The Primary Years Programme (PYP) exhibition represents a significant event in the life of a PYP school and students, synthesizing the essential elements of the PYP and sharing them with the whole school community. As the culminating experience it is an opportunity for students to exhibit the attributes of the International Baccalaureate (IB) learner profile that have been developing through their engagement with the PYP.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
The Primary Years Programme (PYP) exhibition represents a significant event in the life of a PYP school and students, synthesizing the essential elements of the PYP and sharing them with the whole school community. As the culminating experience it is an opportunity for students to exhibit the attributes of the International Baccalaureate (IB) learner profile that have been developing through their engagement with the PYP.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Best Practice Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik.pdfDwiAstuti765533
Laporan Best Practice Meningkatkan motivasi dan minat belajar pesrta didik dalam materi jaringan pada tumbuhan dan hewan melalui model pembelajaran Problem Base Learning kelas X ATPH SMK Negeri Kintap. Laporan ini disajikan untuk memenuhi tugas Uji Kinerja Daljab PPG 2023
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
1. http://noviansangpendiam.blogspot.com/2011/04/problem-based-learning-
pembelajaran.html
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
PROBLEM BASED LEARNING (PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH)
Oleh : Novian Bengkulu
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan juga mengalami perubahan pesat. Hal ini
karena adanya tuntutan zaman terhadap dunia pendidikan, maka dilakukan reformasi mulai
dalam sistem pendidikan hingga ke proses pembelajarannya, misalnya perubahan pada
kurikulum, penciptaan dan pemanfaatan berbagai media pembelajaran, dan perubahan
paradigma pendidikan dari yang teacher centre ke student centre dan perubahan-perubahan
lainnya.
Sebelum perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru, siswa hanya dijadikan
objek pembelajaran, dan guru merupakan subjek pembelajaran, guru merupakan satu-satunya
sumber belajar, sehingga siswa sangat tergantung pada sosok guru.
Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah
menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-
mengajar di kelas. Dengan paradigma ini, pembelajaran selalu diprioritaskan pada siswa.
Kegiatan pembelajaran didesain sedemikian rupa agar lebih banyak melibatkan siswa,
mendorong siswa untuk lebih kreatif dan belajar mandiri. Dalam proses pembelajaran, guru
dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif berupa
pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
2. merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa dengan mengarahkan siswa untuk bersama-sama memecahkan suatu
masalah. Berikut akan dibahas lebih rinci tentang pembelajaran berbasis masalah tersebut.
Defenisi Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (selanjutnya baca PBL) merupakan salah satu inovasi pendidikan.
Berdasarkan defenisi dari Wikipedia problem based learning is a student-centered
instructional strategy in which students collaboratively solve problems and reflect on their
experiences. Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa PBL adalah suatu strategi pembelajaran
yang berpusat pada siswa, starategi ini mengkolaborasikan antara pemecahan masalah dan
refleksi terhadap suatu pengalaman.
Menurut Ward (2002) dan Stepien (1993) PBL adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut
dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Pendapat lain mengatakan bahwa PBL is an instructional method that challenges students to
"learn to learn," working cooperatively in groups to seek solutions to real world problems.
Defenisi ini mengemukakan bahwa PBL merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menantang bagi siswa untuk “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk
menemukan solusi atas masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan mereka. Dalam PBL
siswa akan terlibat sebagai subjek pembelajaran dan akan mendorong rasa ingin tahu siswa
dalam proses pembelajaran.
Menurut Suradijono (2004) PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Atau menurut
Boud & Felleti (1991) menyatakan bahwa Problem Based Learning is a way of constructing
and teaching course using problem as a stimulus and focus on student activity”. Lebih lanjut
Boud dan felleti, (1997), Fogarty (1997) menyatakan bahwa PBL adalah suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pebelajar (siswa/mahasiswa) dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam
belajar.
Dapat disimpulkan bahwa PBL adalah strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk
menemukan solusi terhadap suatu masalah, baik masalah fiktif yang dirancang oleh guru
untuk melatih siswa maupun masalah yang nyata dalam kehidupan siswa. Pemecahan
masalah ini dapat dipikirkan secara bersama-sama dalam kelompok kerja.
Adapun konsep PBL ini dikembangkan berdasarkan pada teori-teori pendidikan Vygotsky,
Dewey, dan teori lain yang terkait dengan teori pembelajaran konstruktivis sosial-budaya dan
desain pembelajaran.
Sedangkan hasil belajar (outcomes) yang diperoleh siswa yang diajar dengan PBL menurut
Arends (2004) yaitu: (1) inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah, (2) belajar
model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan (3) ketrampilan belajar mandiri
(skills for independent learning).
Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Strategi PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Learning is driven by challenging, open-ended, ill-defined and ill-structured, practical
problems. Jadi strategi PBL didorong oleh tantangan, lebih terbuka, masalahnya tidak jelas,
tidak beraturan dan praktis.
2. Students generally work in collaborative groups. Dalam PBL ini siswa bekerjasama dalam
suatu kelompok untuk menemukan solusi suatu masalah.
3. Teachers take on the role as "facilitators" of learning. Dalam PBL guru berperan sebagai
fasilitator, yakni yang mengarahkan, membimbing, dan mendampingi siswa dalam proses
3. pembelajaran.
4. Instructional activities are based on learning strategies involving semantic reasoning, case
based reasoning, analogical reasoning, causal reasoning, and inquiry reasoning, These
activities include creating stories; reasoning about cases; concept mapping; causal mapping;
cognitive hypertext crisscrossing; analogy making; and question generating. Penerapan
kegiatan instruksional PBL didasarkan pada strategi pembelajaran yang melibatkan penalaran
semantik, penalaran berbasis kasus, penalaran analogis, penalaran kausal, dan penalaran
penyelidikan,
Selain itu, menurut Fogarty (1997) PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
(1) belajar dimulai dengan suatu masalah, (2) memastikan bahwa masalah yang diberikan
berhubungan dengan dunia nyata siswa/mahasiswa, (3) mengorganisasikan pelajaran
diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar
kepada pebelajar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut pebelajar untuk
mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.
Pada hakekatnya karakteristik PBL ini menciptakan pembelajaran yang menantang siswa
untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dengan menjalin kerjasama dengan
siswa lain, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Jadi pembelajaran berpusat pada
siswa.
Menurut Hmelo-Silver & Barrows (2006) bahwa dalam perspektif konstruktivisme, peran
instruktur/ guru dalam PBL adalah membimbing proses belajar daripada memberikan
pengetahuan. Dari perspektif ini, komponen penting dalam proses PBL adalah adanya umpan
balik (feed back), refleksi terhadap proses pembelajaran dan dinamika kelompok.
Kelebihan Problem Based Learning
PBL dapat diterapkan dalam kurikulum dan pembelajaran, mengingat pentingnya
siswa/mahasiswa memiliki pengalaman dan kemampuan mengatasi masalah nyata dalam
kehidupannya sehari-hari secara mandiri.
Adapun kelebihan menggunakan PBL, antara lain; (1) Dengan PBL akan terjadi
pembelajaran bermakna. Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi
PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai
dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu
konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3)
PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Penerapan Problem-Based Learning dalam Kurikulum
Konsep PBL telah diterapkan dalam kurikulum pendidikan oleh beberapa negara. Salah satu
perguruan tinggi di Singapura yakni Politeknik telah menerapkan PBL ini sejak tahun 2002.
PBL di Politeknik ini diterapkan melalui pembelajaran dengan sehari satu masalah (One-
Day-One-Problem), jumlah mahasiswa dalam satu kelas dibatasi tidak lebih dari 25 orang,
mereka dibagi ke dalam kelompok kerja kemudian disajikan satu masalah yang mungkin
terjadi dalam skenario yang nyata. Peran fasilitator/ dosen yakni membimbing mahasiswa
melalui tiga kali rapat sehari penuh dan membantu mereka dengan berdiskusi, sehingga
4. melalui proses pembelajaran ini melahirkan mahasiswa yang memiliki kemampuan
mengatasi masalah (problem-solving skills). Setelah proses diskusi dan mahasiswa telah
menemukan solusi pemecahan masalah, setiap kelompok harus menyajikan temuan dan saran
mereka untuk memecahkan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Selama penyajian,
mahasiswa didorong untuk menyampaikan pendapat mereka. Setelah selesai penyajian
kelompok, fasilitator menjelaskan solusi ideal untuk memecahkan masalah tersebut. Penilaian
dilakukan setiap hari selama proses pembelajaran berlangsung.
