Seorang anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang beruntung berhasil meraih kesuksesan besar melalui kerja keras dan semangat yang diberikan ibunya. Anak tersebut berhasil menjadi profesor muda di usia 33 tahun meskipun harus kehilangan ibunya. Kisahnya memberikan pelajaran bahwa tak peduli kondisi apapun, setiap anak berhak meraih kesuksesan jika berani menerima kenyataan dan berusaha maju.
2. Jendela
Keluarga
Jadilah Pemberani
foto : muh. abdus syakur/SUARA HIDAYATULLAH
S
eorang anak terlahir dari ibu yang
buta huruf. Pada saat anak itu ber
umur dua tahun sang ayah men
ceaikan ibunya, lalu peri entah
r
g
kemana meninggalkan si anak dengan de
lapan saudara lainnya. Sebelumnya, ibunya
su ah menikah dua kali, jadi itu adalah
d
per eraian yang ketiga kali ya.
c
n
Ada hal yang kerap membuat anak ini
sedih. Pada saat pembagian buku rapor
di sekolah, semua temannya diantar
oleh orangtuanya. Ada yang diantar oleh
bapaknya, sebagian lagi diantar ibunya.
Sedangkan ia tidak diantar siapapun.
Bahkan saat kelas 1 SMP dialah yang mengambil rapor
adiknya.
Si anak berpisah dengan ayahnya saat berumur dua
tahun, ia lupa sosok sang ayah. Kepada ibunya ia sering
bertanya seperti apa wajah ayahnya, dan menanyakan
kemana ayahnya pergi. Ingin sekali ia bertemu dan
mencarinya.
Namun apa jawaban ibunya. “Nak, sudahlah tak
usah sibuk cari bapakmu, kamu belajar saja yang rajin
agar pinter. Kalau kamu jadi orang, nanti bapakmu yang
akan cari kamu!” Kata-kata tersebut rupanya sangat
membekas.
Kata-kata ibunya itu menjadi penyemangat. Si
anak kemudian memiliki cita-cita yang sangat tinggi,
ingin menjadi seorang astronot. Keadaan dirinya dan
keluarganya tak membuatnya rendah diri. Ibunya yang
tak pernah sekolah itu selalu menghembuskan semangat.
“Nak, jadilah orang pemberani. Orang yang berani bukan
yang turun ke jalan, demo, atau di penjara, tapi orang
yang siap menerima kenyataan,” ujar sang ibu.
Waktu terus berputar. Tak sekadar bercita-cita
kosong, anak itu berusaha keras mewujudkannya. Ia
belajar dengan tekun, hingga diterima di universitas
favorit di negeri ini. Ia pun berusaha keras agar bisa lulus
dengan cepat, karena saat itu ibunya sedang sakit keras.
Ia ingin ibunya melihat saat ia diwisuda. Jenjang S1 hanya
DESEMBER 2012/MUHARRAM 1434
ditempuh dalam waktu 3,5 tahun.
Namun sayang, saat ia lulus sarjana,
ibunya telah meninggal dunia.
Namun, ia tetap ingin mewujudkan
harapan ibunya supaya bisa menjadi
orang yang sukses. Ia mendapat
beasiswa S2 dan S3-nya di Perancis.
Kedua jenjang itu juga ia selesaikan
dalam waktu cepat. Ia mendapat gelar
profesor di usia 33 tahun dan menjadi
salah seorang dari tujuh profesor
termuda di dunia.
Siapakah tokoh tersebut? Dialah
Prof Dr Firmanzah. Ia menjadi Dekan
di FE UI di usia 32 tahun dan kini menjadi Staf Khusus
Presiden RI Bidang Ekonomi.
Kisah tersebut memberi pembelajaran berharga,
bahwa kesuksesan se guhnya hak semua anak. Tak
sung
pe uli apa pun keadaannya, semua berhak untuk men
d
ca ai puncak prestasi. Namun, ada yang berani me e
p
n
rima keadaan lalu berusaha untuk maju, tapi ada juga
yang menyalahkan keadaan sebagai penghalang keuk
s
sesannya.
