Epilepsi adalah kelainan neurologi yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan pada otak. Penyebabnya dapat berupa gangguan genetik, cidera otak, infeksi, atau tumor. Terdapat berbagai jenis epilepsi yang diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan bentuk serangannya. Pengobatan epilepsi bertujuan meningkatkan transmisi inhibitori di otak dengan menggunakan obat seperti benzodiazepin atau menur
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan manifestasi klinis dari bangkitan serupa yang terjadi secara mendadak akibat hiperaktivitas sel saraf di otak. Terdapat berbagai klasifikasi epilepsi seperti parsial, umum, dan tak tergolongkan, serta etiologi, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya yang umumnya menggunakan obat antiepilepsi.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi. Epilepsi adalah gangguan sistem saraf otak yang disebabkan aktivitas berlebihan sel-sel saraf di otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi seperti bengong, kejang-kejang, dan kontraksi otot. Epilepsi diklasifikasikan menjadi idiopatik (penyebabnya tidak diketahui) dan simptomatik (penyebabnya diketahui seperti cedera kepala atau tumor otak). Gejalanya berupa
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan klien epilepsi, meliputi pengertian epilepsi sebagai gangguan serebral kronik yang ditandai oleh serangan proksimal berkala, insiden dan etiologi epilepsi, klasifikasi serangan epilepsi seperti partial dan umum, serta pemeriksaan diagnostik dan pengobatan epilepsi.
Epilepsi adalah kelainan neurologi yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan pada otak. Penyebabnya dapat berupa gangguan genetik, cidera otak, infeksi, atau tumor. Terdapat berbagai jenis epilepsi yang diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan bentuk serangannya. Pengobatan epilepsi bertujuan meningkatkan transmisi inhibitori di otak dengan menggunakan obat seperti benzodiazepin atau menur
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan manifestasi klinis dari bangkitan serupa yang terjadi secara mendadak akibat hiperaktivitas sel saraf di otak. Terdapat berbagai klasifikasi epilepsi seperti parsial, umum, dan tak tergolongkan, serta etiologi, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya yang umumnya menggunakan obat antiepilepsi.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi. Epilepsi adalah gangguan sistem saraf otak yang disebabkan aktivitas berlebihan sel-sel saraf di otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi seperti bengong, kejang-kejang, dan kontraksi otot. Epilepsi diklasifikasikan menjadi idiopatik (penyebabnya tidak diketahui) dan simptomatik (penyebabnya diketahui seperti cedera kepala atau tumor otak). Gejalanya berupa
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan klien epilepsi, meliputi pengertian epilepsi sebagai gangguan serebral kronik yang ditandai oleh serangan proksimal berkala, insiden dan etiologi epilepsi, klasifikasi serangan epilepsi seperti partial dan umum, serta pemeriksaan diagnostik dan pengobatan epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan paroksismal otak yang menyebabkan pergerakan, sensasi, dan tingkah laku tidak normal yang bermula dan berakhir secara spontan. Ia disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, masalah otak seperti tekanan cairan otak dan infeksi, serta faktor luar seperti racun dan masalah metabolik. Serangan epilepsi boleh dicetuskan oleh keletihan, stres, demam, dan pengambilan alk
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan kelompok gejala yang ditandai dengan terjadinya kejang berulang akibat gangguan listrik pada sel-sel saraf otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor primer maupun sekunder seperti trauma, infeksi, dan tumor otak. Gejalanya bervariasi namun umumnya meliputi kehilangan kesadaran, kejang, dan peningkatan produksi liur. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan seperti