PBL juga diterapkan di Malaysia, upaya ini dilakukan dengan memperkenalkan PBL dalam
Matematika sekunder yang disebut PBL4C yang merupakan singkatan dari Problem Based
Learning the Four Core Areas in the Mathematics Education Framework. Keempat wilayah
inti dalam kerangka pendidikan matematika yaitu isi, proses berpikir, keterampilan, dan nilai-
nilai, dengan siswa/mahasiswa sebagai fokus pembelajaran.
Beberapa sekolah kedokteran telah memasukkan PBL ini ke dalam kurikulum mereka. Dalam
proses pembelajaran digunakan kasus pasien yang nyata untuk mengajarkan siswa bagaimana
berpikir layaknya seorang dokter. Sedangkan lebih dari 80% sekolah kedokteran di Amerika
Serikat sekarang ini memiliki beberapa bentuk pembelajaran berbasis masalah dalam
program pembelajaran mereka.
Di Indonesiapun, PBL ini telah diterapkan dalam pembelajaran, misalnya di UGM,
diterapkan di jurusan Teknik Geologi. Dan saat ini telah berupaya diterapkan di kurikulum
sekolah.
Teknik Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Penerapan PBL dalam proses pembelajaran memerlukan persiapan-persiapan. Salah satunya
yaitu menetapkan permasalahan atau tugas (triggering problem/question), dengan syarat; 1)
masalah tidak mempunyai struktur yang jelas sehingga siswa/mahasiswa terdorong untuk
membuat sejumlah hipotesis dan mengkaji berbagai kemungkinan penyelesaian masalah; 2)
masalah cukup kompleks dan ambigu, sehingga siswa/mahasiwa terdorong untuk
menggunakan strategi-strategi penyelesaian masalah dan keterampilan berpikir yang tinggi,
seperti melakukan analsis dan sintesis, evaluasi, dan pembentukan pengetahuan dan
pengalaman baru; 3) Bermakna dan ada hubungannya dengan kehidupan nyata
siswa/mahasiswa, sehingga mereka termotivasi untuk mengarahkan dirinya sendiri dan
menguji pengetahuan/pemahaman lama mereka dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Arends (2004) juga merinci langkah-langkah pelaksanaan PBL dalam pengajaran, ada 5 fase
(tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. Fase-fase tersebut merujuk
pada tahap-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Fase tersebut, dapat
diuraikan sebagai berikut:
Fase Aktivitas guru
Fase 1:
Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Guru/dosen menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih. Sutrisno (2006) menekankan empat hal penting pada proses ini, yaitu:
(1) Tujuan utama pengajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,
tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana
menjadi mahasiswa yang mandiri, (2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak
mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan, (3) Selama tahap penyelidikan (dalam
pengajaran ini), mahasiswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun mahasiswa harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan (4) Selama tahap analisis dan
penjelasan, mahasiswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh
5. kebebasan.
Fase 2:
Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Guru/dosen membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. guru/dosen
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-
prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks
ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang
efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru/dosen sangat penting memonitor dan
mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok
selama pembelajaran.
Setelah mahasiswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar
selanjutnya guru dan mahasiswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas
penyelidikan, dan jadwal.
Fase 3:
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini, guru/dosen harus
mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental
maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan.
Tujuannya adalah agar mahasiswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri. Guru/dosen membantu mahasiswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, bukan hanya dari buku dan ia
seharusnya mengajukan pertanyaan pada mahasiswa untuk berifikir tentang masalah dan
ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat
dipertahankan.
Setelah mahasiswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang
fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam
bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru
mendorong mahasiswa untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh
ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat mahasiswa berfikir
tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi
yang dikumpulkan. Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk
membangkitkan semangat penyelidikan bagi mahasiswa. “Apa yang Anda butuhkan agar
Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau “Apa yang dapat
Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau “Apakah ada solusi lain yang
dapat Anda usulkan?”.
Fase 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru/dosen membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Langkah selanjutnya adalah
mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pemeran ini melibatkan mahasiswa-mahasiswa lainnya, guru-guru, orangtua,
dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Selama fase ini guru meminta
mahasiswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang
situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat
menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa
penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka
6. berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab
perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang?
Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik
dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk pengajaran.
Pannen (2001) mengemukakan langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran
PBL paling sedikit ada delapan tahapan yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2)
mengumpulkan data, (3) menganalisis data, (4) memecahkan masalah berdasarkan pada data
yang ada dan analisisnya, (5) memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan
penerapan pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
(8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Contoh Implementasi PBL dalam Pembelajaran
RENCANA PERKULIAHAN I
MATAKULIAH : Metodologi Penelitian Kimia
MATERI : Pengembangan Masalah penelitian
SEMESTER : Ke 6
PROGRAM STUDI : Kimia
ALOKASI WAKTU : 2 x Pertemuan @ 100 menit
I. Kompetensi
Memahami prinsip-prinsip pengembangan masalah penelitian kimia dan perumusan masalah
penelitian
II. Indikator Pencapaian Hasil Belajar
1. menjelaskan perbedaan isu, masalah, dan fakta.
2. Mengidentifikasi masalah dari suatu kasus
3. Mengembangkan masalah dari hasil penelitian
4. Menjelaskan fisibilitas masalah untuk penelitian
III. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan (Kegiatan Dosen):
1. Menjelaskan tujuan perkuliahan, kegiatan perkuliahan, dan jenis evaluasi yang akan
dilakukan
2. Membagi kelompok mahasiswa berdasarkan kriteria yang ditetapkan dosen ( 1 kelompok 4
orang)
3. Memberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membahas artikel hasil
penelitian kimia yang diberikan oleh dosen.
Kegiatan Inti
1. Meminta perwakilan kelompok untuk mendiskripsikan artikel yang dibaca/dibahas
meliputi: apa yang diteliti, mengapa orang tersebut melakukan penelitian itu (alasan
teoritisnya), bagaimana langkah-langkah yang dilakukan, apa hasilnya, dan bagaimana
kesesuaian dengan hasil penelitian lain atau teori yang ada.
2. Setelah semua kelompok selesai, dilakukan diskusi kelas. Dosen memfasilitasi diskusi
tentang apa yang disebut masalah, bagaimana membedakan dengan isu, dan fakta, bagaimana
teknik mengembangkan masalah penelitian, bagaimana merumuskan masalah, dan fisibilitas
penelitian.
3. Menugaskan kepada kelompok untuk mengembangkan masalah baru dari hasil penelitian
yang dibaca. Masing-masing kelompok presentasi dan kelompok lain menilai fisibilitas
masalah yang dikembangkan.
4. Menugaskan kepada masing-masing mahasiswa mengumpulkan referensi tentang tema
penelitian yang akan dipilihnya dan membuat resume masalah yang dipilih.
5. Menugaskan mahasiswa mempresentasikan masalahnya pada kelompok, anggota
kelompok menilai fisibilitas dan originalitasnya. Masing-masing kelompok memilih satu
7. masalah yang dipresentasikan di kelas.
6. Presentasi masalah oleh masing-masing kelompok, kelompok lainnya memberikan
tanggapan, dan masukan dari dosen.
7. Masing-masing mahasiswa mendiskusikan masalah yang ditulisnya secara personal
(bimbingan individual).
8. Mahasiswa mengumpulkan judul dan latar belakang masalah serta rumusan masalah, untuk
ditukarkan antar kelompok (diberikan format penilaian).
9. Mahasiswa melakukan revisi produk dan mengumpulkan tugasnya pada dosen.
10. Dosen menugaskan masing-masing mahasiswa untuk melakukan kajian teori/kepustakaan
tentang masalah yang dibuat (langkah berikutnya mulai dari langkah 5 sampai 9).