Di sinilah peran ayah atau ibu untuk memberikan
motivasi dan inspirasi agar anak tidak terbelenggu oleh
keadaan, namun berani menatap ke depan dan berani
bercita-cita.
Dari tokoh di atas kita belajar bahwa meski ia layak
disebut anak broken home, namun ia memilih untuk
tidak menyalahkan keadaan. “Apabila kita sudah mampu
menerima kenyataan barulah kita akan mampu untuk
maju ke depan,” ujarnya.
Hingga kini, profesor yang pengagum Rasulullah ini
belum pernah bertemu dengan sang ayah. Menurutnya,
kerinduan akan seorang ayah tak tergantikan. Tak ada
kemarahan dalam hatinya. Ia ingin terus berbuat, moto
hidupnya, “Sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat
bagi orang lain. Jabatan ini hanya bermanfaat jika
berfaedah bagi orang lain.” *Penulis buku Mendidik
Karakter dengan Karakter
celah
Oleh Ida S. Widayanti
67
3. usrah
Menguatkan Cinta dengan
Hadiah Terindah
Oleh kartika ummu arina*
Tak mahal tetapi mem
butuhkan ketulusan hati
M
emberi hadiah? Ya,
memberi hadiah,
pada pasangan yang
sudah menemani dan
mencintai. Inilah yang kadang terlupa,
padahal Rasulullah
melakukannya
dengan sangat indah. Cobalah simak
peristiwa yang luar biasa ini.
Suatu hari istri-istri Rasul
berkumpul ke hadapan suaminya
dan bertanya, “Di antara istri-istrimu,
siapakah yang paling disayangi?”
Rasulullah
hanya tersenyum, lalu
berkata, “Aku akan beritahukan kepada
kalian nanti.”
Setelah itu, dalam kesempatan
yang berbeda-beda, Rasulullah
memberikan sebuah cincin kepada istriistrinya. Masing-masing sebuah cincin,
seraya beliau berpesan agar istrinya
yang telah diberi cincin tersebut, tidak
memberitahu kepada istri-istri yang lain.
Lalu suatu hari para istri Rasulullah
itu berkumpul lagi dan mengajukan
pertanyaan yang sama. Lalu
Rasulullah menjawab, “Yang paling
aku sayangi adalah yang kuberikan
cincin kepadanya.” Kemudian, istri-istri
Nabi
itu tersenyum puas karena
menyangka hanya dirinya saja yang
mendapat cincin dan merasakan
bahwa dirinya tidak terasing.
Dengan hadiah cincin tersebut,
menunjukkan pada
Rasulullah
istri-istrinya tentang kasih sayang
yang dimilikinya sekaligus meredam
kegelisahan istri-istrinya. Namun
68
demikian, meski Rasulullah
memberikan cincin kepada istriistrinya, bukan berarti hadiah yang
diberikan pada pasangan pun harus
mahal.
Berdoa dan Tersenyumlah
Salah satu yang paling indah
adalah doa. Doa suami pada istrinya
yang didengar oleh sang istri baik
setelah menunaikan shalat bersama
maupun saat tengah berdua, akan
sangat bermanfaat untuk memperkuat
kasih sayang. Begitu pula doa yang
dipanjatkan istri untuk suami,
akan memberikan rasa aman dan
menenangkan hati suami, terutama
saat akan menjalani aktivitas.
Sebagaimana doa orang-orang saleh
dalam surat Al-Furqan [25] ayat
74, “... Ya Robbana, anugerahkanlah
kepada kami pasangan dan keturunan
yang menyenangkan hati (kami) dan
jadikanlah kami pemimpin bagi orangorang yang bertakwa.”
Hadiah berikutnya yang gratis
tapi sering terlupa adalah senyum.
