Dokumen ini membahas tentang rickets, termasuk etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, komplikasi, prognosis, dan epidemiologi penyakit ini. Rickets disebabkan oleh kekurangan vitamin D yang menyebabkan gangguan penyerapan kalsium dan mineral lainnya, menimbulkan kelainan bentuk dan pelemahan tulang. Gejala klinisnya antara lain deformitas tulang, tulang rapuh, nyeri tulang, dan hipokalsemia. Jika tidak diobati

1. RICKETS
Nesha Mutiara
2017210155
Patofisiologi (C)

2. Pokok Bahasan
• » Etiologi
• » Patogenesis
• » Manifestasi Klinik
• » Komplikasi dan Cacat
• » Prognosis
• » Epidemiologi

3. A. Etiologi
• Rickets, rakhitis, atau rickettsia  Kelainan bentuk dan pelemahan
tulang karena defisiensi vitamin D pada anak – anak.
• Tubuh yang kekurangan vitamin D menyebabkan usus kurang
optimal menyerap kalsium dan mineral – mineral lainnya.
• Kurangnya penyerapan kalsium dan mineral – mineral lainnya lebih
lanjut berakibat pada kegagalan pengerasan tulang dan kelainan
bentuk tulang seperti huruf X atau O.
• Bila kelainan tulang ini menjangkit orang dewasa maka disebut
osteomalasia, yang tidak separah dengan rakhitis karena pada
orang dewasa pertumbuhan tulang sudah lengkap.

5. B. Patogenesis
• Pada pertengahan 1600-an, kebanyakan anak yang
tinggal di kota – kota industri yang penuh sesak dan
tercemar dari udara Eropa mengalami deformasi
tulang yang parah, ditandai dengan keterlambatan
pertumbuhan, kelainan bentuk kaki, dan otot
melemah.
• Pada akhir abad ke – 19, otopsi penelitian yang
dilakukan di Boston dan Leiden, Belanda,
menunjukkan bahwa 80 – 90% anak – anak
menderita rakhitis.

6. • Pada 1822, Sniadecki mengakui pentingnya paparan
sinar matahari untuk pencegahan dan
penyembuhan rakhitis.

7. • Rakhitis juga dapat disebabkan oleh kebiasaan –
kebiasaan salah berikut:
• 1. Posisi tidur yang salah, misal tengkurap seperti katak
• 2. Kebiasaan duduk yang salah, misal bersila pada anak
• 3. Kebiasaan menggendong yang salah, misal saat
digendong menyamping kaki anak dibiarkan melingkari
tubuh orang yang menggendong sehingga membentuk
sudut 90 derajat dan bertahan dalam posisi tersebut
untuk waktu yang lama
• 4. Memakaikan popok sekali pakai dengan cara dan
pada saat yang tidak tepat, misal terus – menerus pada
saat anak sedang belajar berjalan sehingga anak
kesulitan menemukan posisi kaki yang stabil

8. C. Manifestasi Klinik dan Patologis
• 1. Kerangka cacat (deformitas rangka) berupa genu
varum atau genu valgum
• 2. Tulang rapuh
• 3. Nyeri tulang
• 4. Hipokalsemia ( kadar kalsium rendah dalam
darah )
• 5. Tetani ( kejang otot tidak terkendali di seluruh
tubuh )
• 6. Craniotabes (tengkorak lunak)
•

9. D. Komplikasi dan Cacat
• Ketika rakhitis sangat parah dapat menyebabkan
rendahnya tingkat kalsium (hipokalsemia) dalam
darah yang berujung kejang otot (kram) dan
kesulitan bernapas.
• Penderita rakhitis dapat mengalami cacat permanen
berupa kelainan bentuk tulang dan kelemahan otot
seumur hidup.

10. E. Prognosis
• Jika jumlah vitamin D diberikan cukup,
penyembuhan mulai dalam beberapa hari dan
membaik perlahan – lahan sampai struktur tulang
menjadi normal

11. F. Epidemiologi
• Di negara maju, rakhitis adalah penyakit langka
(kejadian kurang dari 1 dalam 200.000) karena
masyarakat sudah lebih teredukasi mengenai cara
penanganan bayi yang benar dan memberikan asupan
gizi yang cukup kalsium.
• Berdasarkan hasil studi terhadap anak sekolah dasar di
Jakarta oleh Dr. Aman Pulungan, Sp.A, (K), konsultan
endokrinologi anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia pada tahun 2012, diketahui sekitar 75,9 %
anak mengalami insufficiency (kadar tidak cukup)
vitamin D dan 15 % anak mengalami defisiensi
(kekurangan) vitamin D.

12. Daftar Pustaka
• 1. Novikasari, Nurlita. 2009. Sejarah Penyakit
Rakhitis [Online] (diakses pada 7 September 2018)
• 2. Alfiansyah, Muhammad. 2012. Gangguan dan
Kelainan pada Tulang [Online] (diakses pada 7
September 2018)
• 3. Prianggoro, Hasto. 2012. Tulang Sehat, Anak Kuat
[Online] (diakses pada 7 September 2018)
• 4.www.lifestyle.kompas.com/read/2012/03/21/072
70146/anak.indonesia.terancam.kekurangan.vitami
n.d (diakses pada 7 September 2018)