Penutup
1. Dosen memberikan umpan balik pada tugas yang dikumpulkan untuk diperbaiki pada akhir
kuliah (proposal).
2. Diberikan umpan balik penilaian kinerja kelompok 3-4 kali pertemuan.
IV. Evaluasi
Dalam kegiatan diskusi kelompok, dosen melakukan penilaian kelompok untuk masing-
masing mahasiswa dengan menggunakan contoh rubrik penilaian seperti di bawah ini:
Rubrik Aktivitas Diskusi
Skor Skala Kriteria:
4 : Sangat Baik
Mahasiswa mengajukan pertanyaan penting berhubungan dengan masalah yang dibahas lebih
dari dua kali dalam satu pertemuan, memberikan tanggapan atas pertanyaan temannya,
mengambil inisiatif dalam diskusi kelompok.
3 : Baik
Mahasiswa mengajukan pertanyaan penting berhubungan dengan masalah yang dibahas,
frekuensi kurang dari 2 kali, memberikan tanggapan, ada inisiatif walau tidak penting.
2 : Cukup
Mengajukan pertanyaan yang kurang fokus, frekuensi 1 kali, kurang memberikan tanggapan,
kurang inisiatif.
1 : Kurang
Pasif dalam diskusi, tidak ada pertanyaan dan tanggapan.
Simpulan
Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning merupakan salah satu inovasi
metode, model, dan strategi pembelajaran yang menekankan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran, dimana siswa berpartisipasi aktif dalam menemukan solusi pemecahan suatu
masalah secara bersama-sama dengan siswa lain, sementara peran guru/dosen hanya sebagai
fasilitator/pembimbing pembelajaran. Dengan demikian, siswa diharapkan akan memiliki
kompetensi (kemampuan) memecahkan berbagai permasalahan nyata yang akan dihadapi
dalam kehidupan mereka.
PBL ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Untuk itu, PBL
dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan kita dan dalam proses pembelajaran.
Daftar Rujukan
8. 1. Judul : Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Alamat : http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-masalah/
Penulis : I Wayan Dasna dan Sutrisno
2. Judul : Belajar Berbasis Masalah dan Kreativitas
Alamat : http://ebook30.com › ... › psychology behavior
Penulis : Oon-Seng Tan
3. Judul : Problem-Based Learning
Alamat : http://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning
Penulis : Wikipedia
4. Judul : Problem Based Learning Berbasis Teknologi Informasi (TI)
Alamat : http://elearning.unimal.ac.id/upload/materi/pbl-ict.pdf
Penulis : I Wayan Warmada
5. Judul : Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah
Alamat : http://hajrianawarnadunia.blogspot.com/2010_04_01_archive.html
Penulis : Hajriana
9. http://apriantogde.blogspot.com/2014/01/problem-based-learning-pbl-
pendekatan.html
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENDEKATAN, TEKNIK, DAN
METODE PEMBELAJARAN
MAKALAH
PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
PENDEKATAN, TEKNIK, DAN METODE PEMBELAJARAN
Oleh :
Gede Aprianto NIM. 1215071014 /TA : 2012
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat Beliau lah makalah ini bisa diselesaikan seperti sekarang ini. Pada
10. makalah ini penulis akan menyajikan dan membahas tentang “Problem Based Learning,
Pendekatan, Teknik, dan Metode Pembelajaran”, dimana hal ini merupakan dasar yang sangat
penting kedepannya dalam kita menentukan cara mengajar sebagai seorang calon pendidik.
Problem Based Learning (PBL) atau yang lebih di kenal dalam bahasa Indonesia dengan
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah salah satubentuk dari pendekatan pembelajaran denagn
memberikan suatu masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik, sehingga merangsang
nalar peserta didik untuk berkembang dengan arahan dari pendidik. Selain dengan pendekatan
yang digunakan, tentunya masih ada teknik dan metode yang harus digunakan agar proses
pembelajaran yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Dalam makalah ini
akan di bahas hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan (problem based learning), teknik, dan
juga metode pembelajaran yang sering digunakan. Dengan demikian setidaknya sebagai pendidik
kita dapat merancang suatu pembelajaran yang baik dan bisa diterima oleh peserta didik kita.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, terutama kita sebagai calon pendidik
yang akan selalu memerlukan strategi di dalam proses pembelajaran.
Terima kasih.
Singaraja, 29 September2013
Penulis
Daftar Isi
Cover
11. Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang1
1.2.RumusanMasalah 2
1.3.Tujuan2
BAB II. PEMBAHASAN 3
2.1.PendekatanPembelajaran3
2.2.Metode Pembelajaran4
2.3.TeknikPembelajaran10
2.4.ProblemBasedLearning(PBL) 12
2.5.PembelajaranKonvensional 16
2.6.PerbandinganAntaraPembelajaranBerbasisMasalah(PBL) danPembelajaranKonvensional17
BAB III. PENUTUP20
3.1.Simpulan20
3.2.Saran 20
DAFTAR PUSTAKA21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
12. Dalam konteks pembelajaran, kita tentu tidak asing dengan istilah-istilah pendekatan,
metode,danteknikpembelajaran.Namunbanyakdiantaraparamahasiswapendidikan (calon guru)
dan bahkan para guru yang tidak memahami secara mendalam sehingga tidak bisa memberikan
penjelasanapasebenarnyapersamaandanperbedaandari istilah-istilahtersebut. Sebagian mereka
memahami samaterhadapistilah-istilahtersebut.Sebagianyanglainmenganggapberbedaterhadap
istilah-istilah tersebut, tetapi tidak mampu menjelaskan bagaimana perbedaannya.
Persoalan-persoalanituternyatabelumbanyakdibahas bahkan belum ada yang membahas
dalam pengajaran. Sebagai jawaban atas persoalan tersebut adalah bergantung pada sifat materi
pelajarandantujuanpengajaran.Karenasuatu metode dalam pembelajaran baru dapat ditentukan
setelah ditentukannya materi atau bahan pelajaran dan bahan pelajaran baru dapat ditentukan
setelahditentukannyatujuan.Begitupuladenganpendekatandanteknik yang digunakan, tentunya
akan berbeda-beda. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan karakteristik dari peserta didik yang
satu dengan peserta didik lainnya. Begitu pula kondisi suatu kelompok yang satu dengan kondisi
kelompok lainnya.
Selain itu terdapat pula pembahasan tentang Problem Based Learning, yang tentunya
memiliki perbedaan dengan Pembelajaran Konvensional. Namun sebenarnya jika mampu
menerapkan keduanya secara bersamaan, maka akan ditemukan suatu kombinasi pembelajaran
yang mampu nantinya diterima dengan baik dan dicerna pula dengan baik oleh peserta didik.
Dalam pembahasan pada BAB II berikut, akan dijelaskan perbe daan antara pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Juga dengan membandingkan
antara Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dengan Pembelajaran Konvensional.
1.2.Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahyangditemukandari latarbelakangmasalahdiatasadalahsebagai
berikut :
1. Apa itu Pendekatan Pembelajaran?
2. Apa itu Metode Pembelajaran?
3. Apa itu Teknik Pembelajaran?
4. Apa perbedaan antara Problem Based Learning dengan Pembelajaran Konvensional?
13. 1.3.Tujuan
Bedasarkanatas latarbelakangdanrumusanmasalahdiatas,maka tujuandari pembahasanmakalah
ini adalah :
1. Kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendekatan Pembelajaran.
2. Kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran.
3. Kita mengetahui apa yang dimaksud dengan Teknik Pembelajaran.
4. Kita dapat membedakan antara Problem Based Learning dengan Pembelajaran Konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadapprosespembelajaran,yangmerujukpadapandangantentangterjadinyasuatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Mendefinisikan pendekatan pembelajaran perlu dipahami arti dan masing-masing kalimat
tersebut, berikut ini ada beberapa pengertian pendekatan pembelajaran dari para ahli :
Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk
mendekati sesuatu”.
Menurut Suharno, Sukardi, Chodijah dan Suwalni (1998: 25) bahwa, “pendekatan pembelajaran
diartikan model pembelajaran”.
Sedangkan pembelajaran menurut H.J. Gino dkk. (1998:32) bahwa, “pembelajaran atau intruction
merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan
mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”.
Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana
peserta didik mempelajarinya”.
14. Menurut Taufik (2010:12) pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pemebelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
sudatuprosesyangsifatnyamasihsangatumum, di dalanyamewadahi,menginspirasi,menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yairtu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasu atau berpusat pada peserta didik (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), pendekatan pembelajaran merupakan suatu himpunan
asumsi yangsalingberhubungandanterkaitdengan sifat pembelajaran. Suatu pendekatan bersifat
aksiomatikdanmenggambarkansifat-sifatdanciri khas suatu pokok bahasan yang diajarkan. Dalam
pengerlianpendekatanpembelajarantergambarkanlatarpsikologisdan latar pedagogis dari pilihan
metode pembelajaran yang akan digunakan dan diterapkan oleh gum bersama siswa.
Akhmad Sudrajat mendefinisikanpendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Wahjoedi (1999 121) mengartikan bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola
kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar secara optimal”.
Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang
akan ditcmpuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu”.
Berdasarkan atas beberapa pengertian pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat
disimpulkanbahwa,pendekatanpembelajaranmerupakancarakerjayangmempunyai sistem untuk
memudahkanpelaksanaanprosespembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
(1) pendekatanpembelajaranyangberorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach)
(2) pendekatanpembelajaranyang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
2.2. Metode pembelajaran
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti jalan atau cara.
Dalam pembelajaran, metode didefinisikan dengan “rencana penyajian pelajaran secara
menyeluruh, dengan uruta yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.”
15. Dari definisi tersebut, diketahui bahwa metode dalam pembelajaran merupakan turunan atau
penjabarandari suatupendekatantertentu.Dengandemikian,maka dalam pendekatan sudah pasti
memiliki satu metode yang ada dalam suatu pendekatan itu dan digunakan untuk
mempresentasikan setiap materi pelajaran, dan dalam menyampaikan suatu materi tentu dapat
menggunakan semua metode yang ada dalam suatu pendekatan.
Berikut ini beberapa pengertian metode pembelajaran oleh para ahli :
MenurutNana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran”.
Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada
diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
MenurutTaufik(2010:13), metode pembelajarandapatdiartikansebagai carayang digunakan untuk
mengimplementasikanrencanayangsudahdisusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pernbelajaran. Terdapat beberapa metode pernbelajaran yang dapat digunakan
untukmengimplementasikanstrategipembeiajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3)
diskusi, (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9)
simposium, dan sebagainva.
Menurut Abdul Aziz Wahab (2009:83). Metode dapat pula diartikan sebagai proses atau prosedur
yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat melalui makna belajar menjadi aktif.
Dan yang Iebih penting lagi adalah jika metode dapat dianggap sebagai suatu proses yang
memungkinkanterjadinyabelajar,makametode tentuakanterdiri atasbeberapatahapan.Tahapan-
tahapanyang dimaksudpadametode tertentudapatpuladigunakanpadametode mengajar lainnya
MenurutUno (2008:2), metode pembelajarandidefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Smaldiono yang dikutip oleh Pribadi (2010:42) metode pembelajaran merupakan
prosesatau prosedur yangh digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau
kompetensi
Menurut Suyono dan Hariyanto(2011:18), Metode pembelajaran adalah seluuh perencanaan dan
prosedurmaupunlangkah-langkahkegiatanpembelajaranterrnasukpilihancarapenilaianyangakan
dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang
teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
16. Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli tersebut, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaranlebihbersifatprosedural,vaituberisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara
yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan kata lain, metode yang dipilih oleh masing-
masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
Dalammemilihmetodepembelajaranadabeberapahal yangperludiperhatikan(Suryobroto
1986, diacu dalam solihatin 2007) adalah :
a. Tujuan yang akan dicapai,
b. Bahan yang akan diberikan,
c. Waktu dan perlengkapan yang tersedia,
d. Kemampuan dan banyaknya murid,
e. Kemampuan guru mengajar.
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya :
a. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada
sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif
besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.
Denganmetode ceramah,gurudapat mendorongtimbulnyainspirasi bagi pendengarnya. Gage dan
Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran
dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi
dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
b. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk
berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
17. pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs.
1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi
dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah.
Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding
penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas
pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
c. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara
mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaranadalahbilamanaseorangguruatauseorangdemonstrator(orang luar
yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses.
Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
d. Metode Ceramah Plus
Metode PembelajaranCeramahPlus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam
metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
18. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
Metode ceramah plus diskusi dan tugas
Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
e. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
Pengetahuanyang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan
mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan
orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
f. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya.Dalammetodeini siswadiberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan
sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya
.
g. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta
didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik
membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan
didampingi oleh pendidik.
19. h. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan
pelatihanketerampilansecaraberulangkepadapesertadidik,dan mengajaknya langsung ketempat
latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal:
membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau
pola yang otomatis pada peserta didik.
i. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu
orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan
maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
j. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar
yang dibantu oleh temannya sendiri.
k. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problemsolvingmerupakanmetode yang merangsang berfikir danmenggunakan wawasan
tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang guru harus pandai-pandai
merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.
l. Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
m. Taileren Method
20. Teileren Methodyaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya
ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentu saja berkaitan dengan
masalahnya.
n. Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi,
kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut
2.3. Teknik pembelajaran
Teknikpembelajaranadalahcarayang dilakukanolehseorangpendidik dalam melaksanakan
metode pembelajaran. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula,
denganpenggunaanmetode diskusi,perludigunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta
didiknya tergolong aktif dan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun
dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Berikut ini beberapa
pengertian Teknik Pembelajaran menurut beberapa ahli :
Menurut Taufik (2010:14), teknik pembelaiaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Gerlach dan Ely yangdikutif oleh Uno (2008:2) teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan
oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai
MenurutSuyono dan Hariyanto(2011:21), teknik pembelajaran adalah upaya untuk menjamin agar
seluruhsiswadi dalamkelasdiberikanberbagaipeluangbelajarsesuai dengankebutuhan dan minat
mereka.
Wina Senjaya (2008) memberikan definisi, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dilakukanseseorangdalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifikMenurut Sudrajat
(2008 : 1) mengemukakan bahwa teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan
metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
tersendiri,danakanberbedadenganpenggunaanmetode ceramahpadakelasyangjumlahsiswanya
terbatas.
21. Berdasarkan atas pengertian beberapa pengertian diatas, teknik pembelajaran dapat
diartikansebagai carayang dilakukanseseorangdalammengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Sebagai gambaran, penerapan metode role playing pada kelas yang siswanya memiliki
orang tua denganrata-rataekonomi tinggi,berbedateknikperlakuannyaterhadap siswa yang orang
tuanyadenganrata-rata ekonomi rendah.Jugapenerapanmetode debatuntukkelasyangtergolong
aktif,perludigunakanteknikyangberbedadibandingkandengankelasyangsiswanyapasif.Seorang
guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran walau dalam kerangka metode pembelajaran yang
sama.
Teknikpembelajaranditentukanberdasarkanmetode yangdigunakan, dan metode disusun
berdasarkan pendekatan yang dianut. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penentuan teknik
pembelajarandi antaranya:situasi kelas,lingkungan,dankondisisiswa,sifat-sifat siswa, dan kondisi
yang lain.Teknikpembelajarandibagi menjadidua,yaitu: Teknik umum adalah cara-cara yang dapat
digunakan untuk semua bidang studi. Sedangkan Teknik khusus adalah cara mengajarkan
(menyajikan atau memantapkan) bahan- bahan pelajaran bidang studi tertentu.
2.4. Problem Based Learning (PBL)
2.4.1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan
pembelajaransiswapadamasalahautentik.Masalahautentikdapatdiartikansebagai suatumasalah
yang sering ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dengan PBL siswa dilatih menyusun
sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta
meningkatkan kepercayaan diri. Selain itu, dengan pemberian masalah autentik, siswa dapat
membentukmaknadari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan
sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi dalam Rusmiyati, 2007: 12).