Entah kenapa, banyak pasangan yang
melupakan hadiah yang sangat mudah
sekaligus sangat murah ini untuk dibe
rikan pada pasangannya, terutama di
pagi hari. Padahal senyum yang tulus
pada pasangan di pagi hari merupakan
salah satu penentu mood pasangan
suami-istri selama menjalani aktivitas
di hari itu.
Mengingat kekesalan di hari
kemarin pada saat bangun pagi, akan
melahirkan tindakan-tindakan yang
tidak menyenangkan bagi kita dan
pasangan. Sementara muka yang
masam atau cetusan-cetusan yang
sinis, pasti akan membuat kita dan
pasangan kesal seharian. Karena itu,
seperti apapun kejadian yang tidak
menyenangkan di hari kemarin,
usahakanlah untuk tetap tersenyum.
Bila masalah memang belum usai,
maka selesaikanlah di waktu yang lebih
santai di hari itu.
Ingatlah bahwa kita akan hidup
bersama pasangan selama nafas
masih berhembus. Maka, kekesalan
di pagi hari hanya akan membuat
kebersamaan menjadi kegelisahan
dan akan menjadi bibit konflik
berkepanjangan. Sebaliknya, menurut
seorang suami, senyum istrinya di
pagi hari adalah semangat baginya
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
4. Jendela keluarga
FOTO MUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH
menjalani hari. Begitu pentingnya
sebuah senyuman, maka Rasulullah
bersabda, “Senyum manismu pada
saudara adalah sedekah.” (Riwayat
Bukhari)
Selalu Ada untuk Memahami
Hadiah yang tak kalah indah adalah
kehadiran. Tentu kita semua tahu,
sesuatu yang membuat kita merasa
dicintai adalah selalu adanya pasangan
di saat kita membutuhkannya. Karena
itu, jangan abaikan arti kehadiran Anda
untuk pasangan. Meskipun sms, bbm,
telepon, atau apapun diklaim dapat
mendekatkan hati; tetapi kehadiran
seseorang yang dicintai di saat sedih,
tertekan, kehilangan, bahkan ketika
kegembiraan meluap tetap tak dapat
digantikan oleh apapun.
Mendengar adalah hadiah
selanjutnya yang begitu indah.
Mendengar termasuk hadiah yang
sulit untuk diberikan. Apalagi, bila
dalam benak kita sudah terlabel bahwa
apa yang dikatakannya “ya itu-itu
saja”. Kita pun biasanya lebih senang
didengarkan ketimbang mendengarkan
pasangan. Sementara tak dapat
dipungkiri bahwa keharmonisan dalam
hubungan suami-istri salah satunya
ditakar dengan sebesar apa kesediaan
mereka untuk saling mendengarkan.
Berusahalah untuk mendengarkan
sebaik-baiknya. Tatapan yang fokus,
tanpa mengomentari, tak menghakimi
–apalagi mencela, dan meninggalkan
segala aktivitas (termasuk mengetik
bbm atau sms) akan sangat mele
ga an perasaan pasangan. Ia akan
k
merasa dihargai dan dimengerti.
Be ilah tanggapan bila memang dia
r
membutuhkannya atau berilah sekadar
tatapan yang menenangkan, apabila ia
memang sekadar meluapkan unegunegnya.
Hadiah yang indah berikutnya
adalah memberinya kebebasan.
Kebebasan di sini bukanlah berarti
memperbolehkannya berbuat
sekehendak hati. Namun, lebih pada
memberikannya kepercayaan penuh
untuk bertanggung jawab atas segala
hal yang dipilih dan dilakukannya.
Kebebasan dalam hidup bersama
pasangan akan membuatnya merasa
dipahami dan dicintai. Kebebasan akan
Satu hal lagi yang tergolong
hadiah yang cukup sulit
adalah mengalah. Salah
satu pasangan mungkin
merasa seringkali mela
kukan ini. Namun, me
ngalah dengan ketulusan
barangkali adalah sesuatu
yang sulit. Apalagi bila
kedewasaan emosi dalam
rumah tangga belum
terbangun, maka yang
terjadi adalah keinginan
untuk selalu memperta
hankan ego dan tak ingin
berada di pihak yang kalah.
