Dokumen tersebut membahas tentang dermatitis, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan dermatitis.
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Prinsip pengkajian pada pasien gawat darurat dan kritis adalah “treat first what kill first”
Pengkajian gawat darurat dilakukan dengan Primary survey dan Secondary Survey (pengkajian primer dan pengkajian sekunder)
Assessment dan intervensi dilakukan secara simultan/bersama-sama dan terus menerus atau Assess, Address, advance
I. Latar belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya da
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Mempelajari tentang pemeriksaan fisik thorax dengan cara inspeksi, pelpasi, perkusi dan auskultasi. serta harus mengetahui suara atau bunyi yang dihasilkan dan batas pemeriksaan antara jantung dan paru. maka perawat dapat mempelajari dan harus mengetahui tentang pemeriksaan paru dan jantung
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya
adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala
subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi
dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.
Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
tangan dan kaki.
Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua
maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul
pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa
kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit
pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
kekambuhan. Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema
merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata
ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit.
Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik
0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang
2% hingga 5% dari penduduk.
Deramatitis adalah prose peradangan pada lapisan kulit bagian atas yang
menyebabkan timbulnya kerusakan pada permukaan kulit. Gambaran khas
kerusakan pada kulit ini dapat berupa timbulnya keropeng, tampak basah,
mengelupas, hingga timbul keretakan pada kulit. Kelainan ini sering dijumpai baik
pada anak maupun dewasa. Angka kejadian dermatitis antara usia 1 dan 5 tahun
adalah 34,5 per 1000. Antara usia 6 dan 11 tahun 26,7 per 1000, dan antara usia 12
dan 17 tahun 35,5 per 1000. Kurang lebih 80 % bayi pernah mengalami eksim
pada bulan-bulan pertama kehidupan .
Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis Dermatitis secara tepat
dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar
1
2. belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan
Penatalaksanaan dari Dermatitis.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Dermatitis?
b. Apa etiologi Dermatitis?
c. Apa manifestasi Dermatitis?
d. Bagaimana patofisiologi Dermatitis?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang Dermatitis?
f. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis?
g. Bagaimana askep Dermatitis?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan
keperawatan Dermatitis.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
a. Untuk mengetahui pengertian Dermatitis?
b. Untuk mengetahui etiologi Dermatitis?
c. Untuk mengetahui manifestasi Dermatitis?
d. Untuk mengetahui patofisiologi Dermatitis?
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dermatitis?
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dermatitis?
g. Untuk mengetahui askep Dermatitis?
2
3. BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama
) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ).
Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan
kimia.
Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan /
substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala
antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami
bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun
mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan,
parfum, kosmetik atau rumput.
2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal
dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang
3
4. kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat
sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.
Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya
muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
belakang dari leher.
3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan
tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.
Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan
kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis
biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah
4
5. satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan
mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa
kecil dan dewasa.
2.2 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan
kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik. (Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus.
2.3 Patofisiologi
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak
dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,
umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses
menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
5
6. Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.
Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder.
Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan
diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,
bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan
mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada
kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah
disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke
dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan
eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau
disebut penyakit Leiner.
6
8. 2.4 Manifestasi Klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a) Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b) Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi
bedak kocok bila kronik diberi saleb.
8
9. c) Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,
kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
2.7 Komplikasi
a) Infeksi saluran nafas atas
b) Bronkitis
c) Infeksi kulit
9
10. BAB III
Kosep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Nama, umur (banyak terjadi pada umur 50-70 tahun), jenis kelamin (lebih banyak
terjadi pada laki-laki dari pada perempuan 10 : 1) agama status perkawinan, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, bahasa, alamat, diagnosis medis tanggal dan jam
masuk rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bila mana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS.
c. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah klien pernag menderita penyakit yang sedang dialami seperti
penyakit saat ini atau penyakit lain yang pernah diderita klien sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apah dari anggota keluarga ada yang
menderita penyakit menular dan keturunan.
e. Riwayat penyakit lingkungan
Mengkaji terhadap penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan diri sendiri
serta kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
Pengkajian 11 Funggsional Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan
Adanya riwayat infeksi sebelumya.
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
Hygiene personal yang kurang.
Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
Jenis makanan yang disukai.
Nafsu makan menurun.
Muntah-muntah.
10
11. Penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih.
3. Pola Eliminasi
Sering berkeringat.
tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
Kelemahan umum, malaise.
Toleransi terhadap aktivitas rendah.
Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Perasaan tidak percaya diri atau minder.
Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
Hidup sendiri atau berkeluarga
Frekuensi interaksi berkurang
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
Emosi tidak stabil
Ansietas, takut akan penyakitnya
Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
11
12. Agama yang dianut
3.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Apatis
c. Samnolen, letergi/hypersomnia
d. Delirium
e. Stupor atau semi koma
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit
Inspeksi:
a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
b. kemerahan (rubor),
c. gangguan fungsi kulit (function laisa).
d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul
secara serentak atau beturut-turut.
e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.
f. Terdapat bula atau pustule,
12
13. g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut
ematiti sika.
h. terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
i. hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
Palpasi:
a. Nyeri tekan
b. edema atau pembengkakan
c. Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
Inspeksi
a. tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
Palpasi
a. Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi
8. Keadaan mata
Inspeksi
a. Palpebrae : tidak edema, tidak radang
b. Sclera : Tidak ictertus
c. Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
d. Pupil : Isokor
e. Posisi mata
Simetris/tidak : simertis
Gerakan bola mata : Normal
Penutupan kelopak mata : Tidak mengalam gangguan
Keadaan visus : Normal
Penglihatan : Normal (tidak kabur )
Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan
13
14. b. Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung
inspeksi
a. simetris kiri dan kanan
b. Tidak ada pembengkakan dan sekresi
c. Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan
b. Tidak ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
inspeksi
a. telinga bagian luar simetris
b. tidak ada serumen/cairan, nanah
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
Keadaan gigi : bersih
Ada karang gigi/karies
Tidak ada pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Tidak ada merah radang pada gusi
c. Lidah
Lidah bersih
d. Bibir
Tampak pucat
Kering pecah
Mulut tidak berbau
Kemampuan bicara normal
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Kemerahan
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan :tidak ada
14
15. 13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Tidak ada pembengkakan atau benjolan
c. Tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi
a. Kelenjar Thyroid : Tidak terabah
b. Kaku kuduk/tidak :-
c. Kelenjar limfe : tidak membesar
d. Tidak ada benjolan atau massa
e. Mobilisasi leher normal
14. Thorax dan pernafasan
Inspeksi
a. Bentuk dada : Pigion chest
b. Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama
pernafasan
c. Pengembangan diwaktu bernafas normal
d. Dada simetris
e. Tidak ada retraksi
f. Tidak ada batuk
Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus
b. Untuk mengetahui adanya massa
c. Inadekuat ekspansi dada
Perkusi
a. sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal
Askultasi
a. Mendengarkan suara pada dinding thoraks
b. Suara nafas : Vesikuler
c. Suara tambahan : -
15
16. d. Suara Ucapan : Suara normal
15. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel
kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri.
Palpasi : Normal
Perkusi : Jantung dalam keadaan normal
Auskultasi : Tidak ada murmur
16. Pengkajian payudara dan ketiak
Inspeksi :
a. Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang
b. Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi
normal
c. Areola mamma agak kecoklatan
d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
e. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua
puting susu mempunyai arah yang sama.
f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
Palpasi
a. Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
17. Abdomen
Inspeksi :
a. umbilikus tidak menonjol
b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
c. Tidak ada benjolan
d. warna kemerahan
Palpasi :
a. Tidak ada rasa nyeri
b. Tidak ada benjolan/ massa
c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar
16
17. Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik normal
18. Genetalia dan Anus
a. Genetalia :
Inspeksi :
Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
sekret vagina jernih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a. Motorik
Pergerakan kanan/kiri : lemah
Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan kiri.
Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri lemah
Koordinasi gerak : ada gangguan
b. Refleks
Biceps kanan/kiri : Normal
Triceps kana/kiri : Normal
c. Sensori
Nyeri :+
Rangsang suhu :+
Rasa raba :+
Ekstremitas bawah
a. Motorik
Gaya berjalan : Normal
Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5
Tonus otot kanan/kiri : menurun
b. Refleks
KPR kanan/kiri : -/-
17
18. APR kanan/kiri : -/-
Bebinski kanan/kiri : +/+
c. Sensori
Nyeri : +
Rangsang suhu : +
Rasa raba : +
20. Status Neurologi
Saraf-saraf cranial
a) N I (Olfaktorius)
Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.
b) N II (Optikus)
Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.
c) N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata
kesegala arah.
d) N V (Trigeminus)
Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya.
e) N VII (Fasialis)
Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis.
f) N VIII (Akustikus)
Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan
adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g) N IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.
h) N X (Fagus)
Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan.
i) N XI (Assessoris)
Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
j) N XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada
satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.