Problem Based Learning dikenal dengan nama lain seperti pembelajaran proyek (Proyect-
based teaching), pendidikanberdasarkanpengalaman (Experience-based education), pembelajaran
autentik (Authentic Learning), dan pembelajaran berakar pada kehidupan nyata (Anchored
Instruction).
22. Dalam pengajaran berdasarkan masalah guru berperan sebagai panyaji, mengadakan dialog,
membantudanmemberikanfasilitaspenyelidikan. Selain itu, guru juga memberikan dorongan dan
dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan intelektual siswa. Hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pengajaran berdasarkan masalah adalah pemberian masalah kepada siswa yang
berfungsi sebagai motivasi untukmelakukanprosespenyelidikan.Di sini guru mengajukan masalah,
membimbing dan memberikan petunjuk dalam memecahkan masalah.
2.4.2. Sejarah Problem Based Learning
Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster
University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di mcmaster
adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui
pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi
pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich
terletakpadakonsepteskemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan medik sejak awal
dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara
keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.
2.4.3. Ciri-ciri Problem Based Learning
Pengajaran berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pengajaran berdasarkan masalah diawali dengan guru mengajukan pertanyaan dan masalah yang
secara sosial dianggap penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.
2. Terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain
Meskipun PBL berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, dan ilmu-ilmu sosial),
masalah yang akan diselidiki telah ditentukan secara pasti agar dalam pemecahannya siswa
meninjau dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
PBL menuntutsiswamelakukanpenyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap
masalah nyata.
23. 4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
PBL menuntut siswa untuk menghasilkan produk yang mewakili bentuk pemecahan masalah yang
merekatemukan.Produkitudapatberupalaporan,model fisik, video, maupun program komputer.
5. Kerjasama
PBL mempunyai ciri khusus yaitu siswa bekerja sama dalam kelompok kecil. Adapun keuntungan
bekerja sama dalam kelompok kecil di antaranya siswa dapat saling memberikan motivasi dalam
tugas-tugas kelompok dan dapat mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
2.4.4. Pelaksanaan Problem Based Learning
Pelaksanaan model pengajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa tahap antara lain:
1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menyajikan masalah dengan jelas, sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat dalam
identifikasimasalah. Masalahdiajukanoleh guru merupakan masalah yang dalam penyelesaiannya
memungkinkansiswauntukmelihat,merasakandan menyentuh sesuatu yang dapat memunculkan
ketertarikandanmemotivasi inkuiri. Orientasi siswa pada masalah menentukan tahap selanjutnya
sehingga masalah harus menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
Siswadikelompokkansecarabervariasi denganmemperhatikantingkatkemampuanyangdidasarkan
pada tujuan yang telah ditetapkan.
3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah secara bebas dalam kelompoknya. Guru
bertugas mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan penyelidikan sampai
merekabenar-benarmemahami situasi masalahnya.Kemudiansiswamengajukanpenjelasan dalam
berbagai hipotesisdan pemecahan masalah yang diselidiki. Pada tahap ini guru mendorong semua
ide, memerima sepenuhnya ide tersebut dan membetulkan konsep-konsep yang salah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Siswadituntutuntukmenghasilkansebuahprodukbaikberupalaporan,model fisik, video, maupun
program komputer.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
24. Guru membantumenganalisis proses berpikir siswa, keterampilan penyelidikan dan keterampilan
intelektual siswa, kemudian guru menyimpulkan materi pembelajaran.
Jikakitamasukkankedalambentuktabel makasintakspelaksanaanPembelajaran Berbasis Masalah
(PBL) adalah sebagai berikut ini :
Tabel 2.4.4.1 Sintaks Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1.
Orientasi siswa
terhadapmasalah
autentik
Guru menyampaikan
tujuan belajar,
menjelaskan logistik
yang diperlukan, dan
memotivasi
menggunakan
kemampuannya
memecahkan masalah.
Siswa mendengarkan tujuan
belajar yang disampaikan
oleh guru dan
mempersiapkanlogistikyang
diperlukan.
Fase 2.
Mengorganisasi
siswa dalam
belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan
tugas belajar yang
diangkat.
Siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang di angkat.
Fase 3.
Membantu siswa
secara individual
atau kelompok
dalam
melaksanakan
penelitian
Guru mendorong siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen, untuk
memperoleh jawaban
yang sesuai atas
masalah.
Siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen,
dan berusaha menemukan
jawaban atas masalah yang
di angkat.
Fase 4.
Mengembangkan
Guru membantu siswa
dalam merencanakan
Siswa merencanakan dan
menyiapkan karya, video,
25. dan menyajikan
hasil karya
dan menyiapkan karya
seperti laporan, video,
model-model dan
membantunya untuk
menyampaikan kepada
teman lain.
dan menyampaikannya pada
teman lain.
Fase 5.
Analisis dan
evaluasi proses
pemecahan
masalah.
Guru membantu siswa
melakukan refleksi
kegiatan
penyelidikannya dan
proses yang telah
dilakukan
Siswa melakukan refleksi
kegiatan penyelidikannya
dan proses yang dilakukan.
2.5. Pembelajaran Konvensional
2.5.1. Pengertian Pembelajaran Konvensional
Salahsatu model pembelajaranyangmasihberlakudan sangat banyak digunakan oleh guru
adalahmodel pembelajarankonvensional. Pembelajaran konvesional. Pembelajaran konvensional
mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya:
Djamarah (1996), metode pembelajarankonvensional adalahmetodepembelajarantradisional atau
disebutjugadenganmetode ceramah,karenasejakdulumetode initelahdipergunakansebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam
pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan
penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
Freire (1999), memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan
pendidikanber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas
pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.
MenurutUjang Sukandi(2003), mendefenisikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan
guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya
adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses
pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional
26. yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai
“pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai “penerima” ilmu.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat dimaklumi sebagai
pendekatanpembelajaranyanglebihbanyakberpusatpadaguru,komunikasi lebihbanyaksatu arah
dari guruke siswa,metode pembelajaranlebihpadapenguasaankonsep-konsepbukankompetensi.
Jikadilihatdari tigajalurmoduspenyampaianpesanpembelajaran,penyelenggaraan pembelajaran
konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus
demonstrating (memperagakan), dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk
menampilkanunjukkerjasecaralangsung).Dalamkatalain,gurulebihsering menggunakan strategi
atau metode ceramahataudrill denganmengikutiurutanmateri dalamkurikulumsecaraketat.Guru
berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dair ketuntasannya menyampaikan
seluruh meteri yang ada dalam kurikulum.
Seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, dimana
melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak
didiknya.Selanjutnyayangtidakkalahpentingnyadari proses pembelajarannya adalah hasil belajar
yang optimal ataumaksimal.Memang,model pembelajarankonvensional initidakharuskitatinggal,
dan guru mesti melakukanmodel konvensional padasetiappertemuan, setidak-tidaknya pada awal
proses pembelajaran dilakukan. Atau kita memberikan kepada anak didik sebelum kita
menggunakan model pembelajaran yang akan dipergunakan.
2.5.2. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
- Siswaadalahpenerimainformasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan
pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai
dengan standar.
- Belajar secara individual
- Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
- Perilaku dibangun atas kebiasaan
- Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
27. - Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
- Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
- Interaksi di antara siswa kurang
- Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar.
2.6. Perbandingan Antara Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Pembelajaran Konvensional
Sebenarnyasetiapcarapenyampaiansuatupembelajaran memiliki kelemahannya masing-masing.
Namun hal itulah yang hendaknya harus diatasi dengan memadukan antara kelebihan yang satu
dengankelebuhanyanglain.Sehinggadapatditemukancarapenyampaiansuatupembelajaranyang
baik dan mampu dicerna oleh peserta didik.
Problem Based Learning Konvensional
Kelebihan Kelebihan
- Mendorongkerjasamadalammenyelesaikan
tugas
- Mendorongpesertadidikmelakukan
pengamatandandialogdenganoranglain.
- Melibatkanpesertadidikdalampenyelidikan
pilihansendiri.Hal ini memungkinkanpeserta
didikmenjelaskandanmembangun
pemahamannyasendiri mengenai fenomena
tersebut.
