Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan MenarikMuhammad Noer
Berikut adalah contoh bagaimana membuat slide presentasi yang baik dan menarik.
Anda bisa belajar dari lima contoh sederhana berikut ini untuk membuat slide yang lebih efektif.
Contoh Slide Presentasi Powerpoint yang Baik dan MenarikMuhammad Noer
Berikut adalah contoh bagaimana membuat slide presentasi yang baik dan menarik.
Anda bisa belajar dari lima contoh sederhana berikut ini untuk membuat slide yang lebih efektif.
Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaAbu Amar Fikri
Contoh Naskah Pelantikan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UMAHA disertai dengan Sumpah Jabatan Untuk seluruh pengurus BEM baik tingkat Universitas atau tingkat Fakultas
Perbedaan evaluasi formatif dan sumatif berdasarkan referensi berikut:
Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., Worthen, B. R. Program evaluation: Alternative approaches and practical guidelines (4th ed.). Boston: Pearson
Contoh Naskah pelantikan dan sumpah jabatan badan eksekutif mahasiswaAbu Amar Fikri
Contoh Naskah Pelantikan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) UMAHA disertai dengan Sumpah Jabatan Untuk seluruh pengurus BEM baik tingkat Universitas atau tingkat Fakultas
menulis berita adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh para praktisi humas agar bisa eksis di dunia kerja yang kompetitif dan menantang. Disampaikan oleh Dr indiwan seto wahjuwibowo , dosen Komunikasi Uniiversitas Multimedia Nusantara .Email: indiwanx@gmail.com
Memahami Media dan Bagaimana Berurusan dengan WartawanOswar Mungkasa
Disampaikan oleh dr.Syafiq B.Assegaff,MA pada Seminar dan Pelatihan Media Handling untuk Advokasi dan Promosi Isu Air Minum dan Sanitasi yang diselenggarakan oleh Pokja AMPL bekerjasama dengan On Track Media (www.ontrackmedia.or.id)
bahan ini diberikan pada acara Bimbingan Teknis penulisan feature dan artikel buat staff Kemenristek Dikti, di Hotel Ara Gading Serpong Tangerang Banten, Kamis 24 Mei 2018 dengan narasumber Dr Indiwan seto wahjuwibowo Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara
presentasi ini ditujukan bagi peserta workshop Menulis Itu Mudah yang diselenggarakan oleh Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia di Park Hotel bandung, 16-17 Desember 2015, dengan pembicara Dr Indiwan seto wahjuwibowo ( @indiwan)
"Sekedar" pengantar literasi jasmani untuk kajian literasi liintas disiplin.
Disampaikan pada Seminar Literasi Lintas Disiplin, September 2016 di Gedung PPG Unesa Lidah Wetan Surabaya Indonesia
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
2. Mengapa orang selalu mengeluh susah untuk
mulai menulis?
• Pertama, mungkin kondisi fisiknya sedang kurang baik. Bisa
karena capek, bisa sakit, lapar, mengantuk dll.
• Kedua, kondisi psikisnya yang sedang kurang baik. Misalnya
sedang frustrasi, malas, jengkel, marah dll.
• Ketiga, sebenarnya kondisi fisik maupun psikisnya sangat
baik, namun dia tidak siap untuk menulis.
3. Mengapa seseorang bisa tidak siap untuk
menulis?
• Pertama, dia tidak tahu, materi atau tema apa
sebenarnya yang akan ditulisnya.
• Kedua, dia tahu apa yang paling tepat untuk
ditulisnya, namun bahan-bahannya tidak lengkap.
• Ketiga, dia tahu apa yang akan ditulisnya, bahan-
bahannya lengkap, namun “dorongan” untuk
mulai menulis yang justru tidak ada.
4. Bagaimanakah cara mengatasi permasalahan
“tidak tahu apa yang paling tepat untuk ditulis”?
• Pertama, harus secara teknis sudah mengenal bentuk-
bentuk tulisan secara standar. Misalnya bisa
membedakan tulisan ilmiah (makalah) dengan berita,
artikel, feature, esai, reportase dll.
• Kalau pengetahuan dasar ini sudah dikuasai, kita harus
banyak membaca, mendengarkan radio, menonton
televisi serta membuka internet. Yang paling penting
adalah membaca koran dan majalah berita. Baik
membaca beritanya maupun artikel serta featurenya.
