SlideShare a Scribd company logo
PPN & PPnBM 
KHAIRUNNISA’ 
RAHMATUL ISMI 
NAFI DARTI
ASSALAMU’ALAIKUM wr.wb
Latar Belakang 
Jenis pajak yang seringkali kita temui 
dikehidupan sehari-hari adalah PPN 
(Pajak Pertambahan Nilai) dan PPnBM 
(Pajak Penjualan atas Barang Mewah). 
Kedua jenis pajak ini sangat 
memberikan kontribusi yang sangat 
berarti bagi pembangunan negara ini, 
karena pajak tersebut yang sering atau 
acapkali kita bayarkan baik secara 
langsung maupun tidak langsung 
dikehidupan sehari-hari.
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 
(PPN) 
 adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di 
Daerah Pabean yang dikenakan secara 
bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. 
 Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh 
perkembangan transaksi bisnis serta pola 
konsumsi masyarakat yang merupakan objek 
dari Pajak Pertambahan Nilai. 
 Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis 
baik di tingkat nasional, regional, maupun 
internasional terus menciptakan jenis serta pola 
transaksi bisnis yang baru.
OBJEK PPN 
 Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah 
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha 
 Impor Barang Kena Pajak 
 Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah 
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha 
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud 
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah 
Pabean di dalam Daerah Pabean 
 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh 
Pengusaha Kena Pajak 
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh 
Pengusaha Kena Pajak 
 Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena 
Pajak
BUKAN OBJEK PPN 
1. Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN: 
 Barang hasil pertambangan atau hasil 
pengeboran yang diambil langsung dari 
sumbernya. 
 Barang kebutuhan pokok yang sangat 
dibutuhkan oleh rakyat banyak. 
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, 
restoran, rumah makan, warung, dan 
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman 
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, 
termasuk makanan dan minuman yang 
diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering. 
 Uang, emas batangan, dan surat berharga.
BUKAN OBJEK PPN 
2. Jenis Jasa yang Tidak Dikenai PPN: 
 Jasa pelayanan kesehatan medis 
 Jasa pelayanan sosial 
 Jasa pengiriman surat dengan perangko 
 Jasa keuangan 
 Jasa asuransi 
 Jasa keagamaan 
 Jasa pendidikan 
 Jasa kesenian dan hiburan 
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
BUKAN OBJEK PPN 
 Jasa angkutan umum di darat dan di air serta 
jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi 
bagian yang tidak terpisahkan dari jasa 
angkutan udara luar negeri 
 Jasa tenaga kerja 
 Jasa perhotelan 
 Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam 
rangka menjalankan pemerintahan secara umum 
 Jasa penyediaan tempat parker 
 Jasa telepon umum dengan menggunakan uang 
logam 
 Jasa pengiriman uang dengan wesel pos 
 Jasa boga atau katering.
SUBJEK PPN 
 Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha 
yang melakukan penyerahan Barang Kena 
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena 
Pajak yang dikenai pajak berdasarkan 
Undang-Undang PPN, yang dalam 
kegiatan usaha atau pekerjaannya 
menghasilkan barang, mengimpor barang, 
mengekspor barang, melakukan usaha 
perdagangan, memanfaatkan barang tidak 
berwujud dari luar Daerah Pabean, 
melakukan usaha jasa, atau
BUKAN SUBJEK PPN 
Pengusaha kecil yang 
batasannya ditetapkan oleh 
Menteri Keuangan, kecuali 
pengusaha kecil yang memilih 
untuk dikukuhkan sebagai 
Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 
angka 15 UU PPN).
TARIF PPN 
 Tarif PPN adalah 10%. 
 Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor 
Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena 
Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak. 
 Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling 
tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan 
Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan 
berbagai faktor, misalnya pertimbangan 
perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga 
tarif PPN bisa diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika 
Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak yang 
besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.
DPP PPN 
1. Harga Jual 
Harga Jual adalah nilai berupa uang, 
termasuk semua biaya yang diminta atau 
seharusnya diminta oleh penjual karena 
penyerahan Barang Kena Pajak, tidak 
termasuk PPN yang dipungut menurut 
Undang-Undang ini dan potongan harga 
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
DPP PPN 
2. Penggantian 
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk 
semua biaya yang diminta atau seharusnya 
diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa 
Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor 
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak 
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- 
Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan 
dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang 
dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima 
Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak 
dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena 
Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang 
Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
DPP PPN 
3. Nilai Impor 
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi 
