Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan rasa gatal dan bisa diiringi dengan pembentukan bintik cairan. Terdapat beberapa jenis dermatitis seperti kontak, atopik, seborrheik, dan statis, yang masing-masing memiliki penyebab dan gejala khas. Pemeriksaan klinis dan laboratorium dapat dilakukan untuk mendiagnosis jenis dermatitis.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang menyebabkan rasa gatal dan bisa diiringi dengan pembentukan bintik cairan. Terdapat beberapa jenis dermatitis seperti kontak, atopik, seborrheik, dan statis, yang masing-masing memiliki penyebab dan gejala khas. Pemeriksaan klinis dan laboratorium dapat dilakukan untuk mendiagnosis jenis dermatitis.
Tindakan keperawatan untuk pasien isolasi sosial meliputi melatih pasien berinteraksi secara bertahap dengan berkenalan dengan perawat dan pasien lain, serta melatih keluarga untuk merawat pasien dengan membina hubungan, memberikan dukungan, dan menjadwalkan kegiatan bersama.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan pendahuluan keperawatan dasar tentang kebutuhan cairan dan elektrolit yang mencakup definisi, etiologi, tanda dan gejala, fisiologi, klasifikasi, pathway, faktor yang mempengaruhinya, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan klinis, pengkajian, diagnosis keperawatan, dan intervensi keperawatan untuk mengelola ketidakseimbangan elektrolit.
Dermatitis adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Dokumen ini menjelaskan pengertian, anatomi, fisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, diagnosis keperawatan, dan tujuan intervensi untuk dermatitis.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan infeksi. Dibahas mengenai definisi infeksi, rantai infeksi yang terdiri dari agens infeksius, reservoar, portal keluar, cara penularan, portal masuk, dan pejamu yang rentan. Juga dibahas mengenai proses infeksi, jenis-jenis infeksi, pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan infeksi nosokomial.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
Klien didiagnosis menderita anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis seperti lemas, mual, sesak napas, dan pucat. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan tindakan untuk menangani 6 diagnosa keperawatan terkait, yaitu gangguan fungsi paru-paru, intoleransi aktivitas, infeksi mulut, gangguan gizi, disfungsi sistem pencernaan, dan kurangnya pengetahuan, dengan tujuan mem
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
1. Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis yang ditandai dengan adanya eritema dan pelepasan lapisan kulit (eksfoliasi) di seluruh atau hampir seluruh tubuh. Penyebabnya dapat karena alergi obat, penyakit kulit seperti psoriasis, atau penyakit sistemik.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
1) Sindrom Steven-Johnson adalah reaksi alergi obat yang parah yang mempengaruhi kulit dan membran mukosa
2) Gejala klinisnya meliputi eritema, vesikel, dan bula pada kulit serta kelainan mata dan mulut
3) Penatalaksanaannya meliputi penghentian obat penyebab, kortikosteroid, antibiotika, dan perawatan luka
1. Dokumen tersebut membahas tentang standar asuhan keperawatan luka. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian luka, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Juga dibahas mengenai komplikasi, konsep dasar keperawatan luka, dan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen akibat infeksi dermatitis. Dibahas mengenai konsep penyakit dermatitis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan penatalaksanaannya. Dermatitis dapat terjadi akibat iritasi atau reaksi alergi terhadap bahan kimia tertentu, dan menimbulkan gejala seperti ruam, gatal, dan lainnya pada k
Makalah ini membahas dermatitis kontak iritan, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan akibat paparan zat kimia yang dapat menyebabkan lesi pada kulit."
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
Dokumen tersebut merangkum konsep dasar diabetes mellitus, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaannya. Diabetes mellitus adalah kelompok gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan produksi insulin atau resistensi terhadap insulin. Terdapat dua tipe utama diabetes yaitu tipe 1 yang disebabkan kerusakan sel pankreas dan tipe 2 yang le
Dokumen tersebut membahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan infeksi. Dibahas mengenai definisi infeksi, rantai infeksi yang terdiri dari agens infeksius, reservoar, portal keluar, cara penularan, portal masuk, dan pejamu yang rentan. Juga dibahas mengenai proses infeksi, jenis-jenis infeksi, pertahanan tubuh terhadap infeksi, dan infeksi nosokomial.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian gout, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, dan patofisiologi dari penyakit gout. Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan kristal asam urat di persendian yang menyebabkan nyeri dan peradangan. Faktor risiko utama penyakit ini adalah gangguan metabolisme purin dan asam urat.
