SlideShare a Scribd company logo
BAB I

                            PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

          Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya
   adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala
   subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi
   dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.
   Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah
   tangan dan kaki.

          Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua
   maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul
   pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa
   kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit
   pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat,
   penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka
   kekambuhan. Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema
   merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata
   ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit.
   Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik
   0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang
   2% hingga 5% dari penduduk.

          Deramatitis adalah prose peradangan pada lapisan kulit bagian atas yang
   menyebabkan timbulnya kerusakan pada permukaan kulit. Gambaran khas
   kerusakan pada kulit ini dapat berupa timbulnya keropeng, tampak basah,
   mengelupas, hingga timbul keretakan pada kulit. Kelainan ini sering dijumpai baik
   pada anak maupun dewasa. Angka kejadian dermatitis antara usia 1 dan 5 tahun
   adalah 34,5 per 1000. Antara usia 6 dan 11 tahun 26,7 per 1000, dan antara usia 12
   dan 17 tahun 35,5 per 1000. Kurang lebih 80 % bayi pernah mengalami eksim
   pada bulan-bulan pertama kehidupan .

          Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis Dermatitis secara tepat
   dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar


                                                                                   1
belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan
   Penatalaksanaan dari Dermatitis.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Dermatitis?
b. Apa etiologi Dermatitis?
c. Apa manifestasi Dermatitis?
d. Bagaimana patofisiologi Dermatitis?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang Dermatitis?
f. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis?
g. Bagaimana askep Dermatitis?


1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum

   Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan
   keperawatan Dermatitis.

b. Tujuan Instruksional Khusus

         Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
a. Untuk mengetahui pengertian Dermatitis?

b. Untuk mengetahui etiologi Dermatitis?

c. Untuk mengetahui manifestasi Dermatitis?

d. Untuk mengetahui patofisiologi Dermatitis?

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dermatitis?

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dermatitis?

g. Untuk mengetahui askep Dermatitis?




                                                                        2
BAB II

                                  Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

        Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
   terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan
   kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama
   ) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).

        Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
   dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ).

        Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti
   sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan
   kimia.

        Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.

        Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
   dan gejala berbeda:

       1. Contact Dermatitis

                 Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan /
            substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)

                 Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
            racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala
            antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami
            bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
            penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun
            mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan,
            parfum, kosmetik atau rumput.

       2. Neurodermatitis

                 Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal
            dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang


                                                                                        3
kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
   ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)

        Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
   datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat
   sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi.
   Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya
   muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian
   belakang dari leher.

3. Seborrheic Dermatitis

        Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
   kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
   diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres
   atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4. Stasis Dermatitis

        Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
   hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)

        Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan
   tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
   Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.
   Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5. Atopic Dermatitis

        Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal
   yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering
   berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
   pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan
   kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
   distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)

         Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
   pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis
   biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah

                                                                                4
satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan
           mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa
           kecil dan dewasa.




2.2 Etiologi

        Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan
   respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus.
   Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan
   kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.

        Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
   (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
   (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
   atopik. (Adhi Djuanda,2005)

        Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
   menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
   berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
   eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
   mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
   karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
   terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
   tubuhnya tidak bagus.




2.3 Patofisiologi
   1. Dermatitis Kontak

               Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak
       dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.

                Dermaitis Kontak Iritan :
                Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,
                umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses
                menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.

                                                                                         5
Dermatitis Kontak Alergik :
          Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas.
          Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.




2. Dermatitis Atopik

         Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder.
   Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.

3. Dermatitis Numularis

         Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan
   diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas,
   bila kering membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis

         Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan
   melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler
   masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama
   berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit
   dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi
   hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama,
   edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam

5. Dermatitis Seiboroika

         Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
   kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
   bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan
   mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada
   kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah
   disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke
   dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan
   eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau
   disebut penyakit Leiner.



                                                                                        6
7
2.4 Manifestasi Klinis

       Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
   terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
   muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

   a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
       eksudasi sehingga tampak basah.
   b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
       kusta.
   c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
       likenefikasi.
       Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
   awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.




2.5 Pemeriksaan Penunjang
   1. Pemeriksaan penunjang :
       a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
       b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
   2. Laboratorium
       a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
          globulin
       b) Urin : pemerikasaan histopatologi




2.6 Penatalaksanaan
       Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :

       a) Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
          antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat
          dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

       b) Terapi topical  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi
          bedak kocok bila kronik diberi saleb.




                                                                                           8
c) Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan,
          kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.

