.
Negara-negara peserta UNFCCC telah
bersepakat untuk menyertakan avoided
deforestation and forest degradation
sebagai salah satu upaya mengatasi
perubahan iklim dan menyertakannya
dalam post-Kyoto regime setelah 2012.
Skema inilah yang kemudian dikenal
sebagai Reduced Emissions from
Deforestation and Degradation
(REDD).
Kegiatan konversi hutan menjadi
peruntukan lain memicu terjadinya
pelepasan karbon dalam jumlah besar
ke atmosfir. Dampak langsung
konversi hutan tersebut adalah
terlepasnya cadangan karbon dalam
biomassa tumbuhan dan memicu
terjadinya degradasi tanah yang
menyebabkan terlepasnya karbon
dari bahan organik tanah. Perubahan
vegetasi penutup lahan juga
menyebabkan tidak terjadinya proses
penyerapan karbon sehingga yang
terjadi bukan hanya pelepasan
cadangan karbon di hutan namun
juga hilangnya fungsi penyerapan
karbon oleh hutan. Hal yang sama
terjadi dalam proses degradasi hutan.
Berkurangnya vegetasi hutan
menyebabkan berkurangnya
kandungan karbon dalam tutupan
hutan dan turut berkurangnya fungsi
penyerapan karbon oleh hutan. Pada
perubahan penutupan lahan hutan
menjadi kawasan budidaya pertanian,
proses fotosintesis yang terjadi dapat
menyamai proses fotosintesis namun
serapan karbon tanaman budidaya
pertanian tidak sebesar serapan
karbon hutan.
Pohon di hutan mampu menyerap
karbondioksida (CO ) untuk2
fotosintesis dan menyimpannya
dalam bentuk karbohidrat pada
kantong karbon di akar, batang, dan
daun sebelum dilepaskan kembali ke
atmosfer. Hal ini menimbulkan
keterkaitan antara biomassa hutan
dengan kandungan karbon. Hutan
memiliki setidaknya empat kolam
karbon; biomassa atas permukaan
(aboveground biomass), biomassa
bawah permukaan (underground
biomass), bahan organik mati, dan
kandungan karbon organik tanah.
Semua komponen vegetasi hutan
termasuk pohon dan strata tumbuhan
bawah termasuk dalam biomassa
permukaan. Sedangkan akar termasuk
dalam biomassa bawah permukaan
selain kandungan organik tanah yang
memiliki kelas tersendiri dalam
perhitungan carbon pools. Serasah
dan kayu mati yang telah ditetapkan
berdasarkan berbagai tingkat
dekomposisi termasuk dalam bahan
organik mati.
Dalam sebuah studi di dua lokasi : 1)
wilayah kelola hutan kemasyarakatan
di kawasan Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman (Tahura WAR)
Register 19 Gunung Betung seluas ±
22.244 ha dengan fokus kegiatan di
wilayah kelola kelompok SHK Lestari
seluas 700 ha dan 2) Kawasan Lindung
Register 39 seluas 17.647 ha di
Kabupaten Tanggamus dan Lampung
Tengah dengan fokus kegiatan di
wilayah kelola masyarakat desa
Pekandangan yang merupakan
dampingan Yayasan Konservasi Way
Seputih (YKWS) seluas 189 ha, FWI
melakukan penghitungan biomassa
dan potensi karbon yang terkandung
dalam kearifan masyarakat berupa
sistem agroforestri yang mencakup
hasil adaptasi tumpang sari hutan alam
dengan hutan tanaman buah-buahan
dan perkebunan masyarakat (kopi,
coklat, dll).
PENGHITUNGAN BIOMASSA & POTENSI KARBON
Studi Kasus :
Kawasan Kelola SHK Lestari di Tahura Wan Abburrachman dan
Kawasan Kelola Masyarakat di Pekandangan, Way Seputih,
Propinsi Lampung
1
3. 2. METODE PENGHITUNGAN
BIOMASSA DAN POTENSI
KARBON
Pada kegiatan ini digunakan dua
metode:
1. Persamaan Brown (1997),
digunakan untuk memprediksi
biomassa pada penutupan lahan
alami seperti hutan dan semak
belukar. Persamaan tersebut
diperuntukkan untuk 3 zone iklim
yang berbeda yaitu kering, lembab
dan basah. Berdasarkan peta curah
hujan, lokasi studi memiliki curah
hujan berkisar antara 2500 hingga
3500 mm/tahun sehingga lokasi studi
dikategorikan dalam zona lembab
dalam persamaan Brown.