Klien didiagnosis menderita anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis seperti lemas, mual, sesak napas, dan pucat. Perawat melakukan pengkajian dan merencanakan tindakan untuk menangani 6 diagnosa keperawatan terkait, yaitu gangguan fungsi paru-paru, intoleransi aktivitas, infeksi mulut, gangguan gizi, disfungsi sistem pencernaan, dan kurangnya pengetahuan, dengan tujuan mem
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
1. Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis yang ditandai dengan adanya eritema dan pelepasan lapisan kulit (eksfoliasi) di seluruh atau hampir seluruh tubuh. Penyebabnya dapat karena alergi obat, penyakit kulit seperti psoriasis, atau penyakit sistemik.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan luka dan praktik pemasangan bandage. Terdapat informasi mengenai definisi luka, klasifikasi luka, proses penyembuhan luka, faktor yang mempengaruhinya, perawatan luka bersih dan kotor, serta teknik pemasangan bandage.
1) Sindrom Steven-Johnson adalah reaksi alergi obat yang parah yang mempengaruhi kulit dan membran mukosa
2) Gejala klinisnya meliputi eritema, vesikel, dan bula pada kulit serta kelainan mata dan mulut
3) Penatalaksanaannya meliputi penghentian obat penyebab, kortikosteroid, antibiotika, dan perawatan luka
1. Dokumen tersebut membahas tentang standar asuhan keperawatan luka. Terdapat beberapa poin penting yaitu pengertian luka, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. Juga dibahas mengenai komplikasi, konsep dasar keperawatan luka, dan intervensi-intervensi yang dapat dilakukan.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen akibat infeksi dermatitis. Dibahas mengenai konsep penyakit dermatitis, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik dan penatalaksanaannya. Dermatitis dapat terjadi akibat iritasi atau reaksi alergi terhadap bahan kimia tertentu, dan menimbulkan gejala seperti ruam, gatal, dan lainnya pada k
Makalah ini membahas dermatitis kontak iritan, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan akibat paparan zat kimia yang dapat menyebabkan lesi pada kulit."
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, dan evaluasi. Fokus utamanya adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit pasien dengan memantau intake dan output, serta memberikan terapi cairan secara oral atau intravena jika diperlukan.
Dokumen ini membahas tentang sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan klasifikasi sumberdaya alam. Sumberdaya alam dibedakan menjadi sumberdaya terbarukan dan tidak terbarukan, sedangkan sumberdaya manusia diukur berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian.
This certificate of completion was awarded to Jayamariappan M. on December 18, 2015 for successfully completing the XTP Systems Online course provided by Extron Electronics. The certificate was signed by the Director of Education and Training and the President of Extron Electronics to recognize Jayamariappan M.'s achievement.
Sourcing talent a key recruiting differentiator Part 2 B Sourcing CraftsmanshipAlexander Crépin
Craftsmanship of the sourcing team members is playing an important role in successfully attracting talent in the War-for-Talent. This workshop is provides insight in the role of the sourcing specialist. It is about getting a pretty good idea what the today's Sourcer job is about.
The document discusses how the insurance industry can address its aging workforce by taking lessons from professional baseball. It notes that the insurance workforce is rapidly aging, with over a quarter soon being within 5-10 years of retirement. It recommends that insurers recruit and develop young talent through effective training programs that pair new hires with experienced employees, and by developing future leaders internally in a way that encourages retention and succession planning, similar to a minor league baseball system. It also suggests insurers modernize processes and leverage outsourcing, analytics, and automation to improve efficiencies and attract talent despite a shrinking experienced workforce.
5th International Disaster and Risk Conference IDRC 2014 Integrative Risk Management - The role of science, technology & practice 24-28 August 2014 in Davos, Switzerland
The document outlines characteristics of the target demographic for a hip-hop or rap marketing campaign. The target male would be African or Caribbean in origin between ages 17-27, coming from an urban background to relate to hip-hop messages. The target female would have the same age range, be independent and hard-working with high aspirations, and have both an urban and sophisticated style.
1. Dokumen membahas tentang dermatitis kontak, termasuk epidemiologi, fisiologi, etiologi, dan penatalaksanaannya.
2. Dermatitis kontak dapat disebabkan oleh iritan maupun alergen, dan manifestasinya berupa eritema, edema, papula, vesikel, dan krusta.
3. Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia antara 4-40%, terbanyak di kalangan petugas kehutanan, nelayan, dan polisi lalu lintas.
