Tiga kategori belajar filsafat yaitu historis, sistematis, dan prinsip-filsafat. Filsafat membahas objek material dan formal seperti ontologi, epistemologi, etika, dan estetika. Filsafat berhubungan erat dengan ilmu dengan saling melengkapi dan mengkritik satu sama lain dalam upaya memahami alam semesta secara menyeluruh.
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
salah satu tugas mata kuliah penelitian pendidikan yang berisi tentang materi ilmu pengetahuan. Secara lengkap dijelaskan perbedaan antara ilmu dan pengetahuan.
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
Presentasi ini merupakan pemenuhan tugas evaluasi akhir semester mata kuliah Pengantar Filsafat ilmu oleh Sigit Sardjono, Dr,M.Ec.
Dimana berisi sekumpulan pertanyaan dan jawaban berbagai materi Filsafat Ilmu dengan sudut pandang Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
salah satu tugas mata kuliah penelitian pendidikan yang berisi tentang materi ilmu pengetahuan. Secara lengkap dijelaskan perbedaan antara ilmu dan pengetahuan.
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxbungashoumizahro
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
MANAJEMEN R
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DOSEN PENGAMPU : BAPAK Dr. SIGIT SARDJONO, M.S.
TUGAS AKHIR PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU
KELOMPOK 5 :
(1212100035) BUNGA SHOUMIZAHRO
(1212100036) VIRDIANA DIVA ZURINDA
(1212100038) MOCH ALFAN
"Sekedar" pengantar literasi jasmani untuk kajian literasi liintas disiplin.
Disampaikan pada Seminar Literasi Lintas Disiplin, September 2016 di Gedung PPG Unesa Lidah Wetan Surabaya Indonesia
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. TIGA KATEGORI BELAJAR FILSAFAT
• HISTORIS – berdasar kurun waktu tertentu
• SISTEMATIS – spesialisasi cabang-cabang
filsafat ttt
• PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT – pola yang
digunakan
3. MENGASAH FILSAFAT
• Diskusi, Mailing List, dsb
• Studi Literatur (Topik & Tokoh)
• Hadap Masalah
• Permenungan
• Menulis
• Mengajar
4. ARTI FILSAFAT
• Filsafat mater scientiarum
induk segala ilmu (cat. > dulu)
• Kelahiran Filsafat di Yunani Kuno (di Miletos)
6 SM Kemenangan akal atas mite
Thales (Father of Philosophy): Arche Air
• Filsafat (Ina) = Falsafah (Arab) = Philosophy (Ing)
= Philosophia (Latin) = Philosophie (Jerman,
Belanda, Prancis) Philosophia (Yunani).
• ...
5. • Philosophia
philein (mencintai) + sophos (bijaksana)
philos (teman) + sophia (kebijaksanaan)
• Pythagoras (572-497 SM) “philosophos”
(lover of wisdom)
• Filosof bukan orang yang sudah mencapai
& memiliki kebenaran, tetapi selalu
mengejar & mencintai kebenaran
6. TERMINOLOGI FILSAFAT
Filsafat:
kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki
sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna di
balik kenyataan/teori yang ada untuk disusun dalam sebuah
sistem pengetahuan rasional....
Permenungan Kefilsafatan:
percobaan utk menyusun sebuah sistem pengetahuan rasional
yang memadai utk memahami dunia maupun diri sendiri.
Berpikir didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari
arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam
pengalaman dan pengertian
8. FILSAFAT-FILSAFAT KHUSUS
1. Filsafat Politik
2. Filsafat Ekonomi
3. Filsafat Kebudayaan
4. Filsafat Pendidikan
5. Filsafat Hukum
6. Filsafat Bahasa
7. Filsafat Seni
8. Filsafat Ilmu
9. ...dll
9. FILSAFAT KEILMUAN
• Filsafat Ilmu Umum
• Filsafat Ilmu-ilmu Khusus
1. Filsafat Matematika
2. Filsafat Ilmu-ilmu Fisik
3. Filsafat Biologi
4. Filsafat Psikologi
5. Filsafat Linguistik
6. Filsafat Ilmu Sosial
7. dll.
10. BERPIKIR DALAM FILSAFAT
Rasional: tahu & paham dengan akal budi
Logis: tahu & paham dengan teknik berpikir yang telah ditetapkan dalam
aturan logika formal, yakni menyusun silogisme-silogisme dengan
tujuan mendapatkan kesimpulan yang tepat dengan menghilangkan
setiap kontradiksi.