Persamaan yang digunakan adalah :
2
Y = 42.69 – 12.8 (D) +1.242 (D )
Dengan,
Y= biomassa tiap pohon (Kg),
D = diameter setinggi dada pohon (Cm)
2. Destructive sampling,
digunakan untuk membuat
persamaan allometrik dalam
penghitungan potensi biomassa
areal agroforestri. Destructive
sampling dilaksanakan dengan
memanen seluruh bagian
tumbuhan termasuk akarnya,
mengeringkannya dan menimbang
berat biomassanya. Pengukuran
dilakukan dengan intensitas
sampling yang telah ditentukan.
Pengukuran dengan metode ini
dapat dilakukan dengan
mengulang beberapa area sampling
atau melakukan ekstrapolasi untuk
area yang lebih luas dengan
menggunakan persamaan alometrik
untuk mengestimasi kandungan
karbon. Pada kegiatan ini
digunakan 9 sampel coklat dan 9
sampel kopi dalam menghasilkan
persamaan allometrik diameter
pohon dan kandungan karbon.
Pelaksanaan survei dilakukan pada
masing masing penutupan lahan.
Jenis penutupan lahan yang
ditemukan di kedua lokasi tersebut
dijelaskan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1. Tipe Penutupan Lahan
No Penutupan Lahan
Tipe A (hutan)
Deskripsi
Lahan hutan alami yang tidak ditanami tanaman kebun
Tipe B (Hutan Rakyat) Lahan hutan rakyat yang tegakan pohon nya ditanam oleh masyarakat
Tipe C (Belukar Hutan) Semak belukar yang telah didominasi tegakan pohon
Semak belukar dan atau lahan yang telah ditinggalkan pemiliknya dan belum
didominasi oleh tegakan pohon
Tipe D (Belukar)
Agroforestri sistem dengan tanaman pokok kopi yang diselingi tanaman
Dadap, Lada, Coklat, MPTS dan atau tanaman lain. Dengan umur tanaman
kopi kurang dari 5 tahun
Tipe E (Agroforestri Kopi)
Agroforestri sistem dengan tanaman pokok kopi yang diselingi tanaman
Dadap, Lada, Coklat, MPTS dan atau tanaman lain. Dengan umur tanaman
kopi lebih dari 5 tahun
Tipe F (Agroforestri Kopi)
Kebun coklat yang diselingi tanaman MPTS atau tanaman lain, dengan umur
tegakan coklat kurang dari 5 tahun
Tipe G (Agroforestri Coklat)
Kebun coklat yang diselingi tanaman MPTS atau tanaman lain, dengan umur
tegakan coklat lebih dari 5 tahun
Tipe H (Agroforestri Coklat)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pembuatan Plot
Bentuk plot utama yang digunakan
adalah bujur sangkar berdimensi 30x30
meter, menyesuaikan dengan resolusi
Citra Landsat TM yang akan di
gunakan pada analisis lanjutan.
Ukuran plot dibuat sesuai dengan
ukuran rata-rata diameter pohon.
Untuk herba ukuran sampel umumnya
1x1 m. Ukuran yang sama dipakai
untuk anakan pohon.
Pembuatan plot sampel dilakukan
pada masing masing tipe penutupan
lahan. Pengambilan data plot sampel
dibagi menjadi 2 tipe sampling :
1. Form A, ditujukan untuk
menghitung stok biomassa
permukaan (aboveground
biomass) untuk penutupan
lahan alami dan atau dengan
campur tangan manusia
terbatas. Penutupan lahan yang
termasuk dalam Form A adalah
penutupan lahan hutan, belukar
hutan, dan belukar (Tipe A, B, C,
dan D).
2. Form B, dilakukan pada lahan
garapan masyarakat setempat
(Tipe E, F, G, dan H).