- Membantupesertadidik menjadi pembelajar
yang mandiri.Bimbinganpendidikkepada
pesertasecaraberulang-ulang,mendorong
dan mengarahkanpesertadidikuntuk
mengajukanpertanyaandanmencari
- Berbagai informasi yangtidakmudah
ditemukandi tempatlain,dengan
penyampaiandari pendidikyangmemiliki
keahliandi bidangyangdi ajarkan.
- Menyampaikaninformasi dengancepat.Di
karenakanpendidiksecaralangsung
memberikanpemahamankepadapeserta
didik.
- Membangkitkanminatakaninformasi,adanya
keinginanpesertadidikuntukbertanya
kepadapendidik.
- Mengajari pesertadidikyangcarabelajar
terbaiknyadenganmendengarkan.
- Mudah digunakandalamprosesbelajar
28. penyelesaianmasalahmerekasendiri.Dengan
begitupesertadidikbelajarmenyelesaikan
tugas-tugasmerekasecaramandiri dalam
hidupnyakelak.
mengajar.
Kekurangan Kekurangan
- Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif
untuk pendekatan PBL. Dalam
pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan
prasarana yang tidak semua sekolah
memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah
yang belum memiliki fasilitas laboratorium
cukup memadai untuk kelengkapan
pelaksanaan PBL.
- Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang
cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu
jam pelajaran yang banyak dijumpai di
berbagai sekolah tidak mencukupi standar
waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan
aktivitas peserta didik di luar sekolah.
- Model PBL tidak mencakup semua informasi
atau pengetahuan dasar. Peserta didik tidak
dapat memperoleh pemahamanmateri secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan karena
standar satu jam pelajaran di sekolah yang
tidak mencukupi untuk pelaksanaan PBL.
- Tidaksemuapesertadidikmemilikicara
belajarterbaikdenganmendengarkan.
Terkadangpesertadidikakanmerasajenuh
terhadapkegiatanbelajaryangdilakukan.
- Seringterjadi kesulitanuntukmenjagaagar
pesertadidiktetaptertarikdenganapayang
dipelajari
- Pesertadidiktidakmengetahui apatujuan
merekabelajarpadahari itu, hal ini
dikarenakanpesertadidiktidakberperanaktif
dalamprosespembelajarandancenderung
bersifatpasif.
- Penekananseringhanyapadapenyelesaian
tugas dandaya serapnyarendahdancepat
hilangkarenabersifatmenghafal.
.
BAB III
29. PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan atas pembahasan diatas, maka kesimpulan yang dapat ditarik pada
pembahasan tersebut adalah :
1. Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan
pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
4. PerbedaanantaraProblemBasedLearningdenganPembelajaranKonvensional adalahpadaProblem
BasedLearning,pembelajaranberpusat pada peserta didik, dimana guru sebagai fasilitator dengan
memberikansuatumasalahyangharusdiselesaikanolehpesertadidikdengankemampuan maupun
nalar merekamelaluikompetensi yangmerekamiliki,sedangkanPembelajaran Konvensional dapat
dimaklumi sebagai pendekatan pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi
lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih pada penguasaan konsep-
konsep bukan kompetensi.
3.2. Saran
Sebenarnyasetiap penyampaian suatu pembelajaran dengan pendekatan, teknik, metode
pembelajaran apapun memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun apabila
semuanya mampu dikombinasikan dan diterapkan secara bersama-sama tentunya akan
memperudah penyampaian suatu pembelajaran kepada peserta didik sehingga dapat diterima
dengan baik.
30. DAFTAR PUSTAKA
Aminandar, Sinta. TT. Dalam http://www.slideshare.net/shintiaminandar/hakikat-pendekatan-model-
metode-dan-teknik-pembelajaran. Diakses pada 27 September 2013.
Anonim. 2012. Dalam http://mkhgfthj.blogspot.com/2012/10/definisi-model-pendekatan-strategi.html.
Diakses pada 26 September 2013.
Anonim. TT. Dalam http://belajarpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran/. Diakses pada 25
September 2013.
Anonim.2012. Dalam http://mi1kelayu.blogspot.com/2012/06/model-pembelajaran-problem-based.html.
Diakses pada 26 September 2013.
Anonim. 2021. Dalam http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-metode-dalam-
pembelajaran.html. Diakses pada 29 September 2013.
Citra, Bubud. TT. Dalam http://bubudcitra.wordpress.com/ipm/penjelasan-tentang-perbedaan-antara-
pendekatan-strategi-metode-dan-teknik-sebagai-berikut/. Diakses pada 26 September 2013.
Herdy.2012. Dalamhttp://herdy07.wordpress.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-model-metode-strategi-
pendekatan-dan-teknik-pembelajaran/. Diakses pada 27 september 2013.
Kholik, Muhammad. 2011. Dalam http://muhammadkholik.wordpress.com /2011/11/08/evaluasi-
pembelajaran/. Diakses pada 27 September 2013.
Riyanti,Sin.2012. Dalam http://sin-riyanti.blogspot.com/2012/10/pembelajaran-konvensional_5536.html.
Diakses pada 27 September 2013.
Sekai, Furaha. 2011. Dalam http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/06/pembelajaran-konvensional/.
Diakses pada 27 September 2013.
Widyanto, Putu.2011. Dalam http://putuwidyanto.wordpress.com/2011/01/14/ pembelajaran-
konvensional/. Diakses pada 25 September 2013.
Wordpress.org.2013. Dalam http://smpm17plus.wordpress.com/2013/01/11/pendekatan-strategi-metode-
teknik-dan-model-pembelajaran/. Diakses pada 28 September 2013.
31. https://dinikomalasari.wordpress.com/2013/12/27/pembelajaran-
berbasis-masalah-problem-based-learningpbl/
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)
Postedon Desember27,2013 bydinikomalasari
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan
dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas,
sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya,
peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah,
memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas,
walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang
paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat
meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses
pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis
dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta
didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada
psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat
berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik
juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan
teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik
pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka
kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah ini
menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di dalam Democracy and
Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah
sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru
untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu
mereka menyelidiki berbagai masalah sosial dan intelektual penting.
B.Perumusan Masalah
1.Bagaimanakah pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah?
2.Bagaimanakah ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah?
32. 3.Apa komponen-komponen yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah?
4.Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah?
5.Bagaimanakah langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah?
6.Bagaimanakah penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah?
7.Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah?
C.Tujuan
1.Mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah.
2.Mengidentifikasi ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah.
3.Mengetahui fitur-fitur yang mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4.Mengetahui konsep dasar Pembelajaran Berbasis Masalah.
5.Mengetahui langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah.
6.Mengetahui penilaian serta evaluasi Pembelajaran Berbasis Masalah.
7.Mengidentifikasi kelebihan serta kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey
(dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan
respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem
saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep
pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai
dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok
antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian
menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta
didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan
guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai
penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
33. Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal
yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
B.Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
1.Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui
strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari
dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses
pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan
induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya
adalah :
a.Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah
nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.
bFokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
34. kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
D.Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a.Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja,
tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c.Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di
dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi,
menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
E.Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a.Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang
akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
b.Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c.Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d.Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
e.Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f.Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson & Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan
kelompok :
a.Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung
konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta
pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b.Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c.Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.
d.Menentukan & menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
e.Melakukan evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
35. Secara umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a.Menyadari Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan.
Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b.Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan
persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c.Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.
d.Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan.
Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e.Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f.Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
F.Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
TingkahLaku guru
Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantupeserta
didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar yang
berhubungandenganmasalahtersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorongpeserta
didikuntukmengumpulkaninformasi yang sesuai,
melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasandanpemecahanmasalah.
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantupeserta
didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya yang sesuaisepertilaporan, video, dan model
sertamembantumerekauntukberbagitugasdengantemannya.
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantupeserta
didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhadappenyelidikanmerekadan proses-proses yang
merekagunakan.