2.7 Komplikasi
   a) Infeksi saluran nafas atas
   b) Bronkitis
   c) Infeksi kulit




                                                                                    9
BAB III
                             Kosep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
   a. Anamnesa
        Nama, umur (banyak terjadi pada umur 50-70 tahun), jenis kelamin (lebih banyak
        terjadi pada laki-laki dari pada perempuan 10 : 1) agama status perkawinan, suku
        bangsa, pekerjaan, pendidikan, bahasa, alamat, diagnosis medis tanggal dan jam
        masuk rumah sakit.
   b. Riwayat penyakit sekarang
        Bila mana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang mempengaruhi dan
        memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS.
   c. Riwayat penyakit dahulu
        Mengkaji apakah klien pernag menderita penyakit yang sedang dialami seperti
        penyakit saat ini atau penyakit lain yang pernah diderita klien sebelumnya.
   d. Riwayat penyakit keluarga
        Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apah dari anggota keluarga ada yang
        menderita penyakit menular dan keturunan.
   e.   Riwayat penyakit lingkungan
        Mengkaji terhadap penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan diri sendiri
        serta kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien.
   Pengkajian 11 Funggsional Gordon
   1. Pola Persepsi Kesehatan
              Adanya riwayat infeksi sebelumya.
              Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
              Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
              Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
              Hygiene personal yang kurang.
              Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
   2. Pola Nutrisi Metabolik
              Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
               makan.
              Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
              Jenis makanan yang disukai.
              Nafsu makan menurun.
              Muntah-muntah.
                                                                                         10
   Penurunan berat badan.
          Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
          Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
           atau perih.
3. Pola Eliminasi
          Sering berkeringat.
          tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
          Pemenuhan sehari-hari terganggu.
          Kelemahan umum, malaise.
          Toleransi terhadap aktivitas rendah.
          Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
          Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
          Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
          Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
          Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
          Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
          Perasaan tidak percaya diri atau minder.
          Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
          Hidup sendiri atau berkeluarga
          Frekuensi interaksi berkurang
          Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
          Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
          Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
          Emosi tidak stabil
          Ansietas, takut akan penyakitnya
          Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
          Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
                                                                                 11
   Agama yang dianut


3.2 Pemeriksaan fisik
   1. Keadaan umum
      Ringan, sedang, berat.
   2. Tingkat Kesadaran
      a. Kompos mentis
      b. Apatis
      c. Samnolen, letergi/hypersomnia
      d. Delirium
      e. Stupor atau semi koma
      f. Koma
          Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
      kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak
      menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
      dan amat mengganggu.

   3. Tanda-tanda vital
      a. Tekanan darah
      b. Denyut nadi
      c. Suhu tubuh
      d. Pernafasan
   4. Berat Badan
   5. Tinggi Badan
   6. Kulit
      Inspeksi:

      a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
      b. kemerahan (rubor),
      c. gangguan fungsi kulit (function laisa).
      d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul
          secara serentak atau beturut-turut.
      e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
          membesar.
      f. Terdapat bula atau pustule,


                                                                                      12
g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut
      ematiti sika.
   h. terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
      likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
   i. hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

   Palpasi:

   a. Nyeri tekan
   b. edema atau pembengkakan
   c. Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
   Inspeksi

   a. tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

   Palpasi

   a. Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi
8. Keadaan mata
   Inspeksi

   a. Palpebrae :         tidak edema, tidak radang
   b. Sclera          :   Tidak ictertus
   c. Conjuctiva :        Tidak terjadi peradangan
   d. Pupil           :   Isokor
   e. Posisi mata

      Simetris/tidak                       : simertis

      Gerakan bola mata                    : Normal

      Penutupan kelopak mata               : Tidak mengalam gangguan

      Keadaan visus                     : Normal

      Penglihatan                       : Normal (tidak kabur )

   Palpasi

   a. Tidak ada nyeri tekan

                                                                              13
b. Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung
   inspeksi

   a. simetris kiri dan kanan
   b. Tidak ada pembengkakan dan sekresi
   c. Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

   Palpasi

   a. Tidak ada nyeri tekan
   b. Tidak ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
   inspeksi

   a. telinga bagian luar simetris
   b. tidak ada serumen/cairan, nanah
11. Mulut
   Inspeksi

   a. Gigi
             Keadaan gigi   : bersih
             Ada karang gigi/karies
             Tidak ada pemakaian gigi palsu
   b. Gusi
             Tidak ada merah radang pada gusi
   c. Lidah
             Lidah bersih
   d. Bibir
             Tampak pucat
             Kering pecah
             Mulut tidak berbau
             Kemampuan bicara normal
12. Tenggorokan
   a. Warna mukosa             : Kemerahan
   b. Nyeri tekan              : tidak ada
   c. Nyeri menelan            :tidak ada
                                                14
13. Leher
   Inspeksi

   a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
   b. Tidak ada pembengkakan atau benjolan
   c. Tidak ada distensi vena jugularis