Dengan banyak membaca, mendengarkan berita radio
serta mentonton warta berita televisi, maka kita akan
dengan mudah menemukan tema dan materi sebagai
bahan tulisan. Baik sebagai artikel maupun feature.
5. Bagaimanakah cara mengatasi permasalahan tidak
bisa segera mulai menulis karena bahan yang
kurang lengkap?
• Ya dengan melengkapi bahan-bahan tersebut...
• Tanpa bahan-bahan yang lengkap dan akurat, kita
akan sulit untuk mulai menulis.
6. Bagaimanakah cara mengatasi permasalahan tidak
bisa segera mulai menulis karena tidak adanya
“dorongan” untuk menulis?
• Kalau kondisi fisik dan psikis sedang fit, sudah tahu
apa yang menarik dan penting serta mendesak
(urgent) untuk ditulis, bahan-bahan untuk itu juga
sudah lengkap, namun dorongan untuk menulis justru
tidak kunjung datang, maka lakukanlah diskusi dengan
siapa saja agar “dorongan” untuk menulis itu muncul.
Baik diskusi secara langsung dengan tatap muka,
melalui telepon maupun internet.
• Biasanya, setelah melakukan diskusi dengan agak
intens, terutama dengan pihak-pihak yang selalu
bersilang pendapat dengan kita, maka dorongan untuk
menulis itu akan segera datang dengan sangat kuat.
7. Berita
Laporan suatu kejadian
• Straight News : Berita secara umum (5W+1H).
• Feature News : Berita kejadian dari sisi manusiawi.
• Wawancara : Berita dari wawancara saksi atau
korban.
• Investigasi : Berita dari fakta-fakta tersembunyi.
• Opini : Berita yang dibuat dari pendapat para ahli.
8. Kecelakaan Truk yang Memakan 7
Korban Jiwa
• Straight News : memberikan berita secara umum.
• Feature News : Menyajikan berita berdasarkan
kisah pilu korban.
• Wawancara : Menyajikan berita dari
wawancara saksi mata, korban, kepolisian, dll.
• Investigasi : Menyajikan berita mengenai
hukuman tidak adil bagi supir truk.
• Opini : Pendapat ahli lalu lintas
mengenai kecelakaan yang terjadi.
9. Bagian Berita
• Judul
• Baris tanggal
• Lead (Kalimat pembuka)
• Batang tubuh/isi/body
• Penutup/leg
10. Apakah yang dimaksud dengan 5 W 1 H?
• 5 W 1 H terdiri dari
What = apa,
Who = siapa,
When = kapan,
Where = di mana,
Why = mengapa
How = bagaimana.
• Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan perangkat
pembantu untuk mencari jawaban yang akan
menjadi bahan tulisan.
11. Apakah 5 W 1 H itu mutlak dalam dunia
jurnalistik?
• Benar, sebab kalau kita lupa whonya, maka
pembaca akan bertanya-tanya tentang “siapa”
tersebut. Atau kalau kita lupa wherenya, maka
pembaca akan bertanya-tanya di mana gerangan
lokasi kejadian ini dst.
• Bahkan kadang-kadang rumus 5 W 1 H masih
harus ditambah dengan 1 S = Security =
keamanan. Baik keamanan bagi narasumber,
penulis maupun medianya.
12. Unsur-Unsur Berita
• What : Apa kejadiannya?
• When : Kapan terjadinya?
• Where: Di mana kejadiannya?
• Who : Siapa yang terlibat atau terkait dengan
kejadian itu?
• Why : Mengapa itu terjadi?
• How : Bagaimana kejadiannya?
• (Safe) : (Amankah untuk memberitakan
kejadian itu?)
13. Dalam menulis artikel, feature dan esai, bagian 5
W 1 H yang manakah yang harus diprioritaskan?
•Dalam menulis artikel, feature dan esai, why
dan how lebih penting dari what, who, when,
dan where.
•Sebab dalam artikel, feature dan esai,
pembaca menginginkan jawaban atas berita
yang sudah menulis what, who, when dan
wherenya secara panjang lebar. Yang masih
diperlukan oleh pembaca adalah jawaban
lebih detil dan mendalam dari why dan how.
14. Apakah berarti pertanyaan di luar why dan dan
how tabu diangkat sbg artikel, feature, dan esai?
