2. Hasanuzzaman dan Metwally, ekonomi Islam merupakan ilmu ekonomi
yang diturunkan dari ajaran Alquran dan sunnah. Segala bentuk
pemikiran ataupun praktik ekonomi yang tidak bersumberkan Alquran
dan sunnah tidak dipandang sebagai ekonomi Islam. Untuk menjawab
usaha kekinian yang belum jelas dalam Alquran dan sunnah, digunakan
metode fikih untuk menjelaskan, apakah fenomena tersebut
bersesuaian dengan ajaran Alquran dan sunnah ataukah tidak.
Ibid, h. 18.
Choudury, ekonomi Islam adalah segala bentuk usaha manusia untuk
mewujudkan falah, yang bermaknakan kelangsungan hidup,
kemandirian, dan kekuatan untuk hidup. Berbagai pendekatan dapat
digunakan dalam mewujudkan ekonomi Islam, baik pendekatan historis,
empiris maupun pendekatan teoritis-normatif.
Chapra. ekonomi Islam pada sisi fungsionalitasnya terhadap manusia
baik individu ataupun masyarakat mengenai hak-haknya yang meliputi,
keterpenuhan kebutuhan, keterjagaan keamanan dan pemenuhan
kemaslahatannya yang dalam Islam diistilahkan Maqa>sid al-Syariah.
Ibid, h.19. Umar Chapra, op. cit. h. 124.
3. Anas Zarqa, menjelaskan bahwa ekonomi Islam itu
terdiri dari tiga kerangka metodologi. Pertama,
presumptions and ideas, atau yang disebut dengan ide
dan prinsip dasar dari ekonomi Islam. Ide ini
bersumber dari Alquran, sunnah. Ide ini nantinya harus
dapat diturunkan menjadi pendekatan yang ilmiah
dalam membangun kerangka berpikir dari ekonomi
Islam. Kedua adalah nature of value judgement, atau
pendekatan nilai dalam Islam terhadap kondisi
ekonomi yang terjadi. Pendekatan ini berkaitan
dengan konsep utilitas dalam Islam. Terakhir, yang
disebut dengan positive part of economics science.
Bagian ini menjelaskan tentang realitas ekonomi dan
bagaimana konsep Islam bisa diturunkan dalam kondisi
nyata dan riil. Muhammad Anas Zarqa, Isalimization of
Econmics; the Concept and Methodology, JKAU:
Islamics Economics, Vol 16, 2003, h. 23.
4. Kesimpulan mengungkapan atas ragam defenisi ekonomi
Islam dari para ekonom Islam, mengarahkan ekonomi
Islam sebagai praktik atau kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh individu atau masyarakat Islam
berdasarkan nilai-nilai Alquran dan sunnah dengan tetap
memperhatikan realitas historis masyarakat. Dengan
demikian, pendekatan ekonomi Islam diselaraskan antara
kepatutan teks (wahyu) dan realitas historis manusia.
Dalam pengertian Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus, “realitas historis manusia”, adalah studi
tentang prilaku individu dan atau masyarakat dalam
memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan
memiliki beberapa alternatif penggunaan dalam rangka
memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian
menyalurkannya, baik saat ini maupun pada masa depan,
kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam
satu masyarakat. A. Samuelson dan William D. Nordhaus,
op. cit., h. 5.
5. Ruang lingkup NEI meliputi berbagai sisi prilaku
ekonomi manusia. Kepatutan moral, etika dan
keharusan produksi sebagai kegiatan ekonomi
dihubungkan oleh realitas fisik sebagai fenomena
ekonomi dan keharusan wujud metafisik yang
menjadi landasan ontologis setiap kegiatan ekonomi.
Dengan demikian masalah ekonomi dalam Islam
meliputi aspek fisik dan juga aspek mental yang
bukan saja terbatas pada sisi psikologi manusia,
dinamika politik manusia, persoalan sosiologis-
antropologis manusia, tetapi juga terkait erat
dengan spiritual manusia yang dalam masyarakat
Islam hal ini dikenal sebagai kesemestian yang
berlaku makro.
