Dokumen tersebut memberikan panduan tentang penatalaksanaan kegawatdaruratan medis yang mencakup pemberian medikasi, penatalaksanaan nyeri, tetanus, diuretika, keseimbangan asam basa, kelainan elektrolit, dan pelayanan perioperatif.
2. Pemberian Medikamentosa
• Tanyakan riwayat alergi obat – obatan
sebelum memberikan obat kepada pasien.
• Antibiotika
ANTIBIOTIKA DOSIS KETERANGAN
Ampisilin 1 g IV tiap 4 jam atau
500 mg (oral) tiap 6 jam
Spektrum luas, murah
Benzilpenisilin 10 juta unit IV tiap 4 jam Ada efek samping serius
efektif untuk kokus gram
(+) dan Go
Kloramfenikol 1 g IV tiap 6 jam Baik untuk Sepsis,
penekanan sumsum
tulang, pantauan
gambaran darah.
3. Pemberian Medikamentosa
ANTIBIOTIKA DOSIS KETERANGAN
Gentamisin
Doksisiklin
Tetrasiklin
1.5 g/kgBB/dosis IV/IM
tiap 8 jam
100 mg tiap 12 jam
500 mg tiap 6 jam
(Jangan bersama susu
atau antasida)
Efektif untuk gram (-) dan flora usus.
Aktif untuk kuman gram(+),gram (-)
termasuk klamidia.
Dapat menggantikan atau kombinasi
dengan ampisilin.
Baik dikombinasikan dengan
metronidazole.
Metronidazole 1 g IV atau per rektal
tiap 12 jam atau 500
mg oral tiap 6 jam
Baik untuk gram (-) dan anaerob.
Dapat dikombinasikan dengan
ampisilin dan Doksisklin. Alternatif
dari klindamisin.
Relatif murah dan mudah didapat.
Serapan oral mencapai kadar serum
yang sama dengan IV.
4. Pemberian Medikamentosa
• Antibiotika
– Golongan gentamisin,penisilin dan metronidazole sering
dikombinasikan dan mempunyai cakupan berbagai
mikroorganisme.
– Kloramfenikol mempunyai efektifitas yan cukup luas
walaupun digunakan secara tunggal dan sangat efektif
jika dikombinasikan dengan penisilin/ampisilin.
– Sekali diberikan, antibiotika diteruskan hingga bebas
demam 24-48 jam. Bila setelah 48 jam pemberian
ternyata tidak mengalami perubahan, ganti dengan
tnibiotika lain.
– Bila terjadi perbaikan ganti cara pemberian parenteral
dengan per oral. Sesuaikan dosis per oral dengan
parenteral.
5. Pemberian Medikamentosa
• Cara pemberian obat
Intravena
• Cara pemberian ini terpilih untuk pasien syok atau kondisi gawat darurat.
Intramusk
uler
• Cara ini dipilih apabila tidak tersedia bahan untuk pemberian IV
• Atau apabila onset kerja obat bukan merupakan kebutuhan utama
Per oral
• Tidak dianjurkan untuk pasien syok atau persiapan laparotomi
• Pada pasien sadar
• Pasien stabil dan masih dapat makan dan minum
6. Pemberian Medikamentosa
• Kombinasi antibiotika untuk infeksi ganda
Seftriakson atau
siproflokasin atau
spektinomisin
dengan gentamisin
atau
Metronidazole
Doksisiklin dengan
metronidazole
Penisilin dengan
kloramfenikol
7. Pemberian Medikamentosa
• Antibiotika untuk pasien rawat jalan
Antibiotika Dosis Catatan
Seftriakson 250 mg dosis tunggal
oral atau
Efektif untuk hampir
semua mikroorganisme
Spirofloksasin 500 mg dosis tunggal
oral atau
Cakupan kokus Gram (-)
dan GO
Spektinomisin 2 g dosis tunggal oral
Dikombinasikan dengan salah satu antibiotika dibawah ini
Doksisiklin 100 mg oral 2 x sehari
10 – 14 hari atau
Murah dan mencakup
Klamidia
Tetrasiklin 500 mg oral 4 x sehari
10 – 14 hari atau
Murah dan mencakup
klamidia
Kotrimosasol 2 tablet dewasa/1 kaplet
forte 10 hari
Spektrum luas dan
murah
8. Penatalaksanaan Nyeri
Pemilihan Obat Nyeri Bergantung kepada:
Kondisi
Pasien Jenis Obat
Perawatan
yang
diberikan
Waktu dan
cara
pemberian
analgetika
9. Penatalaksanaan Nyeri
• Hindari pemberian sedatif berlebihan.
• Narkotika diberikan selektif dan dengan
pemantauan ketat.
• Siapkan antidotum dan peralatan resusitasi
Kardiopulmoner untuk pemberian obat jenis ini.
• Pemberian anti nyeri non – steroid, mungkin dapat
menyebabkan gangguan pembekuan darah.
• Beberapa analgesik memiliki efek antipiretik
sehingga jangan diberikan sebelum selesai
pengukuran temperatur tubuh.
10. Tetanus
• Kuman tetanus berada pada benda – benda
yang kotor atau tercemar.
