Pentingnya Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Rumah sakit memiliki peran krusial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan memungkinkan RS Pusdikes Puskesad untuk menggambarkan dampak positifnya terhadap kesehatan masyarakat, upaya pencegahan penyakit, dan inisiatif keberlanjutan kesehatan Dalam konteks ini, pengungkapan dan pelaporan keberlanjutan dalam laporan akuntansi tidak hanya menjadi tanggung jawab etika, tetapi juga merupakan kebutuhan strategis untuk mengelola risiko, membangun kepercayaan pemangku kepentingan, dan mencapai keberlanjutan jangka panjang.
Dalam artikel ini akan membahas bagaimana RS Pusdikkes Puskesad dalam mengimplementasikan Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan yang digunakan serta hambatan dan tantangan apa saja yang terjadi pada RS Pusdikkes Puskesad.
Klinik Obat Aborsi Di Palembang Wa 0822/2310/9953 Klinik Aborsi Di Palembang
Normaa Selestiaa-43222120010-TM 13.docx
1. TEORI AKUNTANSI
DAMPAK PENGUNGKAPAN DAN PELAPORAN
BERKELANJUTAN DALAM PELAPORAN AKUNTANSI
(Studi Kasus Pada Rumah Sakit Pusdikkes Puskesad)
Disusun Oleh:
Norma Selestia - 43222120010
Nama Dosen :
Bpk. Yananto Mihadi Putra, SE. M.Si
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA, 2023
2. ABSTRAK
Pentingnya Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Rumah sakit memiliki peran
krusial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengungkapan dan pelaporan
berkelanjutan memungkinkan RS Pusdikes Puskesad untuk menggambarkan dampak positifnya
terhadap kesehatan masyarakat, upaya pencegahan penyakit, dan inisiatif keberlanjutan kesehatan
Dalam konteks ini, pengungkapan dan pelaporan keberlanjutan dalam laporan akuntansi tidak
hanya menjadi tanggung jawab etika, tetapi juga merupakan kebutuhan strategis untuk mengelola
risiko, membangun kepercayaan pemangku kepentingan, dan mencapai keberlanjutan jangka
panjang.
Dalam artikel ini akan membahas bagaimana RS Pusdikkes Puskesad dalam
mengimplementasikan Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan yang digunakan serta
hambatan dan tantangan apa saja yang terjadi pada RS Pusdikkes Puskesad.
Kata Kunci: Pengungkapan Berkelanjutan, Pelaporan Berkelanjutan, Teori Akuntansi
PENDAHULUAN
Pelaporan keberlanjutan telah menjadi aspek yang semakin penting dalam dunia bisnis
modern. Keberlanjutan mencakup pertimbangan terhadap dampak ekonomi, lingkungan, dan
sosial yang dihasilkan oleh suatu organisasi. Dalam konteks ini, pengungkapan dan pelaporan
keberlanjutan dalam laporan akuntansi tidak hanya menjadi tanggung jawab etika, tetapi juga
merupakan kebutuhan strategis untuk mengelola risiko, membangun kepercayaan pemangku
kepentingan, dan mencapai keberlanjutan jangka panjang.
Organisasi yang berkomitmen pada keberlanjutan seringkali mengadopsi standar pelaporan
tertentu, seperti Global Reporting Initiative (GRI) atau Sustainability Accounting Standards Board
(SASB), untuk memastikan konsistensi dan keberlanjutan dalam penyampaian informasi. Laporan
keberlanjutan juga dapat mencakup rencana tindakan masa depan, komitmen perusahaan terhadap
tujuan pembangunan berkelanjutan, dan upaya untuk terus meningkatkan dampak positif serta
mengurangi dampak negatif terhadap dunia ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan dalam konteks pelaporan akuntansi terutama
di Rumah Sakit Pusdikes Puskesad menjadi suatu aspek penting dalam menggambarkan
kontribusi organisasi terhadap keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dalam era di mana
tanggung jawab sosial perusahaan semakin dihargai dan diharapkan, rumah sakit sebagai entitas
3. kesehatan memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat, lingkungan sekitar, dan aspek
ekonomi. Oleh karena itu, pelaporan berkelanjutan bukan hanya menjadi kewajiban etika, tetapi
juga menjadi instrumen strategis untuk membangun kepercayaan dan memastikan keberlanjutan
jangka panjang.