•Tidak juga. Sebab kadang-kadang koran,
tabloid atau majalah juga suka menulis feature
dengan fokus pertanyaan pada what dan who
(apa dan siapa).
•Namun materi demikian umumnya ditulis
dalam bentuk tulisan pendek disertai dengan
fotonya.
•Sebenarnya semua unsur pertanyaan bisa
diangkat sebagai artikel dan feature. Dengan
syarat, yang paling diperlukan oleh pembaca
memang pertanyaan tersebut.
15. Adakah contoh artikel, feature dan esai yang
diangkat dari what, who, when dan where?
• Kalau ada kejadian yang oleh pihak pemerintah atau militer atau polisi
dirahasiakan, misalnya sakitnya seorang menteri atau presiden, maka
masyarakat akan bertanya: Apa (what) sebenarnya yang terjadi? Pertanyaan
demikian muncul karena masyarakat tidak percaya kepada pernyataan yang
dikeluarkan oleh lembaga resmi.
• Kalau ada seseorang yang tidak terkenal tiba-tiba diangkat menjadi menteri
atau pejabat tinggi lainnya (atau tiba-tiba dia memenangkan kontes
menyanyi dll), maka masyarakat akan bertanya: Siapa (who) dia?
• Kalau ada keinginan (kerinduan) masyarakat terhadap sesuatu, misalnya
pembarantasan KKN, maka pertanyaan yang paling layak diajukan adalah:
Kapan (when) KKN bisa diatasi di negeri ini? Atau: Kapan ada pemimpin yang
berani dan jujur untuk membasmi KKN?
• Kalau ada kejadian penting, misalnya pesawat terbang jatuh di pulau
terpencil, maka pertanyaan publik adalah: Dimana persisnya letak pulau
tersebut?
• Hingga sebenarnya hampir semua pertanyaan bisa diangkat menjadi artikel,
feature dan esai.
19. Pernyataan apakah yang harus dibuat paling
awal sebelum mulai dengan pertanyaan?
• Setelah kita menentukan materi yang akan kita tulis,
maka harus dibuat sebuah kalimat pernyataan.
• Misalnya hari ini ada berita di koran tentang banjir
besar yang menewaskan ribuan orang. Kalimat
pernyataan tersebut bisa berbunyi: “Banjir besar
yang terjadi di …..(where); hari/tanggal……..(when);
telah menewaskan ……..ratus orang.”
20. Harus diapakankah kalimat pernyataan
tersebut?
• Berdasarkan kalimat berisi pernyataan tersebut, sudah bisa diajukan
pertanyaan-pertanyaan lengkap menyangkut 5 W 1 H.
• Misalnya, pertanyaan pertama menyangkut what: apa saja yang hanyut
dan terendam? Rumah? Desa? Ladang/sawah? Apa saja yang menjadi
korban? Manusia? Hewan? Tanaman? Dan lain-lain pertanyaan what. Dari
sana kita bisa mengajukan pertanyaan menyangkut who. Siapa (bisa orang
atau lembaga) yang paling bertanggungjawab terhadap banjir besar
tersebut? Siapa yang sudah turun tangan membantu korban? Dan lain-lain
pertanyaan who. Disusul dengan pertanyaan menyangkut when dan where.
Dua pertanyaan ini harus diajukan bukan hanya menyangkut peristiwa yang
sudah nyata-nyata disebut dalam berita, melainkan (terutama) untuk
mendeteksi kapan dan di mana banjir serupa pernah terjadi dalam kurun
waktu 5 atau 10 tahun belakangan ini. Baru kemudian diajukan pertanyaan
menyangkut why: Mengapa bisa terjadi banjir yang memakan demikian
banyak korban? Dan how: Bagaimana caranya agar peristiwa semacam ini
tidak terulang lagi.
21. Darimanakah kita memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut?
• Bisa kita peroleh dari bahan bacaan, data statistik,
kamus, ensiklopedi, data pemerintah daerah dll.
• Semua itu bisa diperoleh secara langsung (dari tangan
pertama) sebagai data primer, bisa pula dari tangan
kedua atau ketiga sebagai data sekunder atau tertier.
22. Tepatnya, bagaimanakah mengumpulkan jawaban
dari sekian banyak pertanyaan tersebut?
• Pertama tentu dari dokumentasi kita sendiri.