dasar penghitungan bea masuk ditambah 
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan 
perundang-undangan yang mengatur mengenai 
kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena 
Pajak. 
Nilai Impor adalah CIF (Cost, Insurance, and 
Freght) + Bea Masuk. 
4. Nilai Ekspor 
Nilai Ekspor adalah adalah nilai berupa uang, 
termasuk semua biaya yang diminta atau 
seharusnya diminta oleh eksportir.
DPP PPN 
5. Nilai Lain 
Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar 
untuk menghitung pajak yang terutang 
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan 
No.75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain 
Sebagai DPP dan Peraturan Menteri 
Keuangan No.102/PMK.11/2011 tentang 
Nilai Lain Sebagai DPP Atas Pemanfaatan 
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dari 
Luar Daerah Pabean Di Dalam 
Daerah Pabean Berupa Film Cerita Impor 
Dan Penyerahan Film Cerita Impor.
KEWAJIBAN PKP 
 Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan 
sebagai Pengusaha Kena Pajak. 
 Memungut pajak yang terhutang. 
 Menyetorkan PPN yang masih harus 
dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih 
besar daripada Pajak Masukan yang 
dapat dikreditkan. 
 Melaporkan penghitungan pajak.
FAKTUR PAJAK 
 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang 
dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang 
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau 
penyerahan Jasa Kena Pajak. 
 Faktur pajak harus memenuhi persyaratan 
berikut: 
1.Persyaratan formal, yaitu apabila faktur pajak 
diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai 
dengan persyaratan pada ayat (5) atau 
persyaratan pada ayat (6). 
2.Persyaratan Material, yaitu apabila faktur pajak 
berisi keterangan yang sebenarnya atau 
sesungguhnya.
FAKTUR PAJAK 
 Faktur Pajak harus dibuat pada: 
a)saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau 
penyerahan Jasa Kena Pajak. 
b)saat penerimaan pembayaran dalam hal 
penerimaan pembayaran terjadi sebelum 
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau 
sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. 
c)saat penerimaan pembayaran termin dalam hal 
penyerahan sebagian tahap pekerjaan. 
d)saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan 
Peraturan Menteri Keuangan.
Fungsi Faktur Pajak 
 Sebagai bukti pungut PPN yang dibuat oleh 
PKP atau Direktorat Jendral Bea dan Cukai, 
baik karena penyerahan BKP atau JKP 
maupun Impor BKP. 
 Sebagai bukti pembayaran PPN yang telah 
dilakukan oleh pembeli BKP atau penerima 
JKP kepada PKP atau Direktorat Bea dan 
Cukai. 
 Sebagai sarana pengawasan administrasi 
terhadap kewajiban perpajakan.
MEKANISME PENGKREDITAN 
PPN 
 PPN yang terutang dihitung dengan cara 
mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam 
Pasal 7 UU PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak. 
 Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak 
dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa 
Pajak yang sama. 
 Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu 
Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat 
dikreditkan. 
 Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran 
lebih besar daripada Pajak Masukan, maka 
selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai 
yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.
MEKANISME PENGKREDITAN 
PPN 
• Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan 
yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak 
Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan 
pajak yang dapat dimintakan kembali atau 
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. 
 Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP selain 
melakukan penyerahan yang terutang pajak juga 
melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, 
sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak 
dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, 
maka jumlah Pajak Masukan yang dapat 
dikreditkan adalah Pajak Masukan yang 
berkenaan dengan penyerahan yang terutang 
pajak.
MEKANISME PENGKREDITAN 
PPN 
 Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha 
Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang 
terutang pajak juga melakukan penyerahan yang 
tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan 
untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat 
diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak 
Masukan yang dapat dikreditkan untuk 
penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan 
menggunakan pedoman yang diatur dengan 
Keputusan Menteri Keuangan. 
 Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan 
oleh Pengusaha yang dikenakan Pajak 
Penghasilan dengan menggunakan Norma
MEKANISME PENGKREDITAN 
PPN 
…..sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang 
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan 
sebagaimana telah diubah terakhir dengan 
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, dapat 
dihitung dengan menggunakan pedoman 
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yang 
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 
 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi 
belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada 
Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada 
Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) 
bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang 
bersangkutan sepanjang belum dibebankan
CONTOH 
1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak 
(BKP) dengan Harga Jual Rp 
