Budidaya kambing dapat menjadi solusi pangan masa depan karena membutuhkan modal kecil, mudah dipindahkan, hemat air dan listrik, serta dapat memanen ikan dan sayuran seperti kangkung.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Makalah ini membahas tentang budidaya ikan patin di keramba jaring apung, meliputi taksonomi dan morfologi ikan patin, pemilihan lokasi budidaya, persiapan budidaya, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
Laporan ini membahas tentang praktek kerja lapangan kelompok wirausaha pembenihan ikan patin siam di LPBIAT Anjongan, meliputi persiapan, pelaksanaan proses produksi pembenihan, penanganan hasil, dan pemasaran. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup benih, biaya produksi, dan lokasi pemasaran hasil budidaya.
Budidaya kambing dapat menjadi solusi pangan masa depan karena membutuhkan modal kecil, mudah dipindahkan, hemat air dan listrik, serta dapat memanen ikan dan sayuran seperti kangkung.
Presentasi Kualitas Air ini dibuat oleh Romi Novriadi, S.Pd,kim., M.Sc dalam upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya lingkungan dalam mendukung produksi budidaya ikan laut
Makalah ini membahas tentang budidaya ikan patin di keramba jaring apung, meliputi taksonomi dan morfologi ikan patin, pemilihan lokasi budidaya, persiapan budidaya, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
Laporan ini membahas tentang praktek kerja lapangan kelompok wirausaha pembenihan ikan patin siam di LPBIAT Anjongan, meliputi persiapan, pelaksanaan proses produksi pembenihan, penanganan hasil, dan pemasaran. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup benih, biaya produksi, dan lokasi pemasaran hasil budidaya.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya pembenihan ikan hias, termasuk proses produksi pembenihan ikan cupang mulai dari persiapan sarana dan prasarana, pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur, hingga pemeliharaan larva dan benih. Dibahas pula manfaat memelihara ikan hias dan pengemasan serta transportasi ikan hias yang aman.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan telah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Proses budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pembesaran, dan panen. Pembenihan dilakukan dengan memelihara induk ikan hingga menghasilkan larva, kemudian larva dibesarkan hingga siap panen.
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
Laporan ini menyajikan hasil pengawasan budidaya udang vanname secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat di dua lokasi di Kota Makassar. Budidaya udang vanname secara tradisional memberikan hasil yang menjanjikan dan lebih menguntungkan dibandingkan sistem budidaya intensif. Kualitas air dan tanah masih memenuhi syarat untuk pertumbuhan udang walaupun terdapat bakteri yang tinggi akibat bahan organik.
1. Tulisan ini membahas teknik pembenihan ikan nila yang umum, mulai dari seleksi induk, pemijahan, penanganan telur dan larva, serta standar hasil yang diharapkan.
2. Ikan nila dapat dipijah secara massal di kolam atau lebih intensif menggunakan hapa, keramba, atau bak, dengan perbedaan padat tebar dan penanganan air serta pakan.
3. Benih ikan nila dari air tawar dapat diadaptasi ke air
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
Teks tersebut membahas tentang pengolahan dan pengawetan ikan. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan tentang (1) penggolongan hasil perikanan berdasarkan habitatnya, (2) persyaratan agar hasil perikanan memiliki nilai ekonomis, dan (3) ciri khusus bahan pangan.
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4Lalu Firman
Proses pemeliharaan larva ikan lele meliputi penetasan telur, pemberian pakan sesuai ukuran mulut larva, dan pengelolaan kualitas air untuk mendukung pertumbuhan larva. Kualitas air yang optimal perlu dijaga agar larva dapat hidup dan tumbuh dengan baik hingga menjadi benih.
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
"[Ringkuman]"
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar kurikulum 2013 yang dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa secara utuh mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Buku ini memberikan uraian materi pembelajaran untuk kelas X dan XI yang meliputi penanganan telur ikan, pemeliharaan larva ikan, dan teknik pendederan benih ikan.
ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras pandaRepository Ipb
(1) Proses organogenesis ikan Corydoras panda memerlukan waktu 46 jam sejak fertilisasi. Telur menetas setelah 51 jam inkubasi pada suhu 26 derajat celcius.
(2) Larva memiliki kuning telur besar namun tidak memiliki butir minyak. Kuning telur habis ketika larva berumur 5 hari, menandai akhir fase pro-larva.
(3) Pertumbuhan panjang larva lambat, hanya mencapai 2,12 mm selama
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya pembenihan ikan hias, termasuk proses produksi pembenihan ikan cupang mulai dari persiapan sarana dan prasarana, pemeliharaan induk, pemijahan induk, penetasan telur, hingga pemeliharaan larva dan benih. Dibahas pula manfaat memelihara ikan hias dan pengemasan serta transportasi ikan hias yang aman.
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang berasal dari Afrika dan telah dibudidayakan secara luas di Indonesia. Proses budidaya ikan nila meliputi pembenihan, pembesaran, dan panen. Pembenihan dilakukan dengan memelihara induk ikan hingga menghasilkan larva, kemudian larva dibesarkan hingga siap panen.
Pemantauan Budidaya Udang Vaname Sistem Tradisional Di MakassarBBAP takalar
Laporan ini menyajikan hasil pengawasan budidaya udang vanname secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat di dua lokasi di Kota Makassar. Budidaya udang vanname secara tradisional memberikan hasil yang menjanjikan dan lebih menguntungkan dibandingkan sistem budidaya intensif. Kualitas air dan tanah masih memenuhi syarat untuk pertumbuhan udang walaupun terdapat bakteri yang tinggi akibat bahan organik.
1. Tulisan ini membahas teknik pembenihan ikan nila yang umum, mulai dari seleksi induk, pemijahan, penanganan telur dan larva, serta standar hasil yang diharapkan.
2. Ikan nila dapat dipijah secara massal di kolam atau lebih intensif menggunakan hapa, keramba, atau bak, dengan perbedaan padat tebar dan penanganan air serta pakan.
3. Benih ikan nila dari air tawar dapat diadaptasi ke air
Dokumen tersebut membahas tentang teknik pembenihan ikan, mulai dari pembenihan ikan air tawar seperti ikan nila hingga ikan laut seperti kerapu. Termasuk didalamnya adalah teknik pemijahan, pakan alami, penanganan larva, hingga pendederan benih ikan.
Teks tersebut membahas tentang pengolahan dan pengawetan ikan. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan tentang (1) penggolongan hasil perikanan berdasarkan habitatnya, (2) persyaratan agar hasil perikanan memiliki nilai ekonomis, dan (3) ciri khusus bahan pangan.
Pemeliharaan larva ikan lele kelompok 4Lalu Firman
Proses pemeliharaan larva ikan lele meliputi penetasan telur, pemberian pakan sesuai ukuran mulut larva, dan pengelolaan kualitas air untuk mendukung pertumbuhan larva. Kualitas air yang optimal perlu dijaga agar larva dapat hidup dan tumbuh dengan baik hingga menjadi benih.
