1. Dokumen tersebut membahas tentang dosa warisan yang menempel pada manusia akibat dosa Adam dan Hawa. Dibahas pula definisi dosa menurut Alkitab, bahasa Ibrani, Yunani, serta awal mula adanya dosa dari Lucifer dan Adam-Hawa.
1. NAMA : YAHASARA L AIA
NIM : 20188631
TUGAS : Paper
MATA KULIAH : DOGMA III
DOSEN : BPK. RUDY ROBERTO WALEAN M.Th
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dosa warisan atau disebut juga dosa asal adalah dosa yang
menempel pada setiap manusia yang lahir ke dunia akibat dari dosa yang telah
dilakukan Adam dan Hawa. Pemahaman tentang dosa akan berdampak pada tindakan
konkret manusia. Manusia mengakui keberdosaannya, namun masih saja tidak bisa
mengatasinya secara tuntas. Jika dosa dikenal sebatas pelanggaran moral maka
tindakan-tindakan ritual cenderung terabaikan, sebaliknya jika dosa dipahami terbatas
pada pelanggaran terhadap ritual maka tindakan-tindakan moral pun cenderung untuk
terabaikan.1 Dengan demikian sebagai orang Kristen kita dituntut untuk memiliki
pemahaman yang utuh dari Alkitab tentang dosa.
Pemahaman akan dosa dalam kekristenan tidak dapat terlepas dari
pandangan dan pemikiran Yudaisme, karena pemahaman kekristenan sendiri dimulai
dari konsep monotheisme dan Taurat Yahudi, serta dipengaruhi sistem keagamaan
dalam Bait Suci di Yerusalem. Di sisi lain paham dosa juga harus dimengerti dalam
perspektif perjumpaan dengan Tuhan Yesus Kristus. Melihat kedua hal tersebut, maka
untuk memahami kata “dosa” bagi kekristenan masa sekarang sangat perlu untuk
menggali seluruh bahan dalam Alkitab, mulai dari pemahaman Yudaisme yang
diinterpretasikan dari Perjanjian Lama sampai dengan setelah masa Yesus Kristus
yang ada pada Perjanjian Baru.
B. Rumusan Masalah
1 James D.G. Dunn, Jesus,Paul and the Law , Studies in Mark and Galatians ( London: SCM Holy
Trinity Church, 1990), 79-81.
2. 1. Apa itu dosa?
2. Bagaimana awal mula adanya dosa?
3. Apa yang disebut dosa warisan?
4. Bagaimana dosa warisan itu diselesaikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui awal mula munculnya dosa dalam dunia
2. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman tentang kejatuhan manusia dalam dosa
3. Untuk mengenal awal mula dosa sebagai warisan dari manusia pertama
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dogmatika III
3. BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Dosa
a. Dosa Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia
Dalam KBBI dosa diartikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama
dan perbuatan salah terhadap orang tua, adat, negara.2
b. Defenisi dosa menurut Alkitab
Alkitab juga memberikan beberapa ayat utama yang mendefenisikan tentang dosa, yaitu:
Pertama, dosa adalah pikiran kebodohan. Firman Tuhan berbunyi demikian:
“Memikirkan kebodohan adalah dosa” (Amsal 24:9). Ketika iblis maupun Adam
memiliki pikiran untuk menjadi “seperti allah”, hal tentu merupakan kebodohan, dan
pikiran yang serakah ini sendiri adalah dosa.
Kedua, pelanggaran hukum Allah. 1 Yohanes 3:4 menyatakan bahwa dosa ialah
pelanggaran hukum Allah. melanggar berarti “menyeberangi”, “melewati suatu garis
pembatas yang dilarang.”
Ketiga, kejahatan adalah dosa. 1 Yohanes 5:17- “Semua kejahatan adalah dosa”. Adam
melakukan semua ketidakadilan kepada Allah dan manusia dengan menjual dirinya
kepada Iblis.
Keempat, tidak melakukan kebaikan adalah dosa.Yakobus 4:17 – “Jadi jika seorang
tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
Kelima, melakukan kebaikan bisa jadi adalah dosa. Amsal 21:4 – “Mata yang congkak
dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa”.