6. Ekonomi Islam mempelajari prilaku individu yang
dituntun oleh nilai-nilai islami, mulai dari
penentuan tujuan hidup, cara memandang dan
menganalisis masalah ekonomi, serta prinsip-prinsip
yang harus dipegang untuk mencapai tujuan
tersebut.
Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi
konvesional tidak hanya dalam aspek cara
penyelesaian masalah, namun juga dalam aspek
cara pandang dan anilisis terhadap masalah
ekonomi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
sistem ekonomi Islam mempunyai konsep yang
lengkap dan seimbang dalam segala hal kehidupan.
P3EI, loc. cit.
7. Aqidah
Sejarah
Islam
Alquran & Sunnah
Nilai Ekonomi Islam
Prinsip Ekonomi Islam
Syariah Ahlak
Metode Induksi
Teori Ekonomi
Ushul Fiqh & Qawaid
Fiqh Muamalah
Produksi
Konsumsi
Distribusi
Makro Ekonomi
Metode
Induksi
Realita
Ekonomi
8. Ilmu ekonomi Islam, selain berkonsentrasi pada alokasi dan distribusi
sumber-sumber daya, seperti pada ekonomi konvensional, namun
tujuan utamanya adalah merealisasikan maqashid al-syari’ah. Chapra
Tujuan ES tujuan, yakni:
1. Kesejahteraan ekonomi dalam kerangka norma moral Islam
(dasar pemikiran QS al-Baqarah 2): 2 dan 168, QS al-Maidah (5):
87-88, QS al-Jumu’ah (62): 10).
2. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid,
berdasarkan keadilan dan persaudaraan yang universal (QS al-
Hujuraat (50): 13, QS al-Maidah (5): 8, QS al-Syu’araa (42):
183).
3. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata
(QS al-An’am (6): 165, QS al-Nahl (16): 71, QS al-Zukhruf (43):
32).
4. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan
sosial (QS ar-Ra’du (13): 36, QS Luqman (21): 22).
10. Bagaimana islamisasi ekonomi dilakukan..??
Menjawab pertanyaan di atas, khususnya untuk ilmu pengetahuan ekonomi
Islam, baiknya dimulai dari, pertama, apakah tabu atau tidak melakukan
kajian kritis terhadap tradisi pengembangan ilmu-ilmu sosial, terutama ilmu
ekonomi konvensional yang selama ini dominan? Bila tidak tabu, telaah
berikutnya akan memasuki wilayah epistemologis dengan beberapa
permasalahan epistemologi lainnya. Kedua, paradigma apa yang menjadi basis
bagi tradisi ilmu ekonomi konvensional, terutama yang terkait dengan
pandangannya terhadap realitas, dan cara-cara memahaminya. Ketiga, apa
latar historis lahirnya paradigma ekonomi konvensional? Keempat, adakah
kelemahan dari paradigma tersebut, ketika dipakai untuk memahami realitas
kemanusiaan. Lima, telah adakah kritik terhadap paradigma tersebut.
Keenam, menawarkan alternatif metode pengembangan ilmu ekonomi yang
berbasis pada paradigma keilmuan Islam yang lebih integratif holistik, sebagai
tindak lanjut dari jawaban kelima. Jawaban-jawaban dari persolan ini, dapat
diurai berdasarkan fakta historis dan fakta sosial yang melingkupi ekonomi
konvensional. Dikembangkan berdasarkan uraian M. A. Fattah Santoso, Menuju
Universitas Islam; Membangun Ilmu-Ilmu Sosial dalam Persfektif Epistemologi
Islam, Makalah, h. 3.
11. Dalam Islam kegiatan ilmu pengetahuan,
selalu ditopang oleh realitas metafisis,
yang menjadi basis ontologis ilmu
pengetahauan. Dalam hal ini Mulyadi
Kartanegara, mengistilahkannya dengan
trilogi metafisik, yakni sebuah
kesatupaduan pemahaman dalam rangka
membangun landasan pengetahuan dalam
Islam. Trilogi ini adalah, pertama,
Tuhan, kedua alam semesta, dan ketiga,
manusia.