Formulasi pakan merupakan proses penting dalam budidaya perikanan dan perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti kebutuhan nutrisi spesifik ikan, ketersediaan bahan baku, dan harga pakan. Teknik formulasi tradisional, perangkat lunak, dan database dapat digunakan untuk menghasilkan pakan yang sesuai target nutrisi dan ekonomis. Pakan fungsional dapat meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan ikan melalui
"[Ringkuman]"
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar kurikulum 2013 yang dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa secara utuh mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Buku ini memberikan uraian materi pembelajaran untuk kelas X dan XI yang meliputi penanganan telur ikan, pemeliharaan larva ikan, dan teknik pendederan benih ikan.
ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras pandaRepository Ipb
(1) Proses organogenesis ikan Corydoras panda memerlukan waktu 46 jam sejak fertilisasi. Telur menetas setelah 51 jam inkubasi pada suhu 26 derajat celcius.
(2) Larva memiliki kuning telur besar namun tidak memiliki butir minyak. Kuning telur habis ketika larva berumur 5 hari, menandai akhir fase pro-larva.
(3) Pertumbuhan panjang larva lambat, hanya mencapai 2,12 mm selama
Dokumen tersebut membahas parameter-parameter penelitian yang digunakan untuk menilai reproduksi ikan, seperti Indeks Gonado Somatik (GSI), Indeks Hepatosomatik (HSI), persentase induk ikan yang matang secara gonad, kadar glukosa darah, tingkat kematangan gonad, histologi gonad, diameter dan fekunditas telur, keberhasilan dan lama waktu ovulasi, jumlah telur yang dipijah, derajat pembuahan, dan derajat penetasan.
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixmuthiauthe
Pada praktikum kali ini kita menggunakan sampling ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam mengetahui perkembangan yang dialami ikan melalui analisis parameter panjang, berat, dan morfologinya. Selain itu juga untuk memprediksi bagaimana pola pertumbuhan dan perkembangan pada ikan, menentukan faktor kondisi ikan, juga mengetahui kesiapan reproduksi pada ikan lewat pemeriksaan TKG (Tingkat Matang Gonad).
Budidaya ikan lele membutuhkan proses pemeliharaan yang mencakup pembuatan kolam, pembibitan, perawatan bibit, pembesaran, dan pemungutan hasil. Prosesnya meliputi pembuatan kolam dengan ukuran dan lokasi tepat, pemilihan induk, pendederan, penjarangan, pemberian pakan, serta pemupukan kolam untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami ikan lele.
Proposal usaha Pembesaran bibit ikan lele unggulBung HaFied
Proposal ini mengajukan rencana usaha pembesaran bibit ikan lele unggul jenis Sangkuriang. Usaha ini akan dikelola oleh dua mahasiswa Teknik Mesin dengan modal Rp4,4 juta untuk membesarkan bibit ikan lele di dua kolam selama 2,5 bulan. Bibit ikan akan dibesarkan hingga siap panen dengan harga jual Rp18.000/kg ke konsumen seperti rumah makan dan pedagang di pasar.
Toko perikanan adalah tempat menjual berbagai bibit ikan budidaya, pakan dan peralatan - peralatan budidaya perikanan lainya dengan kualitas terbaik dengan harga relatif lebih murah
Laporan pembudidayaan ikan konsumsi air tawar (pembenihan ikan nila)Ferdiana Agustin
[Ringkasan]
Laporan ini membahas tentang teknik pembenihan ikan nila di Balai Benih Ikan. Teknik pembenihan ikan nila meliputi persiapan sarana seperti kolam pemijahan, kolam pendederan, dan kolam pembesaran serta peralatan seperti jala, waring, hapa, dan seser. Laporan ini juga menjelaskan karakteristik ikan nila dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nila seperti suhu, pH, dan sal
Budidaya ikan lele merupakan usaha yang menjanjikan dengan modal awal dan biaya operasional relatif rendah namun mampu memberikan keuntungan bersih hingga ratusan juta rupiah per tahun melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi.
Proposal ini mengajukan program budidaya lele sangkuriang di Desa Mekarsari, Kabupaten Sukabumi untuk memberdayakan masyarakat. Program selama satu tahun ini akan melatih budidaya lele, memulai budidaya 10.000 ekor lele, dan membangun usaha pemasaran makanan lele. Harapannya program ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi pengangguran.
Makalah ini membahas tentang budidaya ikan lele, meliputi persiapan kolam, bentuk dan pembuatan kolam, teknik budidaya, teknik pemberian pakan, dan teknik pengobatan. Tujuannya adalah memberikan panduan lengkap tentang cara membudidayakan ikan lele secara benar dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Dokumen tersebut membahas tentang lele, ikan yang bergizi. Ia menjelaskan ciri-ciri lele jantan dan betina, serta macam-macam lele seperti lele Jawa, lele Kembang, dan lele Dumbo. Dokumen ini juga menyebutkan manfaat lele bagi kesehatan seperti mengandung protein tinggi dan zat penguat tulang, serta bagian-bagian tubuh lele dan tempat hidupnya seperti sungai, kolam, dan tembok.
Teknik pembenihan ikan patin meliputi pemilihan induk, pemberokan, pemijahan buatan dengan hormon perangsang seperti kelenjar hipofisa ikan mas atau ovaprim, penetasan telur, pemeliharaan larva, dan pembesaran benih di kolam."
Budidaya ikan patin Siam meliputi pembenihan, pembesaran, dan pemanenan. Pembenihan meliputi persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, pembesaran larva, dan pemanenan benih. Pembesaran meliputi persiapan lahan, pemberian pakan, penanganan hama dan penyakit, hingga pemanenan. Ikan patin dapat dikonsumsi dalam berbagai ukuran dan harganya berkisar Rp15.000/kg.
Budidaya ikan gurame membahas tentang sentra perikanan, jenis, dan manfaat ikan gurame. Ikan gurame berasal dari Indonesia dan populer dibudidayakan di Asia Tenggara karena dagingnya yang enak dan bermanfaat sebagai sumber protein.
Bab iibalai besar pengembangan dan budi daya lautRohman Efendi
Balai Besar Pengembangan dan Budidaya Laut di Lampung mengembangkan berbagai jenis ikan laut untuk budidaya, termasuk kakap putih, kakap merah, kerapu tikus, dan proses budidayanya seperti pemeliharaan, panen, dan penanganan penyakit. Balai ini bertujuan meningkatkan produksi perikanan budidaya di Indonesia.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut merupakan proposal pelatihan teknik budidaya Spirulina sebagai pakan alami ikan di Desa Beji.
2. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan budidaya Spirulina skala semi massal kepada peternak ikan.