Tinjauan ini membahas dermatitis kontak pada pasien geriatri. Dermatitis kontak merupakan penyebab umum kelainan kulit dan pruritus pada populasi geriatri yang disebabkan oleh kontak dengan iritan atau alergen. Risiko dermatitis kontak iritan meningkat pada geriatri karena perubahan struktur dan fungsi kulit yang melambat, sementara risiko dermatitis kontak alergen meningkat akibat riwayat paparan alergen yang lebih lama sepan
1. Makalah ini membahas tentang penyakit dermatitis, termasuk penyebab, jenis-jenis, dan asuhan keperawatannya. Dermatitis adalah peradangan kulit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti sinar matahari, bakteri, jamur, bahan kimia, dan alergi. Terdapat beberapa jenis dermatitis seperti kontak, atopik, seborrheik, dan statis. Asuhan keperawatan meliputi menghilangkan irit
1. Makalah ini membahas tentang penyakit dermatitis, termasuk penyebab, jenis-jenis, dan asuhan keperawatannya. Dermatitis adalah peradangan kulit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti sinar matahari, iritasi kimia, dan infeksi. Terdapat beberapa jenis dermatitis seperti kontak, atopik, dan statis. Asuhan keperawatan meliputi menghilangkan iritasi, mencegah infeksi sekunder
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai oleh eritema dan pelepasan lapisan kulit (eksfoliasi) yang terjadi hampir di seluruh tubuh. Penyebabnya dapat karena alergi obat, perluasan penyakit kulit seperti psoriasis, atau penyakit sistemik lainnya. Penderita eritroderma mengalami gangguan integritas kulit, rasa tidak nyaman, dan citra tubuh negatif karena penampilan kulit
Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan dermatitis.
Modul ini membahas penilaian dan klasifikasi serta pengobatan pada bayi muda umur 1 hari sampai kurang 2 bulan. Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi memeriksa kemungkinan kejang, gangguan napas, hipotermia, infeksi bakteri, ikterus, gangguan saluran cerna, diare, berat badan rendah, pemberian ASI, status imunisasi, dan masalah lain. Jika dibutuhkan rujukan segera, dilan
Modul ini membahas tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang meliputi profil, jenis, cara kerja, keuntungan dan kerugian AKDR. AKDR yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Cu T-380A yang terbuat dari kawat tembaga dan berbentuk huruf T. AKDR bekerja dengan mencegah pertemuan antara sperma dan ovum. Keuntungan AKDR antara lain efektif jangka panjang dan tidak mempengaruhi hubungan se
Ya, saya menuliskan beberapa metode KB sederhana tanpa alat yang saya ketahui yaitu:
- Metode Amenore Laktasi (MAL)
- Metode Safe Period
- Metode Billings
- Metode Kalender
Uraian di bawah ini sesuai dengan penjelasan saya mengenai MAL sebagai salah satu metode KB sederhana tanpa alat. Terima kasih atas penjelasannya.
Benang merah utama dalam melakukan asuhan persalinan normal adalah:
1. Membuat keputusan klinis yang tepat berdasarkan data yang dikumpulkan
2. Memberikan asuhan yang menghargai budaya dan keinginan ibu (asuhan sayang ibu dan bayi)
3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Memantau kemajuan persalinan secara berkala
5. Mendokumentasikan seluruh proses dan hasil pemeriksaan
Bagaimana uraianku
Modul ini membahas asuhan kebidanan pada kehamilan dengan penyulit dan komplikasi. Modul dibagi menjadi 6 kegiatan belajar yang mencakup asuhan pada ibu dengan perdarahan hamil muda, ibu hamil anemia, preeklamsi, perdarahan hamil lanjut, infeksi malaria, dan HIV/AIDS. Tujuannya agar mahasiswa dapat memberikan asuhan berupa deteksi dini, penatalaksanaan awal, kolaborasi, dan rujukan pada i
Modul ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang mencakup asuhan bayi baru lahir normal, asuhan bayi baru lahir bermasalah, asuhan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir, dan sistem rujukan bayi baru lahir. Modul ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan Praktek Kebidanan III.
[Ringkasan]
Modul ini membahas tentang konsep dan sejarah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi merupakan hak asasi manusia yang mencakup kesehatan fisik dan emosional sepanjang siklus hidup. Sejarahnya dimulai dari konferensi PBB tahun 1960-an yang membahas pertumbuhan penduduk, kemudian diikuti oleh konferensi-konferensi internasional lainnya seperti ICPD Kairo 1994 yang meletakkan dasar baru tentang kese
Dokumen tersebut membahas tentang standar dokumentasi keperawatan, yang meliputi tujuan, prinsip, kaidah penulisan, dan komponen-komponen standar dokumentasi keperawatan seperti komunikasi, akuntabilitas dan kewajiban, serta keamanan informasi pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang implikasi hukum dan etika dalam dokumentasi keperawatan serta strategi manajemen risiko. Undang-undang dan peraturan mewajibkan tenaga kesehatan termasuk perawat untuk mendokumentasikan hasil kerjanya dalam rekam medis pasien. Dokumentasi yang baik dan sesuai standar dapat menjadi alat bukti hukum penting dan mencerminkan kualitas pelayanan. Manajemen risiko bertujuan mencegah c
Dokumen tersebut membahas manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan, yang mencakup aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan, penelitian, akreditasi, dan sarana evaluasi. Dokumentasi keperawatan memberikan dasar hukum untuk tindakan perawat dan penting untuk menjamin kualitas pelayanan serta komunikasi antar tenaga kesehatan.