2
4. Form A
Bentuk plot utama yang adalah bujur
sangkar. Ukuran plot dibuat sesuai
dengan ukuran diameter pohon. Detail
ukuran plot survei penutupan lahan
dijelaskan pada tabel 2 berikut :
Kelas
Herba
Pohon dbh < 5 cm
Pohon dbh 5 – 20 cm
Pohon dbh 20 – 50 cm
Pohon dbh >50 cm
Ukuran Plot Persegi
1 x 1 m
2 x 2 m
7 x 7 m
25 x 25 m
30 x 30 m
Tabel 2. Ukuran Plot Survei Penutupan Lahan A, B, C, D
Peletakan plot sampel
Utara
30 m
30 m
25 m
25 m
7 m
7 m
2 m
2 m
1 m
1 m
GPS Starting Point
Gambar 1. Plot sampel A, B, C, D
Pengambilan data untuk kelas pohon
terdiri dari data diameter dan tinggi
pohon sedangkan untuk herba dan
tumbuhan bawah dilakukan dengan
mengumpulkan dan menimbang berat
basah dan berat kering.
Herba dan Vegetasi Bawah
· Langkah 1 : Letakkan plot
berukuran 1 x 1 m di dalam plot
untuk pohon.
· Langkah 2 : Ambil dan kumpulkan
semua tumbuhan yang ada dalam
plot.
· Langkah 3 : Timbang berat
basahnya.
· Langkah 4 : Ambil sub sampel
secara acak dari beberapa plot
dan timbang berat basahnya.
· Langkah 5 : Keringkan sub sampel
dan timbang berat keringnya.
Form B
Penghitungan biomassa dilakukan
dengan menggunakan metode
destructive sampling, yaitu melakukan
penebangan kemudian penimbangan
berat basah secara langsung pada tiap
bagian komponen vegetasi (daun,
cabang, batang dan akar) dan
mengkonversinya menjadi berat kering
(biomassa) menggunakan berat kering
tiap sampel bagian vegetasi pada tiap
pohon sampel. Biomassa yang
diperoleh dari pohon sampel ini
selanjutnya dikembangkan untuk
menyusun persamaan alometrik.
Persamaan alometrik yang diperoleh
dipergunakan dalam penghitungan
biomassa penutupan lahan pada sistem
agroforestri. Bentuk plot utama yang
digunakan adalah bujur sangkar dengan
ukuran 30 x 30 meter.
3
5. Perhitungan perbandingan sifat respon
obyek terhadap pantulan sinar merah
dan NIR dapat menghasilkan nilai
dengan karakteristik khas yang dapat
digunakan untuk memperkirakan
kerapatan atau kondisi
kanopi/kehijauan tanaman. Tanaman
sehat berwarna hijau mempunyai nilai
indeks vegetasi tinggi. Hal ini
disebabkan oleh hubungan terbalik
antara intensitas sinar yang
dipantulkan vegetasi pada spektral
sinar merah dan NIR.
3. BIOMASSA DAN POTENSI
KARBON
Untuk menghitung biomassa pada
penutupan lahan A, B, C, dan D
digunakan Persamaan Brown. Hasil
yang diperoleh ditampilkan dalam tabel
3 berikut.
No Penutupan
Lahan
Tipe A (Hutan)
Tipe B (Hutan Rakyat)
Tipe C (Belukar Hutan)
Tipe D (Belukar)
Deskripsi
Lahan hutan alami yang tidak
ditanami tanaman kebun
Lahan hutan rakyat yang
tegakan pohon nya ditanam oleh
masyarakat
Semak belukar yang telah
didominasi tegakan pohon
Semak belukar dan atau lahan
yang telah ditinggalkan
pemiliknya dan belum didominasi
oleh tegakan pohon
Min
(Ton/Ha)
Maks
(Ton/Ha)
Rata-Rata
(Ton/Ha)
10.97
3.62
3.54
0.88
79.61
21.23
83.30
31.13
29.23
10.54
12.78
9.54
1.
2.
3.
4.
Tabel 3. Biomassa pada Penutupan Lahan A, B, C, D
Sementara untuk menghitung biomassa pada penutupan lahan E, F, G, dan H digunakan metode destructive sampling.
Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam tabel 4 berikut.