Asuhan keperawatan klien dengan epilepsianche_meys
Seorang wanita 50 tahun datang dengan keluhan kejang berulang selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan kesadaran somnolen tanpa kelainan pada pemeriksaan saraf dan penunjang. Pasien memiliki riwayat epilepsi selama 7 tahun yang tidak diobati selama sebulan terakhir.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan saraf yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan berkala disertai perubahan kesadaran. Juga dijelaskan berbagai jenis epilepsi seperti grand mal, petit mal, dan spasme infantil serta penyebab dan mekanisme terjadinya epilepsi. Selanjutnya dibahas pula beberapa obat antiepilepsi seperti fenitoin, fenobarbital, dan karbamazepin beserta mekanisme kerja dan e
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan neurologis yang ditandai dengan kecenderungan mengalami kejang berulang. Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, cedera otak, infeksi, dan masalah metabolisme. Gejalanya bervariasi mulai dari kejang ringan hingga kejang hebat yang disertai ketidaksadaran. Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis, pemeriksaan EEG, dan penggunaan obat antiep
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Sakit kepala atau migrain melibatkan vasokonstriksi dan vasodilatasi arteri yang menyebabkan gangguan fungsi otak dan kesakitan. Jenis migrain termasuk klasik dengan aura dan biasa tanpa aura, disebabkan oleh faktor psikologi, fisiologi dan makanan tertentu. Gejala termasuk sakit kepala sebelah, muntah, dan gangguan penglihatan. Rawatan untuk serangan akut dan pencegahan meliputi ubat-ubatan seperti ergot
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi obat antiepilepsi. Obat-obat antiepilepsi bekerja dengan menstabilkan sel-sel saraf dengan memblokir kanal ion seperti sodium dan kalsium, meningkatkan transmisi inhibitori GABA, dan mengurangi transmisi glutamat. Tata laksana status konvulsi meliputi pemberian lorazepam, fenitoin, dan fenobarbital secara intravena secara bertahap jika kejang berlanjut.
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Dokumen tersebut membahas tentang obat anti Parkinson dan obat perangsang sistem saraf pusat, mencakup penjelasan tentang penyebab Parkinson, pembagian Parkinson berdasarkan etiologi dan gejala, jenis-jenis obat anti Parkinson beserta cara kerjanya, serta jenis-jenis obat perangsang sistem saraf pusat beserta efek dan kelemahannya."
Laporan kasus ini membahas tentang diagnosa dan pengobatan tuberculosis pada anak. Pasien didiagnosa dengan TB paru berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-TB selama 6-12 bulan yang terdiri dari fase intensif dan lanjutan. Pemantauan efek samping dan kepatuhan terapi dilakukan secara berkala.
Epilepsi adalah gangguan paroksismal otak yang menyebabkan pergerakan, sensasi, dan tingkah laku tidak normal yang bermula dan berakhir secara spontan. Ia disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, masalah otak seperti tekanan cairan otak dan infeksi, serta faktor luar seperti racun dan masalah metabolik. Serangan epilepsi boleh dicetuskan oleh keletihan, stres, demam, dan pengambilan alk
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, yang merupakan kelompok gejala yang ditandai dengan terjadinya kejang berulang akibat gangguan listrik pada sel-sel saraf otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh faktor primer maupun sekunder seperti trauma, infeksi, dan tumor otak. Gejalanya bervariasi namun umumnya meliputi kehilangan kesadaran, kejang, dan peningkatan produksi liur. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan seperti
Asuhan keperawatan klien dengan epilepsianche_meys
Seorang wanita 50 tahun datang dengan keluhan kejang berulang selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan kesadaran somnolen tanpa kelainan pada pemeriksaan saraf dan penunjang. Pasien memiliki riwayat epilepsi selama 7 tahun yang tidak diobati selama sebulan terakhir.