   Palpasi

   a. Kelenjar Thyroid             : Tidak terabah
   b. Kaku kuduk/tidak            :-
   c. Kelenjar limfe              : tidak membesar
   d. Tidak ada benjolan atau massa
   e. Mobilisasi leher normal
14. Thorax dan pernafasan
   Inspeksi

   a. Bentuk dada          : Pigion chest
   b. Pernafasan           : Inspirasi/ekspirasi,    Frekuensi   pernafasan,   irama
       pernafasan
   c. Pengembangan diwaktu bernafas normal
   d. Dada simetris
   e. Tidak ada retraksi
   f. Tidak ada batuk

   Palpasi

   a. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus
   b. Untuk mengetahui adanya massa
   c. Inadekuat ekspansi dada

   Perkusi

   a. sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal

   Askultasi

   a. Mendengarkan suara pada dinding thoraks
   b. Suara nafas : Vesikuler
   c. Suara tambahan : -
                                                                                 15
d. Suara Ucapan : Suara normal
15. Jantung
   Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel
   kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri.

   Palpasi : Normal

   Perkusi : Jantung dalam keadaan normal

   Auskultasi : Tidak ada murmur

16. Pengkajian payudara dan ketiak
   Inspeksi :

   a. Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang
   b. Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi
       normal
   c. Areola mamma agak kecoklatan
   d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
   e. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua
       puting susu mempunyai arah yang sama.
   f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.

   Palpasi

   a. Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
17. Abdomen
   Inspeksi :

   a. umbilikus tidak menonjol
   b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
   c. Tidak ada benjolan
   d. warna kemerahan

   Palpasi      :

   a. Tidak ada rasa nyeri
   b. Tidak ada benjolan/ massa
   c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar


                                                                                 16
Perkusi           : Tympani

   Auskultasi        : Peristaltik normal

18. Genetalia dan Anus
   a. Genetalia :

   Inspeksi :

       Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
       sekret vagina jernih

   Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

   b. Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.
19. Ekstremitas
   Ekstremitas atas

   a. Motorik
             Pergerakan kanan/kiri          : lemah
             Pergerakan abnormal            : seimbang antara kanan dan kiri.
             Kekuatan otot kiri/kanan       : kekuatan otot kanan dan kiri lemah
             Koordinasi gerak               : ada gangguan
   b. Refleks
             Biceps kanan/kiri              : Normal
             Triceps kana/kiri              : Normal
   c. Sensori
             Nyeri                          :+
             Rangsang suhu                  :+
             Rasa raba                      :+

   Ekstremitas bawah

   a. Motorik
             Gaya berjalan                  : Normal
             Kekuatan kanan/kiri            : kekuatan kanan 5/kiri 5
             Tonus otot kanan/kiri          : menurun
   b. Refleks
             KPR kanan/kiri                 : -/-
                                                                                   17
APR kanan/kiri                : -/-
          Bebinski kanan/kiri : +/+
   c. Sensori
          Nyeri                         : +
          Rangsang suhu                 : +
          Rasa raba                     : +
20. Status Neurologi
   Saraf-saraf cranial

   a) N I (Olfaktorius)
       Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol.
   b) N II (Optikus)
       Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.
   c) N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen)
       Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata
       kesegala arah.
   d) N V (Trigeminus)
       Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
       Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya.
   e) N VII (Fasialis)
       Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis.
   f) N VIII (Akustikus)
       Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan
       adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
   g) N IX (Glosofaringeus)
       Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas.
   h) N X (Fagus)
       Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan.
   i) N XI (Assessoris)
       Klien    dapat     mengangkat     kedua     bahu,    tidak     ada   atropi otot
       sternokleidomastoideus dan trapezius.
   j) N XII (Hipoglosus)
       Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada
       satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal.