Keenam, ketidakpercayaan adalah dosa. Roma 14:23 – “Segala sesuatu yang tidak
berdasarkan iman, adalah dosa”. Artinya ketika Adam dan Hawa lebih memilih untuk
mendengarkan Iblis dan tidak mempercayai firman Allah, maka mereka sudah
mendatangkan dosa atas mereka.
c. Defenisi dosa menurut Bahasa Ibrani.
Ada banyak kata yang digunakan untuk dosa dalam bahasa Ibrani, namun dibawah ini
hanya tercatat beberapa kata saja yang digunakan dalam kitab Perjanjian Lama.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia:Edisi Baru, (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2007).
4. 1. Dosa- Ibr. “chattah” berarti “kejahatan, kadang-kadang dosa yang merupakan
kebiasaan, dan hukumannya, ini juga berarti “kehilangan, berdosa, dengan
kesimpulan untuk menyerah, kekurangan” (Mzm 32:1)
2. Pelanggaran – Ibr. “Pawsah” atau “Pehshah” artinya melanggar otoritas yang adil;
menyalahgunakan, murtad, pemberontakan. Kata ini diterjemahkan dengan kata-kata
“ berbuat jahat, memberontak, revolusi, pelanggaran” (Kel. 34:1).
3. Ketidakadilan – Ibr. “avon atau avown” yang berarti “kesesatan, kejahatan” yang
kemudian diterjemahkan menjadi “melakukan kekeliruan, berlutut, membuat
bengkok, melakukan ketidakadilan, penyelewengan, kesalahan” (Mzm. 53:3)
4. Kesalahan – Ibr. “asham”, yang artinya “menjadi bersalah” atau “persembahan dosa”
(Im. 6:2).
Calvin berpendapat bahwa ketika melihat suatu sasaran dengan mengatakan jika anak
panah tidak mengenai sasaran di tengah, jika tidak mengenai sasaran dan itu adalah dosa.
Demikian Wesley juga mengatakan jika dia berusaha mengenai sasaran di tengah, berarti
dia tidak berdosa. tetapi jika dengan sengaja dia mengarahkan anak panah kepinggir dan
itu adalah dosa. Jadi dosa artinya meleset dari sasaran atau target yang telah ditentukan.
d. Dosa menurut Bahasa Yunani
Dalam bahasa Yunani ada sembilan kata yang digunakan untuk dosa di dalam Perjanjian
Baru, yang masing-masing memiliki dimensi makna yang berbeda.
1. Hamartia digguanakan 174 kali dalam Perjanjian Baru dengan terjemahan yang sama
yaitu “dosa atau dosa-dosa” dan satu kata terjemahan yang menggunakan kata
“pelanggaran” (2 Kor 11:7).
2. Hamartema digunakan 4 kali dalam Perjanjian Baru yang kemudian diterjemahkan
menjadi “dosa atau dosa-dosa”. Hanya saja sedikit memilki perbedaan makna dari
kata sebelumnya. Kata “hamartema” ini menunjukkan suatu tindakan nyata dari
ketidaktaatan melawan hukum Ilahi (Mark. 3:28).
3. Parakoe digunakan 5 kali dalam Perjanjian Baru yang kemudian diterjemahkan
menjadi “ketidaktaatan” tiga kali. Sedangkan dalam bentuk kata kerjanya
diterjemahkan “tidak mau mendengarkan” dua kali ( Mat. 18:17)
5. 4. Anomia digunakan 15 kali dalam Perjanjian Baru yang diterjemahkan menjadi
“kejahatan” (kecuali II Kor. 6:14 – “kedurhakaan” dan dalam I Yoh. 3:4 –
“pelanggaran Allah”).
5. Paranomia dipakai sekali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan “kebebalan” yang
artinya pelanggaran hukum Allah.
6. Parabasis dipakai 16 kali dalam Perjanjian Baru. Bentuk kata bendanya
diterjemahkan “pelanggar” atau “pelanggaran” (kecuali dalam Rm. 2:23 “melanggar”
dan Rm. 2:25 “pelanggar”) dan bentuk kata kerjanya diterjemahkan “melanggar”.