Modul ini membahas tentang dokumentasi keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan seperti perawatan akut, jangka panjang, dan di rumah. Pada perawatan akut, dokumentasi dilakukan secara ringkas dan fokus pada masalah, tindakan, dan respon. Sedangkan pada perawatan jangka panjang dan rumah, dokumentasi mencakup pengkajian lengkap, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memast
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
3. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan Belajar
1
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
III
Setelah kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan
mampu memahami asuhan keperawatan akibat
dermatitis kontak.
TUJUANPembelajaran Umum
TUJUANPembelajaran Khusus
Setelah menyelesaikan kegia-
tan belajar 3 ini, Anda diharapkan
mampu :
a. Menjelaskan pengertian der-
matitis kontak
b. Menjelaskan etiologi dan pa-
tofisiologi dermatitis kontak
c. Menguraikan manifesta-
si klinis dan pemeriksaan
penunjang dermatitis kontak
d. Menjelaskan penatalaksa-
naan dan pencegahan der-
matitis kontak
e. Menguraikan asuhan keper-
awatan pada dermatitis
kontak
Untuk mencapai tujuan kegia-
tan belajar 3 ini, Anda akan mem-
pelajari tentang konsep dasar der-
matitis kontak dan konsep asuhan
keperawatan meliputi pengum-
pulan data, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Selan-
jutnya adalah melakukan analisa
data sehingga menghasilkan diag-
nosa keperawatan yang tindaklan-
juti dengan penyusunan rencana
keperawatan. Masing-masing diag-
nosa keperawatan dilengkapi den-
gan intervensi dan diakhiri dengan
evaluasi.
Asuhan Keperawatan Akibat Dermatitis Kontak
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
2
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Uraian Materi
a. Pengertian
Sebelum membaca uraian berikut, coba ingat kembali…apakah saudara pernah
merawat pasien dengan dermatitis?.
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik ter-
hadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua
macam jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul
melalui mekanisme non imunologik dan dermatitis kontak alergik yang
diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis kontak alergik yang
diakibatkan mekanisme imunologik yang spesifik.
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bah-
an iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis.
Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi
menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang
menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh
sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui,
tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
Dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe lambat (tipe
IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju
ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan
selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
b. Etiologi
Dermatitis kontak iritan
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali,
dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh uku-
ran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
3
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu
: lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma
fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan.
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya
perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan
permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi);
ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens
dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang per-
nah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun),
misalnya dermatitis atopic.
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi disebabkan karena kulit terpapar oleh bah-
an-bahan tertentu, misalnya alergen, yang diperlukan untuk timbuln-
ya suatu reaksi alergi. Hapten merupakan alergen yang tidak lengkap
(antigen), contohnya formaldehid, ion nikel dll. Hampir seluruh hapten
memiliki berat molekul rendah, kurang dari 500- 1000 Da. Dermatitis
yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pa-
janan dan luasnya penetrasi di kulit.
Dupuis dan Benezra membagi jenis -jenis hapten berdasarkan fung-
sinya
yaitu:
o Asam, misalnya asam maleat.
o Aldehida, misalnya formaldehida.
o Amin, misalnya etilendiamin, para-etilendiamin.
o Diazo, misalnya bismark-coklat, kongo- merah.
o Ester, misalnya Benzokain
o Eter, misalnya benzil eter
o Epoksida, misalnya epoksi resin
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
4
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
o Halogenasi, misalnya DNCB, pikril klorida.
o Quinon, misalnya primin, hidroquinon.
o Logam, misalnya Ni2+, Co2+,Cr2+, Hg2
o Komponen tak larut, misalnya terpentin.
c. Patofisiologi
Patogenesis
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Ba-
han iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Den-
gan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan
dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin
dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan tran-
sudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan
menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengak-
tivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliseri-
da akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis
kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- medi-
ator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik
sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir
semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan
atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada
terjadinya kerusakan tersebut.
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
5
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV
yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
o Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi
sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontak-
tan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel
pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinos-
itosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengada-
kan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi
komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans
dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Anti-
gen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel
LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan
terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Difer-
antiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek
HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan
protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih
spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor
antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah ter-
jadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans
dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang
sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan prolifer-
asi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi
ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisita-
si bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia
berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada
saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko
untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
o Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di da-
lam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
6
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan mer-
angsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merang-
sang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion mole-
cule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi
eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag un-
tuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas
yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit sep-
erti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin
E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2
berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T den-
gan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan
memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, didu-
ga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik.
Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
Toleransi Imunologis
Struktur kimia, dosis dan cara penyajian dari suatu antigen sangat menentukan
potensi sensitivitasnya. Pada aplikasi pertama dari antigen akan menggerak-
kan dua mekanisme yang berlawanan yaitu sensitisasi (pembentukan T help-
er cell) dan toleransi imunitas spesifik (pembentukan T supresor cell). Kedua
keadaan imunologik ini selanjutnya dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor ek-
sternal seperti pemberian glukokortikoid topikal atau sistemik, radiasi sinar
ultra violet dan riwayat dermatitis atopik. Apabila dosis tinggi dari antigen
disapukan secara epikutan maka dapat timbul toleransi.Kemungkinan oleh
karena sejumlah besar antigen menghindari sel Langerhans epidermal. Toler-
ansi imunologis dapat dirangsang oleh penggunaan bahan kimia yang sejenis
seperti propilgallat (antioksidan dalam makanan) dan 2-4-dinitro-1-kloroben-
zen terhadap dinitroklorobenzen (DNCB), akan dapat menurunkan sensitivitas
DNCB, bahkan dapat menjadi tidak responsive. Hal ini disebut proses hard-
ening (pengerasan). Namun proses hardening tidak timbul pada setiap orang
dan dapat hilang bila terjadi pemutusan hubungan dengan bahan kontak
alergen. Hiposensitisasi dapat dicapai dengan pemberian awal bahan allergen
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
7
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
berstruktur sejenis dalam dosis rendah yang kemudian ditingkatkan secara
bertahap. Hal ini dapat diterapkan pada sulfonamid dan poison ivy. Akibatn-
ya ambang rangsang untuk reaksi positif terhadap uji tempel akan mening-
kat. Namun keadaan desensitisasi penuh tidak dapat dicapai. Hiposensitisasi
merupakan keseimbangan antara sel efektor dan supresor. Keadaan toleransi
ini dapat dirusak oleh siklofosfamid yang secara selektif menghambat sel su-
presor. Bila ini gagal secara teoritik dapat dilakukan induksi secara intra vena
sehingga timbul tolerans terhadap alergen yang diberikan. Menurut Adam hal
ini akan merangsang makrofag di limpa untuk membentuk sel T supresor dan
menimbulkan toleransi imunitas spesifik. Secara teoritik dapat timbul keadaan
quenching yaitu terjadinya potensiasi dari respon alergi dan iritan sehingga
kombinasi dari bahan-bahan kimia dapat menimbulkan efek pemedaman yai-
tu berkurangnya ekspresi atau induksi sensitivitas.
Gambaran Histopatologis
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gam-
baran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.
Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler
(spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi
vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Der-
matitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan
kadangkadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis,
hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel
dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fi-
brosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat
sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis kontak
alergik dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tam-
pak sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di
membran sel dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel
Langerhans menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang
membawa antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak
dan jumlahnya di epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke
kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun demikian penelitian ter-
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
8
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
akhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron
dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan
belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.
d. Manifestasi Klinik
Dermatitis kontak iritan
Penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan bergantung pada keparahan
dermatitis. Dermatitis kontak umumnya mempunyai gambaran klinis dermati-
tis, yaitu terdapat efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan berbatas tegas.
Dermatitis kontak iritan umunya mempunyai ruam kulit yang lebih bersifat
monomorf dan berbatas lebih tegas dibandingkan dermatitis kontak alergik.
Fase akut.
Kelainan kulit umumnya muncul 24-48 jam pada tempat terjadinya kontak
dengan bahan penyebab. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada
yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa
eritema dan edema, sedang pada yang berat selain eritema dan edema yang
lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi
dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan batasnya kurang jelas. Keluhan
subyektif berupa gatal.
Fase Sub Akut
Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka
proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase ini terlihat eritema,
edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
Fase Kronis
Dermatitis jenis ini dapat primer atau merupakan kelanjutan dari fase akut
yang hilang timbul karena kontak yang berulang-ulang. Lesi cenderung sime-
tris, batasnya kabur, kelainan kulit berupa likenifikasi, papula, skuama, terlihat
pula bekas garukan berupa erosi atau ekskoriasi, krusta serta eritema ringan.
Walaupun bahan yang dicurigai telah dapat dihindari, bentuk kronis ini su-
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
9
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
lit sembuh spontan oleh karena umumnya terjadi kontak dengan bahan lain
yang tidak dikenal.
Dermatitis Kontak Alergi
Sebagaimana disebutkan pada halaman sebelumnya bahwa ada dua jenis bahan
iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak
iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis.
Dermatititis kontak iritan akut. Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena
kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas
kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas. Pada um-
umnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah
bahan kimia yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, an-
tralin, asam fluorohidrogenat, sehingga dermatitis kontak iritan akut lam-
bat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau lebih. Contohnya
ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada
malam hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah
esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi
vesikel atau bahkan nekrosis.
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebab-
kan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor
fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau
dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan
juga air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena
kerjasama berbagai faktor. Bisa jadi suatu bahan secara sendiri tidak
cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila bergabung den-
gan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari,
berminggu atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Seh-
ingga waktu dan rentetan kontak merupakan faktor paling penting.
Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan yang
paling sering ditemukan. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema,
skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, batas
kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat
retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang
mengalami kontak terus menerus dengan deterjen. Ada kalanya ke-
lainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehing-
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
10
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
ga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu,
baru mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang
memungkinkan terjadinya dermatitis kontak iritan kumulatif, misaln-
ya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja bangunan, kerja di
bengkel dan berkebun.
Selain berdasarkan fase respon peradangannya, gambaran klinis dermatitis
kontak alergi juga dapat dilihat menurut predileksi regionalnya. Hal ini akan
memudahkan untuk mencari bahan penyebabnya.
Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering
di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula dermatitis
kontak akibat kerja paling banyak ditemukan di tangan. Sebagian be-
sar memang disebabkan oleh bahan iritan. Bahan penyebabnya misal-
nya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen dan pestisida.
Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen dan tanaman. Di aksila umum-
nya oleh bahan pengharum.
Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan bahan kosme-
tik, obat topikal, alergen yang ada di udara, nikel (tangkai kaca mata).
Bila di bibir atau sekitarnya mungkun disebabkan oleh lipstik, pas-
ta gigi dan getah buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat
disebabkan oleh cat kuku, cat rambut, perona mata dan obat mata.
Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab lainnya seperti obat
topikal, tangkai kaca mata, cat rambut dan alat bantu pendengaran.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
11
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Leher dan Kepala
Pada leher penyebabnya adalah kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal
dari ujung jari), parfum, alergen di udara dan zat warna pakaian. Kulit
kepala relative tahan terhadap alergen kontak, namun dapat juga terke-
na oleh cat rambut, semprotan rambut, sampo atau larutan pengeriting
rambut.
Badan
Dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis,
busa ), plastik dan deterjen.
Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanita dan alergen yang berada di tangan.
Paha dan tungkai bawah
Disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon,
obat topikal (anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, sandal dan
sepatu.
e. Pemeriksaan Penunjang
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo
dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi
tiga jenis tes tempel yaitu :
Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga
karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan die-
valuasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
12
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester
yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan.
Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita sela-
ma 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir
yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan
sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tem-
pel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat
sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka
dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.
Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test terse-
but dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa
menembus bahan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungk-
inan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan
menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping
itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga di-
hindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihis-
tamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya tel-
ah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tem-
pel dan penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit pen-
derita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita
diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan
penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dima-
na misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bah-
an itu. Penderita harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
13
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neuro-
sis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh
seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag
untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun
hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
f. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang
baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk mengh-
indarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlind-
ungan pada kulit.
Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kon-
tak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilak-
sanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggu-
naan deterjen.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres ter-
buka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak ko-
cok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa
topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya ada-
lah :
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
14
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
• Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pem-
berian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari derma-
titis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spe-
sifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menye-
babkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehing-
ga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga men-
ghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang
terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terape-
tik. Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid
dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal dengan meng-
gosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mem-
percepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan
film plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya
efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
• Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kon-
tak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hi-
langnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA
(PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imu-
nologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan
infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari
sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans
menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada kera-
tinosit dan sel Langerhans.
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
15
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
• Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensiti-
vitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya mem-
berikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
• Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemoli-
tikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi terse-
but dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
• Imunosupresif topical
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacro-
limus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat
proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4
tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan
mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit
dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin
makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi
0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propi-
onat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason
17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang
diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon
imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan
pemakaian secara oral.
• Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
16
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :
o Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh
efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permu-
laan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang ber-
pendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pem-
bebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
o Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intra-
muskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan pred-
nisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderi-
ta ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya ter-
utama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan
perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid beker-
ja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul
CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan
IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
o Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel
T penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2,
INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, mak-
rofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.
o Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ek-
spresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan deri-
vat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
17
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
o FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sin-
tesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin.
Dapat juga diberikan secara topikal.
o Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
o Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-
1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan mediator-media-
tor poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
o SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral
lebih baik daripada siklosporin.
a. Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah penyebab dermatitis kon-
tak, kapan terapi mulai dilakukan, apakah pasien sudah menghindari faktor
pencetusnya,terjadinyakontakulangdanadanyafaktorindividualsepertiatopi.
Dengan adanya uji tempel maka prognosis dermatitis kontak alergik lebih baik
daripada dermatitis kontak iritan dan DKI yang akut lebih baik daripada DKI kro-
nis yang bersifat kumulatif dan susah disembuhkan. Dermatitis kontak alergik
terhadap bahan-bahan kimia industri yang penggunaannya pada tempat-tem-
pattertentudantidakterdapatdalamlingkungandiluarjamkerjaataupadaba-
rang-barangmilikpribadi,mempunyaiprognosisyangburuk,karenabahan-ba-
han tersebut terdapat sangat banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari.