G.Penilaian dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai
dan hal yang paling utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel
dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan
36. mengadakan tes tertulis saja, tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan
performance. Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat
digunakan untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah baru,
mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
H.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
1.Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2.Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3.Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
4.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
7.Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis
dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus
belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik, pada
tahapan ini adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi
dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga mempunyai kelemahan, yaitu :
1.Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
3.Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
PENUTUP
A.Simpulan
• Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
• Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
37. penyelesaian masalah
• Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi
tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang
ini
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI, dan XII.
Bandung: M2S Bandung.
Burg, Oudlaan. 2010. The Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning. Spring. Vol.
4, no. 2
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran Untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan
Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan
Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP. 171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP. 74-86.
38. https://gayahidupalami.wordpress.com/pendidikan/problem-based-
learning/
Problem BasedLearning
Problem Based Learning
1. PENGERTIAN PROBLEMBASED LEARNING( PBL )
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode
pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta
didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh
pengetahuan (Duch, 1995). Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan
pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan
strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari
yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau
PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan
sehari-hari.
PBM bermula dari suatu program inovatif yang dikembangkan di Fakultas Kedokteran
Universitas McMaster, Kanada (Neufeld & Barrows, 1974). Program ini dikembangkan
berdasar kenyataan bahwa banyak lulusannya yang tidak mampu menerapkan pengetahuan
yang mereka pelajari dalam praktek sehari-hari. Dewasa ini PBM telah menyebar ke banyak
bidang seperti hukum, ekonomi, arsitektur, teknik, dan kurikulum sekolah.
Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan bahwa “Problem Based
Learning is a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus
on student activity”. H.S. Barrows (1982), sebagai pakar PBL menyatakan bahwa definisi
PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah
(problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu
(knowledge) baru.. PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004)
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian
masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan
keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk
berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara
tepat sumber-sumber pembelajaran.
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal
pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa
dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah
mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil
merupakan poin utama dalam penerapan PBL. PBL merupakan satu proses pembelajaran di
39. mana masalah merupakan pemandu utama ke arah pembelajaran tersebut. Dengan demikian,
masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat
menyokong keilmuannya.
1. LATAR BELAKANGPENTINGNYA PROBLEMBASEDLEARNING(PBL)
Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari
waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga
siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru
sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalismenya
yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa
secara efektif dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan pembelajaran dalam arti tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung
pada kemampuan guru mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang
memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran
(Semiawan, 1985). Banyaknya teori dan hasil penelitian para ahli pendidikan yang
menunjukkan bahwa pembelajaran akan berhasil bila siswa berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Atas dasar ini munculah istilah Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA ). Salah satu
pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi CBSA adalah Pembelajaran Berbasis
Masalah(PBL) dikembangkan dari pemikiran nilai–nilai demokrasi, belajar efektif perilaku
kerja sama dan menghargai keanekaragaman dimasyarakat.
Pembelajaran berbasis masalah(PBL) bermaksud untuk memberikan ruang gerak berpikir
yang bebas kepada siswa untuk mencari konsep dan menyelesaikan masalah yang terkait
dengan materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada dasarnya ilmu Matematika
bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep Matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Memiliki ketrampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang
proses alam sekitar,mampu menerapkan berbagi konsep matematika untuk menjelaskan
gejala alam dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang
ditemukan pada kehidupan sehari-hari(Depdikbud:1994).
Dengan menggunakan pendekatan PBL siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari
guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan
siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada
masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Karateristik PBL lebih mengacu pada
aliran pendidikan kontruktivmisme, dimana belajar merupakanproses aktif dari pembelajaran
untuk membangun pengetahuan . proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara
mental tetapi juga secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa
secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental. Matthews( dalam
Suparno.1997:56).
Dalam pembelajaran guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem
sosial yang memiliki ciri proses demokrasi dan proses ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah
merupakan jawaban terhadap praktek pembelajaran kompetensi serta merespon
perkembangan dinamika sosial masyarakat. Selain itu pembelajaran berbasis masalah pada
dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran kelompok. Dengan
demikian, metode pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik yang khas yaitu
40. menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk belajar tentang
berpikir kritis dan ketrampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep esensial dari materi pelajaran.
Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan
situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut
Ibrahim dan Nur (2000:2 dalam Nurhadi dkk,2004), “ Pembelajaran berbasis masalah dikenal
dengan nama lain seperti Project-Based Learning (Pembelajaran Proyek), Eksperience-Based
Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic learning (Pembelajaran
Autentik), dan Anchored instruction (Pembelajaran berakar pada dunia nyata)”. Peran guru
dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan
dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat
dilaksanakan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya
pertukaran ide secara terbuka secara garis besar pembelajaran berbasis masalah terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat
memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukankan penyelidikan secara inkuiri.
1. UNSUR – UNSUR PROBLEM BASEDLEARNING(PBL)
Pembelajaran Problem Based Learning mempunyai beberapa unsur-unsur yang mendasar
pada pendidikan sebagai berikut:
1. IntegratedLearning
Pembelajaran mengintegrasikanseluruhbidangpelajaran
Pembelajaranbersifatmenyeluruhmelibatkanaspek-aspekperkembangananak
Anakmembangunpemikiranmelalui pengalamanlangsung
1. Contextual Learning
Anakbelajarsesuatuyangnyata,terjadi,dandialami dalamkehidupannya
Anakmerasakanlangsungmanfaatbelajaruntukkehidupannya
1. ConstructivistLearning
Anakmembangunpemikirannyamelalui pengalamanlangsung(handonexperience)
Learningby doing
1. Active Learning
Anaksebagai subyekbelajaryangaktif menentukan,melakukandanmengevaluasi (PLAN-
DO-REVIEW)
1. LearningInteresting
41. Pembelajaranlebihmenarikdanmenyenangkanbagi anakkarenaanakterlibatlangsung
dalam menentukanmasalah.
1. FASE– FASE PROBLEMBASEDLEARNING(PBL)
PBL berlangsung dalam enam fase, yaitu:
Fase 1: Pengajuan permasalahan. Soal yang diajukan seperti dinyatakan sebelumnya harus
tidak terstrktur dengan baik, dalam arti untuk penyelesaiannya diperlukan infoemasi atau data
lebih lanjut, memungkinkan banyak cara atau jawaban, dan cukup luas kandungan materinya.
Fase2: Apa yang diketahui diketahui dari permasalahan? Dalam fase ini setiap anggota akan
melihat permasalahan dari segi pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kelompok
akan mendiskusikan dan menyepakati batasan-batasan mengenai permasalahan tersebut, serta
memilah-memilah isu-isu dan aspek-aspek yang cukup beralasan untuk diselidiki lebih
lanjut. Analisis awal ini harus menghasilkan titik awal untuk penyelidikan dan dapat direvisi
apabila suatu asumsi dipertanyakan atau informasi baru muncul kepermukaan.
Fase 3: Apa yang tidak diketahui dari permasalahan? Disini anggota kelompok akan
membuat daftar pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu pembelajaran yang harus dijawab untuk
menjelas permasalahan. Dalam fase ini, anggota kelompok akan mengurai permasalahan
menjadi komponen-komponen, mendiskusikan implikasinya, mengajukan berbagai
penjelasan atau solusi, dan mengembangkan hipotesis kerja. Kegiatan ini seperti fase
“brainstorming” dengan evaluasi; penjelasan atau solusi dicatat. Kelompok perlu
merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan informasi yang dibutuhkan, dan bagaimana
informasi ini diperoleh.
Fase 4: Alternatif Pemecahan. Dalam fase ini anggota kelompok akan mendiskusikan,
mengevaluasi, dan mengorganisir hipotesis dan mengubah hipotesis. Kelompok akan
membuat daftar “Apa yang harus dilakukan?” yang mengarah kepada sumberdaya yang
dibutuhkan, orang yang akan dihubungi, artikel yang akan dibaca, dan tindakan yang perlu
dilakukan oleh para anggota. Dalam fase ini anggota kelompok akan menentukan dan
mengalokasikan tugas-tugas, mengembangkan rencana untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Informasi tersebut dapat berasal dari dalam kelas, bahan bacaan, buku pelajaran,
perpustakaan, perusahaan, video, dan dari seorang pakar tertentu. Bila ada informasi baru,
kelompok perlu menganalisa dan mengevaluasi reliabilitas dan kegunaannya untuk
penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi.
