Dokumen tersebut membahas tentang mutu pelayanan kebidanan di rumah sakit dan puskesmas. Secara ringkas, dokumen menyebutkan bahwa terdapat beberapa hambatan dalam memberikan pelayanan kebidanan berkualitas tinggi di India dan Bangladesh seperti kurangnya kompetensi tenaga kesehatan, infrastruktur kesehatan yang kurang memadai, serta kendala sosial dan ekonomi. Dokumen juga membahas strategi pemerintah Bangladesh untuk men
2. 01
Annisa Artika A. N.
2015371020
03
Resti Nur Rohmah
2015371030
02
Gina Cantika Y
2015371027
04
Reza Resinta Putri
2015371039
Anggota
Kelompok
2015371055
Putri Azzadelia C
05
3. 01
Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap
Di Puskesmas Lapai Kabupaten Kolaka
Utara
4. Pendahuluan
Latar
Belakang
• Jumlah kunjungan pasien hanya 0.3%
• Pemanfaatan pelayanan belum memenuhi capaian target
sasaran standar pelayanan minimum yaitu 75%
• Ketidaksesuaian petugas yang tidak disiplin waktu
• Keluhan kecepatan kurang baik
• Fasilitas fisik kurang memadai
• Tempat pemeriksaan kurang nyaman
5. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu dengan penelitian survey analitik dengan
pendekatan “cross sectional” (potong lintang) yaitu seluruh variabel
diamati dan diukur secara bersamaan saat penelitian berlangsung dengan
instrument dengan menggunakan kuesioner
6. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Bukti Fisik (Tangibles)
Terhadap Tingkat Kepuasaan Rawat Inap
91,4% Responden puas terhadap bukti langsung mengatakan dari segi pelayanan sanagat
baik, ketersediaan alat (seperti monil ambulance, penampilan petugas kesehatan yang
sopan, rapi dah bersih. Sedangkan 8,6% kurang puas terhadap bukti langsung mengatakan
lingkungan puskesmas tidak bersih
7. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Daya Tanggap (Responsiveness)
Terhadap Tingkat Pasien Rawat Inap
82,9% Responden puas dengan daya tanggap petugas dalam memenuhi
kebutuhan dan menanggapi masalah pasien, sedangkan 17,1% kurang puas karna
mengeluhkan kerja dokter dan tenaga medis saat malam haridalam memberikan
layanan kepada pasien ketika membutuhkan pelayanan yang seris, kritis dsb..
8. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Kehandalan (Raliabilty)
Terhadap Tingkat Kepuasaan Rawat Inap
Hasil survey didapatkan sebanyak 15,4% kurang puas dan 84,6% merasa puas.
Kehandalan merupakan salah satu dari (5) diemensi mutupelayanan. Kehandalan
petugas dalam melayani pasien menjadi kunci utama letika pasien membutuhkan
pelayanan kesehatan
9. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Daya Tanggap
(Responsivenes) Terhadap Tingkat Kepuasaan Rawat Inap
Responden yang puas terhadap daya tanggap mengatakan bahwa petugas selalu
tanggap dalam memenuhi kebutuhan atau menghadapi masalah pasien.
Sedangkan yang tidakpuas mengeluhkan kerja dokter dan tenaga medis yang
bekerja terutama pada malam hari, dalam memberikan pelayanan belum
maksimal
10. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Jaminan (asurance)
Terhadap Tingkat Kepuasaan Rawat Inap
Responden yang memberi penilaian puas lebih banyak dari pada yang kurang
puas. Responden yang merasa puas merasa aman dengan perilaku dokter dan
tenaga medis lainnya. Di lain pihak yang kurang puas mengatakan bahwa masih
ada tenaga medis yang kurang terampil dan mampu melakukan pelayanan
11. Pengaruh Mutu Pelayanan Dari Diemensi Empati (Empati) Terhadap
Tingkat Kepuasaan Rawat Inap
Masih ada responden yang kurang puas, mereka mengatakan bahwa petugas
masih melihat status social seseorang, sehingga ada perlakuan khusus dan
mendapat penanganan yang lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang
memiliki ekonomi rendah
12. Analisis
Multivariat
Setelah seluruh variabel dianalisa secara multivariat dengan
regresi logistic maka didapatkan hasil
ada pengaruh bukti fisik (tangibles,
keandalan (reliability) dan emphaty
terhadap tingkat kepuasan rawat inap
dengan value þ value (0.000) niali a
(0.05)
Daya tanggap (Responsiveness)
berpenagruh terhadap tingkat kepuasan
rawat inap dengan value þ value (0.0001)
niali a (0.05)
Asuransi berpengaruh terhadap
tingkat kepuasan rawat inap
dengan value þ value (0.0013)
niali a (0.05)
Analisis multivariate variabel
paling dominan terhadap tingkat
kepuasan pasien rawat inap yaitu
bukti fisik dengan nilai Exp (B)
atau OR 107,823.