Luka Infeksi dirawat
sebaik
mungkin,bersihkan
Buang jaringan
nekrotik, pus dialirkan
Antibiotika kombinasi
(Penisilin atau
metronidazole)
Tanyakan riwayat
imunisasi pada
kehamilan sebelumnya
Nilai kondisi luka atau
trauma
11. Tetanus
• Perhatikan kondisi berikut ini
Bila pasien pernah mendapat imunisasi secara lngkap dalam 5 tahun
terakhir, tidak perlu diberikan serum anti tetanus.
• Bila luka terkontaminasi dengan bahan infeksius maka berikan 0.5 ml TT
dan Imunoglobulin Tetanus.
Bila riwayat imunisasi tidak jelas atau diragukan dan luka cenderung
mengarah pada kemungkinan terjadi tetanus maka berikan TT dan TIG.
• Perhatikan untuk tidak menyuntikkan kedua bahan tersebut dengan
jarum / tabung suntik dan pada lokasi atau tempat suntikan yang sama.
12. Diuretika
• Konfirmasi kelebihan cairan dapat dilihat dari foto Ro paru
atau melihat gejala fisik dan klinik.
• Untuk mengurangi beban jantung dan menghilangkan
edema akut paru, berikan diuretika dan perhatikan
perbaikan gejala atau edema yang terjadi.
• Manajemen Cairan
• Untuk pasien dengan tindakan pembedahan, kebutuhan
cairan adalah 30 – 40 cc/kgBB/hari, dan kebutuhan
elektrolit seperti Na dan K masing – masing adalah 1
mEq/kg/hari.
13. Manajemen Cairan
• Produksi urin perlu dipantau karena dapat menggambarkan
secara langsung tentang kondisi perfusi jaringan. Bila
produksi <17 ml/jam, kondisi ini disebut sebagai oliguria.
• Untuk menentukan penyebab oliguria periksalah berat jenis
urin, hematokrit,elektrolit,ureum,kreatinin, volume
kardiovaskuler dan bila perlu ukutr Tekanan Vena Sentral.
14. Keseimbangan Asam Basa
• Pasien normal akan mempunyai Ph 7.35 – 7.45.
Pertimbangkan kondisi sebagai berikut, pada parameter:
Kelainan pH pCO2
Alkalosis respiratorik > 7.40 < 40
Asidosis Respiratorik < 7.40 >40
Alkalosis Metabolik >7.40 >24
Asidosis Metabolik <7.40 <24
15. Keseimbangan Asam - Basa
• Pada kondisi asidosis metabolik yang parah maka koreksi
dengan bikarbonas natrikus dapat dipertimbangkan ( kecuali
pada diabetes ketoasidosis).
• Hanya pada keadaan yang memburuk dengan pH kurang
dari 7.20 maka perhitungan bikarbonat sbb :
– 0.6 x BB – kg x kadar HCO3
Dimana separuh dari kebutuhan total tersebut diberikan
dalam 1 jam pertama. Lakukan periksa ulang gas darah
untuk menilai ada tidaknya perbaikan.
16. Kelainan Elektrolit
• Kadar Na kurang dari 130 mEq/L.
• Perlu Pemeriksaan keseimbangan cairan,
osmolalitas darah, osmolalitas urin dan kadar
Na urin.
• Koreksi kekurangan Na, dengan infus NaCl 3
%.
• Pasien dapat jatuh koma dan kejang.
Hiponatremia
• Kadar Na > 145 mEq/L
• Akibat kehilangan cairan ( kelainan ginjal,
kelebihan diuresis, diare, luka bakar, dsb)
• Periksalah keseimbangan cairan, jumlah urin,
osmolalitas dan kadar Na Urin.
Hipernatremia
17. Kelainan Elektrolit
• Terjadi akibat kehilangan kalium sehingga kadarnya rendah bila < 3 mEq.
• Lemah, kram otot, ileus
• Kondisi berat terjadi paralisis,hiporefleksi,tetani dan pada ECG ditemukan
T mendatar, gelombang U dan aritmia.
• Pemeriksaan kreatinin untuk menentukan kelainan ginjal.
• Target terapi hipokalemia mencapai kadar 4 meQ/ L dengan cara :
• KCL/iv 10 mEq/Jam melalui infus, kemudian dosis rumatan per oral.
Hipokalemia
• Pasien lemah dan ileus perlu diperiksa kadar K.
• Pada ECG mungkin ditemukan T meningkat, pemanjangan PR, pelebaran
QRS.
• Terapi hiperkalemia dengan kelainan ECG ialah kalsium glukonas
• Nilai kebutuhan Natrium Bikarbonas bila terjadi asidosis dan furosemid
bila diperlukan tambahan diuresis.
Hiperkalemia
18. Pelayanan Perioperatif
• Persiapan prabedah meliputi pemeriksaan :
Fisik
• KU, kesadaran , TTV
• Kelainan kepala, mata, hidung, telinga dan tenggorok.
• Pemeriksaan Paru, Jantung, dan status neurologik.
Laboratorium
• Hb-Ht, hitung leukosit, trombosit, gula darah,
elektrolit, Ureum – Kreatinin, fungsi hati, urin rutin,
tes kehamilan.
19. Klasifikasi Risiko
Status I
• Pasien dengan kondisi vital cukup sehat
Status II
• Pasien yang mempunyai penyakit sistemik ringan - sedang
Status III
• Pasien dengan penyakit sistemik berat yang membatasi
kegiatannya sehari – hari.
Status IV
• Pasien dengan penyakit sistemik yang mengancam keselamatan
jiwa pasien
Status V
• Pasien dalam kondisi sakit parah, prognosis buruk