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan saraf yang ditandai dengan serangan tiba-tiba dan berkala disertai perubahan kesadaran. Juga dijelaskan berbagai jenis epilepsi seperti grand mal, petit mal, dan spasme infantil serta penyebab dan mekanisme terjadinya epilepsi. Selanjutnya dibahas pula beberapa obat antiepilepsi seperti fenitoin, fenobarbital, dan karbamazepin beserta mekanisme kerja dan e
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, gangguan neurologis yang ditandai dengan kecenderungan mengalami kejang berulang. Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, cedera otak, infeksi, dan masalah metabolisme. Gejalanya bervariasi mulai dari kejang ringan hingga kejang hebat yang disertai ketidaksadaran. Diagnosis didasarkan pada riwayat klinis, pemeriksaan EEG, dan penggunaan obat antiep
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Sakit kepala atau migrain melibatkan vasokonstriksi dan vasodilatasi arteri yang menyebabkan gangguan fungsi otak dan kesakitan. Jenis migrain termasuk klasik dengan aura dan biasa tanpa aura, disebabkan oleh faktor psikologi, fisiologi dan makanan tertentu. Gejala termasuk sakit kepala sebelah, muntah, dan gangguan penglihatan. Rawatan untuk serangan akut dan pencegahan meliputi ubat-ubatan seperti ergot
Dokumen tersebut membahas tentang farmakoterapi obat antiepilepsi. Obat-obat antiepilepsi bekerja dengan menstabilkan sel-sel saraf dengan memblokir kanal ion seperti sodium dan kalsium, meningkatkan transmisi inhibitori GABA, dan mengurangi transmisi glutamat. Tata laksana status konvulsi meliputi pemberian lorazepam, fenitoin, dan fenobarbital secara intravena secara bertahap jika kejang berlanjut.
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Dokumen tersebut membahas tentang obat anti Parkinson dan obat perangsang sistem saraf pusat, mencakup penjelasan tentang penyebab Parkinson, pembagian Parkinson berdasarkan etiologi dan gejala, jenis-jenis obat anti Parkinson beserta cara kerjanya, serta jenis-jenis obat perangsang sistem saraf pusat beserta efek dan kelemahannya."
Laporan kasus ini membahas tentang diagnosa dan pengobatan tuberculosis pada anak. Pasien didiagnosa dengan TB paru berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-TB selama 6-12 bulan yang terdiri dari fase intensif dan lanjutan. Pemantauan efek samping dan kepatuhan terapi dilakukan secara berkala.
Pasien wanita berusia 50 tahun datang dengan keluhan sesak nafas berat akibat asma yang memburuk. Pemeriksaan menunjukkan eksaserbasi berat dengan FEV1 45%. Terapi yang diberikan meliputi salbutamol nebulizer, oksigen, dan aminofilin IV. Namun, aminofilin tidak tepat obat dan dosis. Rekomendasi penambahan antikolinergik dan kortikosteroid serta penghentian aminofilin."
Kasus 1: Wanita 22 tahun dengan epilepsi mioklonik yang diobati valproat namun mengalami kenaikan berat badan dan perubahan ke epilepsi tonik-klonik. Pengobatan diganti menjadi lamotrigine secara bertahap untuk mencegah status epileptikus.
Kasus 2: Pria 40 tahun dengan riwayat penyakit kronis dan kejang akibat berhenti minum obat antiepilepsi phenytoin selama 4 hari. Diberi obat benzodiazepin se
Pasien menderita demam berdarah dengue (DBD) dengan gejala demam, nyeri perut, dan trombosit rendah. Dokter memberikan beberapa obat yang tidak sesuai, sehingga perawat menyarankan terapi alternatif yaitu parasetamol, cairan infus, antiemetik, suplemen, dan kortikosteroid untuk menangani gejala dan komplikasi DBD.
Berdasarkan studi kasus di atas, terdapat beberapa masalah terkait obat yang perlu mendapat perhatian, antara lain:
1. Keamanan obat, khususnya pada pasien dengan fungsi ginjal dan hati yang terganggu. Perlu penyesuaian dosis obat.
2. Efektivitas obat, seperti interaksi obat pada pasien polifarmasi.
3. Kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat, seperti aturan minum dan diet.
4. Edu
Farmakologi obat emergency, vitamin dan mineral.pdfSugeng Ners
Obat-obat emergensi yang kerap digunakan antara lain epinefrin, norepinefrin, dopamin, dobutamin dan atropin. Epinefrin merupakan obat yang digunakan untuk menangani reaksi alergi berat, henti jantung pada resusitasi jantung paru (RJP), serta tekanan darah turun akibat syok.