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
18
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
b. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bah-
an yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:
Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilaku-
kan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
c. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kon-
tak alergik diperlukan anamnesis yang teliti, riwayat pen-
yakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Anamnesis ditujukan selain untuk menegakkan diagnosis juga untuk
mencari kausanya. Karena hal ini penting dalam menentukan terapi
dan tindak lanjutnya, yaitu mencegah kekambuhan. Diperlukan kesa-
baran, ketelitian, pengertian dan kerjasama yang baik dengan pasien.
Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan pen-
yakit, pekerjaan, hobi, riwayat kontaktan dan pengobatan yang pernah
diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek personal me-
liputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca
mata, dan jam tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan
mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula dis-
usul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk
dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat
kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya.
Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibanding-
kan bagian tubuh yang lain maka predileksi regional diagnosis regional
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
19
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama,
beberapa kali atau satu kali tetapi sebelumnya pernah atau sering
kontak dengan bahan serupa.
Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain
tempat yang serupa dengan tempat kontak tetapi lebih ringan ser-
ta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada tempat
kontak.
Rasa gatal
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
Berbagai jenis kelainan kulit yang harus dipertimbangkan dalam diagnosis
banding adalah :
Dermatitis atopik : erupsi kulit yang bersifat kronik residif, pada
tempat-tempat tertentu seperti lipat siku, lipat lutut dise rtai riwayat
atopi pada penderita atau keluarganya. Penderita dermatitis atopik
mengalami efek pada sisitem imunitas seluler, dimana sel TH2 akan
memsekresi IL-4 yang akan merangsang sel Buntuk memproduksi
IgE, dan IL-5 yang merangsang pembentukan eosinofil. Sebaliknya
jumlah sel T dalam sirkulasi menurun dan kepekaan terhadap aler-
gen kontak menurun.
Dermatitis numularis : merupakan dermatitis yang bersi-
fat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang log-
am dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
Dermatitis dishidrotik : erupsi bersifat kronik residif, ser-
ing dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki, den-
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
20
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
gan efloresensi berupa vesikel yang terletak di dalam.
Dermatomikosis : infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur dengan
efloresensi kulit bersifat polimorf, berbatas tegas dengan tepi yang
lebih aktif.
Dermatitis seboroik : bila dijumpai pada muka dan aksi-
la akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di seki-
tar alae nasi, alis mata dan di belakang telinga.
Liken simplek kronikus : bersifat kronis dan redisif, sering mengala-
mi iritasi atau sensitisasi. Harus dibedakan dengan dermatitis kon-
tak alergik bentuk kronik.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada klien penderita kelainan
kulit seperti dermatitis kontak adalah sebagai berikut :
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak bagus.
Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi
Rencana Keperawatan
Diagnosa : gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan
pada kulit
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
21
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Tujuan : kulit klien dapat kembali normal.
Kriteria hasil :
• Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik
dan turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan pening-
katan kenyamanan kulit
• Berkurangnya derajat pengelupasan kulit,
• Berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukan,
• Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
• Mandi paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera
oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah man-
di. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengole-
san krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah
penguapan air dari kulit.
• Gunakan air hangat jangan panas.
Rasional : air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkat-
kan pruritus.
Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit
sensitive.
• Hindari mandi busa.
Rasional : sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan
alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkat-
kan keluhan.
• Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali
per hari.
Rasional : salep atau krim akan melembabkan kulit.
Diagnosa : resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
Tujuan : tidak terjadi kerusakan pada kulit klien
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
22
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Kriteria hasil :
Klien akan mempertahankan integritas kulit, ditandai dengan
menghindari allergen
Intervensi
• Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen
yang telah diketahui.
Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
Baca label makanan kaleng agar terhindar dari bahan makan yang
mengandung allergen
• Hindari binatang peliharaan.
Rasional : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memeli-
hara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
• Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah atau di tempat kerja, bila
memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa
alergen yang ada di lingkungan.
Diagnosa : perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
Tujuan : rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berku-
rangnya lecet akibat garukan, klien tidur nyenyak tanpa terganggu
rasa gatal, klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
Intervensi
• Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal kerin-
gnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-
gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan
prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
• Cuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan form-
aldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
23
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen
dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
• Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah
tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian
dapat menyebabkan iritas
Diagnosa : gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
Tujuan : klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.
Kriteria Hasil :
• Mencapai tidur yang nyenyak.
• Melaporkan gatal mereda.
• Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
• Menghindari konsumsi kafein.
• Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
• Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan.
Intervensi :
• Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi
dan kelembaban yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan
yang nyaman meningkatkan relaksasi.
• Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
• Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
24
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
• Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore
hari.
• Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.
Rasional: Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan
tertidur.