• Kedua dari perpustakaan umum maupun khusus; dari
instansi pemerintah (departemen maupun daerah), dari
Badan Pusat Statistik, dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (curah hujan, cuaca), dari fakultas atau
Direktorat Jenderal Geologi dll.
• Selain dengan mendatangi langsung, data tersebut bisa
kita peroleh melalui telepon atau internet (membuka
web yang tersedia).
23. Bagaimana kalau data (jawaban) yang sudah
diperoleh ternyata justru menghasilkan
pertanyaan baru?
• Memang akan selalu demikian, hingga seorang penulis
harus membatasi diri untuk hanya sampai ke satu
permasalahan tertentu saja. Hal-hal yang di luar
permasalahan tersebut hanya disinggung sedikit atau
sama sekali tidak usah disebutkan.
• Namun apabila masih ada jawaban yang justru
menghasilkan pertanyaan yang sangat esensial, maka
harus tetap dicari jawabannya. Apabila jawaban dari
pertanyaan esensial itu tidak mungkin diperoleh dalam
jangka waktu singkat, maka berarti tulisan tersebut
juga tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu singkat
pula.
24. Apakah setiapkali menulis seseorang harus
selalu menyusun kerangka tulisan?
•Benar. Sebab dengan memiliki kerangka tulisan,
kita akan lebih mudah melihat, apakah data-
data yang tersedia sudah lengkap, atau masih
harus dilengkapi dengan data-data lain.
25. Dari manakah kerangka tulisan harus dimulai?
• Kerangka tulisan dimulai dari pernyataan yang pertama-tama kita
buat. Misalnya, “Banjir besar yang terjadi di DKI minggu yang lalu
telah menewaskan 100 orang”.
• Judul artikel yang bisa kita usulkan antara lain: Siapa yang paling
bertanggungjawab terhadap penanggulangan banjir di DKI? Atau:
Kemana aparat Dinas PU DKI ketika banjir terjadi? Dan masih banyak
lagi usulan judul artikel yang bisa kita ajukan.
• Untuk featurenya kita bisa mengajukan alternatif: Perjuangan rutin
melawan genangan Ciliwung. Atau: Si Atun yang harus libur sekolah
karena banjir. dll.
• Dari rencana judul ini kita bisa merancang lead, body dan ending.
26. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan
• Judul.
Buatlah judul singkat, padat, dan jelas yang
menggambarkan kejadian.
• Lead.
Kalimat pertama adalah pengulangan dari judul disertai
penjelasan dengan informasi yang paling penting.
Gunakan kalimat aktif.
• Batang Tubuh
Berisi uraian lebih rinci dari Lead.
Disusun secara berkesinambungan dengan Lead.
27. Bagaimanakah konkritnya menyusun
kerangka sebuah artikel?
• Kalau judulnya sudah ditentukan, dan sejumlah pertanyaan menyangkut 5 W 1 H
sudah diajukan dan tersedia bahan-bahan jawabannya, kerangka artikel bisa disusun
dengan model induktif, yakni diambil contoh kasus khusus.
• Semua pertanyaan menyangkut 5 W 1 H dalam kasus khusus ini kita tampilkan berikut
data-datanya, baru kemudian diangkat ke gejala umum sebagai kesimpulannya.
Misalnya judul “Siapa yang paling bertanggungjawab terhadap penanggulangan banjir
di DKI?” Data (5 W 1 H) dalam kasus khusus adalah: Banjir besar (setinggi…..m. di
…….); yang terjadi dari (hari……. tanggal …….) ke (hari……….tanggal………); telah
menenggelamkan sekitar (……….rumah) di (……….kampung/kelurahan/kecamatan) di
DKI. Banjir ini juga telah menewaskan (……….jiwa) serta mengakibatkan (………..KK)
mengungsi di sekolah-sekolah, mesjid serta sejumlah posko yang disediakan oleh
berbagai kalangan. Sebenarnya banjir besar ini sudah merupakan peristiwa rutin yang
terjadi hampir setiap tahun. Namum banjir kali ini tercatat paling luas dan paling
lama terjadi. Diperkirakan hujan yang terjadi sejak (hari ……tanggal……) dan
banyaknya kompleks perumahan yang tidak memperhatikan Perda (nomor……..tahun
……..) tentang sumur resapan dan saluran air; telah memperparah keadaan. Ditambah
lagi dengan kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarangan dst. (satu alinea)
28. Bagaimanakah konkritnya menyusun
kerangka sebuah artikel?..(2)...