PCA dapat menjadi salah satu metode yang cukup aman dan efektif dalam manajemen nyeri akut
Pca memberikan terapi yang lebih bersifat individualistik dibanding terapi konvensional
Konsep dasar PCA, yaitu untuk mencapai MEAC dan mempertahankannya harus dipahami sebelum memulai terapi PCA
Karakteristik pasien juga berpengaruh terhadap manajemen PCA
1. Pasien laki-laki usia 48 tahun dengan diagnosis ulkus diabetes pedis dan riwayat DM dan hipertensi akan menjalani operasi dengan anestesi umum total intravena.
2. Anestesi umum total intravena melibatkan pemberian obat hipnotik, analgesik dan relaksan otot secara intravena seperti propofol, fentanyl dan ketamin.
3. Teknik anestesi ini dianggap aman karena tidak mengganggu jalan nafas dan mudah dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang studi kasus farkoterapi pada pasien wanita berusia 65 tahun yang didiagnosa kanker ovarium dan menerima terapi kemoterapi. Terapi kemoterapi yang diberikan adalah kombinasi Carboplatin dan Paclitaxel beserta obat pendukung untuk mencegah mual dan muntah seperti Ondensetron, Diphenhydramine, Famotidine dan Dexamethasone.
GAGAL GINJAL KRONIK TAHAP AKHIR STUDI KASUS APOTEKERPHARMACEUTICAL CARE SofiaNofianti
Tn MS mengalami gagal ginjal kronis tahap akhir dengan komplikasi diabetes, hipertensi, dan hiperkolesterol. Ia membutuhkan terapi insulin, valsartan, simvastatin, ranitidin, kalsitriol, dan hemodialisis secara rutin. Apoteker memberikan edukasi tentang penggunaan obat dan gaya hidup sehat serta melakukan monitoring parameter kesehatan.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan medis yang mencakup pemberian medikasi, penatalaksanaan nyeri, tetanus, diuretika, keseimbangan asam basa, kelainan elektrolit, dan pelayanan perioperatif.
PERBANDINGAN AKRILAMIDA KOPI BUBUK TRADISIONAL DAN KOPI BUBUK LUWAK DENGAN ME...SofiaNofianti
1. Penelitian ini membandingkan kadar akrilamida dalam enam sampel kopi bubuk tradisional dan luwak menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
2. Hasil analisis menunjukkan kadar akrilamida berkisar antara 128-1461 μg/g, di atas batas aman menurut WHO.
3. Metode KCKT terbukti valid dan dapat digunakan untuk menganalisis kandungan akrilamida d
MASALAH DAN SOLUSI COMPOUNDING AND DISPENSING SEDIAAN PADAT SEMIPADAT STERIL ...SofiaNofianti
Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing berbagai jenis sediaan obat ditinjau dari beberapa kasus yang ada. Kasus-kasus tersebut meliputi masalah ketidaktepatan dosis pemberian obat, kontaminasi obat, inkompatibilitas bahan, dan masalah stabilitas sediaan. Solusi yang diberikan antara lain memberikan informasi yang jelas kepada pasien, menjaga kebersihan dan suhu penyimpanan obat, serta memisahkan
Dokumen tersebut membahas tentang tinjauan berbagai aspek farmasi seperti praktik profesional, penggunaan sediaan farmasi, komunikasi kesehatan masyarakat, dan pengelolaan obat. Juga dibahas tentang tinjauan kognitif, kondisi pasien seperti usia dan penyakit, bentuk sediaan farmasi, dan gangguan kesehatan. Terdapat beberapa kasus yang dijelaskan beserta pertanyaan dan jawabannya untuk menguji pem
Mr. Thomson berusia 32 tahun datang ke apotek karena asmanya yang tidak terkendali. Ia terbangun karena batuk dan menggunakan inhaler beberapa kali sehari. Aliran puncaknya rata-rata 580 L/mnt pagi dan 540 L/mnt malam. Rencana perawatan mencakup meningkatkan obat asmanya, memantau gejala dan aliran puncak, serta memberikan instruksi penggunaan obat yang tepat.