3. Diharapkan dapat meningkatkan produksi dan kualitas benih ikan serta menyediakan pakan alami yang berkelanjutan.
Produksi Udang Sayur Untuk Memberdayakan Backyard Hatcherylisa ruliaty 631971
Dokumen ini membahas upaya memproduksi udang putih (Litopenaeus vannamei) sebagai udang konsumsi (udang sayur) di bak-bak bekas pembenihan udang (backyard hatchery) untuk memberdayakan bak-bak tersebut. Udang dipelihara dari umur PL8-PL10 selama 2-2,5 bulan dengan kepadatan awal berbeda antara 5.000-30.000 ekor/bak. Hasilnya, kepadatan awal 5.000 dan 10.000 ekor/bak menghas
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang 5 bahan pakan lokal yang dapat digunakan untuk ikan, yaitu bungkil kacang tanah untuk ikan nila, keong mas untuk ikan gabus, azolla untuk ikan lele, tepung daun singkong, dan maggot black soldier fly untuk ikan koi.
Ringkasan:
Perekayasaan ini menguji pengaruh pemberian ekstrak temulawak melalui pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup dua jenis ikan kakap merah, yaitu Lutjanus johni dan Lutjanus argentimaculatus. Ikan-ikan dipelihara selama delapan minggu di dalam jaring di Balai Budidaya Laut Batam. Hasilnya, ikan yang diberi ekstrak temulawak mengalami laju pertumbuhan dan tingkat kelangsungan
Praktek Kerja Lapang pada Usaha Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ...Fathur Fathur
Laporan hasil PKL mahasiswa Agrobisnis Perikanan, Universitas Brawijaya, sebagai wawasan, pengetahuan dan terapan hasil dari bangku kuliah pada keadaan lapang
Budidaya ikan system keramba jaring apung.pptxMuhammadAyyub37
1. Keramba jaring apung adalah wadah budidaya ikan yang terbuat dari jaring yang diapungkan di permukaan air untuk membudidayakan ikan
2. Dokumen membahas karakteristik, benih, pakan, hama dan penyakit, serta kendala dalam budidaya ikan menggunakan sistem keramba jaring apung
3. Beberapa kendala yang dihadapi antara lain kualitas benih, penanganan penyakit ikan, dan penerapan manajemen perikan
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautSittiNursinar
Pembenihan ikan mempelajari kegiatan membiakkan ikan secara alami, semi buatan, dan buatan. Kualitas benih berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Pembenihan ikan berperan dalam rekayasa genetik untuk menghasilkan strain baru.
3) Pemijahan/pembenihan
Pemijahan/pembenihan adalah proses pembuahan telur oleh sperma. Telur dihasilkan oleh induk betina dan sperma dihasilkan oleh induk jantan. Induk betina yang telah matang gonad berarti siap melakukan pemijahan. Proses pemijahan/pembenihan dapat berlangsung secara alami dan buatan.
a) Pembenihan alami Pembenihan alami dilakukan dengan cara menyiapkan induk betina sebanyak 2 kali jumlah sarang yang tersedia dan induk jantan sebanyak jumlah sarang atau satu pasang per sarang.
4) Penetasan telur
Penetasan telur bertujuan untuk mendapatkan larva. Untuk itu, telur hasil pemijahan diambil dari bak pemijahan, kemudian diinkubasi dalam media penetasan/wadah khusus (wadah penetasan). Wadah ini berbentuk bak, tangki, akuarium, kolam atau ember berukuran besar.
5) Pemeliharaan larva dan benih
Pemeliharaan larva merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan usaha pembenihan karena sifat larva merupakan stadia paling kritis dalam siklus hidup biota budidaya, termasuk tahapan yang cukup sulit.
B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha/ industri harus diperhatikan dengan saksama oleh semua tenaga kerja dalam setiap lingkup kerjanya. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Dalam dunia usaha perikanan, budidaya ikan merupakan salah satu subsektor yang menggunakan tenaga kerja dalam jumlah cukup besar untuk memenuhi target produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, tempat tenaga kerja beraktivitas untuk pengembangan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Pada dunia usaha budidaya ikan, tempat bekerja terdapat di dalam atau di luar ruangan, bergantung pada jenis usahanya.
Usaha budidaya/pembenihan ikan dapat dilakukan secara ekstensif, semi-intensif ataupun intensif menentukan penerapan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Usaha budidaya/pembenihan ikan secara ekstensif atau tradisional tidak banyak menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Kegiatan produksi dalam budidaya/ pembenihan ikan dibagi dalam beberapa kegiatan, antara lain: pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi tersebut harus dilakukan agar target produksi yang diharapkan tercapai tanpa terjadi kecelakaan kerja. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi berkaitan dengan metode produksi/ pembenihan yang digunakan.
BACKYARD HATCHERY RAJUNGAN; SUATU ALTERNATIF USAHA BUDIDAYAlisa ruliaty 631971
Konsep pembenihan rajungan skala rumah tangga (backyard hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik dengan mengadopsi serta menyederhanakan beberapa teknik pemeliharaan yang telah dilakukan di unit pembenihan rajungan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.. Aplikasi teknis di lapangan meliputi (1) Pemanfaatan bak-bak HSRT udang windu yang tidak operasional. (2) Air laut sebagai media pemeliharaan (3) Larva awal atau Zoea di dapatkan dari induk bertelur Tk.III dari alam (4) Kepadatan larva awal 50-100 ekor/liter (5) Pakan : (a) Inokulant chlorella dan rotifera, kepadatan chlorella dipertahankan pada kepadatan 50.000 – 500.000 sel/ml, untuk awal pemeliharaan diperlukan 2 kantong inokulant chlorella sedangkan kepadatan rotifera 5 – 15 ekor/ml diberikan hingga hari ke-7. (b) Nauplius artemia diberikan pada hari ke-dua dengan kepadatan 5-20 ekor /larva/hari dan diberikan 2 kali (pagi dan sore hari) setelah penebaran larva Zoea hingga stadia crab 1 (hari 13 atau 14) (c) Pakan buatan komersial ukuran 100 – 400 mikron diberikan dengan dosis 0,4 - 1 ppm dan frekuensi 4x sehari hingga panen. (d) Udang kupas diblender diberikan sejak crab 1 (hari 13 atau 14) hingga panen (crab 5 pada hari ke-16) sebanyak 10 – 30 gram per 5.000 ekor crab setiap harinya. (6) Penggantian air dilakukan 3 hari sekali sebesar 20%, dan suhu media pemeliharaan di pertahankan minimal 30 oC dengan cara menutup bak dengan terpal (7) Monitoring kesehatan dilakukan secara visual, yaitu dengan mengamati respon larva terhadap cahaya serta persentase larva yang tertarik terhadap cahaya matahari. (8) Pemasangan shelter berupa waring hitam (ukuran 0,5 x 1 m sebanyak 10 buah/bak) untuk memperbesar luas permukaan pada umur pemeliharaan 7 – 8 hari (Sub stadia Zoea 4). Selama 16 hari pemeliharaan diperoleh benih rajungan stadia C-6 dengan SR 8%.
Hasil analisa biaya pada pembenihan rajungan skala rumah tangga dengan mengoperasikan satu unit bak pemeliharaan larva volume 8 m3 selama 16 hari pemeliharaan memberikan keuntungan yang cukup lumayan sebagai hasil sampingan keluarga.
PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS LARVA RAJUNGAN DENGAN PEMBERIAN BIOMASS A...lisa ruliaty 631971
Dalam kajian ini, induk rajungan di beri pakan berupa campuran pakan segar (cumi-cumi, udang dan ikan rucah) sebagai kontrol dan pakan segar dengan penambahan 50% biomasa artemia tanpa diperkaya.
Laporan ini memberikan ringkasan tentang biosekuriti yang dilakukan di peternakan ayam kampung layer di Desa Tanjung Anom. Kegiatan rutin yang mendukung biosekuriti meliputi pemberian pakan, pencucian galon air minum, penyemprotan kandang, pencampuran pakan, pengutipan telur, dan pengaritan sayur. Tujuan utama biosekuriti adalah mencegah penyakit pada ternak melalui sanitasi lingkungan dan program vak
Dokumen tersebut membahas tentang pembenihan udang galah, mulai dari morfologi, perbedaan jantan dan betina, siklus hidup, teknik pembenihan seperti persiapan, pematangan gonad, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva, persiapan pakan, dan pencegahan penyakit.
Makalah ini membahas penelitian meningkatkan produktivitas induk udang windu dengan memberikan pakan yang diberi bubuk paprika. Paprika kaya akan beta-karoten dan vitamin yang dapat meningkatkan kualitas telur dan frekuensi matang gonad induk udang. Hasil penelitian menunjukkan pemberian bubuk paprika 2 gram/kg pakan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup induk 90% dan rata-rata tiap induk menghasilkan 3 kali matang
1. 1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Patin (Pangasius spp) merupakan spesies ikan dari jenis Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik,
tidak memiliki banyak duri, kecepatan tumbuhnya relatife cepat, fekunditas dan sintasannya tinggi, dapat diproduksi
secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala industri. Dengan banyak keunggulan tersebut ikan ini
menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen usaha
pembenihan maupun usaha pembesarannya.
Sebagian jenis dari ikan patin ini merupakan ikan introduksi dari Bangkok-Thailand dan sebagian lagi merupakan
jenis ikan lokal Indonesia yang terdapat pada sungai-sungai di pulau Sumatera, Kalimantan bahkan Jawa. Jenis-jenis
ikan patin yang lazim dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah : (1) Patin Siam (Pangasius hypophthalmus); (2)
Patin Djambal (Pangasius djambal) ; dan (3) Patin Pasopati (Pangasius sp).
Perkembangan budidaya telah meningkat pesat sejak teknologi pembenihannya telah sepenuhnya dikuasai,
berbagai teknologi telah diterapkan dan dikembangkan pada pembenihan ikan patin, yang antara lain melalui kawin
suntik (induced spawning) yaitu pemijahan yang dilakukan dengan pemberian rangsangan hormon untuk
mempercepat proses pematangan gonad, pembuahan telur dan sperma dilakukan dengan teknik pengurutan
(stripping) pada induk jantan dan betina yang telah matang gonad. Larva hasil penetasan telur kemudian dideder
pada akuarium atau bak selama 2 -3 minggu sebelum kemudian dilakukan pendederan tahap selanjutnya serta tahap
pembesaran di Kolam, Keramba Tancap maupun Keramba Jaring Apung.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan disusunnya booklet pedoman pembenihan ikan patin ini antara lain adalah untuk
memasyarakatkan pembenihan ikan patin kepada kelompok pembenih ikan baik skala besar maupun kecil, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah produksi dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan patin.
Untuk menjaga kesinambungan usaha dan meningkatkan produksi benih patin baik jumlah dan kualitasnya, maka
para pembenih perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai manajemen induk dan teknik pembenihan ikan patin.
Mengingat di negara tetangga Vietnam dan China ikan patin sudah menjadi komoditas primadona ekspor,
kedepan diharapkan Indonesia dapat menyusul menjadi salah satu negara eskportir ikan patin karena peluang pasar
ekspor masih terbuka luas ke beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Negara-negara di Eropa.
2. 2
2. PERSYARATAN TEKNIS
2.1 Sumber Air
Air yang dapat digunakan untuk kegiatan pembenihan dapat berasal dari air tanah ataupun air irigasi yang
bebas dari pencemaran. Pada proses penetasan telur dan pendederan air yang digunakan harus menggunakan air
sumur hal ini untuk menghindari adanya pencemaran dan timbulnya serangan penyakit dan jamur pada telur dan
larva, sedangkan untuk perawatan induk dan pendederan benih dapat menggunakan air irigasi. Perlakuan mutlak
dilakukan baik untuk air tanah maupun air irigasi yang antaralain adalah dengan metode pengendapan, filtrasi, dan
aerasi hal ini diperlukan untuk mengurangi sedimen tanah maupun pasir serta menambah kandungan oksigen
kedalam air sebelum digunakan untuk media pemeliharaan ikan.
2.2 Lokasi
Pemilihan lokasi unit pembenihan mutlak harus dilakukan hal ini terutama berhubungan ketersediaan dan
kualitas air, baik air tanah maupun air irigasi harus tersedia dalam jumlah yang cukup sepanjang tahun, lokasi unit
pembenihan harus memiliki akses jalan yang baik untuk menunjang operasional kegiatan pembenihan dan pemasaran
benih, selain itu untuk menghindari musibah lokasi unit pembenihan harus bebas dari banjir dan tanah longsor.
2.3 Peralatan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Hapa jaring
Hapa penampungan
Bak penampungan
induk
Seser halus (scope net)
Pompa air
Sistem aerasi
Termometer
Akuarium + Rak
akuarium
Bak / kolam
pendederan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Alat suntik (spuit)
Kateter/kanulator
Timbangan
Baskom
Handuk / Sarung
tangan
Bulu ayam
Corong penetasan
telur
Corong penetasan
artemia
Peralatan penunjang
lainnya
3. 3
2.4 Bahan
Bahan yang digunakan pada kegiatan pembenihan antara lain adalah sebagai berikut
-
-
-
-
-
Pakan Induk
Pakan Benih
Hormon Ovaprim
Obat-obatan
Artemia
-
-
-
-
Sodium (NaCl 0,9%)
Suspensi tanah merah
Tissue
Bahan penunjang
lainnya
3. PENGELOLAAN INDUK
Pengelolaan induk memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan
pembenihan. Induk yang baik adalah modal dasar untuk mencapai keberhasilan dalam
memproduksi benih. Metode penyuntikan, jenis hormon dan penanganan induk yang baik
pada waktu kegiatan pemijahan menjadi sia-sia jika induk yang digunakan tidak baik.
3.1 Karakter Induk
Induk patin yang baik untuk dipijahkan adalah induk yang telah berumur antara 2,5 – 5
tahun dengan berat antara 3 – 6 Kg. Induk ukuran ini mudah ditangani, memerlukan sedikit hormon dan tingkat
ovulasinya lebih tinggi dibanding dengan induk yang lebih tua dan berukuran lebih besar.