Diagnosa : gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit
yang tidak bagus.
Tujuan : pengembangan peningkatan penerimaan diri pada klien tercapai
Kriteria Hasil :
• Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
• Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
• Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
• Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
• Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
• Tampak tidak meprihatinkan kondisi.
• Menggunakan teknik penyembunyian kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi :
• Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan
merendahkan diri sendiri).
Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan
yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpen-
garuh terhadap konsep diri.
• Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
25
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
• Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipaha-
mi.
• Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas
mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali mas-
alahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi,
ketakutan merusak adaptasi klien .
• Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapi-
kan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
• Mendorong sosialisasi dengan orang lain.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Diagnosa : kurang pengetahuan tentang program terapi
Tujuan : terapi dapat dipahami dan dijalankan
Kriteria Hasil :
• Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
• Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
• Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
• Menggunakan obat topikal dengan tepat.
• Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Intervensi :
• Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
26
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan
• Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kes-
alahan konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka
perbuat, kebanyakan klien merasakan manfaat.
• Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-
obatan lainnya.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk
melakukan terapi.
• Nasihati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan..
Rasional: Dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuk
kambuh kembali
Evaluasi
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang :
Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
Menggunakan obat topikal dengan tepat.
Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
27
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Rangkuman
Anda telah menyelesaikan modul tentang asuhan keperawatan
pada dermatitis kontak. Dengan demikian anda sebagai perawat telah
menguasai salah satu kompetensi dibidang asuhan keperawatan yang laz-
im terjadi pada orang dewasa. Hal penting yang telah anda pelajari dalam
modul ini meliputi:
• Pemahaman tentang konsep dasar penyakit dermatitis kontak.
• Pengumpulan data fokus melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan pemer-
iksaan penunjang
• Diangosa dan perencanaan keperawatan
• Intervensi dan evaluasi keperawatan
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
28
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Tes Formatif
Untuk mengecek pemahaman saudara, coba analisis kasus berikut dan jawab
pertanyaannya!
1) Seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun datang ke Poliklinik Penyakit
Kulit dan kelamin dengan keluhan gatal-gatal pada kedua telapak tangan.
Tampak kemerahan dan kulit sedikit mengelupas. Ibu tersebut sering men-
cuci pakaian dengan detergen rinso. Penyakit apakah yang sedang dialami
oleh ibu tersebut:
a. Alergi
b. Dermatitis kontak alergi
c. Dermatitis kontak iritan
d. Penyakit jamur
e. Infeksi kulit
2) Jika pada kedua telapak tangan ditemukan krusta, eritema dan papula,
maka perjalanan penyakitnya termasuk:
a. Akut
b. Sub akut
c. Kronis
d. Sub kronis
e. Sangat kronis
3) Tindakan pencegahan yang sangat dianjurkan untuk menghindari kekam-
buhan, di bawah ini kecuali:
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
29
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
a. Menggunakan sarung tangan
b. Mengganti detergen dengan yang lain
c. Menggunakan mesin cuci
d. Minum obat secara terus menerus
e. Menghindari mencuci
4) Pengkajian pada pasien yang dicurigai mengalami dermatitis kontak, an-
amnesa difokuskan data berikut kecuali:
a. Riwayat penyakitnya
b. Pemeriksaan fisik
c. Pekerjaan
d. Riwayat pengobatan
e. Uji temple
5) Diagnosa ganggan citra tubuh yang dirumuskan pada dermatitis kontak
dihubungkan dengan:
a. Rasa gatal-gatal
b. Penampakan kulit yang berubah
c. Image yang buruk
d. Kecemasan
e. Pengobatan yang lama
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
30
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Sekarang siap-siap untuk merenung dan berpikir lebih kritis untuk mengerjakan
tugas berikut.
a. Uraikan data pengkajian focus berdasarkan perjalanan penyakit (stadium)
pada dermatitis (25%)
b. Tuliskan 3 diagnose keperawatan yang prioritas pada dermatitis (25%)
c. Tuliskan intervensi terhadap masing-masing diagnose tersebut (25%)
d. Tuliskan evaluasi sesuai denga diagnose tersebut (25%)
Jawaban:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………….......................................................................................................................................
Tugas Terstruktur
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan Prodi Keperawatan
31
Kembali Ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Tes Formatif
Tugas Mandiri
Anda telah mempelajari asuhan keperawatan pada dermatitis kontak dengan
tuntas. Untuk menambah pengalaman belajar anda, selesaikan tugas berikut
dengan baik
a. Amati dan pelajari salah satu pasien yang dirawat dengan dermatitis
(10%)
b. Bandingkan tanda dan gejala yang tampak pada pasien dengan teori
yang telah anda pelajari (30%)
c. Buatlah prinsip penatalaksanaan pada pasien tersebut (30%)
d. Buat catat perkembangan sampai pulang pada pasien tersebut (30%)
Jawab:
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………...............................................