14. PENDAHULUAN
Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memeriksa fasilitator
dan hambatan dalam memberikan asuhan kebidanan
berkualitas tinggi di India.
15. Metode
Penelitian
Sebuah survei cross-sectional dilakukan pada karakteristik dan
pendapat pasien tentang klinik oftalmologi di Rumah Sakit das Clinicas
(HC) di UNICAMP, terkait dengan Kualitas pelayanan kesehatan mata
yang diberikan. Ini adalah didaktik /Layanan bantuan dalam SUS –
Sistema Único de Saúde (Sistem kesehatan masyarakat Brasil), yang
melakukan bantuan tersier untuk pasien yang dirujuk
16. DISKUSI
Tiga puluh dua studi dimasukkan. Hambatan utama adalah kurangnya
kompetensi penyedia layanan bersalin, kurangnya undang-undang yang
mengakui bidan sebagai profesional otonom dan ruang lingkup praktik
yang terbatas, hambatan sosial dan ekonomi bagi perempuan untuk
mengakses layanan, dan kurangnya infrastruktur sistem kesehatan
dasar.
17. DISKUSI
Di India, dengan proyeksi 35 juta kelahiran per tahun pada tahun
2030, 1ini adalah usaha yang mendesak dan kritis. Kursus pendidikan
perawat-kebidanan saat ini kurang memiliki pelatihan kebidanan yang
memadai, dan ada kebutuhan untuk pengalaman klinis langsung, tanpa
itu bidan akan kekurangan kompetensi dan kepercayaan diri untuk
berfungsi sebagai praktisi mandiri. Kualitas program pendidikan
kebidanan perlu ditingkatkan untuk memenuhi standar internasional
18. STRATEGI
Pemerintah Bangladesh membuat komitmen untuk mendidik dan
mengerahkan 3000 bidan sebagai strategi untuk mengurangi
kematian ibu dan bayi baru lahir
19. HAMBATAN
kurangnya pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku
penolong persalinan terampil
sebagai akibat dari tidak
memadainya program pelatihan
prajabatan diploma dan sarjana
perawat-bidan.
Tidak tersedianya sumber daya
manusia yang memadai untuk
memberikan layanan berkualitas
tinggi. Kurangnya bidan yang
berkualitas di negara bagian
Maharashtra juga dilaporkan oleh
Bhate-Deosthali et al dimana dari
146 rumah sakit yang menyediakan
pelayanan persalinan, 137 tidak
memiliki perawat-bidan yang
berkualitas.
20. HASIL
Salah satu kekuatan dari tinjauan
kami adalah bahwa kami
memetakan temuan penelitian
terhadap dua kerangka kerja
berbasis bukti global. Hal ini
memungkinkan kami tidak hanya
untuk menyoroti hambatan utama
dan pendukung, tetapi juga untuk
mengidentifikasi kesenjangan dalam
literatur.
Kesenjangan penting dalam
tinjauan terkait dengan standar
WHO adalah bahwa tidak ada
temuan yang relevan mengenai
dukungan emosional
A
B
21. Kurang dari setengah studi kuantitatif dinilai berisiko rendah
di semua domain, dan hanya dua studi kualitatif yang dinilai
berkualitas kuat. Perlu juga dicatat bahwa sangat sedikit dari
studi ini yang bersifat prospektif dan sebagian besar bersifat
cross-sectional. Namun demikian, literatur yang tersedia dari
India dapat memberikan informasi yang bermakna bagi
kebijakan dan praktik mengenai jalur menuju pengembangan
kader kebidanan yang memberikan layanan kebidanan
berkualitas tinggi.