25.000.000,00 
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang 
= 10% x Rp25.000.000,00 
= Rp2.500.000,00 
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut 
merupakan Pajak Keluaran yang didapat 
oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.
CONTOH 
2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena 
(JKP) Pajak dengan memperoleh 
Penggantian sebesar Rp20.000.000,00 
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP 
“B” 
= 10% x Rp20.000.000,00 
= Rp 2.000.000,00 
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut 
merupakan Pajak Keluaran yang didapat 
oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.
CONTOH 
 3. Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai 
perusahaan yang memproduksi bahan alkohol , dia 
melakukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan 
PPN sebesar 15% 
 Perhitungan : 
 = Rp. 120.000.000,- x 15% 
 = Rp. 18.000.000,- 
 Jadi pajak PPN yang dipungut oleh perusahaan bapak 
andre adalah Rp. 18.000.000,-
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG 
MEWAH (PPnBM) 
PPnBM adalah pajak yang 
dikenakan atas konsumsi BKP 
yang tergolong mewah didalam 
daerah pabean.
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG 
MEWAH (PPnBM) 
 OBJEK PPnBM 
1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong 
mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang 
menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah 
Pabean dalam kegiatan usaha atau 
pekerjaannya 
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah 
 DPP PPnBM 
PPnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu 
penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong 
mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau 
pada waktu impor Barang Kena Pajak yang 
tergolong mewah.
BKP yang tergolong mewah 
adalah : 
Barang tersebut bukan merupakan 
barang kebutuhan pokok; 
Barang tersebut dikonsumsi oleh 
masyarakat tertentu; 
Pada umumnya barang tersebut 
dikonsumsi oleh masyarakat 
berpenghasilan tinggi atau apabila 
dikonsumsi dapat merusak 
kesehatan dan moral serta 
mengganggu ketertiban masyarakat.
PENETAPAN TARIF 
 Tarif PPnBM dibedakan menjadi beberapa 
kelompok tarif yaitu tarif terendah sebesar 
10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. 
Perbedaan tersebut didasarkan pada 
pengelompokkan BKP yang tergolong 
mewah yang atas penyerahannya 
dikenakan juga PPnBM. 
 Tarif PPnBM ditetapkan sebesar 0% atas 
ekspor BKP yang tergolong mewah, 
karena diekspor atau dikonsumsi di luar 
daerah Pabean
Saat Pembayaran/Penyetoran 
PPN/PPnBM 
 PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri 
oleh PKP harus disetor paling lama akhir 
bulan berikutnya setelah Masa Pajak 
berakhir dan sebelum Surat 
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan 
Nilai disampaikan. 
 PPN dan PPnBM yang tercantum dalam 
SKPKB, SKPKBT, dan STP harus 
dibayar/disetor sesuai batas waktu yang 
tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan 
STP tersebut.
LANJUTAN.. 
 PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi 
bersamaan dengan saat pembayaran Bea 
Masuk, dan apabila pembayaran Bea 
Masuk ditunda/ dibebaskan, harus 
dilunasi pada saat penyelesaian dokumen 
Impor. 
 PPN/PPnBM yang pemungutannya 
dilakukan oleh: 
 Bendahara Pemerintah, harus disetor paling 
lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya 
setelah Masa Pajak berakhir. 
 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor 
Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah 
dengan Nilai Impor sebesar Rp. 
50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang 
tergolong mewah tersebut selain dikenakan 
PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan 
tarif 20%. Penghitungan PPN dan PPnBM 
yang terutang atas 
impor Barang Kena Pajak yang tergolong 
mewah tersebut adalah: 
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00 
b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 
5.000.000,00 
c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 
10.000.000,00
Kemudian PKP “D” menggunakan BKP 
yang diimpor tersebut sebagai bagian dari 
suatu BKP yang atas penyerahannya 
dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan 
tarif misalnya 35%. Oleh karena PPnBM 
yang telah dibayar atas BKP yang diimpor 
tersebut tidak dapat dikreditkan, maka 
PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat 
ditambahkan ke dalam harga BKP yang 
dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan 
sebagai biaya.
Misalnya PKP “D” menjual BKP yang 
dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga 
jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan 
PPN dan PPn BM yang terutang adalah : 
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00 
b. PPN = 10% x Rp. 
150.000.000,00=Rp.15.000.000,00 
c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = 
Rp.52.500.000,00 
PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar 
pada saat impor merupakan pajak masukan 
bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp. 
15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi 
PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 
10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu 
pun dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 
tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”
Kesimpulan 
Pajak Pertambahan Nilai 
(PPN) dan Pajak Penjualan 
atas Barang Mewah (PPnBM) 
merupakan pajak yang 
dikenakan atas barang 
konsumsi yang dipakai dalam 
kehidupan sehari-hari, baik 
itu oleh masyarakat kalangan 
atas maupun menengah 
kebawah.