DESEMBER 2012/MUHARRAM 1434
membuatnya memiliki kebahagiaan
tersendiri yang juga akan ditularkannya
pada Anda. Namun, bila kebebasan
yang Anda berikan sudah mulai
membuatnya berbelok arah, jangan
segan untuk mengingatkannya kembali
tanggung jawab yang harus dipegang
teguh bersama.
Satu hal lagi yang tergolong hadiah
yang cukup sulit adalah mengalah.
Salah satu pasangan mungkin merasa
seringkali melakukan ini. Namun,
mengalah dengan ketulusan barangkali
adalah sesuatu yang sulit. Apalagi
bila kedewasaan emosi dalam rumah
tangga belum terbangun, maka yang
terjadi adalah keinginan untuk selalu
mempertahankan ego dan tak ingin
berada di pihak yang kalah.
Padahal dalam berumahtangga, tak
ada manfaat sedikit pun yang diperoleh
dengan selalu menjadi pemenang.
Sebaiknya, mengalah pada hal-hal yang
tidak prinsipil akan menjadikannya
lebih mampu memahami kita dan
ber edia menerima apa adanya. Ben
s
tang anlah kasih sayang dan kesabaran,
k
maka setiap permasalahan pun akan
terasa ringan untuk diselesaikan.
Terakhir, inilah hadiah yang sangat
indah dan murah tetapi seringkali tak
mudah. Maaf. Banyak pasangan yang
merasa gengsi untuk meminta maaf
terlebih dahulu karena merasa benar.
Padahal dengan sama-sama marah dan
melontarkan kata-kata negatif pun
sudah termasuk membuat kesalahan.
Maka, hadiahkanlah kata maaf padanya
untuk membuatnya merasa tersanjung
dan dicintai. Di sisi lain, memaafkan
pun kadang masih disertai rasa sakit
hati karena merasa dianiaya dan
direndahkan.
Maka, walaupun sulit, hadiahkanlah
maaf yang tulus padanya sebagai
sebuah ketulusan dan bukti cinta
yang dalam. Di saat yang sama,
hadiahkanlah pula kata maaf itu untuk
diri kita sendiri, guna membebaskan
diri dari beban perasaan dan himpitan
kemarahan. *Penulis buku ‘Jadilah
Suami Istri Bijak’
69
5. mar’ah
Ketika Tulang Rusuk
Menjadi Tulang Punggung
Oleh TULUS KURNIAWATI*
P
erjalanan hidup manusia tidak
ada yang dapat menduga
sebelumnya. Semua menjadi
rahasia Allah . Yang bisa
kita lakukan adalah terus
berusaha. Baik atau buruk, jika semua
itu membawa kita semakin dekat
kepada Allah , menambah keimanan
kita kepada Allah , semuanya patut
disyukuri dan dihadapi. Begitupun
dengan perjalanan kehidupan berumah
tangga.
Allah
memang telah mem
be i an porsi tersendiri berkaitan
rk
dengan hak dan kewajiban suami istri.
Suami adalah pelindung dan pemberi
nafkah bagi istrinya sebagaimana yang
dijelaskan al-Qur’an dalam surat An
Nisa: 34.
Laki-laki (suami) dengan hak
dan kewajibannya masing-masing.
Perempuan (istri ) pun demikian. Akan
tetapi, tidak jarang dalam kehidupan
mengarungi bahtera rumah tangga,
Allah menguji pasangan suami istri
ini dengan keadaan-keadaan di luar
dugaan.
Keterbatasan ekonomi misalnya.
Karena kebutuhan hidup semakin tinggi,
tidak sedikit para istri ikut berperan
membantu suami mencari penghasilan.
Bahkan pada posisi yang sangat ekstrem,
misalnya suami di PHK, atau suami
meninggal dunia, muncullah sosoksosok istri yang mengambil alih peran
sebagai pencari nafkah.