                                                                                    18
Tanda-tanda perangsangan selaput otak

                Kaku kuduk              : -
                Kerning sign            : -
                Refleks Brudzinski      : -
                Refleks Lasegu          : -




Asuhan Keperawatan
No NANDA                          NOC                   NIC
.
1.   Kerusakan Integritas Integritas                    Pengawasan Kulit
     Kulit                        Jaringan: Kulit &       Amati    warna,    kehangatan    (suhu),
     Data Penunjang :             Membran Mukosa          bengkak, getaran, tekstur, edema, dan
      Kulit     luka,    gatal,     Sensasi IER           nanah pada ektremitas
      warna      kulit   hitam      Elestisita IER        Periksa kemerahan, perubahan suhu
      abu2, kering bersisik         Hidrasi IER           yang ekstrim, atau drainase dari kulit
      Turgor kulit jelek            Pigmentasi IER        dan membran mukosa
                                    Perspirasi IER        Pantau sumber tekanan dan pergeseran
                                    Warna IER             Pantau infeksi, khususnya pada daerah
                                    Tekstur IER           edematous
                                                          Pantau area yang tidak berwarna dan
                                                          memar kulit dan membrane mukosa
                                                          Pantau    kelainan    kekeringan     dan
                                                          kelembaban kulit
                                                          Periksa keketatan pakaian
                                                          Catat perubahan kulit atau membrane
                                                          mukosa
                                                          Tegakkan ukuran untuk pencegahan
                                                          lanjutan yang lebih buruk


2.   Nyeri                        Kontrol Resiko        Manajemen Nyeri :
     Data penunjang :              Klien melaporkan      Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
        Mengatupkan                nyeri berkurang dg    karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas


                                                                                              19
rahang              /     scala 2-3                   dan faktor presipitasi ).
        mengepalkan               Ekspresi          wajah     Observasi       reaksi    NV     dr      ketidak
        tangan                    tenang                      nyamanan.
        Agitasi                   klien             dapat     Gunakan teknik komunikasi terapeutik
        Ansietas                  istirahat dan tidur         untuk mengetahui pengalaman nyeri
        Perubahan       pola v/s dbn                          klien sebelumnya
        tidur                                                 Kontrol     faktor       lingkungan        yang
        Menarik diri bila                                     mempengaruhi         nyeri     seperti     suhu
        disentuh                                              ruangan, pencahayaan, kebisingan.
        Mual dan muntah                                       Pilih dan lakukan penanganan nyeri
        Gambaran kurus                                        (farmakologis/non farmakologis).
                                                              Ajarkan     teknik       non    farmakologis
                                                              (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
                                                              nyeri..
                                                              Kolaborasi pemberian analgetik untuk
                                                              mengurangi nyeri.
                                                              Evaluasi         tindakan             pengurang
                                                              nyeri/kontrol nyeri.
                                                              Monitor TTV


3.   Resiko infeksi             Hasil                yang a.      Kontrol Infeksi
     Faktor Resiko              disarankan :                        Batasi     jumlah        pengunjung        /
            Penyakit                      Integritas                pembezuk.
            kronik                        diameter jala             Gunakan        sabun     anti    mikroba
            Mendapatkan                   n masuk.                  untuk mencuci tangan dengan
            kekebalan                     Status imun               benar.
            yang        tidak             Pengetahuan               Cuci tangan sebelum dan sesudah
            adekuat                       :     Kontrol             melakukan          perawatan         pada
            Pertahanan                    infeksi                   pasien.
            utama       yang              Penyembuha                Gosok kulit pasien dengan alat
            tidak adekuat                 n    luka       :         anti bakteri dengan tepat.
            Prosedur yang                 Tujuan utama              Lakukan terapi antibiotic yang
            bersifat                                                tepat.
            menyerang                                               Ajarkan      pasien      dan     keluarga

                                                                                                          20
tentang tanda-tanda dan gejala
                                                           infeksi       dan     kapan       harus
                                                           melaporkannya           pada        tim
                                                           kesehatan.
                                                    b. Penyembuhan Luka
                                                           Catat karakteristik dari luka.
                                                           Cuci /bersihkan dengan sabun
                                                           antibiotic, sebagai tambahan.
                                                           Gunakan obat salap dengan tepat
                                                           pada kulit / luka jika perlu.
                                                           Bandingkan dan catat perubahan
                                                           pada luka.