3.2 Pengelolaan Induk
3.2.1 Pengelolaan Kolam Induk
Beberapa kegiatan manajemen harian yang dilakukan adalah mencegah masuknya ikan-ikan liar pada kolam
pemeliharaan induk, membersihkan sampah/kotoran dan sisa pakan, memelihara kualitas air agar tetap ideal untuk
pemeliharaan induk, memasang saringan pada saluran inlet dan outlet. Untuk meningkatkan kandungan oksigen pada
kolam dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan tetap melakukan penggantian air secara
terus menerus selain itu dapat juga dengan penambahan kincir air atau aerasi dari blower.
4. 4
Pergantian air harus dilakukan jika kualitas air tidak dapat ditingkatkan hanya dengan menggunakan kincir air
dan aerasi. Untuk daerah tertentu pergantian air tidak dapat dilakukan secara berkesinambungan karena kuantitas air
yang sangat terbatas terutama pada musim kemarau, oleh karena itu pergantian air dapat melalui filtrasi sistem
tertutup.
Pemeliharaan induk jika memungkinkan dilakukan dalam beberapa kelompok dan
diperlihara secara terpisah hal ini dimaksudkan agar dapat digunakan secara bergantian.
Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam tanah dan dapat juga menggunakan kolam
tembok dengan kepadatan 3 – 5 ekor/m2, kualitas air ideal untuk induk suhu antara 25 – 30 oC,
pH 6,0 – 8,5 dan kandungan oksigen terlarut minimal 4 mg/L.
3.2.2 Pengelolaan Pakan Induk
Waktu pemberian pakan tidak hanya untuk memberi pakan tetapi juga waktu untuk
mengamati dan mengevaluasi kondisi ikan dan air. Pengamatan tingkah laku makan harian
ikan sangatlah penting untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan.
Selama pemberian pakan dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku makan ikan, warna dan kondisi air,
kondisi kincir, aerasi dan memastikan kalau tidak ada ikan liar yang masuk kedalam kolam pemeliharaan induk. Pakan
yang diberikan jangan terlalu banyak atau sampai tersisa karena akan menyebabkan turunnya kualitas air. Pola
makan ikan terkadang tidak sama setiap harinya maka pakan yang diberikan harus dikontrol dan tercatat dengan
baik baik waktu dan jumlah pemberian pakan serta jenis pakan yang diberikan. Pakan yang umum diberikan pada
induk patin adalah pellet komersial dengan kadar protein 30 – 35 %. Jumlah pemberian pakan maksimum adalah 2 - 3
% dari berat biomass dan diberikan 2 - 3 kali perhari pada pagi, sore dan atau malam hari.
5. 5
4. PEMIJAHAN BUATAN DAN PENETASAN TELUR
4.1 Persiapan
4.1.1 Persiapan Induk
Sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, mempersiapkan jumlah induk yang akan disuntik harus dilakukan.
Membuat target pada setiap kegiatan pembenihan sangat diperlukan untuk menjaga produksi yang
berkesinambungan baik dalam segi jumlah maupun kualitas benih yang akan dihasilkan. Faktor utama yang
membatasi jumlah induk yang akan digunakan adalah fasilitas penetasan telur yang berupa corong penetasan dan
perawatan larva yang berupa bak fiber, akuarium ataupun kolam.
Kelebihan kapasitas baik telur maupun larva akan menyebabkan rendahnya daya tetas telur dan tingkat
kelulushidupan larva, sehingga sangat penting bagi pembenih untuk memperhitungkan jumlah target produksi dengan
fasilitas - fasilitas pembenihan yang dimilikinya. Setelah diketahui jumlah induk yang akan direncanakan untuk disuntik
maka 2 (dua) hari sebelum induk diseleksi induk dipuasakan terlebih dahulu. Jika induk tidak di puasakan dan
dipaksakan diseleksi maka akan dapat menyebabkan induk luka dan stress, yang akhirnya akan menyebabkan
gagalnya ovulasi telur.
4.1.2 Persiapan Alat dan Bahan
Langkah awal yang sangat penting dalam kegiatan pembenihan adalah persiapan. Langkah-langkah dalam
persiapan meliputi perencanaan, pengecekan kondisi peralatan pemberokan atau inkubasi induk, pendataan,
pengecekan terhadap kesiapan dan kelayakan kondisi peralatan dan bahan yang akan digunakan.
4.2 Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan, langkah ini sangat
menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan sehingga harus dilakukan secara
teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.
Pada umumnya, induk ikan betina yang telah matang gonad
memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan dengan induk jantan atau
induk betina yang belum dewasa. Postur tubuh induk betina
cenderung melebar dan pendek, perut lembek, halus dan membesar kearah anus.
6. 6
Urogenital membengkak dan membuka serta berwarna merah tua. Sedangkan postur tubuh induk jantan relatif lebih
langsing dan panjang, apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan putih kental
(cairan sperma).
Untuk menjamin pemilihan induk betina matang gonad, dapat dilakukan dengan pengukuran diameter telur dan
pengamatan pergerakan inti sel telur. Proses ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengambilan telur
menggunakan kateter atau kanulator dari kantung telur. Telur yang sudah diambil diletakkan pada larutan sera untuk
mengukur diameter telur dan pergerakan inti sel dibawah mikroskop. Telur dari induk yang sudah matang gonad
ditandai dengan ukurannya yang relatif seragam, memiliki diameter lebih dari 1,0 mm dan pada larutan serra > 80 %
inti sel bergerak ke pinggir.
Satu hari sebelum proses seleksi induk dilakukan induk dipuasakan, induk ditangkap dengan cara dijaring dan
diserok satu persatu untuk diseleksi kematangan gonadnya. Seleksi pertama dilakukan secara visual dikolam yaitu
dengan mengamati dan meraba bagian perut betina dan urogenitalnya, bila secara visual induk betina matang
gonad maka induk dipindahkan ke bak inkubasi induk untuk persiapan penyuntikan dan apabila induk betina tidak
matang gonad maka induk langsung dilepaskan kembali pada kolam pemeliharaan induk. Induk jantan juga diseleksi
dengan mengurut bagian perut kearah anal jika keluar cairan putih kental maka induk jantan tersebut terpilih untuk
dipijahkan, induk jantan terpilih dipindah ke bak inkubasi.
4.3 Penyuntikan Hormon
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses
pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses pengeluaran telur dan pembuahan dengan
mencampur sperma dan telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang
sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan mas. Dalam petunjuk ini akan dijelaskan
penggunaan hormon ovaprim. Faktor yang paling penting mempengaruhi keberhasilan proses
ovulasi adalah manajemen harian induk untuk mencapai kematangan gonad yang cukup.
Hormon yang digunakan adalah ovaprim, standar dosis ovaprim yang diberikan untuk induk
betina adalah 0,5 ml/kg sedangkan untuk induk jantan adalah 0,2 ml/kg (bila diperlukan).
Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali pada bagian intramuscular di punggung atas kanan/kiri
sudut penyuntikan 45o, dengan interval waktu penyuntikan pertama dan kedua sekitar 6-12 jam. Penyuntikan pertama
sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan sisanya 2/3 bagian lagi diberikan pada penyuntikan kedua.
7. 7
Setelah penyuntikan kedua, 6-8 jam kemudian dilakukan pengecekan
ovulasi induk, pengecekan ini akan menentukan saat pengeluaran telur untuk proses
pembuahan. Bila pengeluaran telur dilakukan sebelum ovulasi (terlalu cepat waktu),
maka pengeluaran telur tidak akan lancar dan biasanya persentase keberhasilan
pembuahan akan rendah. Sedangkan bila terlalu lambat, pembuahan biasanya juga
gagal karena air sudah masuk ke dalam kantung telur yang menyebabkan lubang
mikrofil pada telur sudah tertutup. Pengecekan ovulasi dilakukan dengan cara
melakukan pengurutan pada bagian dekat urogenital secara perlahan dan hati-
hati. Ovulasi sudah tercapai bila sudah ada sedikit telur yang keluar sehingga pengurutan secara keseluruhan dapat
dilanjutkan untuk proses pembuahan.
4.4 Striping
Jika induk siap ovulasi, tahapan selanjutnya adalah striping, proses striping sampai
memasukan telur kedalam corong penetasan harus dilakukan dengan cepat dan lembut.
Oleh karena itu persiapan peralatan harus dilakukan dengan teliti sebelum kegiatan
pembenihan dimulai.
Setelah 6 (enam) jam setelah penyuntikan kedua dilakukan pengecekan terhadap induk
betina dilakukan pengecekan terhadap induk betina apakah sudah ovulasi atau belum,
langkah pertama yang dilakukan adalah pembiusan terhadap induk. Hal ini dimaksudkan
agar memudahkan dalam proses pengecekan dan mengurangi tingkat stress pada ikan. Pembiusan dilakukan dengan
menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm.
Setelah induk terbius langkah selanjutnya adalah pengecekan ovulasi, ovulasi dilakukan dengan cara mengurut
perut induk ikan dari arah perut ke lubang genital, langkah ini dilakukan dengan hati-hati, waktu striping yang tepat
adalah pada saat telur keluar ketika dilakukan pemijatan yang lembut pada bagian perut dan jangan melakukan
pijatan yang keras atau dipaksakan.
Apabila induk belum ovulasi maka dilakukan penimbangan berat induk dan kanulasi dengan kateter. Adapun
tujuan dari penimbangan tersebut adalah untuk mengetahui ada tidaknya penambahan berat pada induk, apabila
berat induk bertambah maka dimungkinkan ada perkembangan telur tetapi lambat, sedangkan tujuan dari kanulasi
adalah untuk melihat perkembangan oosit. Menimbang induk dan kanulasi ini baik dilakukan apabila memungkinkan,
namun bukanlah suatu keharusan, bila induk belum juga ovulasi maka kegiatan pengecekan tersebut dilakukan lagi
8. 8
setiap satu jam, apabila saat pengecekan induk sudah ovulasi maka segera dilakukan pengurutan/ striping telur.
Setelah semua telur habis distriping maka telur yang dihasilkan tersebut ditimbang total untuk mengetahui jumlah telur
yang dihasilkan maka diambil sampel sebanyak 1 gram, telur kemudian dihitung jumlahnya dan kemudian dikalikan
dengan berat total telur.
Penimbangan berat total telur dan sampling telur adalah untuk mengetahui jumlah telur dan untuk
mengevaluasi suatu kegiatan pembenihan, walaupun untuk tujuan produksi kegiatan ini tidak selalu harus dilakukan,
namun penimbangan untuk mengetahui jumlah telur yang diperoleh sangat disarankan untuk mengestimasi hasil
panen dan mengevaluasi kegiatan pembenihan.
Pada saat yang bersamaan diambil juga sedikit sampel sperma induk jantan untuk diamati kualitasnya dibawah
mikroskop, pengamatan kualitas sperma dilakukan dengan cara mengambil satu tetes sampel sperma diatas objek
glass kemudian sampel tersebut ditetesi air segar, pengamatan dibawah mikroskop dilakukan bertepatan dengan
diteteskanya air. Sperma yang kualitasnya baik adalah yang spermatozoanya bergerak aktif ketika diteteskan air.
Dengan cara yang sederhana evaluasi kualitas sperma dilakukan dengan menggunakan
beberapa jantan yang matang gonad yang mengeluarkan cairan sperma putih kental dengan
mudah ketika diurut/distriping. Jika pengelolaan induk cukup baik biasanya induk jantan yang
matang lebih mudah diperoleh dibanding induk betina matang gonad. Setelah diketahui kulitas
sperma baik maka dilakukan striping pada induk jantan untuk mengambil spermanya, sperma
yang keluar ditampung pada wadah yang telah berisi telur. Striping untuk memperoleh sperma
dilakukan dengan pijatan tangan sepanjang posisi testis pada abdomen jantan
4.5 Inseminasi Buatan
Pembuahan buatan dilakukan dengan cara mencampur telur dan sperma dengan larutan
sodium 0,9 % dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran larutan
sodium ini adalah untuk mengencerkan sperma agar sperma dan telur dapat tercampur secara
lebih merata.
Setelah diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah selanjutnya adalah
pencampuran larutan tanah merah yang berguna untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian
diaduk sempurna hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan larutan tanah
merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan menggunakan air bersih hingga telur bersih
sempurna. Telur yang telah bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
9. 9
4.6 Pemanenan Larva
Larva mulai menetas setelah kurang lebih 20 jam setelah inseminasi. Larva menetas
tidak bersamaan tetapi secara bertahap, pemanenan larva dilakukan 24 – 28 jam setelah
inseminasi. Larva yang menetas didalam corong penetasan akan bergerak mengikuti
aliran air kedalam bak penampungan dimana dalam bak telah dipersiapkan dipasang
hapa halus untuk menampung larva kemudian larva dipanen dengan cara diambil
dengan seser halus secara hati-hati dan perlahan.
5 PEMELIHARAAN LARVA DAN BENIH
5.1 Gambaran Umum
Pemeliharaan larva dan benih ikan patin sebaiknya dilakukan didalam ruangan
tertutup agar dapat dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat
masuk kedalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat terdiri
dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak semen maupun bak kayu,
hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kebersihan dan ukuran wadah. Padat
tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/liter.
Larva dipelihara selama 15 hari, dimana larva ikan akan mencapai ukuran ¾ inchi,
larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur 30 jam hingga 7 hari, adapun pada
hari ke 8 hingga ke 15 larva diberi pakan cacing sutera. Suhu optimal untuk
pemeliharaan larva ikan patin adalah antara 29-30oC, selama pemeliharaan larva
dilakukan penyiponan sisa pakan dan faeces secara rutin, penambahan dan pergantian
air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai
dengan kebutuhan.