Pentingnya Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Rumah sakit memiliki peran
krusial dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengungkapan dan pelaporan
berkelanjutan memungkinkan RS Pusdikes Puskesad untuk menggambarkan dampak positifnya
terhadap kesehatan masyarakat, upaya pencegahan penyakit, dan inisiatif keberlanjutan kesehatan.
Banyak regulasi dan kebijakan pemerintah mengharuskan organisasi, termasuk rumah sakit, untuk
melaporkan informasi keberlanjutan. Pengungkapan ini menjadi cara RS Pusdikes Puskesad untuk
memastikan pematuhan terhadap peraturan dan berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan
mitigasi dampak negatifnya.
Dalam artikel ini memberikan landasan bagi RS Pusdikes Puskesad untuk mengakui dan
mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam laporan akuntansi mereka. Dengan demikian,
melangkah menuju pelaporan berkelanjutan dapat meningkatkan citra dan dampak positif RS pada
masyarakat dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat artikel tentang “Implementasi
Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Dalam Pelaporan Akuntansi pada Rumah Sakit
Pusdikkes Puskesad”.
LITERATUR TEORI
A. PENGUNGKAPAN
1. Pengertian Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan
keuangan. Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam akuntansi yaitu
penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan.
Evans (2003) mengartikan pengungkapan sebagai berikut: Evans membatasi
pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut pelaporan keuangan.
Pernyataan manajemen dalam surat kabar atau media masa lainya serta informasi diluar
lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan.
4. Pengungkapan sering juga dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa
yang dapat disampaikan dalam bentuk statement keuangan formal. Hal ini tampaknya
sejalan dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya.
Sedangkan menurut Falikhatun dkk., (2020) Pengungkapan laporan berkelanjutan
dapat digunakan sebagai media untuk menginformasikan kinerja perusahaan yang terdiri
dari tiga aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
2. Tujuan Pengungkapan
Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu
untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda-beda. Telah disinggung bahwa investor dan kreditor
tidak homogen tetapi bervariasi dalam hal kecanggihannyan. Karena pasar modal
merupakan sarana utama pemenuhan dana dari masyarakat, pengungkapan dapat
diwajibkan untuk tujuan melindungi, informatif, atau melayani kebutuhan khusus.
a. Tujuan melindungi
Dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih sehingga
pemakaian yang naif perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka
tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk
menangkap subtansi ekonomik yang melandasi suatu pos statement keuangan. Dengan
kata lain, pengungkapan yang dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen
yang mungkin kurang adil dan terbuka (unfair). Dengan tujuan ini, tingkat atau voluma
pengungkapan akan menjadi tinggi.
Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawasan yang mendapat
autoritas untuk melakukan pengawasan terhadapa pasar modal seperti SEC atau Badan
Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini dapat dipahami karena mereka
bertindak demi kepentingan publik.
b. Tujuan informatif
Tujuan informatif dilandasi dengan gagasab bahwa pemakai yang dituju sudah jelas
dengan tingkap kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan
untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan
keputusan pemakai tersebut. Tujuan ini biasanya melandasi penyusunan standar
5. akuntansi untuk menentukan keluasan pengungkapan. Untuk tujuan pengawasan oleh
badan kepemerintahan, terdapat pula pengungkapan yang khusus ditujukan ke badan
pengawasan melalui formulir-formulir yang harus diidi oleh perusahaan pada waktu
menyerahkan laporan tahunan maupun kuartalan.
c. Tujuan kebutuhan
Tujuan kebutuhan merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan
informatif. Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang
dipandangf bermanfaat bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan,
informatisi tertentu harus disampaikan kepada badan pengawas berdasarkan peraturan
melalui formulit-formulir yang menuntut pengungkapan secara rinci.
3. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang
disebut dengan tingkat pengungkapan. Evans (2003) mengidentifikasi tiga tingkat
pengungkapan yaitu memadai, wajar atau etis, dan penuh.
a. Tingkat memadai adalah tingkat minumum yang harus dipenuhi agar statemen
keuangan secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambil
keputusan yang diarah.
b. Tingkat wajar adalah tingkat yag harus dicapai agar semua pihak mendapat perlakuan
atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun yang kurang
mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan
posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi.
Tingkat penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan
pengambilan keputusan yang diarah.
c. Tingkat pengungkapan yang tetap memang harus ditentukan karena terlalu banyak
informasi sama tidak menguntungkanya dengan terlalu sedikit informasi. Oleh karena
itu, diperlukan kriteria atau pertimbangan untuk menentukan batas atas dan bawah.
Batas atas (kos>benefit) dan batas bawah (materialitas) dalam karakteristik kualitatif
informasi untuk pengakuan suatu pos dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan
banyaknya informasi. Dalam hal pengungkapan, batas atas (tingkat penuh) lebih
banyak menimbulkan kontroversi dibandingkan dengan batas bawah. Artinya, bagi
6. penentu kebijakan, menentukan sebera[a luas pengungkapan harus dilakukan lebih
problematik dibandingkan menentukan informasi mana yang tidak perlu diungkapkan.
4. Metoda Pengungkapan
Metoda pengukapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi
disajikan kepada pemakaian dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi
lain yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secara spesifik dalam standar akuntansi
atau peraturan lain. Informasi dapat disajian dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain
pos statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas statemen keuangan), penggunaan istilah
teknis (terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan
auditor, dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.
B. PELAPORAN BERKELANJUTAN
1. Pengertian Pelaporan Berkelanjutan
Sustainability (Keberlanjutan) artinya keberlanjutan bumi beserta segenap isinya.
Sustainability (Keberlanjutan) terdiri dari 3 dimensi, yaitu: Ekonomi (Profit), Lingkungan
(Environment), dan Sosial (People).
Pelaporan keberlanjutan, juga dikenal sebagai laporan berkelanjutan atau laporan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), adalah proses dan bentuk komunikasi yang
dilakukan oleh suatu organisasi untuk mengungkapkan informasi tentang dampak
ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dihasilkan oleh operasinya.
Laporan keberlanjutan menurut GRI (2018) adalah laporan dasar yang berisi
kinerja dalam aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Sedangkan menurut Falikhatun dkk. (2020) peran pelaporan berkelanjutan
dianggap penting bagi organisasi untuk mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan dan
dampaknya terhadap pemangku kepentingan
2. Aspek Pelaporan Keberlanjutan
Laporan keberlanjutan mencakup berbagai aspek, termasuk:
d. Ekonomi:
- Kinerja keuangan dan ekonomi perusahaan.
7. - Praktik-praktik bisnis etis.
- Dampak ekonomi terhadap pemasok dan komunitas lokal.
e. Lingkungan:
- Pengelolaan sumber daya alam.
- Emisi gas rumah kaca.
- Kinerja energi dan efisiensi.
- Konservasi biodiversitas.
f. Sosial:
- Kesejahteraan karyawan.
- Kesehatan dan keselamatan kerja.
- Keterlibatan masyarakat dan tanggung jawab sosial.
- Keadilan dan kesetaraan dalam hubungan kerja.
Laporan ini tidak hanya ditujukan kepada pihak internal, seperti manajemen perusahaan
dan karyawan, tetapi juga kepada berbagai pemangku kepentingan eksternal, seperti
investor, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umum. Dengan demikian, pelaporan
keberlanjutan menjadi alat penting dalam upaya untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan kepercayaan pada suatu organisasi.