• Alinea berikutnya adalah sebuah gugatan atau pertanyaan tentang siapa
sebenarnya yang paling bertanggungjawab terhadap kasus bencana rutin ini?
Apakah Dinas Tata Kota? Dinas Pekerjaan Umum? Dinas Kebersihan? Atau
para developer yang membangun perumahan dengan mengabaikan
pelaksanaan tata air sesuai dengan perda? Semua pertanyaan ini didukung
oleh data jumlah perumahan, pelanggaran terhadap Perda yang ada, berapa
persen yang tergenang banjir, dst.
• Alinea pertama, kedua dan ketiga merupakan lead. Satu alinea terdiri dari
sekitar 6 sd. 8 baris ketikan. Terdiri dari 8 sd. 10 kalimat pendek (jangan
terlalu banyak kalimat majemuk). Satu alinea harus terdiri dari satu pokok
pikiran yang dituangkan dalam satu kepala kalimat (kalimat pokok). Kepala
kalimat tidak harus berada pada awal alinea. Kalimat berikutnya dalam satu
alinea ini, harus mendukung, memperjelas, memperkuat pengertian kepala
kalimat
29. Bagaimanakah konkritnya menyusun
kerangka sebuah artikel?..(3)...
• Setelah lead, artikel ini akan disusul oleh tiga sub judul. Masing-masing sub
judul terdiri dari 4 alinea. Kecuali sub judul terakhir terdiri dari enam
alinea, termasuk dua alinea terakhir yang merupakan ending.
• Tiap sub judul ada alinea utama yang memuat satu pokok pengertian, yang
akan didukung oleh alinea berikutnya yang menjelaskan/memperkuat alinea
utama.
• Sub judul pertama (4 alinea), menunjukkan hak masyarakat yang
dikorbankan berikut data kerugian yang ada. Sub judul kedua menunjukkan
kelemahan dinas-dinas DKI dalam melaksanakan tugas pokoknya. Sub judul
terakhir menunjukkan bahan banding kota di Indonesia (atau di negara
tetangga) yang mampu menanggulangi masalah banjir dengan cukup baik.
• Disinggung pula pengaruh cuaca global yang cenderung kacau (El Nino, La
Nina dll). Dua alinea terakhir yang merupakan ending bisa menggugat
kelemahan gubernur DKI, DPRD dan lembaga kontrol lainnya termasuk Pers
dan LSM.
30. Apakah kerangka artikel beda dengan
kerangka feature?
• Jelas beda sebab struktur, bahan baku dan tujuan penulisannya
memang berbeda.
• Dalam menyusun feature dengan judul: “Perjuangan rutin melawan
genangan Ciliwung”, lead cukup dua alinea dan kita tunjukkan
secara deskriptif bagaimana sebuah keluarga yang tinggal di
bantaran kali Ciliwung ketika terjadi banjir besar bertahan hidup di
tengah genangan. Padahal banjir demikian bukan hanya terjadi
tahun ini, melainkan secara rutin setiap tahun.
• Dalam dua alinea lead ini digambarkan secara deskriptif lokasi
rumah tersebut, bangunan fisiknya (bahan, ukuran, konstruksi),
jumlah dan profil anggota keluarga, dan detil kondisi mereka selama
banjir terjadi.
31. Apakah kerangka artikel beda dengan
kerangka feature?...(2)...
• Untuk bisa menceritakan detil gambaran kondisi rumah serta profil
anggota keluarganya, tetap dimulai dengan serangkaian pertanyaan
5 W 1 H.
• Jawaban dari pertanyaan ini harus diperoleh dari pengamatan
langsung di lapangan dan wawancara dengan sumber langsung (data
primer).
• Karenanya, penulis feature harus datang ke lokasi bencana pada saat
bencana sedang terjadi.
• Beda dengan penulis artikel yang cukup mengambil data sekunder
dari koran, majalah, berita televisi dll. untuk dilengkapi dengan
data pustaka, analisis dan opini pribadi.
• Bahan utama, kerangka dan struktur inilah yang akan membedakan
karakter sebuah artikel dengan feature.
32. Apakah kerangka artikel beda dengan
kerangka feature?...(3)...