Dialektik: menetapkan tesis dan antitesis dengan tujuan mendapat sintesis
dengan mengaktifkan kontradiksi
Intuisi: diutamakan kemampuan inventif, mendapat pengetahuan segera
tanpa terlalu mempedulikan prosedur atau langkah untuk sampai pada
kepada pengetahuan tersebut
Taksonomi: susun klasifikasi dengan tujuan menyederhanakan kenyataan
dan gejala dalam kategori
Simbolisme: lihat gejala sbg lambang dg tujuan mengerti apa yang
dilambangkan
11. OBJEK FILSAFAT
• Objek Material : Segala sesuatu yang ada
1. Tipikal / sungguh-sungguh ada
2. Dalam kemungkinan
3. Dalam pikiran/konsep
• Objek Formal : Hakikat terdalam / substansi /
esensi / intisari
Ketr.
O.M. = Sesuatu hal yg dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), yg diselidiki,
yg dipelajari.
O.F. = Cara memandang, meninjau, seorang peneliti terhadap OM-nya serta
prinsip-prinsip yang digunakan.
OF Memberi keutuhan suatu ilmu
Membedakannya dengan bidang ilmu lain
1 OM = sekian OF
12. CIRI-CIRI PERSOALAN FILSAFAT
• Bersifat sangat umum (tak bersangkutan dg objek2
khusus)
• Spekulatif, tak langsung menyangkut fakta (non-
faktawi)
• Bersangkutan dg nilai-nilai (kualitas abstrak yg ada pd
suatu hal)
• Bersifat kritis thd konsep dan arti2 yg biasanya
diterima bgt saja oleh ilmu
• Besifat sinoptik: mencakup struktur kenyataan scr
keseluruhan
• Bersifat implikatif: jawaban suatu persoalan
memunculkan persoalan baru yg saling berhubungan.
• Bersifat teoritik: lebih pada tindak reflektif, non-praktis.
13. CIRI-CIRI PEMIKIRAN FILSAFAT
• Bersifat radikal (sampai ke akar-akarnya, sampai pd
hakikat/esensi)
• Sistematis (adanya hub. fungsional antara unsur2 utk
mencapai tujuan ttt)
• Berpikir ttg hal/proses umum, universal, ide2 besar, bukan
ttg peristiwa tunggal
• Konsisten/runtut (tak terdapat pertentangan di dalamnya)
dan koheren (sesuai dg kaidah2 berpikir, logis)
• Secara bebas, tak cenderung bias prasangka, emosi.
Kebebasan ini berdisiplin (berpegang pd prinsip2 pemikiran
logis serta tanggung jawab pd hati nurani sendiri)
• Berusaha memperolah pandangan
komprehensif/menyeluruh.
• Secara konseptual hasil generalisir (perumuman) dan
abstraksi dr pengalaman ttg hal2 serta proses2 individual
melampaui batas pengalaman hidup sehari2
14. TUJUAN & MANFAAT FILSAFAT
• Mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin,
mengajukan kritik & menilai pengetahuan ini, menemukan
hakikatnya & menerbitkan serta mengatur semua itu dlm
bentuk yg sistematis.
• Bukan Problem Solving, tetapi memberi kejernihan dalam
berpikir tentang sesuatu, memetakan secara komprehensif &
radikal. Dengan filsafat, manusia mampu menghindar dari
arogansi “akulah yang benar”, dogmatisme kepercayaan.
Melalui filsafat semua argumen diakui sama potensinya
dalam meraih kebenaran.
• Para filosof tampak selalu gelisah, “semakin banyak tahu
semakin merasa banyak yang belum diketahui”. Kebenaran,
kebahagiaan, keadilan, keindahan, nilai-nilai itu selalu
dalam proses & debatable, tak pernah finish tergenggam..!
subjektif
15. Filsafat membicarakan fakta dengan 2 cara:
• mengajukan kritik atas makna yg dikandung fakta
“sungguh finalkah fakta bahwa tangan itu materi padat?”
• menarik kesimpulan yg bersifat umum dari fakta
“kebenaran bisa ganda: tangan materi padat sekaligus
gelombang tak kasat mata”
17. METAFISIKA
Merupakan studi terdalam dari kenyataan/keberadaan
Persoalan Ontologis
Makna dan penggolongan “ada”, “eksistensi”.