4.   Gangguan citra diri       Outcome yang         Peningkatan Citra Diri
     Batasan karakteristik:    disarankan:          Aktivitas:
            Respon                    Adaptasi             Tentukan harapan gambaran diri
            nonverbal                 terhadap             pasien         berdasarkan        tahap
            terhadap                  kemampuan            perkembangan
            perubahan                 fisik.               Gunakan        bimbingan      antisipasi
            tubuh       yang          Penghargaan          untuk     mempersiapkan          pasien
            actual                    diri                 terhadap perubahan tubuh yang
            (contoh:bentuk                                 dapa diprediksi
            , strukture dan                                Pantau apakah pasien bisa melihat
            fungsi)                                        perubahan bagian tubuh
            Respon                                         Monitor frekuensi stattment diri
            nonverbal                                      yang kritis
            terhadap                                       Identifikasi        budaya      pasien,
            penerimaan                                     agama, jenis kelamin dan umur.
            perubahan
            tubuh (contoh
            bentuk,
            struktur     dan
            fungsi)
            Menyembunyi

                                                                                              21
kan       bagian
         tubuh       tanpa
         disengaja
         Menyembunyi
         kan       bagian
         tubuh
Faktor               yang
berhubungan:
         Surgery




                             22
BAB IV
                           PENUTUP
4.1 Simpulan
        Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa
   gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan
   umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi.
   Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena
   adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu,
   semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini.

4.2 Saran
        Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
   meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
   yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca




                                                                            23
DAFTAR PUSTAKA


Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC

Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI.

http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien.html




                                                                                    24

More Related Content

What's hot

Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
Sulai Sulaiman
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep abses
Sujana Pkm
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
NuraWulandari
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Utik Pariani
 
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMAMateri 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
ppghybrid4
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
Fransiska Oktafiani
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
Maria Haryanthi Butar-Butar
 
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan TanganAskep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Warung Bidan
 
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)FerindaPutri
 
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
AgusWiwitSuwanto
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
pjj_kemenkes
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
Desy Trisnasari
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Verar Oka
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
Ade Rahman
 

What's hot (20)

Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Bahan ekg
Bahan ekgBahan ekg
Bahan ekg
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
Laporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep absesLaporan pendahuluan askep abses
Laporan pendahuluan askep abses
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2
 
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMAMateri 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
Materi 2 ppt m4 kb3 KEGAWATDARURATAN TRAUMA
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan TanganAskep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan
 
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)
Kolaborasi dan kerja sama kesehatan (Ferinda)
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
2 Kurikulum D3 Keperawatan Tahun 2022_Juni 2022 (7).pdf
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
 
Konsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatanKonsep dasar proses keperawatan
Konsep dasar proses keperawatan
 

Similar to Dermatitis r i3 (20)

Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Makalah demartitis
Makalah demartitisMakalah demartitis
Makalah demartitis
 
Leaflet dermatitis
Leaflet dermatitisLeaflet dermatitis
Leaflet dermatitis
 
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
 

More from Riedha Poenya

Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaRiedha Poenya
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)Riedha Poenya
 

More from Riedha Poenya (10)

woc tumor pankreas
woc tumor pankreaswoc tumor pankreas
woc tumor pankreas
 
Woc oma
Woc omaWoc oma
Woc oma
 
Woc gout
Woc goutWoc gout
Woc gout
 
Woc dermatitis
Woc dermatitisWoc dermatitis
Woc dermatitis
 
Woc ablasio retina
Woc ablasio retinaWoc ablasio retina
Woc ablasio retina
 
Dbd r i3
Dbd r i3Dbd r i3
Dbd r i3
 
Tumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedhaTumor pankreas riedha
Tumor pankreas riedha
 
gout rie
gout riegout rie
gout rie
 
ablasio retina
ablasio retinaablasio retina
ablasio retina
 
oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)oma (otitis media akut)
oma (otitis media akut)
 