3. Tujuan Pelaporan Keberlanjutan
Tujuan utama dari pelaporan keberlanjutan adalah memberikan gambaran yang
komprehensif tentang bagaimana organisasi mengintegrasikan prinsip-prinsip
keberlanjutan ke dalam kebijakan, praktik, dan kegiatan operasionalnya.
a. Meningkatkan kinerja yang berkelanjutan
Perusahaan bisa memperkirakan kegiatan atau upaya apa lagi yang bisa dilakukannya
untuk dapat terus melangsungkan kegiatan usaha dari perusahaan terkait. Untuk itu
perusahaan harus tahu lebih lanjut mengenai hasil laporan dari seluruh upaya atau
kegiatan dan usaha yang telah dilakukan oleh perusahaan selama periode tertentu
b. Meningkatkan manajemen resiko
Manajemen resiko sendiri pada dasarnya merupakan suatu pendekatan yang
terstruktur dan digunakan untuk mengelola suatu ketidakpastian yang biasanya
8. berkaitan dengan suatu ancaman dan sejenisnya. Resiko juga berpeluang terjadi pada
suatu perusahaan. Untuk itu resiko sebisa mungkin ditekan atau diminimalisir agar
tidak sampai terjadi sehingga merugikan perusahaan. Maka resiko haruslah bisa di
manajemen misalnya dengan menggunakan berbagai strategi yang dipilih. Pemilihan
strategi dalam meningkatkan upaya untuk dapat memanajemen resiko ini bisa diambil
dengan terlebih dahulu melihat dan mempelajari laporan kinerja berkelanjutan.
c. Mengembangkan motivasi karyawan
Pada dasarnya laporan keberlanjutan perusahaan di dalamnya mengandung laporan
hasil kinerja perusahaan selama ini. Jadi melalui adanya laporan tersebut maka setiap
orang bisa melihat hasil yang telah dicapai oleh perusahaan selama periode tertentu..
Dengan adanya laporan tersebut maka karyawan bisa timbul semangat untuk
mencapai hasil yang lebih lagi.
d. Laporan keberlanjutan perusahaan dapat membangun efektivitas
Laporan berkelanjutan perusahaan ini mencakup seluruh kegiatan perusahaan yang
sudah dilakukan selama ini. Maka apa yang telah dilakukan dan dicapai oleh
perusahaan bisa menjadi suatu hal yang membangkitkan perusahaan untuk bisa
membangun efektivitas perusahaan. Misalnya saja dengan memanfaatkan tenaga
SDM yang berpotensi di dalam perusahaan agar bisa lebih fokus pada peningkatan
hasil. Selain itu perusahaan juga bisa mulai memikirkan berbagai upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga kualitas produk dan mempertahankan pelanggan
e. Mengukur kinerja melalui laporan keberlanjutan perusahaan
Dari hasil pengukuran kinerja yang berkelanjutan tersebut maka perusahaan
kemudian dapat menciptakan dan menggunakan metode yang tepat. Metode ini juga
menjadi strategi bagi perusahaan dalam menghadapi persaingan pasar sehingga
perusahaan bisa tetap bertahan dalam dunia persaingan. Tidak hanya itu saja tetapi
dengan mengukur kinerja berkelanjutan yang ada maka perusahaan nantinya juga bisa
membandingkan kinerjanya baik secara internal maupun dengan sektor lain.