Tabel 4. Biomassa pada Penutupan Lahan E, F, G, H
No Penutupan
Lahan
Tipe E (Agroforestri)
Tipe F (Agroforestri)
Tipe G (Kebun Coklat)
Tipe H (Kebun Coklat)
Deskripsi
Agroforestri sistem dengan
tanaman pokok kopi yang diselingi
tanaman Dadap, Lada, Coklat,
MPTS dan atau tanaman lain.
Dengan umur tanaman kopi
kurang dari 5 tahun
Agroforestri sistem dengan
tanaman pokok kopi yang diselingi
tanaman Dadap, Lada, Coklat,
MPTS dan atau tanaman lain.
Dengan umur tanaman kopi lebih
dari 5 tahun
Kebun coklat yang diselingi
tanaman MPTS atau tanaman lain,
dengan umur tegakan coklat
kurang dari 5 tahun
Kebun coklat yang diselingi
tanaman MPTS atau tanaman lain,
dengan umur tegakan coklat lebih
dari 5 tahun
Min
(Ton/Ha)
Maks
(Ton/Ha)
Rata-Rata
(Ton/Ha)
1.
2.
3.
4.
0.16
0.47
0.24
0.42
0.57
2.75
3.95
4.04
0.34
1.07
0.86
1.54
4
6. GPS Starting Point
30 m
30 m
Utara
Gambar 2. Plot sampel E, F, G, H
Tahapan selanjutnya yang dilakukan
adalah melakukan pembersihan
areal di sekitar pohon sampel,
penebangan dan pemisahan bagian-
bagian pohon :
Daun
Untuk penghitungan biomassa daun
pohon sampel maka pada setiap
pohon sampel yang telah ditebang
dikumpulkan keseluruhan daun
tersebut kemudian dilakukan
penimbangan berat basah,
selanjutnya diambil sampel
sebanyak ±100 gr untuk
penghitungan berat kering
Cabang
Pada setiap pohon sampel
dipisahkan bagian cabang dari
batang utama, dikumpulkan
kemudian ditimbang berat
basahnya. Setelah dilakukan
penimbangan berat basah, diambil
sampel pada bagian pangkal,
tengah dan ujung cabang pada
seluruh sampel guna penghitungan
berat kering di laboratorium
Batang
Pada setiap batang utama dipotong-
potong untuk memudahkan
penimbangan berat basah serta
dipisahkan batang utama bebas
cabang dan setelah cabang.
Setelah dilakukan penimbangan
berat basah keseluruhan batang
utama, diambil sampel batang
pada bagian pangkal, tengah dan
ujung cabang untuk penghitungan
berat kering di laboratorium
Akar
Untuk memudahkan pengambilan
akar maka sebelum pohon
ditebang dilakukan penggalian
akar-akar yang besar sehingga
saat pohon rebah akar akan
terangkat. Setelah itu keseluruhan
akar dikumpulkan kemudian
dilakukan penimbangan berat
basah. Untuk penghitungan berat
kering yang dilakukan di
laboratorium maka diambil sampel
pada bagian pangkal, tengah dan
ujung akar
Hasil dari destructive sampling akan
menghasilkan persamaan allometrik
yang menghubungkan biomassa
tegakan dengan diameter pohon.
Persamaan tersebut diaplikasikan
pada keseluruhan plot sampel
sehingga menghasilkan potensi
biomassa pada keseluruhan plot
sampel.
Penghitungan potensi karbon
dilakukan dengan menggunakan faktor
konversi 0.5 potensi biomassa pohon
dengan asumsi bahwa 50% biomassa
pohon merupakan merupakan karbon.
Potensi karbon dihitung dengan
menggunakan rumus :
C = 0.5 x Biomass
Korelasi Biomassa dengan NDVI
Sejumlah indeks vegetasi telah
dikembangkan dan banyak digunakan
oleh para ahli penginderaan jauh.