7. Paraptoma dipakai 23 kali dalam Perjanjian Baru dan diterjemahkan menjadi
“pelanggaran-pelanggaran”, “pelanggaran”, kejatuhan”, “kesalahan”, “dosa-dosa”.3
Jadi secara sederhana dosa dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
manusia sebagai hasil dari ketidaktaatan pada perintah Tuhan.
B. Awal Mula Adanya Dosa
1. Lucifer sebagai pendosa pertama
Memang tidak begitu banyak ayat dalam Alkitab yang menuliskan tentang Lucifer
sebagai awal mula pembangkangan kepada Allah, akan tetapi yang jelas Lusifer adalah pada
mulanya malaikat Allah yang memberontak kemudian di usir dari surga. Ada beberapa
gambaran tentang Lusifer sebelum kejatuhannya seperti: Lusifer sering disebut sebagai
bintang fajar yang bersinar, dia disebut sebagai bintang fajar karena kecermerlangannya, dia
penuh dengan kecantikan dan hikmat, dia ada di Eden taman Allah, semua batu berharga
menjadi penutupnya seperti warna-warni pelangi untuk kecantikan, pelayanannya berada
dibidang musik karena kecakapan musiknya ada di dalam dia sejak hari dia diciptakan, dia
merupakan Kerub yang di urapi dan penjaga tahta Allah, dia juga merupakan gunung Kudus
Allah dan diberi posisi yang tinggi disurga sebagai makhluk ciptaan. Selain itu, juga
dituliskan bahwa Lusifer berjalan naik turun ditengah-tengah bara api, api dari kekudusan
Allah serta dia sempurna dalam semua jalan-Nya dari hari dia diciptakan.4 Dari beberapa
samaran yang disandangkan pada Lusifer sebelum kejatuhannya berarti dia adalah malaikat
yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Dia diciptakan sebagai pelaku moral yang
3 Kevin J. Konner, A Practical Guide to Christian Belife . Dit. Paulus Adiwijaya, (Malang:
Gandum Mas, 2004), 311-313.
4 Ibid, 324.
6. memilki kehendak bebas dalam arti lain bahwa dia diciptakan untuk kemuliaan dan
kesenangan Allah.
Namun seringkali kali muncul pertanyaan seputar kejatuhan Lusifer yang
memberontak itu. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentu saja tidak bisa dijawab oleh
manusia dari zaman ke zaman karena jawabannya tidak tersingkapkan dengan jelas. Ini
adalah sebuah misteri Allah yang disembunyikan dari manusia yang sangat terbatas
pengetahuannya. Jika ada yang bertanya apa yang menyebabkan Lusifer berdosa dan siapa
yang mencobainya? tentu saja manusia merasa kebingungan dalam menjawabnya karena
tetap tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Hanya yang perlu di ingat bahwa
itu semua misteri yang tidak terpecahkan oleh manusia dalam arti bahwa tentang siapa yang
mencobai Lusifer dan kenapa dia harus jatuh dalam dosa itu bukanlah bagian manusia untuk
mengetahuinya. Meskipun ada beberapa ayat yang mendukung tentang Lusifer sebagai
malaikat yang memberontak namun tidak dijelaskan secara komplit. Perlu digarisbawahi
bahwa Allah tidak pernah menciptakan makhluk yang jahat apalagi Iblis. Allah tidak pernah
menghendaki penghulu malaikat yakni Lusifer menjadi Iblis, sebab segala sesuatu yang
diciptakan Allah adalah baik adanya. Keangkuhan, ketamatakan, hawa nafsu, dan kehendak
diri sendiri yang membuat penghulu malaikat itu menjadi Iblis. Iblis ingin menyamai posisi
Allah dan ingin disembah (Yes. 14:14). Dengan demikian, Allah mencapkkan mereka keluar
dari surga. II Petrus 2:4 “ Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang
berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian
menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai pada hari
penghakiman..”