Sifat dasar kenyataan
Persoalan Kosmologis
Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam
Hubungan kausalitas
Permasalahan ruang dan waktu
Persoalan Antropologis
• Hubungan tubuh dan jiwa
• Kesadaran, kebebasan
18. EPISTEMOLOGI
Pelajari asal/sumber, struktur, metode, & validitas pengetahuan
Theory of knowledge Episteme = pengetahuan + logos = ilmu
Apa yang dapat saya ketahui?
Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?
Perbedaan pengetahuan apriori dengan aposteriori
19. LOGIKA
Ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus
Logos = nalar, kata, teori, uraian, ilmu
OM = pemikiran
OF = kelurusan berpikir
Pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme
Bagaimana manusia berpikir secara lurus?
Perbedaan logika material dan formal
Penerapan logika induksi dan deduksi
Macam-macam sesat pikir
20. ETIKA
Filsafat Moral
Ethos = watak; Mores = kebiasaaan; kesusilaan
OM = perilaku secara sadar dan bebas;
OF = baik dan buruk
Syarat baik-buruknya perilaku
Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila
Kesadaran moral, hati nurani
Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral
21. ESTETIKA
Filsafat Keindahan
Estetika berasal dari kata Yunani aisthesis = cerapan indera
Arti keindahan
Subjektivitas, objektivitas, dan ukuran keindahan
Peranan keindahan dalam kehidupan
Hubungan keindahan dengan kebenaran
22. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1. Persoalan Keberadaan
A. Dari segi jumlah
Monisme = satu kenyataan fundamental
Dualisme = dua substansi
Pluralisme = banyak substansi
B. Dari Segi Kualitas
spiritualisme = roh ~ idealisme
Materialisme = materi
C. Dari Segi Proses, Kejadian/Perubahan
Mekanisme = asas-asas mekanik
Teleologi = alam diarahkan ke suatu tujuan
Vitalisme = kehidupan tidak semata-mata fisik-kimiawi
Organisisme = hidup adl struktur dinamis, sistem yg teratur
23. ...
2. Persoalan Pengetahuan
A. Sumber
Rasionalisme = akal ~ deduksi
Empirisme = indera
Realisme = objek nyata dalam dirinya sendiri
Kritisisme = Pengamatan indera dan Pengolahan akal
B. Hakikat
Idealisme = proses mental/psikologis ~ subjektif
Empirisme = pengalaman
Positivisme = pengetahuan faktawi
Pragmatisme = guna pengetahuan
25. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU
• Perbedaannya, filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan
keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mempu
mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya
sendiri.
• Ilmu lebih bersifat ekslusif, menyelidiki bidang-bidang yang
terbatas, sedangkan filsafat lebih bersifat inklusif.
• Dengan demikian filsafat berusaha mendapatkan pandangan yang
lebih komprehensif tentang fakta-fakta.
• Ilmu dalam pendekatannya lebih bersifat analitik dan deskriptif:
menganalisis keseluruhan unsur-unsur yang mnjadi bagian
kajiannya, sedangkan filsafat lebih sintetik atau sinoptik
menghadapi objek kajiannya sebagai keseluruhan.
• Filsafat berusaha mencari arti fakta-fakta.
• Jika ilmu condong menghilangkan faktor-faktor subjektivitas dan
menganggap sepi nilai-nilai demi menghasilkan objektivitas, maka
filsafat mementingkan personalitas, nilai-nilai dan bidang
pengalaman
keduanya tumbuh dari sikap refleksif, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada
kebenaran
26. • Filsafat itu tidak salah satu ilmu di antara ilmu-ilmu lain. "Filsafat itu pemeriksaan
('survey') dari ilmu-ilmu, dan tujuan khusus dari filsafat itu menyelaraskan ilmu-ilmu
dan melengkapinya."
• Filsafat mempunyai dua tugas: menekankan bahwa abstraksi-abstraksi dari ilmu-
ilmu betul-betul hanya bersifat abstraksi (maka tidak merupakan keterangan yang
menyeluruh), dan melengkapi ilmu-ilmu dengan cara ini: membandingkan hasil
ilmu-ilmu dengan pengetahuan intuitif mengenai alam raya, pengetahuan yang
lebih konkret, sambil mendukung pembentukan skema-skema berpikir yang lebih
menyeluruh.