Dermatitis r i3

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk. Deramatitis adalah prose peradangan pada lapisan kulit bagian atas yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada permukaan kulit. Gambaran khas kerusakan pada kulit ini dapat berupa timbulnya keropeng, tampak basah, mengelupas, hingga timbul keretakan pada kulit. Kelainan ini sering dijumpai baik pada anak maupun dewasa. Angka kejadian dermatitis antara usia 1 dan 5 tahun adalah 34,5 per 1000. Antara usia 6 dan 11 tahun 26,7 per 1000, dan antara usia 12 dan 17 tahun 35,5 per 1000. Kurang lebih 80 % bayi pernah mengalami eksim pada bulan-bulan pertama kehidupan . Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis Dermatitis secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar 1
  • 2. belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari Dermatitis. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian Dermatitis? b. Apa etiologi Dermatitis? c. Apa manifestasi Dermatitis? d. Bagaimana patofisiologi Dermatitis? e. Bagaimana pemeriksaan penunjang Dermatitis? f. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis? g. Bagaimana askep Dermatitis? 1.3 Tujuan a. Tujuan Umum Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan Dermatitis. b. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang : a. Untuk mengetahui pengertian Dermatitis? b. Untuk mengetahui etiologi Dermatitis? c. Untuk mengetahui manifestasi Dermatitis? d. Untuk mengetahui patofisiologi Dermatitis? e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Dermatitis? f. Untuk mengetahui penatalaksanaan Dermatitis? g. Untuk mengetahui askep Dermatitis? 2
  • 3. BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ). Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Dermatitis adalah radang kulit yang disebabkan oleh banyak faktor seperti sengatan sinar matahari, gigitan nyamuk, infeksi bakteri, jamur, dan bahan-bahan kimia. Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda: 1. Contact Dermatitis Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan / substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005) Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput. 2. Neurodermatitis Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang 3
  • 4. kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005) Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher. 3. Seborrheic Dermatitis Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson. 4. Stasis Dermatitis Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005) Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab. 5. Atopic Dermatitis Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005) Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah 4
  • 5. satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa. 2.2 Etiologi Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi. Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. (Adhi Djuanda,2005) Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. 2.3 Patofisiologi 1. Dermatitis Kontak Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik. Dermaitis Kontak Iritan : Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering. 5
  • 6. Dermatitis Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain. 2. Dermatitis Atopik Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya. 3. Dermatitis Numularis Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh 4. Dermatitis Statis Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam 5. Dermatitis Seiboroika Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner. 6
  • 7. 7
  • 8. 2.4 Manifestasi Klinis Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna. a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah. b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta. c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. 2.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan penunjang : a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000). b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi 2. Laboratorium a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin b) Urin : pemerikasaan histopatologi 2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu : a) Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid. b) Terapi topical  Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb. 8
  • 9. c) Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain. 2.7 Komplikasi a) Infeksi saluran nafas atas b) Bronkitis c) Infeksi kulit 9
  • 10. BAB III Kosep Asuhan Keperawatan 3.1 Pengkajian a. Anamnesa Nama, umur (banyak terjadi pada umur 50-70 tahun), jenis kelamin (lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan 10 : 1) agama status perkawinan, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, bahasa, alamat, diagnosis medis tanggal dan jam masuk rumah sakit. b. Riwayat penyakit sekarang Bila mana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS. c. Riwayat penyakit dahulu Mengkaji apakah klien pernag menderita penyakit yang sedang dialami seperti penyakit saat ini atau penyakit lain yang pernah diderita klien sebelumnya. d. Riwayat penyakit keluarga Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apah dari anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular dan keturunan. e. Riwayat penyakit lingkungan Mengkaji terhadap penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dan diri sendiri serta kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien. Pengkajian 11 Funggsional Gordon 1. Pola Persepsi Kesehatan  Adanya riwayat infeksi sebelumya.  Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.  Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.  Adakah konsultasi rutin ke Dokter.  Hygiene personal yang kurang.  Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan. 2. Pola Nutrisi Metabolik  Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.  Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.  Jenis makanan yang disukai.  Nafsu makan menurun.  Muntah-muntah. 10