Para istri yang semula menjadi
“menteri dalam negeri” sebuah
rumah tangga, yang tugasnya banyak
menangani pekerjaan-pekerjaan
70
domestik, kini ikut berperan di luar itu
semua.
Bagaimana jika hal ini terjadi pada
anda?
Memang tidak mudah, dan cukup
berat, melakukan sesuatu yang bukan
menjadi kebiasaan kita. Jadi bukannya
tidak mampu, tetapi lebih karena
belum terbiasa. Tidak heran, karena
(pada awalnya) mencari nafkah
memang bukan kewajiban seorang
istri. Namun jika dalam kondisi
terdesak, seringkali muncul kemauan
dan kekuatan-kekuatan terpendam
yang mampu mengalahkan itu
semua. Mengalahkan “rasa tidak
mampu” dan menerbitkan semangat
“harus bisa”.
Jangan Merasa Terpaksa
Apapun kondisi yang kita hadapi
saat ini, yang membuat kita harus
berbuat lebih, mengerjakan banyak hal
di luar kebiasaan kita, janganlah merasa
terpaksa. Okey…mungkin keadaan
memang memaksa kita, namun mari
terima ini semua dengan hati lapang.
Bukankah Allah
akan menguji kita
dengan kekurangan berupa rasa lapar,
rasa takut, dan rasa sakit?
“Dan Kami pasti menguji kamu
dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buahbuahan. Dan sampailkanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang
sabar”.{Al-Baqarah (2): 155}.
Jika keadaan ini terjadi pada kita,
ya sudah…mari hadapi saja. Jangan
mengeluh, jangan menyalahkan
pasangan, apalagi menggugat takdir
Allah
.
Tetaplah Muliakan Suami, Raih
Ridhanya
Istri seringkali disebut sebagai
tulang rusuk, namun jika kemudian
perannya menjadi tulang punggung,
itu bukanlah aib. Suami yang belum
bisa maksimal memberikan nafkah
kepada keluarga, juga bukan sematamata kesalahannya. Banyak faktor yang
mempengaruhinya. Jadi, jika memang
jalan rejeki dilewatkan tangan kita
sebagai para istri, kenapa tidak?
Nah … permasalahan yang kerap
timbul adalah ikatan hati pasangan
suami istri yang mengendor karena
peralihan peran tersebut. Para suami
yang down karena ketidakmampuannya
memberikan nafkah menimbulkan
rasa sensitif tersendiri. Adapun
para istri yang mengerjakan tugastugas yang bukan kebiasaannya juga
menimbulkan rasa sensitif yang sering
tidak terkendali. Rasa sensitif muncul
karena lelah yang berlebihan. Apalagi
jika ditambah dengan rasa terpaksa.
Yang muncul kemudian adalah saling
menyalahkan pasangan.
Apapun kondisi suami saat ini, jika
memang para istri harus membantu
mencari nafkah, tugas berat yang harus
tetap dijaga adalah tetap muliakan
para suami. Bagaimana pun, suami
adalah qowwam (pemimpin) kita.
Jika kita harus keluar rumah untuk
bekerja, tetap mintakan ridha dan
keikhlasannya. Jika kita harus meminta
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
6. Jendela keluarga
FOTO : IMUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH
pertolongannya untuk membantu
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga,
mintalah dengan baik, sehingga tidak
melukai harga dirinya. Ingatlah, bahwa
ridha suami juga akan berpengaruh
pada aktivitas kita di luar rumah.
Komunikasikan dengan Cinta
Setiap kita pasti ingin segera
keluar dari situasi sulit ini. Maka
yang harus kita lakukan adalah
mengkomunikasikan keadaan ini
dengan pasangan kita secara baik-baik.
Ingatlah bahwa semua kesulitan bukan
akhir dari dunia. Ini hanyalah sebuah
episode hidup yang harus kita lalui
dan pada saatnya nanti akan berganti
dengan episode yang indah.