10. 10
Larva akan berangsur-angsur akan berubah menjadi benih pada umur sekitar 15 hari dan pada umur tersebut
benih kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar agar pertumbuhan benih lebih optimal,
wadah pendederan dapat berupa bak semen ataupun bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan
pemeliharaan larva hingga benih harus dicatat dan terdokumentasi dengan baik, hal ini untuk menghitung biaya
produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi benih patin, selain itu bertujuan untuk memudahkan dalam evaluasi bila
terjadi kendala dan masalah dalam proses pemeliharaan benih. Secara sederhana form pencatatan pemelirahaan
larva/benih sebagaimana terlampir.
5.2 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Wadah yang dapat digunakan untuk pemeliharaan larva yaitu akuarium, bak fiber, bak semen, atau bak kayu.
Yang perlu diperhatikan adalah ketinggian air media pemeliharaan larva sebaiknya tidak terlalu dalam atau tinggi,
idealnya adalah 20-40 cm. bila terlalu tinggi akan menyulitkan larva dalam mengambil oksigen dari udara, karena ikan
patin sesekali akan mengambil oksigen dari udara meskipun kandungan oksigen terlarut dalam air cukup karena
diberikan aerasi. Sebelum digunakan untuk pemeliharaan larva, wadah dicuci dengan deterjen hingga bersih
kemudian dibilas dengan desinfektan seperti klorin, kaporit atau PK, kemudian dibilas dengan air bersih dan dibiarkan
kering. Setelah benar-benar kering wadah dapat diisi dengan air bersih sebagai media pemeliharaan larva, pengisian
air dilakukan sehari sebelum larva akan ditebar, kedalam wadah ditambahkan aerasi.
5.3 Pengelolaan Pakan
Larva ikan patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia setelah berumur 30-35 jam setelah menetas
hingga larva berumur 7 hari, frekwensi pemberian pakan berupa nauplius artemia sebanyak 5 kali dengan interval
waktu 4 jam sekali. Pada hari kedua dan ketiga sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 6 kali
dengan interval waktu 4 jam sekali, hal ini dikarenakan pada umur tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan
pada hari ke 4 hingga hari ke 7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan menjadi 5 kali dengan interval waktu 4
jam sekali.
Setelah berumur lebih dari 7 hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutera (tubifek), cacing sutera
yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu hal ini karena ukuran bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.
11. 11
5.3.1 Cara Pemberian Pakan Nauplius Artemia
Cyste artemia ditetaskan dengan cara perendaman dengan air laut atau air garam dengan salinitas 20-30 ppt,
selama penetasan cyste artemia pada corong penetasan diberikan aerasi kuat agar cyste dapat teraduk dan tidak
mengumpul dibawah corong penetasan artemia. Cyste akan menetas sempurna dan siap untuk dipanen setelah 24-
28 jam.
Cara penen nauplius artemia dengan cara mematikan aerasi atau mengangkat selang aerasi kemudian diamkan
selama 10 menit, setelah itu cangkang cyste artemia akan mengapung dipermukaan sementara nauplius akan
mengendap di dasar corong penetasan. Pemanenan nauplius artemia adalah dengan mengambil cangkang cyste
artemia dengan menggunakan seser secara perlahan agar tidak teraduk, cara lain adalah dengan menyipon nauplius
artemia dengan selang kecil secara perlahan. Nauplius artemia kemudian disaring dengan menggunakan saringan
plankton atau dengan kain mori.
Setelah artemia disaring, dilakukan pembilasan dengan menggunakan air tawar bersih. Nauplius artemia kemudian
dilarutan dalam air tawar dan ditebar pada media pemeliharaan larva secara merata.
5.3.2 Cara Pemberian Pakan Cacing Sutera
Pemberian cacing sutera pada masa peralihan pakan dari nauplius artemia ke cacing sutera harus dicincang
terlebih dahulu sampai halus, setelah cukup halus menggunakan saringan atau seser halus potongan cacing tersebut
dibilas dengan air sampai bersih. Potongan cacing yang telah bersih dapat ditebarkan pada kolam pemeliharaan
larva, dengan pertambahan umur ukuran ikan menjadi lebih besar sehingga pemberian pakan cacing sutera tidak
harus dicincang halus lagi tetapi cukup langsung diberikan.
5.4 Pengelolaan Kualitas Air
Selama masa pemeliharan setiap pagi harus dilakukan penyiponan yang bertujuan untuk membuang feces ikan
dan sisa-sisa pakan yang berlebih. Penyiponan dilakukan menggunakan selang kecil sebelum pemberian pakan di
pagi hari, sekitar pukul 6-7 pagi. Air siponan ditampung dengan menggunakan ember, hal ini untuk menampung larva
12. 12
yang mungkin ikut tersipon. Perlakuan untuk mengambil larva yang ikut tersipon adalah dengan memutar air pada
ember agar kotoran mengumpul ditengah dan dapat dengan mudah sipon kembali, larva akan berenang melawan
arus putaran air sehingga dapat dengan mudah diambil dengan menggunakan seser halus.
Penggantian air dilakukan pada hari ke 4 atau ke 5 masa pemeliharaan larva atau tergantung kondisi air,
selanjutnya dapat dilakukan 2 hari sekali. Penggantian air dengan menggunakan selang yang telah diberi pengaman
berupa jaring halus agar larva tidak ikut tersedot, setelah air berkurang dinding wadah bagian samping dan dasar
dilap dengan menggunakan kain/spon bersih, setelah dirasa cukup bersih baru dilakukan penambahan air media
dengan menggunakan air bersih yang telah diendapkan terlebih dahulu.
]
13. 13
6 PANEN DAN TRANSPORTASI BENIH
6.1 Panen Benih
Setelah benih berumur 15 hari, ukuran benih sekitar ¾ inci dan siap untuk dipanen.
Setelah semua larva dipanen, dihitung survival rate (survival rate = jumlah benih yang
hidup dibagi jumlah larva yang ditebar x 100), jumlah artemia dan cacing yang
digunakan untuk melengkapi form pemeliharaan larva. Selanjutnya benih tersebut
didederkan dikolam, bak semen atau bak kayu. Pendederan selama satu bulan benih
dapat mencapai ukuran 2-3,5 inchi.
Cara memanen benih adalah dengan mengurangi ketinggian air hingga tersisa 10 %
dari ketinggian awal, kemudian benih diseser dengan menggunakan seser halus secara
perlahan, lalu ditampung pada wadah sementara berupa ember untuk dihitung dan
selanjutnya masuk ketahap pendederan benih pada wadah pemeliharaan yang lebih besar.
6.2 Penghitungan Larva dan Benih
Larva akan berangsur-angsur akan berubah menjadi benih hingga umur 15 hari dan pada umur tersebut benih
kemudian dipanen dan didederkan pada wadah yang lebih besar agar pertumbuhan benih lebih optimal, wadah
pendederan dapat berupa bak semen ataupun bak fiber hingga benih berukuran 2-3 inchi, seluruh kegiatan
pemeliharaan larva hingga benih harus dicatat dan terdokumentasi dengan baik, hal ini untuk menghitung biaya
produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi benih patin, selain itu bertujuan untuk memudahkan dalam evaluasi bila
terjadi kendala dan masalah dalam proses pemeliharaan benih.