2. Adam dan Hawa Manusia Pertama yang Jatuh ke Dalam Dosa
Dosa memang pemberontakan terhadap Allah. kesalahan pemberontakan itu ialah
manusia yang bersifat terbatas berlagak sebagai yang tidak terbatas. Keterbatasannya
dicampur dengan kebebasannya. Ia ingin seperti Allah. bersamaan kesalahan itu timbullah
keadaan bahwa dosa tidak dapat dihindari lagi. Makin tinggi cita-cita manusia (akibat
kebebasannya) makin banyklah lagak-lagaknya yang berdosa menyertainya. Alkitab
menggabrkan Allah sebagai Allah ang pencemburu. Gambaran ini dipakai untuk
melatarbelakangi kecenderungan manusia mentransendensikan diri, untuk menarik diri
melewati batas-batas kemanusiaan. Dan kecenderungan ini mengungkapkan protes manusia
7. yang membara di dalam dirinya terhadap sifatnya yang terbatas.5 Manusia diciptakan Allah
dengan kehendak bebas namun juga dengan kerbatasan yang mereka miliki. Dalam Kejadian
3 diterangkan bagaimana dosa telah masuk ke dalam hati manusia. Iblis, makhluk yang telah
jatuh sebelum manusia diciptakan, selalu berusaha menjatuhkan menyesatkan manusia. Ular
dipakai oleh Iblis sebagai alat untuk mencobai Adam dan Hawa sehingga kedua-duanya
menjadi berdosa dan jauh dari Allah. Kecerdikan Iblis itu jelas dimana ia telah berhasil
mencobai Hawa hingga jatuh dan kemudian memperalat Hawa untuk mencobai Adam.
Dalam kitab Kejadian setidaknya memberikan gambaran yang jelas bagaimana
Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan manusia itu karena tertipu (1 Tim. 2:14),
karena melanggar hukum Allah (Rm. 5:19), karena mendengar bujukan ular (Kej. 3:1-6),
karena Iblis menggoda serta merusak (Wahyu 12:9).6 Jatuhnya Adam ke dalam dosa
mengakibatkan semua manusia tercemar dan ikut jatuh ke dalam dosa, dan itulah yang
diinginkan Iblis. Kejatuhan Adam dan Hawa dilakukan atas kehendak mereka sendiri yang
lebih memilih untuk taat kepada Iblis. Itulah dosa pertama pada manusia yang mengakibatkan
seluruh umat manusia ikut berdosa karena mereka keturunan Adam dan Hawa.
C. Dosa Warisan
Dalam iman Kristen dikenal dua jenis dosa, yaitu: Dosa warisan atau dosa asala
dan yang kedua adalah dosa perbuatan. Dosa warisan adalah Kedua, adalah dosa perbuatan”.
Secara sederhana dosa warisan dapat diartikan sebagai dosa yang dilakukan oleh Adam
ketika di taman Eden yang kemudian di wariskan atau diturunkan kepada keturunannya.
sedangkan dosa perbuatan adalah dosa yang dilakukan oleh individu manusia yang
bersangkutan, baik secara sengaja atau tidak sengaja dan diperbuat baik melalui hati, pikiran,
perkataan maupun perbuatan. Dosa yang dilakukan oleh Adam berdampak kepada semua
umat manusia. Itulah sebabnya dalam Alkitab dituliskan demikian:
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh
dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena
semua orang telah berbuat dosa.” Roma 5:12
Dosa warisan tidak sama dengan dosa perbuatan. Dosa perbuatan artinya dosa
yang diperbuat masing-masing orang sehingga setiap orang akan menanggung akibat dari apa
5 Harun Hadiwijon. Teologi Reformatoris Abad Ke 20 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 172.
6 J. Wesley. Brill. Dasar yang Teguh, (Bandung: Kalam Hidup, 2017), 295.
8. yang diperbuatnya (Misal: Berzinah, berkelahi, membunuh, dan sebagainya). Sedangkan,
dosa warisan artinya semua manusia mengalami dampak dari perbuatan Adam tanpa
terkecuali dan semua manusia harus menanggung akibat dosa dan memiliki kodrat (nature)
dosa. Sejak dalam kandungan manusia sudah mewarisi dosa dari Adam seperti yang
dikatakan dalam Mazmur 51:5 "Sesungguhnya dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam
dosa aku dikandung ibuku."