Makalah ini membahas tentang viskometer cone and plate (viskometer Brookfield) yang digunakan untuk mengukur viskositas suatu cairan. Dibahas mengenai definisi, bagian-bagian, prinsip kerja, kelebihan dan kekurangan viskometer ini. Juga dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas dan konsep fisika terkait viskometer Brookfield.
Masalah dan solusi yang terjadi saat compounding dan dispensing berbagai jenis sediaan obat ditinjau dari beberapa kasus yang ada. Kasus-kasus tersebut meliputi masalah ketidaktepatan dosis pemberian obat, kontaminasi obat, inkompatibilitas bahan, dan masalah stabilisasi sediaan. Solusi yang diberikan antara lain memberikan edukasi yang jelas kepada pasien, menyesuaikan bentuk sediaan, dan memisahkan bahan yang tidak komp
Template OSCE station untuk menguji kompetensi peserta dalam melakukan prosedur kerja viskometer cone and plate. Peserta ditugaskan untuk mengumpulkan informasi tentang alat, mempersiapkan dan menggunakan alat, serta menentukan tipe viskositas larutan. Penguji akan menilai kompetensi dan sikap profesional peserta selama pelaksanaan tugas.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
1. Epilepsi
kelompok v :
al fajri (3105013)
putri wulandari (3105035)
nurfadilah (3105041)
atika sri indiyani (3105075)
sofia novianti (3105065)
prastika purnama (3105063)
resa gusmayanti(3105067)
dessy kurnia (3105015)
2. KASUS V: EPILEPSI
Seorang pasien perempuan berusia 35 tahun dibawa IGD rumah sakit dengan keluhan
kejang berulang sejak kemaren tadi pagi kejang pada seluruh tubuh, pada saat di IGD pasien
masih dalam keadaan kejang Keluarga pasien menjelaskan bahwa pasien sudah menggunakan
obat epilepsi sejak usia 8 tahun.Obat yang digunakan adalah Fenitoin yang diminum 2 kali
sehari 200 mg, dan sejak satu minggu yang lalu pasien berhenti minum obat dengan alasan
tidak sempat kontrol. Selain itu pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang
menggunakan obat TB paru nya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80
mmHg, laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100 x/menit, suhu tubuh 360 C. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas normal.
Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus) dan memberikan
terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah diulang 3 kali baru kejang pasien teratasi
Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin 100 mg iv bolus. Dan dikirim ke ruang
rawat inap
2
3. sambungan
Selain itu pasien masih dalam pengobatan TB paru dan sedang menggunakan obat
TB paru nya. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg,
laju pernafasan 40 x/menit, Nadi 100 x/menit, suhu tubuh 360 C. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas normal.
Dokter mendiagnosa sebagai bangkitan kejang (status epileptikus) dan
memberikan terapi berupa: Diazepam 10 mg iv, Setelah diulang 3 kali baru kejang
pasien teratasi
Selanjutnya pasien diberkan injeksi fenitoin 100 mg iv bolus. Dan dikirim ke
ruang rawat inap
3
4. Di ruang rawat inap pasien diberi terapi sebagai berikut :
Fenitoin kapsul 200 mg 3 kali sehari per oral
Carbamazepin 300 mg 2 kali sehari per oral
Rifampisin 450 mg 1 kali sehari per oral
Isoniazid 300 mg 1 kali sehari
Pyrazinamid 500 mg 2 kali sehari
Ethambutol 500 mg 2 kali sehari
5. TINJAUAN PATOFISIOLOGI EPILEPSI
Kejang disebabkan oleh eksitasi yang
berlebihan atau dari gangguan neuron yang
tidak teratur. Awalnya, sejumlah kecil
neuron terbakar secara tidak normal.
