Majalah Hidayatullah, media dakwah yang terbit tiap awal bulan. Untuk membangun semangat ukhuwwah muslimin dunia dengan landasan AQIDAH ISLAM yang kokoh
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK SEJARAH
1. SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com48
SEJARAH
BUKU YANG
TERDIRI DARI
30 JILID INI
MENJELASKAN
SECARA
TERPERINCI
TENTANG
BERBAGAI
ASPEK ILMU BE
DAH BERDASAR
PENGALAMAN
BEDAH YANG
DILAKUKANNYA
SENDIRI.
SUARA HIDAYATULLAH | www.hidayatullah.com48
untuk menjahit bagian dalam tubuh
manusia. Alat ini masih digunakan
para praktisi ilmu bedah modern
hingga saat ini.
Selain itu, Zahrawi juga mene-
mukan forceps: alat untuk mengang-
kat janin yang meninggal. Alat itu
digambarkan dalam kitab Al-tasrif.
Pada kitab ini, Zahrawi juga
memperkenalkan penggunaan liga-
ture (benang pengikat luka) untuk
mengontrol pendarahan arteri. Ja-
rum bedah ternyata juga ditemukan
dan dipaparkan secara jelas dalam
al-Tasrif. Zahrawi juga memperke-
nalkan sederet alat bedah lain hasil
penemuannya. Misalnya, pisau be-
dah (scapel), curette, retractor, sen-
dok bedah (surgical spoon), sound,
pengait bedah (surgical hook), sur-
gical rod, dan specula.
Tidak hanya itu, Zahrawi juga
menemukan peralatan bedah yang
digunakan untuk memeriksa uretra,
alat yang digunakan untuk memin-
dahkan benda asing dari tenggoro-
kan serta alat untuk memeriksa te-
linga.
Kontribusi Zahrawi bagi dunia
kedokteran, khususnya ilmu bedah
tetap dikenang dunia hingga saat
ini.
Menurut Zahrawi, profesi dok-
ter bedah tidak bisa dilakukan sem-
barang orang. Pada masa itu, dia
kerap mengingatkan agar masya-
rakat tak melakukan operasi bedah
kepada dukun atau dokter yang
mengaku-ngaku memiliki keahlian
operasi bedah. Hanya dokter yang
A
bu al-Qasim al-Zah-
rawi atau di Eropa po-
puler dengan nama
Abulcasis, dikenal se-
bagai penemu ilmu
bedah modern. Kepakarannya dalam
bidang ini tidak perlu diragukan. Se-
lain melahirkan prosedur dan metode
ilmu bedah modern, dia juga men-
ciptakan beragam alat dan teknologi
yang digunakan untuk bedah. Tak he-
ran bila dunia pun mendapuknya se-
bagai ‘Bapak Ilmu Bedah Modern’.
Pakar bedah Perancis yang terkenal,
Gus de Ghauliac (1300-1368M) men-
jadikan tulisan Zahrawi sebagai bahan
tambahan dalam buku bedahnya.
Buku Zahrawi yang membahas
masalah tersebut terdapat dalam kar-
yanya berupa eksiklopedi kedokteran
yang dikenal dengan nama al-Tasrif li
man ajaz an-il-talil.
Buku yang terdiri dari 30 jilid ini
menjelaskan secara terperinci ten-
tang berbagai aspek ilmu bedah
berdasar pengalaman bedah yang di-
lakukannya sendiri. Ia menjelaskan
tentang teknik bedah secara terperin-
ci, baik pada manusia maupun hewan.
Hal-hal rumit mengenai pembedahan
juga dijelaskan dalam buku ini seperti
mengeluarkan fetus yang mati dalam
kandungan.
Buku ini juga berisi beberapa dia-
gram dan ilustrasi alat-alat bedah yang
digunakan dalam operasi bedah.
Menurut catatan, selama karier-
nya, Zahrawi telah menemukan 26
peralatan bedah. Salah satunya ada-
lah catgut, yaitu alat yang digunakan
Al-Zahrawi
BAPAK
BEDAH MODERN
ALATALAT BEDAH YANG DITEMUKANNYA, MASIH DIPAKAI
ILMU KEDOKTERAN HINGGA SEKARANG
2. APRIL 2014/JUMADIL AKHIR 1435 49
ZAHRAWI
MENDEDI
KASIKAN
SEPARUH
MASA
HIDUPNYA
UNTUK
PRAKTEK
DAN MENGA
JARKAN ILMU
KEDOKTERAN.