Penghitungan larva dilakukan dengan cara sampling menggunakan gelas ukur volume 10 ml, kemudian larva yang
tertampung dihitung jumlahnya untuk kemudian dikalikan dengan volume total larva yang didapatkan dalam gelas
ukur yang bervolume lebih besar. Hal ini sekaligus untuk mengetahui hathcing rate (HR) jumlah telur yang berhasil
menetas menjadi larva, sedangkan untuk pengitungan benih dapat juga dilakukan dengan cara yang sama tentunya
dengan gelas ukur yang volumenya lebih besar.
14. 14
6.3 Transportasi Larva dan Benih
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam transportasi ikan yaitu persiapan terhadap ikan itu sendiri dan cara
pengangkutannya.
6.3.1 Persiapan Benih
Benih yang akan dipacking harus dipuasakan terlebih dahulu, bila benih tidak dipuasakan
kemungkinan besar benih akan mengalami stress dan memuntahkan makanan yang telah
dimakannya, sehingga kotoran dapat menurunkan kualitas air. Benih harus dipuasakan sekitar
24 jam sebelum dipacking, benih ikan juga harus dalam keadaan baik dan sehat agar tetap
hidup sampai ke tempat tujuan.
6.3.2 Transportasi Benih
Transportasi benih ikan secara umum ada dua cara secara terbuka dan secara tertutup.
a. Cara Terbuka
Transportasi benih dengan cara ini biasanya digunakan untuk jarak jauh dekat atau jalan yang ditempuh jalan
darat. Wadah yang digunakan biasanya drum plastik atau fiberglass. Selama pengangkutan pada wadah
pengangkutan dipasang aerasi menggunakan oksigen murni. Kedalam wadah pengangkutan biasanya ditambahkan
es untuk menurunkan suhu selama pengangkutan (22-25oC).
Tahapan cara pengangkutan ini yaitu :
1. Drum plastik atau fiberglass diisi dengan air bersih sampai memenuhi wadah, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
goncangan yang keras yang dapat menyebabkan ikan stress. (khusus patin siam harus ada rongga udara disekitar
tutup wadah pengangkutan, karena patin siam perlu mengambil oksigen dari udara);
2. Pasang dan salurkan aerasi oksigen murni pada wadah pengangkutan;
3. Masukan ikan yang akan diangkut;
4. Masukan es batu dalam plastik.
15. 15
b. Cara Tertutup
Pengangkutan dengan cara ini paling umum dilakukan karena sangat mudah dan aman untuk jarak dekat maupun
jarak jauh. Cara ini menggunakan kantong plastik berukuran 40x60 cm yang diisikan oksigen murni. Untuk
pengangkutan jarak jauh, biasanya kantong plastik tersebut dimasukan kedalam styrofoam terutama bila
menggunakan angkutan udara. Pada styrofoam diletakkan es yang dibungkus dengan kantong plastik agar suhu
selama pengangkutan rendah. Banyaknya ikan dalam satu kantong plastik tergantung lamanya waktu pengangkutan,
sebagai contoh pengangkutan benih patin umur 2 minggu yang berukuran ¾ inchi dengan waktu tempuh perjalanan
dibawah 2 jam diisi 5.000 ekor/kantong sedangkan untuk jarak jauh dengan waktu tempuh 7-24 jam diisi 2.000
ekor/kantong.
Tahapan cara pengangkutan ini adalah sebagai berikut:
1. Kantong plastik yang digunakan harus dua lapis;
2. Tampung ikan sebelum dipacking;
3. Masukan ikan ke dalam plastik;
4. Tambahkan air bersih kedalam kantong plastik sampai volumenya 1/3 dari volume kantong plastik;
5. Buang udara yang ada dalam kantong plastik tersebut;
6. Isi kantong plastik tersebut dengan oksigen murni sampai kantong menggembung dengan perbandingan volume air
dan oksigen murni 1 : 2;
7. Kemudian simpulkan ujung kantong plastik tersebut dan ikat dengan karet;
8. Masukkan kantong plastik tersebut kedalam styrofoam lalu diberikan 1 atau 2 bungkus es;
9. Tutup styrofoam dan lakban sambungan antara tutup dengan bagian bawah styrofoam dengan rapat.
6.3.3 Transportasi Larva
Prinsip dasar transportasi larva satu hari sama dengan transportasi benih, yaitu minimal 2/3 bagian plastik diisi
oksigen murni. Larva satu hari yang sudah diketahui jumlahnya dipacking dengan menggunakan plastic ukuran yang
sama seperti packing benih. Untuk transportasi jarak jauh dengan waktu tempuh lebih dari 2 jam, satu kantong
direkomendasikan 20.000 ekor larva. Untuk pengangkutan dengan waktu tempuh dibawah 2 jam, biasanya untuk
100.000 ekor larva diangkut dengan 3-4 kantong plastik packing.
18. 18
Lampiran 2.
Tabel Pemberian Pakan
Jenis Pellet : …………………………………
Nomor Kolam : …………………………………
Jumlah Ikan : ……………………….…ekor
Pakan
Pagi SoreNo Tanggal
Berat (Kg) Petugas Berat (Kg) Petugas
Catatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Jumlah Pakan …… A …Kg …… B
……Kg
Total Pakan .. A + B .. Kg
19. 19
Lampiran 3.
Data Pembenihan
Seleksi Induk Jantan
Tanggal : …………………….
Kolam No. : …………………….
No Berat (Kg) Dosis Hormon 0,5 ml/Kg (ml) Catatan
1
2
3
4
5
…
dst
Jumlah Induk Jantan Terseleksi ..… ekor
Seleksi Induk Betina
Tanggal : …………………….
Kolam No. : …………………….
Penyuntikan (ml)
No Berat (Kg)
Dosis Hormon
0,5 ml/Kg
(ml) Pertama
1/3 x dosis
Kedua
2/3 x dosis
Catatan
1
2
3
4
5
…
dst
Jumlah Induk Betina Terseleksi ..… ekor
20. 20
Lampiran 3. (lanjutan)
Striping
Tanggal : …………………….
Jumlah Telur (butir)
No
Berat
Induk
Betina
(Kg)
Waktu
Stripin
g
Berat Telur
Total (gram) Samplin
g (1
gram)
Total
Catata
n
1
2
3
4
5
6
…
dst
Catatan Produksi Larva/Benih
Tanggal : …………………….
Komoditas : …………………….
No
Wadah
Pemeliharaan
(Akuarium, Bak
Fiber, dll)
Volume Air
(liter)
Padat
Tebar
(ekor/liter)
Jumlah
Tebar
(ekor)
Catatan
1
2
3
4
5
6
….
dst