13. Pandangan dunia ini dibangun atas tiga pokok keyakinan
(yang telah diperkenalkan sebagai trilogi metafisika),
yaitu, tauhid (keesaan Allah swt.), kesatuan penciptaan
yang menekankan hubungan manusia dengan Allah swt.,
juga hubungan manusia dengan alam semesta, dan
prinsip keadilan. Tauhid merupakan konsep utama dalam
worldview Islam yang mendasari keyakinan manusia atas
keesaan Allah swt. dan berprilaku sesuai dengan aturan-
aturannya. Sementara itu karena manusia adalah citra
ketuhanan di bumi, maka potensi fisik, intelektual, dan
spiritual yang diberikan seharusnya diaktualisasikan
menurut aturan-aturan Alquran dan sunnah Nabi. Namun
demikian, di atas semuanya, keadilan adalah amanah
yang harus ditunaikan oleh manusia, karena selain
dirinya, tidak ada lagi makhluk lain yang sanggup
melakukannnya. Ibid, h. 93.
14. Aksiologi ekonomi Islam adalah nilai yang
melekatinya berdasarkan konsepsi ontologis dan
epistemologisnya. Sebagaimana pendekatan yang
dipakai oleh Naqvi dalam merumuskan integralisasi
etika dengan persoalan ekonomi, seyogyanya sistem
ekonomi lahir dari nilai-nilai prinsipil utama yang
dikandung ekonomi Islam. Prinsip utama yang
dimaksud adalah, tauhid yang mencitrakan hakekat
Islam, yang di dalamnya termuat makna kesatuan
(utity), keseimbangan (ekuilibrum), kehendak bebas
(free will), dan pertanggungjawaban. Sesungguhnya
nilai-nilai prinsipil tersebut tercakup dalam setiap
ajaran hikmah universal, hingga hal ini dapat saja
dikomunikasikan terhadap siapa saja.
15. Makna aksiologi ekonomi Islam dengan mudah dipahami
sebagai tindak lanjut dari nilai ontologis Islam. Pendekatan
aksiologis diperlukan untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu
ekonomi Islam dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang
dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Sekaligus
tindakan ekonomi tersebut tidak boleh keluar dari nilai (utity)
yang melekatinya. Cita rasa ekonomi Islam berbeda dengan
ekonomi konvensional berdasarkan konsep nilai yang
diembannya. Ekonomi konvensinal pada prinsipnya bebas nilai,
hingga fungsi dan kegunaan ekonomi tergantung dengan sisi
pragmatisme masing-masing pelaku ekonomi. Salah satu
contoh yang dapat mengambarkan sisi oksiologi ilmu ekonomi
antara ekonomi Islam dan ekonomi konvensional adalah,
aksiologi harta. Masalah harta yang timbul dalam konsep
aksiologi adalah, bahwa ilmu ekonomi konvensional tidak
mengenal adanya nilai dalam pemilikan harta. Sejauh dapat
menimbulkan nilai ekonomis, segala sesuatu dapat diakui
sebagai harta. Tidak heran bila barang seperti minuman keras,
hasil judi dan sejenisnya, dipandang sebagai sebuah aset tanpa
pertanyaan nilai di dalamnya, apakah barang tersebut bernilai
baik ataukah buruk. Dalam ekonomi Islam Justru barang
tersebut dianggap terikat dengan nilai negatif hingga konsepsi
harta terhadapnya dianggap zero. Haidar Naqvi, op, cit. h. 11.
17. 1. Tauhid sebagai landasan norma ES
2. worldview dlm ES
3. Kedudukan manusia dalam ES
4. Lingkungan dlm persektif ES
5. Kepemilikan dalam ES
6. Kebebasan dalam ES
7. Keadilan dlm ES
8. Keseimbangan dlm ES
9. Berbagi dalam Islam (zakat, infak dan sadaqah)
10. Norma produksi dlm ES
11. Norma Distribusi dlm ES
12. Norma konsumsi dlm ES