49
memiliki keahlian dan bersertifikat
yang boleh melakukan operasi be-
dah. Mungkin karena itulah di era
modern ini muncul istilah dokter
spesialis bedah.
Selain ilmu bedah, salah satu sum-
bangan pemikiran Zahrawi yang be-
gitu besar bagi kemajuan perkemba-
ngan ilmu kedokteran modern adalah
penggunaan gips bagi penderita patah
tulang maupun geser tulang.
Dalam kitab al-Tasrif juga di-
jelaskan ilmu kedokteran gigi dan
teknik membuat gigi palsu serta obat-
obatan. Dalam bidang pengobatan,
hasil sumbangannya yang terkenal
yaitu penjelasan secara terperinci
mengenai sejenis penyakit keturunan
yang dikenal dengan nama hemofilia.
Kitab al-Tasrif milik Zahrawi me-
rupakan “harta karun” yang tak ter-
nilai harganya bagi ilmu kedokteran.
Dalam kitab yang diwariskannya
bagi peradaban dunia ini, Zahrawi se-
cara terperinci dan lugas mengupas
tentang ilmu bedah, orthopedic,
opththalmologi, farmakologi, serta
ilmu kedokteran secara umum. Ia ju-
ga mengupas tentang kosmetika.
Zahrawi pun ternyata begitu ber-
jasa dalam bidang kosmetika seperti
deodorant, hand lotion, pewarna
rambut yang berkembang hingga
kini. Itu semua merupakan hasil pe-
ngembangan dari karyanya.
Karya dan hasil pemikirannya
dalam buku ini banyak diadopsi para
dokter di dunia Barat. Bahkan prin-
sip-prinsip ilmu kedokteran yang di-
ajarkan Zahrawi menjadi kurikulum
pendidikan kedokteran di Eropa.
Menurut penulis History of Arab
Medicine, Dr Cambell, dasar-dasar
yang diletakkan oleh Zahrawi dalam
bidang kedokteran sebenarnya me-
lebihi apa yang disumbangkan oleh
saintis kedokteran terkenal, Galen,
dalam kurikulum pengobatan Eropa.
Buku al-Tasrif diterjemahkan
pertama kalinya ke dalam bahasa
Latin oleh Gherard sebelum diterje-
mahkan ke bahasa Hebrew, Perancis
dan Inggris. Ia menjadi bahan rujukan
selama lima abad di Universitas Salerno
di Italia, Motpellier di Perancis dan be-
berapa universitas lain di Eropa.
DIABADIKAN SEBAGAI JALAN
Zahrawi lahir pada tahun 936 M di
sebuah kota dekat Cordoba, Spanyol.
Ia merupakan keturunan Arab Anshar
yang menetap di Spanyol. Di kota inilah
ia menimba ilmu, mengajarkan ilmu ke-
dokteran, mengobati masyarakat, serta
mengembangkan ilmu bedah bahkan
hingga tutup usia.
Kisah masa kecilnya tak banyak
terungkap. Sebab, tanah kelahirannya
dijarah dan dihancurkan. Sosok dan
kiprah Zahrawi baru terungkap ke per-
mukaan, setelah ilmuwan Andalusia,
Abu Muhammad bin Hazm (993 M
- 1064 M), menempatkannya sebagai
salah seorang dokter bedah terkemuka
di Spanyol.
Biografinya muncul dalam “Al-
Humaydi’s Jadhwat Al-Muqtabis” yang
baru rampung setelah enam dasawarsa
kematiannya.
Zahrawi mendedikasikan separuh
masa hidupnya untuk praktek dan me-
ngajarkan ilmu kedokteran. Sebagai
seorang dokter termasyhur, ia pun di-
angkat menjadi dokter istana pada era
Kekhalifahan al-Hakam II di Anda-
luasia.
Berbeda dengan ilmuwan Muslim
kebanyakan, Zahrawi tak terlalu banyak
melakukan perjalanan. Ia lebih banyak
mendedikasikan hidupnya untuk me-
rawat korban kecelakaan serta korban
perang.
Zahrawi meninggal pada tahun
1013 Masehi dan dimakamkan di Kor-
doba, Spanyol. Meski Cordoba kini
bukan lagi milik umat Islam, namanya
masih diabadikan sebagai nama jalan
kehormatan yakni ‘Calle Albucasis’.
Di jalan itu masih terdapat rumah no-
mor 6 –rumah tempat Zahrawi pernah
tinggal. Kini, rumah itu menjadi cagar
budaya dan dilindungi Badan Kepari-
wisataan Spanyol. Bahrul Ulum/Suara
Hidayatullah
MARET 2014/JUMADIL AWAL 1435