Pada kegiatan ini digunakan metode
korelasi antara hasil perhitungan survei
lapangan dengan index vegetasi
melalui penginderaan jauh. Indeks
vegetasi yang paling umum ialah
Normalized Difference Vegetation
Index (NDVI). NDVI merupakan
metode standar dalam membandingkan
tingkat kehijauan vegetasi pada data
satelit. Formula untuk menghitung nilai
NDVI adalah:
NDVI = (Near Infra Red – Red) / (Near
Infra Red + Red)
Nilai index mempunyai rentang -1.0
hingga 1.0. Nilai yang mewakili
vegetasi pada rentang 0.1 hingga 0.7,
diatas nilai ini menggambarkan tingkat
kesehatan tutupan vegetasi. Data dari
bermacam sensor satelit yang dapat
digunakan dalam formulasi ini, antara
lain:
Landsat TM/ETM — kanal 3 (0.63-
0.69 µm) dan 4 (0.76-0.90 µm)
NOAA AVHRR — kanal 1 (0.58-0.68
µm) dan 2 (0.72-1.0 µm)
Terra MODIS — kanal 1 (0.62-0.67),
dan 2 (0.841-0.876)
NDVI dapat digunakan untuk
menghitung tingkat biomassa dan
tingkat kehijauan (greenness) secara
relatif pada berbagai skala, mulai dari
skala detail tingkat plot hingga
penghitungan secara global.
Pendekatan spektral dengan
menggunakan Index Vegetasi hasil
olahan citra satelit memungkinkan
kegiatan analisis yang lebih akurat
dalam memprediksi potensi biomassa
pada area studi. Perhitungan indeks
tumbuh-tumbuhan dari produksi
biomassa atas dasar perbandingan
berikut:
VI = [NIR] / R
5
7. Metode selanjutnya adalah metode destruktif untuk menghasilkan persamaan allometrik dalam melakukan estimasi
kandungan karbon. Metode ini digunakan dalam estimasi biomassa pada penutupan lahan tipe E. F, G, dan H. Pada
kegiatan kali ini kami menggunakan 9 sampel coklat dan 9 sampel Kopi dalam menghasilkan persamaan allometrik
diameter pohon dan kandungan karbon. Masing masing sampel dipisahkan menjadi akar, batang, ranting dan daun dalam
menghitung biomassa pohon.
Ĭ MÖŐÕÑ
Tinggi
(M)
Diameter
(Cm)
Berat Basah (Kg) Berat Kering (Kg) Biom
assAkar Ranting Batang Daun Akar Ranting Batang Daun
C1 1.02 2.5 0.15 0.05 0.30 0.12 0.06 0.02 0.11 0.06 0.25
C2 0.86 3.5 0.55 0.50 0.90 0.60 0.23 0.20 0.40 0.30 1.14
C3 2.57 4 0.50 0.50 1.30 0.50 0.21 0.20 0.48 0.25 1.14
C4 2 4 1.80 2.30 1.00 0.50 0.76 0.92 0.47 0.25 2.39
C5 2.95 4 1.20 1.55 1.60 0.80 0.50 0.62 0.70 0.40 2.22
C6 0.7 5 1.20 1.80 1.00 0.80 0.50 0.72 0.38 0.40 2.01
C7 2.5 6 1.90 1.10 3.80 1.20 0.80 0.44 1.51 0.60 3.35
C8 1.2 6 1.30 3.20 3.10 1.70 0.55 1.28 1.32 0.85 3.99
C9 1.49 9 2.00 3.70 5.50 3.20 0.84 1.48 2.22 1.60 6.14
Tabel. 5. Penghitungan Destructive Sampling Tanaman Cokelat
Ĩ ÑǾŒMÖMMŌĖÕÕŎÖÑPǾÒÔ R2
y = 0.256e0.406D
y = 0.896D - 1.868
y = 0.056D2.294
y = 4.544ln(D) - 4.411
y = -0.007D2
+ 0.988D - 2.102
0.698
0.932
0.835
0.9
0.933
Note : Y = Biomassa (Kg), D = Diameter (Cm)
Tabel. 6. Perbandingan Allometrik Tanaman Cokelat
7.00
6.00
5.00
2.00
1.00
0.00
3.00
0 5 10
y =0.896D-1.868
R = 0.9322
Series1
Linear
(Series1)
4.00
12.00
10.00
8.00
4.00
2.00
0.00
6.00
0 5 10
y =0.256e0.406D
R = 0.6982
Series1
Expon.