18
19. Tanda-tanda perangsangan selaput otak
Kaku kuduk : -
Kerning sign : -
Refleks Brudzinski : -
Refleks Lasegu : -
Asuhan Keperawatan
No NANDA NOC NIC
.
1. Kerusakan Integritas Integritas Pengawasan Kulit
Kulit Jaringan: Kulit & Amati warna, kehangatan (suhu),
Data Penunjang : Membran Mukosa bengkak, getaran, tekstur, edema, dan
Kulit luka, gatal, Sensasi IER nanah pada ektremitas
warna kulit hitam Elestisita IER Periksa kemerahan, perubahan suhu
abu2, kering bersisik Hidrasi IER yang ekstrim, atau drainase dari kulit
Turgor kulit jelek Pigmentasi IER dan membran mukosa
Perspirasi IER Pantau sumber tekanan dan pergeseran
Warna IER Pantau infeksi, khususnya pada daerah
Tekstur IER edematous
Pantau area yang tidak berwarna dan
memar kulit dan membrane mukosa
Pantau kelainan kekeringan dan
kelembaban kulit
Periksa keketatan pakaian
Catat perubahan kulit atau membrane
mukosa
Tegakkan ukuran untuk pencegahan
lanjutan yang lebih buruk
2. Nyeri Kontrol Resiko Manajemen Nyeri :
Data penunjang : Klien melaporkan Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Mengatupkan nyeri berkurang dg karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
19
20. rahang / scala 2-3 dan faktor presipitasi ).
mengepalkan Ekspresi wajah Observasi reaksi NV dr ketidak
tangan tenang nyamanan.
Agitasi klien dapat Gunakan teknik komunikasi terapeutik
Ansietas istirahat dan tidur untuk mengetahui pengalaman nyeri
Perubahan pola v/s dbn klien sebelumnya
tidur Kontrol faktor lingkungan yang
Menarik diri bila mempengaruhi nyeri seperti suhu
disentuh ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Mual dan muntah Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Gambaran kurus (farmakologis/non farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Monitor TTV
3. Resiko infeksi Hasil yang a. Kontrol Infeksi
Faktor Resiko disarankan : Batasi jumlah pengunjung /
Penyakit Integritas pembezuk.
kronik diameter jala Gunakan sabun anti mikroba
Mendapatkan n masuk. untuk mencuci tangan dengan
kekebalan Status imun benar.
yang tidak Pengetahuan Cuci tangan sebelum dan sesudah
adekuat : Kontrol melakukan perawatan pada
Pertahanan infeksi pasien.
utama yang Penyembuha Gosok kulit pasien dengan alat
tidak adekuat n luka : anti bakteri dengan tepat.
Prosedur yang Tujuan utama Lakukan terapi antibiotic yang
bersifat tepat.
menyerang Ajarkan pasien dan keluarga
20
21. tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya pada tim
kesehatan.
b. Penyembuhan Luka
Catat karakteristik dari luka.
Cuci /bersihkan dengan sabun
antibiotic, sebagai tambahan.
Gunakan obat salap dengan tepat
pada kulit / luka jika perlu.
Bandingkan dan catat perubahan
pada luka.
4. Gangguan citra diri Outcome yang Peningkatan Citra Diri
Batasan karakteristik: disarankan: Aktivitas:
Respon Adaptasi Tentukan harapan gambaran diri
nonverbal terhadap pasien berdasarkan tahap
terhadap kemampuan perkembangan
perubahan fisik. Gunakan bimbingan antisipasi
tubuh yang Penghargaan untuk mempersiapkan pasien
actual diri terhadap perubahan tubuh yang
(contoh:bentuk dapa diprediksi
, strukture dan Pantau apakah pasien bisa melihat
fungsi) perubahan bagian tubuh
Respon Monitor frekuensi stattment diri
nonverbal yang kritis
terhadap Identifikasi budaya pasien,
penerimaan agama, jenis kelamin dan umur.
perubahan
tubuh (contoh
bentuk,
struktur dan
fungsi)
Menyembunyi
21
22. kan bagian
tubuh tanpa
disengaja
Menyembunyi
kan bagian
tubuh
Faktor yang
berhubungan:
Surgery
22
23. BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa
gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan
umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.
Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena
adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu,
semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca
23
24. DAFTAR PUSTAKA
Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC
NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC
Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.
http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien.html
24