9. PEMBAHASAN
A. Implementasi Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Dalam Pelaporan Akuntansi
pada RS Pusdikes Puskesad
Rumah Sakit Pusdikkes Puskesad merupakan Rumah Sakit Pemerintah yang berada dibawah
naungan TNI Angkatan Darat. Rumah Sakit merupakan pusat layanan kesehatan bagi
masyarakat. Implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan dalam pelaporan
akuntansi pada RS Pusdikes Puskesad melibatkan serangkaian langkah dan praktik untuk
memastikan bahwa aspek keberlanjutan tercermin dalam laporan keuangan dan non-keuangan
organisasi tersebut. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Identifikasi dan Penilaian Dampak dan Penetapan Tujuan Berkelanjutan
Lakukan identifikasi dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang dihasilkan oleh
operasional RS Pusdikes Puskesad. Ini bisa melibatkan analisis dampak terhadap pasien,
karyawan, lingkungan sekitar, dan kesehatan masyarakat secara umum. Tetapkan tujuan
keberlanjutan yang terukur dan dapat dicapai. Misalnya, mengurangi limbah medis,
meningkatkan efisiensi energi, atau meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Penggunaan Standar Pelaporan
Gunakan standar pelaporan keberlanjutan yang diakui secara internasional, seperti Global
Reporting Initiative (GRI). Hal ini memastikan konsistensi dan perbandingan data antar
organisasi sejenis.
3. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Libatkan pemangku kepentingan seperti pasien, karyawan, dan masyarakat dalam proses
pengembangan dan penilaian laporan keberlanjutan. Ini dapat meningkatkan validitas dan
relevansi informasi yang dilaporkan.
4. Pengukuran dan Pelaporan Kinerja
Tetapkan indikator kinerja keberlanjutan yang relevan dengan sektor kesehatan, seperti
tingkat kepuasan pasien, pengurangan limbah medis, atau efisiensi energi. Monitor dan
laporkan kinerja secara teratur.
5. Pelatihan dan Kesadaran
Berikan pelatihan kepada staf mengenai pentingnya keberlanjutan dan cara melibatkannya
dalam praktik sehari-hari. Tingkatkan kesadaran tentang isu-isu keberlanjutan di antara
semua tingkatan staf
10. 6. Evaluasi dan Penyempurnaan Berkelanjutan
Evaluasi secara berkala pelaporan keberlanjutan dan proses implementasinya. Identifikasi
peluang untuk penyempurnaan dan tingkatkan kesesuaian dengan perkembangan regulasi
dan tren keberlanjutan.
Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini, RS Pusdikes Puskesad dapat memastikan
bahwa pelaporan keberlanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab sosial dan etika, tetapi
juga menjadi bagian integral dari praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
B. Hambatan Implementasi Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Dalam Pelaporan
Akuntansi pada RS Pusdikes Puskesad
Implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan dalam pelaporan akuntansi pada
Rumah Sakit Pusdikes Puskesad dapat menghadapi beberapa hambatan yang perlu diatasi
untuk memastikan keberhasilan dan keefektifan proses tersebut. Beberapa hambatan yang
mungkin dihadapi meliputi:
1. Keterbatasan Sumber Daya
RS Pusdikes Puskesad mungkin menghadapi keterbatasan sumber daya, baik dalam hal
personel, teknologi informasi, atau anggaran. Proses pelaporan berkelanjutan
membutuhkan investasi waktu dan biaya. Keterbatasan ini dapat menghambat kemampuan
untuk melakukan pengumpulan, analisis, dan pelaporan data keberlanjutan.
2. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman
Kesadaran dan pemahaman yang rendah terkait dengan pentingnya keberlanjutan dan
pelaporan berkelanjutan dapat menjadi hambatan. Ini dapat terjadi di antara staf kunci,
manajemen, atau pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya. Pendidikan dan
komunikasi yang efektif diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan
terhadap inisiatif ini.
3. Kompleksitas Pengukuran dan Penilaian
Mengukur dampak keberlanjutan, terutama dalam konteks kesehatan, bisa sangat
kompleks. Identifikasi dan pengukuran aspek-aspek seperti efisiensi energi, pengelolaan
limbah medis, atau dampak sosial seringkali memerlukan metode pengukuran yang
11. canggih. RS mungkin memerlukan sumber daya tambahan dan keahlian teknis untuk
mengatasi kompleksitas ini.