(Series1)
10.00
8.00
4.00
2.00
0.00
6.00
0 5 10
y =0.056D2.294
R = 0.8352
Series1
Power
(Series1)
7.00
6.00
4.00
0.00
1.00
5.00
0 5 10
y =4.544In(D)-4.411
R = 0.92
Series1
Log (Series1)
3.00
2.00
1.00
6
Persamaan Allometrik
8. 7.00
6.00
5.00
2.00
1.00
0.00
3.00
0 5 10
y =0.007D +0.988D
R = 0.9332
Series1
Poly (Series1)
4.00
2
2.102
Sampl
e
Tinggi
(M)
Diameter
(Cm)
Berat Basah (Kg) Berat Kering (Kg)
Biomas
sAkar
Rantin
g
Batang Daun Akar
Rantin
g
Batan
g
Daun
K1 0.88 1.5 0.10 0.05 0.20 0.10 0.05 0.02 0.12 0.05 0.24
K2 0.6 1.5 0.15 0.05 0.20 0.20 0.08 0.02 0.11 0.10 0.31
K3 2.56 2 0.40 0.20 0.50 0.30 0.21 0.08 0.29 0.15 0.73
K4 2.2 2 0.50 0.40 0.60 0.40 0.27 0.16 0.36 0.20 0.98
K5 1.86 2 0.15 0.30 0.75 0.80 0.08 0.12 0.44 0.39 1.04
K6 1.4 2 0.25 0.25 0.60 0.55 0.13 0.10 0.34 0.27 0.84
K7 1.9 2.1 0.30 0.20 0.80 0.60 0.16 0.08 0.46 0.29 1.00
K8 2.57 3 0.45 0.35 0.80 0.55 0.24 0.14 0.45 0.27 1.10
K9 2.5 3 0.70 0.50 1.60 0.75 0.37 0.20 0.87 0.37 1.81
Tabel. 7. Penghitungan Destructive Sampling Tanaman Kopi
2.00
1.50
0.50
0.00
1.00
0 5 10
y =0.099e
R =0.669
Series1
Expon.
(Series1)
0.960D
2
2.00
1.50
0.50
0.00
1.00
0 5 10
y =0.737D-0.671
R =0.751
Series1
Linear
(Series1)
2
2.00
1.50
0.50
0.00
1.00
0 5 10
y =0.148D
R =0.762
Series1
Power
(Series1)
2.263
2
2.00
1.50
0.50
0.00
1.00
0 5 10
y =1.673In(D)-0.32
R =0.795
Series1
log (Series1)
2
7
9. 2.00
1.50
0.50
0.00
1.00
0 5 10
y =0.459D +2.856D
2.976
Series1
Poly (Series1)
2
R =0.8182
Ĩ ÑǾŒMÖMMŌĖÕÕŎÖÑPǾÒÔ R2
y = 0.099e0.960D
y = 0.737D - 0.671
y = 0.148D2.263
y = 1.673ln(D) - 0.32
y = -0.459D2
+ 2.856D - 2.976
0.669
0.751
0.762
0.795
0.818
Note : Y = Biomassa (Kg), D = Diameter (Cm)
Tabel. 8. Perbandingan Allometrik Tanaman Kopi
Berdasarkan hasil perbandingan
alometrik, hubungan antara
diameter dengan biomassa kopi dan
coklat dijelaskan lebih baik dengan
persamaan polinomial. Korelasi
biomassa kopi dengan diameter
pohon kopi menghasilkan nilai R2
sebesar 81.8% sedangkan korelasi
biomassa cokelat dengan diameter
pohon cokelat menghasilkan R2
sebesar 93.3%. Persamaan
allometrik tersebut kemudian di
masukan kedalam data hasil survey
plot sehingga menghasilkan potensi
biomassa pada keseluruhan plot
sampling. Hasil keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 9 yang menjelaskan
nilai minimum, maksimum dan rata-
rata potensi biomassa pada
keseluruhan plot sampling pada
penutupan lahan sistem agroforestry.
Berdasarkan hasil penghitungan
potensi biomassa, didapatkan potensi
karbon pada masing-masing
penutupan lahan (Tabel. 10). Dari
hasil penghitungan telihat potensi
karbon terbesar terdapat pada area
studi dengan penutupan lahan hutan.
Nilai rata-rata potensi karbon
penutupan lahan hutan mencapai
429.69 Ton/Ha. Sedangkan
agroforestry system tanaman kopi
memiliki nilai potensi karbon terkecil
dengan rata-rata potensi karbon
sebesar 5.05 Ton/Ha.