• Hubungan ilmu dengan filsafat bersifat interaksi. Perkembangan-perkembangan
ilmiah teoritis selalu berkaitan dengan pemikiran filsafati, dan suatu perubahan
besar dalam hasil dan metode ilmu tercermin dalam filsafat. Ilmu merupakan
masalah yang hidup bagi filsafat. Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan
deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Tiap filsafat
dari suatu periode condong merefleksikan pandangan ilmiah di periode itu. Ilmu
melakukan cek terhadap filsafat dengan membantu menghilangkan ide-ide yang
tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah. Sedangkan filsafat memberikan kritik
tentang asumsi dan postulat ilmu serta analisa kritik tentang istilah-istilah yang
dipakai
27. • Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan.
Searah dengan spesialisasi ilmu maka banyak ilmuwan yang hanya
menguasai suatu wilayah sempit dan hampir tidak tahu menahu apa yang
dikerjakan di wilayah ilmu lainnya. Filsafat bertugas untuk tetap
memperhatikan keseluruhan dan tidak berhenti pada detil-detilnya.
• Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-
ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain.
• Filsafat pada masa-masa awal kelahirannya dianggap sebagai mater
scientiarum, induknya ilmu. Seiring dengan spesialisasi ilmu sampai dengan
akhir-akhir ini, kekhususan setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas
antara masing-masing ilmu. Tidak ada bidang pengetahuan lain yang
menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah itu. Di sinilah filsafat
berusaha mengatasi spesialisasi dengan mengintegrasikan masing-masing
ilmu dan/dengan merumuskan pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman kemanusiaan yang luas.
28. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN SENI
• Seni dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan manusia
yang menjelajahi dan menciptakan realitas baru serta
menyajikannya secara kiasan. Manusia membutuhkan seni,
sebagaimana manusia membutuhkan filsafat dan ilmu,
karena melalui seni manusia dapat mengekspresikan dan
menanamkan apresiasi dalam pengalamannya.
• Seni tidak bertujuan untuk mencari pengetahuan dan
pemahaman sebagaimana filsafat, juga bukan seperti ilmu
yang bertujuan mengadakan deskripsi, prediksi,
eksperimentasi, dan kontrol, tetapi seni bertujuan untuk
mewujudkan kreativitas, kesempurnaan, bentuk, keindahan,
komunikasi, dan ekspresi.
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama,
alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan
bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas kehidupannya
29. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN AGAMA
• Filsafat bukan agama, meskipun banyak juga manusia dari berbagai
belahan dunia yang menjadikan filsafat (dalam arti pandangan hidup)
sebagai agama, misalnya filsafat konfusianisme.
• Tujuan agama lebih dari sekedar pengetahuan, yakni untuk mencari
keharmonisan, keselamatan, dan perdamaian. Agama yang matang
dan kokoh akan mencantumkan latar belakang filsafat dan sekaligus
menimba dan menyaring informasi dari ilmu. Ini diperlukan agama
dalam rangka memberi jawaban komprehensif, integral, dan
berwibawa (dalam arti tidak asal menjawab) terhadap berbagai
pertanyaan dan gugatan.
• Kasus-kasus yang membawa-bawa agama seperti terorisme, tentu
bisa dirunut pada latar belakang filsafat dari agama tersebut, misalnya
bagaimana pandangan agama tersebut terhadap kekerasan, keadilan,
dan kemanusiaan.
• Seperti kata Einstein, tanpa ilmu (dan filsafat), agama akan lumpuh.
merupakan sarana manusia untuk “tahu”, dalam arti tahu tentang dirinya sendiri, sesama,
alam, maupun Sang Penciptanya untuk kemudian tahu bagaimana bersikap, berbuat, dan
bertanggung jawab dalam aneka macam kompleksitas kehidupannya
30. SEKILAS FILSAFAT ILMU
• Filsafat ilmu merupakan bagian atau cabang dari
filsafat yang lahir di abad ke-18.