Bicarakan baik-baik dengan
suami, apa yang akan kita lakukan
untuk menghadapi masa sulit ini,
dan bagaimana setelah ini. Tetaplah
support, berikan ide-ide baru untuk
menyegarkan pikirannya yang
suntuk. Bisa jadi, dari pembicaraanpembicaraan itu nanti akan muncul
sebuah langkah-langkah baru yang
hasilnya justru jauh lebih baik dari
DESEMBER 2012/MUHARRAM 1434
apa yang dikerjakan tempo hari.
Tidak sedikit bukan, kisah-kisah orang
sukses yang berawal dari PHK, atau
berawal dari situasi yang teramat sulit?
Berikutnya, bahkan tidak menutup
kemungkinan, kita bisa memulai
melakukan usaha bersama.
Pada akhirnya, kita perlu
menyadari, setiap likuan hidup kita
ini, kesulitan atau kesenangan adalah
sunnatullah. Jika saat ini kita diuji
dengan kesulitan, yakinlah kesulitan itu
datang bersama kemudahan.
“Karena sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan,”(Al
Insyirah {94} : 5)
Kuncinya, apakah kita siap
menjemput kemudahan itu dengan
usaha atau tidak. Banyak dari kita
ketika menghadapi kesulitan bersikap
sebagai “korban.” Menyalahkan sana
sini. Bukannya mencari solusi malah
menambah masalah. Ketika saat ini
kita sebagai istri harus ikut berperan
mencari tambahan penghasilan, maka
kenapa tidak? Tinggal kita pikirkan, apa
yang akan kita kerjakan, dan bagaimana
cara kita mengerjakannya. Akan lebih
baik jika kita memiliki ketrampilanketrampilan yang bisa dikembangkan
dari dalam rumah, sehingga waktunya
bisa dikompromikan dengan kegiatankegiatan di dalam rumah.
Yang juga tidak kalah penting
adalah temukan komunitas yang dapat
memberikan support kepada kita,
sehingga bisa memberikan semangat dan
pencerahan. Akan menambah masalah
jika Anda bertemu dengan orangorang yang tidak tepat, yang bukannya
mendukung tetapi justru memberikan
masukan-masukan yang negatif.
Sabda Rasulullah
yang ini
semoga mampu meneguhkan kita,
“Memang sangat menakjubkan
keadaan orang mukmin itu; karena
segala urusannya sangat baik baginya
dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi
seseorang yang beriman dimana bila
mendapatkan kesenangan ia bersyukur.
Maka yang demikian itu sangat baik
baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan
ia sabar, maka yang demikian itu sangat
baik baginya.” (Riwayat Muslim).
*Pendidik, tinggal di Grobogan,
Jawa Tengah.
71
7. kolom parenting
Sekolah Berasrama 8:
Melatih Mereka Sabar
Oleh fauzil adhim | FOTO MUH. ABDUS SYAKUR
K
eberanian itu dapat
terkikis habis bukan karena
besarnya tantangan, tapi
karena lemahnya kesabaran.
Bukan banyaknya
kesulitan yang menjadikan manusia
tak mampu mencapai kejayaan,
tapi karena tidak adanya kesabaran.
Kesulitan yang kecil akan terasa besar
dan sangat mengganggu manakala
kita tidak memiliki kesiapan untuk
menghadapinya. Tetapi kesulitan yang
sangat besar sekalipun akan terasa
lebih ringan jika anak-anak itu telah
ditempa jiwanya dan dilatih badannya
untuk menghadapinya dengan penuh
kesabaran.
Cara mengajar yang menarik
memang memudahkan murid
menikmati proses pembelajaran di
kelas. Tetapi kita harus memastikan
bahwa mereka tertarik kepada materi
pelajaran yang kita sampaikan kepada
mereka, bukan sekadar tertarik kepada
gaya atraktif guru.