4. Ketidakpastian Regulasi
Perubahan regulasi terkait pelaporan keberlanjutan dapat menjadi hambatan. RS Pusdikes
Puskesad harus tetap mengikuti perkembangan regulasi dan memastikan bahwa kebijakan
dan praktik keberlanjutan sesuai dengan persyaratan yang berkembang.
5. Tingkat Prioritas yang Rendah
Jika keberlanjutan bukan merupakan prioritas utama dalam strategi organisasi,
implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan mungkin diabaikan. Penting
untuk mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam visi dan misi organisasi agar
mendapatkan dukungan yang memadai.
Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan ini melalui komitmen dari manajemen,
pendidikan, dan pengembangan kapasitas internal dapat membantu RS Pusdikes Puskesad
mencapai implementasi yang sukses dan mencapai tujuan berkelanjutan.
C. Tantangan Implementasi Pengungkapan dan Pelaporan Berkelanjutan Dalam
Pelaporan Akuntansi pada RS Pusdikes Puskesad
Implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan dalam pelaporan akuntansi pada
Rumah Sakit Pusdikes Puskesad dapat dihadapkan pada sejumlah tantangan yang perlu diatasi
agar proses tersebut berjalan lancar. Beberapa tantangan umumnya melibatkan:
1. Kompleksitas Industri Kesehatan
RS, terutama rumah sakit militer, dapat beroperasi dalam konteks yang kompleks dan
unik. Pengukuran dampak keberlanjutan dalam sektor kesehatan, termasuk pengelolaan
limbah medis dan efisiensi energi, bisa lebih rumit dibandingkan dengan industri lain.
2. Dukungan dan Kesadaran Pemangku Kepentingan
Tantangan ini mungkin muncul jika pemangku kepentingan, seperti pasien, staf, atau
pihak berwenang, tidak sepenuhnya memahami atau mendukung inisiatif keberlanjutan.
Pendidikan dan komunikasi yang efektif diperlukan untuk membangun dukungan dari
semua pihak.
12. 3. Sumber Daya Terbatas
RS mungkin memiliki keterbatasan sumber daya manusia, finansial, atau teknologi untuk
mengimplementasikan sistem pelaporan berkelanjutan. Kurangnya dukungan dan
investasi dapat menjadi hambatan serius.
4. Integrasi Data dari Sistem yang Berbeda
RS mungkin memiliki beragam sistem informasi yang digunakan untuk melacak informasi
keberlanjutan. Integrasi data dari berbagai sistem ini untuk menyusun laporan yang
komprehensif dapat menjadi tantangan teknis.
5. Kesesuaian dengan Standar Pelaporan
Menyusun laporan keberlanjutan sesuai dengan standar internasional seperti Global
Reporting Initiative (GRI) bisa menjadi tantangan. Memastikan laporan memenuhi
persyaratan standar pelaporan yang berlaku memerlukan pemahaman mendalam tentang
kerangka kerja tersebut.
6. Perubahan Kebijakan dan Regulasi
RS Pusdikes Puskesad perlu mengikuti perkembangan regulasi dan kebijakan terkait
keberlanjutan yang dapat berubah. Hal ini memerlukan fleksibilitas untuk menyesuaikan
kebijakan dan praktik berkelanjutan sesuai dengan perubahan tersebut.
7. Teknologi dan Sistem Informasi
Tantangan teknologi dapat muncul dalam mengadopsi sistem informasi yang mendukung
pelaporan berkelanjutan. Integrasi teknologi hijau atau sistem manajemen berkelanjutan
mungkin memerlukan investasi dan penyesuaian yang signifikan.
Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan komitmen penuh dari manajemen dan staf,
pendekatan yang terstruktur, dan mungkin dukungan dari pihak eksternal, seperti konsultan
keberlanjutan atau organisasi pemerintah terkait. Perjalanan menuju implementasi
pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan mungkin memerlukan waktu, tetapi dengan
pendekatan yang tepat, manfaat jangka panjang dapat tercapai.