Gambar. 3. Penutupan Lahan Wilayah Kelola YKWS Gambar. 4. Penutupan Lahan Wilayah Kelola SHKL
8
Persamaan Allometrik
10. Berdasarkan hasil penghitungan potensi biomassa, didapatkan potensi karbon pada masing-masing penutupan lahan
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 5 berikut.
No Penutupan Lahan
Tipe A (hutan)
Tipe B (Hutan Rakyat)
Tipe C (Belukar Hutan)
Tipe D (Belukar)
Tipe E (Kopi)
Tipe F (Kopi)
Tipe G (Coklat)
Tipe H (Coklat)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Min
(Ton/Ha)
Maks
(Ton/Ha)
Rata-Rata
(Ton/Ha)
5.48 39.80 14.61
1.81 10.61 5.27
1.77 41.65 6.39
1.44 15.56 4.77
0.08 0.28 0.17
0.23 1.37 0.53
0.12 1.97 0.43
0.21 2.02 0.77
Tabel 5. Potensi Karbon pada Penutupan Lahan A, B, C, D, E, F, G, H
Dari hasil penghitungan terlihat bahwa
rata-rata potensi karbon terbesar
terdapat pada penutupan lahan Tipe A
(Hutan) dengan nilai 14.61 Ton/Ha,
sementara nilai rata-rata potensi karbon
terkecil terdapat pada penutupan lahan
Tipe E (Kopi) dengan nilai 0.17Ton/Ha.
Tabel 6 dibawah ini menampilkan hasil
pendugaan biomassa dan potensi
karbon pada masing – masing kelas
penutupan lahan berdasarkan rata-rata
kandungan karbon pada tiap kelas
penutupan lahan dengan luas masing-
masing kelas penutupan lahan di kedua
area studi.
Tabel 6. Biomassa dan Potensi Karbon berdasarkan rata-rata kandungan karbon pada tiap
kelas penutupan lahan dengan luas masing-masing kelas penutupan lahan
PenutupanLahan
Area(Ha) Biomassa
(Ton)
Karbon
(Ton)SHK PKD TOTAL
TipeA 86.76 212.67 299.43 8,752.34 4,376.17
TipeB 0 219.96 219.96 2,318.38 1,159.19
TipeC 204.21 54.45 258.66 3,305.67 1,652.84
TipeD 0 0 0 0 0
TipeE/F 622.53 228.6 851.13 600.05 300.02
TipeG/H 643.14 255.33 898.47 1,078.16 539.08
NoData 185.4 341.64 527.04 0 0
Total 1,742.04 1,312.65 3,054.69 16,054.60 8,027.30
Korelasi Biomassa dan NDVI
Biomassa hasil perhitungan survei
lapangan kemudian dikorelasikan
dengan index vegetasi citra untuk
menghasilkan potensi karbon dalam
area studi. Nilai index vegetasi telah di
filter untuk mengeliminasi awan dan
bayangan awan. Hasil NDVI citra SHK
menghasilkan nilai NDVI dengan
rentang antara -0.28302 hingga
0.59478 sedangkan hasil NDVI Citra
Pekandangan menghasilkan nilai
dengan rentang antara -0.31429 hingga
0.57895.
Persamaan terbaik yang dapat
merepresentasikan korelasi antara
biomassa dengan nilai index vegetasi
adalah Persamaan Power yaitu
2
dengan nilai R sebesar 0.718.
Persamaan yang didapatkan adalah :
Y = 155593DN2.011
Dengan,
Y = Biomassa (Kg),
DN = NDVI Value
Persamaan ini kemudian diaplikasikan pada keseluruhan nilai NDVI di kedua
area studi sehingga dihasilkan biomassa dan potensi karbon sebagaimana
ditampilkan dalam tabel 7 dibawah ini.
Tabel 10. Biomassa dan Potensi Karbon Berdasarkan Hasil Korelasi
antara Biomassa dengan NDVI
Biomasa
Mn
(ton/Ha)
Amx
(ton/Ha)
Total
(ton)
Mn
(ton/Ha)
Amx
(ton/Ha)
Total
(ton)
Area Studi
Karbon
SHK
Pekandangan
0.24
0.20
61.26
51.00
30,535.97
26,291.79
0.12
0.10
30.63
25.50
15,267.98
13,145.90
28,413.8856,827.76 TotalTotal
9
11. Hasil penghitungan karbon yang
dilakukan pada kedua lokasi
menggunakan 2 pendekatan, yaitu
pendekatan berdasarkan rata-rata
kandungan karbon pada tiap kelas
penutupan lahan dengan luas masing-
masing kelas penutupan lahan.