Di luar itu, betapa pun cara
mengajar yang menarik (fun teaching
dan sejenisnya) memudahkan murid
memusatkan perhatian, tetapi harus
ingat bahwa yang paling pokok untuk
kita tanamkan pada diri mereka
adalah adab belajar dan kesungguhan
menuntut ilmu. Tanpa adab dan
kesungguhan, penghormatan terhadap
guru maupun ilmu akan rendah, daya
tahan belajar akan lemah dan mereka
mudah bosan jika guru mengajar
dengan cara yang biasa-biasa saja.
Sesungguhnya tidak ada jalan
72
menuntut ilmu agar sungguh-sungguh
matang kecuali dengan menyediakan
diri berpayah-payah meraihnya.
Kemudahan itu ada bersama kesulitan.
Jika murid dididik, dilatih dan
digembleng untuk siap menghadapi
kesulitan, maka ia akan sampai pada
keadaan dimana ia merasa ringan
terhadap apa-apa yang dirasa sangat
berat bagi kebanyakan orang. Jadi,
yang harus dilakukan oleh guru agar
murid merasa ringan menghadapi
tugas bukanlah dengan meringankan
tugas, melainkan menyiapkan diri
mereka menghadapi kesulitan, bersabar
menjalani dan memberi dukungan
untuk terus berusaha.
Teringatlah kita pada perkataan
sebagaimana
Yahya bin Abi Katsir
dinukil dalam Shahih Muslim, “Ilmu
itu tidak akan diperoleh dengan tubuh
yang santai.”
Berkata Imam Asy-Syafi’i
, “Tidaklah seorang akan berhasil
dalam menuntut ilmu manakala ia
menuntutnya dengan rasa bosan
atau merasa cukup. Akan tetapi
barangsiapa yang menuntutnya dengan
pengorbanan, kehidupan yang sempit,
dan berkhidmat untuk ilmu tersebut,
maka merekalah yang akan berhasil.”
Inilah nasehat dari seorang
alim besar yang keutamaannya tak
diragukan. Ia menempuh jalan itu.
Ia mendidik muridnya agar memiliki
kesediaan berkorban, berpayah-payah
dan memiliki penghormatan yang
sangat tinggi terhadap ilmu. Inilah
nasehat yang telah nyata hasilnya. Salah
seorang muridnya, Imam Ahmad ibn
Hanbal Rahimahullah, kelak menjadi
seorang alim yang sangat disegani
ilmunya hingga kini. Dan Imam Ahmad
rahimahullah menjadi alim besar
melalui kesediaan untuk menempuh
kesukaran.
Bagaimana Semestinya Membaca?
Bentuk kesabaran lainnya adalah
menahan diri dari keinginan menguasai
pelajaran dengan cepat dan beralih ke
materi lain sebelum matang. Termasuk
dalam hal ini, guru harus menanamkan
pada diri murid untuk mengutamakan
membaca secara tertib, mendalam, dan
tekun (deep reading). Bukan membaca
secara cepat (speed reading) karena
ingin menguasai pelajaran secara kilat.
Jika Anda ingin melahirkan seorang
murid yang memiliki penguasaan ilmu
secara matang, maka membaca secara
mendalam dan tertib merupakan pintu
yang harus mereka lalui. Membaca
cepat (speed reading) tidak banyak
memberi manfaat, kecuali sekadar
menumpuk materi pengetahuan.
Keterampilan membaca cepat
hanya bermanfaat jika Anda ingin
melahirkan petugas pusat layanan
informasi yang handal atau pegawai
layanan konsumen (customer service)
yang cakap. Bukan melahirkan alim
yang faqih atau ilmuwan yang brilian.
Keterampilan membaca cepat juga
bermanfaat untuk mengesankan diri
sangat cerdas sehingga para peserta
training merasa diri mereka bodoh
dan tertinggal. Di luar itu, membaca
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com
8. Jendela keluarga
cepat hanya patut kita lakukan untuk
tujuan inspeksional, yakni mengetahui
gambaran kasar isi buku sebelum
memutuskan membeli.