  • 11. Penurunan berat badan.  Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.  Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih. 3. Pola Eliminasi  Sering berkeringat.  tanyakan pola berkemih dan bowel. 4. Pola Aktivitas dan Latihan  Pemenuhan sehari-hari terganggu.  Kelemahan umum, malaise.  Toleransi terhadap aktivitas rendah.  Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan  Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas. 5. Pola Tidur dan Istirahat  Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.  Mimpi buruk. 6. Pola Persepsi Kognitif  Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.  Pengetahuan akan penyakitnya. 7. Pola Persepsi dan Konsep Diri  Perasaan tidak percaya diri atau minder.  Perasaan terisolasi. 8. Pola Hubungan dengan Sesama  Hidup sendiri atau berkeluarga  Frekuensi interaksi berkurang  Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran 9. Pola Reproduksi Seksualitas  Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.  Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon. 10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress  Emosi tidak stabil  Ansietas, takut akan penyakitnya  Disorientasi, gelisah 11. Pola Sistem Kepercayaan  Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah 11
  • 12. Agama yang dianut 3.2 Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum Ringan, sedang, berat. 2. Tingkat Kesadaran a. Kompos mentis b. Apatis c. Samnolen, letergi/hypersomnia d. Delirium e. Stupor atau semi koma f. Koma Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. 3. Tanda-tanda vital a. Tekanan darah b. Denyut nadi c. Suhu tubuh d. Pernafasan 4. Berat Badan 5. Tinggi Badan 6. Kulit Inspeksi: a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). b. kemerahan (rubor), c. gangguan fungsi kulit (function laisa). d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut. e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. f. Terdapat bula atau pustule, 12
  • 13. g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika. h. terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat i. hiperpigmentai tau hipopigmentasi. Palpasi: a. Nyeri tekan b. edema atau pembengkakan c. Kulit bersisik 7. Keadaan Kepala Inspeksi a. tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor. Palpasi a. Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa. Bi 8. Keadaan mata Inspeksi a. Palpebrae : tidak edema, tidak radang b. Sclera : Tidak ictertus c. Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan d. Pupil : Isokor e. Posisi mata Simetris/tidak : simertis Gerakan bola mata : Normal Penutupan kelopak mata : Tidak mengalam gangguan Keadaan visus : Normal Penglihatan : Normal (tidak kabur ) Palpasi a. Tidak ada nyeri tekan 13
  • 14. b. Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada 9. Keadaan hidung inspeksi a. simetris kiri dan kanan b. Tidak ada pembengkakan dan sekresi c. Tidak ada kemerahan pada selaput lendir Palpasi a. Tidak ada nyeri tekan b. Tidak ada benjolan/tumor 10. Keadaan telinga inspeksi a. telinga bagian luar simetris b. tidak ada serumen/cairan, nanah 11. Mulut Inspeksi a. Gigi Keadaan gigi : bersih Ada karang gigi/karies Tidak ada pemakaian gigi palsu b. Gusi Tidak ada merah radang pada gusi c. Lidah Lidah bersih d. Bibir Tampak pucat Kering pecah Mulut tidak berbau Kemampuan bicara normal 12. Tenggorokan a. Warna mukosa : Kemerahan b. Nyeri tekan : tidak ada c. Nyeri menelan :tidak ada 14
  • 15. 13. Leher Inspeksi a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar b. Tidak ada pembengkakan atau benjolan c. Tidak ada distensi vena jugularis Palpasi a. Kelenjar Thyroid : Tidak terabah b. Kaku kuduk/tidak :- c. Kelenjar limfe : tidak membesar d. Tidak ada benjolan atau massa e. Mobilisasi leher normal 14. Thorax dan pernafasan Inspeksi a. Bentuk dada : Pigion chest b. Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan c. Pengembangan diwaktu bernafas normal d. Dada simetris e. Tidak ada retraksi f. Tidak ada batuk Palpasi a. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus b. Untuk mengetahui adanya massa c. Inadekuat ekspansi dada Perkusi a. sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal Askultasi a. Mendengarkan suara pada dinding thoraks b. Suara nafas : Vesikuler c. Suara tambahan : - 15
  • 16. d. Suara Ucapan : Suara normal 15. Jantung Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri à ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri. Palpasi : Normal Perkusi : Jantung dalam keadaan normal Auskultasi : Tidak ada murmur 16. Pengkajian payudara dan ketiak Inspeksi : a. Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang b. Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal c. Areola mamma agak kecoklatan d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi. e. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting susu mempunyai arah yang sama. f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan. Palpasi a. Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan. 17. Abdomen Inspeksi : a. umbilikus tidak menonjol b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena c. Tidak ada benjolan d. warna kemerahan Palpasi : a. Tidak ada rasa nyeri b. Tidak ada benjolan/ massa c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar 16