Kecenderungan manusia adalah berbuat jahat. Dengan demikian pada masa ini
ada kerusakan warisan karena benih laki-laki melalui kelahiran (Ayub 14:4). Sebagaimana
Adam adalah kepala manusia, maka tidak heran kalau semua manusia yang dikepalai Adam
turut melanggar perjanjian tersebut seperti dalam kitab Kejadian 2. Kesalahan ini disebut
sebagai kesalahan warisan karena hukuman yang dijatuhkan Allah kepada Adam dan
keturunannya (Kej. 3:15-16). Yang kedua adalah kerusakkan warisan, karena dosa maka
Adam menjadi benih yang tidak baik. Dan benih yang tidak baik itu akan menetukan pohon
dikemudian hari.7 Dilahirkan sebagai orang berdosa mengakibatkan kita semua berdosa.
Perhatikan perkembangan dosa. Dalam Roma 5:12: dosa masuk ke dalam dunia melalui
Adam, maut mengikuti dosa, maut menjalar kepada semua manusia, semua manusia berdosa
karena mereka mewarisi dosa dari Adam.
D. Penyelesaian Dosa Warisan
a. Pandangan Alkitab
Ada beberapa pandangan yang mencoba mematahkan tentang adanya dosa
warisan. Salah satu diantaranya, misal: Menurut Pelagius berpendapat bahwa dosa tidak
bersifat menjalar karena bersifat moral bukan benda. Orang yang melakukan dosa saja
yang harus dihukum. Pelagius hanya mengambil masalah masalah dogmatis, supaya dapat
memberikan tuntutan-tuntutan yang bersifat praktis terhadap penekanan yang dibutuhkan
untuk pembaruan. Pembaruan yang diinginkan Pelagius dalam dirinya sendiri ini tidak
mempunyai sangkut-paut dengan masalah ini. tetapi adalah tidak mungkin bagi dia untuk
menghindarkan dari hal menentukan sikap terhadap dosa warisan, suatu ajaran yang
dalam satu dan lain bentuk sudah ada dalam gereja saat itu.8 Jadi dosa Adam tidak
berpengaruh pada keturunannya karena mereka dilahirkan sebagai orang baik. Tentu saja
7 Pengajaran Dasar Gereja Bethel Indonesia (Jakarta: t.p, 2012), 62.
8 Bernhard Lohse, PengantarSejarah Dogma Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989)137.
9. pandangannya ini jelas-jelas meniadakan sifat dosa Adam yang berlangsung dan
diwariskan pada semua umat manusia. Tidak demikian dengan Agustinus, Marthen
Luther,dan John Calvin. Mereka malah berpikir sebaliknya berdasar pada bunyi firman
Tuhan (Kej. 3:15). Inti dari pernyataan ketiga tokoh gereja adalah menolak pandangan
Plagius yang tidak percaya akan menjalarnya dosa, dengan arti lain mereka mengimani
bahwa dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa diwariskan atau menjalar kepada
keturunannya. Dosa tidak berhenti pada generasi tertentu saja tetapi akan terus menular
kepada generasi selanjutnya. Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma berbunyi
demikian: “Karena itu, seperti dosa telah masuk ke dalam dunia ini melalui satu orang
dan maut masuk melalui dosa, begitu juga maut menyebar kepada semua orang karena
semuanya telah berdosa” (Roma 5:12). Menjelaskan bahwa oleh satu orang dosa
memasuki dunia ini dan semua orang telah berdosa di dalam Adam. Adam adalah kepala
dan wakil seluruh umat manusi karena dialah permulaan manusia. tidak heran kalau dosa
yang diperbuatnya menjalar kepada keturunan ke keturunan. Dengan demikian, tidak ada
alasan lagi bagi manusia untuk menyatakan bahwa ia sama sekali bebas dari dosa. Secara
tidak langsung Adam sudah menjual dirinya dan seluruh keturunannya menjadi budak
dosa.
b. Akibat Dosa
Sifat dosa adalah menjajah, membelenggu, sehingga manusia menjadi budak dosa.