Konduktansi membran normal dan
penghambatan arus sinaptik kemudian rusak,
dan rangsangan menyebar secara lokal
(kejang fokus) atau lebih luas (kejang
umum). Kejang epileptik terjadi ketika
adanya sinkronisasi penembakan neuron
yang berlebihan.
5
Penyelesaian Kasus
6. sambungan
> Mekanisme yang dapat berkontribusi terhadap hipereksitabilitas termasuk:
• Perubahan saluran ion dalam membran neuron.
• Modifikasi biokimia reseptor.
• Modulasi sistem pesan kedua dan ekspresi gen.
• Perubahan konsentrasi ion ekstraseluler.
• Perubahan dalam vesikel dan pelepasan neurotransmitter.
• Perubahan dalam penyerapan dan metabolisme neurotransmitter.
• Modifikasi dalam rasio dan fungsi sirkuit penghambat.
6
8. Pilihan AED pada orang dewasa dan anak-anak berdasarkan pada tipe kejang (National
Guidelines for the Management of Epilepsy., 2016)
8
9. ANALISIS DRP SERTA REKOMENDASINYA
• Data pasien
> Pasien perempuan umur 35
tahun datang ke IGD
> Riwayat penyakit sekarang
Kejang
> Riwayat penyakit dahulu
Kejang dan TB Paru
• Hasil pemeriksaan laboratorium dan
interpretasinya : Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan dalam batas
normal
Hasil pemeriksaan fisik dan interpretasinya :
9
pemerik
saan
Hasil
pemerik
saan
Nilai
normal
keteran
gan
Tekana
n darah
120/80
mmHg
90/60-
120/80
Normal
Laju
pernapa
san
40x/
menit
14-20 x
/ menit
Tinggi
Nadi 100x
/menit
60-100
x/menit
Normal
Suhu
tubuh
36⁰ C 36,5⁰C-
37,5⁰C
Normal
10. Analisis DRP
• Adanya Duplikasi obat antara obat Fenitoin dan Karbamazepin yang memiliki mekanisme yang sama
yaitu menghambat channel Na pada membran sel akson. Dan dapat mengurangi efek obat.
• Adverse Drug Reaction (ADR)
Isoniazid
> Efek Samping: Neuritis perifer
> Solusi: Ditambahkan Vitamin B6 (pyridoxine)
Pirazinamid
> Efek Samping: Penurunan Fungsi Hati
> Solusi: Ditambahkan Curcuma
• Interaksi Obat
Rifampisin dan Karbamazepin
> Rifamfisin induktor enzim sehingga menurunkan efek karbamazepin.
> Solusi: Karbamazepin dihentikan
10
11. Pemantauan Terapi Obat (PTO). Merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Kriteria pasien yang mendapatkan Pemantauan Terapi Obat (PTO) :
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui
b. Menerima obat lebih dari 5 (lima) jenis
c. Adanya multidiagnosis
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
RENCANA ASUHAN / PELAYANAN KEFARMASIAN
EPILEPSI
11
12. Tim medis menetapkan desain terapi berdasarkan tipe bangkitan,
risiko Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD), faktor ekonomi, jenis kelamin,
penggunaan obat iain atau riwayat pengobatan yang digunakan, umur, dan gaya
hidup. Pasien dan tim medis bekerjasama dalam membuat rencana pengobatan
untuk tercapainya hasil terapi yang optimal. Tim medis memotivasi pasien
sehingga pasien mampu memonitor frekuensi bangkitan dan ROTD. Tim
medis perlu mengedukasi pasien untuk memantau efektivltas dan ROTD DAE.
Pasien diminta mencatat beberapa hal dalam buku kesehatannya, antara lain:
• jenis bangkitan,
• lama/waktu terjadinya bangkitan,
• jumlah bangkitan, dan
• pemicu/pencetus bangkitan.
12