Fase 5: Laporan dan Presentasi Hasil. Pada fase ini, setiap kelompok akan menulis laporan
hasil kerja kelompoknya. Laporan ini memuat hasil kerja kelompok dalam fase-fase
sebelumnya diikuti dengan alasan mengapa suatu alternatif dipilih dan uraian tentang
alternatif tersebut. Pada bagian akhir setiap kelompok menjelaskan konsep yang terkandung
42. dalam permasalahan yang diajukan dan penyelesaian yang mereka ajukan. Misalnya, rumus
apa yang mereka gunakan. Laporan ini kemudian dipresentasikan dan didiskusikan
dihadapan semua siswa.
Fase 6: Pengembangan Materi. Dalam fase ini guru akan mengembangkan materi yang akan
dipelajari lebih lanjut dan mendalam dan memfasilitasi pembelajaran berdasarkan konsep-
konsep yang diajukan oleh setiap kelompok dalam laporannya.
Dengan memperhatikan kegiatan pada setiap fase, para peserta didik menggunakan banyak
waktunya untuk mendiskusikan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan fakta yang
relevan, mencari informasi, dan mendefinisikan isi pembelajaran itu sendiri. Tidak seperti
pembelajaran tradisional, tujuan pembelajaran dalam PBM tidak ditetapkan dimuka.
Sebaliknya, setiap anggota kelompok akan bertanggungjawab untuk membangun isi-isu atau
tujuan berdasarkan analisa kelompok tentang permasalahan yang diberikan
43. http://misemarum084.blogspot.com/2012/03/problem-based-learning-pbl.html
Problem based learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajarn atau metode
mengajar yang fokus pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri
yang terlibat langsung secara aktif terlibat dalam pembelajaran berkelompok. PBL membantu
siswa untuk mengembangkan ketrampilan mereka dalam memberikan alas an dan berpikir
ketika mereka mencari data atau informasi agar mendaptkan solusi untuk memecahkan
masalah, Suyanto ( 2008:21)
Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu strategi pengajaran yang
berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa
untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi dkk, 2009;16).
Menurut Riyanto (2009:288) Problem Based Learning (PBL) memfosuskan pada siswa
menjadi pembelajaran yang mandiri dan terlibat lansung secara aktif dalam pembelajran
kelompok. Model ini membantu siswa untuk mengembangkan berpikir siswa dalam
mencari pemecahan masalah melalui pencarian data sehingga diperoleh solusi untuk
suatu masalah dengan rasional dan ontentik.
Menurut Arends (dalam Ibrahim, 2000:15) Problem Based Learning (PBL)
dilandasi oleh 3 pikiran ahli, yaitu sebagai berikut.
a. John Dewey dan Kelas Demokrasi
Menurut Dewey seperti pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis
masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian Dewey. Dalam tulisannya yang
berjudul Demokrasi dan Pendidikan (1916), Dewey mengemukakan pandangan bahwa
sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
44. laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey
menganjurkan agar guru memberi dorongan kepada siswanya terlibat dalam proyek atau
tugas-tugas berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalahnya.
Patrick mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak
abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa terlibat
menyelesaikan proyek yang menarik dan merupakan pilihan sendiri.
b. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan
secara terus-menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut
Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan
yang mereka hayati. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan berdasar kepada
teori Piaget ini. Piaget lebih menekankan proses belajar pada aspek tahapan perkembangan
intelektual. Sementara itu ahli lain yang juga mendukung Problem Based Learning
(PBL) adalah Vygotsky yang lebih menekankan kepada aspek sosial pembelajaran.
Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan teman lain membantu terbentuknya ide
baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
c. Bruner dan pembelajaran penemuan
Menurut Bruner Pembelajaran adalah suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur/ide kunci dari suatu
disiplin ilmu. Bruner yakin pentingnya siswa terlibat di dalam pembelajaran dan
dia meyakini bahwa pembelajaran yang terjadi sebenarnya melalui penemuan
pribadi. Menurut Bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya
pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan
siswa.
45. Sejumlah pengembangan pembelajaran model Problem Based Learning (PBL)
telah mendeskripsikan bahwa Problem Based Learning (PBL) mempunyai ciri-ciri atau
fiktur-fiktur seperti yang di paparkan Nur (2008:3) seperti berikut.
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah
Problem Based Learning (PBL) tidak mengorganisasikan pelajaran di sekitar
prinsip-prinsip akademik atau keterampilan-keterampilan tertentu, tetapi lebih
menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan-pertanyaan atau
masalah-masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa.
b. Berfokus pada interdisiplin
Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran
tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otenetik itulah yang diselidiki karena solusinya
menghendaki siswa melibatkan banyak pelajaran.
c. Penelidikan otentik
Problem Based Learning (PBL) menghendaki para siswa menggeluti
penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan masalah nyata.
Mereka harus menganalisa dan mendefinisikan masalah itu, mengembangkan hipotesisi
dan membuat prediksi mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan
eksperimen (bila diperlukan) membuat inferessi, dan membuat kesimpulan.
d. Menghasilkan karya nyata dan memamerkan
Problem Based Learning (PBL) menghendaki siswa menghasilkan produk
dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi
mereka. Karya nyata dan pameran itu, yang akan di bahas kemudian, dirancang siswa
untuk mengomunikasikan kepada pihak-pihak terkait apa yang telah mereka pelajari
e. Kolaborasi
46. Seperti pembelajaran kooperatif, Problem Based Learning (PBL) juga ditandai
oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, sering kali dalam pasangan-pasangan
atau kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama akan mendatangkan motibasi untuk
keterlibatan berkelanjutandalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya kesempatan-
kesempatan berbagi inkuiri dan dialog, dan untuk perkembangan keterampilan-
keteramplian sosial.
Seperti model-model pembelajaran lainnya pada setiap model pembelajaran
memiliki keungulan dan kelemahan/keterbatasan, dalam Problem Based Learning (PBL)
diantaranya sebagai berikut :
a. Keungulan Problem Based Learning (PBL) menurut Mustaji (2005:33)
1. Pembelajaran lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep tersebut
2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir pebelajran
yang lebih tinggi
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar sehingga pembelajran
lebih bermakna.
4. Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diseleseikan
lansung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatakan motivasi dan
ketertarikan pebelajar terhadap bahan yang dipelajari.
5. Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantar pebelajar
6. Pengkondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajaran dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar pebelajar dapat
diharapkan
b. Keterbatan Problem Based Learning (PBL) menurut Nur (2008:35)
47. 1. Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk implementasi
2. Perubahan peran siswa dalam proses pembelajran
3. Perubahan peran guru dalam dalam proses pembelajran
4. Perumusan masalah yang sesuai
5. Asesmen yang valid atas program dan pembelajran siswa
Langkah-Langkah Problem based learning (PBL)
Ada 5 langkah dalam Problem based learning (PBL) menurut Mustaji (2005:76)
adalah sebagi berikut:
a. Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Pada awal Problem based learning (PBL), pembelajaran terlebih dahulu
menyampikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif terhadap
pembelajaran, dan menjelaskan pada pebelajar bagaimana cara pelaksanaannya. Berdasarkan
masalah tersebut pebelajar dilibatkan secra aktif memecahkan, menemukan konsep, prinsip-
prinsip, dan seterusnya dalam mata pelajaran difusi inovasi pendidikan.
b. Mengorientasikan pebelajar untuk belajar
Problem based learning (PBL) memerlukan ketrampilan pengembangan
kolaborasi diantara pebelajran dan membantu mereka menyelidiki masalah secara bersama-
sama. Hali ini merupakan bantuan merencanakan penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas
mereka. Selain itu perlu adanya kelombpok belajar. Adanya beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan di dalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok pembelajaran
berdasarkan masalah yakni pebelajar ke dalam kelompok Problem based learning (PBL)
yakni pebelajar dibentuk bervariasi denhan memperhatukan kemampuan, ras, etnie dan jenis
kelamin sesuain dengan tujuan yang akan dicapai.
c. Memandu menyelidiki secara mandiri maupun kelompok