Kalau sudah menjadi budak dosa, manusia semakin jahat, rusak, dan terputusnya
hubungan dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 8:34, Roma 6:16, 7:14-15, Gal. 3:22). Dosa
sudah menguasai segenap diri manusia baik roh, jiwa, maupun tubuh dan akibatnya
adalah roh manusia telah kehilangan hubungannya dengan Allah dan menjauhkan
manusia dalam persekutuan dengan Allah. Itulah sebabnya manusia tidak lagi memahami
secara utuh perkara-perkara Allah karena manusia sudah dibatasi pada tingkat
jasmaniah(1 Kor 2:14). Melihat kejadian ini, maka sangat diperlukan pendamai antara
Allah dan manusia sampai hubungan kedua pihak benar-benar bisa pulih. Dosa ini
memberikan akibat yang sangat fatal bagi kehidupan manusia karena tidak hanya
mencakup kehidupan sekarang namun kehidupan yang akan datang. Dosa mendatangkan
kematian tubuh, jiwa dan roh dan kemudian membuka jalan kepada penyembahan berhala
dan segala kefasikan.
10. Pada akhirnya manusia harus menerima segala konsekuensi sebagai akibat dari
pelanggaran atau dosa yang diwariskan dari Adam. Hukuman yang diterima manusia
yang tetap dalam hidup dalam dosa adalah hukuman kekal. Lautan api atau neraka yang
telah tersedia bagi mereka yang tetap berkeras hati (Wahyu 20:15; 2 Petrus 2:4), ada
kebinasaan selama-lamanya (2 Tes. 1:9), dan ada murka dan geram, penderitaan dan
kesesakan (Roma 2:8-9). Pada fase ini, orang yang tidak mau bertobat semasa hidupnya
akan dilemparkan kedalam lautan api yang tidak pernah padam. Ditempat ini orang-orang
yang mendapat murka Allah akan disiksa siang malam dengan tidak ada hentinya
bersama iblis dan nabi-nabi palsu. Ini disebut sebagai kematian kedua setelah kematian
tubuh jasmaniah. Namun sebaliknya bagi orang-orang yang mau hidup seturut kehendak
Allah dan menerima Yesus sebagai juruselamat akan mendapatkan kehidupan yang kekal
bersama Bapa di surga.
c. Keselamatan
Pada Perjanjian Lama manusia dituntut untuk mempersembahkan korban berupa
hewan ternak sebagai rasa hormat pada Allah sekaligus sebagai pengampunan dosa.
Dengan dikorbankannya hewan tidak cukup untuk menghapus dosa manusia yang
sebegitu besar. Oleh karena itu, Allah mengadakan bernisiatif mengadakan perjanjian
dengan manusia bahwa Dia akan memberikan juruselamat umat manusia yang
menghapus dosa dunia. Dalam Injil Yohanes 3:16 berbicara tentang kasih Allah yang
begitu besar sampai Ia (Allah) mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal agar setiap yang
percaya pada-Nya beroleh hidup yang kekal. Tuhan hanya meminta kita untuk percaya
pada Kristus dan hidup seturut kehendak-Nya. Dalam Yohanes 11, Yesus berkata
“Akulah kebangkitan dan hidup; siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup
walaupun ia sudah mati”. Tidak percaya pada Kristus berarti menyangkal Allah dan
eksstensi-Nya. Ini dosa yang sangat serius dan setiap orang yang tidak percaya pada
berita Kristus tidak akan mendapat bagian dalam kehidupan yang kekal. Defenisi Tuhan
tentang hidup kekal adalah mengenal Allah, percaya kepada Allah yang kekal, dan
percaya kepada Yesus Kristus yang telah diutus-Nya, inilah hidup kekal. Hidup kekal
terdapat dalam diri-Nya.9 Dengan demikian setiap kita dituntut untuk percaya pada
Kristus yang telah menebus dosa umat manusia.
9 Watchman Nee. Kristusdan keKristenan (Surabaya: Yasperin, 2019),