• Berikutnya ada dua sub judul terdiri dari tiga dan empat
alinea.
• Sub judul pertama menceritakan kondisi
kampung/tetangga sang tokoh yang juga mengalami
nasib sama. Sub judul kedua menceritakan nasib mereka
di pengungsian. Alinea terakhir sub judul kedua
merupakan ending yang menunjukkan bahwa keluarga
yang selama seminggu lebih terkurung air ini tetap tegar
dalam menghadapi keadaan. Meskipun bahaya hanyut,
tenggelam dan kesehatan akibat selalu menghirup udara
lembab tetap mengancam.
• Kerangka tulisan dalam feature lebih longgar dan
sederhana dibanding dalam artikel.
33. Bagaimanakah dengan kerangka sebuah esai?
• Selain ada berita tentang banjir di DKI, ada artikel dan
feature, seorang penulis esai bisa mengulas tentang
kesemerawutan tata kota di Jakarta.
• Karena sifat esai yang non teknik dan non sistematik,
maka kerangka dasarnya bisa mengikuti kerangka dasar
artikel atau feature, namun konten dan tujuan
penulisannya yang berbeda.
34. Apakah penulis harus patuh 100% pada
kerangka tulisan?
•Meskipun kerangka tulisan sudah dibuat, seorang
penulis tetap boleh berimprovisasi dalam
pelaksanaan penulisan. Asalkan improvisasi
tersebut justru memperkuat karakter tulisan,
bukan malah memperlemahnya karena
menyimpang jauh dari kerangka tulisan.
35. Saran
Jangan menggunakan pengulangan kata yang
terlalu sering.
Hindari akronim.
Gunakan kata yang bersifat umum.
Jangan gunakan kata superlative (besar sekali,
indah sekali, dll.) kecuali dalam kutipan.
Hindari penggunaan kata kasar, sekalipun
dalam kutipan.
36. Apakah benar bahwa untuk bisa segera mulai
menulis diperlukan sebuah “spirit” atau adanya
dorongan gaib?
•Benar. Namun yang dimaksud sebagai dorongan
gaib di sini bukan semacam ilham atau inspirasi
berupa kekuatan supranatural yang tiba-tiba saja
datang setelah seorang penulis merenung,
menyepi atau melakukan meditasi.
37. Bisakah spirit diperoleh melalui minuman
keras, rokok, obat-obatan bahkan narkotik?
•Tidak bisa. Sebab minuman keras dll itu justru
akan merusak fisik seseorang.
•Penulis yang mengatakan bahwa pikirannya baru
akan terbuka setelah minum berbotol-botol bir
atau mengisap berbatang-batang rokok,
sebenarnya sedang menipu diri sendiri.
38. Dari manakah spirit untuk mulai menulis bisa
diperoleh?
• Paling besar diperoleh kalau melakukan diskusi, dialog
atau monolog. Diskusi dilakukan antara penulis dengan
banyak pihak, dialog antara penulis dengan satu pihak
dan monolog dilakukan sendiri oleh penulis tersebut.
• Yang disebut diskusi atau dialog, dalam hal ini tidak
harus dalam arti harafiah, melainkan bisa dengan
membaca buku, artikel atau bahan rujukan lainnya.
• Namun paling kuat spirit untuk mulai menulis akan
diperoleh kalau kita melakukan diskusi atau dialog
dengan sesama manusia secara langsung.
39. Apakah spirit untuk mulai menulis bisa diperoleh
melalui doa, berpuasa, bermeditasi, bertapa dll?
•Bisa, tetapi itu semua hanyalah perangkat
pembantu. Sebab yang utama tetap
mengumpulkan bahan dan diskusi/dialog dengan
banyak pihak.
•Itu pun baru akan sepadan apabila yang akan
ditulis sebuah buku dengan tema yang berat.
Bukan untuk menulis artikel atau feature.
40. Apakah gunanya spirit dalam dunia tulis
menulis?
•Spirit bermanfaat dalam menulis artikel dan
feature, agar tulisan kita juga memiliki spirit
(roh). Bukan kering kerontang tidak berjiwa.
•Itulah sebabnya persiapan teknis berupa bahan,
pengetahuan tentang bentuk artikel/feature, 5
W 1 H dll harus tetap dilengkapi dengan
“menangkap spirit” dari masyarakat pembaca.