13. KESIMPULAN
Kesimpulan dari implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan dalam pelaporan
akuntansi pada RS Pusdikes Puskesad mencakup beberapa poin kunci:
1. Kesadaran dan Komitmen Penuh
Kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan komitmen penuh dari seluruh tingkatan
organisasi, khususnya manajemen, adalah kunci keberhasilan. Tanpa dukungan yang kuat,
implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan mungkin sulit dilakukan.
2. Pemahaman Dampak Kesehatan dan Lingkungan
Implementasi ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang dampak operasional RS
terhadap kesehatan dan lingkungan. Pemantauan dan pengukuran yang akurat dari aspek-aspek
ini menjadi landasan untuk pengungkapan yang berarti.
3. Integrasi Informasi ke dalam Laporan Keuangan
Integrasi informasi keberlanjutan ke dalam laporan keuangan memastikan bahwa aspek-aspek
keberlanjutan diakui sebagai bagian integral dari kinerja keseluruhan RS. Ini menciptakan
transparansi dan akuntabilitas.
4. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Keterlibatan aktif pemangku kepentingan, termasuk pasien, staf, dan masyarakat, adalah kunci
untuk membangun dukungan dan memastikan relevansi informasi yang diungkapkan dalam
laporan.
5. Pemilihan Standar Pelaporan yang Tepat
Pemilihan standar pelaporan keberlanjutan yang sesuai, seperti Global Reporting Initiative
(GRI) atau Sustainability Accounting Standards Board (SASB), membantu memastikan
konsistensi dan memudahkan perbandingan data dengan organisasi sejenis.
6. Manfaat Bisnis Jangka Panjang
Meskipun mungkin terdapat tantangan dan investasi awal, implementasi ini dapat memberikan
manfaat bisnis jangka panjang. Dari peningkatan efisiensi operasional hingga peningkatan
reputasi dan kepercayaan pemangku kepentingan, manfaat ini dapat membawa dampak positif
yang signifikan.
14. 7. Adaptasi terhadap Perubahan dan Regulasi
RS Pusdikes Puskesad perlu menjaga fleksibilitas dan kesiapan dalam menghadapi perubahan
regulasi atau perkembangan keberlanjutan. Kemampuan untuk menyesuaikan kebijakan dan
praktik sesuai dengan perubahan ini akan menjadi kunci kesinambungan.
8. Pelibatan Teknologi dan Sumber Daya
Pemanfaatan teknologi dan alokasi sumber daya yang memadai menjadi esensial dalam
memfasilitasi proses pengumpulan, analisis, dan pelaporan informasi keberlanjutan.
Kesimpulan ini menegaskan bahwa implementasi pengungkapan dan pelaporan berkelanjutan
bukan hanya tentang kewajiban etika, tetapi juga merupakan strategi yang cerdas untuk mencapai
keberlanjutan jangka panjang, membangun kepercayaan, dan menjaga keseimbangan antara aspek
ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam operasional RS Pusdikes Puskesad. Dengan memahami
dan mengatasi tantangan ini, RS Pusdikkes Puskesad dapat meningkatkan ketahanan finansialnya,
menyajikan laporan keuangan yang akurat.
15. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Y. M., (2022). Pengungkapan dan Pelaporan Keberlanjutan pada Entitas Bisnis. Modul
Kuliah Teori Akuntansi. Jakarta : FEB-Universitas Mercu Buana
Godfrey, J., A. Hodgson, A. Tarca. (2010). Accounting Theory. 7th edition. John Wiley.
GRI. (2018). Sustainability report. 1st international conference on economics, business,
entrepreneurship, and finance (ICEBEF 2018), 65, 27–35.
Falikhatun, Wahyuni, S., Niswah, M. A., & Nilasakti, A. O. (2020). Financing type and
sustainability reporting: Financial performance as mediating variable. Jurnal Dinamika
Akuntansi, 12(1), 34–45.
Belkaoui, Ahmed Riahi. (2011). Accounting Theory. 6th edition. Salemba Empat. Jakarta