  • 17. Perkusi : Tympani Auskultasi : Peristaltik normal 18. Genetalia dan Anus a. Genetalia : Inspeksi : Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini, sekret vagina jernih Palpasi : Tidak ada nyeri tekan b. Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula. 19. Ekstremitas Ekstremitas atas a. Motorik Pergerakan kanan/kiri : lemah Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan kiri. Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri lemah Koordinasi gerak : ada gangguan b. Refleks Biceps kanan/kiri : Normal Triceps kana/kiri : Normal c. Sensori Nyeri :+ Rangsang suhu :+ Rasa raba :+ Ekstremitas bawah a. Motorik Gaya berjalan : Normal Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5 Tonus otot kanan/kiri : menurun b. Refleks KPR kanan/kiri : -/- 17
  • 18. APR kanan/kiri : -/- Bebinski kanan/kiri : +/+ c. Sensori Nyeri : + Rangsang suhu : + Rasa raba : + 20. Status Neurologi Saraf-saraf cranial a) N I (Olfaktorius) Klien mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol. b) N II (Optikus) Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh. c) N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen) Mata dapat berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata kesegala arah. d) N V (Trigeminus) Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan. Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan gigitannya. e) N VII (Fasialis) Klien dapat mengerutkan dahinya, tersenyum dan dapat mengangkat alis. f) N VIII (Akustikus) Klien dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. g) N IX (Glosofaringeus) Klien dapat merasakan rasa manis, pahit, pedas. h) N X (Fagus) Klien tidak ada kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan. i) N XI (Assessoris) Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. j) N XII (Hipoglosus) Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan normal. 18
  • 19. Tanda-tanda perangsangan selaput otak Kaku kuduk : - Kerning sign : - Refleks Brudzinski : - Refleks Lasegu : - Asuhan Keperawatan No NANDA NOC NIC . 1. Kerusakan Integritas Integritas Pengawasan Kulit Kulit Jaringan: Kulit & Amati warna, kehangatan (suhu), Data Penunjang : Membran Mukosa bengkak, getaran, tekstur, edema, dan Kulit luka, gatal, Sensasi IER nanah pada ektremitas warna kulit hitam Elestisita IER Periksa kemerahan, perubahan suhu abu2, kering bersisik Hidrasi IER yang ekstrim, atau drainase dari kulit Turgor kulit jelek Pigmentasi IER dan membran mukosa Perspirasi IER Pantau sumber tekanan dan pergeseran Warna IER Pantau infeksi, khususnya pada daerah Tekstur IER edematous Pantau area yang tidak berwarna dan memar kulit dan membrane mukosa Pantau kelainan kekeringan dan kelembaban kulit Periksa keketatan pakaian Catat perubahan kulit atau membrane mukosa Tegakkan ukuran untuk pencegahan lanjutan yang lebih buruk 2. Nyeri Kontrol Resiko Manajemen Nyeri : Data penunjang : Klien melaporkan Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, Mengatupkan nyeri berkurang dg karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas 19
  • 20. rahang / scala 2-3 dan faktor presipitasi ). mengepalkan Ekspresi wajah Observasi reaksi NV dr ketidak tangan tenang nyamanan. Agitasi klien dapat Gunakan teknik komunikasi terapeutik Ansietas istirahat dan tidur untuk mengetahui pengalaman nyeri Perubahan pola v/s dbn klien sebelumnya tidur Kontrol faktor lingkungan yang Menarik diri bila mempengaruhi nyeri seperti suhu disentuh ruangan, pencahayaan, kebisingan. Mual dan muntah Pilih dan lakukan penanganan nyeri Gambaran kurus (farmakologis/non farmakologis). Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri.. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. Monitor TTV 3. Resiko infeksi Hasil yang a. Kontrol Infeksi Faktor Resiko disarankan : Batasi jumlah pengunjung / Penyakit Integritas pembezuk. kronik diameter jala Gunakan sabun anti mikroba Mendapatkan n masuk. untuk mencuci tangan dengan kekebalan Status imun benar. yang tidak Pengetahuan Cuci tangan sebelum dan sesudah adekuat : Kontrol melakukan perawatan pada Pertahanan infeksi pasien. utama yang Penyembuha Gosok kulit pasien dengan alat tidak adekuat n luka : anti bakteri dengan tepat. Prosedur yang Tujuan utama Lakukan terapi antibiotic yang bersifat tepat. menyerang Ajarkan pasien dan keluarga 20
  • 21. tentang tanda-tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan. b. Penyembuhan Luka Catat karakteristik dari luka. Cuci /bersihkan dengan sabun antibiotic, sebagai tambahan. Gunakan obat salap dengan tepat pada kulit / luka jika perlu. Bandingkan dan catat perubahan pada luka. 4. Gangguan citra diri Outcome yang Peningkatan Citra Diri Batasan karakteristik: disarankan: Aktivitas: Respon Adaptasi Tentukan harapan gambaran diri nonverbal terhadap pasien berdasarkan tahap terhadap kemampuan perkembangan perubahan fisik. Gunakan bimbingan antisipasi tubuh yang Penghargaan untuk mempersiapkan pasien actual diri terhadap perubahan tubuh yang (contoh:bentuk dapa diprediksi , strukture dan Pantau apakah pasien bisa melihat fungsi) perubahan bagian tubuh Respon Monitor frekuensi stattment diri nonverbal yang kritis terhadap Identifikasi budaya pasien, penerimaan agama, jenis kelamin dan umur. perubahan tubuh (contoh bentuk, struktur dan fungsi) Menyembunyi 21
  • 22. kan bagian tubuh tanpa disengaja Menyembunyi kan bagian tubuh Faktor yang berhubungan: Surgery 22
  • 23. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua maupun muda “berpeluang” terkena penyakit ini. 4.2 Saran Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca 23
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC Brunner & suddarth.2002. keperawatan medical bedah. Vol.3. Ed 8 : Jakarta : EGC Djuanda, Adhi dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI. http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien.html 24