More Related Content

What's hot

Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiKeseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Yasmin Pambudi Putri
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Aditya Panim
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPAriza Ekky
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
Asep suryadi
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Corinna Theodora
 
Metode Penyusutan
Metode PenyusutanMetode Penyusutan
Metode Penyusutanmsahuleka
 
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Fajar Sandy
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21Fitri Bersahabat
 
Investasi
InvestasiInvestasi
Investasi
allysaclaresta
 
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan KeuanganAnalisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
Judianto Nugroho
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Fair Nurfachrizi
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Mahyuni Bjm
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Eka Wahyuliana
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
Muhammad Fajar
 
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
Rose Meea
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Sugeng Budiharsono
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Shelly Intan Permatasari
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Nisa Uzumakiy
 

What's hot (20)

Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiKeseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku KonsumenBab IV Teori Perilaku Konsumen
Bab IV Teori Perilaku Konsumen
 
NPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKPNPWP dan NPPKP
NPWP dan NPPKP
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
 
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan PersekutuanPembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
Pembentukan, Pembagian Laba Rugi dan Laporan Keuangan Persekutuan
 
Metode Penyusutan
Metode PenyusutanMetode Penyusutan
Metode Penyusutan
 
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
Bab 1 Materi Persekutuan (Akuntansi Keuangan Lanjutan)
 
makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21makalah Pajak penghasilan pasal 21
makalah Pajak penghasilan pasal 21
 
Investasi
InvestasiInvestasi
Investasi
 
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan KeuanganAnalisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
Anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian (indonesia title)
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
 
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 1
 
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasiFaktor faktor yang mempengaruhi investasi
Faktor faktor yang mempengaruhi investasi
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
 
Auditing 1
Auditing 1Auditing 1
Auditing 1
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
 

Similar to Presentasi PPN dan PPnBM

PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
Icha Icha
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
desy diana
 
Bab i ppn
Bab i ppnBab i ppn
Bab i ppn
Sylvia Ikrima
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
kppnbandaaceh
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
Juwita W'tio
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
LailyAnandaPG
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
Iqbal Fauzi
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPN
karomah95
 
Pertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxPertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptx
SaveFile1
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8Rekno Wr
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
Nani_Suhartini
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
Fair Nurfachrizi
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahraSinduaji
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
Asep suryadi
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
Nur Rina Martyas Ningrum
 

Similar to Presentasi PPN dan PPnBM (20)

Ppn & p pn bm
Ppn & p pn bmPpn & p pn bm
Ppn & p pn bm
 
Ppn dan ppnbm
Ppn dan ppnbmPpn dan ppnbm
Ppn dan ppnbm
 
PPN dan PPnBM
PPN dan PPnBMPPN dan PPnBM
PPN dan PPnBM
 
PPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-BmPPN dan PPn-Bm
PPN dan PPn-Bm
 
Bab i ppn
Bab i ppnBab i ppn
Bab i ppn
 
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdfPerpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
Perpajakan dalam PBJ melalui Swakelola.pdf
 
Pajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang MewahPajak Penjualan Barang Mewah
Pajak Penjualan Barang Mewah
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
 
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.SiPPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
PPT Perpajakan "PPN dan PPNBM" dosen Taufikur Rahman S.E,.M.Si
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPN
 
Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1Riyan afiantoro rmk 1
Riyan afiantoro rmk 1
 
Pertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptxPertemuan 14.pptx
Pertemuan 14.pptx
 
Kelompok 8
Kelompok 8Kelompok 8
Kelompok 8
 
Mat brev-a
Mat brev-aMat brev-a
Mat brev-a
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Booklet KUP
Booklet KUPBooklet KUP
Booklet KUP
 
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewahPajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKPD1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
D1 Pajak: Kewajiban Melaporkan Usaha Untuk Dikukuhkan Sebagai PKP
 

Recently uploaded

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 

Recently uploaded (20)