• Lingkup permasalahan filsafat ilmu (dipakai secara
luas di Indonesia):
o Problem ontologi ilmu; perkembangan dan kebenaran ilmu
sesungguhnya bertumpu pada landasan ontologis (‘apa
yang terjadi’ - eksistensi suatu entitas)
o Problem epistemologi; adalah bahasan tentang asal muasal,
sifat alami, batasan (konsep), asumsi, landasan berfikir,
validitas, reliabilitas sampai soal kebenaran (bagaimana
ilmu diturunkan - metoda untuk menghasilkan kebenaran)
o Problem aksiologi; implikasi etis, aspek estetis, pemaparan
serta penafsiran mengenai peranan (manfaat) ilmu dalam
peradaban manusia
Ketiganya digunakan juga sebagai
landasan penelaahan ilmu
31. CIRI SAHNYA ILMU
Memiliki objek atau pokok soal, yakni sasaran dan
titik pusat perhatian tertentu
Bermetode, yakni cara atau sistem dalam ilmu
untuk memperoleh kebenaran agar rasional,
terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
Bersistem: mencakup seluruh objek serta aspek-
aspeknya sehingga saling berkaitan satu sama lain
Universal: keputusan kebenarannya berorientasi
sifat keumuman, bukan tunggal
Verifikatif: dapat dilacak kebenarannya
Rasional/objektif: dapat dipahami dengan akal
32. • Ternyata perkembangan ilmu tidak semata-mata mengandalkan rasio atau
empiris saja, tetapi merupakan suatu petualangan yang tak habis-habisnya
(an unending adventure), yang selalu hadir di ambang ketakpastian (uncertainty)
dan menuntut tindakan keputusan (act of judgment).
• Diperlukan penerobosan (penetration) antara kehidupan berpikir (rasio),
berbuat (pengalaman = empiri), dan intuisi (sebagai pemahaman tertinggi
terhadap masalah itu sebagai keseluruhan), suatu interpenetrasi yang
interaktif yang melahirkan ilham untuk mewujudkan tindakan kreatif.
• Oleh karena itu, ilmu tidak semata-mata disusun secara logis rasional
(menekankan fungsi akal) atau bersifat empiris (menekankan fungsi
pengalaman/indera) atau rasionalistis kritis (dalam arti Kantian), ataupun
konstruktivistis (penekanan keseluruhan konteks, rasional maupun
empiris), tetapi merupakan sistem terbuka yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan kehidupan manusiawi dengan seluruh aspek pembangunan
masyarakat spiritual maupun material ataupun dalam kaitan dengan
konteks ilmu itu sendiri. Tanggung jawab etis kemudian menjadi
tuntutannya (dalam hal inilah value bond-nya ilmu dalam konteks aksiologi).
• Bertitik tolak dari hal ini, filsafat ilmu bisa dirumuskan sebagai ilmu yang
berbicara tentang dinamika ilmu pengetahuan itu sendiri, dan bisa disebut
sebagai meta-science yang berarti ilmunya ilmu lainnya
33. • Sering disebutkan, kesepakatan antara para ilmuwan
dan filsuf dengan tegas menunjuk “empiris” sebagai
ciri ilmu, baik menyangkut metode, observasi,
ataupun analisis yang digunakan ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu-ilmu alam.
• Namun tidak semua kenyataan kehidupan dapat
dijawab oleh kedua golongan ilmu ini. Ilmu-ilmu
humaniora merupakan wadah bagi hal tersebut.
Berbagai peri kehidupan manusia yang paling esensial
dalam kawasan perkembangan manusiawi seperti
kebebasan berpikir, keadilan, kelurusan moral,
ataupun ketegaran nilai, jauh lebih luas jangkauannya
untuk dapat disederhanakan dan direduksikan
menjadi persamaan atau teori sosial tanpa kehilangan
maknanya
34. • Nilai penting filsafat ilmu untuk seharusnya
diajarkan di semua universitas tidak hanya sebagai
komplemen semata dari pendidikan keilmuan
suatu fakultas keilmuan, tetapi juga terkait dengan
kebutuhan akan keterbukaan cakrawala
pengetahuan ilmiah disiplin ilmu yang semakin
lama semakin terspesialisasi.
• Spesialisasi ilmu ini memerlukan “jembatan” atau
“penghubung” yang menghubungkan struktur
keilmuan suatu disiplin ilmu khusus dengan
informasi-informasi dan kritik-kritik ilmiah aspek-
aspek di luar bahasan disiplin keilmuan tersebut
(meskipun tentu saja dibatasi pada aspek-aspek
keumumannya).