Mari kita ingat firman Allah , “Dan
bacalah al-Qur’an itu dengan perlahanlahan.” (Al-Muzammil [73]: 4). Perintah
ini terasa lebih kuat lagi tatkala mengingat
firman Allah , “Janganlah kamu
gerakkan lidahmu untuk (membaca)
al-Qur’an karena hendak cepat-cepat
(menguasai)nya.” (Al-Qiyaamah [75]:
16).
Kembali pada perbincangan
tentang bersabar menuntut ilmu.
Mari kita ingat sejenak sabda Nabi
, “Sesungguhnya ilmu itu sematamata diperoleh dengan dituntut
(mempelajarinya).” (Riwayat Abu
Darda’, dihasankan oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani
dalam Al-Silsilah Ash-Shahihah).
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nahsir
As-Sa’di menjelaskan dalam tafsirnya
bahwa perintah ini berlaku umum
bagi semua orang yang mendengar
al-Qur`an, diperintahkan untuk diam
dan mendengarkan. “Dan perbedaan
di antara keduanya adalah bahwa
diam secara zahir adalah dengan
meninggalkan pembicaraan dan tidak
menyibukkan diri dengan sesuatu
yang membuatnya tidak mendengar.
Adapun mendengarkan, maka
maksudnya adalah menyimak dengan
membuka hati dan merenungkan apa
yang didengar,” kata Syaikh As-Sa’di
lebih lanjut.
Serupa itu, bekal penting yang
harus kita tanamkan kepada murid,
apabila mereka telah memiliki
kecintaan belajar adalah kesediaan
sekaligus kesungguhan untuk
mendengarkan dan memperhatikan
dengan baik ucapan gurunya. Jika
sikap ini tumbuh dengan kuat
dalam diri murid, maka guru yang
tak mampu bersuara lantang, akan
terdengar nyaring suaranya. Mereka
tetap memperhatikan penuh
kesungguhan. Guru yang monoton
DESEMBER 2012/MUHARRAM 1434
besar peranannya. Cara menerangkan
suatu pelajaran memang harus kita
kuasai. Tapi mendidik, melatih, dan
menggembleng mereka untuk memiliki
sikap belajar yang baik akan menjadi
bekal yang sangat berharga agar kelak
mereka –murid-murid kita—dapat
belajar dari siapapun, sejauh akhlaknya
baik, dan aqidahnya lurus, meski cara
mengajarnya membosankan. Lebih
penting lagi, sesungguhnya menetapi
adab Islam itu merupakan salah satu
pintu berakah. Wallahu a’lam bishshawab.
Berkata Imam AsySyafi’i
: “Tidaklah
seorang akan berhasil
dalam menuntut ilmu
manakala ia menuntutnya
dengan rasa bosan atau
merasa cukup. Akan
tetapi barangsiapa yang
menuntutnya dengan
pengorbanan, kehidupan
yang sempit, dan
berkhidmat untuk ilmu
tersebut, maka merekalah
yang akan berhasil.”
Nah, sudahkah kita melatih mereka
sabar dalam menuntut ilmu?
tetap tidak kehilangan daya tarik untuk
diperhatikan penjelasannya. Sementara
guru yang caranya menjelaskan sangat
bagus, akan lebih memudahkan murid
meraih ilmu.
Catatan sederhana ini semoga
dapat menjadi pengingat bagi kita
semua untuk menata kembali arah
pendidikan. Cara mengajar memang
penting, tapi adab belajar jauh lebih
Inilah pertanyaan yang perlu kita
jawab sembari merenungkan Hadits
berikut, “Ketahuilah! Sesungguhnya
dalam kesabaran terhadap apa yang
tak disukai, terdapat kebaikan yang
besar. Dan sesungguhnya pertolongan
(dari Allah) bersama kesabaran,
sedang kelapangan bersama kesukaran,
dan kesulitan bersama kemudahan.”
(Riwayat Ahmad)
menolong kita. *
Semoga Allah
73