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 

Presentasi PPN dan PPnBM

  • 1. PPN & PPnBM KHAIRUNNISA’ RAHMATUL ISMI NAFI DARTI
  • 3. Latar Belakang Jenis pajak yang seringkali kita temui dikehidupan sehari-hari adalah PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Kedua jenis pajak ini sangat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan negara ini, karena pajak tersebut yang sering atau acapkali kita bayarkan baik secara langsung maupun tidak langsung dikehidupan sehari-hari.
  • 4. PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)  adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.  Pengenaan PPN sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai.  Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional, maupun internasional terus menciptakan jenis serta pola transaksi bisnis yang baru.
  • 5. OBJEK PPN  Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha  Impor Barang Kena Pajak  Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha  Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean  Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean  Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak  Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak  Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
  • 6. BUKAN OBJEK PPN 1. Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN:  Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.  Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.  Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.  Uang, emas batangan, dan surat berharga.
  • 7. BUKAN OBJEK PPN 2. Jenis Jasa yang Tidak Dikenai PPN:  Jasa pelayanan kesehatan medis  Jasa pelayanan sosial  Jasa pengiriman surat dengan perangko  Jasa keuangan  Jasa asuransi  Jasa keagamaan  Jasa pendidikan  Jasa kesenian dan hiburan  Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
  • 8. BUKAN OBJEK PPN  Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri  Jasa tenaga kerja  Jasa perhotelan  Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum  Jasa penyediaan tempat parker  Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam  Jasa pengiriman uang dengan wesel pos  Jasa boga atau katering.
  • 9. SUBJEK PPN  Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
  • 10. BUKAN SUBJEK PPN Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU PPN).
  • 11. TARIF PPN  Tarif PPN adalah 10%.  Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak.  Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.
  • 12. DPP PPN 1. Harga Jual Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
  • 13. DPP PPN 2. Penggantian Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
  • 14. DPP PPN 3. Nilai Impor Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak. Nilai Impor adalah CIF (Cost, Insurance, and Freght) + Bea Masuk. 4. Nilai Ekspor Nilai Ekspor adalah adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
  • 15. DPP PPN 5. Nilai Lain Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai DPP dan Peraturan Menteri Keuangan No.102/PMK.11/2011 tentang Nilai Lain Sebagai DPP Atas Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean Di Dalam Daerah Pabean Berupa Film Cerita Impor Dan Penyerahan Film Cerita Impor.
  • 16. KEWAJIBAN PKP  Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.  Memungut pajak yang terhutang.  Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.  Melaporkan penghitungan pajak.
  • 17. FAKTUR PAJAK  Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.  Faktur pajak harus memenuhi persyaratan berikut: 1.Persyaratan formal, yaitu apabila faktur pajak diisi secara lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan persyaratan pada ayat (5) atau persyaratan pada ayat (6). 2.Persyaratan Material, yaitu apabila faktur pajak berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya.
  • 18. FAKTUR PAJAK  Faktur Pajak harus dibuat pada: a)saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak. b)saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak. c)saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. d)saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
  • 19. Fungsi Faktur Pajak  Sebagai bukti pungut PPN yang dibuat oleh PKP atau Direktorat Jendral Bea dan Cukai, baik karena penyerahan BKP atau JKP maupun Impor BKP.  Sebagai bukti pembayaran PPN yang telah dilakukan oleh pembeli BKP atau penerima JKP kepada PKP atau Direktorat Bea dan Cukai.  Sebagai sarana pengawasan administrasi terhadap kewajiban perpajakan.
  • 20. MEKANISME PENGKREDITAN PPN  PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 UU PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak.  Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.  Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan tetap dapat dikreditkan.  Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak.
  • 21. MEKANISME PENGKREDITAN PPN • Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.  Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
  • 22. MEKANISME PENGKREDITAN PPN  Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.  Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha yang dikenakan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma
  • 23. MEKANISME PENGKREDITAN PPN …..sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.  Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan
  • 24. CONTOH 1. PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) dengan Harga Jual Rp 25.000.000,00 Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp25.000.000,00 = Rp2.500.000,00 PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh Pengusaha Kena Pajak “A”.
  • 25. CONTOH 2. PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena (JKP) Pajak dengan memperoleh Penggantian sebesar Rp20.000.000,00 PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B” = 10% x Rp20.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh Pengusaha Kena Pajak “B”.
  • 26. CONTOH  3. Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai perusahaan yang memproduksi bahan alkohol , dia melakukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan PPN sebesar 15%  Perhitungan :  = Rp. 120.000.000,- x 15%  = Rp. 18.000.000,-  Jadi pajak PPN yang dipungut oleh perusahaan bapak andre adalah Rp. 18.000.000,-
  • 27. PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM) PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong mewah didalam daerah pabean.
  • 28. PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)  OBJEK PPnBM 1. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya 2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah  DPP PPnBM PPnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
  • 29. BKP yang tergolong mewah adalah : Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi atau apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral serta mengganggu ketertiban masyarakat.
  • 30. PENETAPAN TARIF  Tarif PPnBM dibedakan menjadi beberapa kelompok tarif yaitu tarif terendah sebesar 10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. Perbedaan tersebut didasarkan pada pengelompokkan BKP yang tergolong mewah yang atas penyerahannya dikenakan juga PPnBM.  Tarif PPnBM ditetapkan sebesar 0% atas ekspor BKP yang tergolong mewah, karena diekspor atau dikonsumsi di luar daerah Pabean
  • 31. Saat Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM  PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan.  PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP tersebut.
  • 32. LANJUTAN..  PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen Impor.  PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:  Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.  Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
  • 33. Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%. Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut adalah: a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00 b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00 c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
  • 34. Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan sebagai biaya.
  • 35. Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah : a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00 b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00=Rp.15.000.000,00 c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp.52.500.000,00 PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP “X”
  • 36. Kesimpulan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan pajak yang dikenakan atas barang konsumsi yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, baik itu oleh masyarakat kalangan atas maupun menengah kebawah.