Pendekatan kedua yang digunakan
untuk menghitung nilai karbon adalah
korelasi antara biomassa dengan
NDVI.
Apabila hasil keduanya dibandingkan
ternyata menunjukkan perbedaan nilai
yang besar. Pendekatan yang
berdasarkan rata-rata kandungan
karbon pada tiap kelas penutupan
lahan dengan luas masing-masing
kelas penutupan lahan menghasilkan
nilai karbon sebesar 8,027.30 Ton
(tabel 6), sedangkan pendekatan yang
berdasarkan korelasi biomassa dengan
NDVI menghasilkan nilai karbon
sebesar 28,413.88 Ton (tabel 10). Hal
ini disebabkan, pada penghitungan
berdasarkan rata-rata kandungan
karbon pada tiap kelas penutupan
lahan dengan luas masing-masing
kelas penutupan lahan, biomassa yang
digunakan adalah rata-rata kandungan
biomassa pada plot sampel. Hal ini
tidak terjadi pada penghitungkan
karbon yang menggunakan pendekatan
NDVI.
4. KESIMPULAN
Biomassa dan Potensi Karbon
berdasarkan rata-rata kandungan
karbon pada tiap kelas penutupan
lahan dengan luas masing-masing
kelas penutupan lahan yang
terdapat di Kawasan Kelola SHK
Lestari di WAR dan Kawasan Kelola
Masyarakat di Desa Pekandangan,
Way Seputih adalah 16.054,60 Ton
untuk biomassa dan 8.027,30 Ton
untuk karbon
Nilai Biomassa dan Potensi Karbon
Berdasarkan Hasil Korelasi antara
Biomassa dengan NDVI yang
terdapat di Kawasan Kelola SHK
Lestari di WAR dan Kawasan Kelola
Masyarakat di Desa Pekandangan,
Way Seputih adalah 56,827.76 Ton
untuk biomassa dan 28,413.8 Ton
untuk karbon.
Terdapat perbedaan yang besar pada
penghitungan karbon yang dilakukan
dengan menggunakan pendekatan
berdasarkan rata-rata kandungan
karbon pada tiap kelas penutupan
lahan dengan luas masing-masing
kelas penutupan lahan dan
pendekatan yang menggunakan
korelasi antara biomassa dengan
NDVI . Penghitungan dengan
menggunakan korelasi biomassa
dengan NDVI menghasilkan nilai
yang lebih besar.
Penghitungan karbon dengan
menggunakan metode korelasi
biomassa dengan NDVI akan
menghasilkan nilai potensi biomassa
yang lebih spesifik berdasarkan lokasi
studi dan lebih akurat dalam
pendugaan cadangan karbon.
Daftar Pustaka
Brown, Sandra, 1997. Estimating
Biomass and Biomass Change of
Tropical Forests: a Primer. (FAO
Forestry Paper - 134). FAO, Rome.
Clark III, A. 1979. Suggested
procedures for measuring tree biomass
and reporting free prediction equations.
Proc. For. Inventory Workshop, SAF-
IUFRO. Ft. Collins, Colorado: 615-628
FWI/GFW, 2001. Potret Keadaan Hutan
Indonesia. Bogor, Indonesia Hitchcock
III, H.C. & J.P. McDonnell, 1979.
Biomass measurement: a synthesis of
the literature. Proc. For. Inventory
Workshop, SAF-IUFRO. Ft. Collins,
Colorado: 544-595.
FWI, 2006. Lembar Informasi. Catatan
Singkat : Potret Kondisi Hutan
Indonesia dan Kinerja Pelaku di Sektor
kehutanan. Bogor.
Pearson, T., Sandra Brown. 2004.
Exploration of the carbon sequestration
potential of classified forests in the
republic of Guinea. Report submitted
to the USAID. Winrock International,
Arlington, VA, USA.
10